Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur
60 tahun adalah usia permulaan tua (Nugroho W, 2008). Penuaan merupakan proses
normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah mulai sejak lahir dan
berlanjut sepanjang hidup. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah
laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka sampai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley M, 2007). Proses menua (aging) adalah
proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial
yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia
(Kartinah, Sudaryanto A, 2008).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Dengan demikian maka penuaan adalah
apabila seseorang manusia yang telah memasuki umur 60 tahun keatas dan sudah tidak
produktif lagi dan system tubuhnya sudah mengalami penurunan fungsi serta mengalami
perubahan aktivitas dan proses setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
cepatnya. Di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta
jiwa.Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun
2013. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi,
sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi, dan
tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total
populasi.
Menurut hasil Susenas tahun 2010 jumlah lansia sudah 18,1 juta jiwa atau 9,6%
jumlah penduduk, Menurut BPS RI-Susenas 2011, sebaran penduduk lansia menurut
provinsi, persentase penduduk lansia di atas 10% ada di provinsi D.I.Yogyakarta 2
(14,02%), Jawa Tengah (10,99%), Jawa Timur (10,92%) dan Bali (10,79%) (Komnas
Lansia, 2010). Sedangkan pada tahun 2012 jumlah lansia sudah mencapai 19 juta jiwa

1
atau sekitar 8,5% dari jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah lansia
dan diproyeksikan akan terus meningkat sehingga diperkitakan pada tahun 2025 akan
menjadi 28,8 juta jiwa. Pada daerah Sulawesi Tenggara terdapat jumlah lansia pada
tahun 2013 yaitu 63.559 jiwa lansia laki-laki, dan pada lansia perempuan 73.568 jiwa
lansia. Dan pada tahun 2014 jumlah lansia bertambah 150.768 jiwa lansia. Diantaranya
yaitu lansia laki-laki mengalami kenaikan dengan jumlah 71.145 jiwa lansia, dan jumlah
lansia perempuan meningkat drastis yaitu dengan total lansia 79.623 lansia (BPS
SULTRA, 2015).
Bertambahnya populasi lansia, ironisnya di ikuti oleh peningkatan jumlah lansia
yang terlantar di indonesia. Data tahun 2012 di indonesia menunjukkan jumlah lansia
terlantar dan beresiko tinggi adalah 3.274.100 dan 5.102.800 orang. Lanjut usia yang
menjadi gelandangan dan pengemis adalah 9.259 orang dan yang mengalami tindak
kekerasan 10.511 orang (Suara Merdeka, 2012). Saat ini sudah banyak berdiri panti
sosial tresna werdha yang bertujuan untuk menampung lansia yang terlantar.Lansia yang
tinggal dipanti diberikan kebutuhan sandang, pangan, dan papan.Namun, kehidupan
dipanti berbeda dengan kehidupan ditengah keluarga.Kehilangan dukungan sosial dan
emosional akibat dilembagakan (tinggal di panti) cenderung menimbulkan depresi pada
lansia (Karthryn, 2009). Salah satu perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah
perubahan psikososial. Perubahan psikososial merupakan tekanan mental (stressor
psikososial) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam
kehidupan dan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya (Fatimah, 2010).
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan
mental dan keadaan fungsional yang efektif, Seiring dengan proses penuaan, ada
beberapa permasalahan baik fisik maupun mental yang dialami seseorang, gangguan
mental yang biasa terjadi pada orang lanjut usia, yaitu gangguan tidur, cemas, tekanan
jiwa (depresi) dan pikun (demensia) . Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan
intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang
positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap
nilai-nilai yang ada ditunjang status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas
yang meliputi perseps kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut
menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi (R. Siti Maryam, 2008).
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi
kehidupan dan kehilangan, semakin panjang usia seseorang, maka akan semakin banyak
pula transisi dan kehilangan yang haru dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun

2
oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan keadaan financial,
perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan dan kemampuan fungsional,
perubahan jaringan sosial, dan relokasi. Kehilangan yang umum bagi lansia biasanya
berkisar pada kehilangan suatu hubungan akibat proses kematian (Potter Perry, 2009).
Pada usia lanjut perubahan tata nilai kehidupan (perubahan psikososial) berjalan
begitu cepat karena pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi, serta
ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, moral,
dan etika (Sunaryo,2004). Lansia yang sehat secara psikososial dapat dilihat dari
kemampuannya beradaptasi terhadap kehilangan fisik, sosial dan emosional serta
mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup. Ketakutan menjadi tua dan tidak
mampu produktif lagi memunculkan gambaran yang negatif tentang proses menua.
Menurut Nugroho,W tahun 2008 tentang perubahan psikososial pada lanjut usia,
mengemukakan bahwa nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan
identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun
(purnatugas), seseorang akan mengalami kehilangan, antara lain: kehilangan finansial
(pendapatan berkurang), kehilangan status (dulu) mempunyai jabatan atau posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan semua fasilitas), kehilangan teman, kenalan atau relasi,
kehilangan pekerjaan atau kegiatan dan merasakan atau sadar terhadap kematian,
perubahan cara hidup (memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit), kemampuan
ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, biaya hidup meningkat pada penghasilan
yang sulit, biaya pengobatan bertambah, adanya penyakit kronis dan ketidak mampuan,
timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial, adanya gangguan saraf
panca-indra, timbul kebutaan dan ketulian, gangguan gizi akibat kehilangan jabatan,
rangkaian kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya
kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.
Masalah psikososial yang tidak diatasi dengan baik maka dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia ke arah kerusakan atau
kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif, misalnya bingung, panik, depresif, apatis
(Kuntjoro,2002). Perubahan dalam peran sosial di masyarakat akibat berkurangnya
fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul
gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Usia lanjut akan banyak mengalami perubahan pada fisik maupun mental
khususnya kemunduran yang pernah dimilikinya pada usia lanjut. Perubahan penampilan
fisik sebagai bagian dari proses penuaan yang normal seperti menurunnya ketajaman

3
panca indra, berkurangnya daya tahan tubuh selain itu, lansia harus berhadapan dengan
perubahan peran, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.
Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan usia lanjut (lansia) menjadi lebih rentan
mengalami masalah mental (Soejono, Setiati & Wiwie, 2000).
Perubahan psikososial terdiri dari perubahan psikologis dan perubahan sosial
yang meliputi perubahan aktualisasi diri, perilaku menyendiri, perubahan peran dan
aktivitas, serta kepuasan hidup pada lansia (friedman& Schustack, 2008; Wirakusuma,
2008; Stanley, 2006; Wirakusuma, 2008). Usia lanjut akan banyak mengalami perubahan
dimana kehidupan lanjut usia senantiasa membutuhkan komunikasi dan interaksi dengan
orang lain. Kemudian Hurlock (2008), mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh
setiap orang terutama pada lansia akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan
tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya terutama interaksi sosialnya di
lingkungan masyarakat, bagaimana sikap yang ditujukan apakah memuaskan atau tidak
memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman
pribadinya.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang di tandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal
ini sebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ. Penurunan kondisi fisik lanjut usia tersebut berpengaruh pada kondisi psikisnya,
dengan berubahnya penampilan serta menurunya fungsi dan kemampuan panca indra
maka banyak dari mereka gagal dalam menangkap isi pembicaraan orang lain,
menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak
berguna lagi (Azizah, 2007).

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan lansia?
b. Apa saja perubahan fisik pada lansia?
c. Apa saja perubahan psikososial pada lansia?

C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian lansia.
b. Mengetahui perubahan fisik pada lansia.
c. Mengetahui perubahan psikososial pada lansia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia (Lanjut Usia)


Lansia Pertumbuhan dan perkembangan manusia terdiri dari serangkaian proses
perubahan yang rumit dan panjang sejak pembuahan ovum oleh sperma dan berlanjut
sampai berakhirnya kehidupan. Secara garis besar, perkembangan manusia terdiri dari
beberapa tahap, yaitu kehidupan sebelum lahir, saat bayi, masa kanak-kanak, remaja,
dewasa, dan lanjut usia (lansia). Lansia adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia,
dimana manusia tersebut pastinya akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun
mental. Proses penuaan merupakan proses alami yang dapat menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis, dan biokimia pada jaringan tubuh yang dapat mempengaruhi
fungsi, kemampuan badan dan jiwa (Setiati dkk, 2000).
Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Darmojo R. Boedhi & Hadi Martono, 1999).
Menurut WHO, lansia dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Usia Pertengahan (middle age) : usia 45 – 59 tahun.
2. Lansia (elderly) : usia 60-74 tahun
3. Lansia tua (old ) : usia 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old ) : usia di atas 90 tahun.

