Anda di halaman 1dari 9

PENGKAJIAN PROSES CITRA TEGAK (ORTHO) SATELIT RESOLUSI SANGAT

TINGGI SECARA ORTHOSISTEMATIS DAN ORTHOREKTIFIKASI PRIMER STUDI


KASUS WILAYAH BANGKA
Aliska Pangda Gisda1, Bebas Purnawan2, Dodi Sukmayadi3
ABSTRAK
Saat ini lembaga pemerintah seperti LAPAN dan BIG sedang melakukan penelitian untuk mencoba
menghilangkan penggunaan data Ground control point (GCP) di proses bundle adjustment pada
orthorektifikasi primer dengan menggunakan teknik orthorektifikasi sistematis (orthosistematis). Penelitian
ini dilakukan untuk mengkaji perbandingan proses penegakan citra satelit resolusi tinggi secara
orthorektifikasi primer (dengan GCP) dan orthosistematis (tanpa GCP) dengan studi kasus wilayah pulau
Bangka. Pada orthosistematis titik kontrol diganti dengan menggunakan tie point. Hasil akhir bundle
adjustment (BA) dengan GCP dan tanpa GCP masing-masing telah memenuhi spesifikasi standar ketelitian
yang telah ditetapkan, BA dengan GCP lebih baik daripada tanpa GCP. Secara visual residual kedua
parameter tidak lagi memiliki kesalahan sistematis. Dari hasil rectify dan pansharpening terjadi pergeseran
objek perairan dan pergeseran posisi piksel citra. Parameter dalam penelitian ini menggunakan citra satelit
dan DSM yang sama, sehingga perubahan visual yang terjadi antara orthorektifikasi primer dan
orthosistematis hampir sama atau tidak terlihat perbandingan yang signifikan. Hasil uji ketelitian RMSE
dengan CE 90 menggunakan Independent Check Point (ICP) didapatkan nilai ketelitian horisontal 1,235
meter untuk orthorektifikasi primer, sedangkan dari hasil orthosistematis didapatkan nilai ketelitian
horisontal 9,081 meter.

Kata Kunci : Akurasi, Bundle Adjustment, Orthosistematis, Orthorektifikasi Primer, Ketelitian Gometrik

I. PENDAHULUAN juga Ground control point (GCP). Proses koreksi


Citra satelit hasil penginderaan jauh menjadi geometri ini membutuhkan biaya yang cukup besar
solusi dalam penyediaan Informasi Geospasial (IG) dan waktu yang lama, salah satu faktor yang
Dasar skala besar yang belum tersedia dibeberapa mempengaruhi adalah karena kondisi geografis
wilayah di Indonesia. Peraturan yang mengatur wilayah Indonesia yang luas dan berupa kepulauan
tentang penginderaan jauh di Indonesia terdapat sehingga cukup sulit dijangkau, serta bayaknya
pada Undang-Undang No.21 tahun 2013 tentang lokasi yang harus dituju untuk survei lapangan.
Keantariksaan. Agar mendapatkan ketelitian horizontal yang
Mekanisme penyelenggaraan citra tegak memenuhi standar untuk keperluan pemetaan skala
resolusi tinggi diatur dalam Inpres No. 6 Tahun 2012 besar 1:5000, pada proses triangulasi udara dengan
tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian metode Bundle adjustment dalam orthorektifikasi
Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit citra satelit resolusi tinggi harus dilengkapi dengan
Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi. Pada Inpres data GCP untuk memperbaiki posisi geometri citra
tersebut diterangkan bahwa Lembaga Penerbangan satelit, hal ini dikarenakan dalam proses ini posisi
dan Antariksa (LAPAN) memiliki tugas untuk dari citra disesuaikan dengan posisi GCP yang
menyediakan data satelit penginderaan jauh resolusi mengacu pada satelit GNSS (Global Navigation
tinggi dan Badan Informasi Geospasial (BIG) Sattelite System). Dengan semakin berkembangnya
bertugas membuat citra tegak untuk keperluan survei ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini tersedia
dan pemetaan. Untuk membuat citra tegak satelit citra satelit resolusi sangat tinggi seperti citra satelit
resolusi tinggi, BIG melakukan koreksi geometri dari Airbus dan Digital Globe memiliki teknologi
(orthorektifikasi) sesuai dengan Standar Oprasional geopositional canggih yang dapat memberikan
Prosedur (SOP) yang berlaku. Dalam SOP tersebut peningkatan yang signifikan dalam akurasi geometri.
di jelaskan bahwa dalam pelaksanaan koreksi Akurasi geometri ini dapat ditingkatkan dengan
geometri CSRT memerlukan data berupa citra satelit melakukan pengolahan orthorektifikasi dengan
(RAW data), Digital Elevation Model (DEM) dan metode koreksi geometrik sistematis

