Anda di halaman 1dari 75

52

Desember 2007 tentang Organisasi dan Tugas Kesehatan Daerah Militer

(Kesdam) termasuk Rumah Sakit Tk II Putri Hijau. Rumkit Tk II Putri Hijau

dipimpin oleh seorang Kepala Rumkit Tk II, disingkat Karumkit Tk II Putri Hijau

yang bertanggung jawab kepada Kakesdam I/BB. Susunan organisasi Rumkit Tk

II Putri Hijau terdiri dari: Karumkit, Waka Rumkit, Komite Medik, Seksi Tata

Usaha dan Urusan Dalam disingkat Situud, Seksi Pelayanan Medik, disingkat

Siyanmed, Seksi Penunjang Medik, disingkat Sijangmed, Seksi Penunjang

Umum, disingkat Sijangum, Urusan Infokes, disingkat Urinfokes, Unit

Pemeriksaan Kesehatan, disingkat Unit Rikkes, Departemen Bedah dan Anastesi,

Departemen Penyakt Jantung dan Paru, Departemen Gigi dan Mulut, Departemen

Obgyn dan Ibu Kesehatan Anak, Departemen Mata, THT dan Kulkel, Departemen

Penyakit Syaraf dan Jiwa, Instalasi selaku Pelaksana Teknis, dan Para Tenaga

Medik yang merupakan Staf Medik Fungsional, disingkat SMF

4.1.3 Jenis Pelayanan

Dalam operasionalnya Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB memiliki


fasilitas pelayanan: a) rawat jalan/poliklinik, b) rawat mondok, dan c) sarana
penunjang.

a) Rawat Jalan/Poliklinik
Tabel 4.1 Rawat Jalan/Poliklinik
No Fasilitas Pelayanan
1. Instalasi Gawat Darurat 24 jam
2. Poliklinik Gigi dan Laboratorium Gigi
3. Poliklinik HIV/AIDS
4. Unit Hemodialisa/Poliklinik Ginjal & Hipertensi
5. Poliklinik Onkologi / Kemotherapi
6. Poliklinik PKBRS
7. Poliklinik Kartika /VIP
8. Poliklinik Spesialis terdiri dari:
a. Pol. Penyakit Dalam
b. Pol. Bedah Umum, Ortopedi, Bedah Syaraf dan Digestif, Bedah
53

Pelastik, Urologi dan Bedah Mulut.


c. Pol. Kebidanan & Peny. Kandungan
d. Pol. Penyakit Anak
e. Pol. Penyakit Paru
f. Pol. THT
g. Pol. Penyakit Mata
h. Pol. Penyakit Jiwa
i. Pol. Penyakit Syaraf
j. Pol. Penyakit Kulit & Kelamin
k. Pol. Penyakit Jantung
l. Pol. Onkologi
m. Unit Hemodialisa
n. Semua Poliklinik buka setiap hari kerja

b) Rawat Mondok

Instalasi rawat mondok terdiri atas beberapa ruangan dengan kapasitas

sebanyak 226 tempat tidur dengan perincian:

Tabel 4.2 Rawat Mondok

Jumlah
No Nama Ruang Tempat Tidur Jenis Perawatan
(buah)
1. Ruang I 16 Perawatan Kasus Penyakit Dalam
Dan Bedah Wanita.
2. Ruang II 16 Perawatan Kasus Penyakit Dalam Pria
3. Ruang III 14 Perawatan Kasus Penyakit Anak.
4. Ruang IV 14 Tempat Tidur, Perawatan Kebidanan
Dan Kasus Penyakit Kandungan.
5. Ruang VI 18 Perawatan Kasus Penyakit Dalam
Dan Bedah.
6. Ruang VIII 24 Perawatan Kasus Bedah Pria
7. Ruang X-A 9 Perawatan Kasus Penyakit Dalam
(VIP) Dan Bedah VIP.
8. Ruang X-B 12 Perawatan Kasus Penyakit Dalam Dan
(VIP) Bedah VIP & Kelas I
9. Ruang XI 42 Perawatan Kasus Penyakit Dalam
Dan Bedah.
10. Ruang XII 14 Perawatan Kasus Penyakit Dalam Dan
Bedah
11. Ruang ICU 12 Perawatan Intensif.
12. Ruang 10 Perawatan Onkologi
Kemoterapi
13. Ruang NICU 4
14. Ruang 4
Kartika(VVIP)
54

c) Sarana Penunjang
Tabel 4.3 Sarana Penunjang
No Jenis Sarana Fasilitas
1. Penunjang a. Unit Rehabilitasi Medik/Fisioterapi
medis b. Kamar Bedah
c. Unit Laboratorium Klinik
d. Unit Radiologi, USG dan CT-Scan
e. Apotik
2. Materiil / a. CT Scan 24 KW Type Aseion UP (TSX-021 B/th) Thosiba
piranti lunak Japan)(Ruang Radiologi)
b. USG Korea (Ruang Radiologi )
c. Elektro Surgeri FFPF (Poliklinik Bedah)
d. Haematology Analizer Tca Japan (Ruang Laboratorium )
e. Roche Opticca ( 1 unit ) (Ruang Laboratorium )
a. Jenway 6305 UV/Vis Spektophometer (Ruang
Laboratorium)
f. Accutrend Gct (Roche) (Ruang Laboratorium)
g. Pesawat RO Shimadsu Japan (Ruang Radiologi)
h. USG Korea (Ruang Radilogi)
i. EKG Fukuda & Schiler AT (2 unit) (Ruang ICU & UGD )
j. EKG 3 Channel (Ruang ICU )
k. EKG Fukuda ME (2 unit) ( Ruang ICU Dan Polkilinik
Jantung)
l. EKG Monitoring biolog/Dash Australia (1 unit) (Ruang
ICU )
m. EKG 1/3 Canel Fukuda Densi Japan (Ruang ICU )
n. Bedside Monitor (Cardiac Science Japan) (Ruang ICU)
o. Ro Photo elemen gigi (Ruang Radiologi )
p. Ultrascan Plus (Biometry) USG Mata (Ruang Poliklinik
Mata)
q. Endoscopy Larynk (Japan) (Ruang Poliklinik THT)
3. Penunjang a. Administrasi
Umum b. Instalasi Pendidikan
c. Dapur
d. Laundry
e. Kamar Jenazah
f. Aula 2 ruangan
g. Pergudangan
h. Kantin
55

4.2 Hasil Studi Kasus


4.2.1 Pengkajian

Tabel 4.4 Hasil Pengkajian


No Pasien I Pasien II
1. Identitas klien Identitas klien
Klien bernama Ny. T, tempat Klien bernama Tn. B, tempat
tanggal lahir Kipang, 9 november 1954 tanggal lahir di dolok sanggul, 1
(64 tahun), suku batak, agama kristen desember 1955 (65 tahun), suku
protestan, pendidikan terakhir SMP, batak, agama kristen protestan,
alamat Jln. Karantina ujung, Asrama TNI pendidikan terakhir SMA, alamat
AD Gugur Hong Medan dan seorang jln. SM Raja gg. Jati 1 no 10 Medan
janda. Informasi didapat perawat dengan dan sudah menikah. Informasi
cara allo dan auto anamnesa didapat perawat dengan cara allo
dan auto anamnesa

2. Status kesehatan klien saat ini Status kesehatan klien saat ini
Keluhan utama klien masuk rumah Keluhan utama klien masuk
sakit yaitu klien mengatakan badan terasa rumah sakit yaitu klien mengatakan
lemas, mual dan muntah. Faktor pencetus badan terasa lemas, nyeri pada
penyakit klien adalah melakukan banyak kepala dan menjalar sampai ke
aktivitas dan memakan makanan yang tengkuk, terdapat luka pada sela jari
manis, hal ini dirasakan klien ± 3 hari tangan kiri dengan diameter 5 cm
yang lalu dan keluhan dirasakan secara dan bernanah. Faktor pencetus
bertahap, hal ini juga semakin berat penyakit klien adalah melakukan
dengan banyaknya beban pikiran klien, di banyak aktivitas dan memakan
rumah untuk mengatasi keluhan klien makanan yang manis, hal ini
beristirahat/tidur dirasakan klien ± 4 hari yang lalu
dan keluhan dirasakan secara
bertahap, hal ini juga semakin berat
dengan banyaknya beban pikiran
klien, dirumah upaya yang klien
lakukan untuk mengatasi keluhan
klien beristirahat/tidur

3. Pola pemenuhan kebutuhan hidup sehari- Pola pemenuhan kebutuhan hidup


hari Setelah masuk rumah sakit sehari-hari setelah masuk rumah
1) Pola nutrisi sakit
Diketahui BB klien saat ini 44 1) Pola nutrisi
kg dengan tinggi badan 155 cm. Diketahui BB klien saat ini
Frekuensi makan klien 3 x sehari 58 kg dengan tinggi badan 170
dengan jenis makanan DM 2. Klien cm. Frekuensi makan klien 3x
memiliki makanan pantangan yaitu sehari dengan jenis makanan
makanan yang mengandung kadar DM2. Klien memiliki makanan
gula yang tinggi dan nafsu makan pantangan yaitu makanan yang
k lien menurun, klien mengatakan mengandung tinggi kadar gula
perut terasa mual dan muntah ± 2 x dan nafsu makan klie menurun,
selama di rumah sakit . klien klien mengatakan nafsu makan
mengatakan nafsu makan sudah sudah menurun semenjak
56

menurun semenjak di rumah , dirumah, nahkan terjadi


bahkan terjadi penurunan BB ± 6 penurunan BB ± 7 kg selama 6
kg dalam 6 bulan terakhir bulan terakhir
2) Pola eliminasi 2) Pola eliminasi
BAB klien 1x sehari dengan BAB klien 1x sehari dengan
karakteristik padat, warna kuning, karakteristik padat dengan
tidak ada penggunaan pencahar warna kuning kecoklatan tidak
BAK klien 9x sehari dengan ada penggunaan pencahar
karakteristik kuning jernih BAK klien 9-10x sehrai dengan
3) Pola istirahat dan tidur karkteristik kuning jernih
Waktu tidur klien malam 3) Pola istirahat dan tidur
(24.00-05.00), siang (13.00-14.00) Waktu tidur klien malam
dengan lama tidur ± 6 jam. Klien (22.00-03.00), siang (12.00-
mengatakan tidak ada kebiasaan 13.00) dengan lama tidur ± 6
penghantar tidur klien, selama jam. Klien mengatakan tidak
tidur tidak ada kebiasaan selama ada kebiasaan penghantar tidur
tidur, klien mengatakan sering klien, selama tidur tidak ada
terbangun karna BAK kebiasaan selama tidur, klien
4) Pola aktivitas mengatakan tenganggu tidur
Pola aktivitas klien diwaktu karna nyeri dikepala dan
luang menonton TV, klien menjalar sampai ke tengkuk,
mengeluh sebagian aktivitasnya dan pada tangan kiri klien
dibantu oleh keluarga dan perawat terdapat luka dan pemasangan
karna badan terasa lemas dan tidak infus, klien juga mengatakan
mampu melakukan sendiri sering terbangun karna BAK
4) Pola aktivitas
Pola aktivitas klien diwaktu
luang menonton TV dan
berkumpul dengan keluarga,
klien mengeluh sebagian
aktivitasnya dibantu oleh
keluarga dan perawat karna
badannya lemas, luka sekaligus
pemasangan infus di asktremitas
kiri

4. Status nutrisi Status nutrisi


Pengkajian pada status nutrisi BB klien Pengkajian pada status nutrisi BB
44 kg, TB 155 cm, didapat RBW 49,5- klien 58 kg, TB 170 cm, didapat
60,5 kg. Klien mendapat diet DM2 RBW 63-77 kg. Klien mendapat diet
(makanan lunak) dari rumah sakit dengan DM2 (makanan lunak) dari rumah
jenis intake cairan infus, makanan dan sakit dengan jenis intake cairan
minuman. Balance cairan klien/24 jam infus, makanan, minuman. Balance
intake: infus 1500 cc, minuman, 2000cc, cairan klien/24 jam intake: infus
makanan 750cc, therapy 68cc total intake: 1500cc, minuman 2000cc, makan
4318cc sedangkan output: urine 3000cc, 750cc, therapy 35cc sedangkan
feses 150 cc dan IWL 660cc, total output: output: urine 2800cc, feses 150cc,
3810cc didapat balance cairan dengan dan IWL 885cc, total output: 3835cc
rumus intake-output yaitu 508cc didapat balance cairan dengan
rumus intake-output yaitu 450cc
57

5. Muskuloskeletal Muskuloskeletal
Kekuatan otot: Kekuatan otot:
Eks. Sup. Sin 4 Eks. Sup. Dex 4 Eks. Sup. Sin 3 Eks. Sup. Dex 4
Eks. Inf. Sin 4 Eks. Inf. Dex 4 Eks. Inf. Sin 4 Eks. Inf. Dex 4
Tidak ada kekakuan pada bagian Tidak ada kekakuan pada bagian
ekstremitas pola latihan gerak aktif, klien ekstremitas pola latihan gerak aktif,
tampak lemas, didalam beraktivitas klien klien tampak lemas, didalam
dibantu oleh keluarga dan perawat beraktivitas klien dibantu oleh
keluarga dan perawat

6. Integumen Integumen
Warna kulit sawo matang, integritas Warna kulit kuning lansat,
kering, turgor kulit buruk (>2 detik), integritas kering, turgor kulit buruk
dengan suhu tubuh 36,5 ̊ C (>2 detik), dengan suhu tubuh 37 ̊ C

7. Data laboratorium Data laboratorium


Tanggal 12 juni 2018 didapat 20 juni 2018 dilakukan
glukosa sewaktu 511, 14 juni 2018 pemeriksaan lab dan didapat
glukosa darah sewaktu turun menjadi 367 glukosa sewaktu 584mg/dl, 21 juni
dan pada 15 juni 2018 glukosa sewaktu 2018 dilakukan pemeriksaan lab
menjadi 230 kadar gula darah klien 360 mg/dl, 22
juni 2018 glukosa puasa 317 mg/dl,
glukosa 2 jam pp 428 mg

8. Therapy medis Therapy medis


Therapi medis yang didapat klien Therapy medis yang diberikan
yaitu pada klien yaitu:
𝑔𝑡𝑡⁄ 𝑔𝑡𝑡⁄
1) IVDF RL 20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1) IVDF RL 20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2) Inj. Ranitidine 1amp x 12 jam 2) Inj. Ranitidine 2 cc x 8 jam
3) Inj. Ondancentron 1amp x 12 jam 3) Inj. Nevoravid 3 cc x 18 jam
4) Inj. Apidra 12 unit/8 jam 4) Inj. Lantus 14 µi x 24 jam
5) Inj. Lantus 14 unit/24 jam 5) Curcuma tab 3 x 20 mg
6) KSR tab 2x 600mg 6) Neurodex 2 x 500 mg
7) Inj. Cefotaxime 1mg x 12 jam
8) Asm. Mefenamat tab 3 x 1.500
mg
58

