Anda di halaman 1dari 71

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minyak nilam merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman nilam
mela
melalu
luii pros
proses
es peny
penyul
ulin
inga
gan.
n. Miny
Minyak
ak nila
nilam
m terse
terseba
barr di berb
berbag
agai
ai daer
daerah
ah di
Indonesia, terutama di daerah Sumatera. Dalam dunia perdagangan minyak ini
lebih dikenal sebagai
sebagai  patchouly oil . Miny
 patchouly Minyak
ak nila
nilam
m bers
bersam
amaa deng
dengan
an 14 jeni
jeniss
minyak atsiri lainnya adalah komoditas ekspor penghasil devisa. Minyak nilam
Indone
Indonesia
sia sudah
sudah dikena
dikenall dunia
dunia sejak
sejak 65 tahun
tahun yang
yang lalu,
lalu, bahkan
bahkan Indone
Indonesia
sia
merupakan pemasok utama minyak nilam dunia.
Ekspo
Eksporr nil
nilam
am Ind
Indone
onesia
sia ber
berflu
fluktu
ktuasi
asi den
dengan
gan laj
laju
u pen
pening
ingkat
katan
an eks
ekspor 
por 
sekitar 12% per tahun atau berkisar antara 700 ton - 2.800 ton minyak nilam per 
tahun. Sementara itu kebutuhan dunia berkisar 1.200 ton – 1.500 ton dengan
  pertumbuhan sebesar 5% per tahun. Sebagai komoditas ekspor, minyak nilam
mempun
mempunyai
yai prospe
prospek
k yang
yang cukup
cukup baik,
baik, karena
karena permin
permintaa
taan
n akan
akan minyak
minyak nilam
nilam
sebaga
sebagaii bahan
bahan baku
baku indust
industri
ri parfum
parfum,, kosme
kosmetik
tik,, sabun
sabun dan lainny
lainnyaa akan
akan terus
terus
meningkat. Fungsi minyak nilam dalam industri parfum adalah untuk memfiksasi
 bahan pewangi dan mencegah penguapan sehingga wangi tidak cepat hilang, serta
membentuk bau yang khas dalam suatu campuran (Ketaren dalam Emmyzar dan
Yulius
Yulius,, 2004).
2004). Hal ini menyeb
menyebabk
abkan
an minyak
minyak nilam
nilam mutlak
mutlak diperl
diperluka
ukan
n dalam
dalam
industri parfum.
Semaki
Semakin
n mening
meningkat
katnya
nya permin
permintaa
taan
n baik
baik dari
dari indust
industri-i
ri-indu
ndustr
strii dalam
dalam
negeri maupun luar negeri yang menggunakan minyak nilam sebagai bahan dasar 
atau bahan tambahan,
tambahan, menuntut
menuntut adanya
adanya industri yang mampu
mampu menyuplai
menyuplai bahan
tersebut, namun salah satu kendala yang muncul adalah kualitas minyak nilam
Indone
Indonesia
sia yang
yang masih
masih dibawa
dibawah
h stand
standar,
ar, hal ini dikaren
dikarenaka
akan
n sebagi
sebagian
an minyak 
minyak 
nilam masih diproduksi
diproduksi dengan
dengan alat sederhana sehingga
sehingga mutu dan efisiensi
efisiensi serta
 produktifitasnya belum optimal, oleh karena itu PT. Indesso Aroma hadir untuk 
mengatasi hal ini. PT. Indesso tidak hanya terkenal dengan savoury
Indesso Aroma yang tidak
dan natural extract  (ekstrak alami), tapi juga dengan aromatic chemical  (kimia
aromatik).

1
Salah
Salah satu
satu produk 
produk  aromatic chemical  dari
dari PT. Indess
Indesso
o Aroma
Aroma adalah
adalah
patchouli oil  (minyak
  patchouli (minyak nilam)
nilam) yang telah dilakukan
dilakukan proses pencampura
pencampuran
n dan
 proses peningkatan kualitas. Dalam proses peningkatan kualitas minyak nilam
memerlukan penanganan yang lebih khusus agar diperoleh produk akhir dengan
kualitas yang sesuai standar. Penanganan khusus yang dimaksud adalah dimulai
dengan
dengan penang
penangana
anan
n bahan
bahan baku,
baku, proses
proses produk
produksi,
si, hingga
hingga penang
penangana
anan
n pada
pada
 produk akhir selama penyimpanan.

Selayaknya perusahaan yang selalu ingin berkembang, PT. Indesso Aroma


selalu
selalu menerap
menerapkan
kan pengem
pengemban
bangan
gan produk
produk,, baik
baik dari
dari segi
segi kualit
kualitas
as maupun
maupun
kuantitas. Strategi pengembangan ini tidak hanya dilakukan terhadap pemilihan
 bahan
 bahan baku
baku tetapi
tetapi juga
juga terhada
terhadap
p dilaku
dilakukan
kan terhada
terhadap
p efisien
efisiensi
si produk
produksi
si serta
serta
 pengawasan mutu yang sesuai dengan standar yang berlaku. Dengan demikian,
 proses produksi minyak nilam di PT. Indesso Aroma menjadi sangat menarik 
untuk dipelajari selain juga karena perusahaannya sudah memiliki skala yang
 besar.

Didasa
Didasari
ri oleh
oleh kesenj
kesenjang
angan
an antara
antara teori
teori yang
yang dipero
diperoleh
leh mahasi
mahasiswa
swa di
 bangku kuliah dengan realitas kebutuhan masyarakat, serta tuntutan masyarakat
atas
atas lulusa
lulusan
n pergur
perguruan
uan tinggi
tinggi yang
yang memili
memiliki
ki academic knowledge ,   skil
skilll of 
thinking , management skill , communication skill , dan siap mengantisipasi arah
  pemba
pembangu
ngunan
nan bangsa
bangsa,, maka
maka Depart
Departeme
emen
n Teknol
Teknologi
ogi Indust
Industri
ri Pertan
Pertanian
ian IPB
mewaji
mewajibka
bkan
n mahasi
mahasiswa
swanya
nya untuk
untuk melaks
melaksana
anakan
kan prakte
praktek
k lapang
lapangan.
an. Melalui
Melalui
  prakt
praktek
ek lapang
lapangan
an ini diharap
diharapkan
kan mahasi
mahasiswa
swa mampu
mampu mewuju
mewujudka
dkan
n tridhar
tridharma
ma
 perguruan tinggi, yaitu mengintegrasikan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
terhadap masyarakat.

Dalam praktek lapangan ini dipilih topik mengenai proses produksi dan
  pengawasan
pengawasan mutu munyak
munyak nilam.
nilam. Dipilihnya
Dipilihnya topik ini karena aspek tersebut
memegang peranan penting bagi sebuah perusahaan, dimana perusahaan dituntut
untuk selalu produktif dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, ketepatan dalam setiap  production line
sang
sangat
at dipe
diperl
rluk
ukan
an untu
untuk
k meni
mening
ngka
katk
tkan
an prod
produk
ukti
tivi
vita
tass dan
dan efisi
efisien
ensi
si sert
sertaa
 peningkatan mutu dari produk yang dihasilkan.

2
B. Tujuan

Kegiatan praktek lapangan ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan kemampuan mahasiswa melalui


  pen
pener
erap
apan
an ilmu
ilmu,, lati
latiha
han
n kerj
kerja,
a, dan
dan peng
pengam
amata
atan
n tekni
teknik-
k-tek
tekni
nik
k yang
yang
diterapkan secara langsung di lapangan dalam bidang keahlian yang sesuai
dengan program studinya.

2. Mempelajari
Mempelajari aspek proses
proses produksi
produksi dan pengawasan
pengawasan mutu di PT. Indesso
Aroma Cileungsi, Bogor.

3. Mendek
Mendekatk
atkan
an pergur
perguruan
uan tinggi
tinggi kepada
kepada masyar
masyaraka
akatt dan mening
meningkat
katkan
kan
kurikulum
kurikulum perguruan
perguruan tinggi
tinggi sesuai
sesuai dengan
dengan kemajuan
kemajuan ilmu pengetahuan
pengetahuan
dan teknologi.

Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan praktek lapangan ini adalah:

1. Memp
Mempel
elaj
ajar
arii berb
berbag
agai
ai aspe
aspek
k pro
proses
ses prod
produk
uksi
si dan
dan peng
pengaw
awas
asan
an mutu
mutu
terhadap produk minyak nilam di PT. Indesso Aroma.

2. Mela
Melati
tih
h kem
kemampu
ampuan
an mah
mahasis
asiswa
wa dalam
alam meng
enganal
analis
isis
is,, mela
melaku
kuka
kan
n
observ
observasi
asi,, dan member
memberika
ikan
n solusi
solusi terhada
terhadap
p permas
permasalah
alahan
an yang
yang ada di
industri berdasarkan teori yang telah diberikan di bangku kuliah

3. Memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja sesuai dengan profesi


dan pengetahuan yang diterima di bangku kuliah terutama sesuai dengan
dengan tema yang diangkat.

C. Waktu
ktu da
dan Tem
Tempa
patt Pe
Pelak
laksana
sanaa
an

Kegiatan Praktek Lapangan ini dilaksanakan di PT. Indesso Aroma yang


  berlokasi di Jalan Alternatif Cibubur Cileungsi KM. 9 Bogor. Dengan waktu
 pelaksanaan
 pelaksanaan selama 40 hari kerja efektif antara tanggal 23 Juni 2010 hingga
hingga 21
Agustus 2010.

3
D. Metodologi

Dalam pelaksaan Praktek Lapangan digunakan metode sebagai panduan


dalam meghasilkan data dan analisis data yang tepat, yaitu:

1. Pengamatan dan berperan serta di lapangan

Hal ini dilakukan dengan mengamati secara langsung berbagai proses


yang terjadi di dalam industri yang bersangkutan dan ikut berperan serta
dalam kegiatan di lapangan untuk mengetahui perkembangan industri yang
 bersangkutan.

2. Wawancara

Dilakukan untuk mengklarifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi


di lapangan dengan menanyakan langsung kepada pihak terkait baik 
supervisi maupun operator yang bertugas.

3. Studi pustaka

Dilakukan untuk mencari referensi dan literatur yang berkaitan dengan


kegiatan yang dilakukan.

4
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Perusahaan mengawali operasinya dari usaha keluarga tahun 1968 dengan


menyuling daun cengkeh. Usaha keluarga yang dirintis oleh R. H. Gunawan,
yang saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur perusahaan berkembang secara
 bertahap dari langkah awal yang sederhana.

Pengukuhan sebagai Badan Hukum CV Indesso diawali melalui Akta No.


2 yang dibuat dihadapan Khirman Gondodiwirjo, notaris di Semarang pada
tanggal 2 Agustus 1968. Akta tersebut kemudian mengalami beberapa perubahan
sehingga akhirnya diperbaharui dengan Akta No. 27 yang dibuat di hadapan Lily
Sulyanti, SH., notaris di Jakarta pada tanggal 20 Februari 1974. Pada tanggal 30
Juni 1992, melalui Akta Pendirian No.167 yang dibuat di hadapan Lily Sulyanti
SH., notaris di Jakarta, perusahaan kemudian menjadi PT. Indesso Aroma yang
 berkedudukan di Purwokerto.

5
PT. Indesso Aroma dalam perkembangannya lebih lanjut mulai melihat
 peluang yang lain. Kegiatan yang dilakukan tidak hanya menyuling minyak daun
cengkeh saja, tetapi mulai melakukan pengolahan minyak daun cengkeh yang
dihasilkan oleh petani menjadi produk-produk turunannya yang memiliki potensi
ekspor. Komitmen pimpinan perusahaan terhadap mutu produk yang selalu prima
ditingkatkan dengan merekrut sejumlah tenaga profesional untuk 
mengembangkan produk. Dari sisi proses, penggunaan peralatan mutakhir dan
 peningkatan efisiensi proses dilakukan guna menghasilkan produk bermutu tinggi
secara konsisten.

Dalam perkembangannya kemudian, perusahaan mampu mendorong


masyarakat yang ada di sekitar lingkungan pabrik tumbuh menjadi industri-
industri kecil untuk menyuling minyak daun cengkeh. Hubungan antara industri
dengan industri kecil tersebut berkembang dalam suasana kekeluargaan dan saling
membutuhkan sehingga berkembang pola Bapak Asuh. Perusahaan mulai
membantu industri kecil yang ada di sekitarnya dengan bantuan permodalan dan
 bimbingan teknis yang hingga saat ini masih dilakukan secara konsisten.

Karena komitmen tersebut, sejak bulan Januari 1996 perusahaan


menerapkan Sistem Pemastian Mutu ISO 9001 yang sertifikasinya berhasil
diperoleh pada tanggal 23 Juli 1996. Pencapaian ini kemudian diikuti dengan
didapatnya sertifikasi ISO 22000 tentang Keamanan Pangan ( food safety) pada
tahun 2008. Sertifikasi lain yang diperoleh PT. Indesso Aroma adalah Sertifikat
Kosher, yaitu sertifikat jaminan bahwa produk-produk PT. Indesso Aroma halal
dan dapat dipasarkan di Timur Tengah. Beberapa produk bahan aroma juga sudah
mendapat sertifikasi halal dari MUI. Pencapaian tersebut mengindikasikan bahwa
  produk PT. Indesso Aroma dapat diterima dunia internasional sebagai produk 
  berkualitas yang ditunjang dengan sistem rencana mutu, manual mutu, dan
 prosedur mutu yang handal.

Bisnis yang semakin besar membuat pihak pimpinan perusahaan


memandang perlu adanya ekspansi. Perluasan dilakukan dengan membangun
  pabrik kedua yang berlokasi di Cileungsi, Jawa Barat. Pabrik yang mulai

6
 beroperasi pada tahun 2001 ini dikhususkan untuk memproduksi kimia aromatik 
dan ekstrak alami dengan menggunakan teknologi yang lebih modern.

Terhitung mulai tanggal 1 Januari 1998, perusahaan melakukan


Restrukturisasi dengan membagi perusahaan sebagai berikut :
1. PT Indesso Primatama : Holding Company
2. PT Indesso Aroma : Manufacturing Company
3. PT Indesso Niagatama : Trading Company

Pada saat ini dan pada waktu yang akan datang perusahaan lebih banyak 
mengembangkan ke arah industri kimia aromatik yang merupakan tahapan
 pengembangan lebih lanjut dari minyak atsiri. Dengan masuknya perusahaan ke
dalam industri kimia aromatik dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan di
dunia internasional.

Selain kimia aromatik, sejak beberapa tahun terakhir ini perusahaan juga
telah mengembangkan produk-produk yang merupakan bagian dari ekstrak alami.
Adapun, bahan-bahan baku yang digunakan juga berasal dari Indonesia.

Saat ini Perusahaan sudah menyelesaikan tahap 1 dari pembangunan


Pabrik II yang terletak di Jalan Alternatif Cibubur-Cileungsi, Bogor. Kebutuhan
  pabrik tersebut memang sangat diperlukan mengingat keterbatasan pabrik di
Purwokerto dan adanya produk-produk baru yang membutuhkan fasilitas yang
tidak mungkin dikerjakan di Pabrik I. Pabrik II telah mulai beroperasi sejak 1
September 2001.

Perusahaan ini mempunyai misi mendayagunakan sumber alam Indonesia


dan menjadi pelopor dari produk-produk baru yang bermutu dan potensial untuk 
dipergunakan dalam industri  flavor  (bahan aroma) dan  fragrance (bahan
 pewangi).

Falsafah PT. Indesso Aroma dapat dirumuskan dalam 4 prinsip dasar :


1. Prinsip kekeluargaan
2. Profesionalisme
3. Integritas pribadi
4. Sumber daya manusia sebagai aset perusahaan

7
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, perusahaan senantiasa berusaha
menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi karyawan. Hal ini terlihat hubungan
kerja yang ada adalah hubungan “ long life employment ”. Selain itu perusahaan
  juga memiliki kebijakan yang berkaitan dengan keamanan dan mutu pangan
 perusahaan, yaitu:

1. Perusahaan memiliki komitmen untuk terikat pada standar tertinggi


 produksi melalui penerapan teknologi mutakhir serta pengendalian mutu dan
keamanan pangan yang ketat.

2. Perusahaan ini juga mendayagunakan kemampuannya secara profesional


untuk konsisten mengendalikan mutu dan keamanan produk melalui sistem
manajemen mutu dan keamanan pangan, dan senantiasa berupaya melakukan
 perbaikan berkesinambungan dan memberikan pelayanan yang terbaik demi
kepuasan pelanggan.

Sasaran mutu dan keamanan pangan perusahaan dicapai dengan


memberdayakan segenap kemampuan untuk :
1. Memuaskan pelanggan dengan mempertahankan konsistensi mutu dan
keamanan produk serta ketepatan waktu pengiriman.
2. Mengembangkan produk baru sesuai dengan persyaratan pelanggan.
3. Mempertahankan pertumbuhan yang berkesinambungan.
4. Menyediakan lingkungan kerja yang berkualitas sesuai standar 
keselamatan dan kesehatan yang tinggi untuk karyawan.
5. Mengembangkan kemampuan karyawan dengan pelatihan yang memadai.

B. Lokasi dan Tata letak Perusahaan

PT. Indesso Aroma mempunyai dua buah lokasi pabrik yang terletak di
Purwokerto dan Cileungsi, serta kantor pusat (  Head Office) yang terletak di
Jakarta yang beralamat di Jl. Tanah Abang 2 no. 78 Jakarta. Pabrik PT. Indesso
Aroma sendiri terdiri dari Pabrik I yang terletak di Jalan Raya Baturaden km 10,
Purwokerto dengan luas tanah 10000 m 2 dan luas bangunan pabrik 2500 m 2 dan

8
Pabrik II terletak di Jalan Raya Alternatif Cibubur-Cileungsi km 9, Bogor dengan
luas tanah 45000 m 2 dan luas pabrik 4500 m 2.

