Anda di halaman 1dari 243

BUKU AJAR

AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN


Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


DAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JAKARTA, 2017
Tim Penyusun:
Rizka Novi Sesanti, S.P., M.P. (Politeknik Negeri Lampung)
Hidayat Raflis, SP., M.Si. (Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh)
Ir. Cherry Triwidiarto, M.Si. (Politeknik Negeri Jember)
Mustika Nuramalia Handayani, S.TP., M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia)

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman i


HALAMAN KONTRIBUTOR i
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN 1
A. Deskripsi 1
B. Rencana Pembelajaran 2
C. Petunjuk Penggunaan Buku Ajar 2
D. Capaian Pembelajaran Lulusan 3
BAB I BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA/ PANGAN/
PERKEBUNAN
1. Deskripsi Mata Kegiatan ……………………………………. 12
2. Relevansi Mata Kegiatan …………………………………… 12
3. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ……………………… 13
4. Kegiatan Pembelajaran ……………………………………… 14
4.1. Membuat Rencana Produksi Tanaman Tanaman 14
(Hortikultura/Pangan/ Perkebunan) Berbasis
Kesesuaian Lahan .......................................................
4.2. Mengelola Usaha Tanaman (Hortikultura/Pangan/ 19
Perkebunan) Secara Konvensional ...........................
4.3. Melakukan Evaluasi Usaha Produksi Tanaman 80
(Hortikultura/Pangan/Perkebunan).....................................
4.4. Melakukan analisis usaha tani…………………………. 86
BAB II BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA/ PANGAN/
PERKEBUNAN SECARA ORGANIK
1. Deskripsi Mata Kegiatan ……………………………………. 91
2. Relevansi Mata Kegiatan …………………………………… 91
3. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ……………………… 92
4. Kegiatan Pembelajaran ……………………………………… 94
4.1. Membuat Rencana Produksi Tanaman (Hortikultura/ 94
Pangan/ Perkebunan) Secara Organik Berbasis
Kesesuaian Lahan .........................................................

ii
4.2. Mengelola Usaha Tanaman (Hortikultura/Pangan/ 109
Perkebunan) Secara Organik ............................................
4.3. Menerapkan prinsip-prinsip pertanian organik pada 134
budidaya tanaman (hortikultura/pangan/ perkebunan) ..
4.4. Mengaplikasi konsep penjaminan mutu hasil 142
produksi tanaman secara organik ……………………...
BAB III PENGELOLAAN AGRIBISNIS USAHA TANAMAN
HORTIKULTURA/ PANGAN/ PERKEBUNAN
1. Deskripsi Mata Kegiatan ……………………………………. 152
2. Relevansi Mata Kegiatan …………………………………… 152
3. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ……………………… 153
4. Kegiatan Pembelajaran ……………………………………… 154
4.1. Menetapkan rencana agribisnis ……………………….. 154
4.2. Melaksanakan pemasaran produk …………………….. 172
4.3. Menyusun Pembukuan agribisnis ……………………. 196
4.4. Mengelola keuangan agribisnis ……………………….. 202
4.5. Menganalisis kinerja bisnis ……………………………. 228
PENUTUP 239

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman iii


PENDAHULUAN

Kurikulum program studi Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2017


dikembangkan dengan mengacu pada prinsip acitivity based curriculum atau
experience based curriculum bukan subject matter curriculum seperti pada
pendidikan akademik. Implikasi dari prinsip ini, pembelajaran dalam Program PPG
berbentuk aktivitas/kegiatan. Model kurikulum program PPG bidang keahlian
agribisnis produksi tanaman terdiri atas pendalaman materi pedagogik, keahlian
bidang studi dan lokakarya pengembangan perangkat pembelajaran dengan porsi
60%, dan sisa porsi 40% untuk praktik pengalaman lapangan (PPL).
Pendalaman materi bidang keahlian agribisnis produksi tanaman terbagi
kedalam 3 (tiga) bahan kajian yang dikembangkan berdasarkan rumusan capaian
pembelajaran lulusan bidang keahlian agribisnis produksi tanaman. Bahan kajian
tersebut bukan merupakan mata kuliah, dimana ketiganya terangkum dalam 3
pendalaman materi yaitu: 1) budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan, 2)
budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan secara organik, 3) pengelolaan
agribisnis usaha tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan. Selanjutnya pendalaman
materi disebut mata kegiatan karena kurikulum PPG 2017 menganut prinsip acitivity
based curriculum atau experience based curriculum.
Buku ajar ini dimaksudkan untuk memfasilitasi peserta PPG juga dosen/
instruktur sebagai sumber bahan ajar dan media pembelajaran dalam pelaksanaan
program PPG khususnya pada mata kegiatan: 1) budidaya tanaman hortikultura/
pangan/ perkebunan, 2) budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan secara
organik, dan 3) pengelolaan agribisnis usaha tanaman hortikultura/ pangan/
perkebunan budidaya tanaman. Sistematika penulisan buku ajar ini terdiri atas
pendahuluan yang memuat deskripsi, rencana pembelajaran, petunjuk penggunaan
bahan ajar, capaian pembelajaran lulusan; juga 3 bab mata kegiatan (budidaya
tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan, budidaya tanaman hortikultura/ pangan/

4
perkebunan secara organik, dan pengelolaan agribisnis usaha tanaman hortikultura/
pangan/ perkebunan). Pada setiap bab mata kegiatan, memuat deskripsi mata
kegiatan, relevansi mata kegiatan, capaian pembelajaran mata kegiatan, kegiatan
pembelajaran, rangkuman dan daftar pustaka.

Kurikulum PPG Dalam Jabatan jenis pendidikan kejuruan tahun 2017, berisi
beberapa kegiatan yang diorganisasikan dalam kurun waktu 4 (empat) bulan berupa
kegiatan pendalaman materi pedagogik, pendalaman materi bidang keahlian,
lokakarya pengembangan perangkat pembelajaran, dan praktik Pengalaman
Lapangan (PPL). Seluruh kegiatan PPG tersebut memiliki beban belajar sebanyak
24 sks, dimana setiap mata kegiatan pendalaman materi keahlian memiliki beban 2
sks yang terkategori kegiatan praktikum, sehingga alokasi waktu pembelajaran mata
kegiatan keahlian bernilai 2 sks praktikum (2x 170 menit).