4.2.2 Data Fokus


Tabel 4.5 Data Fokus
Pasien I Pasien II
Data subjektif Data subjektif
1. Klien mengatakan badan 1. Klien mengatakan badannya
terasa lemas terasa lemas
2. Klien mengatakan perutnya 2. Klien mengatakan sebagian
terasa mual aktivitasnya dibantu oleh
3. Klien mengatakan sering BAK keluarganya
4. Klien mengatakan sudah 3 3. Klien mengatakan nyeri pada
tahun yang lalu menderita daerah kepala menjalar sampai
penyakit diabetes ketengkuk
5. Klien mengatakan mual dan 4. Klien mengatakan nyeri pada
muntah ± 2x selama di rumah telapak tangan klien
sakit 5. Klien mengatakan sering BAK
6. Klien mengatakan tidak selera 6. Klien mengatakan sering
makan merasa haus
7. Klien mengatakan BB turun 6 7. Klien mengatakan tidak selera
kg dari 50 menjadi 44 kg makan
selama 6 bulan belakangan ini 8. Klien mengatakan terganggu
8. Klien mengatakan sering beraktivitas karena adanya
merasa kehausan luka pemasangan infus di
9. Klien mengatakan sebagian tangan kiri
aktivitasnya dibantu oleh 9. Klien mengatakan terganggu
kelauarganya tidur karena nyeri dikepala
10. Klien mengatakan tidur hanya menjalar sampai ke tengkuk
5-6 jam selama di rumah sakit dan pada tangan kiri terasa
11. Klien mengatakan sangat sakit dan terpasang infus
memikirkan penyakitnya 10. Klien mengatakan sering
12. Klien mengatakan ingin cepat terbangun di malam hari karna
sembuh dan kembali ingin BAK
berkumpul dengan 11. Klien mengatakan BB turun 7
keluarganya kg dalam 6 bulan belakangan
13. Klien mengatakan sering ini
terbangun karna BAK 12. Klien mengatakan menderita
diabetes melitus ± 6 tahun
yang lalu

Data objetif Data objektif


1. TTV: TD : 130/80 mmHg 1. TTV:
Pols : 65 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 TD : 110/70 mmHg
𝑥
RR : 22 ⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 Pols : 80 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Temp : 36,5 ̊ C RR :22 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2. klien tampak lemas Temp : 37 ̊ C
3. sebagian aktivitas klien 2. Tampak luka dibagian tangan
dibantu oleh keluarga kiri klien dengan diameter 5
4. klien muntah di rumah sakit ± cm namun bernanah
2 x dengan karakteristik air 3. Klien tampak kesakitan
bercampur sisa makanan 4. Klien tampak memegangi
59

5. klien hanya mengkahiskan ½ daerah kepala dan tengkuk


porsi makanannya 5. Skala nyeri 6(0-10)
6. RBW : 49,5 – 60,5 kg 6. Klien tampak lemas
7. Intake : 4318 cc 7. Gula darah sewaktu 584 mg/dl
Outpu : 3810 cc 8. Sebagian aktivitas klien
Balance : 508 cc tampak dibantu oleh
8. BB: 44 kg TB: 155 cc keluarganya
9. Bising usus rendah (6 x/i) 9. Klien tampak mengantuk
10. Diet yang diberikan DM 2 10. Klien BAK ± 9-10 x sehari
11. BAK: ± 9 – 10 𝑥⁄ℎ𝑎𝑟𝑖 11. BB : 58 kg TB: 170 cm
12. RBW : 63 kg 𝑠⁄𝑑 77 kg
12. Infus terpasang ditangan
𝑔𝑡𝑡⁄ 13. Istirahat/tidur : (22.00-03.00),
kanan 20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 Siang (12.00-13.00)
13. Kekuatan otot 14. IVDF RL di ekstremitas kiri
Eks. Sup. Sin 4 Eks. Sup. Dex 4 𝑔𝑡𝑡⁄
20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Eks. Inf. Sin 4 Eks. Inf. Dex 4 15. Tampak ada edema pada
tangan kiri
14. Integritas kulit kering 16. Membran mukosa tampak
15. Turgor kulit > 2 detik kering
16. KGD sewaktu 511 mg/dl 17. Turgor kulit (> 2 detik)
17. Fungsi motorik sedikit 18. Kekuatan otot:
menurun Eks. Sup. Sin 3 Eks. Sup. Dex 4
18. Inj. Lantus dan apidra 14 Eks. Inf. Sin 4 Eks. Inf. Dex 4
dan 12 µi sebelum makan 19. Balance cairan
19. Tampak klien sering Intake: makanan : 750 cc
Minuman : 2000 cc
terbangun dimalam hari
Cairan infus : 1500 c c
20. Klien mulai tidur malam Therapy : 35 cc
(23.00-05.00), siang (13.00- Total : 4285 cc
14.00 wib) atau ± 6 jam
21. Klien tampak gelisah Output : urine : 2600 cc
22. Klien tampak mengantuk Feses : 150 cc
IWL : 885 cc
Total : 3835 cc
Balance cairan : intake - output
: 4285 – 3835
: 450 cc
60

4.2.3 Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.6 Diagnosa Keperawatan
Pasien I Pasien II
1. Resiko tinggi kekurangan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d
volume cairan berhubungan hiperglikemia mengakibatkan
dengan hiperglikemia sehingga makroangiopati/mikroangiopati
terjadi glukosuria sehingga suplay darah kapiler
mengakibatkan diuresis menurun terjadi nekrosis
osmotic dan terjadi mengakibatkan gangguan rasa
peningkatan urunie atau nyaman nyeri d/d klien
poliuria ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada daerah
mengatakan badan terasa kepala menjalar sampai ke
lemas, klien mengatakan sering tengkuk, klien mengatakan nyeri
BAK, klien mengatakan mual pada telapak tangan kiri, klien
dan muntah ± 2 x selama di mengatakan terganggu tidur
rumah sakit, klien mengatakan karna tangan kiri terasa nyeri dan
sering merasa kehausan, klien terpasang infus, tampak luka
mengatakan BB turun 6n kg dibagian tangan kiri dengan
dari 50 kg menjadi 44 kg diameter 5 cm namun bernanah,
selama 6 bulan terakhir dan klien tampak kesakitan, skala
hasil pemeriksaan TTV, TD: nyeri yang dialami klien 6 (0-10),
130/80 mmHg, pols : 65 klien tampak memegangi daerah
𝑥⁄ 𝑥⁄
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, RR 24 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, kepala dan tengkuk, tampak ada
Temp : 36,5 ̊C, tampak klien edema pada tangan kiri lien ,
muntah di rumah sakit dengan pemeriksaan gula darah sewaktu
karakteristik air becampur sisa 584 mg/dl, TTV: TD: 110/70
makanan ± 2 x, BAK ± 9- 10 x mmhg, pols 80 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, RR: 22
𝑥⁄
sehari, infus terpasang di 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, Temp: 37 ̊ C
tangan kanan RL 20
𝑔𝑡𝑡⁄
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, integritas kulit
kering, turgor kulit >2 detik,
fungsi motorik sedikit menurun
karna badan lemas, klien
tampak lemas, intake 4318cc,
output 3810cc, balance 508 cc.
2. Perubahan nutrisi kurang dari 2. Resiko tinggi kekurangan volume
kebutuhan tubuh berhubungan cairan b/d glukosa darah
dengan hiperglikemia meningkat mengakibatkan
mengakibatkan gangguan slukosuria sehingga terjadi
metabolisme lemak, diuresis osmotic terjadi
karbohidrat & protein terjadi peningkatan urine (poliuria)
difisiensi glukosa sehingga terjadi resiko tinggi kekurangan
terjadi anoreksia dan volume cairan d/d klien
perubahan nutrisi kurang dari mengatakan sering merasa
kebutuhan tubuh ditandai kehausan, klien mengatakan
dengan klien mengatakan tidak sering BAK, klien mengatakan
selera makan, klien sering terbangun dimalam hari
mengatakan BB turun 6 kg dari karna BAK, klien mengatakan
50 kg menjadi 44 kg selama 6 menderita diabetes melitus ± 6
61

bulan belakangan ini, klien tahun yang lalu, klien tampak lem
mengatakan badan lemas, klien as, klien BAK ± 9-10 x sehari,
mengatakan mual dan muntah membran mukosa tampak kering,
tampak klien muntah di rumah turgor kulit buruk (> 2 detik),
sakit dengan karakteristik air balance cairan 450 cc, IVDF Rl
bercampur sisa makanan, klien 𝑔𝑡𝑡⁄
di ektremitas kiri 20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
hanya menghabiskan 1⁄
2
porrsi makanannya, BB klien
44 kg dengan TB 155 cm,
RBW antara 49,5 sampai 60,5
kg, bising usus rendah (6 x/i),
intake 4318 cc, output 3810 cc,
dan balance cairan 508 cc,
klien tampak lemas, fungsi
motorik sedikit menurun karna
badan lemas, inj. Apidra dan
lantus sebanyak 12 dan 14 µi
3. Gangguan pemenuhan aktivitas 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan
berhubungan dengan nutrisi b/d penurunan masukan
penurunan produksi energi oral d/d klien mengatakan tidak
metabolik sehingga terjadi selera makan, klien mengatakan
ketidakseimbangan cairan, BB turun 6 kg selama 6 bulan
elektrolit dan glukosa ditandai trerakhir , klien tampak lemas,
dengan klien mengatakan gula darah sewaktu 584 mg/dl,
badan terasa lemas, klien BB : 59 kg, TB: 170 cm, RBW :
mengatakan sebagian 63 - 77 kg, balance cairan: 450 cc
aktivitasnya dibantu oleh
keluarga, klien mengatakan
tidak mampu beraktivitas
berhubungan dengan
pemasangan infus di tangan
kanannya, klien tampak lemas,
tampak sebagian aktivitas klien
dibantu oleh keluarganya,
dengan hasil pemeriksaan TD:
130/80 mmHg, Pols: 65
𝑥⁄ 𝑥
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, RR: 24 ⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡,
Temp: 36,5 ̊ C, pemeriksaan
laboratorium KGD sewaktu
511 mg/dl, infus terpasang di
tangan kanan RL 20
𝑔𝑡𝑡⁄
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, fungsi motorik
sedikit menurun karna badan
lemas
4. Gangguan pemenuhan
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan
kebutuhan istirahat tidur
kebutuhan aktivitas b/d
berhubungan dengan
meningkatnya glukosa darah
hiperglikemia mengakibatkan
meningkat mengakibatkan
glukosuria diuresis osmotic dan
makro/mikroangiopati sehingga
62

terjadi poliuria ditandai dengan suplay darah kekapiler menurun


klien mengatakan tidur hanya dan sel-sel ischemic dan sel-sel
5-6 jam selama di rumah sakit, neurosensori defisit dan terjadi
klien mengatakan sering gangguan pemenuhan aktivitas
terbangun karna BAK, klien d/d klien mengatakan terganggu
mengatakan sering BAK, klien melakukan aktivitas karna adanya
mengatakan sering merasa luka dan pemasangan infus pada
kehausan, klien BAK ± 9-10 tangan kiri, klien mengatakan
𝑥⁄ badan terasa lemas, klien
ℎ𝑎𝑟𝑖, klien tampak lemas,
klien tampak mengantuk, mengatakan sebgaian
tampak klien sering terbangun aktivitasnya dibantu oleh
dimalam hari hari, klien mulai keluarganya, terdapat luka pada
tidur malam (23.00-05.00 wib), tangan kiri klien dengan diameter
siang (13.00-14.00 wib) atau ± 5 cm namun bernanah, klien
5-6 jam sehari, pemeriksaan tampak lemas, sebagian aktivitas
TD: 130/80 mmHg, Pols : klien tampak dibantu oleh
65𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, RR: 24 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, keluarganya, IVDF Rl di
𝑔𝑡𝑡⁄
Temp: 36,5 ̊ C ekstremitas kiri 20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡,
kekuatan otot :
Eks. Sup. Sin 3 Eks. Sup. Dex 4
Eks. Inf. Sin 4 Eks. Inf. Dex 4
5. Ansietas berhubungan dengan 5. Gangguan pemenuhan istirahat
kurang informasi mengenai tidur b/d hiperglikemia
penyakitnya ditandai dengan mengakibatkan glukosuria
klien mengatakan ingin cepat diuresis osmotic sehingga
sembuh dan berkumpul lagi terjadi poliuria d/d klien
dengan keluarga di rumah, mengatakan sering terbangun
klien mengatakan sangat malam hari karna ingin BAK,
memikirkan penyakitnya, klien
klien mengatakan sering sering
mengatakan sudah 3 tahun
yang lalu menderita diabetes, merasa kehausan, klien
klien tampak gelisah, klien mengatakan terganggu tidur
tampak lemas, TD: 130/80 karna nyeri dikepala menjalar
mmHg, Temp 36, 5 ̊ C sampai ke tengkuk dan tangan
kiri terasa sakit dan terpasang
infus, klien BAK ± 9-10 x
sehri, klien tampak lemas,
klien tampak mengantuk,
istirahat/tidur: malam (22.00-
03.00), siang (12.00-13.00),
TTV: TD 120/80 mmhg, pols
80 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, RR 22 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡,
Temp 37 ̊ C
63