Lokasi Pabrik II PT. Indesso Aroma yang dibangun pada tahun 2001
terletak di kawasan Cileungsi. Adapun alasan pembangunan tersebut adalah:
1. Lokasi pabrik dekat dengan pelabuhan sehingga lebih mudah dalam
 pendistribusian produk.
2. Tersedianya lahan yang lebih luas dibandingkan dengan Pabrik I sehingga
mendukung peningkatan kapasitas produksi.
3. Lokasi pabrik terletak relatif lebih dekat dari kantor pusat di Jakarta
sehingga lebih mudah dalam melakukan komunikasi dan koordinasi
 perusahaan.

Tata urutan dan letak pabrik memegang peranan yang cukup penting
dalam pendirian pabrik, karena akan berpengaruh terhadap efisiensi lahan yang
digunakan. Semakin efisien penataan letak bangunan pabrik dan peralatan yang
digunakan, maka lokasi pabrik dapat digunakan untuk membangun fasilitas-
fasilitas lain seperti lapangan parkir, kantin, tempat ibadah, toilet, dan lahan yang
dipersiapkan untuk ekspansi.

Terdapat 2 macam tata letak pabrik yaitu:


1. Tata letak pabrik 
2. Tata letak bagunan di luar bangunan pabrik dan fasilitas lain.
Tata letak yang paling penting dari 2 macam tata letak di atas, yaitu tata
letak pabrik. Tata letak pabrik menggambarkan tata letak mesin, peralatan, dan
 ,   pabrik aromatik 
 bangunan yang digunakan dalam pabrik seperti pabrik ekstrak   ,
 pabrik  savoury, kantor, ruang kontrol, gudang bahan baku dan produk, ruang
rapat, perpustakaan, ruang R&D, toilet, dan ruang ibadah. Sistem utilitas, unit
 pengolahan limbah, gudang bahan berbahaya ( flammable dan korosif), asrama,
dan tempat parkir merupakan bangunan di luar bangunan pabrik.

Tata letak pabrik didesain sedemikian rupa dengan mempertimbangkan


hal-hal sebagai berikut:
1. Penggunaan lahan yang optimal.
2. Tersedia sisa lahan untuk kemungkinan ekspansi pabrik.

9
3. Kedekatan peralatan dengan ruang kontrol sehingga mempermudah
 pengendalian.
4. Menjamin keselamatan tenaga kerja.
5. Letak bangunan pendukung terhadap bangunan pabrik utama disesuaikan
dengan fungsinya terhadap proses produksi.

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi memiliki peranan yang sangan penting dalam sebuah


 perusahaaan agar perusahaan dapat terkelola dan berjalan dengan sebaik mungkin
demi perkembangan dan kemajuan suatu perusahaan. Struktur oganisasi di PT.
Indesso Aroma sendiri dipimpin oleh seorang presiden director yang dibantu oleh
seorang food safety leader dan management representatif. Selain itu perusahaan
 juga dibagi menjadi 4 bagian yang masing-masing dipimpin oleh seorang wakil
  presiden diantaranya adalah   Director Manufacturing and Logistic yang
membawahi bagian plant 1, plant 2 dan bagian logistic . Vice President Operation
yang membawahi bagian  Personel and General Affair, Information Technologi,
 Accounting and Tax, Finance dan System And Audit. Vice President Export and 
  Bussiness Excellence yang membawahi bagian quality control, laboratorium
aplikasi, ekspor, dan SAP, serta Vice President Sales and Marketing Domestic
yang membawahi marketing lokal dan Bussiness Development, CNI dan Savoury .

Struktur organisasi Indesso Cileungsi (INCIL) sendiri dipimpin oleh


seorang kepala pabrik yang dibantu oleh seorang kepala bagian produksi, kepala
 bagian maintenance , kepala bagian   Accounting and Finance dan kepala bagian
 Personel and General Affair . Masing-masing kepala bagian dibantu oleh beberapa
supervisor dan operator.

D. Ketenagakerjaan

Dalam rangka mengantisipasi pertumbuhan perusahaan yang cepat direksi


memutuskan untuk melakukan restrukturisasi perusahaan dengan memisahkan

10
manufaktur dan perdagangan, dengan suatu harapan masing-masing bidang akan
  bisa tumbuh dengan lebih baik dan pengelolaan perusahaan pun akan menjadi
lebih profesional, sehingga diharapkan perusahaan akan lebih berperan di masa
yang akan datang.

Pada saat ini dan waktu yang akan datang perusahaan lebih banyak 
mengembangkan ke arah industri kimia aromatik yang merupakan tahapan
 pengembangan lebih lanjut dari minyak atsiri. Dengan masuknya perusahaan ke
dalam industri kimia aromatik akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan di
dunia internasional. Selain kimia aromatik, sejak beberapa tahun terakhir ini
 perusahaan juga telah mengembangkan produk-produk yang merupakan bagian
dari ekstrak alami. Total karyawan perusahaan pada tanggal 1 Juli 2007 adalah
230 orang dan rinciannya sebagai berikut :
1. Jakarta : 57 orang
2. Cileungsi : 79 orang
3. Semarang : 11 orang
4. Surabaya : 11 orang
5. Purwokerto : 72 orang
sedangkan jumlah pegawai khususnya di PT. Indesso Cileungsi pada tanggal 6
Maret 2009 berjumlah 106 pegawai dengan rincian:
1. Adminstrasi : 2 orang
2. Aplikasi : 1 orang
3.  Engineering  : 3 orang
4.  Logistic : 15 orang
5. Maintenance : 8 orang
6. Management  : 8 orang
7. Produksi : 31 orang
8.  Personnel & General Affair  : 19 orang
9.  Purchasing  : 3 orang
10. Quality Assurance : 3 orang
11. Quality Control  : 6 orang
12.  Reasech & Development  : 5 orang
13.Savoury : 2 orang

11
 jumlah tersebut, 60% terdiri dari tenaga muda dan profesional yang diharapkan
akan membawa perusahaan kepada cita-cita dan misi perusahaan, yaitu
mendayagunakan sumber daya alam Indonesia dan menjadi pelopor produk-
 produk baru yang bermutu dan potensial untuk dipergunakan dalam industri bahan
aroma dan bahan pewangi.

Dalam menjalankan tugasnya karyawan bagian ekstrak bekerja sebanyak 


lima hari kerja, yaitu : Senin-Jum’at pukul 08.00-17.00, dan terbagi dalam tiga
 shift , yaitu :
1. Pukul 07.00-16.00
2. Pukul 15.00-24.00
3. Pukul 23.00-08.00

Karyawan yang bekerja di PT. Indesso Aroma berjumlah relatif sedikit


karena dalam proses produksi, kinerja pabrik sudah menggunakan sistem secara
otomatis yaitu mesin dan peralatan yang digunakan merupakan mesin yang
canggih dan yang pasti sudah diuji kelayakan prosesnya yang dapat digunakan
untuk produksi skala besar seperti PT. Indesso Aroma dan sistem kinerja
  perusahaan yang sudah terciptanya sistem secara professional. Karyawan yang
 bekerja di PT. Indesso Aroma mempunyai hak-hak, diantaranya gaji bulanan yang
disesuaikan dengan level jabatan, tunjangan hari tua, tunjangan kesehatan berupa
setiap dua tahun sekali bagi karyawan yang berkaca mata dapat memeriksakan
matanya , tunjangan kesehatan lainnya misalnya bila karyawan sakit, Jamsostek 
 berupa kecelakaan kerja dan kematian, tunjangan untuk anak dan istri bagi yang
sudah berkeluarga, berupa tunjangan kesehatan untuk istri dan anak yang
maksimal berjumlah tiga dengan maksimal umur anak 23 tahun masih berstatus
sebagai mahasiswa, yang tunjangan ini jumlahnya disesuaikan dengan level
 jabatan karyawan yang bersangkutan. Apabila yang sakit karyawan wanita maka
status penghitungan tunjangan kesehatannya dianggap sebagai karyawan lajang,
kemudian bila terdapat karyawati yang melahirkan maka akan mendapatkan
haknya berupa kebijakan dari perusahaan yang didapatkan maksimal sampai anak 
kedua yang besarnya bergantung pada level jabatan karyawati yang bersangkutan,
sedangkan pada tunjangan tambahan yang didapatkan karyawan berupa hak untuk 
sekolah lagi (jenjang yang lebih tinggi) dapat digunakan, yaitu untuk 

12
mendapatkan beasiswa melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Dengan cara mengajukannya ke kepala divisi bersangkutan selanjutnya diajukan
ke bagian manajemen masing-masing divisi yang bersangkutan, persetujuan bisa
tidaknya beasiswa ini bergantung kepada manajemen masing-masing divisi yang
 bersangkutan.

E. Jenis Produk  
Produk-produk yang diproduksi oleh PT. Indesso Aroma diantaranya
adalah:

1. Unit Natural Aromatic

Untuk unit natural aromatic yang diproduksi adalah turunan minyak 


cengkeh diantaranya adalah Benzyl Isoeugenol 903, Eugenyl Acetate 905,
Isoeugenyl Acetate 908, Dihydroeugenol 909, Isoeugenol HT 914, Isoeugenol S
915, Isoeugenol LT 916, Methyl Eugenol 921, Methyl Isoeugenol 922,
Caryophyllene Acetate 927, Propenyl Guaethol 929, Methyl Eugenol A931,
Caryophyllene HG 939, dan Caryophyllene HG 949. Selain turunan minyak 
cengkeh di unit aromatic ini juga memproduksi patchouli diantaranya  Patchouli
oil  865,  Patchouli oil  Light P 868,  Patchouli oil  Light J 871, dan  Patchouli oil 
887. Kode-kode tersebut menggambarkan kapasitas produksi dalam 1 batch,
 pereaksi yang ditambahkan dan masih banyak lagi.

2. Unit Natural Ekstrak  

  Natural ekstrak yang diproduksi oleh PT. Indesso Aroma diantaranya


adalah Paprika oleoresin 704, Capsicum Oleoresin WS 706, Capsicum Oleoresin
WS 707, Capsicum Oleoresin 717, Green Tea Extract 725, Black Tea Extract 726,
Capsicum Oleoresin 727, Green Tea Extract FB 735, Black Tea Extract FBB 737,
Green Tea Extract FBB 738, Green Tea Extract Powder 739, Black Tea Powder 
740, dan Green Tea Powder 751.

13
3. Unit Savoury

Savoury merupakan unit produksi yang bergerak dibidang pembuatan


flavour dan fragrance. Produk-produk yang bisa dibuat pada unit produksi ini
adalah bumbu-bumbu yang digunakan oleh produsen makanan ringan yang ada di
dalam negeri misalnya adalah flavour untuk keripik kentang, singkong dan lain
sebagainya.

F. Kapasitas Produksi

Proses produksi   patchouli oil  dilakukan secara batch. Berdasarkan


kapasitas yang terpasang pada alat produksi, kapasitas produksi untuk produk 
  patchouli oil  adalah sekitar ± 2,6 ton/batch basis produk. Namun, perusahaan
  berproduksi tidak berdasarkan kapasitas yang terpasang pada alat tetapi
 berdasarkan pada jumlah produk yang dipesan oleh vendor-vendor yang dimiliki
oleh PT. INDESSO AROMA. Untuk produk  patchouli oil  kapasitas produk yang
diproduksi lebih kecil daripada produk yang dipesan, yang artinya permintaan
  produk besar namun perusahaan kadang tidak bisa memenuhinya. Hal ini
dikarenakan akhir-akhir ini bahan baku sangat sulit diperoleh. Oleh karena itu,
  patchouli oil  diproduksi sesuai dengan keberadaan bahan baku yang bisa
didapatkan oleh perusahaan. Pada tahun 2009 kapasitas produksi   patchouli oil 
kode 868 ± 40 ton.

III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Nilam

Tanaman nilam merupakan salah satu


tanaman atsiri yang perkembangannya cukup
 pesat di Indonesia. Secara botani, Tanaman
nilam masuk ke dalam famili  Labiate, ordo
 Lamialles , kelas  Angiospermae dan divisi

14
Spermatophyta yaitu tanaman yang perdu atau semak dengan tinggi 0,3–1,3 meter 
yang memiliki aroma khas (Ketaren, 1986). Menurut Mangun (2005), Tanaman
nilam merupakan tanaman perdu wangi yang berakar serabut, daunnya halus
seperti beludru apabila diraba dengan tangan, dan bentuk daun agak bulat lonjong,
serta warnanya hijau pucat. Bagian bawah daun beranting halus, batangnya
 berkayu dengan diameter 10–20 mm, serta sebagian besar daun yang tumbuh pada
ranting hampir selalu berpasangan satu sama lain. Jumlah cabangnya banyak yang
 bertingkat mengelilingi batang sekitar 3-5 cabang pertingkat. Saat berumur lebih
dari 6 bulan, ketinggian tanaman nilam dapat mencapai 2-3 kaki atau sekitar 60-
90 cm dengan radius cabang sekitar 60 cm.

Penanaman nilam sebaiknya dilakukan didaerah yang memiliki kondisi ideal,


yaitu berada pada suhu rata-rata antara 22-28ºC dan tingkat kelembaban udara
rata-rata diatas 75%. Tanaman nilam membutuhkan tingkat penyinaran yang
cukup, terlebih saat tanaman mendekati masa panen (Mangun, 2005). Ketaren
(1986) menyatakan bahwa tanaman nilam dapat tumbuh subur didaerah tropis
dengan tanah subur yang curah hujan merata yaitu sebanyak 2300-3000 milimeter 
setiap tahun. Menurut Imran (1994), tanaman nilam membutuhkan kondisi lahan
terbuka (open space). Tanaman nilam apabila diberi pelindung (berupa tanaman
atau lainnya) akan berdau lebar, tipis serta hijau tetapi kandungan minyak 
atsirinya rendah. Sebaliknya apabila tidak diberi tanaman pelindung pertumbuhan
tanaman nilam menjadi agak kerdil, daunnya kecil tebal, berwarna merah
kekuning-kuningan, namun memiliki kandungan atsiri yang tinggi. Kesesuaian
tanah dan iklim bagi tanaman nilam dapat dilihat pada lampiran.

Variasi tanaman nilam disebabkan perbedaan tanah, iklim, dan penanamannya


(Ketaren, 1986). Menurut Mangun (2005), pada dasarnya terdapat beberapa jenis
tanaman nilam yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Namun nilam
aceh lebih dikenal dan ditanam secara meluas. Selain itu, dikenal pula nilam jawa
dan nilam sabun. Secara garis besar, jenis-jenis tanaman nilam yang terdapat di
Indonesia adalah :

1.  Nilam Aceh (  Pogostemon cablin Benth)

15
  Nilam Aceh merupakan tanaman standar ekspor yang direkomendasikan
karena memiliki aroma khas yang menyegarkan dan rendemen minyak yang
tinggi, yaitu 2,5%-5%. Menurut Guenther (1984), bagian tepi daun nilam jenis ini
 bergerigi, membulat seperti jantung dan pada permukaan bagian bawah daun
  berbulu sehingga daun tampak pucat. Jenis tanaman ini berasal dari Filiphina,
yang kemudian ditanam dan dikembangkan ke wilayah Malaysia, Madagaskar,
Brazil, dan Indonesia.

2.  Nilam Jawa ( Pogostemon heyneatus Benth)


 Nilam jawa dikenal juga dengan nama nilam hutan. Nilam ini berasal dari
India dan tumbuh liar di beberapa hutan di wilayah pulau Jawa. Jenis tanaman
nilam ini memiliki kandungan minyak sekitar 0,5%-1,5%. Jenis daun dan
rantingnya tidak memiliki bulu-bulu halus seperti nilam aceh serta memiliki ujung
daun yang meruncing.

3.  Nilam sabun ( Pogostemon hortensis Backer)


Zaman dahulu, jenis nilam ini sering digunakan untuk mencuci pakaian,
terutama kain jenis batik. Daun nilam sabun ini lebih tipis dari nilam aceh, tidak 
  berbulu dan memiliki permukaan daun yang tampak mengkilap dan berwarna
hijau. Jenis nilam ini hanya memiliki kandungan minyak sebesar 0,5%-1,5%.
Selain itu, komposisi kandungan minyak yang dihasilkan tidak baik, sehingga
minyak dari jenis nilam ini ataupun nilam jawa tidak memperoleh pasaran dalam
 bisnis minyak nilam.

  Nilam dapat dipanen setelah tanaman berumur 5-7 bulan dan panen
selanjutnya dilakukan setiap 2-3 bulan sekali, tergantung dari jadwal dan program
 penanaman yang dilakukan (Mangun, 2005). Menurut Ketaren (1986) pemanenan
nilam dilakukan dengan cara memotong bagian dahan atau tangkainya sepanjang
3-5 ruas dari pucuk atu disisakan sekitar 20 cm dari permukaan tanah. Panen
dilakukan sebelum daun berwarna coklat dan dipetik saat pagi hari atau menjelang
malam untuk mendapatkan daun dengan kadar minyak yang tinggi. Apabila panen
dilakukan siang hari, maka sel-sel daun akan melakukan proses metabolisme yang
akan mengurangi laju pembentukan minyak, daun yang kurang elastis dan mudah

16
sobek sehingga kehilangan minyak akan lebih besar, disamping transpirasi daun
lebih cepat sehingga jumlah minyak yang dihasilkan akan berkurang.

