EVALUASI EKONOMI
Evaluasi ekonomi dalam prarancangan pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan
Asam Salisilat berkaitan dengan evaluasi kelayakan pendirian pabrik Metil Slisilat
yang ditinjau dari aspek kelayakan potensial ekonomi. Evaluasi kelayakan ekonomi
dari pabrik Metil Salisilat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Penentuan Total Harga Alat (Purchasing Equipment Cost)
2. Penaksiran Modal Tetap Industri (Fixed Capital Investment)
3. Perkiraan Penjualan
4. Penentuan Biaya Produksi (Prosuction Cost)
5. Penaksiran Modal Kerja Industri (Working Capital) dan perhitungan
Capital Investment (Total Modal)
6. Perhitungan General Expense dan Total Biaya Produksi
7. Perkiraan Pendapatan
8. Analisis Kelayakan
Dalam penentuan harga alat-alat utilitas pabrik Metil Salisilat dari Metanol
dan Asam Salisilat dilakukan berdasarkan beberapa asumsi-asumsi dasar
sebagai berikut.
1. Kurs dollar pada tanggal 5 September 2017, US $ 1 = Rp. 13.403,00
2. Penentuan harga alat bersumber dari buku dan web dapat dilihat pada
lampiran perhitungan harga alat masing-masing baik alat proses maupun
untuk alat utilitas.
Untuk perhitungan alat tersebut diperlukan nilai CEPCI (Chemical
Engineering Plant Cost Indice) untuk membandingkan harga alat yang
didapat dari literature pada waktu terentu untuk harga alat saat ini.
Nilai CEPCI untuk perhitungan harga alat
a. CEP index tahun 1979 = 358 (Timmerhaus, 1979)
b. CEP index tahun 2013 = 567,3 (http://www.che.com)
c. CEP index tahun 2014 = 576,1 (http://www.che.com)
d. CEP index tahun 2015 = 556,8 (http://www.che.com)
e. CEP index tahun 2016 = 536,5 (http://www.che.com)
3. Harga yang diperoleh dalam rupiah dibulatkan ratusan ribu terdekat
4. Harga yang diperoleh dalam dollar US dibulatkan dalam satuan
terdekat.
modifikasi saat start up. Besarnya biaya peralatan proses sampai tempat
= 10-40% PEC .
(Peter & Timmerhaus, 1991)
Harga peralatan proses (PEC) = $ 3.161.507
Dipilih = 25%
PEC sampai tempat = 125% x $ 3.161.507
= $ 3.951.883,47
Besarnya biaya instrumentasi 10% dari PEC, terdiri dari biaya material
dan buruh (Tabel 19 p.97 Aries & Newton).
Material (12% PEC) = 12% x $ 3.161.507
= $ 379.381
Buruh (3% PEC) = 3% x $ 3.161.507
= $ 94.845
Jumlah Manhour = $ 94.845 / US$ 10
= 9485 manhour
Buruh asing = 5% x 9485 manhour x (US$ 10/manhour)
= $ 4.742
Buruh lokal = 95% x 2 x 9485 manhour x (Rp 20.000/manhour)
= R p360.411.772
Piping (Pemipaan)
Meliputi biaya: Proses baja, pipa-karbon, paduan, besi cor, timah,
berjajar, alumunium, tembaga, keramik, plastic, karet, beton bertulang,
pipa gantungan, fitting, katup, isolasi-pipa, perlatan.