4.2.4 Rencana Keperawatan

Tabel 4.7 Rencana keperawatan


N Diagnosa keperawatan Tujuan/ K. Hasil Rencana tindakan Rasional Paraf/
O keperawatan nama
jelas
1 Perubahan nutrisi kurang Tujuan: 1. Timbang berat badan setiap 1. Mengkaji pemasukan Murni
dari kebutuhan tubuh b/d Nutrisi terpenuhi hari sesuai dengan indikasi. makanan yang adekuat jelita
ketidakcukupan insulin, sesuai kebutuhan (termasuk absorpsi dan
penurunan masukan tubuh. utilisasinya)
oral,anoreksia, mual, k.hasil: 2. Tentukan program diet dan 2. Mengidentifikasi kekurangan
lambung penuh, nyeri 1. Menunjukkan pola makan pada pasien dan dan penyimpangan dari
abdomen, perubahan tingkat energi bandingkan dengan makanan kebutuhan terapeutik
kesadaran, status biasanya. yang dapat dihabiskan.
hipermetabolisme, pelepasan 2. Berat badan 3. Auskultasi bising usus, catat 3. Hiperglikemia dan gangguan
hormon stres,proses stabil adanya nyeri abdomen/perut keseimbangan cairan dan
infeksius. kembung, mual, muntahan elektrolit dapat menurunkan
makanan yang belum sempat motalitas/fungsi lambung
dicerna, pertahankan keadaan (distensi atau ileus paralitik)
puasa sesuai dengan indikasi. yang akan memperngaruhi
pilihan intervensi.
4. Berikan makanan cairan yang 4. Pemberian makanan melalui
mengandung zat makanan ( oral lebih baik jika pasien
nutrien) dan elektrolit dengan sadar dan fungsi
segera jika pasien sudah dapat gastrointestinal baik.
mentoleransinya melalui
pemberian cairan melalui oral.
Dan selanjutnya terus
64

mengupayakan pemberian
makanan yang lebih padat
sesuai dengan yang dapat
ditoleransi.
5. Identifikasi makanan yang 5. Jika makanan yang disukai
disukai/dikehendaki termasuk pasien dapat dimasukkan
kebutuhan etnik/kultural. dalam perencanaan makanan,
kerja sama ini dapat
diupayakan setelah pulang
6. Libatkan keluarga pasien pada 6. Meningkatkan rasa
perencanaan makan ini sesuai keterlibatannya: memberikan
dengan indikasi. informasi keda keluarga untuk
memahami kebutuhan nutrisi
pasien.
7. Observasi tanda-tanda 7. Karena metabolisme
hiperglikemia.Seperti karbohidrat mulai terjadi (gula
perubahan tingkat kesadaran, darah akan berkurang, dan
kulit lembab/dingin, denyut sementara tetap diberikan
nadi cepat, lapar, peka insulin maka hiperglikemia
rangsang, cemas, sakit kepala, dapat terjadi. Jika pasien
pusing, sempayangan. dalam keadaan koma.
Hiperglikemia mungkin terjadi
tanpa memperlihatkan
perubahan tingkat kesadaran.
Ini secara potensial dapat
mengancam kehidupan yang
harus dikaji dan ditangani
secara cepat melalui tindakan
Kolaborasi protokol yang direncanakan.
8. Lakukan pemeriksaan gula 8. Analisa ditempat tidur
darah dengan menggunakan terhadap gula darah lebih
65

finger stick. akurat (menunjukkan keadaan


saat dilakukan pemeriksaan)
dari pada memantau gula
dalam urine (redukai urine)
yang tidak cukup akurat untuk
mendeteksi fluktuasi kadar
gula darah dan dapat
dipengaruhi oleh ambang
ginjal pasien secara individual
atau adanya retensi
urine/gagal ginjal.
9. Pantau pemeriksaan 9. Gula darah akan menurun
laboratorium, seperti perlahan dengan penggantian
glukosa darah, asetton, Ph, cairan dan terapi insulin
dan hco3 terkontrol. Dengan pemberian
insulin dosis optimal, glukosa
kemudian dapat masuk
kedalam sel dan digunakan
untuk sumber kalori.ketika hal
ini terjadi, kadar aseton akan
menurun dan asidisis dapat
dikoreksi.
10. Berikan pengobatan insulin 10. Insulin reguler memiliki
secara teratur dengan metode awitan cepat dan karenanya
IV secara intermiten atau dengan cepat pula dapat
secara kontinu. Seperti bolus membantu memindahkan
IV diikuti dengan tetesan yang glukosa kedalam sel.
kontinu melalui alat pompa Pemberian melalui IV
kira-kira 5-10 Ul/jam sampai merupakan rute pilihan utama
glukosa darah mencapai 250 karena absorpsi dari jaringan
subkutan mungkintidak
66

mg/dl. menentukan /sangat lambat.


Banyak orang
percaya/berpendapat bahwa
metode kontinu ini merupakan
cara yang optimal untuk
mempermudah transisi pada
metabolisme karbohidrat dan
menurunkan insiden
hipoglikemia.
11. Berikan larutan 11. Larutan glukosa ditambahkan
glukosa,misalnya dektrosa dan setelah insulin dan cairan
setengah salin normal. membawa gula darah kira-kira
250 mg/dl. Dengan
metabolisme karbohidrat
mendekati normal, perawatan
harus diberikan untuk
menghindari terjadinya
hiperglikemia.
12. Lakukan konsultasi dengaan 12. Sangat bermamfaat dalam
ahli diet. perhitungan dan penyesuaian
diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien:
menjawab pertanyaan dan
dapat pula membantu pasien
atau orang terdekat dalam
menegmbangkan perencanaan
makanan.
13. Berikan diet kira-kira 60% 13. Komplek karbohidrat (seperti
karbohidrat ,20% protein 20% jagung, wortel, brokoli,
lemak dalam penataan buncis, gandum,dll )
makanan tambahan. menurunkan kadar
67

glukosa/kebutuhan insulin,
menurunkan kadar kolestrol
darah dan meningkatkan rasa
kenyang. Pemasukan makanan
akan dijadwalkan sesui
karakteristik insulin yang
spesifik .
14. Berikan obat metoklopramid 14. Dapat bermamfaat dalam
(reglan):tetrasiklin. mengatasi gejala yang
berhubungan dengan neuropati
otonom yang mempengaruh
saluran cerna, yang
selanjutnya meningkatkan
pemasukan melalui oral dan
absorpsi zat makanan (nutrien)

Sumber: doenges, 2012


68

4.2.5 Implementasi Keperawatan


Pasien 1 (Ny. T)

Tabel 4.8 Catatan Tindakan Keperawatan Dan Perkembangan Hari I


Hari/ No Waktu Tindakan keperawatan Hari/ Evaluasi Paraf/
tanggal dx tanggal nama
jelas
Rabu, II 10.00 wib 1. Menimbang BB setiap hari dengan Kamis, 14 S: Murni
13 juni timbangan yang sama juni 2018 1. Klien bertanya berapa jelita
2018 R: klien bertanya berapa berat berat badannya
badannya 2. Klien mengatakan tidak
H: BB klien 44 kg selera makan
3. Klien mengatakan badan
10.20 wib 2. Menentukan program diet dan pola terasa lemas
makan pasien dan bandingkan 4. Klien mengatakan
dengan makanan yang dapat menyukai makanan yang
dihabiskan klien lembek
H: jenis diet DM 2 5. Keluarga mengatakan
R:Klien mengatakan tidak selera akan selalu mengawasi
makan menu makanan klien
11.30 wib 6. Klien bertanya hasil
3. Mengauskultasi bising usus, catat pemeriksaan gula
adanya nyeri abdomen/ perut darahnya
kembung, mual, muntahan 7. Keluarga menanyakan
makanan yang belum sempat makanan apa yang bisa
dicerna di konsumsi oleh klien
H: bising usus (+), nyeri abdomen baik di rumah sakit atau
(-), perut kembung (+), mual di rumah
69

(+), muntah (+) 8. Klien mengatakan kebas


R: klien mengatakan Badan terasa ssat di suntik
lemas
12.00 wib 4. Memberikan makanan cair yang O:
mengandung zat makanan 1. BB klien 44 kg
(nutrien) dan elektrolit dengan 2. Jenis diet DM2
segera jika pasien sudah 3. Bising usus (+), nyeri
mentoleransinya abdomen (-), perut
H: klien diberikan diet DM 2 kembung (+), mual (+),
R: klien mengatakan tidak selera muntah (+)
makan 4. Klien tampak memakan
bubur
12.20 wib 5. Mengidentifikasi makanan yang 5. Keluarga diberikan leaf
disukai/dikehendaki termasuk let dan penjelasan
kebutuhan etnik/cultural mengenai makanan yang
H: klien tampak memakan bubur bisa di konsumsi oleh
R: klien mengatakan menyukai klien baik di rumah sakit
makanan yang lembek maupun setelah pulang
ke rumah
12.40 wib 6. Melibatkan keluarga pasien dalam 6. Tingkat kesadaran CM
perencanaan makanan sesuai 7. Kulit tampak kering
dengan indikasi dan total 8. Membran mukosa kering
kebutuhan kalori yang dibutuhkan 9. Denyut nadi : 65
pasien 𝑋⁄
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
H: keluarga diberikan leaflet dan 10. Glukosa darah sewaktu
penjelasan mengenai makanan 511 µi
yang bisa dikonsumsi oleh Klien diberikan suntikan
klien baik di rumah sakit apidra dan lantus
maupun setelah pulang ke rumah sebanyak 12 dan 14 µi
R: keluarga mengatakan akan 30 menit sebelum
selalu mengawasi menu
70

makanan klien makan


11. injeksi ondansentron dan
12.50 wib 7. Mengobservasi tanda-tanda ranitidine telah diberikan
hiperglikemia, seperti: perubahan melalui IV, dan obat
tingkat kesadaran, kulit masuk semua
lembab/dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, sakit A: Masalah pemenuhan
kepala, pusing, sempayangan kebutuhan
H: tingkat kesadaran CM, kulit nutrisi belum teratasi
tampak kering, Membran
mukosa kering, denyut nadi: 65 P: intervensi dilanjutkan
𝑋⁄ 1. timbang berat badan
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
R: klien mengatakan badan terasa setiap hari dengan
lemas menggunakan timbangan
yang sama
13.00 wib 8. Melakukan pemeriksaan gula 2. tentukan program diet
darah dengan menggunakan finger dan pola makan pasien
stick danbandingkan dengan
H: glukosa darah sewaktu 511 µi makananyang dapat
R: klien bertanya hasil dihabiskan klien
pemeriksaan kadar gula 3. auskultasi bisng usus,
darahnya catat adanya nyeri
abdomen/ perut
13.10 wib 9. Melakukan perhitungan jumlah kembung, mual, muntah
kalori yang tepat pada klien 4. berikan makanan cair
H: kebutuhan jumlah kalori pada yang mengandung zat
klien yaitu 1.608,75kkal makanan
R: keluarga menanyakan makanan 5. identifikasi makanan
apa yang bias dimakan oleh yang disukai/
klien baik di rumah maupun di dikehendaki termasuk
kebutuhan etnik
71

rumah sakit 6. observasi tanda-tanda


hiperglikemia
13.20 wib 10. Memberikan diet dengan perkiraan 7. lakukan pemeriksaan
60% karbohidrat, 20% protein, glukosa darah dengan
20% lemak dalam penataan menggunakan finger
makanan tambahan. stick
H: diet klien DM 2 8. berikan diet dengan
R: klien mengucapkan trimakasih perkiraan 60%
karbohidrat, 20% protein
Kolaborasi : , lemak dalam penataan
13.20 wib 11. Memberikan pengobatan insulin makanan tambahan
secara teratur 9. berikan pengobatan
H: Klien diberikan Suntikan apidra insulin secara teratur
dan lantus sebanyak 12 dan 14 10. memberikan obat injeksi
µi 30 menit sebelum makan ondansentron dan
R: klien mengucapkan trimakasih ranitidine

11.30 wib 12. Memberikan obat injeksi


ondansentron dan ranitidine
H: injeksi ondansentron dan
ranitidine telah diberikan
melalui IV, dan obat masuk
semua
R: klien mengatakan kebas saat di
suntik
72

Tabel 4.9 Catatan Tindakan Keperawatan dan Perkembangan Hari II


Hari/ No Waktu Tindakan keperawatan Hari/ Evaluasi Paraf/
tanggal dx tanggal nama
jelas
kamis, II 10.00 1. Menimbang BB klien setiap hari Jum’at 15 S: Murni
14 juni wib dengan timbangan yang sama juni 2018 1. Klien bertanya berapa berat jelita
2018 H: BB klien 47 kg badannya
R: klien bertanya berapa berat 2. Klien mengatakan badan terasa
badannya lemas
3. Klien bertanya hasil pemeriksaan
10.30 2. Mengauskultasi bising usus, catat hasil gula darahnya
wib adanya nyeri abdomen, perut 4. Klien mengatakan kebas saat di
kembung, mual, muntahan makanan suntik
yang belum sempat dicerna
H: bising usus (+), nyeri abdomen (-), O:
perut kembung (-), mual (-), 1. BB klien 47 Kg
muntah(-) 2. Jenis diet DM2
R: Klien mengatakan badan terasa 3. Diet klien habis semua
Lemas 4. Bising usus (-), nyeri abdomen (-),
perut kembung(-), mual (-)
12.00 3. Memberikan makanan cair yang 5. Tingkat kesadaran CM, kulit
wib mengandung zat makanan (nutrien) tampak kering, membran mukosa
dan elektrolit dengan segera jika kering, denyut nadi 80 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
pasien sudah mentoleransi 6. Glukosa darah sewaktu 230 mg/dl
H: klien diberikan diet DM 2 7. Klien diberikan suntikan apidra dan
R: diet klien habis semua lantus 10 dan 12 µi, 30 menit
sebelum makan
12.30 4. Mengobservasi tanda-tanda 8. Injeksi ranitidine dan ondansentron
wib hiperglikemia, seperti : perubahan telah diberikan melalui IV, dan
73

tingkat kesadaran, kulit lembab dingin, obat masuk semua


denyut nadi, cepat lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala, pusing A: masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi
sempayangan teratasi sebagian
H: Tingkat kesadaran CM, kulit
tampak kering, membran mukosa P: intervensi dilanjutkan
kering, denyut nadi 80𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1. Timbang BB klien setiap hari
R: klien mengatakan badan terasa dengan timbangan yang sama
lemas 2. Tentukan program diet dan pola
makan klien dan dibandingkan
13.00 5. Melakukan pemeriksaan gula darah dengan makanan yang dapat
wib dengan menggunakan finger stick dihabiskan klien
H: glukosa darah sewaktu 230 mg/dl 3. Auskultasi bising usus, catat
R: klien bertanya hasil pemeriksaan adanya nyeri abdomen, perut
kadar gula darahnya kembung, mual, muntah dll
4. Berikan makanan cair yang
13.20 6. Memberikan diet dengan perkiraan mengandung zat makanan
wib 60% karbohidrat, 20% protein, 20% 5. Observasi tanda-tanda
lemak dalam penataan makanan hiperglikemia, seperti: perubahan
tambahan tingkat kesadaran, kulit lembab, dll
H: diet klien DM2 6. Lakukan pemeriksaan gula darah
R: klien mengucapkan trimakasih dengan menggunakan finger stick
7. Berikan diet dengan perkiraan 60%
11.30 7. Memberikan pengobatan insulin secara karbohidrat, 20% protein, 20%
wib teratur lemak
H: klien diberikan suntikan apidra dan 8. Berikan pengobatan insulin secara
lantus sebanyak 10 dan 12 µi, 30 teratur
menit sebelum makan 9. Berikan obat injeksi ranitidine dan
R: Klien mengucapkan trimakasih ondansentron

13.40 8. Memberikan obat injeksi ranitidine


74

wib dan ondansentron


H: injeksi ranitidine dan ondansentron
telah diberikan melalui IV, dan obat
masuk semua
R: klien mengatakan kebas saat
disuntik

