Anda di halaman 1dari 47

AKUNTANSI KEUANGAN 1 0/47

2019
MODUL PRAKTEK
<KA164336 – AKUNTANSI KEUANGAN I>

1. Rekonsiliasi Bank
2. Kas Kecil
3. Piutang
4. Surat Berharga
5. Aktiva Tetap

Penyusun :
ARISMAN, S.E.,M.S.Ak

PROGRAM DIPLOMA III


KOMPUTER AKUNTANSI
POLITEKNIK JAMBI
AKUNTANSI KEUANGAN 1 1/47

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan atas segala nikmat,
hidayah dan anugerah yang telah diberikan kami, sehingga kami masih diberikan nikmat
kesehatan dan kekuatan untuk bisa menyelesaikan pembuatan modul praktek Akuntansi
Keuangan I Program Studi Diploma III Akuntansi Politeknik Jambi. Tidak lupa pula kami
ucapkan solawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW, semoga keselamatan
selalu menyertai kita semua. Amin. Modul Akuntansi biaya I ini merupakan modul praktek
yang bertujuan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menghitung biaya dalam
produksi karena modul ini akan lebih mendorong kemampuan harga pokok produksi
Dalam melaksanakan praktek ini, mahasiswa dituntut untuk dapat mengerjakan setiap
langkah kerja yang diberikan. Selain itu praktikan dituntut untuk dapat memahami setiap
langkah kerja serta dapat membuat perhitungan dari rumus yang diberikan di teori dan
langsung mengaplikasikannya sewaktu praktek. Pada kesempatan kali ini, kami penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya ke semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian modul praktek ini, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Akhir kata, semoga semua usaha yang dilakukan dapat berkontribusi pada
dihasilkannya lulusan Program Studi Diploma III Akuntansi Politeknik Jambi.>

Jambi, September 2019

Tim Penyusun
AKUNTANSI KEUANGAN 1 2/47

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
TATA TERTIB PENGGUNAAN LABORATORIUM......................................................3
1. Peraturan Umum......................................................................................................3
2. Peraturan Dosen Pengajar.......................................................................................3
3. Peraturan Mahasiswa...............................................................................................4
4. Tugas dan Laporan...................................................................................................6
5. Penilaian.....................................................................................................................6
6. Panduan Umum Keselamatan Kerja Dan Penggunaan Alat................................6
JOB SHEET PRAKTIKUM <1,2 dst>...............................................................................8
JOB SHEET PRAKTIKUM <1,2 dst>.............................................................................10
FORMAT LAPORAN........................................................................................................12
AKUNTANSI KEUANGAN 1 3/47

TATA TERTIB PENGGUNAAN LABORATORIUM


POLITEKNIK JAMBI

1. Peraturan Umum
1. Laboratorium adalah hak dan tanggung jawab dari Ketua Laboratorium yang
bersangkutan.
2. Dosen dan mahasiswa wajib berkoordinasi dan meminta izin kepada Ketua
Laboratorium (minimal secara lisan).
3. Ketua Lab berhak memberhentikan proses pembelajaran apabila terjadi ketidak
sesuaian pada saat proses belajar mengajar (baik dari Dosen yang bersangkutan
ataupun dari Mahasiswa).
4. Penggunaan Labaratorium untuk proses belajar mengajar hanya dapat digunakan
sesuai dengan jadwal praktikum yang berlaku.
5. Penggunaan Laboratorium diluar jam kerja/jadwal termasuk SP harus membuat Surat
Pengajuan Izin serta keperluan Praktikum ke Ketua Laboratorium melalui KPS.
6. Rincian penggunaan Laboratorium tertera pada Jadwal Penggunaan Laboratorium
yang telah di buat oleh Ketua Lab dan diketahui KPS.
7. Peminjaman alat dan bahan akan dilayani jika pengajar yang bersangkutan sudah
hadir. Jika belum hadir maka peminjaman hanya dapat dilayani apabila pengajar yang
bersangkutan sudah melakukan konfirmasi ke Ketua Lab ataupun mahasiswa
membawa surat rekomendasi dari Pengajar/Dosen.
8. Sebelum Proses Kegiatan Belajar Mengajar berlangsung, alat dan bahan di pastikan
telah siap dan dapat di gunakan dengan berkoordinasi antara Dosen Pengajar dengan
Kepala Lab terkait.
9. Dilarang keras merokok, membawa makanan/minuman atau sejenisnya kedalam
Laboratorium.

2. Peraturan Dosen Pengajar


1. Dilarang keras membawa peralatan yang membahayakan diri sendiri maupun
mahasiswa lain.
2. Hadir di Laboratorium sebelum praktikum dimulai (waktu yang telah ditentukan
sesuai jadwal yang berlaku)
3. Pada saat praktikum harus memakai baju praktikum sebagai mana aturan yang
berlaku, atau yang disediakan oleh Ketua Laboratorium
4. Wajib memakai sepatu.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 4/47

5. Menyediakan bahan ajar atau modul sendiri sesuai dengan pembelajaran yang
diperlukan, yang sudah di seragamkan melalui Template Modul Praktikum di Lab
terkait (untuk kegiatan Lab reguler).
6. Wajib menjaga dan mengarahkan mahasiswa untuk menjaga kebersihan dan ketertiban
di Laboratorium, serta mematuhi peraturan yang telah dibuat.
7. Apabila meminjam alat/bahan, wajib mengarahkan mahasiswa untuk mengisi Form
Peminjaman Alat/Bahan yang telah disediakan oleh Ketua Laboratorium yang
bersangkutan.
8. Wajib memperhatikan mahasiswa disaat melakukan praktikum dan mengarahkan
sesuai dengan modul dan pembelajaran.
9. Apabila menjumpai kesalahan, kerusakan, atau ketidak sesuaian dengan buku petunjuk
praktikum/modul praktikum, diharapkan dapat mengkondisikan Laboratorium agar
tetap tertib dan aman.
10. Memperhatikan dan mengkondisikan jika terjadi kerusakan atau kehilangan alat yang
disebabkan oleh kesalahan/kelalaian mahasiswa dan memastikan kepada kelompok
tersebut untuk bertanggung jawab, dan kelompok/mahasiswa tersebut tidak
diperkenankan mengikuti praktek sebelum menyelesaikan tanggung jawabnya.
11. Setiap selesai melaksanakan praktek, wajib mengarahkan mahasiswa untuk
mengembalikan alat-alat yang digunakan dan melarang mahasiswa meninggalkan
Laboratorium sebelum mahasiswa tersebut menyelesaikan pengembalian alatnya.

3. Peraturan Mahasiswa
1. Dilarang keras membawa peralatan yang membahayakan diri sendiri, Dosen, maupun
mahasiswa lain.
2. Sudah hadir di Laboratorium sebelum praktikum dimulai.
3. Wajib memakai baju/Jas/Almamater praktikum pada saat masuk ke Laboratorium
praktikum (jika tidak memakai baju/Jas/Almamater praktikum tidak diizinkan masuk
Laboratorium).
4. Wajib memakai sepatu dan memakai baju kemeja.
5. Tidak dibenarkan menggunakan alat komunikasi selama praktikum & harus
dimatikan/di-silent, kecuali diperkenankan oleh dosen pengajar. Jika ada keperluan
mendesak harus atas izin Dosen pengajar yang bersangkutan atau Ketua Lab.
6. Selama berada di Laboratorium, mahasiswa tidak dibenarkan untuk duduk atau naik di
atas meja Praktikum.
7. Tidak dibenarkan mendengarkan Radio, MP3, dan sejenisnya pada saat proses
Praktikum, kecuali sesuai dengan pembelajaran di Laboratorium
AKUNTANSI KEUANGAN 1 5/47

8. Laboratorium hanya dapat digunakan jika pengajar yang bersangkutan sudah hadir
atau pengajar yang bersangkutan sudah melakukan konfirmasi ke Teknisi
Laboratorium.
9. Membawa dan menyediakan sendiri alat-alat tulis/gambar yang diperlukan.
10. Untuk setiap praktek sudah disediakan alat, tempat, dan bahan masing-masing yang
tidak boleh diubah, duganti, atau ditukar kecuali atas intruksi Dosen yang
bersangkutan dan dibantu oleh Ketua Lab.
11. Bagi yang akan/sedang praktikum diwajibkan membawa buku petunjuk
praktikum /modul praktikum yang sesuai dengan materi pembelajaran di
Laboratorium.
12. Dilarang keras mencoret-coret di Laboratorium dan wajib menjaga kebersihan
Laboratorium.
13. Apabila meminjam alat/bahan, wajib mengisi Form Peminjaman Alat/Bahan yang
telah disediakan oleh Teknisi Laboratorium
14. Setelah selesai menyusun rangkaian sesuai dengan buku petunjuk praktikum, segera
melapor ke Dosen/Ketua Lab, dan dilarang menghubungkan rangkaian dengan sumber
tegangan sebelum mendapat izin dari Dosen/Ketua Lab yang bersangkutan.
15. Apabila menjumpai kesalahan, kerusakan, atau ketidaksesuaian dengan buku petunjuk
praktikum/modul praktikum, mahasiswa harus segera melapor pada Dosen/Ketua Lab
yang bersangkutan.
16. Kerusakan/kehilangan alat yang disebabkan oleh kesalahan/kelalaian mahasiswa
menjadi tanggung jawab kelompok/mahasiswa tersebut, dan kelompok/mahasiswa
tersebut tidak diperkenankan mengikuti praktek sebelum menyelesaikan tanggung
jawabnya.
17. Mahasiswa bertanggung jawab penuh terhadap peralatan, bahan dan fasilitas
Laboratorium selama proses praktikum
18. Setiap selesai melaksanakan praktek, diwajibkan mengembalikan alat-alat yang
digunakan dan dilarang meninggalkan ruangan Laboratorium sebelum mendapat izin
dari Dosen /Ketua Lab Laboratorium yang bersangkutan.

4. Tugas dan Laporan


1. Tugas dan laporan ditulis tangan diatas kertas A4, 70 gsm dengan ballpoint
berwarna biru.
2. Setiap praktikan diharuskan membuat laporan pendahuluan sebelum memulai
pelaksanaan praktek.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 6/47

3. Laporan pendahuluan berisikan (Dasar teori/ teori singkat) dari setiap materi
praktek minimal 5 lembar.
4. Sebelum memulai praktek, akan dilakukan pre-test pendahuluan berupa
pertanyaan tujuan praktek, pengenalan alat dan bahan serta teori singkat.
5. Setiap tugas dan laporan harus mencantumkan nama kelompok, nama
praktikan, NIM praktikan, tanggal praktek dan topik praktek.

5. Penilaian
1. Kehadiran : 10 %
2. Tes pendahuluan/ kesiapan praktikan : 10 %
3. Laporan praktek : 50 %
4. Keaktifan kegiatan Praktek : 30 %

6. Panduan Umum Keselamatan Kerja Dan Penggunaan Alat

Keselamatan Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman


diperlukan partisipasi seluruh praktikan dan dosen pembimbing pada praktek yang
bersangkutan. Dengan demikian, kepatuhan setiap praktek terhadap uraian panduan pada
bagian ini akan sangat membantu mewujudkan praktek yang aman.
a. Bahaya Listrik
Perhatikan dan pelajari tempat‐tempat sumber listrik (stop‐kontak dan circuit
breaker) dan cara menyala‐matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi
menimbulkan bahaya, laporkan pada penanggung jawab bengkel.
1) Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan
listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel yang terkelupas, dll.
2) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri atau
orang lain.
3) Keringkan bagian tubuh yang basah karena misalnya, keringat atau sisa air wudhu.
4) Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktek. Kecelakaan akibat
bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik.
b. Bahaya Api Atau Panas Berlebih
1) Jangan membawa benda‐benda mudah terbakar (korek api, gas dll.) ke dalam bengkel
bila tidak disyaratkan dalam modul praktek.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 7/47

2) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api atau panas yang
berlebihan.
3) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas berlebih
pada diri sendiri atau orang lain.
4) Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap aktivitas praktek.
Berikut ini adalah hal‐hal yang harus diikuti praktikan jika menghadapi bahaya api atau
panas berlebih:
a) Jangan panik.
b) Beritahukan dan minta bantuan penanggung jawab bengkel, praktikan lain dan orang di
sekitar anda tentang terjadinya bahaya api atau panas berlebih.
c. Bahaya Benda Tajam dan Logam
1) Dilarang membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke bengkel bila tidak
diperlukan untuk pelaksanaan praktek.
2) Dilarang memakai perhiasan dari logam misalnya cincin, kalung, gelang, dll.
3) Hindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat melukai.
4) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang
lain.