1) Buku ajar ini dirancang sebagai salah satu sumber belajar dan media
pembelajaran program pendidikan profesi guru (PPG) dengan pendekatan siswa
aktif mengacu pada prinsip activity based curriculum.
2) Dosen/ instruktur PPG berfungsi sebagai fasilitator.
3) Penggunaan buku ajar ini dikombinasikan dengan sumber belajar lain yang
relevan.
4) Buku ajar PPG keahlian agribisnis produksi tanaman ini terdiri dari 3 bab, sesuai
dengan pendalaman materi kegiatan pada 3 mata kegiatan yaitu: bab I budidaya
tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan, bab II budidaya tanaman hortikultura/
pangan/ perkebunan secara organik, dan bab III pengelolaan agribisnis usaha
tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 5


5) Pada setiap bab, memuat deskripsi mata kegiatan, relevansi mata kegiatan,
capaian pembelajaran mata kegiatan, kegiatan pembelajaran, rangkuman dan
daftar pustaka.
6) Kegiatan pembelajaran pada setiap bab dirancang untuk 14 pertemuan dimana
setiap pertemuannya dialokasikan untuk 2 sks (2x170 menit) sesuai dengan RPS
dalam panduan kurikulum PPG .
7) Mulailah kegiatan dengan mata kegiatan I dan seterusnya.

Program Studi PPG bidang keahlian agribisnis produksi tanaman, memiliki


profil lulusan sebagai guru agribisnis produksi tanaman, yaitu pendidik profesional,
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan agribisnis produksi
tanaman yang baik, memiliki kemampuan menggunakan teknologi informasi untuk
mengikuti perkembangan agribisnis produksi tanaman dan pembelajarannya, berjiwa
Pancasila, didukung kemampuan berbahasa Inggris, memiliki jiwa kepemimpinan,
serta sikap sosial dan kepribadian sebagai pendidik profesional. Rumusan profil
lulusan tersebut menuntut kompetensi yang harus dimiliki lulusannya (kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, profesional) yang dinyatakan sebagai Capaian
Pembelajaran Lulusan. Setiap lulusan program studi pendidikan profesi guru (PPG)
memiliki capaian pembelajaran sebagai berikut:

1. SIKAP:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan
sikap religius;
b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama, moral, dan etika;
c. berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;
d. berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air,
memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan

6
bangsa;
e. menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;
f. bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;
g. taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
h. menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
i. menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri;
j. menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan;
k. menunjukkan perilaku yang sesuai dengan kode etik guru Indonesia;
dan
l. mempunyai ketulusan, komitmen, kesungguhan hati untuk
mengembangkan sikap, nilai, dan kemampuan peserta didik dengan
dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal dan ahlak mulia serta memiliki
motivasi untuk berbuat bagi kemaslahatan peserta didik dan masyarakat
pada umumnya.
m. menunjukkan perilaku ramah lingkungan dan berorientasi pada prinsip
pertanian berkelanjutan
2. PENGUASAAN PENGETAHUAN:
a. menguasai konsep teoretis materi pelajaran Agribisnis Produksi
Tanaman yang diampu secara mendalam, meliputi :
1) menerapkan prinsip-prinsip budidaya tanaman (hortikultura/pangan/
perkebunan) sesuai kelas lahan pada pertanian konvensional dan
organik
2) merumuskan prosedure penyusunan dokumen perencanaan produksi
tanaman (busines plan)
3) merancang strategi pemasaran hasil produksi tanaman
4) mengaplikasikan konsep penjaminan mutu hasil produksi tanaman
5) menerapkan prinsip-prinsip penyusunan laporan keuangan hasil

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 7


usaha produksi tanaman
b. menguasai teori aplikasi pedagogis (techno-pedagogical content
knowledge/TPACK) bidang agribisnis produksi tanaman yang
mendidik, meliputi:
1) menjelaskan teori belajar yang sesuai dengan pengajaran agribisnis
produksi tanaman
2) menerangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat dalam
pengajaran agribisnis produksi tanaman
3) menerapkan muatan kurikulum yang berlaku, dalam pembelajaran
agribisnis produksi tanaman
4) memilih model-model pembelajaran yang tepat dengan materi-materi
dalam pembelajaran agribisnis produksi tanaman dan sesuai dengan
karakteristik peserta didik
5) mendesain evaluasi proses dan hasil pembelajaran dalam pengajaran
agribisnis produksi tanaman
c. menguasai konsep umum, prinsip, metode, dan teknik penelitian
kependidikan;
1) menjelaskan konsep penelitian pendidikan yang relevan dengan
pengajaran agribisnis prod. tanaman
2) menerapkan prinsip penelitian pendidikan yang relevan dengan
pengajaran agribisnis prod. tanaman
3) membuat skema metode penelitian pendidikan yang relevan dengan
pengajaran agri. produksi tanaman
4) merancang penelitian pendidikan yang relevan dengan pengajaran
agribisnis produksi tanaman
d. menguasai prinsip dan teknik penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi di dalam pembelajaran;
1) menerangkan prinsip dan teknik penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran agribisnis produksi tanaman
2) mengkombinasikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
dalam desain model dan media pembelajaran agribisnis produksi
tanaman

8
e. menerapkan peraturan perundangan pendidikan dan keguruan yang
berlaku dalam menjalani profesi guru agribisnis produksi tanaman