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PAKUAN 1


(orthosistematis) yang melibatkan DEM dan AOI koordinat GCP dan koordinat orthosistematis
parameter satelit berupa Rational Polynomial adalah sama 293 titik. Tie Point yang digunakan
Coefficient (RPC). Rational Polynomial Coefficient sebagai pengganti GCP dalam penelitian ini disebut
(RPC) model telah menjadi metode yang paling dengan koordinat orthosistematis.
populer di proses orthorektifikasi citra satelit Citra satelit penginderaan jauh resolusi sangat
resolusi tinggi karena memungkinkan pengguna tinggi yang digunakan berasal dari 5 sensor, yaitu
untuk memperbaiki geometrik citra tanpa Pleiades, Geoeye, Quickbird2, Worldview2,
menggunakan GCP. (Randy Prima Brahmantara, Worldview3. Data citra ini merupakan data produk
Kustiyo.2017.LAPAN) Ortho-Ready Standard (OR2A) multispektral dan
Berbagai upaya dan penelitian dilakukan agar pankromatik yang telah memiliki koordinat bumi
dapat memangkas biaya dan waktu pengerjaan dan telah terkoreksi radiometrinya. Penggunaan
dalam proses orthorektifikasi. Saat ini LAPAN yang berbagai jenis sensor ini akan mempengaruhi
dibantu oleh BIG sedang mengembangkan metode penelitian, akan tetapi dalam penelitian ini ketelitian
orthosistematis agar dapat digunakan untuk (resolusi spasial) sensor dianggap sama.
menegakkan Citra satelit tanpa harus dengan DEM yang digunakan adalah Digital Surface
menggunakan GCP, sehingga dilakukan penelitian Model (DSM) yang bersumber dari IFSAR,
dengan studi kasus pada beberapa wilayah yang ada TerraSAR-X (RADAR), DEMNAS, dan SRTM30.
di Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulaan Software pengolah data untuk Orthorektifikasi
dan memiliki kondisi geografis yang beragam, untuk adalah Pixel Factory.
itu diperlukan banyak sampel dari berbagai daerah Software untuk Uji Ketelitian adalah ArcMap.
dalam penelitian metode orthosistematis ini. Oleh Metodologi penelitian dalam penelitian penelitian ini
karena itu, penulis melakukan penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:
berjudul “Pengkajian Proses Citra Tegak (Ortho)
Satelit Resolusi Sangat Tinggi Secara
Orthosistematis dan Orthorektifikasi Primer Studi
Kasus Wilayah Bangka”.

II. METODE
Wilayah pengerjaan dalam penelitian ini adalah
pulau Bangka, dapat dilihat pada Gambar 1 berikut
ini :

Gambar 2. Diagram metode penelitian


Gambar 1. Pulau Bangka (( x : ICP) dan (●
Pada dasarnya koreksi geometrik dalam proses
GCP survei lapangan - GCP orthosistem))
orthorektifikasi adalah bertujuan mengubah citra
Koordinat GCP yang digunakan berjumlah 293 yang memiliki arah penginderaan bersifat proyeksi
titik dan ICP berjumlah 83 titik. perspektif menjadi proyeksi orthogonal (LAPAN,
Koordinat yang digunakan untuk menggantikan 2010).
koordinat GCP dalam proses Orthosistematis adalah Orthorektifikasi primer adalah orthorektifikasi
koordinat referensi yang bersumber dari citra ter- yang menggunakan Ground Control Point (GCP)
orthosistematis yang mewakili wilayah AOI GCP.

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PAKUAN 2


hasil survei lapangan dalam proses pengolahan
datanya.
Orthosistematis atau yang biasa disebut koreksi
geometrik sistematis merupakan proses
memperbaiki kesalahan geometrik citra satelit yang
disebabkan oleh posisi satelit, kecepatan satelit,
orientasi sensor, integrasi waktu, dan bidang
pandang satelit tanpa menggunakan GCP.
Konsep orthorektifikasi primer dan
orthorektifikasi sistemtis dapat dilihat pada Gambar
3 berikut ini:

