Anda di halaman 1dari 7

Epidemiologic BMS

BMS pada dasarnya adalah gangguan pada


individu paruh baya dan lanjut usia dengan rentang usia
38-78 tahun. (Scala A dkk, 2003). Menurut penelitian
tahun 1999, prevalensi BMS dilaporkan berkisar antara
0,6% hingga 15% (Zakrzewska JM dkk, 1999). Prevalensi
meningkat seiring bertambahnya usia baik pria maupun
wanita.
BMS paling sering ditemukan pada orang dewasa,
yaitu di atas usia 60 tahun dan lima kali lebih sering
ditemukan pada wanita dibandingkan pada pria. BMS
menunjukkan kecenderungan pada perempuan yang
signifikan, yaitu dengan rasio antara perempuan dan laki-
laki bervariasi dari 3: 1 hingga 16: 1 dalam berbagai studi
literatur. Studi epidemiologis mengungkapkan bahwa
kondisi ini sangat umum di antara wanita peri-dan pasca-
menopause yang membuat prevalensi meningkat hingga
12-18% (Sun A dkk, 2013). Kondisi ini sangat jarang
terjadi pada pasien di bawah 30 tahun dan tidak pernah
dilaporkan pada anak-anak dan remaja (Lopez JP dkk,
2010).
KIE
Dokter gigi mengedukasi pasien dengan
memberikan penjelasan secara umum tentang:
1. Gejala Burning Mouth Syndrome
2. Penyebab pasien mengalami Burning Mouth
Syndrome
3. Beberapa jenis pengobatan dan perawatan

Setelah itu, dokter gigi meminta pasien untuk


menghindari hal-hal yang dapat mengiritasi ataupun
mempeparah keluhan seperti:
1. merokok,
2. makanan pedas dan panas,
3. minuman beralkohol,
4. obat kumur yang mengandung alcohol dan
5. produk yang menganadung banyak asam seperti
buah jeruk dan lain sebagainya.

Manajemen perawatan BMS dibagi menjadi tiga


topik yaitu obat topikal, obat sistemik dan interaksi
perilaku.
1. Pengobatan Topikal
Anestesi lokal yang paling sering digunakan yaitu
lidocaine. Aplikasi secara topikal 0,5 ml Aloe vera gel
pada 70%, 3 kali sehari dikombinasikan dengan tongue
protector efektif untuk mengurangi rasa terbakar dan
sensasi nyeri pada lidah (Lopez JP dkk, 2013).