3. KETERAMPILAN KHUSUS:
a. Mampu merencanakan pembelajaran yang mendidik sesuai dengan
karakteristik pembelajaran mata pelajaran yang diampu, meliputi:
1) merumuskan indikator kompetensi dan capaian pembelajaran
berdasarkan standar kompetensi lulusan agribisnis produksi tanaman,
sebagai berikut.
a) Membuat rencana produksi tanaman
(hortikultura/pangan/perkebunan) berbasis kesesuaian lahan
b) Membuat analisa usaha produksi tanaman (hortikultura/pangan/
perkebunan)
c) Menetapkan rencana agribisnis produksi tanaman
(hortikultura/pangan/ perkebunan)
d) Mengelola Usaha Tanaman (hortikultura/pangan/perkebunan)
secara konvensional dan/ organik
e) Membuat rencana pemasaran usaha hasil produksi tanaman
(hortikultura/pangan/ perkebunan)
f) Melaksanakan Pemasaran Produk tanaman (hortikultura/pangan/
perkebunan)
g) Melakukan evaluasi usaha produksi tanaman
(hortikultura/pangan/ perkebunan)
h) Membuat laporan keuangan hasil usaha produksi tanaman
(hortikultura/pangan/ perkebunan)
2) menetapkan materi, proses, sumber, media, penilaian, dan evaluasi
pembelajaran agribisnis produksi tanaman; dan
3) menyusun perangkat pembelajaran sesuai silabus agribisnis produksi
tanaman pada kurikulum yang berlaku (program pembelajaran
tahunan, semester dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/RPP);
b. mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dan

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 9


proses pembelajaran yang sesuai dengan kaidah pedagogik untuk
memfasilitasi pengembangan karakter dan potensi diri siswa sebagai
pembelajar mandiri (self-regulated learner);
c. mampu menilai dan mengevaluasi pembelajaran agribisnis produksi
tanaman meliputi: melaksanakan penilaian otentik-holistik yang
mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan; dan
d. menggunakan hasil penilaian evaluasi pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran agribisnis produksi tanaman;
e. mampu merancang dan melaksanakan penelitian yang relevan dengan
masalah pembelajaran agribisnis produksi tanaman sesuai kaidah
penelitian ilmiah;
f. mampu mengadaptasi dan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi dalam melaksanakan tugas profesionalnya sebagai guru
agribisnis produksi tanaman; dan
g. mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, rekan
sejawat, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat secara lisan
dan tulisan dengan santun, efektif, dan produktif.

4. KETERAMPILAN UMUM:
a. mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang
spesifik dan memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan
standar kompetensi kerja profesinya;
b. mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan
pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan
kreatif;
c. mampu mengomunikasikan pemikiran/argumen atau karya inovasi yang
bermanfaat bagi pengembangan profesi dan kewirausahaan, yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan etika profesi, kepada
masyarakat terutama masyarakat profesinya;
d. mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan
keputusan yang dibuat dalam melaksanakan pekerjaannya oleh dirinya
sendiri dan oleh sejawat;

10
e. mampu meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang yang
khusus melalui pelatihan dan pengalaman kerja;
f. mampu meningkatkan mutu sumber daya untuk pengembangan program
strategis organisasi;
g. mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada
bidang profesinya;
h. mampu bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalam
menyelesaikan masalah pekerjaan bidang profesinya;
i. mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan
masyarakat profesi dan kliennya;
j. mampu melaksanakan tugas profesional guru sesuai tuntutan peraturan
perundangan bidang pendidikan dan kode etik guru Indonesia yang
berlaku;
k. mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri;
l. mampu berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan
nasional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan profesi atau
pengembangan kebijakan nasional pada bidang profesinya; dan
m. mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan,
dan menemukan kembali data dan informasi untuk keperluan
pengembangan hasil kerja profesinya.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 11


Mata kegiatan budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan adalah
kegiatan pendalaman materi kompetensi keahlian agribisnis produksi tanaman.
Ruang lingkup mata kegiatan budidaya tanaman hortikultura, pangan dan
perkebunan meliputi pembuatan rencana produksi tanaman hortikultura/ pangan/
perkebunan berbasis kesesuaian lahan; pengelolaan usaha tanaman hortikultura/
pangan/ perkebunan secara konvensional dan atau organik; evaluasi usaha produksi
tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan; perancangan strategi pemasaran.
Buku ajar ini disusun berdasarkan pedoman kurikulum PPG (Pendidikan
Profesi Guru) 2017 yang diperuntukkan bagi peserta PPG program studi agribisnis
produksi tanaman. Kegiatan pendalaman materi pada mata kegiatan budidaya
tanaman hortikultura, pangan, dan perkebunan ini menggunakan metode praktikum.
Oleh karena itu, struktur penulisan buku ajar ini mendekati pedoman praktikum
budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan meliputi: tujuan kegiatan;
waktu kegiatan; indikator kinerja; teori; bahan alat; organisasi; prosedur kerja; dan
pustaka yang tercantum pada setiap kegiatan pembelajaran.

Mata kegiatan budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan


merupakan salah satu dari kegiatan pendalaman materi kompetensi keahlian
agribisnis produksi tanaman pada kurikulum program pendidikan profesi guru
(PPG). Mata kegiatan ini penting dan wajib dilaksanakan oleh seluruh peserta PPG
program studi agribisnis produksi tanaman untuk mencapai kompetensi profesional
seorang guru, dimana penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
keahliannya mutlak dimiliki guru. Guru SMK program studi agribisnis produksi
tanaman harus menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya tanaman

12
hortikultura/ pangan/ perkebunan yang merupakan salah satu bidang kajian dalam
kurikulum SMK agribisnis produksi tanaman.
Selain itu, dalam kurikulum PPG 2017 terdapat kegiatan lokakarya
pengembangan perangkat pembelajaran dan micro/peer teaching juga kegiatan
praktik pengalaman lapangan (PPL). Pada kegiatan lokakarya dan PPL, peserta PPG
akan melakukan praktik pengajaran untuk materi-materi keahlian sesuai yang
tercantum dalam kurikulum SMK agribisnis produksi tanaman mulai dari
penyusunan perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran hingga evaluasi
pembelajaran.
Oleh karena itu, peserta PPG perlu menguasai bidang ilmu pedagogik untuk
mencapai kompetensi pedagogik dan bidang ilmu keahlian agribisnis produksi
tanaman, salah satunya adalah budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan
untuk mencapai kompetensi profesionalnya.