Pada tanaman nilam, minyak atsiri terkandung oleh semua bagian tanamannya
 baik itu daun, batang maupun akar. Dari semua bagian tersebut rendemen minyak 
dari akar dan batang nilam umumnya lebih rendah bila dibandingkan dengan yang
 berasal dari daun (Sundaryani dan Sugiharti, 1998).

B. Minyak Nilam dan Komposisinya


Minyak nilam diperoleh dari campuran daun, batang, dan cabang nilam
dengan cara penyulingan. Minyak yang dihasilkan terdiri dari komponen bertitik 
didih tinggi seperti patchouli alkohol, patchoulen, kariofilen dan norpatchounelol
yang berfungsi sebagai zat pengikat (fiksatif) (Ketaren, 1985).

Menurut Imran (1994), minyak nilam dan komponen kimianya merupakan


hasil dari metabolit sekunder yang disimpan didalam vakuola daun. Komponen
kimia yang menyusun minyak nilam terbagi dalam dua golongan, yaitu golongan
terpen dan golongan terpen-O. Golongan terpen-O merupakan golongan
hidrokarbon yang memiliki ikatan dengan oksigen. Persenyawaan ini merupakan
senyawa terpenting dalam kelompok minyak atsiri (termasuk nilam) karena
memiliki aroma yang lebih baik dibandingkan senyawa terpen (Ketaren, 1986).

Komponen utama minyak nilam adalah patchouli alkohol (pathoulol), yang


merupakan senyawa yang menentukan bau minyak nilam dan merupakan
komponen terbesar penyusun minyak nilam. Komponen yang memberikan wangi
khas pada minyak nilam adalah norpathchoulenol  yang terdapat dalam jumlah
kecil. Komponen lainnya yang merupakan komponen minor diantaranya adalah
 patchoulene, azulene, eugenol, cinnamaldehide, keton, dan senyawa seskuiterpen
lainnya (Anonimous, 1980).

Selama ini petani nilam di pulau Jawa hanya mampu menghasilkan minyak 
nilam dengan kandungan patchouli alkohol 26%-28%, sedangkan pabrik 
  penyulingan dengan peralatan suling baja antikarat  (stainless steel ) mampu

17
menghasilkan minyak nilam dengan kandungan patchouli alkohol 31%-35%
(Sarwono,1998). Patchouli alkohol merupakan komponen penyusun utama yang
menentukan mutu minyak nilam dengan kadar tidak boleh kurang dari 30%.
Dalam perdagangan minyak nilam dunia patchouli alkohol merupakan syarat
mutu yang sangat mempengaruhi harga minyak nilam. Ditinjau berdasarkan titik 
didihnya beberapa komponen minyak nilam mempunyai titik didih sebagai
 berikut:

Tabel 1. Titik Didih Komponen Minyak Nilam

Komponen Minyak Nilam Titik Didih

 Patchouli Alcohol  140ºC pada 8 mmHg

 Eugenol  252,66ºC pada 760 mmHg

 Benzaldehyde 178,07ºC pada 760 mmHg

Cinnamic aldehyde 251,00ºC pada 760 mmHg

Caniden 274ºC pada 760 mmHg

Sumber : Guenther (1949;1987)

Beberapa senyawa penyusun minyak nilam antara lain :

a. Patchouli Alkohol
Patchouli alkohol adalah komponen utama minyak nilam (sekitar 40%) yang
menentukan parameter mutu minyak nilam terutama dari karakteristik bau yang
dihasilkannya. Menurut Ketaren (1986), Patchouli alkohol tergolong dalam
golongan terpen-O (oxygenated terpen). Persenyawaan ini mempunyai nilai
kelarutan yang tinggi dalam alkohol encer (kecuali beberapa persenyawaan
aldehida), serta lebih stabil terhadap oksidasi maupun resinifikasi.

Patchouli alkohol merupakan seskuiterpen alkohol yang dapat diisolasi dari


minyak nilam dan mempunyai sifat tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter 
atau pelarut organik lainnya, memiliki titik didih 140ºC/8 mmHg, dalam bentuk 
kristal berwarna putih dengan titik leleh 56ºC (Sastrohamidjojo, 2002).
Karakteristik patchouli alkohol dapat dilihat pada tabel 2.

18
Tabel 2. Sifat Fisik Patchouli Alkohol

Sifat Nilai

Bobot Jenis (20/4ºC) 1.0284

Putaran Optik (pada khloroform) (-) 97º 42'

Indeks bias (20ºC) dan (25ºC) 1.5245 dan 1.52029

Titik didih (8 mmHg) 140ºC

Sumber : Sastromidjojo (2002)

Gambar 1. Rumus bangun patchouli alkohol

(Sastromihamodjojo, 2002)

b. Eugenol
Eugenol merupakan senyawa golongan hidrokarbon O dengan rumus molekul
C10H12O2, mempunyai bobot molekul 164.2, berupa cairan berbentuk minyak,
tidak berwarna, atau sedikit kekuningan dan akan menjadi coklat jika kontak 
dengan udara (Arthur, 1956). Kekentalan dan warna eugenol akan meningkat
apabila selama penyimpanan kontak dengan udara dan sinar. Dari rumus
 bangunnya eugenol adalah suatu alkohol siklis monohidrat (alkohol tersier) atau
suatu fenol, sehingga dapat bereaksi dengan basa kuat.

Eugenol sulit larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Furia dan
Bellaca, 1975). Guenther (1987) menyatakan bahwa eugenol larut dalam 5:6
dengan alkohol 50%, 2:3 dengan alkohol 60% dan 1:2 dengan alkohol 70%.

19
Gambar 2. Rumus Bangun Eugenol

c. Patchoulene
Pathcoulene memiliki titik didih berkisar antara 255ºC -250ºC. Bobot jenisnya
0.9296, putaran optik (-) 38 dan indeks bias sekitar 1.4984. Berikut ini adalah
rumus bangun patchoulene.

Gambar 3. Rumus bangun patchoulene

d. Benzaldehid
Benzaldehid adalah komponen minyak yang merupakan cairan tidak berwarna
dan memiliki bau almond dengan rumus molekul C7H6O6 dan bobot molekul
sebesar 106.12. Benzaldehid memiliki bobot jenis 1.0484, indeks bias 1.5456, dan
titik didih 178ºC. Zat ini memiliki kemampuan untuk mengkondensasi dengan
  beberapa macam aldehide untuk membentuk nilai tinggi pada parfum. Berikut
rumus bangun molekul benzaldehid.

20
Gambar 4. Rumus bangun benzaldehid

e. Sinnamaldehid
Sinnamaldehid dikenali pula dengan sebutan ß-fenilakrolein dan merupakan
senyawa aldehid aromatik dengan titik didih 68ºC pada bentuk cis dan 80ºC pada
 bentuk trans. Sinnamaldehid dapat teroksidasi pada gugus aldehidnya sehingga
  pada ikatan rangkap akan terbentuk asam sinamat, yang pada akhirnya akan
membentuk asam benzoate serta benzaldehid. Berikut ini adalah proses oksidasi
 pada senyawa sinnamaldehid.

Gambar 5. Oksidasi senyawa sinnamaldehid

f. Alpha-pinen
Senyawa alpha-pinen memiliki berat molekul 136.24 dan rumus molekul
C10H16. Senyawa ini bersifat larut dalam alkohol pekat dan tidak larut dalam air.
Senyawa alpha-pinen ini telah dijual bebas bersama senyawa beta-pinen. Rumus
 bangun senyawa alpha-pinen terdapat pada gambar berikut.

21
Gambar 6. Rumus bangun alpha-pinen

g. Beta-pinen
Beta-pinen memiliki titik didih 166ºC dengan bobot jenis 0.87. Senyawa ini
larut dalam alkohol pekat dan sukar larut dalamalkohol encer. Berikut ini adalah
rumus bangun dari senyawa beta-pinen.

Gambar 7. Rumus bangun beta-pinen

C. Sifat Fisiko Kimia Minyak Nilam


a. Sifat Fisik 
Menurut Guenther (1948), masing-masing sifat fisik dan sifat kimia pada
minyak atsiri sering memiliki korelasi satu sama lain. Sifat fisik minyak atsiri
merupakan suatu tetapan konstan pada kondisi yang tetap. Uji sifat fisik dilakukan
sebagai sarana untuk mengetahui kemurnian minyak. Sedangkan analisa sifat
kimia bertujuan untuk menentukan mutu dan presentase jumlah senyawa kimia
yang terdapat dalam minyak atsiri tersebut (Ketaren, 1986). Sifat fisik minyak 
nilam meliputi indeks bias, bobot jenis, dan putaran optik.

Menurut Forma (1979), indeks bias dipengaruhi oleh panjang rantai karbon
dan jumlah ikatan rangkap. Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak 
 jumlah ikatan rangkap maka indeks bias semakin tinggi. Lama pengeringan dan
 proporsi batang yang lebih banyak pada penyulingan akan menghasilkan minyak 

22
dengan indeks bias yang tinggi. Pada minyak nilam, komponen beratnya
merupakan senyawa yang bertitik didih tinggi dan merupakan molekul berantai
 panjang.

Menurut Rusli et al (1979), indeks bias minyak atsiri semakin tinggi dengan
semakin lamanya waktu penyulingan. Hal ini disebabkan banyak minyak yang
tersuling mengandung seskuiterpen yang merupakan senyawa molekul siklis
 berantai panjang dan berikatan rangkap.

Indeks bias suatu minyak atsiri juga dipengaruhi oleh kondisi dari proses
 penyulingan minyak. Besarnya api saat penyulingan akan mengakibatkan fraksi
 berat dalam minyak akan tersuling dalam jumlah lebih banyak serta makin banyak 
 pula jumlah ikatan tidak jenuhnya. Semakin besar nilai indeks bias minyak nilam,
maka semakin baik mutunya (Rusli dan Hasanah, 1976).

Komponen berat dalam minyak nilam merupakan senyawa yang bertitik didih
tinggi dan merupakan molekul yang berantai panjang. Hal inilah yang
menyebabkan nilai indeks bias minyak nilam semakin besar. Nilai indeks bias
  berhubungan dengan struktur dan komposisi senyawa organik di dalam suatu
 bahan (Formo et al, 1978).

Minyak atsiri memiliki kemampuan untuk melakukan perputaran pada bidang


 polarisasi cahaya baik itu kearah kanan (dextro rotary ) maupun ke arah kiri ( levo
rotary ) dengan tanda masing-masing adalah positif (+) dan negatif (-). Putaran
optik sangat dipengaruhi oleh perbandingan banyaknya daun dan batang yang
tersuling. Hal ini disebabkan karena pada bagian batang lebih banyak 
mengandung atom karbon simetris yang memutar bidang polarisasi cahaya ke
arah kiri.

Sifat optik suatu minyak atsiri ditentukan dengan polarimeter dan nilainya
ditentukan dengan derajat rotasi. Derajat rotasi dan arahnya penting untuk 
menentukan nilai derajat kemurnian. Derajat optik sangat dipengaruhi oleh
 perbandingan banyaknya daun dan batang. Hal ini disebabkan karena pada bagian
 batang lebih banyak terdapat komponen yang mengandung atom karbon simetris
yang memutar bidang polarisasi sebelah kiri. Kecenderungan minyak nilam

23
memutar ke sebelah kiri disebabkan oleh adanya patchouli alkohol yang memiliki
daya optik aktif ke kiri (-) yang cukup besar (Pomeranz dan Meloan, 1977).

b. Sifat Kimia
Menurut Ketaren (1986), sifat kimia minyak atsiri ditentukan oleh
  persenyawaan kimia yang terdapat di dalamnya, terutama persenyawaan tidak 
 jenuh (terpen), ester, asam, aldehida, dan beberapa jenis persenyawaan lainnya
yang termasuk golongan oxygenated hydrocarbon , misalnya alkohol, eter, dan
keton. Perubahan sifat kimia minyak atsiri merupakan ciri dari kerusakan minyak 
yang menyebabkan penurunan mutu. Beberapa proses yang dapat menyebabkan
sifat fisika kimia minyak atsiri adalah proses oksidasi, hidrolisis, polimerisasi
(resinifikasi), dan penyabunan (Ketaren,1986).

Sifat kimia minyak nilam meliputi bilangan asam, bilangan ester serta
kelarutan dalam alkohol 90%. Bilangan ester penting peranannya dalam
menentukan mutu minyak atsiri, terutama dalam masalah aroma. Menurut Ketaren
(1986), beberapa minyak atsiri mengandung ester yang umumnya berbasa satu
(RCOOR’) dengan R dapat berupa radikal alifatis (alkil), aromatik (aril) atau
alisiklis. Semakin lama penyulingan dilakukan maka akan semakin besar bilangan
ester yang dihasilkan (Anonimous, 1980).

Menurut Guenther (1948), sebagian minyak atsiri mengandung sejumlah asam


organik bebas yang terbentuk secara alamiah atau yang dihasilkan dari proses
oksidasi dan hidrolisa ester. Bilangan asam dari suatu minyak didefinisikan
sebagai jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam bebas
dalam 1 gram minyak. Dalam penentuan bilangan asam, biasanya digunakan
larutan alkali lemah untuk menghindari penyabunan persenyawaan ester yang
terdapat dalam minyak atsiri.

Bilangan asam dari suatu minyak atsiri akan bertambah bila umur simpan
minyak juga bertambah, terutama apabila perlakuan penyimpanan yang kurang
 baik sehingga akan mengakibatkan terjadinya oksidasi dan hidrolisa ester yang
akan menambah jumlah bilangan asam. Minyak yang telah dikeringkan dan

24
dilindungi dari udara dan sinar memiliki jumlah asam bebas yang relatif kecil
(Ketaren, 1986).

Menurut Guenther (1948), komponen minyak sangat menentukan kelarutan


minyak dalam alkohol. Minyak yang mengandung terpen-O ( oxygenated terpene)
lebih mudah larut dibandingkan minyak yang mengandung terpen. Faktor-faktor 
lain yang mempengaruhi kelarutan minyak nilam antara lain adulteration
(pencampuran) dengan bahan lain. Tingkat kelarutan minyak dalam alkohol
dipengaruhi jenis dan konsentrasi senyawa-senyawa yang dikandung minyak 
tersebut.

D. Mutu Minyak Nilam


Menurut Somaatmaja (1978), mutu minyak nilam dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu jenis atau variasi tanaman nilam, umur panen, perlakuan
 pendahuluan sebelum penyulingan, bahan dasar alat penyulingan yang digunakan,
metode penyulingan, perlakuan terhadap minyak nilam setelah penyulingan dan
  penyimpanan minyak. Parameter mutu minyak nilam berdasarkan berbagai
standar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Spesifikasi persyaratan mutu minyak nilam berdasarkan SNI 06-2385-


1998

Karakteristik Syarat SNI 06-2385-1998 Essential Oil Association

Kuning muda sampai Kuning muda sampai


Warna cokelat tua cokelat tua

Bobot Jenis
20ºC/20ºC 0.943 - 0.983 0.950 – 0.975

Indeks Bias
25ºC(nD25) 1.506 - 1.516 1.507 – 1.515

Larutan (jernih) atau Larutan (jernih) atau


Kelarutan dalam opalensi ringan dalam opalensi ringan dalam
alkohol 90%  perbandingan volume 1:1  perbandingan volume 1:10

25
Bilangan asam
maksumal 5.0 Maks 5

Bilangan ester 
maksimal 10.0 Maks 20

Minyak kruing Negatif Negatif  

Minyak lemak Negatif Negatif  

Zat-zat asing :

a. Alkohol
tambahan

 b. Lemak 

c. Minyak Pelikan Negatif Negatif  

Selain syarat mutu yang telah disebutkan diatas, terdapat pula syarat mutu lain
yang dijadikan acuan untuk mengetahui mutu minyak nilam. Rekomendasi
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Spesifikasi rekomendasi persyaratan mutu minyak nilam

Jenis Uji Persyaratan

Bau Segar, khas minyak nilam

Putaran Optik (-47º) - (-66º)

Patchouli Alkohol Dicantumkan sesuai hasil uji

Sumber : Ketaren (1986)

E. Kegunaan Minyak Nilam


Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang dikenal sebagai
 fixative aging  (zat pengikat) karena memiliki komponen-komponen yang bertitik 
didih tinggi yaitu zat yang mampu mengikat bau wangi sekaligus dapat
membentuk bau yang harmonis dalam suatu senyawa parfum, seperti yang
dinyatakan oleh Ketaren (1986). Zat pengikat adalah suatu senyawa yang

26
mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi dari zat
  pewangi, sehingga kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau
dihambat. Penambahan zat pengikat ini dalam parfum bertujuan untuk mengikat
  bau wangi dengan mencegah laju penguapan zat pewangi yang terlalu cepat,
sehingga bau wangi tidak cepat hilang. Komposisi minyak nilam yang digunakan
dalam suatu parfum dapat mencapai 50%.

Selain itu, karena wanginya yang khas maka minyak nilam sering digunakan
langsung sebagai parfum selendang, pakaian, industri sabun, kosmetik, dupa,
  parfum, karpet, dan barang-barang tenunan. Menurut Guenther (1948) minyak 
nilam memiliki sifat-sifat antara lain adalah sulit tercuci, sukar menguap
dibandingkan minyak atsiri lainnya, dapat larut dengan baik dalam alkohol dan
mudah dicampurkan dengan minyak atsiri lainnya. Sifat-sifat ini yang
menyebabkan minyak nilam digunakan sebagai fiksatif dalam berbagai industri
wewangian, kosmetik, sabun, dan farmasi. Peranan minyak nilam sebagai fiksatif 
  belum dapat digantikan oleh minyak manapun sehingga sangat penting dalam
dunia parfumery (Lutony et al, 1994).

