LAMPIRAN E
PERHITUNGAN INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI
4. Analisa keuntungan
5. Analisa Kelayakan
tahun 2025 sampai akhir tahun 2026. Pabrik mulai beroperasi pada awal tahun
2027.
4. Tahun pertama konstruksi dikeluarkan investasi sebesar 75% dan tahun kedua
sebesar 25%.
9. Suku bunga pinjaman bank sebesar 15 % untuk mata uang USD dan konstan
10. Chemical Engineering Index (CE Indeks) tahun 2027 adalah 724,4898
11. Harga-harga peralatan pabrik menggunakan referensi grafik yang dibuat pada
12. Metode yang digunakan dalam melakukan analisa ekonomi adalah metode
`
E-3
Ix
Cx = Cy × (Ulrich, 1984)
Iy
Keterangan :
Harga alat untuk jenis yang sama dengan kapasitas berbeda dapat
0,6
b
Cb = Ca (Ulrich, 1984)
a
Keterangan:
Harga alat untuk tahun A dapat diperoleh dari buku Ulrich (1982) (Cost Index =
315), Perry’s, (1995) (Cost Index = 391,8), website www.mhhe.com (2002) (Cost
http://www.chemengonline.com/economic-indicators-3/?printmode=1,yang tertera
`
E-4
680
Chemical Engineering Plant Cost Index
660
640
Index
620
600
Tahun
`
E-5
Dengan asumsi bahwa perubahan harga indeks peralatan tiap tahun terjadi secara
linier, maka dengan pendekatan linier diperoleh indeks harga peralatan pada
Contoh Perhitungan :
Kapasitas = 1.860,35 m3
,
= $ 12.500 × 1,8 ×
= $ 50.335,7143
= $ 261.745,7144
`
E-6
Perincian harga alat-alat proses dan utilitas dapat dilihat pada Tabel berikut :
`
E-7
$ 5.619.411
Total Rp 81.374.690.690
`
E-8
terdiri biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).
Direct cost atau biaya langsung adalah biaya yang diperlukan untuk pembangunan
= 10% × Rp 216.806.114.500
= Rp 21.680.611.450
= 0,5% × Rp 216.806.114.500
= Rp 1.084.030.573
`
E-9
Transportasi ke lokasi = 4% × EC
= 4% × Rp 216.806.114.500
= Rp 8.672.244.580
= Rp 74.472.900.331
Biaya total instrumentasi tergantung pada jumlah kontrol yang diperlukan dan
sekitar 8 – 50% dari harga total peralatan, diambil sebesar 30%. (Peters &
Timmerhaus, 1991).
= Rp 74.472.900.331
`
E-10
Meliputi biaya pekerja pembungkus pipa, valve, fitting, pipa, penyangga, dan
10-80% dari biaya peralatan, diambil 30% (Peters & Timmerhaus, 1991).
= Rp 74.472.900.331
Biaya untuk instalasi listrik meliputi pekerja instalasi utama dan material
untuk daya dan lampu, dengan penerangan gedung termasuk biaya servis.
Besarnya sekitar 10-40% dari total biaya peralatan, diambil sebesar 20%,
= Rp 49.648.600.221
Biaya untuk bangunan termasuk servis terdiri biaya pekerja, material, dan
berhubungan dengan pabrik. Besarnya yaitu 10-70% dari biaya total alat,
`
E-11
= Rp 74.472.900.331
Biaya ini meliputi biaya untuk pagar, fasilitas olahraga jalan raya, jalan
alternatif, pertamanan, dan lainnya. Dalam industri kimia nilainya sekitar 10-
20% dari total biaya peralatan diambil 10%, (Peters & Timmerhaus, 1991).