Capaian Pembelajaran Lulusan diuraikan menjadi capaian pembelajaran


mata kegiatan (CPMK). CPMK budidaya tanaman hortikultura / pangan /
perkebunan tersaji pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. CPMK budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan

Rumusan CPMK Sub CPMK


1 Membuat rencana produksi 1.1 Menetapkan komoditas tanaman yang
tanaman tanaman (hortikultura/ akan ditanam berdasarkan kesesuaian
pangan/ perkebunan) berbasis lahan
kesesuaian lahan
2 Mengelola Usaha Tanaman 2.1 Melakukan olah tanah berdasarkan
(hortikultura/pangan/perkebuna komoditas dan kesesuaian lahan
n) secara konvensional dan/ 2.2 menghitung kebutuhan air tanaman
organik dan mengoperasikan irigasi
2.3 Melakukan kegiatan persemaian
2.4 Melakukan kegiatan penanaman

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 13


2.5 Menerapkan program pemupukan
tanaman
2.6 Melakukan tindakan pengendalian
gulma
2.7 Melakukan tindakan pengendalian
hama dan penyakit
2.8 Melakukan kegiatan panen
2.9 Melakukan penanganan pascapanen
3 Melakukan evaluasi usaha 3.1 Melakukan penilaian hasil produksi
produksi tanaman tanaman
(hortikultura/pangan/perkebuna 3.2 Melakukan penjaminan mutu produk
n)
4 Merancang analisis usaha tani 4.1 Melakukan analisis usaha tani

4.1. Membuat Rencana Produksi Tanaman Tanaman (Hortikultura/Pangan/


Perkebunan) Berbasis Kesesuaian Lahan

4.1.1 Menetapkan Komoditas Tanaman Yang Akan Ditanam Berdasarkan


Kesesuaian Lahan

A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu menganalisis dan menentukan komoditas tanaman
berdasarkan kesesuaian lahan

B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340

14
C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan dalam menentukan jenis komoditas berdasarkan analisis
kesesuaian lahan secara tepat
2. Ketepatan dalam menjalankan prosedur kerja dalam menentukan jenis
komoditas berdasarkan kesesuaian lahan
3. Ketepatan membuat laporan praktikum

D. Teori
Beberapa aspek yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan
komoditas tanaman dalam usaha agribisnis.
1. Aspek Teknis
Pertimbangan dalam menentukan tanaman yang akan dipilih sebagai sarana
agribisnis pertanian berdasarkan hasil studi aspek teknis antara lain
meliputi;
a. Lokasi lahan pertanian
b. Elevasi atau tinggi tanah dari permukaan laut
c. Topografi/kemiringan tanah
d. Iklim
e. Keadaan lahan/tanah
2. Aspek Pasar
Aspek pasar yang dapat menjadi pertimbangan dalam memilih komoditas
untuk usaha pertanian anatara lain
a. Ada tidaknya pasar (konsumen)
b. Seberapa besar pasar yang ada
c. Peta kondisi pesaing, terutama untuk produk yang sejenis
d. Perilaku konsumen
e. Menggunakan strategi pemasaran, seperti: survey pasar,
wawancara dengan pihak yang terkait, dan menyebarkan kuisioner.
Kegiatan evaluasi kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data karakteristik lahan
2. Mengumpulkan data syarat tumbuh tanaman
PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 15
3. Mencocokan karakteristik lahan dengan syarat tumbuh tanaman
4. Melakukan evaluasi dan merekomendasikan komoditas
berdasarkan kesesuaian lahan
Bagan alir kegiatan disajikan pada gambar 1.

E. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan adalah alat tulis, kertas, peta iklim, peta tanah, peta
topografi, syarat tumbuh tanaman Hortikultura/Pangan/Perkebunan.

Data karakteristik lahan


• Peta iklim
• Peta tanah Data syarat tumbuh
• Peta topografi/elevasi tanaman

Gambar 1. Bagan alir proses Pencocokan data evaluasi kesesuaian


lahan dan komoditas

Evaluasi dan rekomendasi komoditas berdasarkan kesesuaian


lahan

F. Organisasi
a. Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang
G. Prosedur Kerja
a. Setiap peserta PPG mengikuti penjelasan dan demonstrasi dari dosen
pengampu mata kegiatan
b. Peserta PPG mencari data karakteristik lahan di daerahnya masing-masing
berupa data iklim, karakteristik tanah, dan topografi/elevasi melalui
internet
c. Peserta PPG mencari data syarat tumbuh tanaman hortikultura/pangan/
perkebunan melalui internet

16
d. Peserta PPG mencocokan data karakteristik lahan dengan syarat tumbuh
tanaman
e. Peserta PPG mengevaluasi dan memberikan rekomendasi komoditas yang
sesuai berdasarkan kondisi lahan menggunakan kriteria:
Kecocokan ≥ 70% : Lahan sesuai, faktor pembatas bersifat minor dan tidak
akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.
Kecocokan 50%-70% : Lahan mempunyai faktor pembatas yang akan
berpengaruh terhadap produktivitas suatu komoditas tetapi dapat diatasi
dengan memberikan input untuk merekayasa kondisi lahan.
Kecocokan 30%-50% : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan
memerlukan input yang lebih banyak sehingga memerlukan modal yang
tinggi
Kecocokan ≤30% Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang
sangat berat dan/atau sulit diatasi.

H. Tugas dan Pertanyaan


a. Setiap kelompok mengisi lembar kerja berupa data karakteristik lahan,
data syarat tumbuh tanaman, hasil pencocokan, dan kesimpulan
(rekomendasi)
b. Setiap kelompok membuat laporan praktikum
Pertanyaan:
Jelaskan mengapa kegiatan analisis kesesuaian lahan terhadap komoditas
tanaman yang akan diusahakan penting dilakukan!