Fungsi minyak nilam antara lain sebagai obat luka, obat sakit gigi dan gatal-
gatal (Anonimous, 1980). Selain itu, minyak nilam juga dapat digunakan sebagai
 bahan baku insektisida nabati (Nurdjanah et al,1998). Menurut Dummond (1960)
nilam dapat digunakan sebagai insektisida terutama untuk mengusir ngengat kain
(Thysanura) karena didalamnya mengandung zat yang tidak disukai oleh serangga
tersebut, karena terdapat dalam komponen minyak nilam seperti alpha-pinen dan
 beta-pinen. Dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa
minyak nilam dapat digunakan sebagai pengendali populasi serangga karena
sifatnya sebagai bahan penolak dan penghambat pertumbuhan serangga. Sebagai
  pengendali hama, minyak nilam mempunyai prospek yang cukup baik untuk 
dikembangkan sebagai salah satu bahan baku insektisida nabati.

Mardiningsih, dkk (1998) melaporkan bahwa minyak nilam dapat digunakan


untuk mengendalikan hama, baik hama gudang maupun hama tanaman. Minyak 
nilam mampu mematikan populasi Stegobium paniceum, yang merupakan hama
 bagi ketumbar selama penyimpanan. Dengan mengoleskan sedikit minyak nilam

27
disekitar dinding tempat penyimpanan, populasi Stegobium paniceum dapat
  berkurang sebesar 25-42% setelah penyimpanan 9 hari. Selain itu dari hasil
  penelitian Mardiningsih, dkk (1994) minyak nilam bersifat menolak beberapa
 jenis serangga seperti ngengat kain ( Thysanura lepimatidae ), Sitophilus zeamais
(kumbang jagung), dan Carpophilus sp. (kumbang buah kering). Menurut Grainge
dan Ahmed (1987) minyak nilam juga bersifat menolak   Aphid  (kutu daun),
nyamuk, dan  Pseudaletia unipuncta.

Selain sebagai pengikat wangi pada parfum, kosmetika, dan sabun serta
sebagai pestisida ternyata minyak nilam berkhasiat sebagai antibiotik dan
antiradang karena dapat menghambat pertumbuhan jamur dan mikroba. Dapat
digunakan untuk deodoran, obat batuk, asma, sakit kepala, sakit perut, bisul, dan
herpes. Minyak nilam merupakan minyak eksotik yang dapat meningkatkan
gairah dan semangat serta mempunyai sifat meningkatkan libido. Biasanya
digunakan untuk mengharumkan kamar tidur untuk memberi efek menenangkan
dan membuat tidur lebih nyenyak (anti insomnia). Dalam hal psikoemosional,
minyak nilam termasuk dalam aroma terapi yang belakangan ini semakin populer 
sebagai salah satu aspek pengobatan alternatif, karena minyak nilam mempunyai
efek sedatif (menenangkan), sehingga digunakan untuk menanggulangi gangguan
depresi, gelisah, tegang karena kelelahan, stres, kebingungan, lesu, dan tidak 
 bergairah serta dapat meredakan kemarahan (Mardiningsih, dkk. 1998).

Sisa dari hasil penyulingan minyak nilam masih dapat dimanfaatkan untuk 
 bahan pembuat dupa, karena mempunyai aroma yang khas/harum. Ampas tersebut
dijemur kemudian digiling dan siap digunakan sebagai bahan baku pembuat dupa
  berbentuk lidi  ( joss stick ). Bubuk halus dari ampas dicampur dengan bahan
 perekat (gum Arabic dan dentrose), tepung onggok, tepung tempurung, pewarna,
dan pewangi lainnya. Semua bahan tersebut dicampur dalam wujud adonan dan
selanjutnya dicetak menjadi lidi.

F. Kerusakan Minyak Nilam

28
Kerusakan minyak nilam diartikan sebagai perubahan dari sifat fisika-kimia
minyak nilam yang pada umumnya berakibat pada penurunan nilai mutu.
Kerusakan yang sering terjadi pada minyak nilam adalah kerusakam pada
komponen kimianya. Kerusakan jenis ini disebabkan oleh terjadinya proses
hidrolisa, oksidasi, resinifikasi, tercampurnya dengan bahan lain serta pencemaran
oleh wadah kemasan (Ketaren, 1985). Kerusakan minyak nilam yang mudah
teridentifikasi adalah warnanya yang menjadi gelap, keruh, dan timbulnya bau
yang tidak dikehendaki. Hal ini disebabkan telah terjadinya proses kimia pada
minyak nilam. Kerusakan minyak atsiri disebabkan oleh beberapa hal, misalnya
karena panas, oksigen bebas, air, cahaya, dan katalisator.

Menurut Swern (1979), minyak atsiri yang masih mengandung air akan
mengalami kerusakan akibat terjadinya proses hidrolisa. Air tersebut akan
 bereaksi dengan senyawa ester dalam minyak membentuk asam organik, reaksi ini
akan dipercepat dengan peningkatan suhu. Asam organik hasil proses hidrolisa
dan asam organik yang ada di dalam minyak nilam secara alamiah kemudian akan
mengikat ion logam, garam logam ini yang kemudian akan mempengaruhi warna
dari minyak nilam menjadi lebih gelap.

Menurut Ketaren (1986), proses oksidasi merupakan penyebab kerusakan pada


minyak akibat adanya aksi oksigen. Oksidasi oleh oksigen akan terjadi secara
spontan jika bahan dibiarkan kontak dengan udara dalam kondisi suhu yang
tinggi. Kecepatan oksidasi tergantung kondisi pada saat penyimpanan. Faktor 
yang mempengaruhi kecepatan dari proses oksidasi dapat dibagi menjadi empat
kelas, yaitu : radiasi, bahan pengoksidasi, katalis metal, dan sistem oksidasi.
Senyawa aldehid pada minyak nilam akan berubah menjadi asam organik bila
terjadi proses oksidasi, senyawa seperti benzaldehid dan sinamaldehid bila
teroksidasi akan berubah menjadi asam benzoat dan asam sinamat.

G. Penyulingan Minyak Nilam

Stephen di dalam Guenther (1948) menyatakan bahwa penyulingan merupakan


kegiatan pemisahan komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih

29
 berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Proses ini
dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air (Ketaren, 1985).

Menurut Guenther (1949), penyulingan daun nilam sebaiknya dilakukan sesuai


dengan keadaan bahan. Kumpulan daun yang mengandung banyak tangkai
memerlukan perlakuan yang berbeda dengan bahan yang hanya terdiri dari daun
saja. Penambahan ranting disini bertujuan untuk mencegah terjadinya jalur uap
yang dapat menurunkan rendemen minyak. Perbandingan antara ranting dan daun
yang tidak sesuai menyebabkan penurunan rendemen dan mutu minyak. Semakin
 banyak proporsi tangkai dalam campuran akan mengakibatkan rendemen semakin
rendah sedangkan bobot jenis, indeks bias, putaran optik (ke arah levo) dan
komponen berat yang polar dalam minyak meningkat.

Sudaryani dan Sugiharti (2002) menyatakan bahwa ada dua cara penyulingan
yang dapat digunakan untuk memperoleh minyak nilam, yaitu penyulingan
dengan air dan uap serta penyulingan dengan uap. Pada sistem penyulingan air 
dan uap (kukus), air diletakan tepat di bawah bahan yang diberi alat pemisah
  berupa logam berlobang. Keadaan uap yang selalu basah dan bahan yang
 berhubungan langsung dengan uap adalah ciri khas dari metode ini. Pada metode
 penyulingan yang kedua, yaitu penyulingan dengan uap, air sebagai sumber uap
  panas ditampung dalam sebuah ketel yang letaknya sudah terpisah dari ketel
suling. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada
tekanan lebih dari satu atmosfer (Guenther, 1948).

Menurut Rusli (1991) cara penyulingan sebaiknya menggunakan cara kukus


dengan lama penyulingan 5-6 jam, kepadatan bahan dalam ketel 90-130 g/l pada
ketel 600 l, kecepatan penyulingan 32-36 l/jam. Sukirman dan Aiman (1979)
menyatakan bahwa jenis logam yang paling baik digunakan untuk ketel suling
adalah besi yang tahan karat karena bahan ini mampu menyuling bahan baku yang
 bersifat asam tanpa mampu mengakibatkan korosi. Alat penyulingan yang terbuat
dari logam (Fe dan Al) dapat mengakibatkan minyak yang dihasilkan berwarna
gelap dan mempunyai bilangan asam yang tinggi (Rusli dan Hasanah, 1977).

30
Rusli (1991) menyatakan bahwa minyak nilam yang dihasilkan oleh petani
  pengrajin bermutu rendah, hal ini disebabkan karena cara penyulingan yang
dilakukan masih kurang memenuhi syarat, selain itu ketel yang digunakan untuk 
menyuling tanaman nilam berupa drum bekas yang sudah berkarat sehingga
terjadi pengotoran oleh karat tersebut akibatnya minyak yang dihasilkan berwarna
kehitaman.

H. Pemucatan Minyak Nilam

Menurut Guenther (1987), pemucatan merupakan suatu proses yang bertujuan


untuk memisahkan zat warna yang tidak dikehendaki yang berada dalam minyak.
Berdasarkan sifatnya pengerjaan proses ini dibedakan menjadi dua cara, yaitu
fisika dan kimia (Kirk dan Othmer, 1985). Secara fisika pemucatan minyak nilam
dapat dilakukan dengan metode penyulingan hampa udara terfraksi, penyulingan
ulang, dan adsorpsi (Guenther, 1948) sedangkan pemucatan secara kimia meliputi
flokulasi (Ketaren, 1985).

Ketaren (1986) mengatakan bahwa pemucatan dapat dilakukan dengan


menggunakan sejumlah kecil adsorben seperti lempung aktif dan arang aktif.
Selain itu dapat juga menggunakan bahan pembentuk kompleks. Proses
 pemucatan minyak nilam umumnya menggunakan tiga jenis bahan pemucat, yaitu
 bentonit, asam sitrat, dan arang aktif.

Menurut Kirk dan Othmer (1965), senyawa pembentuk kompleks merupakan


sejenis molekul organik dan anorganik (ligan) yang menyebabkan sebuah ion
logam memiliki lebih dari satu posisi, misalnya melalui dua atau lebih grup
elektron donor dalam ligan. Pembentukan senyawa kompleks dapat terjadi jika
ada reaksi antara ion logam yang dinamakan ion inti dengan komponen-
komponen lain yang disebut ion negatif atau molekul yang disebut ligan. Dalam
 pembentukan senyawa kompleks ligan akan mengikat ion logam melalui ikatan
koordinat kovalen, dimana yang bertindak sebagai donor elektron disini adalah
ligan. Senyawa kompleks yang terbentuk bisa bermuatan negatif, positif, atau nol
(Winarno, 1985).

31
Senyawa pembentuk kompleks dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
 berdasarkan jumlah grup koordinasi yang dihasilkan dan jumlah cincin pengikat
yang dapat terbentuk dengan ion logam. Senyawa ini berfungsi untuk mengurangi
aktivitas ion-ion logam didalam produk, menghilangkan ion-ion logam yang
membentuk endapan yang tidak diinginkan dan mengurangi sifat racun dari ion
logam beracun. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pembentuk kompleks
adalah asam sitrat, asam oksalat, asam tartarat, asam glukonat, asam etilen diamin
tetra asetat (EDTA), asam nitrotriasetat (NTA), polifosfat, poliamin, dan asam
isoaskorbat (Kirk dan Othmer, 1965).

Asam sitrat atau β-3-hidroksi trikarbosiklis, 2-hidroksi-1,2,3-propana


trikarbosiklis, mempunyai rumus kimia C 6H8O7. Sifat dari asam sitrat adalah agen
  pengkelat (chelating agent ) dimana senyawa ini dapat mengikat logam-logam
divalen atau lebih, seperti Mn, Mg dan Fe yang sangat diperlukan sebagai
katalisator dalam reaksi oksidasi sehingga reaksi ini dapat dihambat dengan
 penambahan asam sitrat (Winarno dan Laksmi, 1974).

Menurut Winarno dan Laksmi (1974), asam sitrat berfungsi sebagai agen
  pengkelat dimana senyawa ini memiliki kemampuan untuk mengikat logam-
logam divalen seperti Mn, Mg, dan Fe. Asam sitrat merupakan larutan asam yang
 paling populer digunakan untuk tujuan ini karena selain dapat mengikat ion logam
  juga dapat membersihkan oksigen bebas, dan memecah sabun pada minyak 
(Petterson, 1992) di dalam (Ragina F. S., 2002). Rumus bangun dari asam sitrat
dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Rumus bangun asam sitrat (Kirk dan Othmer, 1985)

Adanya ion logam Fe2+ dalam minyak nilam akan bereaksi dengan asam
organik membentuk senyawa organologam. Senyawa organologam ini dapat

32
dipisahkan dari minyak dengan penambahan asam sitrat . jika suatu partikel padat
telah terpisah secara sempurna dan bereaksi secara elektrolik, maka partikel-
  partikel tersebut akan saling tolak menolak dan tetap terpisah. Jika senyawa
dengan muatan yang berbeda seperti flokulan ditambahkan ke dalam campuran
tersebut, maka partikel-partikel yang telah terpisah akan membentuk, maka
 partikel-partikel yang telah terpisah akan membentuk kumpulan yang lebih besar 
dan lebih cepat mengendap (Treybal, 1968).

(3-X)-

Lx

Gambar 16. Reaksi ikatan kompleks antara ion logam dengan asam sitrat.

Menurut Petterson (1992) di dalam (Ragina F. S., 2002), penambahan


asam sitrat sebesar 0.05% b/b terhadap bobot minyak dalam bentuk larutan 50%
dalam air sesaat sebelum penambahan adsorban akan sangat nyata meningkatkan
aktivitas penyerapan logam oleh adsorban tersebut. Bahkan penggunaan asam
sitrat dengan jumlah seperlima dari konsentrasi di atas aktivitas penyerapan
cukup efektif. Pada metode ini logam yang telah terkompleks bersama asam sitrat
menjadi lebih efektif diadsorpsi oleh adsorban.
Hasil penelitian Purnawati menunjukan kadar logam Fe, Mg, dan Cu pada
minyak nilam berturut-turut adalah 509.2 ppm, 369.5 ppm, dan 1.8 ppm. Metode
 pemucatan kimia menggunakan campuran 1% asam sitrat dan 1% asam tartarat

33
  berhasil menurunkan kadar Fe dan Mg menjadi 50.26 ppm dan 2.09 ppm,
sedangkan kadar Cu pada minyak nilam hasil pengkelatan diperoleh 0 ppm.
Berdasarkan pada penelitian sebelumnya asam sitrat terbukti sebagai
senyawa pengkelat paling efisien untuk logam Fe (Abrahamson et al .,1994;
Ekholm et al ., 2003); Mg (Demir  et al .,2003; Ekholm et al ., 2003); Zn dan Mn
(Ekholm et al ., 2003); dan Pb (Chen et al ., 2003). Hasil penelitian Marwati (2005)
menyatakan bahwa asam sitrat terbukti sebagai senyawa pengkelat yang lebih
efektif daripada asam tartarat. Kemudian Marwati (2005) melanjutkan bahwa
kadar asam dalam asam sitrat lebih tinggi daripada asam tartarat, sehingga
 berdasarkan perhitungan stokiometri akan mengikat logam lebih banyak. Selain
itu, asam sitrat memiliki tiga gugus karboksilat dimana jumlah ini lebih tinggi
daripada asam tartarat.