(Peter & Timmerhaus, 1991)
Besarnya biaya pemipaan 49% dari PEC untuk cairan terdiri dari biaya
material dan buruh (Tabel 17 p. 78 Aries & Newton)
= Rp 4.445.078.525
Insulation
Besarnya biaya insulasi 8% dari PEC, terdiri dari biaya material dan
buruh (table 21 p.98, Aries & Newton)
Piping (Pemipaan)
Besarnya biaya pemipaan 86% dari PEC untuk fluida terdiri dari
biaya material dan buruh (Tabel 17 p. 78, Aries & Newton)
Material (21% PEC) = 21% x US $ 721.148
= US $ 151.441,09
Buruh (10% PEC) = 10% US $ 721.148
= US $ 108.172,21
Jumlah Manhour = US $ 108.172,21/ US $ 10
= 10817,22 manhour
Buruh asing = 5% x 10817,22 manhour x ($10/manhour)
= US $ 5.408,61
Buruh lokal = 95% x 2 x 10817,22 manhour x (Rp 20.000/manhour)
= Rp 411.054.399,86
Instalasi Listrik
Besarnya biaya instalasi listrik 10% dari PEC, terdiri dari biaya
pemeriksaan instalasi, biaya instalasi dan upah buruh (Aries
&Newton, p.102)
Biaya instalasi listrik (12% PEC) = 12% x US $ 721.148
= US $ 86.537,77
Insulation (Insulasi)
Besarnta biaya insulasi 8% dari PEC, terdiri dari biaya material dan
buruh (table 21 p.98, Aries & Newton)
Material (3% PEC) = 3% x US $ 721.148
= US $ 21.634,44
Buruh (5% PEC) = 5% x US $ 721.148
= US $ 36.057,40
Jumlah Manhour = US $ 36.057,40/US $ 10
= 3605,74 manhour
Total Direct Cost (DC) alat proses dan utilitas dapat dilihat pada tabel di
bawah:
Total Direct Cost Pabrik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
7 Bangunan Rp 19.721.250.000,00
8 Tanah Rp 51.744.000.000
Contractor fee
Biaya kontraktor bervariasi untuk situasi yang berbeda, tetapi dapat
diperkirakan sekitar 2-8% dari direct cost 1,5-6% dari investasi modal tetap.
(Peter & Timmerhaus, 1991)
Contingency Cost
Modal kontingensi biasanya disertakan dalam perkiraan invetasi modal
untuk mengkompensasi kejadian tak terduga, seperti badai, banjir,
pemogokan, perubahan harga, perubahan desain kecil. Kesalahan estimasi,
dan biaya tidak terduga lainya, yang perkiraan sebelumnya telah statistic
terbukti bersifat berulang. Faktor kontingensi berkisar anara 5- 10% dari
Direct Cost Pabrik (Peters & Timmerhauss, 1991)
8. Perkiraan penjualan
Dalam perkiraan penjualan diambil asumsi sebagai berikut.
1. Harga jual produk Metil Salisilat tidak mengalami kenaikan harga selam
periode pengembalian modal.
2. Produksi pada tahun pertama langsung 100%
Produk Metil salisilat
Kapasitas = 20.000.000 kg/tahun
Harga jual = Rp 47.716,32 /kg
Penjualan = Rp 954.326.352.000 /Tahun
Harga pembelian bahan baku tidak mengalami kenaikan harga tiap tahun.
b. Metanol
Harga = Rp 6.299,63 /kg
Kebutuhan = 4.245.323,85 kg/tahun
Biaya = Rp26.743.953.381 /tahun
c. Dowex
Harga = Rp 1.333.446,00/kg
2. Operating Labor
Total biaya Operating Labour dapat dilihat pada tabel di bawah.
Dalam penentuan gaji operating labour diasumsikan tidak ada kenaikan gaji.
3. Supervise
Beban pengawasan adalah gaji seluruh personel yang bertanggung
jawab untuk pengawasan langsung operasi produktif.Skala gaji bervariasi
dengan tingkat tanggung jawab yang diperlukan. Perkiraan cepat dapat
dibuat dengan menerapkan presentase dari biaya tenaga kerja sebesar 10
persen untuk operasi sederhana dan 25 persen untuk prosedur yang
kompleks (Aries & Newton. 1955).
Rentang biaya supervise = (10% -25%). Dalam perhitungan biaya
supervise diambil 10% biaya karyawan:
= 10% x Rp Rp17.556.000.000 / tahun
= Rp1.755.600.000 /tahun
4. Maintenance
Beban pemeliharaan termasuk biaya semua bahan dan tenaga kerja
yang di pekerjakan dalam pemeliharaan rutin dan perbaikan insidental dan
dalam beberapa kasus dalam revisi utama dari peralatan dan bangunan.
Pemilihan biaya maintenance dapat dilihat di bawah ini. Dalam perhitungan
biaya maintenance diasumsikan jenis operasinya dalam keadaan normal.