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 17


I. Lembar Kerja
Karakteristik lahan
ma Relief Lereng Ketinggian Suhu Curah Drainase Tekstur Struktur pH Kedalaman Ketebalan Bahaya Bahaya
rah tempat hujan tanah tanah tanah gambut erosi banjir

Syarat tumbuh tanaman


Na Re Ler Ketin Su Cu Drai Te Stru p Kedal Kete Bah Ba
ma lie eng ggian hu rah nase kst ktur H aman bala aya hay
dae f temp huj tana ur ta tanah n ero a
rah at an h na gam si ban
h but jir

Persentase kecocokan karakteristik lahan dan syarat tumbuh tanaman


dihitung dengan rumus:
% kecocokan = x 100%
J. Pustaka
Permentan No.79/permentan/OT.140/8/2013
Ritung, S.W., F. Agus, dan H.Hidayat. 2007. Evaluasi Kesesuaian
Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten
Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan Wordl Agroforestry
Center. Bogor

18
4.2. Mengelola Usaha Tanaman (Hortikultura/Pangan/Perkebunan) Secara
Konvensional
4.2.1. Melakukan Olah Tanah Berdasarkan Komoditas Dan Kesesuaian Lahan
A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan olah tanah berdasarkan komoditas
dan kesesuaian lahan.
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan dalam memilih cara olah tanah sesuai komoditas terpilih
2. Ketepatan dalam menjalankan prosedur kerja olah tanah
3. Ketepatan hasil praktikum
4. Ketepatan dalam membuat laporan praktikum

D. Teori
Pengolahan tanah dilakukan untuk mengubah keadaan lahan
pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh struktur tanah yang
dikehendaki oleh tanaman. Tujuan dari kegiatan olah tanah adalah
membersihkan lahan dari gulma, tanaman yang tidak diingkan dan kotoran
lainnya, menggemburkan tanah, menciptakan kondisi fisik, kimia dan biologis
tanah menjadi lebih baik, mencampurkan pupuk organik dan anorganik pada
tanah dan meratakan tanah, serta memasang mulsa (untuk tanaman tertentu).
Kriteria pengolahan tanah yang baik adalah :
1. Terciptanya struktur tanah yang dibutuhkan untuk tempat tumbuh
tanaman.
2. Peningkatan kecepatan infiltrasi tanah yang akan menurunkan run off
PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 19
dan mengurangi bahaya erosi.
3. Menghambat atau mematikan pertumbuhan gulma.
4. Membenamkan sisa-sisa tanaman/gulma kedalam tanah, sehingga
menambah kesuburan tanah.
5. Membunuh serangga, larva, atau telur -telur serangga melalui
perubahan tempat tinggal dan terik matahari.
Ada beberapa sistem pengolahan tanah yang biasa dilakukan yaitu :
1. Olah Tanah Sempurna
Pengolahan tanah secara sempurna yaitu pengolahan tanah yang
meliputi seluruh kegiatan pengolahan tanah. Dimulai dari awal pembukaan
lahan hingga siap untuk ditanami, meliputi pembajakan, rotary, dan
pemupukan
2. Olah Tanah Minimum
Pengolahan tanah dengan olah tanah minimum hanya meliputi
pembajakan (tanah diolah, dibalik, kemudian tanah diratakan). Pada
pengolahan tanah ini biasanya banyak dilakukan untuk lahan tanaman
semusim.
3. Tanpa Olah Tanah (TOT)
Pengolahan lahan pada sistem ini hanya meliputi
penyemprotan gulma menggunakan herbisida guna menghilangkan gulma
pada lahan, kemudian ditunggu hingga gulma mati dan lahan siap
untuk dibuat lubang tanam untuk ditanami.
Pengolahan tanah pada lahan yang baru dibuka biasanya melalui dua
tahap pengolahan, yaitu pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah
kedua. Pengolahan tanah pertama bertujuan untuk memotong, memecah
dan membalik tanah, sedangkan pengolahan tanah kedua bertujuan untuk
menggemburkan dan meratakan tanah, memperbaiki tata air tanah,
menyingkirkan dan menghancurkan sisa-sisa tanaman dan tumbuhan
pengganggu, membuat alur pertanaman dan membuat guludan

E. Bahan dan Alat


1) Alat pengolahan tanah pertama (menggunakan daya traktor):

20
a. Bajak singkal (moldboard plow)
b. Bajak piring (disk plow)
2) Alat Pengolahan Tanah Kedua
a) Garu (harrow)
b) Bajak rotari
3) Alat pengolahan tanah tambahan
a) Cangkul
b) Kored
c) Meteran
d) Tali rafia
Bahan yang digunakan adalah:
a) Pupuk organik
b) Pupuk anorganik
c) Kapur pertanian
d) Mulsa Plastik Hitam Perak

F. Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
a) Setiap peserta PPG mengikuti penjelasan dan demonstrasi dari dosen
pengampu mata kegiatan
b) Setiap peserta PPG membersihkan lahan yang akan diolah tanahnya dari
tanaman. tanaman berkayu, tunggak kayu, batu, kotoran lainnya
c) Setiap peserta PPG melakukan kegiatan pengolahan tanah pertama
dengan bajak singkal dan bajak piring
d) Setiap peserta PPG melakukan kegiatan pengolahan tanah kedua dengan
garu piring dan bajak rotari
e) Setiap peserta PPG mengukur dan membuat batas pada lahan yang akan
diolah lebih lanjut

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 21


f) Setiap peserta PPG membersihkan lahan yang akan diolah lebih lanjut
dari sisa-sisa tanaman dan kotoran lainnya setelah proses pembajakan
g) Setiap peserta PPG menggemburkan dan menghaluskan tanah dari
bongkahan-bongkahan.
h) Setiap peserta PPG membuat bedengan setinggi 20 cm, lebar bedengan
untuk tiap kelompok 1 x 10 m. Jarak antar bedengan adalah 1 m. Letak
bedengan membujur arah utara-selatan. Pupuk kandang halus
ditambahkan sebanyak ±10 kg dan pupuk dasar (sesuai komoditas
tanaman yang akan ditanam) pada tiap bedengan dan campurkan dengan
merata. Pada tiap sisi bedengan letakkan bambu untuk menguatkan tepi
bedengan.
i) Setiap peserta PPG memasang mulsa hitam perak pada bedengan yang
telah dibuat
H. Tugas dan Pertanyaan
Setiap kelompok membuat laporan praktikum
Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan alat yang digunakan pada pengolahan tanah pertama
dan kedua!
2. Bandingkan tujuan pengolahan tanah pertama dan kedua!
3. Jelaskan kriteria hasil pengolahan tanah yang baik!

