BAB XI
ANALISA EKONOMI
Analisa ekonomi dalam suatu industri bertujuan untuk mengetahui layak atau
tidaknya pendirian suatu pabrik, menguntungkan atau tidak. Faktor-faktor yang peril
ditinjau adalah sebagai berikut:
1. Laju pengembalian modal atau rate of return (ROR) dan rate of equity (ROE)
2. Waktu pengembalian modal atau pay out time (POT)
3. Titik impas atau break even point (BEP)
Inderect Cost
1 Engineering and Supervision, 30%E Rp 8,323,559,115
2 Legal expenses,32%E Rp 8,878,463,056
3 Contractor's, 30%E Rp 8,323,559,115
4 Biaya legal, 6%E Rp 1,664,711,823
5 biaya tak terduga, 45%E Rp 12,485,338,672
Total Inderect Cost Rp 39,675,631,781
9 10 11 12 13 14 15
Biaya Operasi Depresiasi Tahunan Bunga Pinjaman Laba Sebelum Pajak Pajak Laba Sesudah Pajak Cashflow Setelah Pajak
PRARENCANA PABRIK ETIL ASETAT DARI PROSES DEHIDROGENASI ETANOL KAPASITAS 30.000 TON PER
TAHUN XI-6
BAB XI ANALISA EKONOMI
16 17 18 19
Cashflow Sebelum Pajak Pengembaian Pokok PinjamanNet Cash Flow Setelah Pajak Net Cash Flow Sebelum Pajak
PRARENCANA PABRIK ETIL ASETAT DARI PROSES DEHIDROGENASI ETANOL KAPASITAS 30.000 TON PER
TAHUN XI-7
BAB XI ANALISA EKONOMI
Dengan menggunakan trial and error, diperoleh harga i sebesar 0,3412 sehingga
ROR sebelum pajak sebesar 34,12% untuk perhitungan menggunakan harga jual ideal.
Trial and error dilakukan dengan menggunakan Goal Seek pada Microsoft Excel.
Semakin tinggi harga bahan baku, maka biaya operasi akan semakin
tinggi sehingga laba yang diperoleh semakin kecil. Hal ini akan berpengaruh
pada cash flow sebelum dan sesudah pajak. Semakin kecil laba yang diperoleh,
maka semakin kecil pula cash flow. Cash flow memberikan pengaruh langsung
pada ROR dan POT, dimana ROR semakin menurun dan POT semakin lama
seiring kenaikan harga bahan baku. Laba yang semakin menurun juga
berpengaruh pada net cash flow, dimana net cash flow berpengaruh langsung
pada ROE. ROE akan semakin menuruh seiring kenaikan harga bahan baku. BEP
juga dipengaruhi laba yang diperoleh, sehingga menurunnya laba menyebabkan
BEP semakin besar.
Berdasarkan analisa sensitivitas yang dilakukan seperti yang tercantum di
atas, terlihat bahwa harga jual ideal yang ditentukan sebesar Rp
64,583,974.35/drum dan Rp 923,244.88/botol dapat mentoleransi kenaikan harga
bahan baku hingga sebesar 20%. Harga bahan baku berpengaruh terhadap ROR,
ROE, POT, dan BEP, kenaikan sebesar 20% masih dapat ditoleransi karena nilai
ROR dan ROE yang diperoleh masih lebih tinggi dari suku bunga bank yang
sebesar 11%. Penentuan harga jual ideal dibawah Rp 64,583,974.35 dan Rp
923,244.88 tidak dapat mentoleransi kenaikan harga bahan baku hingga 20%.
Apabila kenaikan harga bahan baku terus meningkat atau melebihi 20%, maka
perlu diimbangi dengan kenaikan harga jual sehingga laju pengembalian modal
terus stabil di atas suku bunga bank. Dengan demikian, disimpulkan bahwa harga
jual produk sangat sensitif terhadap kenaikan harga bahan baku.