= 10% × Rp 248.243.001.103
= Rp 24.824.300.110
• Tanah (land)
Biaya untuk tanah dan survey tergantung pada lokasi properti dan dapat
bervariasi oleh faktor biaya per hektar. Untuk industri asetanilida sendiri
didirikan di Jawa Tengah dengan luas tanah sebesar 2,2 hektar. Untuk harga
= Rp 27.500.000.000
• Service Facilities
Dalam industri kimia nilainya sekitar 30 – 80% dari total pembelian alat
`
E-12
= Rp 74.472.900.331
Biaya untuk desain kontruksi dan teknik, gambar, akuntansi, kontruksi dan
Besarnya sekitar 5-30% dari biaya langsung, diambil sebesar 5%.(Peters &
Timmerhaus, 1991).
= 5% × Rp 722.580.403.087
= Rp 36.129.020.154
Konstruksi = 10% × DC
= 10% × Rp 722.580.403.087
= Rp 72.258.040.309
`
E-13
Faktor biaya tak terduga biasanya dilibatkan dalam estimasi investasi modal
untuk menjamin kejadian yang tak terduga, seperti badai, banjir, perubahan
harga, perubahan desain yang kecil, kesalahan dalam estimasi, dan biaya tak
terduga lainnya. Biaya ini berkisar 5-15% dari total FCI, diambil sebesar 5%.
= 5% x Rp 963.440.537.449
= Rp 48.172.026.872
diperkirakan sekitar 2-8% dari total DC, diambil sebesar 5% (Peters &
Timmerhaus, 1991).
= 5% × Rp 722.580.403.087
= Rp 36.129.020.154
• Plant start up
material, peralatan dan kerugian bila pabrik hanya beroperasi dengan kapasitas
menurun. Biaya ini berkisar 0 –12% dari modal tetap. Ditetapkan sebesar 5%
`
E-14
= 5% x Rp 963.440.537.449
= Rp 48.172.026.872
FCI = Rp 963.440.537.449
Working capital untuk industri pabrik terdiri dari jumlah total uang yang
diinvestasikan untuk (1) stok bahan baku dan persediaan, (2) stok produk akhir
dalam proses yang sedang dibuat, (3) uang diterima (account receivable), (4) uang
ditangan untuk pembayaran bulanan biaya operasi, seperti gaji, dan upah (5) uang
`
E-15
TCI = Rp 1.133.459.455.823
Sehingga,WCI = 15 % × TCI
= 15% x Rp 1.133.459.455.823
= Rp 170.018.918.373
`
E-16
Manufacturing cost terdiri direct manufacturing cost, fixed charges and plant
overhead.
Dalam industri kimia, salah satu biaya utama dalam operasi produksi adalah
untuk bahan baku yang terlibat dalam proses. Jumlah bahan baku yang harus
disuplai persatuan waktu atau per satuan produk dapat ditentukan dari proses
neraca massa.
`
E-17
• Utilitas (Utilities)
Biaya untuk utilitas terdiri dari : biaya pengolahan air, biaya pembangkit
Dalam industri kimia, salah satu biaya utama dalam operasi produksi adalah
gaji pekerja operasi. Pekerja operasi yang dimaksud adalah pekerja yang
yang nilainya sebesar 10% - 20% atau disesuaikan dengan indeks gaji
karyawan tempat pabrik berdiri. (Peters & Timmerhaus, 1991). Daftar gaji
karyawan produksi :
`
E-18
• Direct Supervisory
Biaya perawatan dan perbaikan meliputi biaya untuk pekerja, material, dan
berkisar 2 - 10% dari fixed capital investment, diambil sebesar 10%, (Peters
Perawatan = 4% × FCI
= 4% × Rp 963.440.537.449
= Rp 38.537.621.498
`
E-19
• Operating Supplies
untuk menjaga fungsi proses secara efisien. Misalnya grafik, pelumas tes
bahan kimia, penjagaan persediaan dan lainnya. Biaya tahunan untuk tipe
tersebut sekitar 0,5-1% dari MR, diambil sebesar 0,7%, (Peters &
Timmerhaus, 1991).