Departemen Kesehatan RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut :


1. Virilitas ( prasenium ) : Masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan
jiwa (usia 55-59 tahun).
2. Usia lanjut dini ( senescen ) : Kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini
(usia 60-64).
3. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : Usia di atas
65 tahun.

Pengertian lansia dibedakan atas 2 macam, yaitu lansia kronologis (kalender)


dan lansia biologis. Lansia kronologis mudah diketahui dan dihitung, sedangkan lansia

5
biologis berpatokan pada keadaan jaringan tubuh. Individu yang berusia muda tetapi
secara biologis dapat tergolong lansia jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya
(Fatimah, 2010) .

B. Perubahan Fisik Lansia


Berbagai masalah fisik atau biologis dan sosial akan muncul pada lanjut usia
sebagai proses menua atau penyakit degenertif yang muncul seiring menuanya
seseorang. Menua merupakan proses yang alamiah yang akan dialami oleh setiap
individu. Hal ini ditandai dengan penuruna kemampuan tubuh dalam penyesuaian diri
terhadap perubahan-perubahan terkait usia melalui fisik, perubahan psikososial, dan
perkembangan spiritual (Nugroho,2000).
1. Perubahan-perubahan fisik pada lansia
a. Sel
 Lebih sedikit jumlahnya
 Lebih besar ukurannya
 Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intra seluler
 Menurun proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
 Jumlah sel otak menurun
 Tergantungnnya mekanisme perbaikan sel
 Otak menjadi atrofis beratnya 5-10%

b. System persyarafan
 Berat otak menurun 10-20%
 Cepatnya menurun hubugan persyarafan
 Lambat dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres
 Mengecilnya syaraf panca indra
 Kurang sensitive terhadap sentuhan

c. System pendengaran
 Prebiakusis
 Membran timpani menjadi atrofi yang menyebabkan otosklerosis
 Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena peningkatan
keratin

6
 Pendengaran bertambah menurun

d. System penglihatan
 System pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
 Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
 Lensa lebih suram, menjadi katarak yang menyebabkan gangguan
penglihatan
 Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat
 Hilangnya daya akomodasi
 Menurunnya lapang pandang
 Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala

e. System kardiovaskuler
 Elastisitas, dinding aorta menurun
 Katup jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa daran menurun
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah
 Tekanan darah tinggi

f. System pengaturan temperature tubuh


 Temperature tubuh menurun (hipotermia)
 Keterbatasan reflex mengigil dan tidak memproduksi panas yang banyak
sehingga rendahnya aktivitas otot.
g. System respirasi
 Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
 Menurunnya aktivitas dari silia
 Paru-paru kehilangan elastisitas
 Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
 O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
 CO2 pada arteri tidak berganti
 Kemampuan untuk batuk berkurang
 Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernafasan menurun

7
h. System gastrointestinal
 Kehilangan gigi
 Indera pengecap menurun
 Esophagus melebar
 Sensitifitas lapar menurun
 Peristaltic lemah dan biasanya konstipasi
 Fungsi absorpsi melemah
 Liver (hati) makin mengecil
 Menciutnya ovary dan uterus
 Atrofi payudara
 Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus,sekresi menjadi
berkurang

i. System genitourinaria
 Ginjal, kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenisurin
menurun proteinuria (biasanya +1); BUN (Blood UreaNitrogen) meningkat
sampai 21 mg%; nilai sambung ginjal terhadap glukosa meningkat
 Vesika urinaria sulit dikosongkan pada pria usia lanjut sehingga
mengakibatkan retensi urin
 Pembesaran prostat
 Atrofi vulva

j. System endokrin
 Produksi dari hamper semua hormone menurun
 Fungsi paratiroid dan sekresinya berubah
 Perkembangan hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah
 Menurunnya aktivitas tiroid
 Menurunnya produksi aldosteron
 Menurunnya sekresi hormone kelamin