JOB SHEET PRAKTIKUM <1,2 dst>

<Program Studi> Job Sheet <1,2,3


Topik : <> dst>
Sub Topik :<>

A. Tujuan Praktikum
1.
2.
Dst

B. Alat dan Bahan

1. Alat :
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan Keterangan

2. Bahan :
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan Keterangan
AKUNTANSI KEUANGAN 1 8/47

C. Gambar Alat dan Benda Kerja

Gambar
Gambar 1.1. xxxxxx

D. Keselamatan Kerja
1. Mistar ukur, Jangka sorong dan benda ukur selalu dalam keadaan bersih;
2. Tempatkan jangka sorong pada tempat yang aman sehingga tidak mudah jatuh
atau tertimpa benda lain;
3. Jangan hanya menggunakan ujung rahang bila melakukan pengukuran.

E. Dasar Teori
Uraikan dasar teori sesuai topik jobsheet

F. Prosedur Percobaan
1.
2.
dst

G. Tugas Laporan
1.
2.
dst

H. Referensi
< menggunakan format penulisan Havard>
AKUNTANSI KEUANGAN 1 9/47

JOB SHEET PRAKTIKUM <1,2 dst>

<Program Studi> Job Sheet <1,2,3


Topik : <> dst>
Sub Topik :<>

I. Tujuan Praktikum
1.
2.
Dst

J. Alat dan Bahan

3. Alat :
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan Keterangan

4. Bahan :
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan Keterangan

K. Gambar Alat dan Benda Kerja

Gambar
Gambar 2.1. xxxxxx

L. Keselamatan Kerja
1. Mistar ukur, Jangka sorong dan benda ukur selalu dalam keadaan bersih;
2. Tempatkan jangka sorong pada tempat yang aman sehingga tidak mudah jatuh
atau tertimpa benda lain;
3. Jangan hanya menggunakan ujung rahang bila melakukan pengukuran.

M. Dasar Teori
Uraikan dasar teori sesuai topik jobsheet

N. Prosedur Percobaan
1.
2.
dst
AKUNTANSI KEUANGAN 1 10/4
7

O. Tugas Laporan
1.
2.
dst

P. Referensi
< menggunakan format penulisan Havard>
AKUNTANSI KEUANGAN 1 11/4
7

FORMAT LAPORAN

A. Ketentuan Laporan Praktek


1. Laporan praktek ditulis tangan diatas kertas A4, 70 gsm.
2. Setiap praktikan diharuskan membuat laporan pendahuluan sebelum memulai
pelaksanaan praktek.
3. Laporan pendahuluan berisikan (Dasar teori/ teori singkat) dari setiap materi
praktek minimal 5 lembar.
4. Sebelum memulai praktek, akan dilakukan tes pendahuluan berupa pertanyaan
tujuan praktek, pengenalan alat dan bahan serta teori singkat.
5. Setiap laporan harus mencantumkan nama kelompok, nama praktikan, NIM
praktikan, tanggal praktek dan topik praktek.
6. Data hasil percobaan/ pengamatan dan pengolahan data dikumpulkan 1 minggu
setelah praktek dilaksanakan atau pada saat pertemuan selanjutnya.

B. Format Penulisan Laporan Praktikum


Terlampir
AKUNTANSI KEUANGAN 1 12/4
7

BAB I
AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

A. PENGERTIAN AKUNTANSI
Menurut Horngern (2000), akuntansi didefinisikan sebagai prosespencatatan,
pengukuran dan penyampaian-penyampaian informasi ekonomi agar dapat dipakai sebagai
dasar pengambilan keputusan atau kebijaksanaan.
Menurut Sunyanto (1999), pengertian akuntansi itu adalah suatu tahapan proses
pengumpulan, pengidentifikasian, pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian/pelaporan dari transaksi-transaksi keuangan serta penafsiran hasilnya guna
pengambilan keputusan.
Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountant), akuntansi
adalah seni pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam
ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan
termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.
Menurut Kep. Men. Keu RI (NO. 476 KMK. 01 1991, Akuntansi adalah suatu
proses pengumpulan, pencatatan, penganalisaan, peringkasan, pengklasifikasian dan
pelaporan transaksi keuangan dari suatu kesatuan ekonomi untuk menyediakan informasi
keuangan bagi para pemakai laporan yang berguna untuk pengambilan keputusan

B. RUANG LINGKUP AKUNTANSI


Akuntansi Keuangan : bidang ini berhubungan dengan masalah pencatatan transaksi
untuk suatu perusahaan atau organisasi dan penyusunan berbagai laporan keuangan berkala
dari hasil pencatatan.
Akuntansi Biaya : bidang akuntansi yang menekankanpada penentuan dan
pengendalian biaya selama proses produksi dan harga pokok dari barang yang selesai
diproduksi.
Akuntansi Manajemen : menggunakan biaya histori taksiran guna membantu
manajemen didalam menjalankan kegiatan dan perencanaan
Akuntansi Perpajakan : menekankan pada penyusunan laporan keuangan
berdasarkan peraturan perpajakan dan perencanaan transaksi dengan mempertimbangkan
efek pembayaran pajak (perncanaan perpajakan atau tax planning).
Sistem Akuntansi : bidang yang menyangkut masalah perancangan prosedur,
metode, dan teknik untuk mencatat dan mengolah transaksi perusahaan.
Akuntansi pemerintahan : bidang akuntansi yang menekankan pada pencatatan dan
pelaporan transaksi dari lembaga pemerintah dengan peraturan yang mengikat lembaga-
lembaga tersebut
AKUNTANSI KEUANGAN 1 13/4
7

REKONSILIASI BANK

Pengertian Rekonsiliasi Bank Menurut Para Ahli


Pada akhir periode pencatatan perusahaan wajib menyeimbangkan pencatatan akun
bank yang dimiliki perusahaan dengan pencatatan yang dilakukan bank. Aktivitas tersebut
biasa disebut dengan rekonsiliasi bank. Tujuan dari rekonsiliasi bank ini untuk membuat
perhitungan biaya dan penghasilan real yang di peroleh dari bank tersebut, selain itu untuk
melacak kesalahan cashflow dari perusahaan. Kesalahan tersebut contohnya jika kita sudah
mengeluarkan cek untuk lawan transaksi namun masih belum di cairkan atau adanya
kesalahan cek kosong yang tidak diketahui pihak menejemen perusahaan
Nantinya rekonsiliasi bank ini memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap
akun aset perusahaan. Dimana didalamnya ada unsur akun bank, akun bank sendiri
merupakan penjelasan dari jumlah uang perusahaan yang disimpan di dalam bank. Karena
adanya mekanisme perbankan yang harus di jalani perusahaan yang bertindak sebagai
nasabah maka dari itu harus ada koreksi atas pencatatan bank dan perusahaan. Dari
prosedur yang berasal dari bank itu juga nantinya ada biaya dan pendapatan yang akan
muncul. Biaya dan pendapatan tersebut sewaktu-waktu muncul dan tidak memberikan
notifikasi saat kemunculan biaya dan pendapatan tersebuT
Pihak bank hanya mencatat beberapa transaksi yang dilakukan oleh perusahaan.
Nantinya catatan tersebut dapat di lihat dalam rekening Koran. Semua transaksi yang
dilakukan oleh rekening perusahaan nantinya masuk dalam rekening Koran. Ada beberapa
transaksi aneh yang harus di rekonsiliasi, contoh kasus jika kita melakukan pembayaran
dengan cek kepada lawan transaksi. Berarti transaksi tersebut melibatkan tiga pihak. Pihak
pertama adalah perusahaan kita, pihak kedua perusahaan lawan transaksi dan pihak kedua
adalah pihak bank
Mekanisme pencairan dana juga menjadi kendala tersendiri. Jika kita memberikan
cek otomatis dalam pembukuan perusahaan kita sudah mencatat kas keluar. Namun di akun
bank kita masih belum dilakukan pencatatan. Baru dilakukan pencatatan jika cek tersebut
di cairkan, dan pencairan cek jika kita melihat fakta ditransaksi perusahaan dalam
keseharian tidak pada hari itu juga. Maka dilakukan rekonsiliasi bank tersebut untuk
mengganti transaksi cek jika sewaktu-waktu ada perubahan mekanisme pencairan dari
perusahaan lawan transaksi dan juga adanya permintaan yang tidak kita ketahui dari lawan
transaksi kepada bank dimana tempat kita menyimpan uang yang merupakan aset
perusahaaan.
Beberapa ahli menjelaskan rekonsiliasi bank dengan definisi berbeda-beda. Berikut
beberapa penjelasan definisi rekonsiliasi bank menurut beberapa ahli:
• Wibowo dan Abubakar Arif (2000:118) “Rekonsiliasi bank merupakan suatu laporan
yang berisi saldo kas menurut perusahaan dengan saldo kas menurut bank disertai
dengan penyebab perbedaan keduanya”
• Haryono Jusup (2005:21) “Rekonsiliasi bank adalah proses untuk mengetahui sebab-
sebab terjadinya perbedaan antara catatan perusahaan dengan laporan bank dan
menentukan jumlah saldo rekening giro yang sesungguhnya pada suatu saat tertentu”
• Soemarsono S.R (2004:304) “Rekonsiliasi bank adalah apabila semua penerimaan uang
langsung disetorkan dan semua pembayaran dilakukan dengan cek, maka akun kas
perusahaan akan sama dengan akun yang dimiliki bank”
AKUNTANSI KEUANGAN 1 14/4
7

• Munandar (2006:40) “Rekonsiliasi bank adalah kewajiban yang dilakukan perusahaan


dalam mencara sebab-sebab ketidaksamaan antara saldo simpanan menurut laporan
catatan bank dengan saldo yang dimiliki perusahaan”
• Donald F. Kiso (2013:63) “Rekonsiliasi bank adalah suatu skedul informasi yang
menjelaskan setiap perbedaan antara catatan bank dan catatan kas nasabah. Jika
perbedaaan tersebut hanya berasal dari transaksi yang belum dicatat oleh pihak bank
ataupun dari pihak perusahaan

Proses Penyusunan Rekonsiliasi Bank


Proses penyesuaian saldo bank dan saldo rekening yang sudah di catat oleh
perusahaan biasanya diawali oleh pencatatan dari sisi perusahaan dan dari sisi perbankan.
Pencatatan dimaksudkan untuk melihat statement dari masing-masing pihak.
Biasanya statement perusahaan di akhir periode sudah tersusun dari beberapa
transaksi harian. Yang biasanya menjadi pekerjaan rumah bagi departemen keuangan
adalah membuat laporan jurnal dari sisi bank. Pembuatan jurnal ini berdasarkan dari
rekening Koran yang dikeluarkan oleh pihak bank. Karena bentuk dari rekening Koran
tidak sesuai standard penyusunan akuntansi maka dari itu harus di lakukan jurnal ulang.
Nantinya dari jurnal ini diharapkan adanya pengelompokan post biaya ataupun post
penghasilan
Setelah dilakukan pencatatan sesuai standard akuntansi dapat di cross check transaksi
yang tidak masuk dalam pencatatan perusahaan. Dapat dikurangkan dan di tambahkan,
beberapa proses yang dilakukan ini nantinya akan menjadi dasar pelaporan keuangan
perusahaan pada akhir pencatatan perusahaan. Untuk lebih memudahkan para pembaca
disini saya membuatkan pos saldo yang biasanya menambahkan dan mengurangi saldo
perusahaan.
Menambah Saldo Perusahaan
• Penerimaan yang sudah dicatat oleh bank tapi belum dicatat oleh perusahaan:
o Bunga bank
o Transfer masuk tanpa konfirmasi
o Imbal hasil investasi
• Kesalahan pencatatan pengeluaran perusahaan terlalu besar
• Kesalahan pencatatan penerimaan terlalu
Mengurangi saldo perusahaan
• Pengeluaran yang sudah dicatat oleh bank tapi belum dicatat oleh perusahaan:
o Biaya administrasi bank
o Pajak penghasilan
o Cek yang belum di cairkan
• Kesalahan pencatatan pengeluaran yang terlalu kecil
• Kesalahan pencatatan penerimaan yang terlalu besar
Yang paling penting laporan arus kas harus sesuai dengan PSAK No.2 yang menyangkut
beberapa hal berikut:
• Arus kas dalam mata uang asing dibukukan dalam mata uang konvensional.
• Arus kas PPh diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasikan sebagai arus kas dari
aktivitas operasi.
• Arus kas dari pos yang luar biasa dihilangkan dari pos laporan.
• Komponen kas dan setara kas diungkapkan dan direkonsiliasi antara laporan arus kas
dan neraca.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 15/4
7

• Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dilaporkan dengan
arus kas terpisah.
• Arus kas disusun dari aktiva disusun dengan metode langsung yaitu dengan
mengurangkan penghasilan dan pengeluaran yang menghasilkan laba kotor atau
menghitung secara rinci yang menghasilkan laba rugi bersih.
• Transaksi bukan kas untuk investasi dan pendanaan diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan

Pengertian Rekening Koran


Rekening Koran merupakan ringkasan transaksi rekening perusahaan selama satu
periode. Rekening Koran tersebut dikeluarkan oleh pihak bank yang nantinya dapat
dipergunakan untuk keperluan perusahaan. Informasi yang ada di rekening Koran ini
merupakan informasi mutasi rekening yang di miliki perusahaan namun karena yang
membuat pihak bank maka transaksinya berdasarkan pencatatan pihak bank
Rekening Koran memiliki berbagai fungsi dalam perusahaan. Selain untuk
mengetahui transaksi perusahaan untuk perusahaan tersebut. juga dapat dijadikan bukti
pada pihak lain bahwa perusahaan memiliki uang yang tersimpan dalam bank pencetak
rekening Koran sejumlah yang tertera dalam rekening Koran tersebut. istilah awamnya
rekening Koran ini seperti buku tabungan yang dimiliki kebanyakan dari pembaca ketika
kita membuka rekening tabungan di sebuah bank.
Namun bentuk dari rekening Koran ini tidak berbentuk buku melainkan berbentuk
lembaran yang menyimpan rincian traksaksi yang telah dilakukan perusahaan. Biasanya
rekening Koran juga di tanda tangani oleh pejabat berwenang dan juga stempel basah. Tapi
di beberapa bank hanya jika anda meminta stempel basah atau tanda tangan baru diberikan
legalisir lembar rekening Koran yang anda miliki.
Cara mendapatkan rekening Koran dapat mengunjungi bank dimana rekening
perusahaan tersebut berada. Bank memiliki prosedur tersendiri untuk pencetakan rekening
Koran yang terbagi menjadi 2 prosedur: prosedur pertama yang lumrah di lakukan pada
nasabah biasa. Pada prosedur ini bank mengenakan tarif pada nasabah. Hitungan tarif print
rekening Koran dikenakan pada perlembar print.
Jika semakin banyak transaksi nasabah otomatis semakin banyak jumlah lembar yang
di print yang nantinya berujung pada besarnya biaya print rekening Koran; prosedur kedua
ini diberlakukan pada nasabah prioritas. Nasabah prioritas adalah nasabah yang sudah
kenal dekat dengan bankirnya atau nasabah yang bertransaksi dengan nominal besar. Jika
nasabah prioritas memiliki prosedur berbeda, kebanyakan bank tidak mengenakan tarif
print pada nasabah besar.

Jurnal Rekonsiliasi Bank


Bagaimana jika setelah dibuat rekonsiliasi, ternyata ditemukan perbedaan pencatatan
antara bank dan perusahaan? Apabila hal ini terjadi, maka dibutuhkan jurnal penyesuaian.
Jurnal ini dibuat untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam rekonsiliasi sehingga
muncul saldo akhir yang sebenarnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika membuat jurnal penyesuaian antara lain
biaya dibayar di muka, pendapatan diterima di muka, biaya yang masih harus dibayar,
penyusutan aktiva, pendapatan yang masih harus diterima, kerugian piutang, dan biaya
pemakaian perlengkapan.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 16/4
7

Mengingat pentingnya kesesuaian antara pencatatan bank dan perusahaan, maka


jurnal penyesuaian perlu dipelajari ketika Anda mempelajari materi rekonsiliasi bank.
Dengan demikian, keseimbangan rekonsiliasi bisa tercapai.
Contoh Soal Rekonsiliasi Bank
Untuk lebih memahami bab rekonsiliasi, Anda dapat mempelajari latihan soal
rekonsiliasi bank berikut. Di bawah ini, terdapat dua contoh soal rekonsiliasi yaitu
rekonsiliasi 2 kolom dan cara membuat jurnal penyesuaian.
1. Contoh soal rekonsiliasi bank 2 kolom dan jawabannya
PT Putra Jaya yang bergerak di bidang perdagangan membuka rekening di Bank
Mandiri. Tanggal 31 Agustus 2017, PT Putra Jaya menerima rekening koran dari bank
untuk periode transaksi bulan Agustus 2017 yang menunjukkan saldo sejumlah Rp
1.550.000. Sedangkan saldo yang tercatat di buku PT Putra Jaya adalah sebesar Rp
910.000.
Setelah dilakukan pengecekan, ternyata perbedaan saldo disebabkan oleh transaksi berikut:
transfer dari langganan untuk melunasi hutang sejumlah Rp 750.000.
Deposit in transit sejumlah Rp 2.500.000.
Penarikan cek oleh PT Putra Jaya sebesar Rp 815.000 sudah tercatat dalam buku besar
perusahaan namun belum dicairkan ke bank.
Wesel tagih melalui Bank BCA dikreditkan di rekening PT Putra Jaya sejumlah Rp
500.000.
Setoran dana dari perusahaan sejumlah Rp 1.250.000 sudah masuk pembukuan namun
belum disetorkan oleh karyawan.
Clearing cek pelanggan sejumlah Rp 825.000 non-sufficient fund.
Bank salah mencatat pembukuan penarikan dana oleh PT Aluminium Perkasa sebesar Rp
525.000
Cek yang ditarik berikut belum dicairkan oleh penerima senilai Rp 3.575.000.
Beban buku cek sejumlah Rp 100.000
Pendapatan jasa giro Rp 250.000
Beban administrasi Rp 50.000
Dari data tersebut, buatlah laporan rekonsiliasi pada tanggal 31 Agustus 2017!

Jawaban:
AKUNTANSI KEUANGAN 1 17/4
7

Berikut contoh soal rekonsiliasi berdasarkan contoh transaksi-transaksi:

PT Surla Profit menyimpan dananya di bank AA. Pada awal bulan Februari 2017,
saat menerima rekening koran dari bank AA, akuntan PT Surla Profit melihat perbedaan
antara saldo kas di bank menurut catatannya dengan saldo kas menurut rekening koran.
Menurut catatannya, saldo kas pada akhir Januari 2017 adalah sebesar Rp 45.500.00,
sedangkan menurut rekening koran bank AA adalah sebesar Rp 54.400.000.
Setelah di periksa kembali, akuntan perusahaan tersebut menemukan beberapa
informasi tambahan yang terkait dengan perbedaan saldo tersebut, yaitu:
1. Setoran kas ke bank tanggal 31 Januari 2017 sebesar Rp 15.200.000 belum dicatat oleh
bank.
2. Tagihan PT Surla Profit kepada PT BB sebesar Rp 9.600.000 yang dilakukan bank AA
telah berhasil dan PT Surla Profit belum mengetahui.
3. Pendapatan bunga bank sebesar Rp 1.200.000 belum dicatat PT Surla Profit
4. Beban administrasi bank sebesar Rp 300.000 belum dicatat PT Surla Profit
5. Cek yang diterima PT Surla Profit pada tanggal 25 Januari yang lalu dari PT Maju
sebesar Rp 4.000.000 ternyata tidak ada dananya.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 18/4
7

6. Cek yang telah dikeluarkan PT Surla Profit pada akhir bulan Januari yang lalu sebesar
Rp 13.600.000 ternyata oleh pemegangnya belum dicairkan.
7. Cek sebesar Rp 7.500.000 yang diterima PT Surla Profit dari PT Mundur sebagai
pembayaran piutang pada bulan Januari yang lalu, dicatat oleh akuntan PT Surla Profit
sebesar Rp 2.500.000.
8. Cek sebesar Rp 3.500.000 yang dikeluarkan oleh PT Surla Profit pada pertengahan
bulan Januari yang lalu untuk membayar beban perbaikan kendaraan, oleh akuntan
perusahaan dicatat sebesar Rp 2.500.000.
Diminta: buatlah rekonsiliasi bank PT Surla Profit!

BAB
KAS KECIL

Kas kecil adalah uang yang disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran


yang jumlahnya relatif kecil, dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek. Dana kas kecil
dipisahkan dari kas besar dan diserahkan kepada seorang kasir kas kecil, yang akan
mempertanggungjawabkan setiap pengeluaran. Adapun pemengang kas kecil bisa
diserahkan kepada staf yang ada di unit-unit kerja. Kas kecil ini biasa disimpan di dalam
cash register, dan besarnya jumlah kas kecil berdasarkan kebutuhan atau pengeluaran yang
sifatnya relatif tetap dari masing-masing unit kerja dalam jangka waktu tertentu.
Pendapat lainnya juga hampir sama di kemukakan oleh: Theodarus M. Tuanakotta, AK,
(1982:150) dalam bukunya Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik, yaitu:
“Kas dan bank meliputi uang tunai dan simpanan-simpanan di bank yang langsung dapat
diuangkan pada setiap saat tanpa mengurangi nilai simpanan tersebut. Kas dapat terdiri
dari kas kecil atau dana-dana kas lainnya seperti penerimaan uang tunai dan cek-cek (yang
bukan mundur) untuk disetor ke bank keesokan harinya.
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas dapatlah di tarik kesimpulan bahwa kas
adalah seluruh uang tunai dan bentuk-bentuk lainnya yang dapat diuangkan setiap saat
apabila perusahaan membutuhkan. Soemarso (1999:5) dalam bukunya “Akuntansi suatu
pengantar” adalah sebagai berikut: “Proses mengindentifikasikan, mengukur dan
melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan
yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”.
Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2000:4) dalam bukunya “Intermediate Accounting”
adalah sebagai berikut: “Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah
menyediakan data kuantitatif terutama yang mempunyai sifat keuangan dari suatu usaha
ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam
memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan”.

Menurut Munawir (1983:14) pengertian kas adalah sebagai berikut:


“Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan,
termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari pada pelanggan dan
simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di
bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet)”.
Pada Tanggal 1 Juni 2005 Direktur PT. Sinar Harapan Nusantara menulis sebuah
cek untuk pengisian dana kas kecil sebesar Rp. 3.500.000 (tiga juta lima ratus rupiah )
AKUNTANSI KEUANGAN 1 19/4
7

digunakan untuk keperluan pengeluaran-pengeluara/biaya-biaya kantor dalam jumlah kecil


dan diwajibkan untuk melaporkan pengeluaran dan disertai bukti-bukti pengeluaran, pada
awal bulan Juni 2006 terjadi transaksi sebagai berikut :
2 Juni : dibeli meterarai 10 (sepuluh) buah @ Rp. 6.0000 Rp. 60.000,-
10 Juni : dibayar biaya anggkut barang Rp. 50.000,-
14 Juni : dibeli prangko 20 (dua puluh) buah @ Rp. 5.000 Rp. 100.000,-
15 Juni : dibayar biaya langanan koran PR (serba serbi) Rp. 80.000,-
20 Juni : dibayar biaya Iklan Koran PR Rp. 250.000,-
22 Juni : dibeli teh, gula dan kopi (seba serbi) Rp. 40.000,-
28 Juni : dibeli kemoceng, kain lap dan pengharum ruangan (seba serbi) Rp. 50.000,-
29 Juni : dibeli makan ringan untuk rapat (seba serbi) Rp. 300.000,-
30 Juni : dibayar upah tukang kebun Rp. 900,000,-
Diminta :
1 Tulis transaksi tersebut ke kwitansi
2. Masukan bukti transaksi ke Pengisian Kas Kecil Sistem Dana Tetap
impert Fun System) Cek. N0. AC. 6789
Pengisian kembali kas kecil dana tetap di lampiri bukti kwitansi
Buat Jurnal dana Kas Kecil dana tetap
3. Masukan Bukti-bukti transaksi ke Pengisian Kas Kecil Sistem Dana
Tidak Tetap (Fluctuating Fun System)
Kas Kecil dana tidak tetap di isi kembali Rp. 1,500.000 (Cek. No. AC. 6790)
Buat Jurnal dana Kas Kecil dana tidak teta
BAB 8
KAS, PERSEDIAN DAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP

Kas
Kas adalah uang kas yang ada di perusahaan dan uang yang disimpan di bank, yang
siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
Unsur-unsur yang dapat dianggap sebagai kas adalah :
- Uang kas perusahaan (cash on hand)
- Rekening giro di bank
- Cek-cek tunai yang diterima
- Pos wesel
- Travel’s check
Unsur-unsur yang tidak digolongkan sebagai kas adalah :
- Cek mundur (post date checks)
- Cek kosong dari pihak lain
- Perangko
- Dana yang disisihkan untuk tujuan tertntu
- Rekening gira pada bank luar negri yang tidak dapat segera dipakai.

Kas Kecil (Petty Cash)


Kas kecil merupakan kas yang ada di perusahaan yang digunakan untuk pengeluaran rutin
dan bernilai relatif kecil. Kas kecil selain di perusahaan induk juga di tempatkan di proyek-
proyek atau cabang-cabang perusahaan. Kas Kecil merupakan bagian dari kas perusahaan.

Metode pengisian kembali Petty Cash :


AKUNTANSI KEUANGAN 1 20/4
7

1. Metode Imperest (bersaldo tetap)

Merupakan sistem pengisian kembali dengan mempertahankan saldo kas kecil bernilai
tetap. Ketika kas kecil digunakan sama sekali tidak perlu dilakukan penjurnalan, tetapi
setelah terkumpul jumlah tertentu dilakukan penukaran (reinbursement) sejumlah
pengeluaran dan dijurnal.