= 0,7% × Rp 38.537.621.498
= Rp 269.763.350
• Laboratory Charges
Biaya tes laboratorium untuk kontrol operasi dan untuk kontrol kualitas
produk dimasukkan dalam biaya ini. Biaya ini umumnya dihitung dengan
Timmerhaus, 1991)
= 10% x 4.320.000.000
= 432.000.000
Biaya yang dipersiapkan untuk pembayaran paten dan royalti, karena pabrik
`
E-20
investment dan harganya tetap dari tahun ke tahun serta tidak tergantung pada
• Depresiasi (Depreciation)
Merupakan penurunan nilai atau harga dari peralatan atau bangunan seiring
=10% × Rp 963.440.537.449
= Rp 96.344.053.745
= 2% × Rp 74.472.900.331
= Rp 1.489.458.007
`
E-21
Nilai pajak lokal properti tergantung pada lokasi utama pabrik dan peraturan
atau hukum daerah tersebut. Nilai local taxes sebesar 1-4% dari fixed capital
= 2% × Rp 963.440.537.449
= Rp 19.268.810.749
• Asuransi (Insurance)
Tingkat asuransi tergantung pada tipe proses yang terjadi atau berlangsung
perlindungan. Nilainya sekitar 0,4-1% dari fixed capital investment (Peters and
Timmerhaus, 1991).
= 0,4% × Rp 963.440.537.449
= Rp 3.853.762.150
• Finance (interest)
pengunaan modal yang dipinjam. Tingkat bunga tahunan sebesar 0 -10% dari
1999).
Finance = 2% ×TCI
= 2% × Rp 1.133.459.455.823
= Rp 22.669.189.116
`
E-22
FC = Rp 143.625.273.767
Manufacturing Cost
+ Plant Overhead
= Rp 801.793.043.089 + 7% TPC
2. General Expenses
dari biaya administrasi, biaya distribusi dan pemasaran, biaya riset dan
`
E-23
dihasilkan, produk lain yang dijual perusahaan, lokasi pabrik, dan kebijakan
perusahaan. Dalam industri kimia besarnya biaya ini sekitar 2 - 20% dari
biaya total produksi (total production cost) (Peters and Timmerhaus, 1999).
`
E-24
Biaya ini termasuk kaji dan upah semua pekerja yang berhubungan langsung
dengan tipe pekerjan tersebut, biaya tetap dan operasi semua mesin dan
peralatan yang terlibat, biaya untuk barang dan persediaan, dan biaya lain-
lain. Dalam industri kimia, biaya ini sekitar 2 - 5 % dari biaya total produksi
TPC
General Expenses :
= Rp 4.142.400.000+ 4% TPC
overhead
= Rp 747.169.317.031 + 11 % TPC
TPC = Rp 839.516.086.552
= Rp 16.790.321.731
`
E-25
= Rp 41.975.804.328
= Rp 16.790.321.731
= Rp 16.790.321.731
`
E-26
untuk didirikan dilihat dari segi ekonominya. Untuk itu perlu diketahui harga
diketahui dengan dua metode, yaitu metode analisis kelayakan linier dan metode
analisis kelayakan discounted cash flow. Berikut ini adalah tabel harga penjualan
Profit:
Sales = Rp 1.302.419.986.976
= Rp 1.302.419.986.976 - Rp 845.684.086.552
= Rp 456.735.900.424
Taxes = 25% Pb
= 25% × Rp 456.735.900.424
= Rp 114.183.975.106
= Rp 456.735.900.424 – Rp 114.183.975.106
= Rp 342.551.925.318
`
E-27
. . .
ROIa = × 100% = 1.133.459.455.823
× 100% = 30,22%
! ". . .
ROIb = × 100% = ×100% = 40,3 %
1.133.459.455.823
FCI
POTb =
Pb + 0,1 FCI
" . . .
=
". . . #( , % " . . . )
= 1,74 tahun
FCI
POTa =
Pa + 0,1 FCI
" . . .