8
k. System intergumen
 Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak
 Permukaan kulit kasar dan bersisi
 Menurunnya respon terhadap trauma
 Mekanisme proteksi kulit menurun
 Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
 Rambut dalam hidung dan telinga menebal
 Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vasikularisasi
 Pertumbuhan kuku lebih lambat
 Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
 Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya
 Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya

l. System musculoskeletal
 Tulang kehilangan cairan dan menjadi rapuh
 Kifosis
 Pinggang, lutut, jari-jari, pergelangan terbatas
 Diskus intervertebrali menipis dan menjadi pendek
 Persendian membesar dan menjadi kaku
 Tendon mengerut dan mengalami skelerosis
 Artrofi serabut otot

2. Pentingnya beraktivitas fisik bagi lansia


Sama seperti mengonsumsi suplemen, vitamin, atau mengonsumsi makanan
dan minuman yang sehat, beraktivitas fisik juga mampu mencegah berbagai
macam penyakit dan penurunan fungsi tubuh yang mengintai lansia. Anda yang
sudah mengidap penyakit tertentu seperti diabetes atau stroke juga bisa
menghindari turunnya kondisi kesehatan. Berikut adalah risiko-risiko yang bisa
dihindari dengan aktivitas fisik yang mencukupi.
a. Melatih keseimbangan tubuh
Orang lansia lebih rentan kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Hal
tersebut bisa berakibat patah tulang atau bahkan serangan stroke. Beraktivitas
fisik bisa jadi salah satu cara untuk melatih keseimbangan tubuh. Otot-otot

9
serta sistem koordinasi Anda akan bekerja lebih baik, dan refleks Anda juga
semakin meningkat.
b. Mencegah penyakit
Lansia yang aktif bergerak menunjukkan tingkat risiko yang lebih
rendah diserang penyakit seperti osteoporosis, hipertensi, stroke, penyakit
jantung koroner, diabetes, kanker payudara, dan kanker usus besar. Selain itu,
beraktivitas fisik juga bisa meningkatkan berbagai fungsi tubuh seperti
pernapasan, peredaran darah, dan daya tahan tubuh.
c. Menjaga ketajaman mental
Semakin bertambah usia, lansia biasanya mengalami penurunan fungsi
kognitif. Mulai dari daya ingat, ketajaman pikiran, sampai kemampuan
mengelola emosi bisa terganggu. Apalagi jika tadinya Anda selalu bekerja
seharian sebelum mengambil pensiun. Otak yang tidak diasah setiap hari akan
semakin cepat menurun fungsinya. Beraktivitas fisik adalah cara mengasah
otak yang sehat. Saat Anda bergerak dan beraktivitas fisik, saraf-saraf otak
akan bekerja dan membangun sel-sel baru yang sehat untuk menggantikan sel
yang sudah rusak atau mati.

3. Aktivitas fisik yang dibutuhkan lansia


Aktivitas fisik bagi lansia sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan fisik masing-masing. Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter
untuk mengetahui batasan-batasan yang aman bagi tubuh. Namun, secara umum
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan setiap lansia untuk memenuhi
kebutuhan fisik berikut ini.
 Paling sedikit 150 menit aktivitas fisik berintensitas sedang atau 75 menit
aktivitas fisik berintensitas berat selama seminggu
 Setiap beraktivitas fisik, pastikan durasinya berlangsung selama paling
sebentar 10 menit
 Jika sudah terbiasa dengan anjuran minimal tersebut, biasakan untuk
beraktivitas fisik sedang selama 300 menit atau beraktivitas fisik berat selama
150 menit dalam seminggu
 Lansia yang memiliki masalah koordinasi tubuh sebaiknya melakukan latihan
keseimbangan paling sedikit 3 kali seminggu

10
 Latihan otot sebaiknya dilakukan paling sedikit 2 kali seminggu

Aktivitas fisik yang berintensitas sedang antara lain jalan kaki jarak dekat,
bersepeda santai, bersih-bersih rumah, naik tangga, atau berkebun (mencangkul,
menanam, mencabuti rumput liar, dan lain-lain). Sementara itu, aktivitas fisik bagi
lansia yang intensitasnya berat antara lain yoga, tai chi, berenang, jogging,
berjalan cepat jarak jauh, bersepeda di jalur yang berbukit, menggendong anak
kecil usia 3 tahun ke atas, dan main bulutangkis.