Tabel 4.10 Catatan Tindakan Keperawatan dan Perkembangan Hari Ke III


Hari/ No Waktu Tindakan keperawatan Hari/ Evaluasi Paraf/
tanggal dx tanggal nama
jelas
Jum’at, 15 II 11.20 1. Menimbang BB klien setiap hari dengan Sabtu, 16 S: Murni
juni 2018 wib menggunakan timbangan yang sama juni 2018 1. Klien bertanya berapa jelita
H: BB klien 48 kg berat badannya
R: klien bertanya berapa berat 2. Klien mengatakan
badannya tidak ada keluhan
dibagian abdomen
11.45 2. Mengauskultasi bising usus, catat adanya 3. Klien mengatakan
wib nyeri abdomen, perut kembung, mual, badan tidak lemas lagi
muntahan makanan yang belum sempat
dicerna
H: bising usus rendah (6 x/i), nyeri O:
abdomen (-), perut kembung (-), 1. BB klien 48 Kg
mual (-) 2. Jenis diet DM 2
R: klien mengatakan tidak ada keluhan 3. Bising usus (+), nyeri
di bagian abdomen abdomen (-), perut
kembung (-), mual (-)
12.00 3. Memberikan makanan cair yang 4. Diet klien habis semua
75

wib mengandung zat makanan (nutrien) dan 5. Tingkat kesadaran


elektrolit dengan segera jika pasien sudah CM, kulit tampak
mentoleransi lembab, membran
H: klien diberikan diet DM2 mukosa lembab, nadi
R: diet klien habis semua 80 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
6. Injeksi ranitidine dan
12.30 4. Mengobservasi tanda-tanda ondansentron telah
wib hiperglikemia, seperti: perubahan tingkat diberikan melalui IV,
kesadaran, kulit lembab dingin, denyut dan obat masuk semua
nadi, cepat lapar, peka rangsang, cemas,
pusing, sakit kepala, sempayangan
H: tingkat kesadarn CM, kulit tampak A: masalah pemenuhan
lembab, membran mukosa lembab, kebutuhan nutrisi teratasi
denyut nadi 80 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
R: klien mengatakan badan tidak lemas P: intervensi dihentikan
Lagi
12.45 5. Memberikan diet dengan perkiraan 60%
wib karbohidrat, 20% protein, 20% lemak
dalam penataan makanan tambahan
H: diet klien DM 2
R: diet klien habis semua
12.50 6. Memberikan obat injeksi ranitidine dan
wib ondansentron
H: injeksi ranitidine dan ondansentron
telah diberikan melalui IV, dan
obat masuk semua
R: klien mengucapkan trimakasih
76

Pasien II (Tn. B)
Tabel 4.11 Catatan Tindakan Keperawatan dan Perkembangan Hari I
Hari/ No Waktu Tindakan keperawatan Hari/ Evaluasi Paraf/
tanggal Dx tanggal nama
jelas
Rabu, III 14.00 1. Menimbang BB setiap hari dengan Kamis, S: Murni
20 juni wib timbangan yang sama 21 juni 1. Klien bertanya berapa berat jelita
2018 Hasil: BB klien 58 kg 2018 badannya
Respon: klien bertanya berapa berat 2. Klien mengatakan tidak selera
badannya makan
3. Klien mengatakan menyukai
14.20 2. Menentukan program diet dan pola makanan lembek
wib makan pasien dan bandingkan 4. Keluarga mengatakan akan selalu
dengan makanan yang dapat mengawasi menu makan klien
dihabiskan klien 5. Klien mengatakan badan terasa
Hasil: jenis diet DM2 lemas
Respon: klien mengatakan tidak 6. Klien bertanya hasil
Selera makan pemeriksaannya
7. Keluarga menanyakan menu
14.40 3. Mengauskultasi bising usus, catat makanan yang baik untuk klien
wib adanya nyeri abdomen/perut baik dirumah sakit atau setelah
kembung, mual, muntahan makanan dirumah
yang belum sempat dicerna 8. Klien mengatakan kebas saat
Hasil: bising usus rendah (7 x/i), disuntik
Nyeri abdomen(-), perut
kembung (- ), O:
mual(-), muntah(-) 1. BB klien 58 kg
Respon:klien mengatakan tidak 2. Jenis diet DM 2
selera makan 3. Bising usus(+), nyeri abdomen(-),
77

mual(-), muntah(-), perut


14.55 4. Memberikan makanan cair yang kembung(-)
wib mengandung zat makanan (nutrien) 4. Klien tampak memakan bubur
dan elektrolit dengan segera jika 5. Keluarga diberikan leaflet dan
pasien sudah mentoleransinya penjelasan tentang makanan yang
Hasil: klien diberikan diet DM 2 harus di konsumsi penderita
Respon: klien mengatakan tidak diabetes melitus
selera makan 6. Tingkat kesadaran CM, kulit
tampak kering, membran mukosa
15.20 5. Mengidentifikasi makanan yang kering, denyut nadi 80𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
wib disukai/dikehendaki termasuk 7. Glukosa darah sewaktu 584 mg/dl
kebutuhan etnik/cultural 8. Kebutuhan jumlah kalori pada
Hasil: klien tampak memakan bubur klien yaitu 2646 kkal
ayam 9. klien diberikan suntikan
Respon: klien mengatakan menyukai nevoravid 3cc x 18 jam dan lantus
makanan lembek sebanyak 14 µi 30 menit sebelum
makan
15.40 6. Melibatkan keluarga klien dalam 10. injek ranitidine telah diberikan
wib perencanaan makanan sesuai dengan melalui IV, dan obat masuk
indikasi dan total kebutuhan kalori semua
yang dibutuhkan klien
Hasil: keluarga diberikan Leaflet dan A: masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi
penjelasan tentang makanan belum teratasi
yang harus dikonsumsi
penderita diabetes melitus P: intervensi dilanjutkan
Respon: keluarga mengataka akan 1. timbang BB setiap hari dengan
selalu mengawasi menu timbangan yang sama
makanan klien 2. tentukan program diet klien
3. auskultasi bising usus, catat
7. Mengobservasi tanda-tanda adanya nyeri abdomen/perut
16.00 hiperglikemia, seperti:perbuhan kembung, mual, muntahan
78

wib tingkat kesadaran, kulit makanan yang belum sempat


lembab/dingin, denyut nadi, cepat dicerna
lapar, peka rangsang, cemas, sakit 4. berikan makanan cair yang
kepala, pusing, sempanyangan mengandung zat
Hasil: tingkat kesadaran CM, kulit makanan(nutrien) dan elektrolit
tampak kering, membrane dengan segera jika pasien sudah
mukosa kering, denyut nadi: mentoleransinya
80 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 5. identifikasi makanan yang
Respon: klien mengatakan badan disukai/dikehendaki termasuk
terasa lemas kebutuhan etnik/cultural
6. libatkan keluarga klien dalam
16.10 8. Melakukan pemeriksaan gula darah perencanaan makanan sesuai
wib dengan menggunakan finger stick dengan indikasi dan total
Hasil: glukosa darah Sewaktu 584 kebutuhan kalori yang dibutuhkan
mg/dl klien
Respon: klien bertanya hasil 7. observasi tanda-tanda
Pemeriksaan hiperglikemia
laboratoriumnya 8. lakukan pemeriksaan gula darah
dengan menggunakan finger stick
16.25 9. Melakukan perhitungan jumlah 9. lakukan perhitungan jumlah
wib kalori yang tepat pada klien kalori yang tepat pada klien
Hasil: kebutuhan jumlah kalori klien 10. berikan diet dengan perkiraan
yaitu: 2646 kkal 60% karbohidrat, 20% protein,
Respon: keluarga menanyakan 20% lemak dalam penataan
Makanan apa yang bisa makanan tambahan
dimakan oleh klien baik di 11. berikan pengobatan insulin secara
rumah sakit atau di rumah teratur
12. berikan obat injeksi ranitidine
16.45 10. Memberikan diet dengan perkiraan
wib 60% karbohidrat, 20% protein, 20%
lemak dalam penataan makanan
79

tambahan
Hasil: diet klien DM 2
Respon: klien mengucapkan
trimakasih

Kolaborasi
17.00 11. Memberikan pengobatan insulin
wib secara teratur
Hasil: klien diberikan suntikan
nevoravid 3cc x 18 jam dan
lantus sebanyak 14 µi 30
menit sebelum makan
Respon: klien mengucapkan
trimakasih

17.10 12. Memberikan obat injeksi ranitidine


wib Hasil: injek ranitidine telah diberikan
melalui IV, dan obat masuk
semua
Respon: klien mengatakan kebas
saat di suntik
80

Tabel 4.12 Catatan Tindakan Keperawatan dan Perkembangan Hari Ke II


Hari/ No waktu Tindakan keperawatan Hari/ Evaluasi Paraf/
tanggal dx tanggal nama jelas
Kamis, III 13.10 1. Menimbang BB setiap hari dengan Jum’at, 22 S: Murni
21 juni wib timbangan yang sama juni 2018 1. Klien bertanya berapa berat jelita
2018 Hasil: BB klien 58 kg badannya
2. Klien mengatakan tidak selera
Respon: klien bertanya berapa berat
makan
badannya 3. Klien mengatakan badan masih
lemas
4. Klien menanyakan hasil
2. Menentukan program diet dan pola
13.20 pemeriksaan gula darahnya
makan pasien dan bandingkan dengan
wib 5. Klien mengatakan kebas saat
makanan yang dapat dihabiskan klien
disuntik
Hasil: jenis diet DM2
Respon: klien mengatakan tidak selera O:
1. BB klien 58 kg
makan
2. Jenis diet DM 2
3. Bising usus(+), nyeri abdomen(-),
13.30 3. Mengauskultasi bising usus, mencatat perut kembung(-), mual(-),
wib adanya nyeri abdomen/perut kembung, muntah(-)
mual, muntahan makanan yang belum 4. Tingkat kesadaran CM, kulit
sempat dicerna tampak kering, membran mukosa
Hasil: bising usus normal (9 x/i), nyeri kering, denyut nadi 80 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
abdomen(-), perut kembung(-), 5. Glukosa darah sewaktu 360 mg/dl
mual (-), muntah(-) 6. Klien diberikan suntikan nevoravid
Respon: klien mengatakan tidak selera 3 cc x 18 jam dan lantus sebanyak
makan 14 µi 30 menit sebelum makan
7. Injeksi ranitidine telah diberikan
13.55 melalui IV, dan obat masuk semua
4. Memberikan makanan cair yang
81

wib mengandung zat makanan (nutrien) dan


elektrolit dengan segera jika pasien sudah A: masalah gangguan pemenuhan
mentoleransinya kebutuhan nutrisi belum teratasi
Hasil: klien diberikan diet DM2
Respon: klien mengatakan tidak selera P: intervensi dilanjutkan
makan 1. Timbang BB klien setiap hari
dengan menggunakan timbangan
14.00 5. Mengobservasi tanda-tanda yang sama
wib hiperglikemia, seperti: perubahan tingkat 2. Tentukan program diet dan pola
kesadaran, kulit lembab, dingin, denyut makan klien dan bandingkan
nadi, cepat lapar, peka rangsang, cemas, dengan makanan yang dapat
sakit kepala, pusing sempayangan dihabiskan klien
Hasil: tingkat kesadaran CM, kulit 3. Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen
tampak kering, membran mukosa
4. Berikan makanan cair yang
kering, denyut nadi 80𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 mengandung zat makanan
5. Observasi tanda-tanda
Respon: klien mengatakan badan masih hiperglikemia
lemas 6. Lakukan pemeriksaan gula darah
dengan menggunkan finger stick
7. Berikan diet fdengan perkiraan
14.20 6. Melakukan pemeriksaan gula darah 60% karbohidrat, 20% protein,
wib dengan menggunakan finger stick 20% lemak
Hasil: glukosa darah sewaktu 360 mg/dl 8. Berikan pengobatan insulin secara
Respon: klien menanyakan hasil teratur
9. Berikan obat injeksi ranitidine
pemeriksaan gula darahnya

14.30 7. Memberikan diet dengan perkiraan 60%


wib karbohidrat, 20% protein, 20% lemak
dalam penataan makanan tambahan
82

Hasil: diet klien DM 2


Respon: klien mengucapkan trimakasih

14.55 8. Memberikan pengobatan insulin secara


wib teratur
Hasil: klien diberikan suntikan novidra
3cc x 18 jam dan lantus sebanyak
14 µi 30 menit sebelum makan
Respon: klien mengucapkan trimakasih

16.10 9. Berikan obat injeksi ranitidine


wib Hasil: injeksi ranitidine telah diberikan
melalui IV dan obat masuk semua
Respon: klien mengatakan kebas saat
Disuntik
83

Tabel 4.13 Catatan Tindakan Keperawatan dan Perkembangan Hari Ke III


Hari/ No Waktu Tindakan keperawatan Hari/ Evaluasi Paraf/
tanggal dx tanggal nama
jelas
Jum’at, III 13.00 1. Menimbang BB klien setiap hari Sabtu, S: Murni
22 juni wib dengan menggunakan timbangan yang 23 juni 1. Klien bertanya berapa BBnya jelita
2018 sama 2018 2. Klien mengatakan tidak ada
Hasil: BB klien 62 kg keluhan dibagian abdomen
Respon: klien bertanya berapa BBnya 3. Klien mengatakan badan tidak
lemas lagi
13.20 2. Menentukan program diet dan pola
wib makan klien dibandingkan dengan O:
makanan yang dapat dihabiskan klien 1. BB klien 62 kg
Hasil: jenis diet DM2 2. Jenis diet DM 2
Respon: diet klien semua 3. Diet klien habis semua
4. Glukosa puasa 317 mg/dl
13.30 3. Mengauskultasi bising usus, catat 5. Glukosa 2 jam pp 428 mg/dl
wib adanya nyeri abdomen, perut kembung, 6. Bising usus (+), nyeri
mual, muntahan makanan yang belum abdomen(-), perut kembung(-),
smepat dicerna mual(-)
Hasil: bising usus normal (12 x/i), nyeri 7. Tingkat kesadaran CM, kulit
abdomen(-), perut kembung(-), mual tampak lembab, membran
(- )
mukosa lembab, denyut nadi
Respon: klien mengatakan tidak ada
75𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
keluhan di bagian abdomen
8. Injeksi ranitidine diberikan
4. Memberikan makanan cair yang melalui IV, dan obat masuk
13.40 mengandung makanan (nutrien) dan semua
wib
84

elektrolit dengan segera jika pasien A: masalah pemenuhan nutrisi teratasi


sudah mentoleransi
Hasil: klien diberikan diet DM2 P: intervensi dihentikan
Respon: diet klien habis semua

13.50 5. Mengobservasi tanda-tanda


wib hiperglikemia, seperti: perubahan
tingkat kesadaran, kulit lembab, denyut
nadi, cepat lapar, peka rangsang, cemas,
pusing, sakit kepala, sempayangan
Hasil: tingkat kesadaran CM, kulit
tampak lembab, membran
mukosa lembab, denyut nadi
75𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Respon: klien mengatakan badan tidak
lemas Lagi

14.00 6. Melakukan pemeriksaan gula darah


wib dengan menggunakan finger stick
Hasil: glukosa puasa 317 mg/dl,
glukosa 2 jam pp 428 mg/dl
Respon: klien menanyakan hasil
pemeriksaannya

14.10 7. Berikan diet dengan perkiraan 60%


wib karbohidrat, 20% protein, 20% lemak
dalam penataan makanan tambahan
Hasil: diet klien DM2
Respon: diet klien habis semua
85

14.20 8. Memberikan obat injeksi ranitidine


wib Hasil: injeksi ranitidine diberikan
melalui IV, dan obat masuk
semua
Respon: klien Mengucapkan trimakasih
86

4.3 Pembahasan

Setelah peneliti melakukan studi kasus pemenuhan kebutuhan nutrisi pada

pasien diabetes melitus Tipe II antara Ny. T dan Tn. B di Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau Medan, selama 8 hari. Pasien I mulai dari tanggal 13 Juni 2018

sampai dengan 16 juni 2018 dan pasien ke II mulai dari tanggal 20 juni 2018

sampai dengan 23 juni 2018. Maka dalam bab ini penulis akan membahas

beberapa kesenjangan antara pasien I dan pasien II.

