LANDFILL
Landfill merupakan salah satu cara saat ini yang dimiliki manusia untuk menyingkirkan limbahnya
karena relatif murah, dan mudah menerima limbah. Walaupun cara ini mempunyai banyak resiko
terutama akibat kemungkinan pencemaran air tanah, tetapi sampai saat ini landfilling akan tetap
merupakan bagian yang sulit untuk dihilangkan dalam pengelolaan limbah karena alasan-alasan
sebagai berikut :
• Teknologi pengelolaan limbah seperti reduksi di sumber, daur ulang, daur pakai atau
minimalisasi limbah, tidak dapat menyingkirkan limbah secara menyeluruh;
• Teknologi pengelolaan limbah seperti insinerator atau pengolahan secara biologis atau kimia tetap
menghasilkan residu yang harus ditangani lebih lanjut;
• Kadangkala sebuah limbah sulit untuk diuraikan secara biologis, atau sulit untuk dibakar, atau sulit
untuk diolah secara kimia;
• Timbulan limbah tidak dapat direduksi sampai tidak ada sama sekali.
Pada awalnya metoda landfilling diterapkan dengan tujuan ganda, yakni untuk pembuangan limbah
padat sekaligus untuk pendayagunaan lahan terlantar yang tidak bermanfaat. Lambat laun,
penggunaan landfill dalam sistem pengelolaan persampahan telah diterapkan secara luas di
berbagai negara, hal ini terutama disebabkan penggunaan landfill memberikan pertimbangan yang
cukup menguntungkan dari segi ekonomi dan dari segi lingkungan proses pengontrolan
kemungkinan pencemaran dapat dilakukan secara optimal. Seiring dengan berjalannya waktu,
berbagai data tentang dampak jangka pendek maupun jangka panjang penggunaan landfill mulai
diperoleh dan menghasilkan suatu kesimpulan yang melahirkan kesadaran semua pihak
bahwa landfill tidak akan lagi dapat berfungsi sebagai metoda reklamasi atau perbaikan lahan
apabila pemakaiannya tidak memenuhi suatu kriteria ketat dalam hal pemilihan lokasi, perancangan,
konstruksi dan operasional.
Merupakan jenis landfill yang paling banyak ditemukan di Indonesia maupun di negara lain.
Digunakan untuk menampung segala jenis sampah yang ada dalam timbulan sampah perkotaan
maupun lumpur instalasi pengolahan air limbah berbagai industri yang telah dikeringkan sehingga
kadar solidnya menjadi 51 % atau lebih. Material penutup intermediat dan penutup akhir diambil
dari tanah galian landfill.
Sampah yang telah dipotong atau digiling dapat memperkecil ruang pemakaian landfill hingga
35 % dibandingkan sampah yang tidak diolah. Sampah olahan dapat dipadatkan membentuk suatu
permukaan yang lebih seragam dan rapat. Keuntungan lain yaitu sampah yang telah dipotong dapat
pula dimanfaatkan untuk memproduksi kompos yang dapat dipakai sebagai material
penutup intermediet. Kelemahan dari metoda ini adalah dibutuhkannya fasilitas pemotongan
(shredding) dan perlunya untuk mengoperasikan suatu bagian konvensional landfill yang akan
menampung sampah-sampah yang sulit dipotong. Metoda ini sangat cocok untuk daerah dengan
curah hujan sangat rendah atau musiman.
Dikenal juga dengan istilah monofill, dimana abu hasil pembakaran, asbestos, dan limbah lain yang
sejenis (designated waste) umumnya ditempatkan di monofill untuk mengisolasinya dari
material-material sampah yang diletakkan di landfill sampah tercampur.
Landfill jenis ini perlu dirancang khusus apabila kuantitas gas landfill yang dihasilkan dekomposisi
anaerobic material sampah akan dimaksimalkan. Cara-cara yang umum dilakukan diantaranya
penggunaan barisan sel secara individu dengan kedalaman yang cukup tanpa menggunakan lapisan
penutup intermediat dan lindi akan direcycle untuk meningkatkan proses dekomposisi. Kelemahan
dari sistem ini adalah diperlukannya operasional tambahan dimana timbulan lindi yang berlebihan
harus dibuang.
Metoda operasi yang diterapkan antara lain pemisahan sampah organik dan meletakkannya di
landfill terpisah sehingga laju biodegradasi dapat meningkat seiring dengan pertambahan kadar air
sampah, baik hasil dari recycle lindi maupun melalui seeding dengan lumpur instalasi pengolahan
air limbah yang telah digesti. Material terurai akan digali dan digunakan sebagai material penutup
untuk area landfill baru, sel-sel yang digali selanjutnya diisi dengan sampah baru.
Pada metoda ini area landfill dibagi menjadi sel-sel baru atau beberapa lagoon dan dilakukan
penjadwalan operasi pengisian sehingga 1 sel individu atau lagoon akan terisi masing-masing 1
tahun. Seringkali sampah diletakkan langsung di atas air. Alternatif lain, material pengisi bersih
ditambahkan sehingga mencapai atau sedikit diatas muka air sebelum operasi pengisian landfill
dimulai. Untuk meningkatkan stabilitas struktural, dibangun tanggul dari material sampah yang
membagi sel atau lagoon sebagai penambahan terhadap material pengisi bersih. Untuk mencegah
pergerakan lindi dan gas dari sel atau lagoon yang telah penuh maka digunakan tanah liat dan
lapisan baja ringan atau lapisan kayu.