I. Pustaka
Tim Penyusun Buku Teks Bahan Ajar Siswa Kelas 10. 2013. Alat Mesin
Pertanian. Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta
Tim Pelatihan Pertanian. 2015. Petunjuk Lapangan (Petlap) Pengolahan
Lahan. Badan Penyuluhan Dan Pengembangan Sdm Pertanian Pusat.
Jakarta
Kartina, R. 2011. Dasar-Dasar Hortikultura. Buku Petunjuk Praktikum PS
Hortikultura. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik Negeri
Lampung. Lampung.
Gunawan, I. 2011. Alat Mesin Pertanian. Buku Petunjuk Praktikum PS

22
Hortikultura. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik Negeri
Lampung. Lampung
4.2.2. Menghitung Kebutuhan Air Tanaman Dan Mengoperasikan Irigasi
A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu menghitung kebutuhan air tanaman dan
mengoperasikan irigasi

B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
Ketepatan dalam menghitung kebutuhan air tanaman
Ketepatan dalam menghitung kebutuhan air irigasi
Ketepatan dalam menjalankan prosedur kerja mengoperasikan berbagai
jenis irigasi
Ketepatan hasil praktikum
Ketepatan membuat laporan praktikum

D. Teori
Irigasi dimaksudkan untuk memberikan suplai air kepada tanaman
dalam waktu, ruang, jumlah, dan mutu yang tepat. Pencapaian tujuan
tersebut dapat dicapai melalui berbagai teknik pemberian air irigasi.
Rancangan pemakaian berbagai teknik tersebut disesuaian degan
karakteristik tanaman dan kondisi setempat. Untuk mencapai fungsi
utamanya untuk memberikan suplai air kepada tanaman, irigasi perlu
mencapai beberapa fungsi spesifik yaitu:
a. mengambil air dari sumber (diverting)

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 23


b. membawa/mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian
(conveying)
c. mendistribusikan air kepada tanaman (distributing)
d. mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring).

Disamping fungsi pokoknya untuk memenuhi kebutuhan air tanaman,


irigasi juga mempunyai fungsi tambahan seperti:
a. mendinginkan tanah dan tanaman
b. mencuci garam-garaman dari permukaan tanah
c. melunakkan tanah
d. mengaplikasikan bahan-bahan kimia, seperti pupuk, pestisida, dan
herbisida.

E. Bahan dan Alat


Alat tulis
Kalkulator
Instalasi irigasi curah (springkle)
F. Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
Kegiatan 1: Menghitung kebutuhan irigasi sawah (penggenangan)

Kebutuhan air untuk pengolahan tanah


Kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah dapat dihitung dengan
persamaan Vande Goor dan Zijistra (1968) :
Mek
LPIR = ------------ /8,64
ek-1

M = Eo + P

K=MT/S
Dimana :

24
LPIR = kebutuhan air irgasi untuk pengolahan tanah sawah
(mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
T = periode pengolahan tanah (hari)
S = kebutuhan penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm
E = log alam = 2,72

Kebutuhan Air Bersih Di Sawah untuk Tanaman Padi dan Palawija

Kebutuhan air bersih di sawah (NFR) adalah sebagai berikut :

ETc + P + WLR - ER
NFR = ---------------------------- Untuk padi
8,64

ETc – ER
NFR = ------------- Untuk palawija dan
hortikultura
8,64

Dimana :
NFR = kebutuhan air irigasi bersih di sawah (l/dt/ha)
ETc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari) = 3,3 mm/hari
(dilakukan pada umur 30—45 dan 60—75 HST)
ER = curah hujan efektif (mm/hari)
8,64 = pengkonfersi satuan mm/hari ke l/dt/ha (1mm/hari = 1/8,64
l/dt/ha)

Penggantian lapisan air dilakukan 2 kali yaitu saat 1 dan 2 bulan


setelah tanam padi, masing-masing 50 mm selama 15 hari atau setara
3,3 mm/hari.
Curah hujan efektif dapat dihitung dengan persamaan FAO :
ER = 0,60 Ptotal – 10 untuk Ptotal < 70 mm
ER = 0,80 Ptotal – 25 untuk Ptotal > 70 mm
Dimana : ER = curah hujan efektif (mm)
Ptotal = curah hujan total rata-rata pada bulan itu

Tipe tanah Tekstur Tanah Perkolasi


(mm/hari)
Sangat mudah Kerikil, pasir, dan pasir 22
berlempung
Mudah Lempung berpasir 15

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 25


Sedang Lempung berliat 8
Sukar Liat 2

Kebutuhan Air Irigasi Di Pintu Sadap


Kebutuhan air irigasi di pintu sadap dihitung berdasarkan kegiatan-
kegiatan pengolahan tanah, dan pemeliharaan tanaman padi/palawija.

Kebutuhan air irigasi di pintu sadap secara umum dirumuskan :

LPIR
IRT = ------- At Untuk kegiatan pengolahan tanah
Ect

atau
NFR
IRT = ------- At Untuk kegiatan pertumbuhan tanaman
Ect

Dimana :
IR = kebutuhan air irigasi di pintu sadap (l/dt)
LPIR = kebutuhan air untuk pengolahan tanah (l/dt/ha)
NFR = kebutuhan air irigasi bersih di sawah (l/dt/ha)
A = luas areal irigasi tersier(ha)
Ect = efisiensi penyaluran tersier,misal Ect=80%=0,80

(IRT1 + IRT2 + ..... + IRTn)


IRS = ---------------------------------------
Ecs

(IRS1 + IRS2 + ..... + IRSn)