Gambar 4. Gambar dan Objek Sistem Koordinat


(Sumber : Konecny.G, 2003)
Hubungan dari Gambar 4 diatas dapat
dituliskan dalam persamaan berikut ini :
0 𝑥𝑖 − 𝑥′𝑖
1
[ 𝑦′𝑖 ] = ′ . 𝑅𝑇 [𝑦𝑖 − 𝑦′𝑖 ]
−𝑓 𝜆𝑖
Gambar 3. Konsepsual Diagram Alir 𝑧𝑖 − 𝑧′𝑖
Orthorektifikasi Primer dan Orthorektifikasi Citra satelit melakukan pemindaian permukaan
Sistematis bumi secara Linear array atau secara lebar
berbentuk sapuan, maka nilai 𝑥′𝑖 dianggap 0.
Citra satelit resolusi sangat tinggi (CSRST) Persamaan kolinearitas yang digunakan dalam
telah memiliki nilai koordinat bumi yang orthorektifikasi citra satelit adalah sebagai berikut:
dikalkulasikan dari saat satelit melakukan 𝑟11(𝑥𝑖 − 𝑥 ′ 𝑜 ) + 𝑟21(𝑦𝑖 − 𝑦 ′ 𝑜 ) + 𝑟31(𝑧𝑖 − 𝑧 ′ 𝑜 )
0 = −𝑓
pengambilan gambar, namun citra harus diperbaiki 𝑟13(𝑥𝑖 − 𝑥 ′ 𝑜 ) + 𝑟23(𝑦𝑖 − 𝑦 ′ 𝑜 ) + 𝑟33(𝑧𝑖 − 𝑧 ′ 𝑜 )
kesalahan geometrinya agar akurasi dapat 𝑟12(𝑥𝑖 − 𝑥 ′ 𝑜 ) + 𝑟22(𝑦𝑖 − 𝑦 ′ 𝑜 ) + 𝑟32(𝑧𝑖 − 𝑧 ′ 𝑜 )
𝑦′𝑖 = −𝑓
ditingkatkan. Orthorektifikasi memerlukan Digital 𝑟13(𝑥𝑖 − 𝑥 ′ 𝑜 ) + 𝑟23(𝑦𝑖 − 𝑦 ′ 𝑜 ) + 𝑟33(𝑧𝑖 − 𝑧 ′ 𝑜 )
elevation model (DEM) atau Digital Surface Model Dimana :
(DSM) dan menggunakan persamaan kolinearitas x’i, y’i : Koordinat citra yang diukur (x’i = 0)
untuk memproyeksikan piksel dari gambar input ke xi, yi, zi : Koordinat Object ruang untuk titik A
orthoimage. 𝑥 ′ 𝑜 , 𝑦 ′ 𝑜 , 𝑧 ′ 𝑜 : Koordinat stasiun pemotretan
Prinsip dan sistem persamaan yang digunakan f : Panjang fokus kamera
dalam citra satelit penginderaan jauh tidak jauh r : 3 sudut matriks rotasi orthogonal (ω, φ, κ)
berbeda dengan analytical photogrammetry. 𝑟11 𝑟12 𝑟13
Orthorektifikasi merupakan proses untuk 𝑅 = [𝑟21 𝑟22 𝑟23]
mentransformasi citra dari perspektif 2D menjadi 𝑟31 𝑟32 𝑟33
𝑐𝑜𝑠𝜅 𝑐𝑜𝑠𝜙 𝑠𝑖𝑛𝜅 𝑐𝑜𝑠𝜔 − 𝑐𝑜𝑠𝜅 𝑠𝑖𝑛𝜙 𝑠𝑖𝑛𝜔 𝑠𝑖𝑛𝜅 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑐𝑜𝑠𝜅 𝑠𝑖𝑛𝜙 𝑐𝑜𝑠𝜔
3D. = [−𝑠𝑖𝑛𝜅 𝑐𝑜𝑠𝜙 𝑐𝑜𝑠 𝜅 𝑐𝑜𝑠𝜔 + 𝑠𝑖𝑛𝜅 𝑠𝑖𝑛𝜙 𝑠𝑖𝑛𝜔 𝑐𝑜𝑠𝜅 𝑠𝑖𝑛𝜔 − 𝑠𝑖𝑛𝜅 𝑠𝑖𝑛𝜙𝑠𝑖𝑛𝜔]
−𝑠𝑖𝑛𝜙 −𝑐𝑜𝑠𝜙𝑠𝑖𝑛𝜔 𝑐𝑜𝑠𝜙𝑐𝑜𝑠𝜔
Bundle adjustment adalah proses penentuan
atau perhitungan parameter Orientasi Internal,
Orientasi Eksternal dan koordinat obyek secara
serempak bersamaan dengan menggunakan teknik
hitung kuadrat terkecil (Brown, 1974; Heindl, 1981;