IV. ASPEK PROSES PRODUKSI

A. Bahan Baku dan Bahan Tambahan

Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Indesso Aroma pada  patchouli
oil adalah proses pencampuran ( mixing ) dan peningkatan kualitas, sehingga bahan
  baku utama yang dipakai adalah tanaman nilam yang telah melalui proses
 penyulingan dalam bentuk minyak yang masih banyak mengandung pengotor dan
 berkadar  patchouli alcohol  rendah. Minyak nilam yang digunakan sebagai bahan
 baku utama banyak didapat dari daerah Jawa yang biasa mendapat sebutan 087
dan daerah Bengkulu dengan sebutan 0861. Pada proses terdahulu pernah

34
digunakan minyak nilam yang berasal dari daerah Padang (0862), namun karena
kelangkaan bahan, proses kini hanya menggunakan bahan baku dari Jawa (087)
dan Bengkulu (0861). Untuk bahan tambahan yang dipakai pada pembuatan
 produk ini adalah citric acid  107, sodium carbonate 132 dan hyflosupercell .
Sebelum digunakan pada proses produksi bahan baku dan bahan tambahan
dari supplier diuji standar mutunya oleh bagian quality control  (QC) dengan
  parameter yang diukur oleh alat titrasi,   gas liquid chromatograf  (GLC),
tintometer, polarimeter, refraktometer, nilai dari penampakannya, dan alat-alat
lainnya. Berikut merupakan spesifikasi bahan baku dan bahan tambahan yang
disyaratkan perusahaan:

SPESIFIKASI 0861
Adulterant (Fat) Adulterant (Fat)
Slight viscous oily liquid Slight viscous oily liquid
Acid value (titration) 0,0 - 8,0
Pale Yellow - Reddish Brown Pale Yellow – Reddish Brown
a-Copaene content (GLC) 0,0% - 0,5%
Hexylene Glycol (GLC) 0 ppm - 150 ppm
Optical Rotation (25ºC) (-55,0) - (-45,0)
Organoleptic (odor) Organoleptic (odor)
Patchouli Alcohol Content
(GLC) 30,00% - 80,00%
Refractive Index (n20/D) 1,507 – 1,512
Spesific Gravity (d25/25) 0,950 – 0,970
Solubility in 10 parts vol. 90%
Soluble in 10 parts vol. 90% alcohol
Tabel 5. Spesifikasi Bahan Baku 0862

SPESIFIKASI 087
Adulterant (Fat) Adulterant (Fat)
Slight viscous oily liquid Slight viscous oily liquid
Acid value (titration) 0,0 – 8,0
Pale Yellow - Reddish Brown Pale Yellow - Reddish Brown
a-Copaene content (GLC) 0,00% - 0,50%
Hexylene Glycol (GLC) 0 ppm – 200 ppm

35
Optical Rotation (25ºC) (-55,0) - (-48,0)
Organoleptic (odor) Organoleptic (odor)
Patchouli Alcohol Content
(GLC) 29,50% - 70,00%
Refractive Index (n20/D) 1,507 – 1,512
Spesific Gravity (d25/25) 0,950 – 0,970
Solubility in 10 parts vol. 90%
Soluble in 10 parts vol. 90% alcohol
Tabel 6. Spesifikasi Bahan Baku 087

CITRIC ACID 107


Characteristic Spesific Limit
Description Value
Crystal Crystal
White White
HALAL HALAL
pH at 25ºC 1,5 - 1,9
Purity (titration) 99,0% - 99,9%
Tabel 7. Spesifikasi Bahan Tambahan 107

 SODIUM CARBONATE 132
Characteristic Spesific Limit
Description Value
Crystal Crystal
White White
Moisture content
(105ºC) 0,0 - 3,0
Purity (titration) 99,0 - 99,9
Tabel 8. Spesifikasi Bahan Tambahan 132

 HYFLO SUPERCELL
Powder Powder  
pH at 25ºC 8,50 - 14,0
Tabel 9. Spesifikasi Bahan Tambahan  Hyflo Supercell 

36
B. Proses Produksi

Tahapan awal yang dilakukan dalam proses produksi ini adalah persiapan
alat dan bahan. Bahan yang harus dipersiapkan adalah :
a. Crude Patchouli oil  0861
b. Crude Patchouli oil  087
c.  Recovery 67105
d. Citric acid  107
e. Sodium carbonate 132
f. Hyflosupercell  
Selain kesiapan bahan, status kesiapan peralatan dari maintenance dan
quality control  pun juga turut diperiksa. Para operator dan supervisor yang
melakukan proses produksi pun juga harus melengkapi dirinya dengan peralatan
 food safety , seperti masker, sarung tangan, kaca mata,  shoes cover  (sepatu boot),
dan topi (head cover ). Selain itu hal yang tidak kalah penting adalah status
kesiapan utilitas seperti nitrogen (N 2), pompa vakum, udara tekan, air pendingin,
steam dan sebagainya.

Setelah melalui tahapan persiapan alat dan bahan, proses produksi pun
dimulai. Di bawah ini adalah diagram alir yang menggambarkan proses produksi
 patchouli oil :

CrudePatchouli oil 

Proses Deironized

Proses Netralisasi

Filtrasi Hyflo Supercell

Aerasi

Mixing dan Pengemasan

37
Gambar 9. Diagram Alir Pembuatan Patcouli Oil  (Minyak nilam)

a. Proses Deironized 
Proses deironized  bertujuan untuk mengurangi kadar Fe di dalam minyak 
nilam menggunakan asam sitrat (citric acid ) . Reaksi ini dimulai dengan
 pengecekan terhadap kondisi reaktor yang digunakan pada proses. Pada proses ini
hanya digunakan satu jenis reaktor berpengaduk, yaitu reaktor 8. Sebelum
memasuki proses, semua valve diperiksa keadaannya agar dalam kondisi tertutup.
Setelah dipastikan semua valve tertutup, pompa vakum mulai dihidupkan dan
valve vakum yang menuju ke reaktor 8 dibuka untuk memasukan Crude
 Patchouli oil . Proses pemasukan bahan berlangsung selama kurang lebih satu jam
untuk kapasitas produk ini. Setelah bahan baku masuk semua, reaktor 8
dikondisikan pada keadaan atmosfer dengan membuka valve atmosfer. Lalu
dimulailah proses pengadukan dan pemasukan citric acid  melalui man hole. Citric
acid  yang digunakan sesuai dengan kadar Fe yang diinginkan. Pada proses yang
terdahulu kadar Fe yang disyaratkan sebesar < 1 ppm, sehingga untuk mencapai
kadar tersebut citric acid  sangat banyak digunakan. Namun karena kelonggaran
standar yang disyaratkan kadar Fe menjadi < 5 ppm, citric acid  yang digunakan
dalam proses menjadi lebih sedikit. Jika citric acid  yang digunakan sedikit, proses
 penetralan, pengendapan, dan sentrifugasi setelah reaksi ini tidak perlu dilakukan
dan bahan tetap pada reaktor 8.

Gambar . Pemasukan Asam Sitrat melalui man hole

b. Proses Netralisasi

38
Setelah melalui reaksi citric acid , proses dilanjutkan dengan reaksi
netralisasi. Reaksi ini merupakan reaksi akibat dari citric acid . Reaksi netralisasi
dilakukan dengan menambahkan  sodium carbonate yang bersifat basa merupakan
  penetralan kembali bahan setelah dimasukan asam (citric acid ). Reaksi juga
dimulai dengan pengecekan valve yang selanjutnya dilanjutkan dengan proses
  pengadukan dan pemasukan   sodium carbonate melalui man hole. Banyaknya
 sodium carbonate 132 yang dimasukan dipengaruhi oleh banyaknya citric acid 
yang digunakan dan standar pH yang disyaratkan. Karena standar kadar pH juga
telah dilonggarkan menjadi dibawah 8, reaksi ini untuk beberapa batch terakhir 
telah dihilangkan.
Setelah reaksi di dalam reaktor 8 selesai dilakukan, bahan dikeluarkan dari
reaktor untuk menuju proses selanjutnya (drain). Drain dilakukan dari bagian
 bawah reaktor 8 secara perlahan, jika padatan tidak terikut keluar, lanjutkan drain
langsung ke unicube, akan tetapi jika padadan terikut keluar, drain ke vessel
terlebih dahulu sampai padatan tidak terikut kemudian langsung drain ke unicube.
Setelah minyak berada pada unicube-unicube proses dapat dilanjutkan ke proses
filtrasi atau menunggu batch selanjutnya untuk difiltrasi bersama.

c. Filtrasi Hyflo Supercell 
Filtrasi minyak dilakukan dengan menggunakan klico yang telah dilapisi
dengan precoat hyflo Supercell . Filtrasi dilakukan secara berulang-ulang
menggunakan pompa gould sampai didapat warna minyak yang diinginkan.
Setelah proses filtrasi, minyak kembali dimasukan kedalam unicube untuk menuju
ke proses aerasi.

d. Aerasi
Proses aerasi ini dilakukan didalam tangki berpengaduk yang dilengkapi
dengan jaket dan coil. Proses aerasi dapat menggunakan udara tekan, nitrogen,
atau panas digunakan untuk mempercepat reaksi sehingga organoleptik lebih
cepat muncul dan menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan (contoh : terpen
yang menyebabkan proses oksidasi). Setelah minyak mengalami proses aerasi
maka disebut   patchouli oil light 
,   patchouli oil light  siap didrain keluar 

39
menggunakan pompa vacuum menuju unicube untuk penyimpanan sementara.
Minyak tersebut disimpan untuk dilakukan proses mixing  dan pengemasan.

e. Pencampuran dan Pengemasan


Proses ini bertujuan untuk mencampurkan sisa minyak nilam tidak 
terkemas yang dihasilkan pada batch sebelumnya dengan minyak nilam yang
dihasilkan pada batch yang baru agar dapat menyeragamkan mutu minyak nilam
yang akan dikemas. Bahan baku yang digunakan dalam proses ini, antara lain :
a. Metal drum 209 L
 b. Cap seal ¾” white 358
c. Cap seal 2” white 356
d. Minyak nilam batch saat ini
e. Minyak nilam sisa yang tidak terkemas
Minyak nilam yang telah diproses atau  patchouli oil light  yang tersimpan
dalam unicube-unicube dimasukan kembali kedalam reator aerasi menggunakan
  pompa vakum. Pengadukan dilakukan selama 1 jam, kemudian minyak nilam
dilakukan pemeriksaan ke bagian quality control. Setelah lulus uji minyak siap
dikemas kedalam drum yang terbuat dari metal berukuran masing-masing 200 kg.
Pada proses ini tidak semua minyak dapat dikemas, jika kurang dari 200 kg
minyak akan ditampung ke dalam unicube untuk dicampurkan ke dalam batch
selanjutnya.

Pada reaksi citric acid  dan sodium bicarbonat, jika penggunakan keduanya
cukup banyak pada akhir reaksi akan didapat Crude Patchouli oil  dari bahan-
  bahan tersebut yang telah mengalami proses sentrifugasi. Crude patchouli ini
disebut recovery dan akan digunakan kembali sebagai bahan baku pada batch
selanjutnya.

C. Mesin dan Peralatan Produksi

Mesin dan peralatan produksi untuk setiap unit berbeda-beda. Unit mesin
dan peralatan produksi terdiri dari mesin inti, perlengkapan pendamping, dan
mesin utilitas.

40
Secara umum mesin inti yang digunakan di Unit Aromatic Chemical and
Essential Oil di PT Indesso Aroma adalah Reaktor, Unit Fraksinator, SPD,
 Blending Tank with Heater  dan Pfaudler. Untuk reaktor yang digunakan terdapat
8 buah, yaitu : Reaktor  Hong-Dou, Reaktor  Multiphase , Reaktor 2, Reaktor 3,
Reaktor 4, Reaktor 6, Reaktor 7, dan Reaktor 8. Pada produk yang difraksinasi
terdapat 3 unit Fraksinator yang digunakan, yaitu : Unit Fraksinator 0, Unit
Fraksinator 2, dan Unit Fraksinator 5, sedangkan untuk Pfaudler terdapat Pfaudler 
1 dan Pfaudler 2.

1. Mesin inti
Pada proses produksi  patchouli oil light  868 dan  patchouli oil light  871
mesin inti yang digunakan adalah Reaktor 8 dan  Blending Tank with Heater.
Untuk Reaktor 8 berikut spesifikasinya :

Spesifikasi Reaktor 8
Reaktor ini digunakan untuk memproduksi  Patchouli oil . Berikut spesifikasi
tangki Reaktor 8 :
Capacity 3m3 Material SUS 316
Design Pressure 3 kg/cm 2 . G
Radiography Test None
Design Temperature AMB DEG C
Joint Efficiency 0.7
Hydrostatic Test Kg/cm 2 .G
Pneumatic Test None kg/cm 2 .G
MFR'ING No 50565
Corr. Allowance 0 mm
Empty Weight 662 kg
Tabel 18. Spesifikasi tangki Reaktor 8

Selain Reaktor 8 dan   Blending Tank with Heater , ada metode lain yang
dipakai untuk meningkatkan kualitas minyak nilam yaitu dengan metode distilasi
molekular. Alatnya dikenal dengan SPD (  Short Path Distillation) merupakan
salah satu alat tercanggih di dunia untuk distilasi. Distilasi molekular, biasanya
digunakan dalam mengisolasi komponen cair yang sensitif terhadap panas atau
untuk memisahkan substansi yang memiliki titik didih yang sangat tinggi. Dimana
campuran didistilasi dengan mereduksi tekanan, sehingga menurunkan titik 

41
didihnya. Pada penggunaanya alat ini dioperasikan untuk distilasi pada produk 
 patchouli oil . Alat ini terdiri atas :
a. Degasser Section
  Degasser Section yang dilengkapi dengan satu buah rotary vane vacuum
 pump,   feeding pump, chiller  untuk pendingin trapping, receiver trapping  serta
 preheater .   Degasser section berfungsi untuk menghilangkan komponen volatil
yang mungkin terdapat dalam bahan baku. Komponen volatil yang dimaksud
disini adalah komponen yang mudah menguap. Dengan alat SPD ini komponen
yang mempunyai titik didih lebih dari 150ºC dapat dihilangkan. Tujuan
menghilangkan komponen volatil ini adalah untuk mengurangi gangguan vakum
 pada SPD evaporator, mengurangi laju penguapan pada kolom, serta agar dapat
menggunakan suhu yang sangat rendah untuk  trapping .
Proses yang terjadi adalah :
Bahan baku dipompa dengan   feeding pump dilewatkan dulu ke  preheater ,
setting suhu  preheater  dilakukan manual melalui komputer. Besarnya suhu yang
ditentukan tergantung dari kondisi vacuum pada degasser section sehingga
komponen volatil dapat berupa uap, namun diupayakan suhu  preheater  adalah
serendah mungkin untuk menghindari burnt character . Uap komponen volatil
tersebut kemudian dikondensasikan dan masuk ke receiver trapping , sementara
komponen non volatil akan masuk ke SPD evaporator.
 b. SPD Evaporator 
SPD Evaporator yang dilengkapi dengan satu buah rotary vane vacuum dan
satu buah roots vacuum pump, residu dan distilate pump, chiller  untuk pendingin
trapping, receiver trapping , serta kolom evaporator yang didalamnya terdapat
internal kondensor serta wiper basket . SPD evaporator berfungsi untuk 
memisahkan distilat berdasarkan titik didih.
Proses yang terjadi adalah :
Dalam kolom evaporator, produk yang sudah dihilangkan komponen
volatilnya akan diputar dan terlempar ke dinding evaporator karena gaya
sentrifugal, wiper basket  memastikan pendistribusian yang seragam dan wiper 
roller  menggilas produk di dinding evaporator sehingga terbentuk lapisan film.
Uap akan dikondensasikan oleh internal kondensor dan mengalir melalui nozzle

42
distilate , sedangkan residu akan terkumpul dalam cup yang mengalir melalui
nozzle residu. Uap yang tidak terkondensasi akan dihisap masuk ke trapping .

Gambar. SPD (Short Path Distilationi )


  Namun, dalam laporan ini tidak membahas hasil pemurnian minyak nilam
menggunakan SPD karena tidak ada permintaan untuk minyak nilam jenis
 pemurnian SPD pada saat itu sehingga alat tidak dijalankan.

2. Unit Utilitas dan Perlengkapan Pendamping


a. Pompa Deep Well 
Diameter : 4 inch
Berat : 21 kg
Kapasitas : 200 L/mnt
Temperatur : 40°C
Perlengkapan pendamping :
a. Pompa Booster  1
b. Pompa Booster  2
c. Pompa deep well 
d. Pompa IDO
Fungsi : untuk memompa air sumur dalam

b. Pompa IDO (  Industry Diesel Oil )


Berat : 11 kg
Temperatur : 60°C

43
Fungsi : untuk memompa bahan bakan IDO untuk digunakan sebagai bahan
 bakar boiler.

c. Tangki air bersih


Diameter :5m
Tinggi : 7,7 m
Kapasitas : 150.000 L
Perlengkapan pendamping :
a. Level gauge ukuran 10 m
b. Sand filter 
Fungsi : untuk menampung air bersih

d. Tangki solar
Jumlah : 2 buah
Bentuk : silinder horizontal
Diameter : 2,2 m
Panjang :4M
Kapasitas : 15.000 L
Perlengkapan pendamping:
 Flowmeter  1 buah untuk mengecek pengisian dan 1 buah untuk cek pemakaian
ke incinerator  dan boiler.
Fungsi: untuk menampung minyak diesel

e.  Booster pump/Pompa suplai


Jumlah : 2 buah
Tinggi : 60 cm
Kapasitas : 6000 L/jam
Suhu maks. : 120°C
Perlengkapan pendamping :
Sistem tangki air bertekanan, tekanan maks. 125 psi: temperatur maks. Saat
operasi dalam 38°C, luar 49°C
Fungsi : untuk memompa air ke tempat-tempat yang dibutuhkan

44
f. Pompa hydrant 
Ukuran : 0,7x0,34x1,55m 3
Berat : 337 kg
Perlengkapan pendamping :
Manometer 0-16 kg/cm2
Fungsi : untuk memompa air saat terjadi kebakaran

g. Pompa air pendingin


Jumlah : 8 buah (5 untuk aromatik 3 untuk ekstrak)
Ukuran : (1x0,35x0,35) m 3
Berat : 118 kg
Kapasitas : 15 L/s
Temperatur : 40°C
Perlengkapan pendamping :
Manometer 
Fungsi : memompa air pendingin dari cooling tower  ke dalam proses

h. Cooling tower 
Jumlah : 4 buah (2 untuk aromatik 2 untuk ekstrak)
Bentuk : persegi
Ukuran : 2,5x 2,5x3 m
Perlengkapan pendamping :
a.  Actuator out dan actuator return tekanan maks. 10 bar 
 b. Kipas pendingin 7,5 kw
c. Panel
Fungsi : mendinginkan air pendingin yang telah menjadi panas setelah
digunakan sebagai air pendingin dalam proses.

i. Boiler
Diameter : 1,99 m
Panjang :4m

45
Tekanan : 10-12 kg/cm2
Kapasitas : 3000 kg/ jam
Temperatur : 200°C
Perlengkapan pendamping :
a. Kontrol panel (1 buah)
 b. Pompa air umpan (2 buah)
c. Tangki air umpan diameter 1,1 m, panjang 2,75 m, kapasitas 2000 L
d. Tangki blow down
e. Header untuk  steam
f. Tangki IDO harian diameter 1,1 m, panjang 2,75 m, kapasitas 2000 L
g. Super heated  diameter 0381 m
h. Pembakar bertekanan 63-290 kg/cm 2
i. Unit softener 
Fungsi : mensuplai kebutuhan  steam

 j. VGL Nitrogen


Jumlah : 2 buah
Diameter : 0,508 m
Tinggi :1,559 m
Berat :123 kg
Kapasitas : 14 kg
Fungsi : menyimpan nitrogen cair  

k. Tangki Chiller 
Temperatur : 20°C sampai dengan 100°C
Kapasitas : 420 L
Perlengkapan pendamping :
a. Pompa vakum 3 buah
b. Level alarm
Fungsi : mendinginkan air pendingin yang membutuhkan suhu di bawah suhu
lingkungan.