(Aries &Newton, 1955).
5. Plant Supplies
Dalam setiap operasi manufaktur, banyak persediaan aneka
diperlukan untuk menjaga proses berfungsi secara efisien. Barang-barang
seperti grafik, pelumas, uji bahan kimia, perlengkapan custodian dan
perlengkapan yang tidak dapat dianggap sebagai bahan baku atau
pemeliharaan dan perbaikan bahan, dan diklasifikasikan sebagai operasi
persediaan. Biaya tahunan untuk jenis persediaan adalah sekitar 10 persen
dari total biaya untuk jenis persediaan adalah sekitar 10 persen dari total
biaya pemeliharaan dan perbaikan. (Peter & Timmerhaus, 1991)
Biaya plant supplies (15% maintenance)
=15% x Rp 5.802.640.644
= Rp 870.396.097
b. Air Demin
Harga = Rp 2000 /kg
Kebutuhan = 5678319,32 kg/tahun
Biaya = Rp 11.356.638.635,78
c. Hidrazin
Harga = Rp26.806,92 /kg
Kebutuhan = 2,36 kg/tahun
Biaya = Rp 63.179,88
d. Na2HPO4
Harga = Rp13.403,46 /kg
g. Listrik
Harga = Rp 1.500 / kWh
Kebutuhan = 1.649.015,28 kWh/tahun
Biaya = Rp 2.473.522.920,00
Total biaya Direct Manufacturing Cost dapat dilihat pada table di bawah ini.
No Komponen Biaya
1 Biaya bahan baku Rp 541.330.110.317
2 Biaya bahan Utilitas Rp 67.667.987.710,60
3 Gaji karyawan Rp 17.556.000.000
4 Supervise Rp 1.755.600.000
5 Maintenance Rp 5.802.640.644
1. Payroll Overhead
Semua pengeluaran perusahaan yang terjadi melalui pension, pembayaran
liburan, asuransi kelomppok, cacat gaji, jaminan social, dan pajak pekerjaan
di klasifikasikan gaji overhead. Sementara masing-masing item dapat
diperkirakan secara individual, mereka dapat diperkirakan secara total
sebagai jumlah yang setara dengan 10 sampai 20 persen dari biaya tenaga
kerja (Operating Labour)
(Aries & Newton, 1955)
= 15% x Operating Labor
= 15% x Rp 17.556.000.000
= Rp 2.633.400.000
2. Laboratory
Dalam proses kimia, pekerjaan laboratorium diperlukan untuk memastikan
kontrol kualitas. Sementara biaya tentu saja akan tergantung pada jenis
produk, biaya rata – rata setara dengan 10 sampai 20 persen dari biaya
tenaga kerja dapat digunakan.
(Aries & Newton, 1955)
4. Plant Overhead
Plant Overhead merupakan biaya pemeliharaan fungsi layanan tertentu
yang dipersyaratkan secara tidak langsung oleh unit produktif, mencakup
biaya pemeliharaan kesehatan, fasilitas rekreasi, pembelian, penggunaan
ruangan, dan teknik. Nilai setara dengan 50 sampai 100 persen dari biaya
tenaga kerja produktif.
(Aries & Newton, 1955)
=50% Operating Labor
= 50% x Rp 17.556.000.000
= Rp 8.778.000.000
Total Indirect Manufacturing Cost dapat dilihat pada tabel di bawah ini
No Komponen Biaya
1 Payroll overhead Rp 2.633.400.000
2 Laboratorium Rp 1.755.600.000
3 Packaging & Shipping Rp 4.771.631.760
4 Plant Overhead Rp 8.778.000.000
Jumlah Rp19.092.405.600
1. Depreciation
Untuk menghitung biaya ini, penurunan nilai alat diasumsikan
terjadi sepanjang tahun. Penurunan nilai ini disebut sebagai penyusutan
(depresiasi)yang dapat diperoleh dari perbedaan antara biaya awal dan nilai
sisa. (Peter & Timmerhause, 1991)
Biaya depresiasi = 20% Fixed Capital Investment
(Aries & Newton, 1955)
= 20% x Rp 290.132.032.208,78
= Rp 43.519.804.831
2. Property Tax
Besarnya pajak property local tergantung pada lokalitas tertentu dari pabrik
dan peraturan daerah. Pajak property tahunan untuk pabrik didaerah padat
penduduk, biasanya dalam kisaran 2 sampai 4 persen dari fixed-modal
investasi. Di daerah yang kurang penduduknya, pajak property local sekitar
1 sampai 2 persen dari investasi terikat-modal
(Peter & Timmerhause, 1991)
Biaya property taxes diambil 2% Fixed Capital Investment
= 2% x Rp 290.132.032.208,78
= Rp 5.802.640.644
3. Insurance
Tarif asuransi tergantung pada jenis proses yang dilakukan dalam
manufaktur operasi dan pada sejauh mana fasilitas perlindungan yang
tersedia. Pada secara tahunan, angka ini berjumlah sekitar 2 persen dari
fixed-modal investasi.