1. Metoda Area
• Sampah membentuk sel-sel sampah yang saling dibatasi oleh tanah penutup;
2. Metoda Slope/Ramp
3. Metoda Parit/Trench
• Site yang ada digali, sampah disebarkan didalam galian, dipadatkan dan ditutup setiap hari setelah
operasi selesai;
• Digunakan bila air tanah cukup rendah sehingga zone non aerasi di bawah landfill cukup tinggi (>
1,5 m);
Penanganan yang dilakukan terhadap sampah di landfill juga bervariasi antara lain :
Sampah tanpa pemotongan, sampah yang ada langsung diurug tanpa dilakukan proses pemotongan.
- Sampah menjadi lebih homogen, lebih padat dan dapat ditimbun lebih tebal.
- Memungkinkan proses aerobik yang menghasilkan panas sehingga dapat menghindari lalat.
- Bila tidak ada masalah bau maka tidak perlu tanah penutup
- Untuk sampah organik fermentasi lebih cepat sehingga stabilitas juga lebih cepat.
- Transportasi lebih murah karena sampah lebih padat dan berbentuk praktis.
- Pengaturan sel lebih mudah dan sistematis, misalnya setiap ketinggian 3 m diaplikasikan tanah
penutup 10 cm.
- Sampah diletakkan lapis perlapis (0,5 – 0,6 m) sampai ketinggian sekitar 1,2 – 1,5 m.
- Urugan sampah membentuk sel-sel dan membutuhkan ketelitian operasi alat berat.
- Bagian-bagian sampah yang besar diletakkan di bawah agar tidak terjadi rongga.
- Keuntungannya dibandingkan dengan lahan urug tradisional adalah tanah penutup lebih sedikit,
truk mudah berlalu lalang dan masa layan yang lebih lama.
• Controlled landfill.
Lokasi landfill telah dipilih dan dipersiapkan dengan baik, namun aplikasi tanah penutup tidak
dilakukan setiap hari.
Peningkatan dari controlled landfill, lahan penimbunan dibagi atas beberapa area yang dibatasi oleh
tanggul/parit. Penutupan timbunan tanah dilakukan setiap hari sehingga masalah bau, asap dan lalat
dapat dikurangi.
Masalah lindi sudah diperhatikan, dibutuhkan sarana untuk mengalirkan lindi dari dasar landfill ke
penampungan, biasanya kolam yang diaerasi. Lindi kemudian dikembalikan ke timbunan sampah
melalui ventilasi biogas tegak atau langsung ke timbunan sampah.
Lindi yang dikumpulkan melalui sistem pengumpul lindi kemudian diolah secara lengkap seperti
layaknya limbah cair, pengolahan yang diterapkan biasanya secara kimia dan biologi.
• Semi-aerobic landfill
• Aerobic landfill
Terdapat pipa penyuplai udara pada saluran pengumpul lindi dan pada timbunan sampah;
Bau berkurang;
Kelebihan :
2. Operasionalnya mudah
Kelemahan :
C. PEMBAKARAN/INCENERATOR
Salah satu upaya untuk mengurangi jumlah sampah adalah dengan membakarnya. Cara ini dirasa
lebih mudah,tetapi jika dilakukan secara asal-asalan akan sanga berbahaya bagi
kesehatan.Pembakaran sampah yang ideal adalah jika api panas dan oksigen disuplai dengan jumlah
yang cukup. Tetapi pada umumnya sebelum membakar sampah, sampah dikmpulkan dan ditumpuk
menjadi satu. Sehingga saat dibakar hanya sampah yang berada di permukaan yang mendapat cukup
oksigen untuk menghasilkan CO2. Sementara dibagian dalamnya yang kekurangan O2 akan
mghasilkan CO. Satu ton sampah diperkirakan dapat menghasilkan 3 kg CO. CO merupakan gas
yang dapat membunuh secara massal.
Di samping itu sampah organk yang biasanya lembab,mengakibatkan partikel-partikel yang idak
terbakar beterbangan dan bereaksi menghasilkan hidrokarbon berbahaya. Sebagian partikel akan
terhisap masuk paru-paru karena mekanisme penyaringan dalam hidung kita tidak mampu
menyaringnya.
Teknologi incinerator ini adalah salah satu alat pemusnah sampah yang dilakukan pembakaran pada
suhu tinggi, dan secara terpadu dapat aman bagi lingkungan sehingga pengoperasian nya pun
mudah dan aman, karena keluaran emisi yang dihasilkan berwawasan lingkungan dan dapat
memenuhi persyaratan dari Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan Kep.Men LH No.13/
MENLH/3/1995.
Kelebihan :
Kekurangan :
Emisi udaranya menghasilkan bahan pencemar, terutama dioksin dan fluran yang oleh WHO
dinyatakan karsinogenik