46
l. Perpipaan
Untuk sistem perpipaan, PT. Indesso Aroma memiliki sistem pengaturan
yang rapi dalam membedakan pipa-pipa yang digunakan dalam berproduksi. Hal
ini bertujuan untuk membedakan jenis bahan yang dialirkan. PT Indesso Aroma
membedakan jenis pipa dengan pemberian warna yang berbeda. Jumlah jenis
warna pipa ada 8, seperti pada Tabel. 24 berikut dapat dilihat masing-masing
fungsi pipa sesuai dengan warnanya.

No Warna Pipa Fungsi mengalirkan

1 Pipa Biru Air Fresh


 

2 Pipa Hijau Air pendingin

3 Pipa merah Air Pemadam Kebakaran

4 Pipa Abu-abu Udara Tekan

5 Pipa Kuning Nitrogen

6 Pipa Perak  Steam

7 Pipa Coklat Buangan Steam (Air Kondesat)

8 Pipa Ungu Air Panas

Tabel 24. Sistem Perpipaan di PT. Indesso Aroma

D. Sarana Penunjang (Sistem Utilitas dan Pengolahan Limbah)

Sarana penunjang yang digunakan di PT. Indesso dalam berproduksi


terdiri dari unit pembangkit tenaga listrik, air bersih untuk memasok air umpan
 boiler, pendinginan, proses produksi, air  hydrant , dan kebutuhan rumah tangga
 pabrik, gas inert  yaitu N2, dan unit pengolahan limbah baik padat atau cair .

1. Unit Pembangkit Tenaga Listrik 

Sumber energi listrik di PT. Indesso Aroma ada 2 macam, yaitu PLN dan
Genset. Listrik dari PLN memiliki daya sebesar 345 kVA. Sedangkan genset yang
dimiliki PT Indesso Aroma memiliki daya sebesar 500 kVA. Sebelumnya

47
  perusahaan ini memiliki genset dengan daya sebesar 250 kVA, karena tidak 
mencukupi dilakukan penggantian dengan genset yang memiliki daya yang lebih
tinggi.

Sumber utama yang digunakan adalah listrik dari PLN sedangkan genset
hanya digunakan saat terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Genset ini dapat
menyala secara otomatis dalam waktu kira-kira 1/2 menit setelah terjadinya
 pemadaman listrik.

2. Unit Penyediaan Air

Penggunaan air bersih di PT. Indesso Aroma antara lain untuk kebutuhan
air umpan boiler, pendinginan, proses produksi, air  hydrant , dan kebutuhan rumah
tangga pabrik. Air bersih ini diperoleh dari pengolahan air sumur dalam. Dipilih
air sumur karena air sumur ini saja sudah bisa untuk mencukupi kebutuhan pabrik.
Selain itu, sungai di sekitar pabrik juga sudah sangat kotor sehingga akan jauh
lebih sulit pengolahannya.

Air yang digunakan untuk  hydrant  dan kebutuhan rumah tangga pabrik 
tidak perlu diolah. Air sumur dalam tadi sudah cukup bersih untuk digunakan. Air 
ini dipompa keluar dan langsung digunakan. Sedangkan untuk kebutuhan air 
umpan boiler, air pendingin, dan air proses, perlu dilakukan pengolahan terlebih
dahulu.

Air sumur dalam dipompa lalu masuk ke dalam sebuah bak dan diberi zat
kimia berupa kalium permanganat (KMnO 4) untuk mengendapkan kotoran yang
mungkin terbawa. Pompa yang digunakan berkekuatan 5 HP dan berkapasitas 200
L/menit. Dari bak itu, air lalu masuk ke dalam  sand filter . Dari  sand filter  air 
masuk ke tangki penyimpanan dengan kapasitas 150 m 3. Untuk mengalirkan air 
dari tangki ini, digunakan 2 buah pompa berkapasitas 17 m 3/jam dan 6 m3/jam
dengan tekanan maksimum 4 bar. Pompa utama yang digunakan adalah pompa
dengan kapasitas 6 m 3/jam. Jika tidak mencukupi kebutuhan, pompa yang besar 
akan menyala secara otomatis sehingga digunakan 2 buah pompa.

Untuk air pendingin, air dari tangki penyimpanan dialirkan ke pipa-pipa


untuk digunakan. Setelah digunakan sebagai pendingin, air dialirkan ke cooling 

48
tower  untuk didinginkan. Perusahaan ini memiliki empat buah cooling tower , 2
untuk proses di gedung ekstrak dan 2 sisanya untuk proses di gedung aromatik 
dengan ukuran masing-masing (2,5x2,5x3,0) m dan 8 buah pompa. Lima pompa
diantaranya digunakan untuk aromatik dan 3 pompa sisanya untuk ekstrak yang
digunakan untuk mengalirkan kembali air yang telah didinginkan. Pompa ini
masing-masing memiliki kekuatan 15 HP, kapasitas 15 L/detik, dan tekanan
maksimum 4 bar. Suhu air yang telah didinginkan berkisar antara 21°C-29°C.
Pompa ini masing-masing membutuhkan daya sebesar 11 kW.

Beberapa pendinginan tidak dapat dilakukan dengan air pendingin biasa.


Untuk itu diperlukan chiller . Pabrik ini memiliki sebuah chiller  dengan kapasitas
373L/menit. Chiller  ini dapat mendinginkan air pendingin hingga 5°C.
Selanjutnya air dingin tersebut dialirkan melalui pipa.

Selain air pendingin juga diperlukan air pemanas, air panas di gedung
aromatik digunakan  plate heat exchanger . Sedangkan di gedung ekstrak air panas
yang dihasilkan menggunakan  steam.

Air umpan boiler juga diambil dari tangki penyimpanan. Air ini masuk 
kedalam boiler yang dapat menghasilkan   saturated steam sebanyak 3 ton/jam,
 pada tekanan 10 bar, dan suhu 185°C. Jenis boiler yang digunakan adalah boiler 
 pipa api. Namun kebutuhan  steam pabrik saat ini hanya 1200 kg/jam. Bahan bakar 
untuk boiler ada dua macam, yaitu solar dan IDO ( Industry Diesel Oil ). Kedua
 bahan bakar ini digunakan secara bergantian. Bahan bakar utama adalah IDO
dengan kebutuhan sebesar 45 L/jam. Solar hanya digunakan sebagai cadangan
karena solar juga merupakan bahan bakar genset dan harganya lebih mahal
dibandingkan IDO.

Untuk keperluan air proses, setelah dari tangki penyimpanan masih


diperlukan pengolahan lebih lanjut. Air dimasukan kedalam dua buah kantung
 filter  secara berurutan dengan ukuran filter 5 mikron dan 1 mikron. Selanjutnya
air yang akan digunakan di unit aromatic chemical  masuk ke dalam catridge filter 
yang mempunyai ukuran 1 mikron. Sedangkan air proses yang akan digunakan di
unit natural extract  harus melalui carbon filter  untuk membersihkan air dari zat
kimia yang mengganggu. Setelah air itu tadi masuk kedalam alat demineralisasi

49
yang
yang terdiri
terdiri dari
dari atas cation exchanger 
exchanger  dan anion exchanger . Kapasi
Kapasitas
tas alat
alat
demineralisasi ini adalah 3 m 3/jam. Cation exchanger  berfungsi untuk mengikat
ion-ion positif yang ada di alam air sehingga air bebas dari ion positif. Sedangkan
anion exchanger  berfungsi
berfungsi untuk mengikat
mengikat ion-ion
ion-ion negatif yang ada di dalam air 
sehingga air bebas dari ion negatif. Setelah itu melalui alat demineralisasi air 
dialirkan dan disinari dengan sinar ultra violet (UV). Tujuannya adalah untuk 
membun
membunuh
uh bakter
bakteri-ba
i-bakte
kteri
ri yang
yang ada di dalam
dalam air. Setelah
Setelah itu air proses
proses siap
siap
digunakan.

3. Unit
Unit Peny
Penyed
edia
iaan
an Gas
Gas Iner
Inertt (Ga
(Gass Be
Bert
rtek
ekan
anan
an))

Gas bertekanan yang digunakan disini adalah gas N 2. Ada dua jenis N 2
yang digunakan, yaitu N 2 cair dan N2 gas. N2 cair digunakan sebagai penyuplai
utama.
utama. Tujuan
Tujuan penggunaan
penggunaan N 2 cair adalah
adalah untuk
untuk penghe
penghemat
matan
an tempat
tempat karena
karena
dalam bentuk
bentuk cair volum
volum N 2 akan lebih kecil. N2 cair ini disimpan dalam tabung
VGL dengan kapasitas 114 kg.

Tabung ini dilengkapi dengan pengontrol katup guna mengatur tekanan di


dalam tabung. Tekanan dalam tabung semakin lama semakin meningkat akibat
 pengaruh suhu, sehingga ada nitrogen yang berubah menjadi gas. Jika tekanan
tabung
tabung meningkat
meningkat terlalu
terlalu tinggi
tinggi melebihi
melebihi batas yang diizinkan,
diizinkan, pengontrol
pengontrol katup
akan
akan terb
terbuk
ukaa dan
dan seba
sebagi
gian
an nitr
nitrog
ogen
en ada
ada yang
yang kelu
keluar
ar.. Deng
Dengan
an demi
demiki
kian
an
kekura
kekuranga
ngan
n penggu
penggunaa
naan
n nitrog
nitrogen
en cair ini adalah
adalah meskip
meskipun
un tidak
tidak diguna
digunakan
kan,,
nitrogen dapat habis dengan sendirinya.

Perusahaan hanya memiliki 2 buah tabung VGL yang terbuat dari bahan
 stainless steel . Namun hanya
 stainless hanya satu yang berada di lokasi sedangkan
sedangkan yang lainnya
lainnya
  berad
beradaa di  supplier  unuk diisi kembali
kembali yang digunakan
digunakan secara bergantian.saat
bergantian.saat
terjadi pergantian tabung kebutuhan nitrogen disuplai dari nitrogen gas. Gas ini
disimpan
disimpan dalam beberapa
beberapa tabung kecil yang terbuat dari besi dengan
dengan kapasitas
kapasitas 6
m3. Perusahaa memiliki 14 tabung. Empat buah terhubung dengan pipa penyuplai
dan sisanya untuk cadangan.

4. Unit Pengolahan Limbah

50
Limbah yang dihasilkan di pabrik Indesso Aroma dibedakan menjadi 2,
yaitu
yaitu limbah
limbah padat
padat dan limbah
limbah cair.
cair. Limbah
Limbah padat
padat diolah
diolah dalam
dalam incinerator .
Sedangkan limbah cair diolah dalam bak-bak pengolahan limbah. Dikarenakan
  pro
prose
sess relat
relatif
if sedi
sediki
kitt meng
mengha
hasi
silk
lkan
an limb
limbah
ah gas
gas sehi
sehing
ngga
ga tida
tidak
k dipe
diperlu
rluka
kan
n
 pengolahan secara khusus sebelum dibuang ke lingkungan.

 Incinerator  di PT. Ind


Indesso
esso Aro
Aroma mem
mempuny
punyai
ai dimen
imensi
si sebe
sebesa
sar 

(1,4x1
(1,4x1,4x
,4x0,9
0,9)) m dengan
dengan kapasitas 1,5 m 3/450
kapasitas /450 kg. Incine
Incinerato
ratorr ini dileng
dilengkap
kapii
dengan 4 buah blower  untuk memasukan
memasukan udara pembakaran.
pembakaran. Alat ini terdiri dari
dua bagian, yaitu pembakar  utama dan burner  thermo reactor  (reaktor pembakar 
 panas). Pembak
Pembakar
ar utama
utama mempun
mempunyai
yai suhu
suhu operas
operasii sebesa
sebesarr 400°C.
400°C. Fungs
Fungsiny
inyaa
adalah untuk membakar limbah yang berupa zat-zat padat. Sedangkan reaktor 
 pembakar  
 pembakar    panas
panas mempunyai
mempunyai suhu operasi sebesar
sebesar 1000°C.
1000°C. Fungsinya
Fungsinya adalah
untu
untuk
k memb
membak
akar
ar asap
asap hasi
hasill pemb
pembak
akara
aran
n utam
utamaa agar
agar asap
asap yang
yang kelu
keluar
ar dari
dari
incinerator  tidak hitam (tidak berwarna).

Limbah cair dihasilkan adalah air bekas proses pencucian proses dan air 
dari
dari labora
laborator
torium
ium QC. Unit
Unit pengol
pengolaha
ahan
n limbah
limbah cair terdir
terdirii dari
dari kolam-k
kolam-kola
olam
m
yaitu, oil separator , kolam karantina, kolam equalisasi, buffer basin , kolam aerasi,
kolam sedimentasi, dan kolam pembuangan akhir.

a. Oil Separator 
Kand
Kandun
unga
gan
n miny
minyak
ak pada
pada limb
limbah
ah perlu
perlu dihi
dihilan
langk
gkan
an terl
terleb
ebih
ih dahu
dahulu
lu
sebelu
sebelum
m masuk
masuk ke kolam
kolam aerasi
aerasi karena
karena beban
beban organi
organik
k minyak
minyak terlalu
terlalu
tinggi. Unit oil separator  dibagi menjadi 2, yaitu bak untuk memisahkan
minyak
minyak berat
berat dan bak untuk
untuk memisa
memisahka
hkan
n minyak
minyak ringan
ringan.. Limbah
Limbah dari
dari
 proses produksi terlebih dahulu dipisahkan kandungan minyak beratnya,
kemudian dilanjtkan dengan pemisahan dari kandungan minyak ringannya.
a. Kolam Karantina
Kolam karantina berfungsi untuk menyeimbangkan laju alir dan beban
limbah sebelum masuk ke kolam aerasi agar tidak terjadi fluktuasi yang
terlalu
terlalu besar.
besar. Fluktu
Fluktuasi
asi yang
yang terjad
terjadii biasan
biasanya
ya bergan
bergantun
tung
g pada
pada proses
proses
  produ
produksi
ksi yang
yang dijala
dijalanka
nkan.
n. Beban
Beban limbah
limbah yang
yang terlalu
terlalu fluktu
fluktuatif
atif akan
akan
mengganggu pertumbuhan mikroorganisme lumpur aktif.

51
 b.
 b. Kolam
olam Ekual
kualis
isas
asii
Kolam ekualisasi berfungsi sebagai tempat berlangsungsnya homogenisasi
limbah lebih lanjut.
c.  Buffer Basin, Kolam Aerasi I dan II
Proses di dalam kolam aerasi akan terjadi kontak antara limbah, lumpur 
aktif dan O2 yang berasal dari permukaan aerator. Mikroorganisme lumpur 
aktif
aktif akan
akan mengko
mengkonsu
nsumsi
msi kandun
kandungan
gan karbon
karbon dalam
dalam limbah
limbah,, sehing
sehingga
ga
terjadi
terjadi penurunan
penurunan COD/BOD limbah. Kebutuhan
Kebutuhan oksigen disuplai oleh
 surface aerator , untuk kebutuhan nutrisi lain seperti nitrogen dan fosfor 
didapatkan dari pupuk yaitu urea dan TSP. Urea merupakan zat yang larut
di dalam air sehingga dapat dibuat larutan dengan berbagai konsentrasi
sedangkan TSP sukar larut di dalam air sehingga dibuat larutan dengan
konsen
konsentra
trasi
si yang
yang kecil
kecil maka
maka dibuat
dibuat perban
perbandin
dingan
gan BOD:N:
BOD:N:P=1
P=100:
00:5:1
5:1..
Bakt
Bakteri
eri yang
yang ada
ada di dala
dalam
m akan
akan meng
mengok
oksi
sida
dasi
si seba
sebagi
gian
an dari
dari limb
limbah
ah
menjadi
menjadi CO2 dan air.
air. Bakteri
Bakteri juga
juga akan
akan mensin
mensintesi
tesiss bagian
bagian yang
yang lain
lain
menjadi sel-sel mikroba baru.
d. Kolam
olam Sed
Sedimen
imenta
tassi
Kola
Kolam
m sedi
sedime
ment
ntas
asii pada
pada unit
unit IPAL
IPAL berj
berjum
umla
lah
h dua
dua buah
buah deng
dengan
an
konfigurasi rectangular tank . Pada kolam sedimentasi terjadi pemisahan
antara effluent  limb
limbah
ah deng
dengan
an lump
lumpur
ur akti
aktif.
f. Lump
Lumpur
ur akti
aktiff akan
akan
terendapkan di bagian bawah kolam sedangkan effluent  limbah terkumpul
di bagian atas. Satu kali setiap hari lumpur yang terendapkan dipompa
untuk dikembalikan ke kolam aerasi ( buffer basin). Bakteri hidup yang
terkandung dalam lumpur akan menjadi penyeimbang populasi bakteri di
kolam aerasi sedangkan bakteri mati akan menjadi bahan makanan bagi
 bakteri hidup.
e. Kolam
olam Pem
Pembu
buan
ang
gan Akh
Akhir 
ir 
Kolam pembuangan akhir merupakan kolam bulat yang berfungsi untuk 
menampung limbah yang sudah diolah sebelum dibuang ke sungai. Di
kolam ini dipelihara ikan sebagai bio-indikator, jika ikan mampu hidup
limbah yang akan dibuang dapat dianggap tidak mencemari perairan.