Jurnal pembentukan kas kecil :


Kas Kecil xxxx
Bank/Kas xxxx

Jurnal pengisian kembali :


Biaya-biaya xxxx
Bank /Kas xxxx

2. Metode Fluktuatif (saldo berubah-ubah)

Merupakan sistem pengisian kembali kas kecil berdasarkan kebutuhan operasional. Setiap
ada pengeluaran kas kecil langsung dicatat mengurangi kas kecil, sehingga saldo kas kecil
akan selalu berubah-ubah. Ketika kas kecil digunakan dilakukan penjurnalan langsung.

Jurnal pembentukan kas kecil :


Kas Kecil xxxx
Bank/Kas xxxx
Jurnal ketika ada pengeluaran :

Biaya-biya xxxx
Kas Kecil xxxx

Jurnal pengisian kembali :

Kas Kecil xxxx


Bank /Kas xxxx

8.3. Pengendalian Internal Penerimaan dan Pengeluaran Kas

Untuk menjaga kekayaan perusahaan khususnya Kas perlu diadakan suatu sistem
pengendalian yang berupa prosedur penerimaan dan pengeluaran Kas. Pengendalian atas
penerimaan kas akan dapat menjamin bahwa semua penerimaan kas telah disetor ke bank
dan catatan akuntansi perusahaan diselenggarakan secara benar. Pengendalian internal atas
pengeluaran kas harus memberikan keyakinan yang mendalam bahwa pembayaran
dilakukan hanya untuk transaksi-transaksi yang telah mendapatkan otorisasi dan juga
menjamin bahwa kas digunakan secara efisien.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 21/4
7

Aspek-aspek Pengendalian interen Penerimaan Kas :

1. Seleksi karyawan dan pelatihan yang memadahi,


2. Adanya pemisahan tugas antara pemegang uang dan bagian pencatatan,
3. Adanya otorasasi atas penerimaan kas,
4. Adanya dokumen pendukung atas setiap penerimaan kas,
5. Adanya penggunaan cash register,
6. Adanya jaminan bahwa kas disetor ke bank pada esok harinya.
Aspek-aspek Pengendalian interen Pengeluaran Kas :

1. Setiap pengeluaran kas dilakukan dengan cek, kecuali atas pengeluaran dalam jumlah
relatif kecil dilakukan menggunaqkan kas (petty cash),
2. Setiap pengeluaran harus ada otorisasi pimpinan seperti yang telah ditetapkan oleh
perusahaan,
3. Adanya pemisahan tugas antara karyawan yang memegang uang dengan karyawan yang
bertugas sebagai pencatat,
4. Diperlukan pemeriksaan internal untu mengecek apakah transaksi pengeluaran kas telah
dilakukan sesuai dengan aturan kebijakan manajemen,
5. Adanya dokumen pendukung atas setiap pengeluaran kas,
6. Buku cek yang belum digunakan harus disimpan dalam kotak penyimpan dan harus
dalam pengawasan manajemen.

8.4. Persediaan

Persediaan merupakan aset berwujud yang diperoleh perusahaan dengan tujuan untuk
dijual kembali, baik yang langsung dijual kembali seperti didapatkannya ataupun melalui
proses lebih lanjut.

Metode penentuan Harga Pokok ;

1. Metode identifikasi khusus (specific identification method)

Metode ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang memperdagangkan barang yang


dengan mudah diidentifikasi satu per satu. Sebagai contoh perusahaan dealer mobil.

Contoh : 4 Januari membeli 1 unit mobil 20.000.000,-, 10 Januari membeli 1 unit mobil
22.000.000,-. Apabila tanggal 20 januari mobil yang dibeli tgl 4 laku, maka harga pokok
yang dibebankan adalah 20.000.000,-.

2. Metode Rata-rata Tertimbang (Average Method)

Metode ini menghitung Nilai persediaan dengan membagi Harga Pokok barang yang dapat
dijual (persediaan awal + pembelian) dengan Jumlah Unit yang tersedia untuk di jual.

Contoh : Persediaan awal total 50 unit senilai Rp. 250.000,-, pembelian barang dagangan
100 unit @ Rp. 3.500 = Rp. 350.000,-.
Harga Pokok nya adalah = Rp. 600.000 / 150 unit = Rp. 4.000 / unit.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 22/4
7

3. Metode FIFO (First In First Out) / Masuk Pertama Keluar Pertama

Dalam metode LIFO perusahaan harus mempunyai catatan mengenai kapan dan harga
berapa pembelian tersebut dilakukan. Harga beli dari barang yang pertama masuk dalam
persediaan akan menjadi biaya yang pertama kali dibebankan pada haraga pokok
penjualan. Biaya persediaan akhir berdasarkan pada harga pembelian barang yang paling
akhir.

Contoh :

Persediaan awal ( 10 unit @ Rp. 1.000 ) Rp. 10.000,-


Pembelian ;
5 Jan transk. no. 1 (25 unit @ Rp 1.400) Rp. 35.000
7 Jan transk. No.2 (25 unit @ Rp 1.800) Rp. 45.000
Total Rp. 80.000,-

Harga Pokok Barang tersedia untuk di jual Rp. 90.000,-

Dijual 40 unit seharga @ Rp 2.000 = Rp. 80.000,-


Berapa laba dan sisa persediaan dihitung dengan metode FIFO ?

Jawab :
Harga Pokok Penjualan 40 unit ;
10 unit @ Rp. 1.000 Rp. 10.000
25unit @ Rp. 1.400 Rp. 35.000
5 unit @ Rp. 1.800 Rp. 9.000
______ _________
Total 40 unit HPP Rp. 54.000

Laba = Rp. 80.000 – Rp. 54.000 = Rp.26.000,-


Sisa persediaan = 20 unit x 1.800 = Rp. 36.000,-

4. Metode LIFO (Last In First Out) / Masuk Terakhir Keluar Pertama

Dalam metode LIFO perusahaan juga harus mempunyai catatan mengenai kapan dan harga
berapa pembelian tersebut dilakukan. Harga beli dari barang yang terakhir masuk dalam
persediaan akan menjadi biaya yang pertama kali dibebankan pada haraga pokok
penjualan. Biaya persediaan akhir berdasarkan pada harga pembelian barang yang paling
awal.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 23/4
7

Contoh :

Persediaan awal ( 10 unit @ Rp. 1.000 ) Rp. 10.000,-


Pembelian ;
5 Jan transk. no. 1 (25 unit @ Rp 1.400) Rp. 35.000
7 Jan transk. No.2 (25 unit @ Rp 1.800) Rp. 45.000
Total Rp. 80.000,-

Harga Pokok Barang tersedia untuk di jual Rp. 90.000,-

Dijual 40 unit seharga @ Rp 2.000 = Rp. 80.000,-


Berapa laba dan sisa persediaan dihitung dengan metode LIFO ?

Jawab :

Harga Pokok Penjualan 40 unit ;


25 unit @ Rp. 1.800 Rp. 45.000
15unit @ Rp. 1.400 Rp. 21.000
______ _________
Total 40 unit HPP Rp. 66.000

Laba = Rp. 80.000 – Rp. 66.000 = Rp.14.000,-


Sisa persediaan ;
- 10 unit x 1.000 = Rp. 10.000,-
- 10 unit x 1.400 = Rp. 14.000,-

Total 20 unit = Rp. 24.000,-

8.5. Penyusutan (Depresiasi) Aktiva Tetap

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

PenyusutanGaris Lurus / th= Harga Perolehan – Nilai Sisa/residu


Umur Ekonomis

Contoh : Beli Mobil Rp. 100.000.000, umur ekonomis 5 tahun ditaksir


Nilai sisanya 40 %, berapa penyusutan mobil / tahun ?

Penyusutan = 100.000.000 - 40.000.000 = Rp. 15.000.000 / tahun


5
AKUNTANSI KEUANGAN 1 24/4
7

2. Metode Jumlah unit Produksi

Beban Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa


Manfaat taksiran dalam jam/km

Contoh : Beli Mesin Rp. 100.000.000, taksiran operasi mesin 10.000 jam
Nilai sisanya 30 %, berapa penyusutan mobil / tahun ?

Beban penyusutan = 100.000.000 – 30.000.000


10.000 jam
= Rp. 7.000 / jam

3. Declining Method / Metode Saldo Menurun

Penyusutan yang dibebankan dari tahun pertama ke tahun berikutnya selalu menurun. Tarif
yang digunakan 2 kali dari pembagian umur ekonomis. Misal umur ekonomis 5 tahun ,
tarif = 40 % ( 100 % ; 5 x 2 )

Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Nilai Buku awal

Contoh : Kendaraan dibeli dg harga Rp. 22.000.000, ditaksir umur ekonomis 5 tahun, nilai
sisa Rp. 1.000.000,- berapa penyusutannya ?
Thn Harga Tarif Nilai Buku Penyst. Akum Peny Nilai Buku
Perolh Awal th Akhir

1 22.000.000 40 % 22.000.000 8.800.000 8.000.000 13.200.000


2 22.000.000 40 % 13.200.000 5.280.000 14.080.000 7.920.000
3 22.000.000 40 % 7.920.000 3.168.000 17.248.000 4.752.000
4 22.000.000 40 % 4.752.000 1.900.800 19.148.800 2.851.200
5 22.000.000 2.851.200 1.851.200 21.000.000 1.000.000

Tahun ke-5, beban penyusutan 1.140.480 (2.851.200 x 40%), tetapi karena nilai sisa Rp.
1.000.000,- , maka beban penyusutan tahun ke – 5 dihitung 1.851.200 (2.851.200-
1.000.000).

4. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of Year Digit)

Metode ini beban penyusutan stiap tahun semakin menurun juga selama masa
pemakaiannya.

Rumus Jumlah angka tahun = N (N+1) , N = umur ekonomis


2
Untuk masa manfaat 5 tahun maka,

Jumlah angka tahunn = 5 (5+1) = 15


2
AKUNTANSI KEUANGAN 1 25/4
7

Masa manfaat 5 tahun angka pembilang 5 untuk tahun ke-1, 4 untuk tahun ke-2 dst.

Penyusutan = Tarif Penyusutan x ( Harga Perolehan – Nilai Sisa)

Contoh : Kendaraan dibeli dg harga Rp. 22.000.000, ditaksir umur ekonomis 5 tahun, nilai
sisa Rp. 1.000.000,- berapa penyusutannya ?
Beban Penyusutan tahun pertama ;
Beban Penyusutan = 5 x (22.000.000-1.000.000) = 7.000.000
15
Tahun berikutnya ;

Thn Harga Tarif Nilai Prlh Penyust. Akum Peny Nilai Buku
Perolh Nilai sisa Akhir

1 22.000.000 5/15 21.000.000 7.000.000 7.000.000 15.000.000


2 22.000.000 4/15 21.000.000 5.600.000 12.600.000 9.400.000
3 22.000.000 3/15 21.000.000 4.200.000 16.800.000 5.200.000
4 22.000.000 2/15 21.000.000 2.800.000 19.600.000 2.400.000
5 22.000.000 1/15 21.000.000 1.400.000 21.000.000 1.000.000

BAB II
PIUTANG

Pengertian Piutang
Piutang terjadi jika perusahaan melakukan penjualan barang atau jasa secara kredit
kepada pihak lain. Piutang merupakan tagihan penjualan dan pembeli sebesar nilai
transaksi penjualan. Piutang juga bias timbul apabila perusahaan memberi pinjaman
sejumlah transaksi uang kepada pihak lain. Dengan demikian, piutang pada hakekat nya
merupakan hak untuk menerima sejumlah uang di waktu yang akan dating yang akan
datang yang timbul dari transaksi pada saat ini. Piutang merupakan milik perusahaan pada
saat ini.
Setiap transaksi piutang selalu melibatkan dua pihak, yaitu:
1. Kreditur, yaitu pihak yang dapat piutang/tagihan (sebuah asset)
2. Debitur, yaitu pihak yang berkewajiban membayar utang (sebuah kewajiban)
Piutang biasa dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Piutang usaha adalah tagihan perusahaan kepada konsumen yang melekukan transaksi
secara kredit. Piutang usaha biasanya merupakan jenis tagihan yang paling signifikan
dalam perusahaan.
2. Piutang wesel adalah tagihan perusahaan yang di dukung dengan instrument formal
sebagai bukti tagihan yang di sebut surat wesel.
3. Piutang lain-lain, mencangkup semua tagihan yang bukan piutang usaha. Termasuk
dalam jenis piutang ini adalah piutang yang timbul dan memberi pinjaman kepada
pihak lain,pinjaman kepada para karyawan uang muka gaji kepada karyawan, dan
uang muka pajak (pajak yang ditangguhkan).
AKUNTANSI KEUANGAN 1 26/4
7

Penjualan kredit mengandung risiko bagi perusahaan yang berupa kerugian yang harus
diderita apabila debitur tidak membayar kewajibanya. Perusahaan besar yang banyak
melakukan transaksi penjualan secara kredit pada umumnya memiliki bagian khusus yang
disebut bagian kredit. Bagian ini bertugas mengevaluasi calon pembeli yang akan
melakukan secara kredit. Apabila penjualan kredit dapat disetujui, maka tugas bagian
kredit selanjutnya adalah monitor catatan pembayaran dari debitur yang bersangkutan.
Agar tercipta pengendalian interen yang baik atas penerimaan kas dari piutang, bagian
kredit tidak boleh merangkap sebagai penerimaan pelunasaan piutang.sebaiknya, petugas
penerimaan kas tidak berwenang untuk memberi petunjuk kredit.