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PAKUAN 3


Schut,1980 and Triggs, McLauchlan, Hartley and project diperlukan model sensor (psycal sensor
Fitzgibbon, 2000) model). Salah satu jenis psycal sensor model adalah
Bundle adjustment menggunakan teknik Rational Polynomial Coefficient (RPC) yang
mengikat kebelakang atau (space resection), dengan merupakan fungsi umum yang diimplementasikan
menggunakan persamaan : hanya sekali dalam perangkat lunak dan gambar
𝛿𝑥′𝑖 𝛿𝑥′𝑖 𝛿𝑥′𝑖 satelit sehingga citra dapat di-georeferensi. RPC
𝑥′𝑖 = (𝑥′𝑖 )𝑜 + 𝑑𝑥′𝑜 + 𝑑𝑦′𝑜 + 𝑑𝑧′𝑜
𝛿𝑥′𝑜 𝛿𝑦′𝑜 𝛿𝑧′𝑜 dihitung dari model Fungsi Rasional dengan
𝛿𝑥′𝑖 𝛿𝑥′𝑖 𝛿𝑥′𝑖 mensubstitusikan koordinat garis, kolom dan tanah
+ 𝑑𝜔′𝑜 + 𝑑𝜙′𝑜 + 𝑑𝜅′𝑜
𝛿𝜔′𝑜 𝛿𝜙′𝑜 𝛿𝜅′𝑜 yang telah dinormalisasi.
𝛿𝑥′𝑖 𝛿𝑥′𝑖 𝛿𝑥′𝑖 Komputasi DEM yang dilaksanakan dalam
+ 𝑑𝑥′𝑜 + 𝑑𝑦′𝑜 + 𝑑𝑧′𝑜
𝛿𝑥′𝑖 𝛿𝑦′𝑖 𝛿𝑧′𝑖 penelitian ini adalah proses Rektifikasi (Rectify) atau
proses penegakan (proses ortho) yang tidak lain
𝛿𝑦′𝑖 𝛿𝑦′𝑖 𝛿𝑦′𝑖 adalah proses transformasi data dari transformasi
𝑦′𝑖 = (𝑦′𝑖 )𝑜 + 𝑑𝑥′𝑜 + 𝑑𝑦′𝑜 + 𝑑𝑧′𝑜
𝛿𝑥′𝑜 𝛿𝑦′𝑜 𝛿𝑧′𝑜 geometrik yang menggunakan data DSM. Didalam
𝛿𝑦′𝑖 𝛿𝑦′𝑖 proses transformasi tersebut terdapat variabel
+ 𝑑𝜔′𝑜 + 𝑑𝜙′𝑜
𝛿𝜔′𝑜 𝛿𝜙′𝑜 pergeseran (translasi), perputaran (rotasi), skala. Hal
𝛿𝑦′𝑖 𝛿𝑦′𝑖 𝛿𝑦′𝑖 ini dikarenakan posisi piksel citra output tidak sama
+ 𝑑𝜅′𝑜 𝑑𝑥′𝑜 + 𝑑𝑦′𝑜
𝛿𝜅′𝑜 𝛿𝑥′𝑖 𝛿𝑦′𝑖 dengan posisi piksel input (aslinya).
𝛿𝑦′𝑖 Pansharpening merupakan tahap untuk
+ 𝑑𝑧′𝑜
𝛿𝑧′𝑖 melakukan penajaman citra dengan fusi data
Dalam bundle adjustment spesifikasi pekerjaan (pankromatik dan multisprektral).
yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut : Mosaik merupakan tahapan penggabunggan
1. Tie Point citra yang saling bertampalan menjadi satu kesatuan
Dalam proses pembuatan Tie Point batasan gambar suatu daerah.
terendah nilai match gcp adalah 1/10 (kecuali Dalam penelitian ini, target minimal ketelitian
untuk daerah yang sangat sulit seperti Papua). peta yaitu agar memenuhi kriteria pembuatan peta
Target dari optimasi Tie Point adalah kurang RBI skala 1:5000.
dari 1 Piksel untuk x dan y. Ketelitian peta adalah nilai yang
2. GCP dan Merge GCP menggambarkan tingkat kesesuaian antara posisi dan
Target statistik dari optimasi GCP dan Merge atribut sebenarnya dilapangan.
GCP adalah : Ketelitian Geometri adalah nilai yang
Control Points coordinates residual (second) menggambarkan ketidakpastian koordinat posisi
XY std : 0.048888 0.048888 suatu objek pada peta dibandingkan dengan
XY max : 0.08333 0.08333 koordinat posisi objek yang dianggap posisi
sebenarnya.
Image coordinates residuals (pixels) Ketentuan untuk standar ketelitian geometri
xy std :0.3333 0.33333 peta RBI yang dihasilkan tertera pada Tabel 1
xy max :1.5 1.5 berikut ini.
Keterangan: Tabel 1. Ketelitian Geometri Peta RBI
1. XY std merupakan tingkat kepresisian data pada (Sumber : PERKA BIG No.6 Tahun 2018)
control point dalam satuan second.
2. XY max merupakan nilai tingkat keakuratan
data pada control point dalam satuan second.
3. xy std merupakan tingkat kepresisian data pada
image (citra) dalam satuan Piksel.
4. xy max merupakan tingkat keakuratan data pada
image (citra) dalam satuan Pixel.
Penelitian ini menggunakan 5 buah sensor
satelit yang berbeda, oleh karena itu untuk
menyatukan berbagai sensor berbeda ke dalam 1