(Peter & Timmerhaus,1991)
Dari perhitungan diatas maka dapat dihitung Total Manufacturin Cost (TMC)
Total Manufacturing Cost (TMC) dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
No Komponen Biaya
1 DMC Rp 644.525.998.287,94
2 IMC Rp 17.938.631.760
3 FMC Rp 66.049.215.497
Jumlah Rp 717.589.716.168
2. In process inventory
Biaya yang dibebankan pada bahan baku yang diproses dalam alat
produksi. Dapat diperkirakan sebagai satu setengah dari total biaya
manufaktur yang terjadi selama periode setara dengan total menahan
waktu yang dibutuhkan untuk diproses.
(Aries & Newton,1955)
3. Product Inventory
Biaya yang dibebankan pada suatu produk, apabila produk tersebut tidak
dapat langsung terjual. Atau biaya untuk mengantisipasi beberapa
produk yang diproduksi dengan laju konstan dan dijual secara musiman,
banyak komoditas mungkin rusak atau tidak stabil atau mungkin
memerlukan fasilitas penyimpanan khusus. Karena tidak adanya data
tertentu, persediaan produksi dapat diasumsikan sama dengan produksi
1 bulan senilai biaya produksi.
(Aries & Newton,1955)
=Manufacturing Cost/Bulan
= Rp 717.589.716.168/12 bulan
= Rp 59.799.143.014 /bulan
4. Available Cash
Merupakan biaya yang diperlukan untuk pembayaran upah dan jasa dan
bahan. Kas yang tersedia dapat di perkirakan sebagai beban manufaktur
1 bulan.
(Aries & Newton,1955)
= Manufakturing Cost/Bulan
= Rp 717.589.716.168/12 bulan
= Rp 59.799.143.014/bulan
5. Extended Credit
Biaya yang dibebankan pada suatu produk, apabila produk tersebut telah
berada dipihak pembeli tetapi perusahaan belum menerima hasi
penjualan. Kredit diperpanjang dapat diperkirakan produksi 1 bulan
nilai penjualan atau dua kali biaya produksi.
(Aries & Newton,1955)
= 2 Manufacturing cost/bulan
= 2 x Rp 717.589.716.168 /tahun/12bulan
= Rp 119.598.286.028 /bulan
Total biaya Working capital dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No Komponen Biaya
1 Raw Material Invetory Rp 59.799.143.013,97
2 In Process Inventory Rp 89.698.714.521
3 Product Inverntory Rp 59.799.143.014
4 Available Cash Rp 59.799.143.014
5 Extended Credit Rp 119.598.286.028
Jumlah Rp 388.694.429.591
2. Sales
Beban penjualan akan bervariasi tergantung pada jenis produk, metode
penjuala dan distribusi, pasar pelanggan, dan tingkat iklan. Secara
umum, biaya penjualan dapat diperkirakan secara kasar oleh staf proses
menugaskan untuk itu dalam jumlah yang sama dengan 3 sampai 12
persen dari harga jual atau 5 sampai 22 persen dari biaya produksi
(Aries & Newton,1955)
3. Finance
Biaya finance 5% Working Capital ditambah Fixed Capital Investment
(Aries & Newton,1955)
Biaya finance diambil 5% dari WC +FCI
= 5% x (Rp 290.132.032.208,78 + Rp 388.694.429.591)
= Rp 33.941.323.090
4. Riset
Beban penelitian dapat diperkirakan sebagai setara dengan 2 sampai 4
persen dari harga jual atau 3,5-8 persen dari biaya produksi.
(Aries & Newton,1955)
Biaya riset diambil = 2% Total penjualan
= 2% x Rp 954.326.352.000
= Rp 19.086.527.040
Total biaya general expense dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No. Komponen Biaya
1 Administrasi Rp 21.527.691.485
2 Sales expenses Rp 35.879.485.808
3 Finance Rp 33.941.323.090
4 Research Rp 19.086.527.040
Jumlah Rp 110.435.027.423,39
= Rp 828.024.743.591
1. Harga Dasar
Kapasitas produksi pertahun = 20.000.000 kg
Rp 828.024.743.591
Harga dasar = = 41.401,24 /kg
20.000.000 kg
2. Harga jual
Harga jual = 1,1525 x Harga dasar
Harga jual = 1,1525 x Rp 41.401,24/kg
= Rp 47.716,32 /kg
Total sales
Harga Metil Salisilat 99% = Rp 47.716,32 /kg
Produksi pertahun = 20.000.000 kg
Annual sales = Rp 954.326.352.000
b. Sesudah pajak
Laba setelah pajak = Rp101.041.286.727,20 /tahun
Laba tahunan
ROI = x 100%
modal tetap
Rp101.041.286.727,20
ROI = x 100%
Rp 290.132.032.208,78
ROI = 34,83 %
Investment
POT = x 1tahun
cash return
Cash Return meliputi annual profit dan depresiasi
Sebelum pajak:
Laba sebelum pajak = Rp 126.301.608.40 /tahun
FCI = Rp 290.132.032.208,78 /tahun
𝐹𝐶𝐼
𝑃𝑂𝑇 =
𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 + 0,1 𝐹𝐶𝐼
Rp 290.132.032.208,78
POT sebelum pajak = p 126.301.608.40 (0,1 x Rp275.205.064.572 )
=1,87 tahun
Sesudah pajak:
Laba sesudah pajak = Rp 101.041.286.727,20 /tahun
Rp 290.132.032.208,78
POT sesudah pajak = Rp101.041.286.727,20+ (0,1 x Rp 290.132.032.208,78 )
= 2,23 tahun
Fa = Rp 55.125.086.120
Ra = Rp 149.586.664.164
Va = Rp 623.312.993.307
Sa = Rp 954.326.352.000
1000
900
800
Ra
700
Milyar Rupiah /tahun
600
500
Va Sa
400
300
200
BEP
SDP
100
0,3 Ra
Fa
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
% Kapasitas
Grafik ekonomi BEP dan SDP dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Keterangan:
Fa = Biaya Tetap (Fixed cost)
Va = Biaya variabel (Variabel Cost)
Ra = Biaya Mengambang (Regulated Cost)
S = Penjualan (Sales)
TC = Total Biaya (Total Cost)
BEP = Titik Impas (Break Event Point)
SDP = Shut Down Point
R C 1in11in2...1i1
Dimana:
n = Umur pabrik (10 tahun)
R = Cash Flow berdasarkan pendapatan akhir tahun
S = Nilai modal yang akan dating dikoreksi dengan salvage value dan
working capital
CF = Cash flow setelah pajak
n = umur ekonomi
FCI = Fixed Capital Investment
WC = Working Capital
SV = Salvaage Value (10% FCI)
i = Interest/ Discounted Cash Flow
FCI = Rp 290.132.032.208,78
SV = Rp 43.519.804.831,32
WC = Rp 388.694.429.590,79
Depresiasi = Rp 43.519.804.831
CF = keuntungan setelah pajak + depresiasi + finance
= Rp 101.041.286.727,20 + Rp 43.519.804.831+ Rp 33.514.762.216
= Rp 178.502.414.648,50
I R S
Jika persamaan (1) = persamaan (2) maka dengan trial dan eror diperoleh
interest = 28,60%. Nilai bunga komersial saat ini berkisar 11% per tahun (sumber:
http://www.fxstreet.web.id/economic-calendar/interest-rates-table), sehingga nilai
interest pabrik lebih besar dibandingkan bunga bank.