C. Perubahan Psikososial Pada Lansia


1. Definisi
Perubahan psikososial pada lansia merupakan tekanan mental (stresor
psikososial) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam
kehidupan dan berusaha peradaptasi untuk menanggulanginya (Fatimah, 2010).
Perubahan psikososial pada lansia dimana nilai seseorang sering diukur
melalui produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam
pekerjaan. Bila mengalami pensiun (purna tugas), seseorang akan mengalami
kehilangan (NugrohoW,2008) antara lain:
 Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
 Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan semua fasilitas)
 Kehilangan teman, kenalan atau relasi
 Kehilangan pekerjaan atau kegiatan dan
 Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup (memasuki
rumah perawatan, bergerak lebih sempit)
 Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup
meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
 Adanya penyakit kronis dan ketidak mampuan
 Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social.
 Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan ketulian.
 Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
 Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga

11
 Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan tehadap gambaran diri,
perubahan konsep diri)

2. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang
terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari
seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu
berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang status sosialnya.
Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi kemampuan kognitif,
memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan
berinteraksi. (R. Siti Maryam, 2008).
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi,
kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan
keinginan, depresi, dan kecemasan (Maryam S, 2008).
Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahn yang dialaminya akibat
proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut:
a) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang
lain
b) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk
melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya
c) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan
kondisi fisik
d) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal
atau pergi jauh dan ataupun cacat

3. Perubahan Sosial
Teori aktivitas sosial tentang penuaan di perkirakan dapat memberikan
kontribusi paling besar terhadap masa tua yang sukses. Teori mengemukakan bahwa
“lansia yang mengalami penuaan yang optimal akan tetap aktif dan tidak mengalami
penyusutan dalam kehidupan sosial mereka. Mereka mempertahankan aktivitas pada
usia dewasa pertengahan selama mungkin dan kemudian menemukan pengganti
aktivitas yang sudah tidak dapat dilakukan lagi” (Stanley M, 2007).
Beberapa perubahan sosial pada lansia meliputi :
12
a) Kehilangan dukungan sosial, ketika individu dewasa mencapai usia lanjut,
jaringan pendukung sosial mereka mulai terpecah ketika teman meninggal atau
pindah. Kekuatan dan kenyamanan yang diberikan oleh teman-temannya, yang
membantu individu menahan atau mengatasi kehilangan, tidak ada lagi.
Kehilangan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penyakit fisik dan
mental pada usia tua.
b) Pensiun, Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-
kehilangan, antara lain: kehilangan finansial, kehilangan status (dulu
mempunyai jabatan posisiyang cukup tinggi, lengkap dengan segala
fasilitasnya), kehilangan teman atau kenalan ataupun relasi, kehilangan
pekerjaan atau kegiatan.
c) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, meningkatnya biaya hidup pada
penghasilan yang sulit, serta bertambahnya biaya pengobatan
d) Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapanakan meninggal

4. Perubahan Psikososial Pada Lansia


Perubahan psikososial terdiri dari perubahan psikologis dan perubahan sosial
meliputi perubahan aktualisasi diri, perilaku menyendiri, perubahan peran dan
aktivitas, serta kepuasan hidup pada lansia (friedman& Schustack, 2008;
Wirakusuma, 2008; Stanley, 2006;Wirakusuma, 2008)
a) Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan
untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar
pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam
kehidupan. Lansia mempunyai kebutuhan dasar seperti kebutuhan rasa aman,
rasa cinta memiliki dan dimiliki, kebutuhan aktualisasi diri dan perlindungan.
Sebagai lansia mereka mengharapkan di saat-saat menjelang akhir hayat,
menginginkan hidup bahagia. Meraih kebahagiaan merupakan tujuan hidup
semua orang, segala apa yang dilakukan manusia pada akhirnya hanyalah untuk
membuat hidup bahagia di masa tuanya (Bastaman HD, 1996).
Teori Maslow, dengan hierarki kebutuhannya (hierarchy of needs).
Maslow menjelaskan bahwa hierarki kebutuhan dengan mewajibkan kepuasan
bagi kebutuhan level terendah sebelum mencapai kebutuhan selanjutnya yang