Adapun kesenjangan yang akan dibahas yaitu mulai dari tahap pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi yang telah

dilakukan kepada klien.

4.3.1 Tahap Pengkajian

Tahap pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan landasan dalam

melaksanakan proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi

tentang masalah klien agar dapat memberikan arahan dalam pembuatan intervensi

keperawatan. Dalam pengkajian ini ada beberapa kesenjangan yang terdapat pada

Pasien I dan Pasien II diantaranya :

1) Pada pasien I (Ny. T) klien mengalami mual dan muntah sedangkan

pasien II (Tn. B) tidak mengalami mual muntah. Menurut Wijaya (2013),

mual, muntah diakibatkan karena defisiensi insulin didalam tubuh

mengakibatkan tubuh akan membakar lemak sebagai sumber energi

sehingga terbentuknya keton, dan jika berlangsung lama akan meracuni

tubuh atau disebut ketoasidosis diabetik yang akibatnya dapat

menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,


87

napas berbau aseton. Sama halnya dengan keluhan yang dirasakan oleh

Ny. T saat dilakukan pengkajian klien mengatakan mual dan muntah ± 2 x

selama di rumah sakit, kadar gula darah sewaktu klien 511 mg/dl.

Sedangkan Tn. B tidak terjadi mual dan muntah walaupun kadar gula

darah sewaktunya meningkat yaitu 584 mg/dl, itu karena masih adanya

simpanan kalori dalam tubuh, terbukti karna selama di rumah klien tidak

bekerja, hanya sebagai pensiunan PNS, sedangkan Ny. T banyak

melakukan aktivitas karna klien kesehariannya bekerja sebagai pedagang

makanan, klien juga sering tidak patuh terhadap pola makanannya selama

di rumah.

2) Pada Pasien II (Tn. B) klien mengalami keluhan nyeri sedangkan pada

pasien I (Ny. T) tidak ada mengalami nyeri. Pada Tn. B terdapat nyeri

pada daerah kepala menjalar sampai ketengkuk dan pada daerah tangan

kiri, terdapat luka pada tangan kiri dengan diameter 5 cm namun bernanah,

skala nyeri yang dirasakan klien 6 (0-10). Menurut Padila (2012)

Peningkatan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus biasanya

memiliki pertanda diantaranya yaitu sakit kepala yang terkadang menjalar

sampai ke tengkuk. Sama halnya pada Tn. B yang mengalami nyeri kepala

menjalar sampai ke tengkuk, dengan hasil pemeriksaan kadar gula darah

yaitu 584 mg/dl. Menurut Wijaya (2013), hiperglikemia yang lama akan

menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan

pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya ganggren dan

lambatnya penyembuhan luka pada pasien-pasien yang mengalami


88

defisiensi insulin dan intoleransi glukosa. Terbukti dengan adanya luka

pada tangan kiri Tn. B dengan diameter 5 cm namun bernanah dan skala

nyeri 6 (0-10). Ny. T tidak mengalami nyeri diakibatkan karna tidak

adanya luka pada bagian tubuh klien dan terkadang tanda dari peningkatan

kadar gula darah klien tidak hanya nyeri pada kepala namun namun

polidipsia, poliuria, polifagi, lemas dan rasa ngantuk, dll

3) Pasien I ( Ny. T) mengalami ansietas sedangkan pasien II (Tn. B) tidak

mengalami ansietas. Pada Ny. T mengalami ansietas dikarenakan karena

klien belum mengerti secara mendalam pengobatan yang tepat pada

penyakit diabetes melitus, hal ini dibuktikan dengan klien tampak gelisah,

klien mengatakan ingin cepat sembuh, klien mengatakan sangat

memikirkan penyakitnya, klien mengatakan jika sakit klien hanya berobat

ke puskesmas dan klien mengatakan sudah 3 tahun menderita diabetes

melitus, sedangkan Tn. B sudah cukup paham dengan penyakitnya karna

Tn. B sudah menderita diabetes melitus ± 6 tahun yang lalu, dan selalu

berobat ke rumah sakit.

4.3.2 Diagnosa keperawatan

Setelah dilakukan pengumpulan dan analisa data maka dapat dirumuskan

diagnosa keperawatan, yang akan dibahas pada tahap ini adalah kesejangan

antara doagnosa Pasien I dan diagnosa Pasien ke II. Adapun diagnosa senjang

yang muncul antara lain:

a) Gangguan rasa nyaman nyeri b/d hiperglikemia mengakibatkan

makroangiopati/mikroangiopati sehingga suplay darah menurun dan


89

terjadi nekrosisi dan gangguan rasa nyaman nyeri pada Tn. B namun

tidak dijumpai pada Ny. T. Adapun alasan kenapa diagnosa ini tidak

muncul pada pasien I (Ny. T) diakibatkan karena klien tidak mengalami

penurunan suplay darah pada daerah perifer dan tidak mengakibatkan

nekrosis sehingga klien tidak mengalami gangguan rasa nyaman nyeri,

walaupun kadar gula darah klien meningkat (511 mg/dl) dan hasil

pemeriksaan CRT pada klien >2 detik, namun dalam penelitian

Kasengke (2015) menjelaskan bahwa peningkatan kadar gula darah baik

itu kadar gula darah puasa, sewaktu, dan dua jam post prandial (2 jam

pp) akan mengakibatkan beberapa tanda dan gejala klasik dari

hiperglikemia kronik, diantaranya: polidipsia, poliuria, polifagia,

penglihatan kabur, nyeri di kepala dan kadang-kadang disertai mual dan

muntah. Sehingga setiap penderita diabetes melitus akan memunculkan

gelaja yang berbeda-beda.

b) Ansietas b/d kurang informasi mengenai penyakitnya pada Ny. T tidak

di jumpai pada Tn. B. Adapun alasan kenapa diagnosa ini tidak muncul

pada Tn. B yaitu: Ansietas pada Ny. T diakibatkan karena kurangnya

pengetahuan dan informasi mengenai penyakitnya dari tenaga

kesehatan, lama klien menderita diabetes juga berpengaruh terhadap

ansietas yang dialami klien. Hal tersebut juga sejalan dengan jurnal

Taluta (2014) dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa sebagian

besar penderita DM Tipe II mengalami kecemasan maka penanganan

terhadap kecemasan merupakan salah satu komponen dalam perawatan


90

bagi penderita DM. Dan juga penelitian kusumawaty (2015) mengatakan

bahwa tingkat pendidikan akan menentukan mudah atau tidaknya

seseorang dalam menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin tinggi pengetahuan yang mereka peroleh, sama halnya dengan

yang terjadi pada Ny. T yang mengalami ansietas dikarenakan kurang

pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya sejalan juga dengan Ny.

T yang hanya tamatan SMP, sedangkan Tn. B tamat S1 dan selama sakit

Tn. B selalu berobat ke Rumah Sakit, sedangkan Ny. T hanya berobat

ke puskesmas dan informasi kesehatan lebih banyak didapat di Rumah

sakit dari pada puskesmas.

c) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada Ny. T dan Tn. B

diakibatkan karena hiperglikemia sehingga terganggunya metabolisme

lemak, karbohidrat dan protein dan mengakibatkan difisiensi glukosa

terjadi anoreksia dan penurunan selera makan. Polifagia memang

merupakan suatu ciri khas dari pasien namun pada saat dilakukan

pengkajian klien mengatakan tidak nafsu makan, hal ini disebabkan

karna terjadinya ketoasidosis sehingga munculnya rasa mual dan muntah

yang mengakibatkan munculnya tidak nafsu makan. Data pengkajian

pasien. Menurut doenges (2012) mengatakan bahwa dalam pemenuhan

makanan/cairan data yang didapat yaitu hilangnya nafsu makan pada

klien yang mengalami diabetes melitus. Menurut Wijaya (2013), mual,

muntah diakibatkan karena defisiensi insulin didalam tubuh


91

mengakibatkan tubuh akan membakar lemak sebagai sumber energi

sehingga terbentuknya keton, dan jika berlangsung lama akan meracuni

tubuh atau disebut ketoasidosis diabetik yang akibatnya dapat

menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,

napas berbau aseton

4.3.3 Intervensi keperawatan

Dalam tahap perencanaan tindakan pada pasien, penulis tidak menemukan

kesulitan karena keluarga dapat diajak bekerja sama dengan baik dalam

menemukan rencana keperawatan dan mau menerima rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan terhadap pasien, agar tercapainya tujuan

keperawatan klien.

Dalam hal ini penulis membuat rencana keperawatan sekaligus

menentukan pendekatan yang digunakan untuk mencegah masalah yang

mengakibatkan klien serta keluarga dengan berpedoman pada tinjauan teoritis saat

melakukan asuhan keperawatan.

Didalam diagnosa senjang pasien I (Ny. T) intervensi keperawatan yang dilakukan

adalah:

a) Ansietas pada pasien I (Ny. T)

Intervensi yang diberikan yaitu:

1) menciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh

perhatian dan selalu ada untuk pasien, tujuannya : menanggapi dan

memperhatikan perlu diciptakan sebelum klien bersedia mengambil

bagian dalam belajar dan terciptanya lingkungan saling percaya antara


92

klien dengan perawat sehingga klien merasa ada yang memperdulikannya

2) mendiskusikan topik-topik utama, seperti: apakah kadar gula darah

normal itu dan bagaimana hal tersebut dibandingkan dengan kadar gula

darah pasien, tujuannya: memberikan pengetahuan dasar dimana klien

dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup, pengetahuan

tentang faktor pencetus dapat membantu untuk menghindari kambuhnya

serangan yang sama baik sekarang atau nanti setelah klien berada di

rumah

3) mendiskusikan tentang diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara

untuk melakukan makan di luar rumah, tujuannya: untuk memberikan

pemahaman tentang semua aspek yang digunakan obat meningkat

penggunaan yang tepat, algoritme dosis dibuat yang masuk jumlah dan

jadwal aktivitas fisik biasanya, perencanaan makanan, dengan melibatkan

orang terdekat/sumber untuk klien

4) Rekomendasikan untuk tidak menggunakan obat-obatan yang dijual

bebas tanpa konsultasi dengan tenaga kesehatan/tidak boleh

menggunakan obata tanpa resep, tujuannya: untuk membantu mengontrol

proses penyakit dengan lebih ketat dan mencegah eksaserbasi DM,

menurunkan perkembangan komplikasi sistemik

5) Demostrasikan teknik penanganan stress, seperti: latihan napas dalam,

bimbingan imajinasi, mengalihkan perhatian, tujuannya: untuk menopang

perubahan gaya hidup dan meningkatkan penerimaan atas diri sendiri


93

b) Gangguan rasa nyaman nyeri pada Tn. B

Intervensi yang diberikan

1) Kaji skala intensitas lokasi nyeri, tujuannya: untuk mengetahui intervensi

selanjutnya yang akan dilakukan, dan ketika perawat mengetahui skala

nyeri yang dirasakan klien akan mempermudah perawat untuk

menentukan melakukan tindakan yang lebih tepat

2) Pertahankan tirah baring selama serangan akut, berikan lingkungan yang

tenang, tujuannya: menurunkan laju metabolic dan rangsangan sekresi GI

sehingga menurunnya aktivitas pancreas

3) Berikan perawatan luka dengan teratur, jaga kulit tetap kering pada

daerah yang tertekan, tujuannya: sirkulasi perifer bisa terganggu, yang

menempatkan klien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada

kulit/iritasi kulit dan infeksi

4) Awasi nadi, tekanan darah, dan pernapasan serta suhu tubuh

mengantisipasi nyeri, tujuannya: untuk mengetahui kondisi umum klien

dengan peningkatan nadi pada nyeri dan peningkatan nadi pada nyeri dan

peningkatan suhu pada infeksi

5) Anjurkan kompres hangat/dingin pada daerah tengkuk dan tangan jika

nyeri timbul, tujuan: menghilangkan nyeri, menguranginya melalui

penghilangan rasa ujung saraf

6) Berikan massase yang lembut pada daerah kepala dan tengkuk,

tujuannya: meningkatkan relaksasi dan mengurangi tegangan otot

7) Dorong teknik relaksasi, tujuannya: meningkatkan relaksasi dan


94

memampukan klien untuk memfokuskan perhatian dapat meningkatkan

koping

8) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik, tujuannya:

menghilangkan nyeri mempermudah kerja sama dengan intervensi

therapy lain, contoh: ambulasi

c) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

1) Timbang BB setiap hari sesuai dengan indikasi, tujuannya: untuk

mengetahui perkembangan berat badan klien dan untuk mengakji

pemasukan makanan yang adekuat ( termasukabsorpsi dan utilisasi)

2) Tentukan program diet dan pola makan pada pasien dan bandingkan

dengan makanan yang dapat dihabiskan, tujuannya: mengidentifikasi

kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik

3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung,

mual, muntahan makanan yang belum sempat di cerna, tujuannya:

hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat

menurunkan motalitas/fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik) yang

akan mempengaruhi pilihan intervensi.