=
. . . #( , % " . . . )
= 2,20 tahun
BEP adalah titik batas produksi suatu pabrik sehingga dapat dikatakan tidak
untung dan tidak rugi atau dapat dikatakan titik impas. BEP merupakan titik
`
E-28
Fa + 0,3 R a
BEP = × 100%
S a - Va - 0,7 R a
Keterangan :
Jenis Biaya Rp
Annual fixed expenses (Fa) Rp 139.771.511.617
Variable Cost (Va)
Labour Rp 4.320.000.000
Plant overhead Rp 41.975.804.328
Direct Supervisory Rp 1.416.000.000
Laboratorium Rp 432.000.000
General Expense Rp 37.723.043.462
Maintenance Rp 38.537.621.498
Royalty Rp 14.028.937.871
Plant Supllies Rp 269.763.350
Bahan Baku Rp 544.856.395.364
Utilitas Rp 20.897.739.133
Total Rp 278.474.682.126
Total Production Cost (Fa + Va) Rp 418.246.193.743
Annual sales expenses (Sa) Rp 1.302.419.986.976
Fa + 0,3 R a
BEP = × 100%
S a - Va - 0,7 R a
. . ." # ( , % Rp177.842.213.971 )
BEP= . 100 %
1.302.419.986.976 , Rp 565.754.134.497 −( , % Rp 177.842.213.971 )
BEP = 31,5 %
Standar = 30-60
`
E-29
menurun sampai di bawah BEP dan pada kondisi, dimana Fixed Expenses
lebih kecil dibandingkan selisih antara Total Cost dengan Total Sale’s.
0,3 R a
SDP = × 100%
S a - Va - 0,7 R a
( , % Rp 177.842.213.971)
SDP = 1.302.419.986.976 – Rp 565.754.134.497 −( , % Rp 177.842.213.971)
. 100 %
= 8,72%
Grafik BEP dan SDP pabrik Asetanilida ditunjukkan pada Gambar E.2.
berikut.
1400.00 Sale
BEP
600.00
y = 6.902x + 53.35
SDP
400.00
200.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
-200.00
Kapasitas Prosuksi (%)
`
E-30
Maka titik potong antara total cost dan sale merupakan break even point
6,1180x = 193,1
x =32 %
Maka titik potong antara regulated expanses dan sale merupakan shut down
6,1180x = 53,35
x =9%
" . . . , ,
=
97.833.511.751,55
= 9,84 tahun
`
E-31
= 10 tahun
Keterangan:
FCI = Rp 963.440.537.449,33
WCI = Rp 170.018.918.373,41
= Rp 440.385.437.070
i = 36,26%
3. Analisis Ekonomi Discounted Cash Flow (DCF)
Diketahui data :
- TCI = Rp 1.133.459.455.823
= 75 % × Rp 1.133.459.455.823
= Rp 850.094.591.867
= Rp 1.133.459.455.823 - Rp 850.094.591.867
= Rp 283.364.863.956
- TPC = Rp 845.684.086.552
- Depresiasi = Rp 97.833.511.752
`
E-32
- Pajak = 25%
b. Pada tahun 0
adalah pinjaman dari bank, jadi total hutang pada awal tahun 0 adalah :
Tabel E.12
`
E-33
Pajak : 25%
`
E-31
Tabel E.12. Discounted Cash Flow Pabrik Asetanilida Kapasitas 28.000 ton/tahun
Kapasitas Laba (Rp)
Tahun Hasil Penjualan Biaya Produksi Depresiasi Net Cash Flow
ke Produksi (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Laba Kotor Pajak Laba bersih
-2 - - - - - - - -
-1 - - - - - - - -
E - 33
`
E-34
4000
3500
Hasil evaluasi atau uji kelayakan ekonomi pabrik Asetanilida disajikan dalam
Pabrik Asetanilida bekerja pada suhu yang relatif tinggi yaitu 225oC pada
evaporator. Suhu proses terendah adalah 30°C. Fasa yang ditangani berupa
`
E-35
Ditinjau dari segi politik, ekonomi, dan sosial pabrik direncanakan akan
bergejolak dan tidak stabil. Sehingga dari segi kondisi politik, ekonomi, dan
Bahan baku diperoleh dari dalam negeri. Pabrik Asetanilida saat ini sudah ada
Sumatera. Oleh karena itu dari segi bahan baku dan pemasaran produk pabrik