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PAKUAN 4


Nilai ketelitian disetiap kelas diperoleh XYZ std : 0.006233 0.005659 0.078131 (meter)
melalui ketentuan seperti tertera pada Tabel 2 XYZ max : 0.028958 0.019162 0.34056 (meter)
berikut ini:
Tabel 2. Ketentuan Ketelitian Geometri Peta RBI
Berdasarkan Kelas Image coordinates residuals (pixels)
(Sumber : PERKA BIG No.6 Tahun 2018) xy bias : 0.000151 -0.000322 (pixels)
Ketelitian Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Horizontal 0.3 mm x 0.6 mm x 0.9 mm x xy std : 0.12377 0.12705 (pixels)
bilangan bilangan bilangan xy max : 1.488124 1.471163 (pixels)
skala skala skala
Vertikal 0.5 x 1.5 x 2.5 x
interval ketelitian ketelitian
Tabel 4. Nilai Residual Hasil Optimasi Merge
kontur kelas 1 kelas 1 GCP Parameter 2
Nilai ketelitian posisi dasar pada Tabel 2 MERGE GCP ORTHOREKTIFIKASI PRIMER
adalah CE90 untuk ketelitian horizontal dan LE90 Control Points coordinates residual (meters)
untuk ketelitian tersebut dengan tingkat
XYZ bias : 0.00003 -0.00003 -0.021671 (meter)
kepercayaan 90%.
Nilai CE90 dan LE90 diperoleh dengan XYZ std : 0.002405 0.002247 2.069872 (meter)
rumus sebagai berkut. XYZ max : 0.008067 0.009415 17.157304 (meter)
CE90 = 1.5175 x RMSE𝑟
LE90 = 1.6499 x RMSE𝑍
Keterangan Image coordinates residuals (pixels)

RMSE𝑟 : Root Mean Square Error pada posisi x xy bias : 0.000739 0.000976 (pixels)
dan y(horizontal) xy std : 0.170978 0.16608 (pixels)
RMSE𝑍 : Root Mean Square Error pada posisi z
xy max : 1.261119 0.991751 (pixels)
(vertikal)
Dengan : Berdasarkan Tabel 3 dan 4 diatas nilai residual,
𝐷2
optimasi parameter 2 lebih baik daripada nilai
𝑅𝑀𝑆𝐸ℎ𝑜𝑟𝑖𝑠𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 = √ residual parameter 1.
𝑛
1. Selisih nilai XY std antara kedua parameter
RMSEℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙
adalah :
∑[ (Xdatapeta − Xdataukur )2 + (Ydatapeta − Ydataukur )2 ] X = 0.003 second atau 0.118 meter
=√
n Y = 0.003 second atau 0.003 meter
2. Selisih nilai XY max antara kedua parameter
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah :
Untuk mempermudah penulisan dan
X = 0.020 second atau 0.646 meter
pemahaman, maka dibuat peristilahan sebagai
Y = 0.009 second atau 0.301 meter
berikut :
3. Selisih xy std antara kedua parameter adalah:
1. Parameter 1 : merujuk pada
x = 0.047 pixels
Orthorektifikasi
y = 0.039 pixels
sistematis
4. Selisih nilai xy max antara kedua parameter
(Orthosistematis)
adalah:
2. Parameter 2 : merujuk pada
x = 0.227 pixels
Orthorektifikasi primer
y = 0.479 pixels
Hasil optimasi Bundle adjustment GCP dapat
Secara visual, residual titik kontrol dan image
dilihat pada Tabel 3 dan 4 sebagai berikut.
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Tabel 3. Nilai Residual Hasil Optimasi Merge GCP
Parameter 1
MERGE GCP ORTHOSISTEM

Control Points coordinates residual (meters)

XYZ bias : 0.000014 0.000012 0.001868 (meter)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PAKUAN 5


parameter 1, sedangkan untuk arah residual terlihat
tidak tertarik ke suatu arah secara sistematis, tiap
titik pada sampel (a) dan sampel (b) memiliki arah
residual yang beragam (acak).
Hasil dari proses ortho atau komputasi DSM
dapat dilihat pada Gambar 7, 8 dan 9.