52
Berikut merupakan alur pengolahan limbah cair dari produksi :

Air Limbah

Pemisahan minyak dengan air dalam oil

Pemberian Nutrien dan


Penyeragaman dalam bak ekualisasi
Fosfor 

Penetralan pH Aerasi dalam buffer basin (bak besar )

Aerasi dalam bak aerasi I dan II

Separasi air lumpur dalam bak sedimentasi

Pemastian kualitas air terhadap ikan

Sungai (COD, BOD < 100


mg/L)

53
Gambar 11. Alur pengolahan limbah dari produksi

Sumber : Lab QC PT. Indesso Aroma (2007)

Tabel 2. Nilai Baku Mutu Limbah Cair Industri


No Parameter Satuan Nilai baku mutu limbah cair
Gol. I Gol. II
1 pH 6-9 6-9
2 BOD5 Ppm 50 150
3 COD Ppm 100 300
4 TSS Ppm 200 400
 – 
5  NH3 N Ppm 1 5
-
6  Nitrat (NH3 N) Ppm 20 30
-
7  Nitrit (NH2 N) Ppm 1 3
8 Senyawa aktif biru metilen Ppm 5 10
Sumber : Lab QC PT. Indesso Aroma (2007)

E. Karakteristik Produk 

Produk   patchouli oil  yang dihasilkan oleh PT. Indesso Aroma berupa
cairan kental dengan warna kuning sampai kuning kecoklatan. Produk ini
merupakan bahan baku bagi industri kosmetik, farmasi, makanan, minuman dan
aroma terapi. Produk  patchouli oil  ini biasa dikemas di dalam metal drum dengan
kapasitas 200 kg. Pada Tabel 25 dan Tabel 26 dapat dilihat parameter yang harus
dimiliki produk   patchouli oil sebelum dipasarkan. Tabel 25 merupakan spesifikasi
 pachouli oil 868 yang berbahan baku murni crudepatchouli oil  087.

SPESIFIKASI PATCHOULI OIL P 868


Slight viscous oily liquid Slight viscous oily liquid
Acid value (titration) 0,0 – 8,0
Yellow-Brown Yellow-Brown

54
a-Copaene content (GLC) 0,00% - 0,50%
Iron content (Spectrophotometer) 0,00 ppm – 5,00 ppm
Hexylene Glycol (GLC) 0 ppm – 200 ppm
Color L (Lovibond 1 cm cell) 82,0 – 94,0
Color R (Lovibond 1 cm cell) 6,0 – 14,0
Color Y (Lovibond 1 cm cell) 60,0 – 82,0
Optical Rotation (25ºC) (-55,0) – (-48,0)
Organoleptic (odor) Organoleptic (odor)
Patchouli Alcohol Content (GLC) 30,00% - 70,00%
Refractive Index (n20/D) 1,507 – 1,512
Spesific Gravity (d25/25) 0,950 – 0,970
Tabel 25. Spesifikasi PATO 868

Tabel 26 merupakan spesifikasi pachouli oil 871 yang berbahan baku


campuran antara crudepatchouli oil  087 dan crudepatchouli oil  0861.

SPESIFIKASI PATCHOULI OIL LIGHT J 871


Slight viscous oily liquid Slight viscous oily liquid
Acid value (titration) 0,0 - 8,0
Yellow-Brown Yellow-Brown
a-Copaene content (GLC) 0,00% - 0,50%
Iron content (Spectrophotometer) 0,00 ppm - 5,00 ppm
Optical Rotation (25ºC) (-55,0) - (-48,0)
Patchouli Alcohol Content (GLC) 29,50% - 70,00%
Refractive Index (n20/D) 1,507 - 1,512
Spesific Gravity (d25/25) 0,950 - 0,970
Tabel 26. Spesifikasi PATO 871

55
V. ASPEK PENGAWASAN MUTU

Standar mutu merupakan panduan penting dalam menentukan kualitas


suatu bahan berdasarkan persyaratan tertentu. Persyaratan standar mutu minyak 
atsiri biasanya ditetukan oleh karakteristik alamiah dari masing-masing minyak 
tersebut, bahan-bahan yang tercampur didalamnya, dan bahan asing yang
tercampur didalamnya. Selain itu, faktor lain yang dapat menentukan mutu
minyak atsiri adalah sifat fisika dan kimia, seperti bilangan asam, bilangan ester,
komponen utama minyak, dan perbandingan dengan standar mutu perdagangan
yang ada (Rusli, 2010).
Pengawasan mutu (quality control ) adalah suatu tindakan atau kegiatan
sehubungan dengan keinginan untuk menghasilkan suatu produk yang baik, dapat
memuaskan konsumen dan produsen, bermutu tinggi dengan tingkat mutu yang
dapat dipertahankan untuk setiap produksinya. Pengawasan mutu yang
dilaksanakan di industri seluruhnya mengarah kepada pencapaian produk akhir 
yang sesuai dengan standar mutu produk yang berlaku dan produk yang seragam.
PT Indesso Aroma juga sangat memperhatikan mutu dari produk yang
dihasilkan. Pangsa pasar dari PT Indesso Aroma yang merupakan pasar 
internasional yang biasanya sangat sensitif terhadap mutu produk, memaksa
  perusahaan ini untuk bekerja keras menjamin mutu produk yang dihasilkan.
Untuk itu, pengawasan mutu terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh
  perusahaan ini dimulai dari bahan baku yang akan diolah, pengawasan selama
 proses produksi dan pengawasan terhadap produk akhir yang dihasilkan.

A. Pengawasan Mutu Bahan Baku


Pada proses penerimaan bahan baku dari suplier, hal pertama yang
dilakukan adalah pemeriksaan dokumen dari suplier yang berupa surat jalan. Surat
 jalan adalah surat yang dibuat suplier sebagai bukti pengiriman barang yang berisi
 Purchase Order  (PO) dari perusahaan. Surat jalan tersebut akan distempel tanggal
kedatangan, paraf, dan nama pengirimnya.
Kedatangan bahan baku diinformasikan ke bagian gudang. Bagian gudang
kemudian menginformasikan jenis bahan baku, jumlah, dan nama suplier ke
 petugas Quality Control  (QC). Petugas tersebut kemudian mengambil sampel dan

56
melakukan pemeriksaan atau inspeksi terhadap bahan baku. Tujuan dari
 pemeriksaan ini adalah untuk memastikan pasokan bahan baku telah memenuhi
standar spesifikasi yang dibutuhkan. Pemeriksaan dilakukan secara acak untuk 
semua bahan baku dengan menggunakan teknik sampling seadanya dan dalam
 jumlah sampel yang tidak dapat ditentukan.
Pemeriksaan penerimaan bahan baku meliputi data teknis, kode produksi,
kondisi kemasan, jumlah barang yang dikirim dan pemeriksaan parameter mutu
lainnya. Pemeriksaan data teknis bahan terlampir bertujuan agar dapat melakukan
  penyesuaian mutu bahan dengan standar produksi, sehingga dapat mencegah
kerusakan produk jadi. Pemeriksaan parameter mutu setiap barang berbeda, hal
tersebut tergantung pada atribut mutu masing-masing barang. Parameter 
 pemeriksaan penerimaan bahan baku berbeda untuk setiap jenis barang. Setiap
 barang memiliki standar penerimaan tersendiri. PT Indesso telah memiliki standar 
tersendiri terhadap setiap bahan baku yang diterima. Untuk  Crude Patchouli oil 
yang merupakan bahan baku dari patchouli oil  standar yang dipakai adalah:

Adulterant (Fat) Adulterant (Fat)


Slight viscous oily liquid Slight viscous oily liquid
Acid value (titration) 0,0 - 8,0
Pale Yellow - Reddish
Brown Pale Yellow – Reddish Brown
a-Copaene content (GLC) 0,0% - 0,5%
Hexylene Glycol (GLC) 0 ppm - 150 ppm
Optical Rotation (25ºC) (-55,0) - (-48,0)
Organoleptic (odor) Organoleptic (odor)
Patchouli Alcohol Content
(GLC) 30,00% - 70,00%
Refractive Index (n20/D) 1,507 - 1,512
Spesific Gravity (d25/25) 0,950 - 0,970
Solubility in 10 parts vol. 90%
Soluble in 10 parts vol. 90% alcohol
Tabel 27. Standar  Crude Patchouli oil 

B. Pengawasan Mutu Proses Produksi

57
Pemeriksaan parameter produksi bertujuan memantau konsistensi proses
  produksi. Pemeriksaan parameter produksi dilakukan dengan membandingkan
keadaan aktual suatu tahapan proses dengan parameter standar proses. Kegiatan
ini meliputi proses pendataan keadaan aktual tahapan proses produksi dengan
menggunakan   process production checklist form. Hasil pendataan merupakan
gambaran keadaan aktual proses produksi.

Pemeriksaan parameter produksi dilakukan setiap hari selama


 berlangsungnya produksi dan dilakukan pada setiap tahapan proses untuk semua
  produk, mulai dari tahapan pemasukan bahan baku sampai pada tahapan
 pengemasan. Pendataan keseluruhan tahapan proses produksi dicatat pada bacth
sheet secara kontinyu untuk setiap batch produksi. Jam dan batch untuk setiap
tahapan proses pemeriksaan parameter produksi harus terdokumentasi dengan
 baik dan jelas. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan proses pelacakan
 jika terjadi suatu kesalahan pada proses produksi.

Pendataan awal pada pemeriksaan parameter produksi dimulai pada tahap


  pemeriksaan terhadap kesiapan operator, peralatan produksi, dan bahan baku,
misalnya untuk operator apakah sudah memenuhi standar, untuk peralatan
 produksi apakah sudah lulus uji dari bagian QC dan maintenance, dan untuk 
 bahan baku berapa formulasi yang dipakai untuk membuat produk tersebut.

Setelah tahap persiapan alat dan bahan selesai, pemeriksaan dilakukan


saat pemasukan bahan baku. Pada pemeriksaan bahan baku, ketepatan bahan yang
digunakan dengan karakteristik yang diminta oleh vendor dan sesuai dengan yang
telah ditetapkan perusahaan akan menentukan karakteristik produk akhir. Selain
dari segi ketepatan jumlan bahan bakunya sendiri, kondisi saat pemasukkan bahan
 baku juga harus diperhatikan. Untuk produk  patchouli oil  ini mensyaratkan bahan
 baku masuk dalam keadaan vakum. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi proses lain
yang tidak diinginkan yang nantinya akan berpengaruh terhadap produk yang
dihasilkan, begitu juga saat pemasukan bahan tambahan. Pemeriksaan ini diawali
dengan memastikan semua kondisi dari valve dari alat dalam keadaan tertutup.
Proses pemeriksaan tersebut perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran selama
  proses dan menghindari terhentinya proses produksi karena kondisi alat yang

58
tidak siap. Setelah bahan baku crude masuk ke dalam reaktor pemeriksaan pada
valve juga dilakukan untuk memastikan kondisinya tertutup kecuali pada valve
atmosfer yang sengaja dibuka untuk menciptakan kondisi atmosfer. Setelah
kondisi atmosfer dan direaksikan dengan citric acid , pemeriksaan kembali ke
 bagian quality control . Dicek apakah kandungan Fe < 5 ppm, jika reproses maka
lanjutkan reaksi cek PDP 1 (Pemeriksaan Produk Dalam Proses 1).

Gambar. Pemeriksaan pada quality control 

Tahap selanjutnya adalah pemasukan bahan tambahan sodium karbonat,


  bahan ini dimasukan juga dengan sistem vakum. Sebelum dilakukan reaksi
karbonat kondisi valve kembali diperiksa untuk memastikan semua valve dalam
keadaan tertutup, kecuali untuk valve atmosfer. Setelah bahan tambahan karbonat
masuk dan direaksikan ke dalam reaktor, drain dilakukan ke dalam vessel untuk 
memeriksa apakah padatan ikut keluar sebelum dilanjutkan drain langsung ke
dalam unicube. Sebelum di drain dilakukan pemeriksaan kembali ke bagian
quality control  yang dinamakan PDP 2 (Pemeriksaan Produk Dalam Proses 2), di
cek apakah kadar asam berada diantara pH 0 hingga 8 dengan menggunakan
 proses titrasi.

Tahap terakhir merupakan tahap penyaringan minyak menggunakan


klico, pada tahap ini harus dicatat selama berapa kali minyak disaring
menggunakan klico, berapa banyak, dan berapa jumlahnya. Pemeriksaan
dilakukan berulang kali untuk memastikan apakah minyak yang dihasilkan sudah
  jernih. Pemeriksaan dalam proses terakhir adalah PDP 3, dimana pemeriksaan
dilakukan dengan cara manual oleh operator apakah masih keruh dan kotor. Jika
minyak masih terlihat keruh atau kotor maka filtrasi dilakukan kembali dan begitu
seterusnya.

59
C. Pengawasan Mutu Produk Akhir
Pengawasan terhadap produk akhir meliputi pengawasan terhadap
kesesuaian spesifikasi produk dengan permintaan dari vendor. Setelah
 pemeriksaan dilakukan beberapa tahap yaitu pada saat proses atau disebut PDP
(Pemeriksaan Produk Dalam Proses), pemeriksaan keseluruhan dari produk 
tersebut juga dilakukan sebelum produk dikemas atau disebut PDA (Pemeriksaan
Produk Dalam Akhir). Pengecekan kembali dilakukan oleh bagian quality control 
(QC) meliputi:

SPESIFIKASI PATCHOULI OIL P 868


Slight viscous oily liquid Slight viscous oily liquid
Acid value (titration) 0,0 – 8,0
Yellow-Brown Yellow-Brown
a-Copaene content (GLC) 0,00% - 0,50%
Iron content (Spectrophotometer) 0,00 ppm – 5,00 ppm
Hexylene Glycol (GLC) 0 ppm – 200 ppm
Color L (Lovibond 1 cm cell) 82,0 – 94,0
Color R (Lovibond 1 cm cell) 6,0 – 14,0
Color Y (Lovibond 1 cm cell) 60,0 – 82,0
Optical Rotation (25ºC) (-55,0) – (-48,0)
Organoleptic (odor) Organoleptic (odor)
Patchouli Alcohol Content (GLC) 30,00% - 70,00%
Refractive Index (n20/D) 1,507 – 1,512
Spesific Gravity (d25/25) 0,950 – 0,970
Tabel 28. Standar pada Produk Akhir 

Setelah produk dinyatakan sesuai standar maka  patchouli oil  siap untuk 
difilling ke dalam drum yang terbuat dari metal berukuran masing-masing 209 L
dengan head space sebesar 5 – 10% dari isi drum. Karena untuk tujuan ekspor,
  pada bagian luar drum diberi keterangan dengan cat seal yang tidak mudah
luntur, yaitu nama barang, negara asal produk, nama perusahaan, berat netto, berat
 bruto, negara tujuan dan keterangan yang diperlukan.

60
VI. PEMBAHASAN

Proses produksi minyak nilam di Indonesia banyak memiliki kelemahan dari


teknologi yang digunakan. Teknik penyulingan minyak nilam yang selama ini
diusahakan para petani masih dilakukan secara sederhana dan belum
menggunakan teknik penyulingan secara baik dan benar. Rusli (1991) menyatakan
 bahwa minyak nilam yang dihasilkan oleh petani pengrajin bermutu rendah, hal
ini disebabkan karena cara penyulingan yang dilakukan masih kurang memenuhi
syarat, selain itu ketel yang digunakan untuk menyuling tanaman nilam berupa
drum bekas yang sudah berkarat sehingga terjadi pengotoran oleh karat tersebut
akibatnya minyak yang dihasilkan berwarna kehitaman. Teknik penyulingan
sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan minyak. Selain itu,
  penanganan hasil setelah produksi belum dilakukan secara maksimal, seperti
wadah yang tidak sesuai dan penyimpanan yang tidak benar sehingga terjadi
reaksi yang tidak diinginkan, seperti oksidasi, hidrolisis, dan polimerisasi
(resinifikasi).

Biasanya minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih gelap dan berwarna
kehitaman atau sedikit kehijauan akibat kontaminasi dari logam Fe dan Cu,
minyak yang terbakar maupun resinifikasi. Hal ini akan berpengaruh terhadap
sifat fisika kimia minyak (Hernani dan Marwati, 2006). Selain itu, minyak yang
 berwarna gelap dapat menyebabkan rendahnya harga minyak sehingga tidak dapat
diekspor karena bermutu rendah dan tidak memenuhi standar perdagangan atau
Standar Nasional Indonesia (SNI). Sukirman dan Aiman (1979) menyatakan
  bahwa jenis logam yang paling baik digunakan untuk ketel suling adalah besi
yang tahan karat karena bahan ini mampu menyuling bahan baku yang bersifat
asam tanpa mampu mengakibatkan korosi. Alat penyulingan yang terbuat dari
logam (Fe dan Al) dapat mengakibatkan minyak yang dihasilkan berwarna gelap
dan mempunyai bilangan asam yang tinggi (Rusli dan Hasanah, 1977).