13
lebih tinggi. Berdasarkan teori tersebut, seseorang akan menjadi semakin bijak
apabila menjadi lebih beraktualisasi diri dan transenden.
Aktualisasi diri merupakan findingself-fulfillment and realizingone’s
potential atau menemukan pemenuhan diri dan memahami potensi seseorang.
Sedangkan transenden merupakan helping othersfind self-fulfillment and
realizetheir potential membantu orang lain menemukan pemenuhan dirinya dan
memahami potensi yang mereka miliki. Seseorang tidak akan dapat mencapai
level tertinggi atau“being” ketika sibuk untuk memenuhi kebutuhan dasar. Hal
itu dikarenakan individu masih sibuk dengan makanan, keamanan dan cinta,
sehingga susah untuk pencarian kebenaran serta keindahan(Friedman &
Schustack, 2008).
Lansia juga mempunyai kebutuhan hidup seperti orang lain agar
kesejahteraan hidup dapat dipertahankan. Menurut pendapat Maslow dalam
teori Hierarki Kebutuhan, kebutuhan manusia meliputi :
1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis
seperti pangan, sandang, papan, seks dansebagainya.
2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan
rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti
kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan kemandirian dan sebagainya
3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkomunikasi dengan manusia lainmelalui paguyuban, organisasi profesi,
kesenian, olah raga, kesamaan hobi dan sebagainya.
4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri
untuk diakui akan keberadaannya.
5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan
untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir
berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan
berperan dalam kehidupan.

b) Perilaku Menyendiri
Menurut Sears, etal. (2006:212) bahwa kesepian menunjuk pada
kegelisahan subjektif yang kita kehidupan seseorang diwarnai dengan transisi
sosial yang mengganggu hubungan pribadi dan menyebabkan timbulnya

14
kesepian. Kesepian dapat terjadi pada siapapun baik remaja maupun orang
dewasa.
Kesepian adalah masalah meresap di kalangan orang tua dengan kuat
pada hubungan yang ada pada dukungan sosial, baik secara mental dan
kesehatan fisik disertai dengan kognisi. Kehidupan seseorang diwarnai dengan
dengan transisi sosial yang mengganggu hubungan pribadi dan menyebabkan
timbulnya kesepian. Kesepian dapat terjadi pada siapa pun baik remaja maupun
orang dewasa. Teori ini menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari
peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Proses ini dapat diprediksi,
sistematis dan tidak dapat dihindari serta penting untuk fungsi yang tepat untuk
masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia, apabila kontak
sosial berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi muda.
Manfaat pengurangan kontaksosial adalah agar lansia dapat
menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk
menghadapai harapanyang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi
masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan generasi tua kepada
generasi muda.(Wirakusuma, 2008).
Menurut Sears et al. (2009: 216) orang yang kesepian cenderung lebih
tertutup dan pemalu, lebih sadar diri dan kurang asertif. Orang yang kesepian
sering memiliki keterampilan sosial yang buruk. Kesepian juga berkaitan
dengan kecemasan dan depresi. Ada dua faktor yang mendorong kesepian
(Cheryl & Parello 2008: 67) yaitu:
 Faktor situasional
Faktor ini mengenai situasi kehidupan yang dialami ketika perasaan
seseorang akan menjadi kesepian. Situasi kehidupan, seperti perceraian,
perpisahan, sosial situasi individu dirawat dirumah sakit atau sakit kronis
anak-anak atau anggota keluarga,dan mereka yang baru saja pindah ke
lingkungan baru atau sistem sekolah.
 Faktor characterological
Characterological faktor yang mendorong kesepian adalah ciri-ciri
kepribadian seperti introversi, rasa malu, dan rendah diri. Individu dengan
ciri-ciri kepribadian dapat dilihat dilingkungannya.