Gambar 5. (a) Residual Titik Kontrol Parameter 1,


(b) Residual Titik Kontrol Parameter 2

Gambar 7. Perbandingan Citra Sebelum Rectify dan


Setelah Rectify

Gambar 6. (A) Residual Image Parameter1,


(B) Residual Image Parameter2
Lingkaran pada Gambar 5 menunjukkan area
residual titik kontrol yang sama dari 2 parameter
berbeda. Sedangkan pada Gambar 6 merupakan
residual image area yang sama dari 2 parameter
berbeda pula. Parameter 2 lebih baik daripada Gambar 8. Hasil Rectify dan Pansharpening

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PAKUAN 6


Grafik hasil uji ketelitian dengan menggunakan
Independent check point (ICP) dapat dilihat pada
gambar berikut:

Gambar 10. Selisih Koordinat X (DX) Hasil Uji


Ketelitian

Gambar 11. Selisih Koordinat Y (DY) Hasil Uji


Ketelitian
Dari Gambar 10 dan 11 diatas dapat
disimpulkan bahwa orthorektifikasi dengan
koordinat GCP jauh lebih baik dibandingkan dengan
orthorektifikasi dengan koordinat orthosistematis
berjumlah 80 data. Dari hasil uji ketelitian dengan
menggunakan ICP didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Koordinat titik uji hasil Orthosistematis : (DX)
Gambar 9. Perbandingan Citra Hasil tertinggi adalah -9,501 meter di titik IIBB050
Orthosistematis (atas) dan Orthorektifikasi Primer dan (DY) tertinggi adalah -13,881 meter di titik
(bawah) IIBB0065.
Dari Gambar 7 dan Gambar 8 dapat dilihat 2. Koordinat titik uji hasil Orthorektifikasi Primer :
perbedaan citra sebelum dan setelah dilakukan (DX) tertinggi adalah -1,772 di titik IIBB0043
proses ortho. Perbedaan tersebut adalah sebagai dan (DY) tertinggi adalah 1,667 meter di titik
berikut : IIBB0087
1. Pergeseran Objek Perairan 3. Hasil uji ketelitian RMSE dengan CE90 citra
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa area danau terorthorektifikasi dengan koordinat
sebelum rectify terlihat lebih panjang dibanding orthosistematis
dengan area danau setelah rectify. Hal ini Jumlah 2901,010
dikarenakan DSM dengan ketinggian 0 meter Rata – Rata 35,814
memiliki indikasi bahwa wilayah tersebut Akar Rata - rata 5,984
merupakan daerah perairan (danau, sungai, laut). 9,081
Ketelitian
Pada citra hasil orthorektifikasi, bagian perairan
pada citra secara otomatis akan terpotong yang Dari hasil uji ketelitian ini, citra hasil
mengikuti bentuk DSM. orthorektifikasi dengan menggunakan koordinat
2. Pergeseran Posisi Piksel Citra orthosistematis dapat digunakan untuk
Bentuk relief permukaan tanah akan lebih pembuatan peta skala 1:10.000 di kelas 3.
nampak timbul dikarenakan adanya data DSM 4. Hasil uji ketelitian RMSE dengan CE90 citra
dan menyebabkan kunci interpretasi (rona atau terorthorektifikasi dengan koordinat GCP
warna, bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan) (Orthorektifikasi Primer).
citra semakin menonjol. Jumlah 54,386
Gambar 9 menunjukkan perbandingan citra Rata – Rata 0,663
hasil orthosistematis dan orthorektifikasi primer. Akar Rata - rata 0,814
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa secara Ketelitian 1,235
visual posisi piksel citra terlihat sama. Hal ini
dikarenakan pada proses pengolahan data Dari hasil uji ketelitian ini, citra hasil
menggunakan citra dan DSM yang sama. orthorektifikasi dengan menggunakan koordinat
GCP dapat digunakan untuk pembuatan peta
skala 1:2.500 di kelas 2.

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PAKUAN 7


IV. KESIMPULAN 2. Agar hasil orthorektifikasi menjadi maksimal,
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa untuk kebutuhan citra tegak dengan ketelitian
hal sebagai berikut : tinggi, DEM yang digunakan dalam pengolahan
1. Hasil bundle adjustment orthorektifikasi dengan data sebaiknya menggunakan DEM yang
menggunakan GCP lebih baik dibandingkan memiliki resolusi tinggi.
dengan orthorektifikasi dengan menggunkaan 3. Orthosistematis belum dapat digunakan untuk
koordinat orthosistematis (tanpa GCP). pemetaan skala besar, namun apabila metode ini
a. Bundle Adjustmet dalam proses dikembangkan maka akan mempermudah
orthosistematis sudah memenuhi kriteria dan pekerjaan dan memangkas waktu dan biaya
target statistik yang telah di tetapkan, namun survei lapangan. Untuk itu, perlu dilakukan
hasil uji ketelitian CSRST hasil penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
orthosistematis tetap menunjukkan hasil parameter yang cocok agar kedepannya
tidak sesuai target yaitu ketelitian horisontal orthosistematis dapat dikembangkan dan dapat
kurang dari 2,5 meter. Salah satu hal yang digunakan sebagai metode untuk koreksi
mempengaruhi hal ini adalah penggunaan geometrik citra satelit resolusi sangat tinggi
banyak scene citra satelit resolusi sangat guna kepentingan pemetaan skala besar.
tinggi sehingga pada saat proses Bundle
VI. DAFTAR PUSTAKA
adjustment citra yang bersambungan saling
Badan Standarisasi Indonesia.2015. SNI 8202:2015
tarik karena pada setiap persambungan
Ketelitian Peta Dasar.Jakarta
scene hanya diikat dengan Tie Point tidak
Bianconi Michele.2008.A New Strategy Forrational
dengan GCP.
Polynomial Coefficients Generation. Carsten
b. Arah residual titik kontrol dan residual
Jürgens (Ed.): Remote Sensing - New
image tidak tertarik ke suatu arah secara
Challenges of High Resolution, Bochum.
sistematis, tiap titik memiliki arah residual
Sapienza Università :Roma, Italy
yang beragam (acak). Hal ini menunjukkan
Bargagli A.1990. Geometric Aspects and DTM
bahwa tidak adanya kesalahan sistematis.
Requirements Related to Feature Extraction
2. Kedua parameter dalam penelitian ini berasal
From SPOT Images,”. International Institute
dari Citra dan DSM yang sama, sehingga hasil
for Aerospace Survey and Earth Sciences
orthorektifikasi keduanya hampir sama, yang
(ITC).
membedakan adalah posisi geometri keduanya.
Candra Danang S. 2011. Pengembangan Teknik
Hasil dari proses ortho didapatkan bahwa terjadi
Normalisasi dan Denormalisasi Pada Metode
pergeseran obyek perairan dan pergeseran posisi
RPC Untuk Ortorektifikasi Citra Satelit
piksel citra.
Penginderaan Jauh.Pusat Teknologi dan Data
3. Dari hasil uji ketelitian dengan menggunakan
Penginderaan Jauh. LAPAN.
Independent Check Point (ICP), citra hasil
C.Liu and P. Chen. 2009.Automatic extraction of
orthosistematis memiliki ketelitian 9,081 meter
ground control regions and orthorectification
(CE90), sehingga dapat digunakan untuk
of remote sensing imagery. Opt. Exp., vol. 17,
pembuatan peta skala 1:10.000 dikelas 3.
no. 10, pp. 7970-7984,.
sedangkan citra hasil orthorektifikasi primer
Danoedoro.P.2012.Pengantar Penginderaan Jauh
memiliki ketelitian 1,235 meter (CE90),
Digital. Penerbit: Andi.Yogyakarta
sehingga dapat digunakan untuk pembuatan peta
Eli Juniati dkk.2017.Mekanisme Penyelenggaraan
skala 1:2.500 di kelas 2.
Citra Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres
V. SARAN Nomor 6 Tahun 2012.Badan Informasi
1. Dalam pengolahan data di tahap bundle Geospasial. Cibinong
adjustment agar lebih teliti sebaiknya Friska Melia Ode Binta.2017. Analisis Ketelian
ditambahkan parameter DEM atau DSM agar Orthorektifikasi Citra Pleiades Dan Spot6
posisi kontrol point sudah di koreksi dengan Untuk Pembuatan Peta Dasar RDTR Wilayah
DEM atau DSM mulai dari tahapan bundle Pesisir (Studi Kasus: Kecamatan Jenu, Tuban.
adjustment. Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PAKUAN 8


Gisda Aliska P.2018. Orthorektifikasi Citra Satelit Prosedur, Dan Kriteria Pemutakhiran
Resolusi Tinggi Menggunakan Software Pixel Informasi Geospasial Dasar. Cibinong
Factory dengan Koordinat Orthosistematik di Republik Indonesia. 2014. Peraturan Kepala BIG
Wilayah Bangka.Universitas Pakuan, Bogor No.15 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis
Husna S N, Dkk.2016. Penggunaan Parameter Ketelitian Peta Dasar. Cibinong
Orientasi External (EO) Untuk Optimalisasi Republik Indonesia. 2018. Peraturan Kepala BIG
Digital Triangulasi Fotogrametri Untuk No.6 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas
Keperluan Othofoto. Program Studi Teknik Peraturan Kepala Badan Informasi
Geodesi Fakultas Tenik Universitas Geospasial Nomor 15 Tahun 2014 Tentang
Dipenogoro. Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar.
Jacek Grodecki and Gene Dial. 2003. Block Cibinong
Adjustment of High-Resolution Satellite Salwa Nabilah. 2017. Analisis Perbandingan
Images Described by Rational Polynomials. Ketelitian Orthorektifikasi Citra Pleiades Dan
American Society for Photogrammetry and Quickbird Untuk Pembuatan Peta Dasar
Remote Sensing Rencana Detail Tata Ruang Terbuka Hijau
Joanna Krystyna Nowak Da Costa and Agnieszka (Studi Kasus:Bagian Wilayah Perkotaan
Walczyńska. 2011. Geometric Quality Testing Tuban). Institut Teknologi Sepuluh
of the Worldview-2 Image Data Acquired over Nopember, Surabaya
the JRC. Maussane S. Devika and friends.2002.Development and
Konecny Gottfried. 2003. GEOINFORMATION: Implementation of Ratioal Polynomial
Remote Sensing, Photogrammetry and Coefficent Algorithms For Georeferencing
Geographic Information System,” Taylor and CARTOSAT-1 Data. Institute for Remote
Francis Group, London. Sensing, Anna University.
Pantimena Leo.2011.Evaluasi Perhitugan Bundle Test Site using ERDAS LPS. PCI Geomatics and
adjustment untuk Foto Stereo.Teknik Geodesi Keystone digital photogrammetry software
FTSP ITN, Malang. packages – Initial Findings with ANNEX.
Paul R.Wolf.1983. Elements of photogrammetry. Luxembourg: Publications Office of the
Mcgraw-hill. New York European Union
Philip Cheng dan Chuck Capeel . 2010. T. Toutin. 2004. “Review paper: Geometric
Pansharpening and geometric correction processing of remote sensing images: Models,
Worldview-2 sattelite. Geoinformatics algorithms and methods” .Int. J. Remote
Pramesti Layang. 2018. Analisis Ketelitian Sensing., vol. 25, no. 10, pp. 1893-1924.
Penentuan Posisi Horizontal Menggunakan Zhenling Ma and friends. 2017. Geometric
GPS Minds ED2 dan GPS Leica.Universitaas Positioning for Satellite Imagery without
Pakuan, Bogor Ground control points by Exploiting Repeated
Pramesti Layang.2017.Orthorektifikasi Citra Sarelit Observation.Sensors(Basel)
Resolusi Tinggi di Wilayah Nagekeo Provinsi
Nusa Tenggara Timur Skala 1:5000 untuk
RIWAYAT PENULIS
Keperluan Rencana Detail Tata Ruang.
1. Aliska Pangda Gisda., S.T Alumni (2019)
Universitas Pakuan, Bogor
Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas
Randy Prima Brahmantara, Kustiyo Pengukuran.
Teknik, Universitas Pakuan Bogor. (E-mail :
2017. Kualitas Geometri Hasil
apgisda@gmail.com)
Orthorektifikasi Citra Worldview-2. Pusat
2. Ir. Bebas Purnawan., M.Sc Dosen Program
Teknologi dan Data Penginderaan Jauh-
Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,
LAPAN
Universitas Pakuan Bogor.
Republik Indonesia. 2013. Peraturan Kepala BIG
3. Ir. Dodi Sukmayadi., M.Sc Dosen Program
No.14 Tahun 2013 Tentan Keantariksaan.
Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,
Jakarta
Universitas Pakuan Bogor dan Alumni Badan
Republik Indonesia. 2013. Peraturan Kepala BIG
Informasi Geospasial.
No.14 Tahun 2013 Tentang Norma, Standar,

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS PAKUAN 9

Anda mungkin juga menyukai