IRP = ------------------------------------
Ecp

Dimana :
IRT = kebutuhan air irigasi di pintu sadap tersier 1 dst. (l/dt)
IRS = kebutuhan air irigasi di pintu sadap sekunder 1 dst. (l/dt)
IRP = kebutuhan air irigasi di pintu sadap primer (l/dt)
Ect = efisiensi penyaluran tersier,misal Ect=80%=0,80
Ecs = efisiensi penyaluran sekunder,misal Ecs=90%=0,90
Ecp = efisiensi penyaluran tersier,misal Ecp=95%=0,95

26
Berdasarkan rumus tersebut, peserta PPG diminta menghitung kebutuhan air
irigasi disetiap pintu sadap berdasarkan gambar 2 dan data berikut;

Contoh gambar Bendung


Sunga
jaringan irigasi
i
permukaanSaluran Primer Ec = IRP =
95%

S2 : IRS2 = S1 : IRS1 =

T12 : IRT 12 = T11 : T2 :


T1 : IRT1 =
IRT11 = IRT2 =
Sal,Sekunder 1
T4 : Ec=93%
T10 : IRT10 T9 : IRT9 T3 : IRT3 =
= = IRT 4
=
IRT=Kebutuhan Ec=efisiensi
Sal. Sekunder
air irigasi di penyaluran
Ec=90%
pintu sadap T6 :
tersier T5 : IRT 5 =
T8 : IRT8 = T7: IRT6
IRT7 = =
Saluran Tersier

Sal Sal. Sal. Lua Efisien Tanama Eto kc Perkolas WLR RE


Prime Sekund Tersie s si n (mm/har i (mm/har (mm/har
r er r (ha) (%) i) (mm/har i) i)
i)
1 1 1 10 82% Padi 7,5 1,1 3,5 3,33 3
2
2 11 80% Padi 7,5 1,1 3,5 3,33 3
0
3 13 82% Jagung 7,5 0,8 3,5 3,33 3
0
4 12 80% Padi 7,5 0,7 3,5 3,33 3
5 8
5 15 85% Jagung 7,5 0,5 3,5 3,33 3
0
6 14 80% Kedela 7,5 1,0 3,5 3,33 3
0 i
2 7 15 83% K.Tana 7,5 1,0 3,5 3,33 3
0 h

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 27


8 14 78% K.Tana 7,5 0,6 3,5 3,33 3
5 h
9 60 84% Tomat 7,5 1,1 3,5 3,33 3
10 14 75% Padi 7,5 0,5 3,5 3,33 3
3
11 10 76% Padi 7,5 0,9 3,5 3,33 3
5 5
12 13 78% Padi 7,5 1,1 3,5 3,33 3
5 5

Kegiatan 2:
a) Peserta PPG mengamati instalasi irigasi curah (springkle)
b) Peserta PPG menggambar instalasi irigasi curah dan menjelaskan
fungsi dari bagian-bagian instalasi

H. Tugas dan Pertanyaan


Tugas: Setiap kelompok membuat laporan praktikum
Pertanyaan:
a. Mengapa dalam menghitung kebutuhan air di pintu sadap perlu
menambahkan dengan jumlah air yang hilang selama penyaluran ?.
b. Mengapa kebutuhan air irigasi untuk palawija tidak diperlukan air
untuk perkolasi dan penggantian lapisan air ?

I. Pustaka
Idrus, M. 2011. Irigasi Pertanian. Buku Petunjuk Praktikum PS
Hortikultura. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik
Negeri Lampung. Lampung

Sesanti, RN.. 2016. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.


Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket
Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Guru Dan Tenaga Kependidikan

28
4.2.3. Melakukan Kegiatan Penyemaian Benih dan Pembibitan tanaman
A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan persemaian dan pembibitan tanaman
hortikultura/pangan/perkebunan
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan membandingkan benih/bibit unggul dengan yang tidak
2. Ketepatan menjalankan prosedur kerja persemaian tanaman
3. Ketepatan hasil praktikum
4. Ketepatan membuat laporan praktikum

D. Teori
Penyemaian atau pembibitan adalah kegiatan dalam budidaya yang
bertujuan untuk menumbuhkan benih tanaman menjadi bibit dan siap tanam di
lapangan. Beberapa tanaman, ada yang ditanam langsung dilapangan tanpa
memerlukan penyemain. Penyemaian biasanya dilakukan pada tanaman yang
memiliki benih berukuran kecil. Pertimbangan dalam melakukan kegiatan
penyemaian/pembibitan adalah lokasi penyemaian, drainase, sumber air,
kondisi tanah, luas tempat penyemaian.
1. Lokasi penyemaian

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 29


Lokasi atau tempat penyemaian sebaiknya berada di areal yang mudah
diawasi dan dilakukan pemeliharaan. Lokasi harus dekat dengan jalan
sehingga memudahkan transportasi bibit.
2. Drainase
Drainase tempat penyemaian tanaman sebaiknya baik, artinya bahwa
tempat yang dijdikan lokasi penyemaian tidak terkena banjir. Pilih lokasi
yang tinggi dan memiliki saluran pengeluaran air. Namun demikian
sebaiknya kemiringan tanah pad lokasi juga tidak lebih dari 15%.
3. Sumber air
Air sangat diperlukan dalam kegiatan budidaya tanaman, begitu pula pada
kegiatan penyemaian. Sebaiiknya lokasi penyemain dekat dengan sumber
air sehingga memudahkan dalam pemeliharaan
4. Kondisi tanah
5. Tanah untuk kegiatan penyemaian harus memiliki karakteristik yang
baik, diantara subur, gembur, dan bebas kontaminan. Untuk penyemaian
yang menggunakan polybag, sebaiknya tanah disaring untuk
menghilangkan kotoran, batu, sisa-sia tanaman, dan gumpalan tanah yang
berukuran besar.
6. Luas tempat penyemaian
Luas tempat penyemaian harus menyesuaikan dengan luas areal
pertanaman, kebutuhan bibit, kerapatan tanam, dan tipe pembibitan.
Penyiapan Benih
1) Kriteria benih
Benih sebagai bahan perbanyakan sebaiknya menggunakan benih
yang bermutu. Keuntungan penggunaan benih bermutu adalah dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan benih, karena
populasi tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan sebelumnya,
yaitu dari data (label pada kemasan) daya kecambah dan kemurniannya.
Benih dapat dikatakan baik atau bermutu kalau sudah memenuhi
komponen mutu benih yaitu kriteria mutu fisik, mutu fisiologis, mutu
genetik dan mutu pathologis.
Benih dinyatakan memenuhi kriteria fisik yang baik apabila memiliki ciri-