15
c) Peran dan Aktivitas Pada lansia
Menurut Wirakusuma (2008), aktivitas adalah jalan menuju penuaan
yang sukses dengan cara tetap aktif. Teori ini menyebutkan bahwa pentingnya
tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat dan
untuk memvalidasi hubungan positif antara interaksi, kesejahteraan fisik dan
kesehatan mental. Interaksi sosial memainkan peranan yang sangat penting
dalam kehidupan lansia.
Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan mempengaruhi
hubungan sosial, baik sesama lansia maupun dengan pengasuh. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, lansia senantiasa berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya, saling beradaptasi, saling mempelajari, menilai dan
saling melengkapi (Santrock,2007).
Kehidupan lanjut usia senantiasa membutuhkan komunikasi dan
interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial berpengaruh terhadap kehidupan
kejiwaan lanjut usia. Kejiwaan yang sehat apabila hubungan dengan sesama
tercipta dan berjalan dengan baik. Keadaan kejiwaan yang sehat dapat terpenuhi
melalui hubungan yang memuaskan dengan sesama(Sarwono,2002). Namun
pada kenyataan ada lanjut usia yang kurang dapat menikmati atau kurang puas
dengan hubungan sosial dengan oranglain.
Hubungan sosial yang tidak memuaskan dapat menimbulkan
kesenjangan antara yang diinginkan dengan yang dicapai oleh lanjut usia.
Dengan demikian lanjut usia akan mengalami perasaan yang kurang
menyenangkan, kurang puas dengan hubungan interpersonal yang dilakukan
bahkan dapat menimbulkan depresi pada lansia.
Terkait dengan perubahan pada lansia, kemudian Hurlock (2008),
mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang terutama lansia
akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya terutama interaksi sosialnya di lingkungan
masyarakatnya. Bagaimana sikap yang di tunjukan apakah memuaskan atau
tidak memuaskan, hal ini tegantung dari pengaruh perubahan terhadap peran
dan pengalaman pribadinya.
Perubahan yang diminati oleh para lansia adalah perubahan yang
berkaitan dengan masalah perubahan peningkatan kesehatan, ekonomi atau
pendapatan dan peran sosialnya di lingkungan masyarakat. Interaksi sosial

16
memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan lansia. Kondisi
kesepian dan terisolasi secara sosial akan mempengaruhi hubungan sosial, baik
sesama lansia maupun dengan pengasuh. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
lansia senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, saling beradaptasi,
saling mempelajari, menilai dan saling melengkapi (Santrock,2007).

d) Kepuasan Hidup Pada Lansia


Kepuasan hidup adalah salah satu aspek penting dalam perkembangan
masa hidup manusia terutama jika individu tersebut masuk dalam masa lansia,
karena pada masa lansia adalah masa dimana seorang manusia lebih banyak
diam dan tidak dapat berbuat apa-apaseperti masa hidup sebelum-sebelumnya.
Mencapai kepuasan hidup merupakan harapan dari setiap manusia. Kepuasan
hidup erat kaitannya dengan kebahagiaan atau kepuasan merupakan salah satu
dari dimensi dari subjectivewell- being. Kepuasan hidup digambarkan sebagai
bentuk penilaian individu secara menyeluruh dalam menilai puas atau tidaknya
kehidupan yang dialaminya (dalam Hurlock, 2009).
Teori menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan
kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seorangakan dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan.
Menurut Stanley (2006), ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak
akan berubah walaupun usianya telah lanjut. Seseorang yang menikmati
bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan
terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut, sedangkan seseorang
yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas,
mungkin akan menemukan kepuasan dalam melanjutkan gaya hidupnya, selain
itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam interaksi
interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba
mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda didalam masa akhir
kehidupannya.