4) Berikan makanan cairan yang mengandung zat makanan (nutrien) dan

elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui

pemberian cairan oral, tujuannya: pemberian makanan melalui oral lebih

baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik

5) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan

etnik/kultural, tujuannya: jika makanan yang disukai pasien dapat


95

dimasukkan dalam perencanaan makanan, kerja sama ini dapat

diupayakan setelah pulang

6) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makanan sesuai dengan

indikasi, tujuannya: meningkatkan rasa keterlibatannya: memberikan

informasi kepada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien

7) Observasi tanda-tanda hiperglikemia, seperti: perubahan tingkat

kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi, cepat lapar, peka rangsang,

cemas, sakit kepala, pusing, sempayangan, tujuannya: untuk mengetahui

metabolisme karbohidrat, karna metabolisme karbohidrat mulai terjadi

(gula darah akan berkurang, dan sementara tetap diberikan insulin maka

hiperglikemia dapat terjadi, jika pasien dalam keadaan koma,

hiperglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat

kesadaran. Ini secara potensial dapat mengancam kehidupan yang harus

dikaji dan ditangani secara cepat melalui tindakan protokol yang

direncanakan

Kolaborasi

8) Lakukan pemeriksaan gula dara mengguankan dinger stick, tujuannya:

analias tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat (menunjukkan

keadaan saat dilakukan pemeriksaan) dari pada memantau gula dalam

urine yang tidak cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula

darah dan dapat dipengaruhi oleh ambang ginjal pasien secara

individual atau adanya retensi urine/gagal ginjal.

9) Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti: glukosa darah, asetton, Ph,


96

DAN hco3, tujuannya: gula darah akan menurunkan perlahan dengan

pengganti cairan dan terapi insulin terkontrol. Dengan pemberian

insulin dosis optimal, glukosa kemudian dapat masuk kedalam sel dan

digunakan untuk sumber kalori.

10) Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara

intermiten atau secara kontinu, tujuanny: insulin reguler memiliki

awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu

memindahkan glukosa kedalam sel

11) Berikan larutan glukosa, misalnya dektro dan setengah salin normal,

tujuannya: larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan

membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl, dengan metabolisme

karbohidrat mendekati normal, perawatan harus diberikan untuk

menghindari terjadinya hiperglikemia

12) Lakukan perhitungan kalori yang tepat pada klien sesuai dengan rumus

yang ada, tujuannya: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien,

menjawab pertanyaan dan dapat pula membantu pasien atau orang

terdekat dalam mengembangkan perencanaan makanan

13) Berikan diet kira-kira 60% karbohidrat, 20% protein, 20% lemak

dalam penataan makanan tambahan, tujuannya: komplek karbohidrat

(seperti: jagung, wortel, brokoli, buncis, gandum, dll) menurunkan

kadar glukosa/kebutuhan insulin, menurunkan kadar kolestrol darah dan

meningkatkan rasa kenyang

14) Berikan obat ondansentron dan ranitidine, tujuannya: untuk mengatasi


97

gejala yang berhubungan dengan neuropati otonom yang

mempengaruhi saluran cerna, yang selanjutnya meningkatkan

pemasukan melalui oral dan obserpasi zat makanan (nutrien)

Didalam studi kasus ini, peneliti membuat beberapa intervensi untuk setiap

masalah yang dialami klien. Namun, ada beberapa intervensi yang tidak dilakukan

pada kedua klien, diantaranya:

Pasien I (Ny. T)

1) Dalam diagnosa ke II (gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi)

a) Memantau pemeriksaan asetton, Ph, DAN hco3

Alasannya : pemeriksaan asetton, Ph DAN hco3 tidak ada dianjurkan

oleh dokter

b) Memberikan larutan glukosa, misalnya dektrosa dan stengah Salin

normal

Alasannya: pemberian cairan pada klien hanya dianjurkan RL (ringer

𝑔𝑡𝑡⁄
laktat) 20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Pasien II (Tn. B)

2) Dalam diagnosa ke III (gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi)

a) Memantau pemeriksaan asetton, Ph, DAN hco3

Alasannya : pemeriksaan asetton, Ph DAN hco3 tidak ada dianjurkan

oleh dokter

b) Memberikan larutan glukosa, misalnya dektrosa dan stengah Salin

normal

Alasannya: pemberian cairan pada klien hanya dianjurkan RL (ringer


98

𝑔𝑡𝑡⁄
laktat) 20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

4.3.4 Pelaksanaan Tindakan keperawatan

Pada tahap pelaksanaan tindakan pada kasus penelitian melaksanakan

tindakan yang mengacu pada rencana perawatan yang telah dibuat sebelumnya

serta menyesuaikannya dengan kondisi pasien pada saat diberikan. Dalam

melaksanakan tindakan keperawatan, penulis bekerja sama dengan perawat

ruangan dan berpartisipasi aktif dengan keluarga pasien.

Adapun tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan

intervensi yang direncakan antara lain:

Pada pasien I (Ny.T)

1) Didalam diagnosa ke V (ansietas)

a) 13 Juni 2018 pada pukul 19.00 wib: Menciptakan lingkungan

saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan selalu

ada untuk klien. Didapatkan hasil bahwa klien mau bercerita

tentang semua keluhannya kepada perawat, klien mengatakan

sangat memikirkan penyakitnya, klien mengatakan nyaman saat

bercerita dengan perawat. Implementasi diatas sesuai dengan

Doengoes (2012) yang mengatakan bahwa tindakan menciptakan

lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian

dan selalu ada untuk klien menjadikan klien merasa ada yang

memperdulikannya.

b) 13 Juni 2018 pukul 19.20 wib: Berdiskusi dengan klien topik-topik

utama, seperti: apakah kadar glukosa normal itu dan bagaimana hal
99

tersebut dibandingkan dengan kadar glukosa darah pasien, tipe DM

yang dialami klien, hubungan antara kekurangan insulin dengan

kadar glukosa darah. Didapat hasil klien tampak menyimak

penjelasan dari perawat, klien mengatakan mengerti dengan

penjelasan perawat. Tindakan implementasi diatas sesuai dengan

Doengoes (2012) menyatakan bahwa berdiskusi dengan klien

topik-topik utama, seperti: apakah kadar glukosa normal itu dan

bagaimana hal tersebut dibandingkan dengan kadar glukosa darah

pasien, tipe DM yang dialami klien, hubungan antara kekurangan

insulin dengan kadar glukosa darah, dapat memberikan

pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pertimbangan

dalam memilih gaya hidup, pengetahuan tentang faktor pencetus

dapat membantu untuk menghindari kambuhnya serangan yang

sama baik sekarang atau nanti setelah klien berada di rumah.

Menurut Ayu, dkk (2015) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan

bertujuan untuk mengubah perilaku orang atau masayarakat dari

perilaku tidak sehat menjadi sehat, serta menambah wawasan

seseorang, menghilangkan rasa takut berlebihan klien terhadap

penyakitnya. Oleh sebab itu penting dijelaskan kepada klien

mengenai penyakit yang dialami klien, sehingga saat klien

pengetahuannya dapat aplikasikannya.

c) 13 juni 2018 pukul 19.40 wib: berdiskusi dengan klien tentang diet,

penggunaan makanan serat dan cara untuk melakukan makan


100

diluar. Didapat hasil klien tampak menyimak dan membaca leaflet

yang diberikan oleh perawat, klien mengatakan mengerti dengan

penjelasan dan telah membaca leaflet yang diberikan perawat.

Tindakan implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012)

mengatakan bahwa berdiskusi dengan klien tentang diet,

penggunaan makanan serat dan cara untuk melakukan makan diluar

bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang semua aspek

dimana dengan perencanaan makanan yang baik juga bisa menjadi

therapy bagi penderita diabetes melitus

d) 13 juni 2018 pada pukul 20.00 wib: merekomendasikan untuk tidak

menggunakan obat-obatan yang dijual bebas tanpa konsultasi

dengan tenaga kesehatan/tidak boleh memakai obat tanpa resep

didapat hasil: klien mengatakan selama di rumah sakit hanya

mengonsumsi obat dari rumah sakit. Tindakan implementasi diatas

sesuai dengan doenges (2012) menyatakan bahwa

merekomendasikan untuk tidak menggunakan obat-obatan yang

dijual bebas tanpa konsultasi dengan tenaga kesehatan/tidak boleh

memakai obat tanpa resep dapat membantu mengontrol proses

penyakit dengan lebih ketat dan mencegah eksaserbasi DM,

menurunkan perkembangan komplikasi sistemik

e) 13 juni 2018 pada pukul 20.45 wib: mendemonstrasikan teknik

penanganan stress, seperti: latihan napas dalam, bimbingan

imajinasi. Didapat hasil: klien diajarkan teknik napas dalam selama


101

10 menit jika stress. Tindakan implementasi diatas sesuai dengan

doenges (2012) menyatakan bahwa mendemonstrasikan teknik

penanganan stress, seperti: latihan napas dalam, bimbingan

imajinasi merupakan tindakan yang bertujuan untuk menopang

perubahan gaya hidup dan meningkatkan penerimaan atas diri

sendiri. Dan menurut Kusyati, dkk (2017) menyatakan bahwa

teknik napas dalam yang sempurna dapat mengurangi ketegangan

otot, kejenuhan, dan ansietas pada pasien.

Pada pasien II

2) Diagnosa pertama (gangguan rasa nyaman nyeri)

a) 20 juni 2018 pada pukul 08.00 wib: mengkaji skala intensitas

lokasi nyeri. Didapat hasil: klien tampak kesakitan dan memegangi

daerah kepala dan tengkuk, skala nyeri 6 (0-10). Tindakan

implementasi diatas sesuai dengan doenges (2012) menyatakan

bahwa mengkaji skala intensitas lokasi nyeri bertujuan untuk

mengetahui intervensi selanjutnya yang akan dilakukan perawat,

menurut kusyati, dkk (2017) menyatakan bahwa melakukan

pengkajian skala nyeri dapat digunakan sebagai sumber informasi

untuk menentukan derajat nyeri dan koping yang digunakan klien

dalam mengatasi nyeri.

b) 20 juni 2018 pada pukul 08.30 wib: mempertahankan tirah baring

selama fase akut, berikan lingkungan tenang dan nyaman. Didapat

hasil lingkungan kamar klin tenang dan bersih, klien tampak tidur
102

di kamarnya. Tindakan implementasi diatas sesuai dengan Doenges

(2012) menyatakan bahwa mempertahankan tirah baring selama

fase akut, berikan lingkungan tenang dan nyaman dpat menurunkan

laju metabolic dan rangsang sekresi GI sehingga menurun aktivitas

pancreas.

c) 20 juni 2018 pada pukul 10.00 wib sampai dengan 22 juni 2018

dilakukan implementasi memberikan perawatan luka dengan

teratur, menjaga kulit tetap kering pada daerah yang tertekan,

didapat hasil luka masih basah dan klien tampak kesakitan saat

luka dibersihkan, namun pada hari ketiga perawatan dilakukan

luka tampak kering, klien mengatakan tangan tidak sakit lagi.

Tindakan implentasi diatas sesuai dengan Doenges (2012)

menyatakan bahwa dengan perawatan luka secara teratur, menjaga

kulit tetap kering pada daerah yang tertekan karena jika bagian

yang tertekan masih basah maka sirkulasi perifer bisa terganggu,

yang menempatkan klien pada peningkatan resiko terjadinya

kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi sehingga perlu

dilakukan perawatan luka dan menjaga kulit tetap kering.

d) 20 juni 2018 pada pukul 10.15 wib: mengawasi tanda-tanda vital

klien, didapat hasil TTV klien dalam batas normal. Tindakan

implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012) menyatakan

bahwa mengawasi tanda-tanda vital klien dilakukan untuk

mengetahui kondisi umum klien. Dan jika terjadi peningkatan


103

nadi, nyeri dan peningkatan suhu merupakan gejala awal infeksi

infeksi.

e) 20 juni 2018 pada pukul 10.25 wib: menganjurkan kompres

hangat/dingin pada daerah yang sakit, didapat hasil klien tampak

tenang saat diberikan kompres, klien mengatakan nyeri sedikit

berkurang saat diberikan. Tindakan implementasi sesuai dengan

Doenges (2012) menyatakan bahwa menganjurkan kompres

hangat/dingin pada daerah yang sakit dapat menghilangkan nyeri,

menguranginya melalui penghilangan rasa ujung saraf. Menurut

kusyati, dkk (2017) menyatakan bahwa memberikan kompresan

berfungsi untuk memperlambat konduksi impuls nyeri ke otak dan

impuls motorik ke otot diarea nyeri sehingga dapat meredakan

nyeri yang dialami klien.

f) 20 juni 2018 pada pukul 10.30 wib : memberikan massase lembut

pada daerah yang sakit. Didapat hasil klien tampak tenang, klien

mengatakan nyeri berkurang. Tindakan implementasi diatas sesuai

dengan Doenges (2018) menyatakan bahwa memberikan massase

lembut pada daerah yang sakit berfungsi untuk meningkatkan

relaksasi dan mengurangi tegangan otot. Menurut Kusyati, dkk

(2017) menyatakan bahwa massase dilakukan untuk menstimulasi

sirkulasi darah serta metabolisme dalam jaringan.

g) 20 juni 2018 pada pukul 10.35: mendorong teknik relaksasi didapat

hasil klien melakukan latihan napas dalam, klien tampak tenang.


104

Tindakan implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012)

menyatakan bahwa mendorong teknik relaksasi dapat

memampukan klien untuk memfokuskan perhatian dan dapat

meningkatkan koping klien. Menurut Kusyati, dkk (2017)

menyatakan bahwa teknik relaksasi yang sempurna dapat

mengurangi ketegangan otot, kejenuhan pada klien.

h) 20 juni 2018 pada pukul 10.50 wib: berkolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgetik, didapat hasil klien diberikan obat asam

mefenamat 3 x 1500 mg, klien menyatakan nyeri berkurang.

Tindakan implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012)

menyatakan bahwa pemberian analgetik bisa menghilangkan nyeri,

mempermudah kerja sama dengan intervensi therapy lain, contoh :

ambulasi. Menurut Hasyati (2018) menyatakan bahwa pemberian

analgesik dapat mengatasi nyeri dengan menekan sistem saraf

pusat pada talamus dan korteks serebral.

