BAB VI
ANALISA EKONOMI
investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang ini
menguntungkan dari segi ekonomi atau tidak. Bagian terpenting dari prarancangan
ini adalah estimasi harga dari alat-alat karena harga digunakan sebagai dasar
besarnya laba yang akan diperoleh, lamanya modal investasi dapat dikembalikan
dalam titik impas. Selain itu, analisis ekonomi juga dimaksudkan untuk
mengetahui apakah pabrik yang akan didirikan dapat menguntungkan atau tidak
jika didirikan.
a. Profitability
dikonversikan dengan keadaan yang ada sekarang ini. Penentuan harga peralatan
2004 444,2
2005 468,2
2006 499,6
2007 529,4
2008 575,4
Dengan asumsi kenaikan indeks linear, maka dapat diturunkan persamaan least
Y = 16,19 X - 31992
X = Tahun pembelian
Dari persamaan tersebut diperoleh harga indeks di tahun 2020 adalah 711,8
Harga alat dan lainnya diperkirakan pada tahun evaluasi (2020) dan dilihat
dari grafik pada referensi. Untuk mengestimasi harga alat tersebut pada masa
Dengan :
ekonomi :
5. Shut down pabrik dilaksanakan selama 30 hari dalam satu tahun untuk
beroperasi
= FCI + WCI
= Rp579.688.420.295,00
= Rp 694.368.776.752
= TMC + GE
= Rp 42.697.535+ Rp 236.858.979.611
= Rp 823.096.130.335
1-heptena = US $ 51.900.113
1-heksena = US $ 9.361.402
1-oktena = US $ 8.870.915
= Rp 962.918.267.480
POS adalah persen keuntungan penjualan produk terhadap harga jual produk
ROI adalah tingkat pengembalian modal dari pabrik ini, dimana untuk
pabrik yang tergolong low risk, mempunyai batasan ROI minimum sebelum
BEP adalah titik impas, suatu keadaan dimana besarnya kapasitas produksi
SDP adalah suatu titik dimana pabrik mengalami kerugian sebesar Fixed
sebesar 6,5% dan 13,5% (Bank Mandiri, 2015), dari perhitungan nilai DCF
* Bank Mandiri
Dari analisis ekonomi yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa
0,3 Ra
Keterangan gambar :
Va : Variable cost
Ra : Regulated cost
Sa : Sales