61
Penyebab timbulnya warna dalam minyak atsiri adalah zat warna alamiah
yang terdapat dalam bahan yang mengandung minyak, dan ikut terekstrak 
 bersama minyak pada proses ekstraksi, atau warna yang timbul sebagai hasil
reaksi antar komponen, degradasi dari zat warna alamiah dan reaksi senyawa
dalam minyak dengan ion logam (Karmelita, 1991).
Berdasarkan permasalahan tersebut, strategi pengembangan yang harus
dilakukan adalah menerapkan teknologi pemurnian minyak yang tepat untuk 
memperoleh mutu minyak nilam terstandar. Pemurnian minyak merupakan salah
satu cara dalam meningkatkan stabilitas dan mutu minyak atsiri selama
  penyimpanan dan pengangkutan. Pemurnian merupakan salah satu tingkat
 pengolahan minyak yang bertujuan untuk memisahkan zat warna yang terdapat
dalam minyak (Ketaren, 1985). Secara umum yang dimaksud pemurnian adalah
menghilangkan bahan/benda asing yang mengotori suatu zat/senyawaan. Pada
minyak atsiri bahan yang mengotori antara lain adalah debu, oksida logam (karat),
resin dan sebagainya yang terlarut, terdisperasi atau teremulsi di dalam minyak 
(Ketaren, 1985).
Pemucatan adalah salah satu teknik pemurnian pada minyak nilam. Menurut
Guenther (1987), pemucatan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk 
memisahkan zat warna yang tidak dikehendaki yang berada dalam minyak.
Berdasarkan sifatnya pengerjaan proses ini dibedakan menjadi dua cara, yaitu
fisika dan kimia (Kirk dan Othmer, 1985). Untuk proses fisika dari segi biaya
akan jauh lebih mahal daripada proses kimia. Salah satu pemurnian menggunakan
cara kimia adalah dengan senyawa pembentuk kompleks. Menurut Kirk dan
Othmer (1965), senyawa pembentuk kompleks merupakan sejenis molekul
organik dan anorganik (ligan) yang menyebabkan sebuah ion logam memiliki
lebih dari satu posisi, misalnya melalui dua atau lebih grup elektron donor dalam
ligan. Pembentukan senyawa kompleks dapat terjadi jika ada reaksi antara ion
logam yang dinamakan ion inti dengan komponen-komponen lain yang disebut
ion negatif atau molekul yang disebut ligan. Dalam pembentukan senyawa
kompleks ligan akan mengikat ion logam melalui ikatan koordinat kovalen,
dimana yang bertindak sebagai donor elektron disini adalah ligan. Senyawa
kompleks yang terbentuk bisa bermuatan negatif, positif, atau nol.

62
Senyawa pembentuk kompleks dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
 berdasarkan jumlah grup koordinasi yang dihasilkan dan jumlah cincin pengikat
yang dapat terbentuk dengan ion logam. Senyawa ini berfungsi untuk mengurangi
aktivitas ion-ion logam didalam produk, menghilangkan ion-ion logam yang
membentuk endapan yang tidak diinginkan dan mengurangi sifat racun dari ion
logam beracun. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pembentuk kompleks
adalah asam sitrat, asam oksalat, asam tartarat, asam glukonat, asam etilen diamin
tetra asetat (EDTA), asam nitrotriasetat (NTA), polifosfat, poliamin, dan asam
isoaskorbat (Kirk dan Othmer, 1965).

Asam sitrat atau β-3-hidroksi trikarbosiklis, 2-hidroksi-1,2,3-propana


trikarbosiklis, mempunyai rumus kimia C 6H8O7. Sifat dari asam sitrat adalah agen
  pengkelat (chelating agent ) dimana senyawa ini dapat mengikat logam-logam
divalen atau lebih, seperti Mn, Mg dan Fe yang sangat diperlukan sebagai
katalisator dalam reaksi oksidasi sehingga reaksi ini dapat dihambat dengan
 penambahan asam sitrat (Winarno dan Laksmi, 1974).

Adanya ion logam Fe2+ dalam minyak nilam akan bereaksi dengan asam
organik membentuk senyawa organologam. Senyawa organologam ini dapat
dipisahkan dari minyak dengan penambahan asam sitrat . Jika suatu partikel padat
telah terpisah secara sempurna dan bereaksi secara elektrolik, maka partikel-
  partikel tersebut akan saling tolak menolak dan tetap terpisah. Jika senyawa
dengan muatan yang berbeda seperti flokulan ditambahkan ke dalam campuran
tersebut, maka partikel-partikel yang telah terpisah akan membentuk, maka
 partikel-partikel yang telah terpisah akan membentuk kumpulan yang lebih besar 
dan lebih cepat mengendap.

Menurut Petterson (1992) di dalam (Ragina F. S., 2002), penambahan


asam sitrat sebesar 0.05% b/b terhadap bobot minyak dalam bentuk larutan 50%
dalam air sesaat sebelum penambahan adsorban akan sangat nyata meningkatkan
aktivitas penyerapan logam oleh adsorban tersebut. Bahkan penggunaan asam
sitrat dengan jumlah seperlima dari konsentrasi di atas aktivitas penyerapan
cukup efektif. Pada metode ini logam yang telah terkompleks bersama asam sitrat
menjadi lebih efektif diadsorpsi oleh adsorban.

63
SPESIFIKASI MINYAK NILAM YANG DIBELI
Adulterant (Fat) Adulterant (Fat)
Slight viscous oily liquid Slight viscous oily liquid
Acid value (titration) 0,0 - 8,0
Pale Yellow - Reddish Brown Pale Yellow – Reddish Brown
Iron content < 10 ppm
a-Copaene content (GLC) 0,0% - 0,5%
Hexylene Glycol (GLC) 0 ppm - 150 ppm
Optical Rotation (25ºC) (-55,0) - (-45,0)
Organoleptic (odor) Organoleptic (odor)
Patchouli Alcohol Content
(GLC) 30,00% - 80,00%
Refractive Index (n20/D) 1,507 - 1,512
Spesific Gravity (d25/25) 0,950 - 0,970
Solubility in 10 parts vol. 90%
Soluble in 10 parts vol. 90% alcohol

Tabel 29. Spesifikasi Minyak Nilam Awal

Pada Tabel di atas ditampilkan karakteristik minyak nilam sebelum


  pemurnian. Terdapat perbedaan karakteristik antara minyak nilam sebelum
 pemurnian dengan mutu yang dipersyaratkan pada tabel 28 terutama pada warna,
kejernihan, putaran optik dan kadar besi di dalam minyak. Warna minyak yang
gelap menyebabkan tingkat kejernihan minyak sangat rendah, dan hal ini
disebabkan oleh kandungan besi yang tinggi. Menurut Brahmana (1991), warna
gelap pada minyak nilam disebabkan oleh kandungan besi. Rusli (2002)
 berpendapat bahwa kontaminasi oleh besi terjadi selama proses penyulingan yang
menggunakan ketel yang terbuat dari logam besi, seperti drum atau plat besi.
Payne (1964) mengatakan bahwa ion logam selain secara langsung dapat
menimbulkan warna, juga dapat memacu reaksi oksidasi yang menghasilkan
senyawa pembentuk warna dari gugus >C=C< atau >C=O dengan ikatan rangkap
yang terkonyugasi.

64
Warna gelap menyebabkan rendahnya kejernihan serta nilai putaran optik 
yang tidak terukur. Warna dan kekeruhan merupakan parameter yang mudah
tampak, oleh karena itu keduanya sangat mempengaruhi penerimaan konsumen
dan dapat menurunkan mutunya. Menurut Ketaren (1985) dan Rusli (1991)
minyak atsiri yang berwarna gelap dapat dimurnikan dengan cara penyulingan
ulang (redistilasi) atau dengan cara pengkelatan, namun menurut Rusli (2003)
metode pengkelatan lebih mudah dan lebih menguntungkan dibanding cara
 penyulingan ulang.
Pengkelatan merupakan proses pengikatan logam dalam suatu cairan oleh
suatu senyawa yang memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas. Pengikatan
ion logam tersebut menyerupai penjepitan (pengkelatan), senyawa yang menjepit
disebut senyawa pengkelat (chelating agent) dan ion logam dinamakan ion pusat,
karena berada dititik pusat. Mekanisme pengkelatan ini terjadi karena adanya
 penggunaan elektron bersama (sharing electron) antara ion logam dan ion bahan
  pengkelat, sehingga terbentuk senyawa kompleks antara logam dengan bahan
  pengkelat (Werner, 1984 dan Haryadi, 1994). Proses pengikatan logam
merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa
 pengkelat. Berarti proses pengkelatan dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang
ada. Secara umum keseimbangan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :

.
Gambar. Reaksi saat proses deironized  secara umum

Kejernihan merupakan parameter utama yang ingin dicapai oleh proses


  pemurnian karena kejernihan merupakan indikator yang menunjukan tinggi
rendahnya kandungan bahan pengotor di dalam minyak nilam. Untuk mencapai
kejernihan ini, logam Fe harus dikurangi dengan menggunakan bahan pengkelat.
Pada proses ini digunakan asam sitrat sebagai bahan pengkelat. Keasaman asam
sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas  proton

65
dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Ion sitrat
dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk  garam sitrat.

Setelah kadar Fe turun karena ion logam Fe sudah terikat dengan ion sitrat
menjadi garam yang mengendap pada minyak. Proses selanjutnya adalah
mengubah suasana pada minyak agar pH menjadi netral. Akibat dari penambahan
asam sitrat pH  patchouli oil  menjadi naik, untuk membuat pH tetap stabil maka
 perlu direaksikan dengan garam yang bersifat basa. Natrium bikarbonat adalah
senyawa kimia dengan rumus NaHCO3. Dalam penyebutannya kerap disingkat
menjadi bicnat. Senyawa ini termasuk kelompok  garam yang bersifat basa dan
telah digunakan sejak lama. Senyawa ini disebut juga baking soda (soda kue),
sodium bikarbonat, natrium hidrogen karbonat, dan lain-lain. Senyawa ini
merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk. Proses yang terjadi
dinamakan netralisasi, jika digambarkan adalah sebagai berikut :

Garam Sitrat (Asam) + Garam Sodium Bikarbonat (Basa) pH netral

Gambar 14. Natrium Bikarbonat

Setelah melalui proses deironized  dan netralisasi, proses selanjutnya


adalah filtrasi minyak dilakukan dengan menggunakan klico yang telah dilapisi
dengan precoat hyflo Supercell . Precoating merupakan proses pelapisan filter aid
sebelum masuk ke filter press sehingga akan terbentuk pori-pori penyaringan
kotoran yang memiliki ukuran sangat kecil. Dengan penyaringan ini minyak nilam
akan terbebas dari kotoran. Menurut Huisman (1994), filtrasi adalah suatu proses
 pemisahan zat padat dari fluida yang membawanya menggunakan suatu medium
 berpori atau bahan berpori lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat
halus yang tersuspensi dan koloid. Filtrasi dilakukan secara berulang-ulang
menggunakan pompa gould sampai didapat warna minyak yang diinginkan.

66
Gambar 15. Klico untuk menyaring garam pada patchouli oil 

Setelah proses filtrasi, minyak kembali dimasukan kedalam unicube untuk 


menuju ke proses aerasi. Proses aerasi ini dilakukan didalam tangki berpengaduk 
yang dilengkapi dengan jaket dan coil. Proses aerasi menggunakan udara tekan,
nitrogen, dan panas ini digunakan untuk mempercepat reaksi sehingga
organoleptik lebih cepat muncul dan menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan
(contoh : terpen yang akan mempercepat proses oksidasi). Metode penghilangan
senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan terhadap minyak atsiri yang akan
digunakan dalam pembuatan parfum, karena minyak yang dihasilkan akan
memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al., 2002; Sait dan Satyaputra,
1995). Setelah minyak mengalami proses aerasi, minyak siap didrain keluar 
menggunakan pompa vakum untuk kemudian disimpan ke dalam unicube-
unicube.

Gambar 16. Tempat menampung  patchouli oil (unicube )

67
Penyimpanan minyak nilam dalam unicube ini bertujuan untuk penyimpanan
sementara sebelum minyak dilakukan proses mixing  dan pengemasan.
Minyak nilam yang telah diproses atau  patchouli oil light  yang tersimpan
dalam unicube-unicube dimasukan kembali kedalam reator aerasi menggunakan
  pompa vakum. Pengadukan dilakukan selama 1 jam, kemudian minyak nilam
dilakukan pemeriksaan ke bagian quality control. Setelah lulus uji minyak siap
dikemas kedalam drum yang terbuat dari metal berukuran masing-masing 200 kg.
Pada proses ini tidak semua minyak dapat dikemas, jika kurang dari 200 kg
minyak akan ditampung ke dalam unicube untuk dicampurkan ke dalam batch
selanjutnya. Nita (2007) menyatakan bahwa minyak nilam yang dihasilkan
disimpan dalam wujud cairan, dikemas dalam drum bersih, kering, keadaan baik,
  berat netto 200 kg dengan head space sebesar 5 – 10% dari isi drum. Drum
 penyimpanan minyak nilam harus terbuat dari alumunium atau plat timah putih
atau plat besi yang berlapis timah putih, plat besi yang galvanis atau yang
didalamnya dilapisi dengan lapisan yang tahan minyak nilam. Untuk tujuan
ekspor, pada bagian luar drum harus diberi keterangan dengan cat yang tidak 
mudah luntur, yaitu nama barang, negara asal produk, nama perusahaan, berat
netto, berat bruto, negara tujuan dan keterangan yang diperlukan.

VII. KESIMPULAN

Produksi minyak nilam Indonesia tidak stabil dan mutunya tidak tetap serta
 beragam. Tidak stabilnya produksi dan mutu minyak nilam Indonesia disebabkan
karena maraknya praktek pemalsuan dan pencampuran dan teknologi
  pengolahannya yang belum berkembang dengan baik. Sebagian penyulingan
minyak nilam masih menggunakan alat penyuling yang terbuat dari logam besi,
hal ini menyebabkan minyak nilam yang dihasilkan berwarna gelap dan keruh.
Oleh karena itu diperlukan penyeragaman mutu minyak nilam melalui proses
  pemurnian. PT. Indesso Aroma melakukan pemurnian melalui beberapa tahap.

68
Selama proses pemurnian minyak nilam harus benar-benar diperhatikan agar 
reaksi dapat berjalan secara efektif dan efisien serta rendemen yang dihasilkan
tinggi. Pada dasarnya tahapan pemurnian nilam sangatlah sederhana yaitu proses
 pengikatan ion Fe oleh ion sitrat, netralisasi dengan sodium bikarbonat, kemudian
sisa garam disaring menggunakan klico, dan untuk mempercepat munculnya
aroma dari minyak nilam ditambahkan proses aerasi. Agar produk yang dihasilkan
sesuai dengan keinginan dari pemesan (vendor) maka selama jalannya proses
mulai dari penerimaan bahan baku dengan memeriksa standar bahan baku yang
diterima, memeriksa proses produksi yang berlangsung dan memeriksa produk 
yang dihasilkan. Selain melakukan pemeriksaan oleh quality control   juga
dilakukan pencatatan dalam sebuah batchsheet  sehingga dokumentasi yang
dilakukan lebih rapi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1980. Hasil Penelitian Minyak Nilam. Komunikasi No. 21. Periode
1979/1980. Balai Penelitian Kimia, Aceh.

Brahmana HR. 1991. Pengaruh Penambahan Minyak Kruing dan Besi Oksida
terhadap Mutu Minyak Nilam ( patchouly oil ). Komunikasi Penelitian 3(4):
 p.330-341.

69
Dunmond, H.M., 1960.   Patchouli oil . Journal of Perfumery and Essential Oil
Record. 484-492 p.

Formo, M. W. 1978. Physical Properties of Fats and Fatty Acids. di dalam D.


Swern (ed.). Bailey’s Industrial Oil and Fats Products. John Willey and
Sons, New York.

Furia. S dan Bellanca. 1975. In vitro evaluation of antioxidant activity of essential


oils and their components. Flavour and Fragrance Journal, 15, 12-16.

Guenther, E. 1948. The Essential Oils. Volume I. Robert E. Krienger Publishing


Company, New York.

Guenther, E. 1948. The Essential Oils. Volume IV. Robert E. Krienger Publishing
Company, New York.

Imran. 1994. Pengaruh Peubah Lingkungan Fisik Terhadap Pertumbuhan, Hasil


dan Kandungan Minyak Nilam ( Pogostemon cablint Bent ). Tesis. Fateta-
IPB, Bogor.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. PN Balai Pustaka, Jakarta.


293p.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Penerbit Balai Pustaka,


Jakarta.

Lutony, T.L dan Y. Rahmayanti. 1994. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Penebar Swadaya, Jakarta.

Mangun, M.S.H. 2005. Nilam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mardiningsih, T. L., Wikardi, E. A, Wiratno dan Ma’mun. 1998. Nilam Sebagai


Bahan Baku Insektisida Nabati. Monograf Nilam. Balai Besar Tanaman
Rempah dan Obat. Bogor.

  Nita. 2007. Minyak Nilam Sebagai Bahan Parfum. http://ikm.depperin.go.id/


Publikasi.
Payne. 1964. Organic Coating Technology. John Wiley & Sons. New York. 220p.

70
Rusli, S dan M. Hasanah. 1976. Cara Penyulingan Daun Nilam Mempengaruhi
Rendemen dan Mutu Minyaknya. Pemberitaan No. 24. Lembaga
Penelitian Industri, Bogor.

Rusli, S. I.M. Tasma, Pandji L dan Kemala. 1979. Potensi, Budidaya, Mutu, dan
Paket Usaha Beberapa Jenis Tanaman Minyak Atsiri. Makalah Temu
Tugas Perkebunan. Balai Besar Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Rusli, S. 1991. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dan Daun Cengkeh. Prosiding
Pengembangan Tanaman Atsiri di Sumatera, Bukittinggi, 4 Agustus 1991,
Bogor. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat: p.89-96.

Rusli, S. 2002. Diversifikasi Ragam dan Peningkatan Mutu Minyak Atsiri.


Makalah Workshop Nasional Minyak Atsiri. Deperindag. Jakarta. 13p.

Rusli, S. 2003. Teknologi Penyulingan dan Penanganan Minyak Bermutu Tinggi.


Booklet Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : 18p.

Sastroamidjojo. B. 2002. Isolasi, Identifikasi, dan Sintesis Turunan Patchouli


Alkohol dari Minyak Nilam. Tesis fakultas Pasca Sarjana. Yogyakarta :
UGM

71

Anda mungkin juga menyukai