Penilaian Piutang Usaha


Apabila piutang usaha telah dicatat dalam pembukuan, persoalan berikutnya adalah
bagaimana melaporkan piutang usaha dalam laporan keuangan. Sesuai dengan prinsip
akuntansi, perusahaan harus melaporkan piutang usaha sebagai asset. Kesulitan sering
dijumpai dalam menentukan jumlah rupiah yang akan dilaporkan, karena sebagai piutang
kadang-kadang tidak tertagih.
Kerugian Piutang
Penjualan secara kredit akan menguntungkan perusahaan karena lebih menarik bagi calon
pembeli sehingga volume penjualan meningkat yang bearti menaikan pendapat
perusahaan. Dalam akuntansi, kerugian akibat piutang tidak dapat ditagih dicatat dengan
mendebet akun kerugian piutang. Kerugian semacam itu dalam dunia usaha dianggap
sebagai hal yang normal dan merupakan resiko yang sudah selayaknya bagi perusahaan
yang melakukan penjualan secara kredit. Kerugian piutang yang terlalu rendah memberi
petunjuk bahwa bijakan kredit perusahaan terlalu ketat, sebaiknya kerugian piutang yang
terlalu tinggi dapat diartikan bahwa kebijakan kredit perusahaan lalu longgar.
Pencatatan kerugian piutang dapat melakukan dengan dua metoda yaitu:
Metode Penghapusan
Dalam metode ini, kerugian piutang akan dicatat pada saat perusahaan mendapat kepastian
bahwa suatu piutang kepada debitur tertentu tidak akan ditagih. Apabila keyakinan piutang
diyakini tidak akan dapat ditagih lagi, maka kerugian akibat tidak tertagihnhya piutang
tersebut lansung didebetkan ke dalam akun kerugian piutang dan akun piutang usaha
kredit.
Dalam metode peghapusan, akun beban kerugian piutang hanya akan menunjukan jumlah
kerugian yang sesungguhnya diderita, dan asset piutang usaha akan dilaporkan dalam
neraca sebesar jumlah brutonya. Walaupun metodenya ini sederhana, namun menerapkan
metode ini akan mengurangi kemanfaatan laporan keuangan, baik laporan laba-rugi
maupun neraca.
Dipihak lain neraca perusahaan juga tidak memberigambaran tentang nilai tunai piutang
yang dapat direalisasi. Oleh karena itu, metode penghapusan lansung tidak di akui untuk
pelaporan keuangan, kecuali bila kerugian piutang kecil sekali jumlahnya.
Metode Cadangan
Dalam metode adangan untuk akuntansi atas piutang tak tertagih perusahaan harus
menaksir besarnya piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih, pada setiap tahun.
Dengan cara seperti itu diperoleh penandingan (matching) antara pendapatan dan beban
yang lebih tepat. Selain itu dalam laporan posisi keuangan (neraca), piutang dapat
disajikan sebesar nilai bersih piutang yang dapat direalisasi.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 27/4
7

Dalam jumlah tersebut piutang sudah sudah dikurangi dengan jumlah yang diperkirakan
tidak akan tidak akan dapat ditagih dengan demikian, dalam metode ini piutang usaha
dalam neraca hanya dikurangi dengan jumlah yang diperkirakan tidak dapat ditagih.
Dengan demikian, dalam metode ini piutang usaha dalam neraca harus dikurangi dengan
jumlah yang diperkirakan tak tertagih.
Prinsip akuntansi menegaskan bahwa metode cadangan sebaiknya digunakan apabila
kerugian piutang berjumlah signifikan (material). Ada 3 hal penting yang terkandung
dalam metode ini:
1. Perusahaan menafsirkan jumlah piutang yang akan diperkirakan tak tertagih.
2. Perusahaan mendebetkan taksiran kerugian ke dalam akun kerugian piutang dan
mengedit akun cadangan kerugian piutang( sebuah akun kontra-aset) melalui jurnal
penyesuaian yg di buat pada setiap akhir periode.
3. Apabila perusahaan akan menghapus piutang tertentu yang sudah tidak dapat
ditagih(write off), maka jumlah yang sesunguh nya tidak dapat di tagih tersebut
didebetkan kea kun cadangan kerugian piutang dan jumlah yang sama dikredit kea kun
piutang usaha.

KASUS
Dalam buku besar PT Kinibalu, rekening Cadangan Kerugian Piutang mempunyai saldo
debet sebesar Rp 2.000.000,00. Taksiran kerugian piutang yang dilakukan atas dasar
persentase dari penjualan adalah Rp 4.100.000,00, dan jumlah taksiran kerugian piutang
atas dasar persentase dari piutang adalah Rp 5.800.000,00. Buatlah jurnal penjualan untuk
masing-masing dasar penaksiran diatas.
Jawab :
Persentase dari penjualan
Kerugian piutang 2.100.000
Cadangan kerugian piutang 2.100.000
(untuk mencatat kerugian piutang dari persentase penjualan)
Saldo cadangan kerugian piutang (D) Rp 2.000.000,00
Cadangan kerugian piutang (K) ( 4.100.000,00)
Saldo akhir Cadangan Kerugian Piutang (K) Rp 2.100.000,00
Persentase dari piutang
Kerugian piutang 7.800.000
Cadangan kerugian piutang 7.800.000
(untuk mencatat kerugian piutang dari persentase piutang)
Saldo cadangan kerugian piutang (D) Rp 2.000.000,00
Cadangan kerugian piutang (D) Rp 5.800.000,00
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (D) Rp 7.800.000,00

kasus
Berikut ini transaksi yang terjadi pada PT Nias selama tahun 2000 :
1. Dijual barang dagangan seharga Rp 600.000.000,00 secara kredit.
2. Diterima pelunasan piutang dagang sebesar Rp 570.000.000,00.
3. Dihapus piutang kepada tuan Andriono sebesar Rp 2.400.000,00.
4. Dihapus piutang kepada tuan Budiman sebesar Rp 4.200.000,00.
5. Tuan Andriono melunasi piutang yang sudah dihapus sejumlah Rp 1.800.000,00.
Diminta :
AKUNTANSI KEUANGAN 1 28/4
7

1. Buatlah jurnal yang diperlukan, apabila perusahaan menggunakan metoda langsung


untuk mencatat penghapusan piutang !
2. Apabila perusahaan menggunakan metoda cadangan dan menaksir piutang yang tidak
tertagih sebesar 1,5% dari total penjualan, hitunglah selisih kerugian piutang yang
dihitung dengan menggunakan kedua metoda tersebut !
Jawab :
1. Metoda penghapusan langsung
Kerugian piutang 600.000
Kas 1.800.000
Piutang dagang 2.400.000
(untuk mencatat penghapusan piutang oleh PT Nias pada tuan Andriono)
Kerugian piutang 4.200.000
Piutang dagang 4.200.000
(untuk mencatat penghapusan piutang oleh PT Nias pada tuan Budiman)
2. Metoda cadangan
1,5% x Rp 600.000.000,00 = Rp 9.000.000,00
Selisih dari kedua metoda diatas adalah :
Rp 9.000.000,00 – (Rp 4.200.000,00 + Rp 600.000,00) = Rp 4.200.000,00

kasus
Pada tanggal 31 Desember 2000, PT Sumatera memiliki informasi sebagai berikut :
Piutang Dagang Rp 400.000.000,00
Penjualan Bersih Rp 2.000.000.000,00
Cadangan Kerugian Piutang Rp 1.250.000,00
Diminta :
1. Buatlah jurnal yang diperlukan apabila perusahaan menaksir piutang yang tidak
tertagih sebesar 2% dari penjualan bersih.
2. Buatlah jurnal yang diperlukan apabila perusahaan menaksir piutang yang tidak
tertagih sebesar 4% dari saldo akhir piutang dagang.
Jawab :
1. Des 31 Kerugian piutang 40.000.000
Cadangan kerugian piutang 40.000.000
(untuk mencatat taksiran kerugian piutang dari penjualan bersih)
Rp 2.000.000.000,00 x 2% = Rp 40.000.000,00
2. Des 31 Kerugian piutang 16.000.000
Cadangan kerugian piutang 16.000.000
(untuk mencatat taksiran kerugian piutang dari saldo akhir piutang dagang)
Rp 400.000.000,00 x 4% = Rp 16.000.000,00

kasus
Pada akhir periode, PT Bangka memiliki saldo piutang sebesar Rp 300.000.000,00 yang
dikelompokkan berdasarkan umurnya, yaitu sebagai berikut :
Umur Piutang jumlah persentase
Tidak Tertagih
Jatuh tempo hari ini Rp 168.000.000,00 1%
Lewat jatuh tempo 1-30 hari 45.000.000,00 2%
Lewat jatuh tempo 31-60 hari 33.000.000,00 3%
AKUNTANSI KEUANGAN 1 29/4
7

Lewat jatuh tempo 61-90 hari 39.000.000,00 5%


Lewat jatuh lebih dari 90 hari 15.000.000,00 10%

Sebelum penyesuaian, rekening Cadangan Kerugian Piutang memounyai saldo (kredit)


sebesar Rp 1.300.000,00.
Diminta :
1. Hitunglah jumlah piutang dagang yang diperkirakan tidak tertagih !
2. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan !
3. Hitunglah jumlah piutang dagang bersih yang dilaporkan dalam neraca !
Jawab :
1. Jumlah piutang dagang yang diperkirakan tidak tertagih
Umur Piutang Jumlah Persentase Total Taksiran

Tidak Tertagih Tidak Tertagih


Jatuh tempo hari ini Rp 168.000.000,00 1% Rp 1.680.000,00
Lewat jatuh tempo 1-30 hari 45.000.000,00 2% Rp 900.000,00
Lewat jatuh tempo 31-60 hari 33.000.000,00 3% Rp 990.000,00
Lewat jatuh tempo 61-90 hari 39.000.000,00 5% Rp 1.950.000,00
Lewat jatuh lebih dari 90 hari 15.000.000,00 10% Rp 1.500.000,00
JUMLAH Rp 300.000.000,00 Rp 7.020.000,00
2. Kerugian piutang 8.320.000
Cadangan kerugian piutang 8.320.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (K) Rp 1.300.000,00
Cadangan kerugian piutang (K) Rp 7.020.000,00
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K) Rp 8.320.000,00
3. Piutang dagang bersih = Piutang dagang – Cadangan kerugian piutang
= Rp 300.000.000,00 – Rp 8.320.000,00
= Rp 291.680.000,00
5. Pada tanggal 31 Desember 2000. PT krakatau memiliki informasi sebagai berikut :
Piutang Dagang...................................................................Rp 320.000.000,00
Penjualan Kredit.................................................................Rp 1.920.000.000,00
Diminta :
Hitunglah jumlah kerugian piutang dan buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan apabila
:
1. Kerugian piutang ditaksir 1% dari penjualan.
a. Rekening Cadangan Kerugian Piutang sebelum penyesuaian memiliki saldo kredit
sebesar Rp 800.000,00.
b. Rekening Cadangan Kerugian piutang sebelum penyesuaian memiliki saldo debet
sebesar Rp 600.000,00.
2. Dari hasil analisis umur piutang diperoleh informasi bahwa jumlah cadangan kerugian
piutang periode ini adalah Rp 6.900.000,00 dan
a. Rekening Cadangan Kerugian Piutang sebelum penyesuaian memiliki saldo kredit
sebesar Rp 3.500.000,00.
b. Rekening Cadangan Kerugian Piutang sebelum penyesuaian memiliki saldo debet
sebesar Rp 1.500.000,00.
Jawab :
AKUNTANSI KEUANGAN 1 30/4
7

1. Taksiran kerugian piutang dari penjualan


Rp 1.920.000.000,00 x 1% = Rp 19.200.000,00
a. Kerugian piutang 19.200.000
Cadangan kerugian piutang 19.200.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (K) Rp 800.000
Cadangan kerugian piutang (K) Rp 18.400.000
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K) Rp 19.200.000
b. Kerugian piutang 19.200.000
Cadangan kerugian piutang 19.200.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (D) Rp 600.000,00
Cadangan kerugian piutang (K) Rp 19.800.000,00
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K) Rp 19.200.000,00
2. Cadangan kerugian piutang Rp 6.900.000,00
a. Kerugian piutang 10.400.000
Cadangan kerugian piutang 10.400.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (K) Rp 3.500.000,00
Cadangan kerugian piutang (K) Rp 6.900.000,00
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K) Rp 10.400.000,00
b. Cadangan kerugian piutang 5.400.000
Kerugian piutang 5.400.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (D) Rp 1.500.000
Cadangan kerugian piutang (K) Rp (6.900.000)
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K) Rp 5.400.000
kasus
Pada tanggal 31 Desember 2000. PT krakatau memiliki informasi sebagai berikut :
Piutang Dagang...................................................................Rp 320.000.000,00
Penjualan Kredit.................................................................Rp 1.920.000.000,00
Diminta :
Hitunglah jumlah kerugian piutang dan buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan apabila
:
1. Kerugian piutang ditaksir 1% dari penjualan.
a. Rekening Cadangan Kerugian Piutang sebelum penyesuaian memiliki saldo kredit
sebesar Rp 800.000,00.
b. Rekening Cadangan Kerugian piutang sebelum penyesuaian memiliki saldo debet
sebesar Rp 600.000,00.
2. Dari hasil analisis umur piutang diperoleh informasi bahwa jumlah cadangan kerugian
piutang periode ini adalah Rp 6.900.000,00 dan
a. Rekening Cadangan Kerugian Piutang sebelum penyesuaian memiliki saldo
kredit sebesar Rp 3.500.000,00.
b. Rekening Cadangan Kerugian Piutang sebelum penyesuaian memiliki saldo debet
sebesar Rp 1.500.000,00.
Jawab :
1. Taksiran kerugian piutang dari penjualan
AKUNTANSI KEUANGAN 1 31/4
7

Rp 1.920.000.000,00 x 1% = Rp 19.200.000,00
a. Kerugian piutang 19.200.000
Cadangan kerugian piutang 19.200.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (K) Rp 800.000
Cadangan kerugian piutang (K) Rp 18.400.000
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K) Rp 19.200.000
b. Kerugian piutang 19.200.000
Cadangan kerugian piutang 19.200.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (D) Rp 600.000,00
Cadangan kerugian piutang (K) Rp 19.800.000,00
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K) Rp 19.200.000,00
2. Cadangan kerugian piutang Rp 6.900.000,00
a. Kerugian piutang 10.400.000
Cadangan kerugian piutang 10.400.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (K) Rp 3.500.000,00
Cadangan kerugian piutang (K) Rp 6.900.000,00
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K) Rp 10.400.000,00
b. Cadangan kerugian piutang 5.400.000
Kerugian piutang 5.400.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (D) Rp 1.500.000
Cadangan kerugian piutang (K) Rp (6.900.000)
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K) Rp 5.400.000

kasus
Berikut ini transaksi-transaksi yang terjadi pada PT Madura :
Jan. 7 Dijual barang dagangan secara kredit kepada tuan Gani seharga Rp
18.000.000,00, dengan termin n/30.
Maret 3 Diterima sebuah wesel 9% berjangka 90 hari senilai Rp 18.000.000,00 dari tuan
Gani.
April 2 Didiskontokan wesel dari tuan Gani ke bank dengan tarif diskonto 10%.
Juni 1 Diterima pemberitahuan bahwa tuan Gani tidak dapat melunasi wesel
tersebut.Perusahaan terpaksa melunasi wese tersebut ke bank sebesar nilai
jatuh tempo ditambah biaya protes sebesar Rp 20.000,00.
Juni 15 Diterima pelunasan dari tuan Gani.
Diminta :
Catatlah transaksi diatas kedalam jurnal.
Jawab :
Jan 7 Piutang dagang 18.000.000
Penjualan 18.000.000
(untuk mencatat penjualan kredit pada Tuan Gani)
Mar 3 Piutang wesel 18.000.000
Piutang dagang 18.000.000
(untuk mencaat penerimaan piutang wesel - Tuan Gani)
AKUNTANSI KEUANGAN 1 32/4
7

April 2 Kas 18.251.625


Piutang wesel 18.000.000
Pendapatan bunga 251.625
(untuk menctat pendiskntoan wesel – Tuan Gani)
Nilai nominal wesel Rp 18.000.000,00
Bunga (Rp 18.000.000,00 x 9% x 90/360) Rp 405.000,00
Nilai jatuh wesel Rp 18.405.000,00
Diskonto (Rp 18.405.000 x 10% x 30/360) Rp (153.375,00)
Harga jual wesel (nilai wesel diskonto) Rp 18.251.625,00
Juni 1 Piutang wesel 20.000
Kas 20.000
(untuk melunasi wesel – Tuan Gani)
Juni 15 Kas 20.000
Piutang wesel 20.000
(untuk mencatat pelunasan piutang wesel – Tuan Gani)

kasus
Pada tanggal 1 Oktober 2000, Pt Kalimantan memiliki saldo piutang dagang sebesar Rp
200.000.000,00. Perusahaan menutup buku setiap tanggal 31 Desember. Transaksi yang
terjadi selama 6 bulan, dari tanggal 1 Oktober 2000 sampai dengan tanggal 1 maret 2001
adalah :
1. Pada tanggal 1 Oktober 2000, perusahaan menerima sebuah wesel 12% berjangka 6
bulan senilai Rp 40.000.000,00 dari tuan Hany sebagai pelunasan piutang dagang.
2. Pda tanggal 31 Desember 2000, perusahaan membuat jurnal penyesuaian untuk wesel
tersebut.
3. Pada tanggal 1 april 2001, diterima pelunasan penuh wsel tersebut bsrta bunganya.
Diminta :
1. Buatlah jurnal untuk mencatat transksi-transaksi diatas!
2. Buatlah jurnal pada tanggal 1 April 2001, apabila pada tanggal tersebut tuan Hany
tidak melunasi wesel tersebut!
Jawab :
1. Okt 1 Piutang wesel 40.000.000
Piutang dagang 40.000.000
(untuk mencatat penerimaan piutang wesel – Tuan Hany)
Des 31 Kas 41.200.000
Piutang wesel 40.000.000
Pendapatan bunga 1.200.000
(untuk mencatat penerimaan pelunasan wesel – Tuan Hany)
Nilai wesel Rp 40.000.000,00
Bunga (Rp 40.000.000,00 x 12% x 3/12) Rp 1.200.000,00
Nilai jatuh wesel Rp 41.200.000,00
Apr 1 Kas 42.400.000
Piutang wesel 40.000.000
Pendapatan bunga 2.400.000
(untuk mencatat penerimaan pelunasan wesel – Tuan Hany)
Nilai wesel Rp 40.000.000,00
Bunga (Rp 40.000.000,00 x 12% x 3/12) Rp 2.400.000,00
AKUNTANSI KEUANGAN 1 33/4
7

Nilai jatuh wesel Rp 42.400.000,00


2. Apr 1 Piutang dagang 42.400.000
Piutang wesel 40.000.000
Pendapatan bunga 2.400.000
(untuk mencatat piutang wesel pada tuan Hany yang tidak dapat di tagih)

kasus
Berikut ini informasi yang berhubungan dengan piutang dan penjualan pada PT Sulawesi
tanggal 31 desember 2000:
Piutang Dagang Rp 150.000.000,00
Cadangan Kerugian Piutang (D) 900.000,00
Penjualan 980.000.000,00
Retur dan Potongan Penjualan 20.000.000,00
Diminta :
1. Buatlah jurnal untuk mencatat kerugian piutang tahun 2000, apabila perusahaan
menaksir piutang yang tidak tertagih sebesar 2% dari penjualan bersih!
2. Buatlah jurnal untuk mencatat kerugian piutang tahun 2000, apabila perusahaan yang
tidak tertagih sebesar 3% dari saldo piutang dagang!
3. Butlah jurnal untuk mencatat penghapusan piutang kepada tuan Barno tanggal 30 April
2001(tahun berikutnya).Saldo rekening pembantu piutang kepada tuan Barno pada
tanggal tersebut berjumlah Rp 1.200.000,00.
Jawab :
1. Des 31 Kerugian piutang 19.200.000
Cadangan kerugian piutang 19.200.000
(untuk mencatat taksiran kerugian piutang dari penjualan bersih)
Penjualan bersih = Penjualan – retur dan potongan penjualan
= Rp 980.000.000,00 – Rp 20.000.000,00
= Rp 960.000,00
2% x Rp 960.000.000,00 = Rp 19.200.000,00
2. Des 31 Kerugian piutang 4.500.000
Cadangan kerugian piutang 4.500.000
(untuk mencatat taksiran kerugian piutang dari saldo piutang dagang)
3% x Rp 150.000.000,00 = Rp 4.500.000,00
3. April 30 Cadangan kerugian piutang 1.200.000
Piutang dagang 1.200.000
(untuk mencatat penghapusan piutang dagang pada tuan Barno)

kasus
PT Halmahera menentukan jumlah kerugian piutang setiap tahunnya setiap 1% dari
penjualan bersih. Namun dalam kenyataannya, dalam 5 tahun terakhir jumlah piutang yang
benar-benar dihapus sangat bervariasi antara 0,75%sampai 2% dari penjualan bersih tahun
yang bersangkutan.Hal ini mengakibatkan saldo rekening cadangan kerugian piutang pada
tanggal 31 desember 2000 bersaldo debit sebesar Rp 2.525.000,00. Mulai tahun ini
penetapan jumlah cadangan kerugian piutang dilakukan berdasarkan umur piutang dengan
tarif (persentase) yang berbeda untuk setiap kelompok umur. Informasi selengkapnya
adalah sebagai berikut :
AKUNTANSI KEUANGAN 1 34/4
7

Umur Piutang Jumlah Persentase


tidak tertagih
Jatuh tempo hari ini Rp 144.000.000,00 0,5%
Lewat jatuh tempo 1-30 hari 39.000.000,00 1%
Lewat jatuh tempo 31-60 hari 43.600.000,00 3%
Lewat jatuh tempo 61-90 hari 15.000.000,00 5%
Lewat jatuh tempo 91- 120 hari 8.500.000,00 10%
Lewat jatuh lebih dari 120 hari 4.500.000,00 25%
Diminta :
1. Hitunglah piutang yang di perkirakan tidak dapat ditagih!
2. Buatlah jurnal penyesuaian yang di perlukan!
Jawab :
1. piutang yang diperkirakan tidak tertagih
Umur piutang Jumlah Persentase Total taksiran

Tidak tertagih Tidak tertagih


Jatuh tempo hari ini Rp 144.000.000,00 0,5% Rp
720.000,00
Lewat jatuh tempo 1-30 hari 39.000.000,00 1% 390.000,00
Lewat jatuh tempo 31-60 hari 43.600.000,00 3% 1.308.000,00
Lewat jatuh tempo 61-90 hari 15.000.000,00 5% 750.000,00
Lewat jatuh tempo 91- 120 hari 8.500.000,00 10% 850.000,00
Lewat jatuh lebih dari 120 hari 4.500.000,00 25% 1.125.000,00
Jumlah Rp254.600.000,00 Rp 5.143.000,00

2. Kerugian piutang 2.618.000


Cadangan kerugian piutang 2.618.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
Saldo cadangan kerugian piutang (D) Rp 2.525.000,00
Cadangan kerugian piutang (K) (5.143.000,00)
Saldo akhir cadangan kerugian piutang (K) Rp 2.618.000,00

kasus
Berikut ini saldo rekening piutang piutang dagang dan cadagan kerugian piutang pada
tanggal 31 desember 1999dan 2000.(semuanya bersaldo normal dan saldo tanggal 31
desember 1999 sudah di sesuaikan .sedangkan saldo per tanggal 31 deaember 2000 belum
disesuaikan)
31 Desember 1999 31 Desember 2000
Piutang Dagang Rp90.000,000,00 Rp110,000,000,00
CKP 7500.000,00 550.000,00
Selama tahun 2000 terjadi penjualan kredit sebesar Rp500.000.000,00 dengan retur dan
potogan penjualan sebesar Rp30.000.000.00 piutang dagang pada ahakir tahun 2000 dapat
dikelompokan berdasarkan umurnya sebagai berikut.
Umur piutang jumlah presentase
tidak tertagih
Jatuh tempo hari ini Rp 90.000.000.00 1%
Lewat jatuh tempo 1-30 hari. 10.000.000.00 2%
AKUNTANSI KEUANGAN 1 35/4
7

Lewat jatuh tempo 31-60 hari 3.000.000.00 3%


Lewat jatuh tempo 61-90 hari 2.500.000,00 5%
Lewat jatuh lebih dari 90 hari 4.500.000,00 20%
Diminta:
Hitunglah jumlah piutang dagang yang tidak diperkirakan tidak dapat ditagih dan buatlah
jurnal penyesuaiannya,dengan anggapan:
1. Kerugian piutang dutaksir 1% dari penjualan kredit bersih.
2. Kerugian piutang ditaksir 3% dari saldo piutang dagang.
3. Kerugian piutang ditaksir berdasarkan umur piutang
Jawab:
Jumlah piutang dagang yang diperkirakan tidak tertagih
Umur piutang Jumlah presentase Total taksiran

Tidak tertagih tidak tertagih


Jatuh tempo hari ini Rp 90.000.000.00 1% Rp 900.000,00
Lewat jatuh tempo 1-30 hari. 10.000.000.00 2% Rp 200.000,00
Lewat jatuh tempo 31-60 hari 3.000.000.00 3% Rp 90.000,00
Lewat jatuh tempo 61-90 hari 2.500.000,00 5% Rp 125.000,00
Lewat jatuh lebih dari 90 hari 4.500.000,00 20% Rp 900.000,00
JUMLAH Rp 110.000.000,00 Rp2.215.000,00

Jurnal penyesuaian
1. Kerugian piutang 5.250.000
Cadangan kerugian piutang 5.250.000
(untuk menyesuikan rekening cadangan)
Penjualan kredit bersih = Penjualan kredit – Retur dan potongan penjualan
= Rp 500.000.000,00 –Rp 30.000.000,00
= Rp 470.000.000,00
1% x Rp 470.000.000,00 = Rp 4.700.000,00 + Rp 550.000,00
= Rp 5.250.000,00
2. Kerugian piutang 3.850.000
Cadangan kerugian piutang 3.850.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
3% x Rp 110.000.000,00 = Rp 3.300.000,00 + Rp 550.000,00
= Rp 3.850.000,00
3. Kerugian piutang 1.450.000
Cadangan kerugian piutang 1.450.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
1% x Rp 90.000.000,00 = Rp 900.000,00 + Rp 550.000,00
= Rp 1.450.000,00
Kerugian piutang 750.000
Cadangan kerugian piutang 750.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)

2% x Rp 10.000.000,00 = Rp 200.000,00 + Rp 550.000,00


= Rp 750.000,00
Keugian piutang 640.000
AKUNTANSI KEUANGAN 1 36/4
7

Cadangan kerugian piutang 640.000


(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
3% x Rp 3.000.000,00 = Rp 90.000,00 + Rp 550.000,00
= Rp 640.000,00
Kerugian piutang 675.000
Cadangan kerugian piutang 675.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
5% x Rp 2012.5000.000,00 = Rp 125.000,00 + Rp 550.000,00
= Rp 675.000,00
Kerugian piutang 1.450.000
Cadangan kerugian piutang 1.450.000
(untuk menyesuaikan rekening cadangan)
20% x Rp 4.500.000,00 = Rp 900.000,00 + Rp 550.000,00
=Rp 1.450.000,00
AKUNTANSI KEUANGAN 1 37/4
7

BAB III
PERSEDIAAN BARANG

Pengertian Persediaan
Istilah persediaan atau inventori menunjukan barang-barang yang dimiliki untuk dijual
dalam kegiatan normal perusahaan, istilah yang digunakan untuk menunjukkan barang-
barang ataupun persediaan yang dimiliki perusahaan tergantung pada jenis usaha
perusahaan. Pengertian persediaan adalah menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk
dijual dalam kegiatan normal perusahaan, serta untuk perusahaan manufaktur barang yang
telah di produksi atau ditempatkan dalam produksi. Adapun pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa persediaan adalah barang-barang yang dibeli perusahaan untuk dijual
kembali, yang diproses ataupun tanpa diproses terlebih dahulu.
Para pakar akuntansi memberikan istilah persediaan secara berbeda-beda:
Menurut Standar akuntansi keuangan “Persediaan adalah:
1. Untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
3. Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi pemberian jasa”.
Menurut C.Rollin Neswonger And Philip.E.Pross “Persediaan adalah:
1. Barang dagangan yang disimpan untuk dijual dalam operasi normal
2. Bahan-bahan yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk
digunakan dalam proses produksi”
Persediaan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, pengadaan barang-barang
yang masih dalam suatu proses produksi. Dalam arti barang-barang yang dimiliki oleh
perusahaan dagang yang meliputi barang-barang yang dibeli dan menjualnya kembali
tanpa mengadakan perubahan bentuk, dan perusahaan manufaktur yaitu perusahaan yang
membeli bahan baku dan merubah bentuknya melalui proses produksi untuk dapat dijual.

Jenis-Jenis Persediaan
Menurut Jay M Smith Skousen, 2001 Jenis persediaan yang dimiliki oleh setiap
perusahaan berbeda-beda tergantung sifat dan tujuan yang bersangkutan.
Persediaan Pada Perusahaan Dagang
Perusahaan yang dimaksud dalam hal ini adalah barang dagangan yang diperoleh oleh
perusahaan dengan maksud untuk dijual, jadi dalam perusahaan dagang tidak terjadi suatu
proses untuk mengubah barang tersebut yang diperoleh dari perusahaan industri.
Untuk perusahan dagang memiliki jenis barang yang terdiri dari:
A. Persediaan perlengkapan (Inventory Of Supplies)
Merupakan barang yang yang dimiliki perusahaan yang fungsinya untuk
memperlancar penjualan barang dagangan yang terdiri dari perlengkapan kantor,
toko dan gudang.
B. Persediaan barang dagangan (Merchandise Inventory)
Merupakan barang-barang yang diperoleh perusahaan untuk dijual kembali tanpa
melakukan perobahan atas barang tersebut.

Persediaan Pada Perusahaan Manufaktur


AKUNTANSI KEUANGAN 1 38/4
7

Aktivitas pada perusahaan manufaktur dimulai sejak mengelola bahan baku melalui suatu
proses produksi sehingga menjadi barang jadi untuk dijual. Persediaan yang ada di
perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang. Yang ada dalam perusahaan
manufaktur juga dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:
a. Bahan Baku
Bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari proses produksi
yang akan dapat dengan mudah indentifikasi biayanya.
b. Barang Dalam Proses
Barang dalam proses adalah barang-barang yang sedang dikerjakan (diproses)
tetapi pada tanggal neraca barang-barang tersebut belum selesai dikerjakan dan
masih memerlukan pengolahan lebih lanjut.
c. Barang Jadi
Barang jadi yaitu barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses
produksi dan menunggu saat penjualannya.

Sistem Pencatatan Persediaan


Ada dua macam metode pencatatan persediaan yaitu :
A. Sistem periodikal (physical System)
Harus dilakukan dengan melakukan perhitungan pengukuran penimbangan pada
akhir periode.
B. Sistem perpetual (perpetual system)
Pencatatan yang dilakukan secara terus menerus setiap kali ada pembelian dan
pemakaian.
Sistem Periodik (Metode Fisik)
Dalam sistem fisik atau periodik, perhitungan dan pencatatan terhadap penambahan,
pengurangan, dan saldo rekening persediaan hanya dilakukan sekali dalam satu periode
yaitu pada akhir periode. Metode ini digunakan pada perusahaan perusahaan yang menjual
barang dengan harga yang relatif murah tetapi frekuensi penjualan sangat sering.
Pencatatan terhadap masing-masing transaksi adalah :
A. Saat pembelian
persediaan
Kas(hutang)
B. untuk mencatat retur pembelian
Hutang dagang (kas)
Retur pembelian
C. mencatat biaya angkut pembelian
Biaya angkut pembelian
Kas
D. mencatat potongan pembelian
Hutang dagang
Kas
Potongan pembelian
E. mencatat penjualan
Kas
Penjualan
F. mencatat retur penjualan
Retur penjualan
AKUNTANSI KEUANGAN 1 39/4
7

Kas
Pencatatan persediaan dengan menggunakan sistem periodik ini dapat memberikan laporan
intern (jangka pendek). jika jumlah persediaan cukup banyak maka membutuhkan waktu
yang cukup lama sehingga menghambat laporan keuangan yang diperlukan.
Sistem Perpetual (Metode Buku)
Sistem perpetual adalah suatu metode pencatatan persediaan yang dilakukan secara terus
menerus, setiap ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dilakukan pencatatan
terhadap persediaan sebesar harga pokoknya dengan demikian setiap saat saldo perkiraan
persediaan menunjukkan saldo persediaan yang sebenarnya maka pada akhir periode
akuntansi (pada saat menyusun laporan keuangan) tidak diperlukan ayat jurnal
penyesuaian terhadap persediaan. Dalam hal ini perlu dijelaskan bahwa pencatatan
transaksi kedalam perkiraan persediaan adalah berdasarkan harga pokok baik transaksi
pembelian, retur pembelian, penjualan, retur penjualan, potongan pembelian, dan biaya
angkut pembelian. Adapun jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi dengan metode
perpetual adalah :
A. pada saat pembelian
Pembelian secara tunai
Persediaan barang
Kas
Pembelian secara kredit
Persediaan barang
Hutang dagang
B. pada saat penjualan
Untuk mencatat piutang dagang dan penjualan
Piutang dagang (kas)
Penjualan
C. Untuk mencatat harga pokok penjualan dan berkurangnya persediaan barang dagangan
Harga pokok penjualan
Pesediaan barang dagangan
D. Mencatat retur penjualan
Untuk mencatat retur penjualan dan berkurangnya piutang dagang
Retur penjualan
Piutang dagang
E. Mencatat biaya angkut pembelian
Persediaan barang
Kas
Metode pencatatan perpetual merupakan cara yang lebih mudah untuk mencatat persediaan
dibandingkan dengan metode periodik, karena metode perpetual dapat membantu
penyusunan neraca laporan laba rugi, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang-
barang dalam gudang.
Penilaian Persediaan
Tujuan dilakukan metode ini adalah untuk membandingkan biaya dengan pendapatan yang
saling berkaitan dalam rangka menghitung laba bersih pada akhir periode atau pada waktu
penutupan atau dalam menyusun laporan keuangan. Persediaan harus dihitung menurut
persatuannya maupun nilainya karena persediaan tersebut mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap kelayakan atau kewajaran laporan keuangan untuk tahun yang
bersangkutan.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 40/4
7

Adapun tujuan dilakukan metode alokasi harga pokok persediaan adalah :


A. Tujuan yang utama adalah untuk menghitung laba rugi dengan membandingkan biaya
dengan hasil penjualan.
B. Untuk menyajikan nilai, informasi secara teratur dalam perusahan.
C. Untuk memberikan informasi mengenai persediaan yang meningkatkan para investor
dan para pemakai lainnya.
Persediaan barang dagang merupakan salah satu akun yang penting dalam sebuah
perusahaan. Pengelolaan persediaan yang tepat dan benar akan mempermudah perusahaan
tersebut mencapai target yang diharapkan. Sebaliknya jika persediaan barang
pengelolaannya kurang tepat, maka akan mengakibatkan damapk yang negatif yaitu tidak
sesuai dengan target. Persediaan barang ini dapat berupa barang mentah, barang setengah
jadi dan barang siap pakai
Salah satu pengelolaan persediaan barang dagang dengan melakukan penilaian
terhadap persediaan barang dangan. Dengan melakukan penilaian persediaan barang
dagang secara tepat maka perusahaan dapat mengetahui nilai yang tersedia dalam satu
periode tertentu. Komponen pertama yang dilakukan dalam menilai persediaan barang
dagang dilihat dari jumlah fisiknya. Komponen yang kedua adalah harga per unit dari
barang. Harga barang per unit dapat diketahui berdasarkan asumsi yang digunakan
perusahaan.
Kartu stok merupakan cara yang paling aman untuk menghitung persediaan barang
dapat pada suatu perusahaan. Dalam akuntansi menghitung persediaan dapat dilakukan
dengan menggunakan sistem perpetual dan sistem periodik. Sistem perpetual atau metode
buku adalah sistem perhitungan persediaan yang masuk dan keluar dicatat di pembukuan.
Sedangkan sistem periodik terjadi pembelian maka jurnalnya adalah mendebet rekening
pembelian dan mengkredit kas atau utang dagang.
Metode LIFO
Metode LIFO atau last in first out atau yang disebut juga dengan masuk terahkir keluar
pertama. Ini berarti bahwa nilai persediaan yang terahkir kali masuk itulah yang pertama
kali dicatat sebagai barang yang dijual. Metode LIFO ini menghasilkan laba kotor yang
rendah, menghasilkan harga pokok penjualan yang tinggi dan menghasilkan persediaan
ahkir yang rendah. Sebagai contoh perhatikan soal dibawah ini.
Diketahui sebuah perusahaan PT.YUS-T menjual produk dalam bentuk sepeda. Transaksi
yang terjadi pada bulan Agustus antara lain:
 5 Agustus membeli persediaan barang sebanyak 200 unit @ Rp.180
 8 Agustus membeli persediaan sebanyak 200 unit @ Rp.200
 10 Agustus menjual persediaan sebanyak 150 unit @ Rp.300
 12 Agustus membeli persediaan sebanyak 200 @ Rp.220
 13 Agustus menjual persediaan sebanyak 300 unit @ Rp.350
 17 Agustus menjual persediaan sebanyak 100 unit @ Rp.400
 22 Agustus membeli persediaan sebanyak 200 unit @ Rp.240
 25 Agustus membeli persediaan sebanyak 200 unit @ Rp.260
 30 Agustus menjual persediaan sebanyak 500 unit @ Rp.450
Diketahui persediaan awal barang adalah 100 unit @ Rp.160
Metode FIFO
FIFO atau first in first out merupakan barang yang pertama masuk maka pertama keluar.
Ini berarti nilai barang yang pertama masuk akan dicatat sebagai barang yang dijual.
Metode FIFO ini akan menghasilkan persediaan ahkir yang tinggi, menghasilkan laba
AKUNTANSI KEUANGAN 1 41/4
7

kotor yang tinggi dan menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah. Pada metode
FIFO, persediaan barang yang dikeluarkan untuk produksi atau dijual, nilainya didasarkan
pada harga menurut urutan yang pertama masuk. Jadi, untuk penilaian pada persediaan
barang yang tersisa, berarti harganya didasarkan pada harga baru atau harga urutan yang
terakhir.
Metode FIFO ini merupakan kebalikan dari metode LIFO. Sebagai contoh, perhatikanlah
soal dibawah ini.
Perusahaan PT.YUS-T bergerak dalam bidang usaha mobil. Pada bulan Maret terjadi
transaksi seperti berikut ini:
 persediaan awal adalah 50 unit @ Rp.100
 7 Desember melakukan pembelian 20 unit @ Rp.110
 14 Desember menjual 30 unit @ Rp.200
 17 Desember melakukan pembelian 50 unit @ Rp.120
 21 Desember melakukan pembelian 20 unit @ Rp.130
 25 Desember terjadi penjualan 50 unit @ Rp.250
 31 Desember penjualan 10 unit @ Rp.300
AKUNTANSI KEUANGAN 1 42/4
7

BAB IV
AKTIVA TETAP TIDAK BERUJUD

Pengertian Aktiva Tak Berwujud


Pengertian aktiva tak berwujud menurut PSAK : Aktiva Tak Berwujud merupakan aktiva
non moneter yang bisa diidentifikasi, tidak memiliki wujud fisik secara nyata serta dimiliki
guna menghasilkan maupun menyerahkan barang dan jasa, disewakan maupun hanya
untuk tujuan administrasi.
Didalam akuntansi, diakuinya sebuah aktiva tak berwujud apabila :
1. Perusahaan berpotensi akan mendapatkan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang
dari aset tersebut
2. Biaya biaya dalam perolehannya bisa diukur dengan handal
Aktiva tak berwujud diakui sebesar harga perolehan. Kemudian pada periode selanjutnya
dilaporkan sebesar nilai tercatatnya. Didalam menentukan besaran harga perolehan
tergantung oleh bagaimana cara perolehan aktiva tak berwujudnya. Apabila aktiva tak
berwujud diperoleh dengan membeli atau transaksi yang menggunakan kas atau setara kas
lainnya, maka harga perolehan aktiva tak berwujudnya sebesar uang yang
dikeluarkan/akan dibayarkan. Dan apabila aset tidak berwujud diperoleh dengan
pertukaran dengan aktiva yang lain, maka harga perolehan aktiva tak berwujudnya sebesar
harga kekinian dari aktiva yang ditukar.

Contoh Aktiva Tak Berwujud


1. Hak Sewa (Lease Hold)
Hak sewa diperoleh dari transaksi sewa aktiva tertentu, disahkan oleh notaris dan
dalam tempo kurun waktu tertentu.
Contohnya : sewa gedung, sewa kendaraan, sewa mesin. alasan hak sewa diakui
sebagai aset tak berwujud karena:
 Memberikan kontribusi bagi perusahaan dimasa mendatang
 Memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Contoh Hak Sewa
1. PT Tiban Jaya Rotan menyewa gedung untuk showroom-nya Rp 100.000.000
selama 10 tahun
2. PT Tiban Jaya Rotan menyewa mobil Rp 250.000 per hari untuk kliennya yang
berkunjung.
Pencatatan :
Sewa Gedung 100.000.000
kas 100.000.000
Biaya Sewa 200.000
Kas 200.000

Kedua transaksi "sewa" tersebut diperlakukan berbeda


 Sewa gedung dicatat sebagai harga perolehan aktiva tak berwujud, berupa hak sewa
bangunan karena nilainya yang material dan manfaatnya lebih dari satu tahun buku,
yaitu selama 10 tahun kedepan
 Dalam transaksi sewa mobil, biaya yang dikelaurkan dicatat sebagai BIAYA,
karena nilai nominalnya tidak terlalu material dan manfaatnya hanya satu hari atau
kurang dari satu tahun buku.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 43/4
7

2. Hak Paten
Hak Paten merupakan hak yang didapat dari penemuan tertentu, penemu tersebut akan
mendapatkan manfaat dalam waktu tertentu dan dimasa mendatang (bisa
diperpanjang) contohnya penemuan formula, sistem, penemuan produk, atau rekayasa.
3. Trade Mark (Merek Dagang)
Merek dagang adalah hak yang didapat dari suatu merk komersil tertentu.
Contoh : logo, tulisan, simbol ataupun kombinasinya yang mewakili entitas tertentu.
4. Organization Cost
Merupakan pengeluaran entitas yang timbul sebelum perusahaan beraktivitas operasi.
Contohnya biaya notaris, biaya seperti ini dicatat sebagai perolehan aset tak berwujud
karena manfaatnya yang diperoleh entitas saat itu dan dimasa mendatang selama
entitas masih beroperasi.
5. Copyright (Hak Pengadaan)
Merupakan hak yang diberikan karena suatu penulisan, baik itu puisi, novel, karya
ilmiah, nada lagu maupun lirik, skenario film.
Hak Pengadaan (copyright) bisa meliputi hak mengedarkan dan memperbanyak karya
tersebut
6. Perijinan (Licences)
Hak yang didapat dari pemerintahan untuk bisa melakukan aktivitas yang terkait
dengan bidang usaha perusahaan.
Licences ini ada masa waktunya, apabila telah habis, maka harus
diperpanjang/diperbarui. biasanya izin seperti ini mempunyai jangka waktu lebih dari
satu tahun buku, bisa 3 hingga 30 tahun.
7. Franchise
Franchise merupakan hak yang didapat guna melakukan jenis usaha tertentu,
memasarkan produk juga mengikuti polanya, penggunaan logo maupun
pengelolaannya.
Kesemuanya dimiliki oleh entitas yang memberikan franchise/waralaba
8. Goodwill
Goodwil adalah keistimewaan atau kelebihan tertentu yang dimiliki suatu entitas.
Goodwill diakui apabila terjadi transaksi pada perusahaan yang dinilai lebih oleh
entitas lain.
Transaksi bisa berupa merger atau akuisisi maupun penjualan perusahaan.
Contohnya keistimewaan perusahaan bisa muncul karena perusahaan mempunyai
reputasi yang sangat bagus, mempunyai produk yang tak dimiliki oleh para pesaing
maupun letak perusahaan yang strategis.

Perlakuan Akuntansi Aset Tak Berwujud


Dalam akuntansi aktiva tidak berwujud, sebenarnya hampir sama permasalahannya dengan
aktiva berwujud
 Perolehan Aset Tak Berwujud dicatat dan diakui sebesar nilai faktur serta ditambah
semua biaya yang menyertai untuk mendapatkan aset/haknya (sama seperti aset
berwujud)
 Apabila terjadi pengeluaran setelah perolehan aset tak berwujud (expenditure),
biaya biaya tersebut dikapitalisasi ataupun dibebankan ke periode berjalan, sama
seperti tangible asset
AKUNTANSI KEUANGAN 1 44/4
7

 Amortisasi Aset Tak Berwujud, seperti halnya penyusutan pada aktiva tetap,
dialokasikan harga perolehannya menjadi biaya (beban usaha).
Pencatatan maupun perhitungan amortisasi sama caranya dengan perhitungan dan
pencatatan penyusutan aktiva tetap.
- Kecuali trade mark (merk dagang) yang dikelompokan kedalam HPP, mayoritas
Amortisasi merupakan biaya usaha
- Metode garis lurus mungkin lebih baik diaplikasikan dalam Amortisasi, karena aset tak
berwujud pada dasarnya tak berhubungan dengan produk/output yang dihasilkan
perusahaan.

Pelaporan Aktiva Tak Berwujud


Yang dilaporkan Aktiva Tak Berwujud hanya net value-nya (nilai bersih) setelah dikurangi
oleh akumulasi amortisasi. Akumulasi amortisasi ini tidak disajikan dalam neraca
Goodwill adalah bagian Aset dalam neraca keuangan perusahaan, diklasifikasikan kedalam
aset tak berwujud yang muncul pada saat terjadi akuisisi suatu perusahaan terhadap
perusahaan yang lain. Timbulnya goodwill ketika pembayaran (pembelian) atas perusahaan
lain dengan harga diatas harga pasar aset bersih (nilai buku).
Selisih yang timbul inilah yang dinamakan Goodwill
Misalnya Perusahaan A ingin membeli perusahaan B untuk ekspansi usahanya.
Perusahaan B memiliki total Aset sebesar Rp 1.000, total Liabilitas: Rp 350 dan total
Equity Rp 650. Perusahaan B jual mahal terhadap perusahaan A karena tau posisi mereka
strategis buat perusahaan A. Setelah negosiasi yang cukup melelahkan, akhirnya
perusahaan B mau di beli oleh perusahaan A dengan harga Rp 850, dan deal Lalu
bagaimana ?
Mari perhatikan
Harga Beli : 850
Total Aset : 1000
Net Aset : 650

*Net Aset: Total Aset-Total Kewajiban (utang)

Total Aset Bersih Perusahaan B adalah Rp 650 namun dibeli oleh perusahaan A dengan
harga Rp 850. Ada selisih Rp 200. selisih inilah yang kita sebut sebagai "Goodwill". Apa
ini kerugian ? Mungkin secara angka angka memang lebih mahal.
Tetapi, dengan pembelian perusahaan B ini, perusahaan A akan mendapatkan manfaat yang
besar kedepannya yang akan mengalir hingga beberapa tahun kedepan.

Secara sederhana perusahaan A melakukan penjurnalan seperti ini :


Debit | Aset Rp1.000
Debit | Goodwill Rp200
Kredit | Kas Rp850
Kredit | Liabilitas Rp350

Notes:
Itu hanya contoh sederhana saja, biasanya ditulis terdiri dari aset apa aja (current aset,
fixed asets dll), libilities apa saja, dan detail lain nya serta tentunya lebih kompleks.
AKUNTANSI KEUANGAN 1 45/4
7

Apa sudah ada gambaran apa itu goodwill ?


Bisa dikatakan goodwill adalah aset tak berwujud yang mungkin paling tak berwujud
karena goodwill paling susah untuk diukur secara handal.
Perolehan Goodwill
Goodwill akan timbul jika ada aktivitas sebuah perusahaan yang membeli perusahaan yang
lain, dimana harga yang dibayarkan lebih besar dari harga/kekayaan bersih perusahaan
yang dibeli.
Namun, apabila harga belinya dibawah dari kekayaan bersihnya, maka yang muncul adalah
goodwill negatif.
Amortisasi Goodwill
Amortisasi merupakan istilah lain dari penyusutan, kalau pada aktiva tetap ada istilah
penyusutan, dalam Aset Tak Berwujud, penyusutan itu disebut amortisasi. PSAK
menyebutkan, amortisasi merupakan alokasi jumlah tersusutkan secara sistematis atas
aktiva tak berwujud selama masa manfaat ekonomisnya.
Harga perolehan aktiva tak berwujud dibebankan secara periodik kedalam rugi laba
perusahaan berdasarkan perkiraan terbaik atas masa manfaat goodwill atau aset tak
berwujud lainnya
Metode amortisasi yang sering digunakan adalah Metode Garis Lurus (Straight Line
Method).
Setiap tutup buku, 31 Dec, dilakukan pembebanan amortisasi goodwill kedalam Laporan
Laba Rugi dan juga sekaligus nilai buku goodwil pada neraca dikurangi, dengan jurnal
Dec 31:
Debit | Amortisasi Goodwill Rp xxx
Kredit | Akumulasi Amortisasi Goodwill Rp xxx

Rp xxx adalah jumlah goodwill dibagi sebanyak berapa tahun manajemen meng-
amortisasi-kan dengan berdasarkan perkiraan terbaik atas masa manfaat goodwillnya
Dan yang penting wajar
Misal seperti contoh di atas, goodwill sebesar Rp 200, Di amortisasi selama 5 tahun, jadi
tiap tahunnya Rp 200/5 = Rp 40. Dalam penentuan berapa banyak tahun yang dibutuhkan
dalam mengamortisasi goodwill ? Hal ini sebenarnya menjadi banyak perdebatan.
Tambahan :
Account akumulasi amortisasi goodwill serta aset tak berwujud yang lain umumnya tidak
disajikan dalam neraca tetapi hanya disajikan sebesar nilai buku.
Penghapusan Goodwill
Apa tujuan penghapusan Goodwill ?
Jika seandainya goodwill yang didapat atas pembelian perusahaan terdahulu sudah diaku
tidak memberikan manfaat lagi bagi perusahaan.
Lalu untuk apa goodwill dipertahankan ?
Maka untuk itu perlu adanya penghapusan goodwill.
Pencatatan jurnalnya :
Debit | Amortisasi Goodwill Rp xxx
Kredit | Akumulasi Amortisasi Goodwill Rp xxx
AKUNTANSI KEUANGAN 1 46/4
7

Anda mungkin juga menyukai