2. Pengobatan sistemik
Sejumlah penelitian telah menilai terapi sistemik
untuk mengobati BMS dengan hasil yang bervariasi.
1. Antidepresan trisiklik seperti amitriptyline,
desipramine, imipramine, clomipramine dan
nortriptyline
 dosis awal 5-10 mg / hari dan secara
bertahap meningkat menjadi 50 mg / hari
 kontraindikasi pada pasien dengan mulut
kering karena dapat memperburuk kondisi.
2. Selektif serotonin reuptake inhibitor antidepresan
seperti
 sertraline (50 mg / hari),
 paroxetine (20 mg / hari) selama 8 minggu,
 duloxetine dengan dosis 30-60 mg / hari,
3. Antipsikotik seperti
 amisulpride, levosulpiride dengan dosis 50
mg / hari selama 24 minggu.
 Alpha-lipoic acid (ALA) dengan dosis 600
mg / hari, baik sendiri atau dalam
kombinasi selama 2 bulan, bertindak
sebagai antioksidan dan agen
neuroprotektif kuat yang mencegah
kerusakan saraf oleh radikal bebas,
 Pasien yang menjalani terapi ALA harus
disarankan untuk menjalani pengobatan
perlindungan lambung secara bersamaan
(Buchanan J dkk, 2005).
 regenerasi antioksidan lain seperti vitamin
C dan E, mampu meningkatkan tingkat
glutathione intraseluler, sehingga secara
signifikan mengurangi gejala pada pasien
dengan dysgeusia idiopatik (Granot M
dkk, 2005).
4. Capsaicin sistemik (0,25% kapsul, 3 kali sehari,
selama 1 bulan)
 efektif dalam mengurangi intensitas nyeri
 harus digunakan dengan hati-hati karena
menyebabkan nyeri lambung pada
beberapa individu.
5. Benzodiazepin pada dosis rendah berpengaruh
pada pasien dengan gangguan kecemasan.
6. Clonazepam (0,5 mg / hari) dan alprazolam (0,25
mg hingga 2 mg / hari)
 umumnya digunakan dalam pengobatan
nyeri BMS dan bertindak dengan
menghambat mekanisme neuropatologis
yang mendasar (Nagler RM dkk, 2004)
7. Suplementasi dengan kapsul vitamin BC, B12,
asam folat dan mineral seperti zat besi, seng
 secara signifikan dapat menurunkan kadar
serum homosistein rata-rata dan
menaikkan tingkat hemoglobin darah (Sun
A dkk, 2013).
8. Terapi penggantian hormon
 estrogen konjugasi seperti premarin, 0,625
mg / hari selama 21 hari
 medroksiprogesteron asetat seperti
farlutal, 10 mg / hari dari hari ke 12 hingga
hari ke 21,
 selama tiga siklus berturut-turut dapat
meredakan gejala terbakar mulut dan
memperbaiki fitur sitologi, terutama pada
wanita peri-dan pasca-menopause
(Aravindhan R dkk, 2014).

3. Interaksi Perilaku
Pengobatan pasien BMS dengan kombinasi
psikoterapi dan psikofarmakoterapi juga mengalami
keberhasilan (Aravindhan R dkk, 2014).

Daftar Pustaka

Scala A, Checchi L, Montevecchi M, Marini I, Giamberardino MA.


Update on burning mouth syndrome: Overview and patient
management. Crit Rev Oral Biol Med. 2003;14:275–91.
Zakrzewska JM, Hamlyn PJ. Facial pain. In: Crombie IK,
editor. Epidemiology of Pain. Seattle, WA: IASP Press;
1999. pp. 175–82.
Grushka M. Clinical features of burning mouth syndrome. Oral Surg
Oral Med Oral Pathol. 1987;63:30–6.
Sun A, Wu KM, Wang YP, Lin HP, Chen HM, Chiang CP. Burning
mouth syndrome: A review and update. J Oral Pathol
Med. 2013;42:649–55.
López-Jornet P, Camacho-Alonso F, Andujar-Mateos P, Sánchez-
Siles M, Gómez-Garcia F. Burning mouth syndrome: An
update. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2010;15:e562–8.
Aravindhan R, Vidyalakshmi S, Kumar MS, Satheesh C,
Balasubramanium AM, Prasad VS. Burning mouth
syndrome: A review on its diagnostic and therapeutic
approach. J Pharm Bioall Sci 2014;6:S21-5.
López-Jornet P, Camacho-Alonso F, Molino-Pagan D. Prospective,
randomized, double-blind, clinical evaluation of Aloe vera
Barbadensis, applied in combination with a tongue protector
to treat burning mouth syndrome. J Oral Pathol Med
2013;42:295-301.
Granot M, Nagler RM. Association between regional idiopathic
neuropathy and salivary involvement as the possible
mechanism for oral sensory complaints. J Pain 2005;6:581-
7.
Buchanan J, Zakrzewska J. Burning mouth syndrome. Clin Evid
2005;14:1685-90.
Nagler RM, Hershkovich O. Sialochemical and gustatory analysis in
patients with oral sensory complaints. J Pain 2004;5:56-63.
Sun A, Lin HP, Wang YP, Chen HM, Cheng SJ, Chiang CP.
Significant reduction of serum homocysteine level and oral
symptoms after different vitamin-supplement treatments in
patients with burning mouth syndrome. J Oral Pathol Med
2013;42:474-9.

Anda mungkin juga menyukai