17
Menurut Darmawan (2003) kepuasan hidup pada lansia adalah suatu
kondisi yang mencakup beberapa aspek yaitu:
 Penerimaan diri
Yaitu sikap yang positif terhadap diri, mengakui dan menerima
semua aspek dari dirinya termasuk sifat baik maupun yang buruk dan
memiliki pandangan yang positif terhadap masa lalunya, mempunyai
kemauan untuk selalu berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru,
memilki dorongan untuk merealisasikan potensinya dan senantiasa melihat
perubahan dalam diri dan tingkah lakunya.
 Hubungan positif dengan orang lain
Yaitu memiliki kehangatan, kesenangan, kepercayaan pada orang
lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, mampu melakukan empati
dan memahami bagaimana cara berhubungan dengan orang lain.
 Tujuan Hidup
Yaitu memiliki tujuan dalam hidup dan semangat untuk
mencapainya, perasaan bahwa masa sekarang dan masa lalu memiliki arti,
memiliki keyakinan yang memberi tujuan hidup serta sasaran untuk hidup.
 Penguasaan Lingkungan
Yaitu memiliki penguasaan dan mampu mengatur lingkungan,
mengontrol dan menyusun kegiatan eksternal, membuat efektif tiap
kesempatan yang ada, mampu memilih dan mengubah kondisi agar sesuai
dengan kebutuhan.
 Perkembangan pribadi
Yaitu memiliki semangat, terbuka dan pengalaman baru, memiliki
keinginan merealisasikan potensi, senantiasa melihat perubahan dalam diri
dan tingkah laku.
 Kemandirian
Yaitu kemampuan membuat keputusan sendiri dan mandiri mampu
untuk bertahan terhadap tekanan sosial dengan berfikir dan bertindak
melalui cara tertentu, serta mampu untuk mengatur tingkah laku dan
mengevaluasi diri dengan standar pribadi. Memiliki penguasaan dan
kemampuan mengatur lingkungan, mengontrol dan menyusun sejumlah
aktifitas eksternal, mampu untuk membuat efektif setiap kesempatan.
 Peran dalam Masyarakat

18
Yaitu adanya pengakuan dari masyarakat terhadap orang lanjut usia
dalam aktifitas dan kehidupan sehari – hari

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi diatas dapat disimpulkan bahwa lansia adalah tahap akhir dari siklus
hidup manusia, dimana manusia tersebut pastinya akan mengalami perubahan baik
secara fisik maupun mental. Menua merupakan proses yang alamiah yang akan dialami
oleh setiap individu. Hal ini ditandai dengan penuruna kemampuan tubuh dalam
penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan terkait usia melalui fisik, perubahan
psikososial, dan perkembangan spiritual. Aktivitas fisik bagi lansia sebaiknya
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan fisik masing-masing seperti jalan kaki jarak
dekat, bersepeda santai, bersih-bersih rumah, naik tangga, atau berkebun dan lain-lain.
Perubahan psikososial merupakan tekanan mental (stresor psikososial) sehingga
bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha
peradaptasi untuk menanggulanginya. Perubahan psikososial terdiri dari perubahan
psikologis dan perubahan sosial meliputi perubahan aktualisasi diri, perilaku
menyendiri,perubahan peran dan aktivitas, serta kepuasan hidup pada lansia. Perubahan
yang diminati oleh para lansia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
perubahan peningkatan kesehatan, ekonomi atau pendapatan dan peran sosialnya di
lingkungan masyarakat. Interaksi sosial memainkan peranan yang sangat penting dalam
kehidupan lansia. Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan mempengaruhi
hubungan sosial, baik sesama lansia maupun dengan pengasuh. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, lansia senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, saling
beradaptasi, saling mempelajari, menilai dan saling melengkapi. kepuasan hidup pada
lansia adalah suatu kondisi yang mencakup beberapa aspek yaitu: penerimaan diri,
hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup, penguasaan lingkungan,
perkembangan pribadi, kemandirian, peran dalam masyarakat.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini di harapkan kepada pembaca dapat mengetahui
tinjauan kebutuhan fisik dan psikososial lansia dan memberikan pendapat atau saran dari
materi yang disajikan oleh penulis.

20
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. 2009. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulis Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.

Fatimah, Skp. 2010. “Merawat Manusia Lanjut Usia” Suatu Pendekatan Proses Keperawatan
Gerontik. Jakarta : Trans Info

Indriana, Yeniar. (2012). Gerontology & Progeria. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartinah & Sudaryanto Agus. 2008. Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia.

Kuntjoro Z.S.(2002). Gangguan Psikologis dan Perilaku pada Demensra

http://www,epsikologi.com/usia/ 1 70602b.htm. di peroleh 20 April 2016

Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta : EGC.

R. Siti Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta Selatan :
Salemba Medika

Stanley & Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai