Anda di halaman 1dari 8

Tugas UAS (2)

Nama : Christiana Nia Iskandar


NPM : 16 3103 0031
Mata Kuliah : Akuntansi Keperilakuan

Bab 19 Akuntasi Sumber Daya Manusia (ASDM)


19.1 Definisi Akuntansi Sumber Daya Manusia
Manusia sebagai sumbe daya yang bernilai dan laporan keuangan perusahaan
dianggap kurang lengkap jika belum memasukkan unsur yang dapat merefleksikan status
aset manusia. ASDM berarti pengukuran investasi organisasi pada manusia, pengukuran
biaya terhadap pergantian manusia dan kontribusi nilainya bagi organisasi. ASDM
adalah cara berpikir bagaimana mengelola manusia. Nilai SDM dapat meningkat atau
menurun sebagai hasil dari cara-cara mengelola SDM.

19.2 Sejarah Akuntansi Sumber Daya Manusia


Siegel dan Marconi menyatakan bahwa ASDM telah berkembang sejak 1960-an dan
disertai dengan konvergensi beberapa pemikiran. ASDM merupakan respon terhadap
perubahan bentuk yang mendasar dari ekonomi Amerika Serikat (USA) pascaindustrial
menjadi ekonomi berbasis jasa. Hal tersebut meningkatkan pengakuan terhadap aset
manusia atau modal modal manusia yang membedakan ekonomi saat ini dengan yang
terdahulu dan menjadi bagian utama aset organisasi saat ini. Sejarah ASDM di USA
dipisahkan dalam beberapa periode, yaitu :
a. Pertumbuhan pengakuan pentingnya aset manusia : USA mulai mengalami
transformasi perekonomian pada akhir Perang Dunia II, yaitu terjadinya
restrukturisasi fundamental terhadap perekonomiannya. Transformasi tersebut
mengarah pada perubahan dalam komposisi angkatan kerja (tidak hanya pada jenis
sektor-sektor tempat kerja manusia, tetapi juga jenis dan tingkatan keahlian yang
diminta).
b. Dorongan pengembangan ASDM : Dalam struktur ekonomi pertanian dan industrial
tingkat modal manusia jauh lebih rendah dibandingkan struktur ekonomi berbasis
pengetahuan dan jasa seperti saat ini. ASDM telah dikembangkan dari tradisi yang
paralel dengan manajemen karyawan yang dikenal sebagai aliran SDM yang
didasarkan pada pemikiran bahwa manusia adalah sumber daya organisasi yang
berharga. Manusia memiliki ketrampilan, pengalaman dan pengetahuan yang
merupakan bentuk dari modal (disebut dengan modal manusia/human capital).
c. Penelitian awal ASDM : Dikembangkan pertama kali oleh R.H. Hermanson yang
diterbitkan sebagai monograf pada 1964 dengan judul “Akuntansi untuk Aset
Manusia”. Lalu dilanjutkan pada 1966 oleh R.L. Brummet Flamholtz dan W.C. Pyle
dengan program riset mengenai akuntansi sumber daya manusia di Universitas
Michigan. Kemudian dilanjutkan eksperimentasi dalam organisasi oleh Eric G.
Flamholtz dan mengembangkan model teoretikal untuk mengukur nilai individu
dalam organisasi yang disebut dengan “The Stochastic Rewards Valuation Model”.
d. Penelitian manajerial ASDM : Terdapat suatu badan teoretis dan riset empiris
dengan mengembangkan konsep, model, dan metode ASDM yang meneliti manusia
sebagai aset organisasi, karena adanya penelitian awal oleh Hermanson, Brummet,
Flamholtz, dan Pyle. Penelitian ini dikenal sebagai ASDM.

19.3 Peran Manajerial ASDM


Tujuan utama ASDM adalah sebagai sistem untuk menyediakan pengukuran biaya
dan nilai manusia terhadap organisasi. Dari sudut pandang manajerial, ASDM ditujukan
untuk membantu membuat keputusan dengan menggunakan kalkulasi biaya nilai, yaitu
penilaian biaya dan nilai yang terlibat dalam keputusan. Keputusan yang dimaksud
adalah dalam segala tahap proses manajemen sumber daya manusia perolehan,
pengembangan, alokasi, pemeliharaan, penggunaan, evaluasi, dan pemberian balas jasa
terhadap sumber daya manusia.

19.4 Pengukuran Biaya dan Nilai SDM


ASDM bermanfaat untuk manajemen SDM (MSDM). Beberapa konsep dan metode
yang telah dikembangkan untuk mengukur biaya dan nilai SDM, antara lain :
a. Mengukur biaya SDM
Terdapat tiga konsep yang diusulkan kepada manajemen untuk mengukur biaya
sumber daya manusia, yaitu sebagai berikut.
1. Biaya awal : pengeluaran aktual atau historis yang terjadi sebagai suatu investasi
dalam sumber daya.
2. Biaya penggantian : pengorbanan yang harus dilakukan hari ini untuk
menggantikan sumber daya dari suatu organisasi.
3. Biaya kesempatan : jumlah maksimal yang dapat diperoleh sumber daya tersebut
dalam penggunaan alternatif.
Masalah akuntansi untuk menilai sumber daya manusia berbeda secara signifikan
dari masalah pengukuran biaya pada umumnya. Pengukuran biaya melibatkan
penelusuran biaya dan mengakumulasikan. Hal tersebut sebagaian besar merupakan
proses historis. Nilai berorientasi pada masa depan, bukan masa lalu. ASDM
memerlukan prediksi dan bersifat tidak pasti.
b. Pengukuran nilai SDM
Pengukuran nilai SDM sebagian besar berorientasi masa depan, bukan masa lalu
sehingga merupakan peramalan dan melekat ketidakpastian. Nilai SDM adalah nilai
kini atau nilai yang didiskontokan atas harga jasa masa depan yang diharapkan.
Konsep nilai SDM dapat diterapkan untuk individu, kelompok, dan sistem SDM
secara total. Nilai SDM dapat diukur sebagai berikut.
1. Pengukuran Nonmoneter SDM : Pengukuran terhadap dimensi-dimensi tertentu
dari suatu organisasi (kepemimpinan, iklim organisasi, dan proses) dengan
bantuan teknik riset survey dapat digunakan untuk memperoleh estimasi
perubahan dalam kapasitas produktif suatu organisasi. Faktor ekonomi, sosial,
dan psikologis menentukan nilai seseorang bagi suatu organisasi, karena
seseorang merupakan produk dari atribut yang dibawanya ke dalam organisasi
dan karakteristik organisasi itu sendiri.
2. Pengukuran moneter SDM : Pendekatan ini fokus pada masalah pengukuran nilai
seorang individu bagi organisasi yang dikonsepkannya sebagai proses stokastik
dengan pengharagaan. Kondisi yang akan ditempati oleh seseorang di masa
depan tidak dapat diketahui dengan pasti, maka perkiraan matematis dari jasa
seseorang harus diukur. Hasilnya adalah ukuran langsung mengenai nilai yang
diharapkan dari orang tersebut bagi suatu organisasi. Hermanson
mengembangkan teknik pengembangan pengukutn pengganti dari nilai moneter
sumber daya manusia, yaitu (a) metode goodwill yang tidak dibeli dan (b) metode
nilai sekarang yang disesuaikan.

19.5 Keberlanjutan Sistem ASDM


Setiap perusahaan memerlukan tingkat kapabilitas ASDM yang berbeda-beda. ASDM
yang sesuai pada tahap tertentu dapat menjadi tidak memadai pada tahap selanjutnya.
Tahap-tahap sistem SDM, yaitu sbb.
a. Sistem ASDM I : tahap prasyarat sistem personel. Sistem ini memiliki hampir semua
sistem personalia yang menjadi prasyarat untuk mengimplementasikannya dan
mengandalkan kemampuan SDM yang mendasar.
b. Sistem ASDM II : tahap sistem ASDM dasar. Pada sistem ini fungsi perencanaan
SDM memasukkan estimasi biaya atas perekrutan dan pelatihan SDM.
c. Sistem ASDM III : tahap sistem ASDM menengah. Pada tahap ini kapabilitas SDM
adalah moderat. Perncanaan SDM memasukkan biaya pengganti maupun awal, juga
ditentukan kebijakan pembuatan keputusan dan anggaran SDM yang menjadi subjek
analisis yang lebih sistematis.
d. Sistem ASDM IV : merupakan sistem ASDM maju. Pada tahap ini perencanaan
SDM didasarkan pada biaya standar personel. Digunakan model stokhastik dan
komputer untuk menjalankan sumulasi perencanaan SDM parameter yang digunakan
berbagai variabel sehingga analisis sensitivitas dapat dilakukan.
e. Sistem ASDM V : Sistem kapabilitas total. Dalam sistem ini ditemui kapabilitas
ASDM secara utuh. Perencanaan SDM didasarkan pada model stokhastik dan
simulasi dari dampak perencanaan keselururhan terhadap nilai SDM yang dibentuk.
Sistem ini sangat sulit untuk mengembangkan kapabilitas karena persyaratan data
yang sangat keras.

19.6 Dilema SDM


Perusahaan elektronik Excelent (1965), menghasilkan produk elektronik hiburan
untuk di rumah. Produk pertamanya muncul pada 1975. Perusahaan terus mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat sejak 1965 sampai 1980. Selama periode ini peusahaan
memiliki 2.500 karyawan, 150 diantaranya adalah manajer. Namun, pada 1981
perusahaan mengalami penurunan penjualan dan biaya yang diperkirakan naik sehingga
kondisi bisnis tidak dapat berkembang. Hal ini diperburuk oleh meningkatnya gaji
karyawan. Keputusan yang harus diambil oleh manajer adalah merumahkan pegawai
dengan konsekuensi moral karena karyawan telah berkontribusi lama dan pemeliharaan
karyawan yang cukup mahal. Sampai Mei 1981 kondisi perusahaan tidak membaik.
Untuk mengatasi masalah ini, presiden perusahaan menanyakan pada controller
perusahaan untuk menaksir penghematan dari merumahkan pegawai sebanyak 10%
dalam tiga, enam, sembilan, atau 12 minggu dan presiden perusahaan setuju atas estimasi
tersebut dan menyatakan bahwa sebaiknya 10% karyawan dirumahkan selama 9 minggu
agar menghemat biaya gaji pada 1981. Namun, manajer personalia menyatakan bahwa
penghentian sementara para karyawan akan melukai hati para karyawan dan menurunkan
moral mereka, dan jika pada akhir tahun penjualan dapat naik maka perusahaan sulit
mempekerjakan mereka kembali karena banyak pekerjaan yang ditawarkan menjelang
akhir tahun. Sementara, untuk merekrut, mempekerjakan, dan melatih karyawan baru
diperlukan biaya yang tinggi. Manajer tersebut minta masalah ini dibahas lebih
mendalam dalam pertemuan komite eksekutif.

Bab 20 Akuntansi Sosial


20.1 Definisi Akuntansi Sosial
Akuntansi sosial adalah pengukuran dan analisis dari konsekuensi sosial dan ekonomi
dari perilaku wirausaha dan pemerintahan. Pembahasan akuntansi sosial berhubungn
dengan bisnis dan lingkungan sekitarnya. Lingkungan bisnis mencakup, SDA, komunitas
tempat beroperasi, manusia yang bekerja, pelanggan, dan kompetitor serta perusahaan
lain.
Akuntansi sosial memperluas model akuntansi tradisional dan ilmu ekonomi
tradisional yang berfokus pada produksi dan distribusi barang jasa kepada masyarakat
dengan menghubungkan dampak aktivitas perusahaan terhadap masyarakat. Akuntansi
sosial dapat dilihat sebagai pendekatan yang berguna untuk mengukur dan melaporkan
kontribusi sosial perusahaan pada komunitas ataupun masyarakat.
Akuntansi sosial berpendapat bahwa perhitungan yang lebih tepat untuk menghitung
kontribusi sosial adalah dengan memasukkan biaya sosial dan manfaat sosial dalam
laporan keuangan, khususnya laporan laba rugi.

20.2 Sejarah Akuntansi Sosial


Akuntansi sosial berfokus pada identifikasi dan pengukuran dari manfaat sosial dan
biaya sosial, suatu konsep yang sering diabaikan oleh akuntansi trandisional. Manfaat
dan biaya sosial dapat diidentifikasikan sebagai efek positif dan negatif dari
pengembangan ekonomi, industrialisasi, dan perubahan teknologi yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh organisasi.
Awal 1900-an, A.C. Pigou dan ahli ekonomi lainnya telah mencoba untuk
memasukkan manfaat dan biaya sosial ke model neoclassical dari mikro-ekonomi. Ada
sebagian besar ahli ekonomi yang berpendapat bahwa manfaat dan biaya sebagai
anomali dan harus ditolak. Biaya dan manfaat sosial, secara tradisional ditolak oleh ahli
teori dan praktisi akuntansi tradisional. Namun pada 1960-an muncul beberapa
pergerakan massa, khususnya mereka yang mendedikasikan gagasannya unruk membuat
pemerintaan dan bisnis menjadi lebih responsive terhadap kebutuhan sosial mendorong
organisasi untuk berfokus pada tanggung jawab atas manfaat dan biaya sosial. Terdapat
tiga contoh yang ada : (a) gerakan hak-hak sipil, (b) gerakan emansipasi wanita, dan (c)
gerakan hak-hak konsumen. Dengan adanya hukum-hukum, pemerintah memaksa
individu dan bisnis menjadi lebih peduli dan responsive terhadap kebutuhan sosial.
Berikut adalah respons perusahaan dan profesi akuntansi terhadap akuntansi sosial.
a. Respons perusahaan : Sebelum 1960-an beberapa perusahaan dinilai mempunyai
reputasi menjadi “warga Negara yang baik (good citizens)”. Reputasi tersebut
diperoleh karena perusahaan-perusahaan tersebut memproduksi produk dengan
mutu yang baik, memperlakukan pekerja dengan hormat dan respek, memberikan
sumbangan kepada masyarakat, atau membantu fakir miskin. Mulai 1960-an,
banyak perusahaan yang sebelumnya tidak peka terhadap kebutuhan sosial
menjadi responsive pada masalah sosial. Perusahaan perlu responsive terhadap
kebutuhan sosial untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakatnya agar
dapat memperoleh laba jangka panjang. Namun banyak perusahaan dan asosiasi
industry masih ada yang mencoba menentangnya, karena mereka merasa bahwa
masalah sosial merupakan tanggung jawab pemerintah karena perusahaan-
perusahaan telah membayar pajak.
b. Respons profesi akuntansi : Walaupun akademisi dan praktisi akuntansi sudah
mendiskusikan bagaimana profesi mereka berkontribusi terhadap tanggung jawab
sosial pada 1960-an, tetapi proses utamanya baru dibuat pada akhir 1960-an dan
pertengahan 1970. Namun, sebagian akademi dan praktisi akunyansi masih ada
yang tidak menerima akuntansi sosial sebagai bagian dari prinsip akuntansi
berterima umum dan tidak menyetujui keharusan perusahaan untuk menghasilkan
informasi akuntansi sosial.

20.3 Akuntansi Biaya dan Manfaat Sosial


Teori dasar akuntansi sosial datang dari A.C. Pigou pada 1948 melalui analisis biaya
dan manfaat sosial. Pigou adalah seorang ahli ekonomi neoclassical yang
memperkenalkan mengenai ide biaya sosial dan manfaat dalam ekonomi mikro pada
1920. Gagasan penting Pigou adalah mengenai optimalitas pareto/pareto-optimality
(tidak mungkin menambah kesejahteraan ekonomi seseorang tanpa menhirangi
kesejahteraan ekonomi orang lain) tidak dapat diperoleh selama produk bersih sosial dan
produk bersih privat yang tidak sama (unequal). Menurut Pigou, biaya sosial merupakan
semua biaya dari membuat produk. Biaya dibayarkan oleh produsen yang disebut biaya
privat. Menurut Pigou, optimalitas pareto hanya dapat diraih jika margin manfaat sosial
sama dengan margin biaya sosial.
a. Teori akuntansi sosial : Menurut pandangan Ramanathan, perusahaan menpunyai
kontrak untuk menyediakan manfaat sosial bersih kepada masyarakat. Dia percaya
bahwa akuntan harus menghitung kontribusi bersih historis (seanalogi dengan
neraca) dan kontribusi bersih tahunan perusahaan kepada masyarakat.
b. Pengukuran : Terdapat tiga langkah proses, yaitu (1) menentukan biaya dan manfaat
sosial, (2) kuantifikasi biaya dan manfaat, dan (3) menempatkan nilai moneter pada
jumlah akhir.

20.4 Pelaporan Kinerja Sosial


Pendekatan pelaporan untuk pengembangan kerangka akuntansi sosial adalah sbb.
a. Audit sosial : proses yang independen untuk menghitung dan melaporkan dampak
ekonomi, sosial, dan lingkungan dari program-program dan kegiatan operasi regular
perusahaan yang berorientasi sosial. Audit sosial bertujuan untuk meganalisis secara
independen suatu perusahaan dan menilai kinerjanya.
b. Laporan sosial : terdapat dua teori untuk mengembangkan laporan sosial (Linowes
dan Estes) dan laporan sosial actual dari First National Bank of Minneapolis. David
Linowes mengembangkan laporan kegiatan sosial-ekonomi sebagai dasar untuk
pelaporan akuntansi sosial. Dibagi menjadi 3 kategori : hubungan dengan manusia,
hubungan dengan lingkungan, dan hubungan dengan produk. Raiph Estes
mengembangkan model menggunakan sudut pandang Pigovian dalam hal manfaat
dan biaya sosial. Dia menghitung semua manfaat sosial sebagai kontribusi
perusahaan kepada masyarakat dari kegiatan-kegiatannya.
c. Pengungkapan dalam laporan tahunan : banyak perusahaan menerbitkan laporan
tahunan kepada pemehgang saham dan pihak berkepentingan lainnya yang
mengandung informasi sosial.
d. Pengembangan di luar negeri : model Eropa paling sering diadaptasi oleh banyak
pihak.
20.5 Riset Masa Kini
Riset dalam akuntansi sosial bersifat ekstensif dan fokus kepada banyak subjek untuk
pengembangan kerangka teoritis. Riseta yang ada sekarang berfokus pada daya guna data
akuntansi sosial terhadap investor.

20.6 Dilema Perusahaan


Perusahaan St. Clark Company merupakan perusahaan yang bekerja di bidang
produksi kertas dan bubur kayu, memutuskan untuk menggunakan propertinya di Forest,
Winconsin, Amerika Serikat, untuk membangun pabrik kertas. Daerah tersebut masih
bebas dari polusi. Forest adalah daerah dengan penduduk 20.000 orang yang memiliki
sifat independen dan pekerja keras, sebagian dari mereka menolak pendirian pabrik
kertas tersebut. Sebanyak 8% masyarat Forest adalah pengangguran yang sebagian besar
karena dampak PHIK dari perusahaan di luar industri kertas. Jika mereka dipekerjakan di
pabrik kertas yang akan didirikan maka mereka memerlukan pelatihan.
Angela Clark, Presiden dari St. Clark meminta Money, controller perusahaan, untuk
meneliti situasi dan menyampaikannya kasus yang ada. Mr. Money diminta menyusun
proposal agar masyarakat dan pejabat di daerah tersebut percaya bahwa pembangunan
pabrik akan menguntungkan komunitas dan pemerintah daerah tersebut. Dia ingin
menyampaikan manfaat dan biaya yang ada, tetapi dia tidak yakin dapat mengidentifikasi
dan mengukur semuanya.
Untuk menyelesaikan masalahnya. Mr. Money harus membuat daftar mengenai
semua kontribusi dan kerugian dari rencana pembangunan pabrik kertas terlebih dahulu.
Kontribusi dan kerugian tersebut ada yang dapat dihitung atau dikuantitatifkan dan ada
yang tidak dapat dikuantitatifkan. Walaupun berisiko untuk membuat daftar mengenai
kerugian yang ada, tetapi lebih berisiko bila perusahaan tidak menyampaikannya. Mr.
Money harus dapat menghitung efek yang ditimbulkan, jika mungkin. Jika efek tidak
dapat dihitung, minimal dapat dijelaskan. Manusia lebih menyukai penyampaian yang
fair termasuk perhitungan yang ada mengenai manfaat dan biaya, yang dapat
mengarahkan pada keputusan terbaik.

Anda mungkin juga menyukai