Pasien I

3) Diagnosa ke II ( gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi)

a) 13 juni 2018 sampai dengan 15 juni 2018 pada pukul 10.00 wib :

menimbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama

didapat hasil dalam 2 hari perawatan BB klien belum ada

peningkatan masih 44 kg, namun saat hari ke tiga peningkatan BB

terjadi sekitar 3 kg (47 kg). Tindakan implementasi diatas sesuai

dengan Doenges (2012) menyatakan bahwa menimbang berat


105

badan setiap hari dengan timbangan yang sama berfungsi untuk

mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorpsi

dan utilisasinya). Menurut Kusyati, dkk (2017) menyatakan bahwa

menimbang BB klien bertujuan untuk mengkaji BB klien dan

perkembangannya, membantu menentukan program pengobatan

(dosis), menentukan status nutrisi klien, menentukan statsu cairan

klien.

b) 13 juni 2018 pada pukul 10.20 wib: menentukan program diet dan

pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat

dihabiskan, didapat hasil bahwa dalam penentuan pola diet klien

dilakukan oleh dokter dan ahli gizi. Tindakan implementasi diatas

sesuai dengan Doenges (2012) menyatakan bahwa menentukan

program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan

makanan yang dapat dihabiskan berfungsi untuk mengidentifikasi

kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik. Menurut

Hardinsyah (2017) menyatakan bahwa penentuan diet klien

bertujuan untuk membantu penderita DM dalam mempertahankan

kalori dalam tubuh tetap normal sesuai dengan kebutuhan tubuh.

c) 13 juni 2018 pada pukul 11.30 wib: mengauskultasi bising usus,

mencatat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual dan

muntahan makanan yang belum sempat dicerna didapat hasil bising

usus 6 x/menit, nyeri abdomen (-), mual (+), muntah (+) dan pada

tanggal 15 juni 2018 pada pukul bising usus kembali normal


106

(12 x/i). Tindakan keperawatan diatas sesuai dengan Doenges

(2012) menyatakan bahwa mengauskultasi bising usus, mencatat

adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual dan muntahan

makanan yang belum sempat dicerna bertujuan untuk menurunkan

motalitas/fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik) yang akan

mempengaruhi intervensi.

d) 13 juni 2018 pada pukul 12.00 wib: memberikan makanan cair

yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan

segera jika pasien sudah mentoleransi didapat hasil bahwa tindakan

tidak dilakukan oleh perawat karna pemberian diet ditentukan oleh

perawat dan ahli gizi. Tindakan tersebut sesuai dengan Doenges

(2012) menyatakan bahwa jika pasien dapat mentoleransi makanan

akan lebih baik jika makanan diberikan melalui oral karna fungsi

gastrointestinal menjadi baik fungsinya.

e) 13 juni 2018 pada pukul 12.20 wib: mengidentifikasi makanan

yang disukai klien termasuk kebutuhan etnik/cultural. Didapat hasil

klien mengatakan menyukai makanan yang lembek, klien tampak

memakan bubur. Tindakan implementasi diatas sesuai dengan

Doenges (2012) menyatakan bahwa mengidentifikasi makanan

yang disukai klien termasuk kebutuhan etnik/cultural sangat

berfungsi karna saat makanan yang disukai klien dapat dimasukkan

dalam perencanaan makanan, kerja sama ini dapat diupayakan

setelah pulang. Menurut penelitian Wahyuni, dkk (2017)


107

menyatakan bahwa diet yang bersifat membatasi akan merubah

gaya hidup dan dirasakan klien sebagai gangguan serta tidak

disukai bagi banyak penderita DM karena makanan dan minuman

merupakan aspek penting dalam sosialisasi, klien merasa

tersingkirkan ketika berada bersama orang lain karena hanya ada

beberapa pilihan makanan saja yang tersedia dan tidak sesuai

dengan selera sehingga hal ini dirasakan membosankan. Oleh

sebab itu dalam hal perencanaan makanan perlu di identifikasi

tentang mkanan yang disukai/dikehendaki oleh klien.

f) 13 juni 2018 pada pukul 12.40 wib: melibatkan keluarga klien

dalam perencanaan makanan sesuai dengan indikasi dan total

kebutuhan kalori yang dibutuhkan klien. Didapat hasil: keluarga

diberikan leaflet tentang diabetes melitu dan penjelasan tentang

makanan yang di konsumsi penderita diabetes melitus, keluarga

mengatakan akan mengawasi menu makanan klien setiap hari.

Tindakan implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012)

menyatakan bahwa melibatkan keluarga klien dalam perencanaan

makanan sesuai dengan indikasi dan total kebutuhan kalori yang

dibutuhkan klien akan meningkatkan rasa keterlibatan keluarga

dalam memahami kebutuhan nutrisi klien. Dalam penelitian

Subekti, dkk (2015) menyatakan bahwa hasil uji statistik chi-

square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

dukungan keluarga klien DM tipe II dengan kadar gula darah


108

sewaktu dan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi, dibanding

dengan klien yang mempunyai dukungan keluarga yang kurang

baik. Maka dengan dukungan dan partisipasi dari keluarga dapat

mempercepat proses penangan masalah klien dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes.

g) 13 juni 2018 sampai dengan 15 juni 2018 pada pukul 12.50 wib:

mengobservasi tanda-tanda hiperglikemia, seperti: perubahan

tingkat kesadaran, kulit lembab dingin, denyut nadi, cepat lapar,

peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing sempayangan didapat

hasil: tingkat kesadaran CM, kulit tampak kering, membran

mukosa kering, denyut nadi 65 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡, dan pada hari ketiga (15

juni 2018) tampak membran mukosa klien lembab, dan kulit klien

juga tampak lembab. Tindakan implementasi diatas sesuai dengan

Doenges (2012) menyatakan bahwa mengobservasi tanda-tanda

hiperglikemia, seperti: perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab

dingin, denyut nadi, cepat lapar, peka rangsang, cemas, sakit

kepala, pusing sempayangan. Tindakan ini dilakukan karna jika

pasien dalam keadaan koma hiperglikemia akan terjadi tanpa

memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran. Ini secara potensial

dapat mengancam kehidupan, yang harus dikaji dan ditangani

secara cepat melalui tindakan protokol yang direncanakan.

h) 13 juni 2018 sampai 15 juni 2018 pada pukul 13.00 wib:

Melakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger


109

stick didapat Hasil pada tanggal 13 juni 2018 pemeriksaan

dilakukan oleh bagian laboratorium, gula darah sewaktu klien 511

µi, klien tampak lemas dan 14 juni 2018 pada pukul gula

darah sewaktu klien 376 mg/dl, pada 15 juni 2018 pada pukul

Hasil: pemeriksaan gula darah sewaktu klien menurun menjadi

230 mg/dl. Tindakan implementasi diatas sesuai dengan Doenges

(2012) menyatakan bahwa Melakukan pemeriksaan gula darah

dengan menggunakan finger stick dilakukan karena pemeriksaan

gula darah ditempat tidur lebih akurat (menunjukkan keadaan saat

dilakukan pemeriksaan) diandingkan dengan pemeriksaan melalui

urine.

i) 13 juni 2018 pada pukul 13.10 wib: melakukan perhitungan jumlah

kalori yang tepat pada pasien. Didapat hasil: setelah dilakukan

perhitungan dan didapat jumlah kalori pada pasien yaitu 1.608,75

kkal. Tindakan implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012)

menyatakan bahwa melakukan perhitungan jumlah kalori yang

tepat pada pasien sangat bermamfaat dalam penyesuaian diet untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi klien. Menurut Hardiansyah (2017)

menyatakan bahwa tepat jumlah kalori pada klien merupakan suatu

prinsip pengaturan makanan pada penderita DM dan untuk

mencapai dan mempertahankan berat badan ideal yaitu berat badan

sesuai dengan tinggi badan, sehingga glukosa darah tidak terjadi

peningkatan
110

j) 13 juni 2018 pada pukul 13.00 wib: memberikan diet dengan

perkiraan 60% karbohidrat, 20% protein, 20% lemak dalam

penataan makanan tambahan didapat hasil bahwa selama di rumah

sakit klien hanya memakan makanan dari rumah sakit yaitu DM2,

dan slera makan klien semakin hari bertambah. Tindakan

implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012) menyatakan

bahwa memberikan diet dengan perkiraan 60% karbohidrat, 20%

protein, 20% lemak dalam penataan makanan tambahan ini

diberikan untuk menurunkan kadar glukosa/kebutuhan insulin,

menurunkan kadar kolestrol darah dan meningkatkan rasa kenyang.

Dalam penelitian Idris, dkk (2014) menyatakan bahwa pasien DM

tipe II yang memiliki asupan karbohidrat kurang cenderung tidak

mampu melakukan kontrol kadar gula darah dibandingkan dengan

pasien yang memiliki asupan karbohidrat yang sesuai dengan

kebutuhan, dan hasil uji pearson chi square menunjukkan bahwa

ada hubungan yang bermakna jumlah asupan karbohidrat dengan

kontrol kadar gula darah sehingga perlu diberikan karbohidrat pada

pasien 60%, dan daam penelitiannya juga menjelaskan bahwa tidak

adanya hubungan antara asupan protein dengan kadar gula darah

pasien Diabetes Melitus tipe II sehingga pasien diabetes melitus

hanya diberikan 20% protein, dan pada penelitian ini juga

dijelaskan bahwa asupan lemak yang sesuai dengan kebutuhan

tubuh sebagian besar memiliki kadar gula darah tidak terkontrol.


111

Hal ini dikarenakan walaupun asupan lemak baik namun asupan

energi lebih dari kebutuhan yang bersumber dari karbohidrat dan

beban glikemik oleh sebeb itu penderita diabetes hanya diberikan

asupan lemak sebesar 20% saja saat makan

k) 13 juni 2018 sampai dengan 15 juni 2018 pada pukul 11.30 wib

berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian insulin secara

teratur. didapat hasil: klien diberikan suntikan insulin apidra dan

lantus sebanyak 12 dan 14 unit 30 menit sebelum makan dan pada

tanggal 14 juni 2018 pada pukul 11.30 wib Klien diberikan

suntikan apidra dan lantus sebanyak 10 dan 12 unit 30 menit

sebelum makan, sedangkan pada tanggal 15 juni 2018 pada pukul

18.00 wib, Klien diberikan suntikan apidra sebanyak 6 unit dan

dilakukan oleh perawat ruangan. Tindakan implementasi diatas

sesuai dengan Doenges (2012) menyatakan bahwa pemberian

insulin secara teratur dapat dengan cepat membantu memindahkan

glukosa kedalam sel. Pemberian melalui IV merupakan pilihan

utama karna absorpsi dari jaringan subkutan mungkin tidak

menentukan/sangat lambat. Dalam jurnal Rismayanthi (2010)

menyatakan bahwa therapy insulin dapat mencegah kerusakan

endotel, menekan proses inflamasi, mengurangi kejadian opoptosis,

dan memperbaiki profil lipid pada penderita diabetes. Oleh sebeb

itu penting dilakukan pemberian therapy insulin pada klien.

l) 13 juni 2018 pukul 13.40 wib: melakukan kolaborasi dengan dokter


112

dalam pemberian injeksi ondansentron dan ranitidine didapat hasil:

injeksi ranitidine dan ondansentron telah diberikan untuk

mengurangi rasa mual dan muntah yang dirasakan oleh klien,

sehingga makanan yang dicerna oleh klien tidak ada yang

dimuntahkan, ddan obat yang diberikan masuk semua. Tindakan

implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012) menyatakan

bahwa melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

injeksi ondansentron dan ranitidine mengurangi rasa mual dan

muntah yang dirasakan klien.

Pasien II (Tn. B)

4) Diagnosa ke III (gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi)

a) 20 juni 2018 sampai dengan 22 juni 2018 pada pukul 14.10 wib :

menimbang BB setiap hari dengan timbangan yang sama, didapat

hasil: BB klien 59 kg dan masih jauh dari RBW klien, namun saat

hari ke 3 implementasi terjadi peningkatan BB klien sebanyak 3 kg

(menjadi 62 kg). Tindakan implementasi diatas sesuai dengan

Doenges (2012) menyatakan bahwa menimbang BB setiap hari

dengan timbangan yang sama menimbang berat badan setiap hari

dengan timbangan yang sama berfungsi untuk mengkaji

pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorpsi dan

utilisasinya). Menurut Kusyati, dkk (2017) menyatakan bahwa

menimbang BB klien bertujuan untuk mengkaji BB klien dan

perkembangannya, membantu menentukan program pengobatan


113

(dosis), menentukan status nutrisi klien, menentukan statsu cairan

klien.

b) 20 juni 2018 pada pukul 14.20 wib : menentukan program diet dan

pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat

dihabiskan klien, didapat hasil: selama di rumah sakit klien

diberikan diet DM2. Tindakan implementasi diatas sesuai dengan

Doenges (2012) menyatakan bahwa menentukan program diet dan

pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat

dihabiskan berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan dan

penyimpangan dari kebutuhan terapeutik. Menurut Hardinsyah

(2017) menyatakan bahwa penentuan diet klien bertujuan untuk

membantu penderita DM dalam mempertahankan kalori dalam

tubuh tetap normal sesuai dengan kebutuhan tubuh.

c) 20 juni 2018 sampai dengan 22 juni 2018 pada pukul 14.40 wib :

mengauskultasi bising usus, mencatat adanya nyeri abdomen/perut

kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna.

Didapat hasil: bising usus normal (9 x/i), nyeri abdomen (-), mual

(-), muntah (-) dan pada implementasi hari ke 3 (tanggal 22 juni

2018) bising usus klien normal (12 x/i). Tindakan keperawatan

diatas sesuai dengan Doenges (2012) menyatakan bahwa

mengauskultasi bising usus, mencatat adanya nyeri abdomen/perut

kembung, mual dan muntahan makanan yang belum sempat

dicerna bertujuan untuk menurunkan motalitas/fungsi lambung


114

(distensi atau ileus paralitik) yang akan mempengaruhi intervensi.

d) 20 juni 2018 pada pukul 14.55 wib : memberikan makanan cair

yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan

segera jika pasien sudah mentoleransinya. Didapat hasil: selama

perawatan di rumah sakit klien diberikan diet DM2. Tindakan

tersebut sesuai dengan Doenges (2012) menyatakan bahwa jika

pasien dapat mentoleransi makanan akan lebih baik jika makanan

diberikan melalui oral karna fungsi gastrointestinal menjadi baik

fungsinya.

e) 20 juni 2018 pada pukul 15.20 wib: Mengidentifikasi makanan

yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/curtural.

Didapat Hasil: klien mengatakan menyukai makanan yang lembek,

klien tampak memakan bubur. Tindakan implementasi diatas sesuai

dengan Doenges (2012) menyatakan bahwa mengidentifikasi

makanan yang disukai klien termasuk kebutuhan etnik/cultural

sangat berfungsi karna saat makanan yang disukai klien dapat

dimasukkan dalam perencanaan makanan, kerja sama ini dapat

diupayakan setelah pulang. Menurut penelitian Wahyuni, dkk

(2017) menyatakan bahwa diet yang bersifat membatasi akan

merubah gaya hidup dan dirasakan klien sebagai gangguan serta

tidak disukai bagi banyak penderita DM karena makanan dan

minuman merupakan aspek penting dalam sosialisasi, klien merasa

tersingkirkan ketika berada bersama orang lain karena hanya ada


115

beberapa pilihan makanan saja yang tersedia dan tidak sesuai

dengan selera sehingga hal ini dirasakan membosankan. Oleh

sebab itu dalam hal perencanaan makanan perlu di identifikasi

tentang mkanan yang disukai/dikehendaki oleh klien.

f) 20 juni 2018 pada pukul 15.40 wib: melibatkan keluarga klien

dalam perencanaan makanan sesuai dengan indikasi dan total

kebutuhan kalori yang dibutuhkan klien. Didapat hasil: keluarga

diberikan leaflet tentang diabetes melitu dan penjelasan tentang

makanan yang di konsumsi penderita diabetes melitus, keluarga

mengatakan akan mengawasi menu makanan klien setiap hari.

Tindakan implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012)

menyatakan bahwa melibatkan keluarga klien dalam perencanaan

makanan sesuai dengan indikasi dan total kebutuhan kalori yang

dibutuhkan klien akan meningkatkan rasa keterlibatan keluarga

dalam memahami kebutuhan nutrisi klien. Dalam penelitian

Subekti, dkk (2015) menyatakan bahwa hasil uji statistik chi-

square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

dukungan keluarga klien DM tipe II dengan kadar gula darah

sewaktu dan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi, dibanding

dengan klien yang mempunyai dukungan keluarga yang kurang

baik. Maka dengan dukungan dan partisipasi dari keluarga dapat

mempercepat proses penangan masalah klien dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes.


116

g) 20 juni 2018 sampai dengan 22 juni 2018 pada pukul 16.00 wib:

mengobservasi tanda-tanda hiperglikemia, seperti : perubahan

tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi, cepat lapar,

peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempayangan. Didapat

hasil: tingkat kesadaran CM, kulit tampak kering, membran

mukosa kering, denyut nadi 80𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 dan pada hari ke 3

implementasi ( tanggal 22 juni 2018) membran mukosa klien

tampak lembab dan kulit klien tampak lembab. Tindakan

implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012) menyatakan

bahwa mengobservasi tanda-tanda hiperglikemia, seperti:

perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab dingin, denyut nadi,

cepat lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing

sempayangan. Tindakan ini dilakukan karna jika pasien dalam

keadaan koma hiperglikemia akan terjadi tanpa memperlihatkan

perubahan tingkat kesadaran. Ini secara potensial dapat

mengancam kehidupan, yang harus dikaji dan ditangani secara

cepat melalui tindakan protokol yang direncanakan.

h) 20 juni 2018 sampai dengan 22 juni 2018 pada pukul 16.10 wib:

melakukan pemeriksaan kadar gula darah menggunakan finger

stick. Didapat hasil: pemeriksaan dilakukan oleh nbagian

laboratorium, hasil gula darah sewaktu klien 584 mg/dl dan pada

tanggal 21 juni 2018 pada pukul hasil pemeriksan gula darah

sewaktu klien 360 mg/dl sedangkan 22 juni 2018 pada pukul hasil
117

pemeriksaan gula darah puasa 317 mg/dl, 2 jam pp 428 mg/dl.

Tindakan implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012)

menyatakan bahwa Melakukan pemeriksaan gula darah dengan

menggunakan finger stick dilakukan karena pemeriksaan gula

darah ditempat tidur lebih akurat (menunjukkan keadaan saat

dilakukan pemeriksaan) diandingkan dengan pemeriksaan melalui

urine.

i) 20 juni 2018 pada pukul 16.25 wib: melakukan perhitungan kalori

yang tepat pada klien. Didapat hasil jumlah kebutuhan kalori klien

sesuai dengan perhitungan rumus yang dipakai yaitu 2646 kkal.

Tindakan implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012)

menyatakan bahwa melakukan perhitungan jumlah kalori yang

tepat pada pasien sangat bermamfaat dalam penyesuaian diet untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi klien. Menurut Hardinsyah (2017)

menyatakan bahwa tepat jumlah kalori pada klien merupakan suatu

prinsip pengaturan makanan pada penderita DM dan untuk

mencapai/mempertahankan berat badan ideal atau berat badan yang

sesuai dengan tinggi badan dan perhitungan jumlah kalori juga

merupakan intervensi pertama dalam penangan glukosa darah pada

klien.

j) 20 juni 2018 pada pukul 16.45 wib: memberikan diet dengan

perkiraan 60% karbohidrat, 20% protein, 20% lemak dalam

penataan makanan tambahan didapat hasil: selama perawatan


118

dirumah sakit klien hanya memakan diet yang diberikan perawat

yaitu DM2. Tindakan implementasi diatas sesuai dengan Doenges

(2012) menyatakan bahwa memberikan diet dengan perkiraan 60%

karbohidrat, 20% protein, 20% lemak dalam penataan makanan

tambahan ini diberikan untuk menurunkan kadar

glukosa/kebutuhan insulin, menurunkan kadar kolestrol darah dan

meningkatkan rasa kenyan. Dalam penelitian Idris, dkk (2014)

menyatakan bahwa pasien DM tipe II yang memiliki asupan

karbohidrat kurang cenderung tidak mampu melakukan kontrol

kadar gula darah dibandingkan dengan pasien yang memiliki

asupan karbohidrat yang sesuai dengan kebutuhan, dan hasil uji

pearson chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna jumlah asupan karbohidrat dengan kontrol kadar gula

darah sehingga perlu diberikan karbohidrat pada pasien 60%, dan

daam penelitiannya juga menjelaskan bahwa tidak adanya

hubungan antara asupan protein dengan kadar gula darah pasien

Diabetes Melitus tipe II sehingga pasien diabetes melitus hanya

diberikan 20% protein, dan pada penelitian ini juga dijelaskan

bahwa asupan lemak yang sesuai dengan kebutuhan tubuh sebagian

besar memiliki kadar gula darah tidak terkontrol. Hal ini

dikarenakan walaupun asupan lemak baik namun asupan energi

lebih dari kebutuhan yang bersumber dari karbohidrat dan beban

glikemik oleh sebeb itu penderita diabetes hanya diberikan asupan


119

lemak sebesar 20% saja saat makan.

k) 20 juni 2018 pada pukul 17.00 wib: berkolaborasi dengan dokter

dalam pemberian insulin secara teratur. didapat hasil: klien

diberikan suntikan nevoravid 3 cc x 18 jam untuk menurunkan

tingkat gula darah tinggi pada pasien dengan penyakit diabetes

melitus, dan suntikan insulin sebanyak 14 µi, 30 menit sebelum

makan dan pada tanggal 21 juni 2018 pada pukul hasil: klien

diberikan suntikan nevoravid dan lantus 10 µi, diberikan 30 menit

sebelum makan, sedangkan 22 juni 2018 instruksi dokter therapy

insulin dihentikan, karna sudah ada penurunan kadar gula darah.

Tindakan implementasi diatas sesuai dengan Doenges (2012)

menyatakan bahwa pemberian insulin secara teratur dapat dengan

cepat membantu memindahkan glukosa kedalam sel. Pemberian

melalui IV merupakan pilihan utama karna absorpsi dari jaringan

subkutan mungkin tidak menentukan/sangat lambat. Dalam jurnal

Rismayanthi (2010) menyatakan bahwa therapy insulin dapat

mencegah kerusakan endotel, menekan proses inflamasi,

mengurangi kejadian opoptosis, dan memperbaiki profil lipid pada

penderita diabetes. Oleh sebeb itu penting dilakukan pemberian

therapy insulin pada klien.

l) 20 juni 2018 pada pukul 17.10 wib: berkolaborasi dengan dokter

dalam pemberian suntikan ranitidine agar tidak terjadinya

peningkatan asam lambung pada klien, karna banyaknya obat yang


120

dikonsumsi oleh klien. Didapat hasil: klien diberikan therapy

injeksi ranitidine per 8 jam. Tindakan implementasi diatas sesuai

dengan Doenges (2012) menyatakan bahwa melakukan kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian injeksi ondansentron dan

ranitidine mengurangi rasa mual dan muntah yang dirasakan klien.

4.3.5 Evaluasi

Hasil penelitian Rismawati (2014) menyatakan bahwa evaluasi

keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang

telah ditentukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pemenuhan

kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil proses keperawatan.

Setelah dilakukan tindakan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan

pada pasien I dan II, maka tahap evaluasi semua masalah teratasi semua di

hari ke empat masing-masing klien. Selama delapan hari dilakukan perawatan

terhadap pasien I (mulai dari tanggal 13 Juni 2018 sampai dengan 16 juni

2018 dan pasien ke II mulai dari tanggal 20 juni 2018 sampai dengan 23 juni

2018) maka dapat dievaluasi bahwa:

1. Pasien I (Ny. T) dengan masalah ansietas teratasi setalah hari ke dua

perawatan. Dikatakan teratasi karna dilihat dari pernyataan klien dan

observasi dari perawat yaitu:

Data Subjektif:

1) klien mengatakan tenang saat bercerita dengan perawat

2) klien mengatakan mengerti tentang penjelasan dari perawat


121

3) klien mengatakan selama di rumah sakit hanya memakan obat yang

diberikan oleh perawat

4) klien mengatakan lebih rileks jika melakukan teknik napas dalam saat

banyak pikiran

Data objektif

1) klien mau bercerita-cerita tentang semua keluhannya kepada perawat

2) klien tampak menyimak penjelasan dari perawat

3) klien hanya memakan obat yang diberikan rumah sakit

4) klien diajarkan teknik tarik napas dalam selama 10 menit saat stress

Maka dari pernyataan klien dan observasi dari klien disimpulkan

bahwa masalah ansietas pada klien teratasi

2. Pasien II (Tn. B) dengan masalah gangguan rasa nyaman nyeri teratasi

setelah hari ke tiga perawatan. Dikatakan teratasi karna dilihat dari

pernyataan klien dan observasi dari perawat yaitu:

Data subjektif :

1) Klien mengatakan sudah tidak ada nyeri lagi

2) Klien mengatakan nyaman dengan lingkungan kamarnya

3) Klien mengatakan tangan tidak nyeri lagi

4) Klien menanyakan hasil pemeriksaannya

Data objektif :

1) Skala nyeri 1 (0-10)

2) Lingkungan kamar klien tampak tenang dan bersih

3) Luka tampak kering dan tidak ada push


122

4) TTV: TD : 120/80 mmHg

Pols : 75 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

RR : 20𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Temp : 36 ̊C

5) Kompre hangat sudah dilakukan pada daerah tengkuk dan kepaa,

kompres dingin pada daerah tangan

6) Klien melakukan teknik relaksasi dengan baik

7) Pemberian analgetik dihentikan

Maka dari pernyataan klien dan observasi dari klien disimpulkan

bahwa masalah ansietas pada klien teratasi

3. Pasien I (Ny. T) dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

teratasi setelah hari ke tiga perawatan. Dikatakan teratasi karna dilihat dari

pernyataan klien dan observasi dari perawat yaitu:

Data subjektif:

1) Klien bertanya berapa berat badannya

2) Klien mengatakan tidak ada keluhan dibagian abdomen

3) Klien mengatakan badan tidak lemas lagi

Data objektif

1) BB klien 48 Kg

2) Jenis diet DM 2

3) Gula darah sewaktu 230 mg/dl

4) Bising usus (+), nyeri abdomen (-), perut kembung (-), mual (-)

5) Diet klien habis semua


123

6) Tingkat kesadaran CM, kulit tampak lembab, membran mukosa

lembab, nadi 80 𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

7) Injeksi ranitidine dan ondansentron telah diberikan melalui IV, dan

obat masuk semua

Maka dari pernyataan klien dan observasi dari klien disimpulkan

bahwa masalah ansietas pada klien teratasi

4. Pada pasien ke II (Tn. B) masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

teratasi setelah hari ke tiga perawatan. Dikatakan teratasi karna dilihat dari

pernyataan klien dan observasi dari perawat yaitu:

Data subjektif:

1) Klien bertanya berapa BBnya

2) Klien mengatakan tidak ada keluhan dibagian abdomen

3) Klien mengatakan badan tidak lemas lagi

Data objektif

1) BB klien 62 kg

2) Jenis diet DM 2

3) Diet klien habis semua

4) Glukosa puasa 317 mg/dl

5) Glukosa 2 jam pp 428 mg/dl

6) Bising usus (+), nyeri abdomen(-), perut kembung(-), mual(-)

7) Tingkat kesadaran CM, kulit tampak lembab, membran mukosa

lembab, denyut nadi 75𝑥⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

8) Injeksi ranitidine diberikan melalui IV, dan obat masuk semua


124

Maka dari pernyataan klien dan observasi dari klien disimpulkan bahwa

masalah ansietas pada klien teratasi.


125

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah peneliti melakukan studi kasus pemenuhan kebutuhan

nutrisi pada pasien diabetes melitus Tipe II antara Ny. T dan Tn. B di Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan, maka peneliti dapat mengambil

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

5.1 kesimpulan

Dalam pengkajian pemenuhan kebutuhan nutrisi antara pasien I (Ny. T)

dan pasien II (Tn. B) didapat data senjang bahwa Ny. T mengalami mual

muntah sedangkan Tn. B tidak, setelah dilakukan pengkajian didapat

diagnosa dari masing-masing klien. Dimana setiap klien memiliki 5 diagnosa

keperawatan, dan ditemukan 4 diagnosa yang sama pada kedua klien.

Kemudian dibuat perencanaan sesuai dengan Doenges (2012) pada setiap

diagnosa. Keempat diagnosa yang sama maka perencanaan yang dibuat sama

antara kedua klien. Setelah perencanaan dibuat maka perawat

menerapkannya. Namun ada beberapa perencanaan yang tidak dilakukan oleh

perawat karena tidak adanya instruksi dari dokter yang menanganinya.

Setelah dilakukan tindakan terhadap perencanaan asuhan keperawatan pada

pasien I dan II, maka dapat disimpulkan bahwa dengan pemenuhan kebutuhan

nutrisi yang sesuai dengan prinsip “tepat 3J” yaitu tepat jumlah kalori dan zat

gizi, tepat jenis bahan makanan dan atu makanan, tepat jadwal makan dan

pemberian therapy dari dokter. Maka dapat disimpulkan bahwa pemenuhan


126

kebutuhan nutrisi pada pasien diabetes melitus tipe II antara pasien I dan

pasien II dapat teratasi dengan baik.

5.2 Saran

1. Bagi rumah sakit

Rumah sakit hendaknya menyediakan sarana contohnya fasilitas yang

lengkap (alat-alat kesehatan) dan prasarana yang lengkap dan baik

guna membantu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan

segera.

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan hendaknya

menambah keluasan ilmu dan teknologi dalam bidang keperawatan

terutama dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien diabetes

melitus

3. Bagi klien dan keluarga

Klien dan keluarga diharapkan selalu memperhatikan program

pengobatan yang dilakukan dengan cara mematuhi pola nutrisi,

istirahat, keteraturran minum obat sesuai anjuran dokter, serta

keluarga diharapkan selalu memberikan suport bagi klien baik

psikologis dan meterial yang mendukung penyelesaian masalah klien.

Anda mungkin juga menyukai