30
ciri sebagai berikut;
a) Tingkat kebersihan benih
Benih yang bersih adalah benih yang bebas dari segala kotoran, baik yang
berasal dari sisa bagian tanaman ataupun kotoran lainnya.
b) Ukuran dan keseragaman benih
Ukuran benih yang dimaksud adalah besar kecilnya volume setiap
butir benih. Benih yang berukuran normal dan seragam akan memiliki
struktur embrio yang baik dan cadangan makanan yang cukup.
c) Berat benih
Berat benih yang dimaksud adalah berat setiap butir yang biasanya
ditimbang. Untuk benih berukuran besar, pengukuran dengan cara
menimbang 100 butir sedangkan untuk benih berukuran kecil 1000 butir.
d) Warna benih
Warna benih dapat mengidentifikasi suatu benih terutama untuk
mengetahui lamanya benih tersimpan dan tingkat kesehatan benih dari
penyakit benih. Benih yang baik adalah benih yang memenuhi warna
cerah, tidak kusam, mulus, tidak bercak atau terang sesuai dengan warna
dasarnya.
Benih dikatakan memenuhi kriteria fisiologis yang baik apabila memiliki
viabilitas dan daya kecambah yang tinggi sesuai dengan persyaratan
mutu benih yang telah ditetapkan. Benih dikatakan memenuhi kriteria
pathologis yang baik apabila benih tidak terinfeksi penyakit sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan. Sedangkan benih dinyatakan memiliki
mutu genetis yang baik bila benih tersebut memiliki sifat unggul sesuai
deskripsi tanaman yang dikehendaki.
Kebutuhan Benih
Sebelum menyemai, satu hal yang perlu dilakukan adalah
menghitung kebutuhan benih dengan cermat. Hal ini terutama
diperlukan untuk keperluan benih dalam jumlah yang besar, perhitungan
kebutuhan benih ini akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain
adalah untuk efisiensi biaya. Dengan perhitungan kebutuhan benih yang

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 31


cermat, akan dapat menghemat biaya dan dapat menghindari
pembengkakan biaya yang diakibatkan oleh kelebihan benih yang
disemai. Dalam perhitungan kebutuhan benih ini, diperhitungkan juga
kebutuhan benih untuk tujuan penyulaman (cadangan) sehingga bila ada
tanaman yang mati, dapat diganti dengan benih yang seragam yang
telah diperhitungkan sebelumnya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam menghitung kebutuhan benih antara lain luas lahan, jarak tanam,
prosentase daya kecambah benih, cadangan untuk penyulaman, kecamba
h dapat dipindah dan bibit dapat ditanam.
Menghitung kebutuhan benih yang akan disemai dapat dilakukan
dengan rumus sebagai berikut:

E. Bahan dan Alat


1. Benih tanaman yang akan disemai
2. Bibit tanaman yang berumur 7 hari (siap pindah ke bumbungan)
3. Pupuk kandang
4. Gembor
5. Koret
6. Cangkul
7. Gergaji
8. Golok
9. Meteran
10. Tali plastic
11. Bamboo untuk kerangka naungan
12. Daun kelapa
13. Bumbungan plastik
14. Insektisida butiran
F. Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

32
G. Prosedur Kerja
Persiapan lahan penyemaian
a) Peserta PPG menggemburkan tanah dan membuat bedengan setinggi
20 cm dengan ukuran 1 m x 2 m. Letak bedengan membujur arah
utara-selatan
b) Peserta PPG menambahkan pupuk kandang halus sebanyak 10 kg
pada setiap bedengan dan campurkan secara merata
Pembuatan naungan
a) Potong bambu dengan ukuran panjang 1.50 m dan 1.25 m masing-
masing sebanyak 3 buah, runcingkan salah satu ujungnya dan
tancapkan pada sisi bedengan. Bambu yang lebih panjang untuk sisi
sebelah timur.
b) Buat belahan bambu sepanjang 3.20 m sebanyak 3 buah dan letakkan
di atas tiang-tiang bambu yang telah dipancangkan. Ikatkan tali
dengan kuat.
c) Daun kelapa dihamparkan secara rapi dibagian atas kemudian jepit
salah satu sisinya dengan bambu dan ikat secara kuat. Panjang
bambu sama dengan panjang atap (3.2 m). Buat anyaman serupa
sebanyak 2 buah, dan letakkan di atas kerangka naungan. Ikat
dengan kuat agar tidak rusak oleh angin.

Barat
Timur

Gambar 2. Naungan persemaian


Persemaian
1) Benih yang akan disebar hanya sebanyak ±300 butir/group.
2) Benih ditaburkan merata pada ½ lahan persemaian.
PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 33
3) ½ lahan yang lain dibiarkan untuk meletakkan bumbungan.
4) Tutup benih dengan menaburkan tanah halus tipis di atas bedengan,
kemudian siram dengan merata sampai basah.
5) Taburkan insektisida butiran di sekeliling bedengan untuk mencegah
serangan hama.

Pembumbungan
1) Siapkan bumbungan plastik (6 x 10 cm) dan buat lubang pada bagian
bawah plastik agar air dapat mengalir
2) Masukan media bumbungan ke dalam plastic
3) Media menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang (1:1)
4) Benih yang sudah berumur 7 hari setelah semai dipindah ke dalam
bumbungan dengan cara :
a. Menyiram persemaian hingga basah
b. Dengan hati-hati kecambah diambil satu persatu dengan tanah yang
masih menempel pada akar
c. Tanam kecambah dalam bumbungan yang telah dibuat lubang
terlebih dahulu (akar tidak boleh putus/terlipat pada saat tanam)
d. Tutup lubang tanam dalam bumbungan hingga ke leher akar
kecambah kemudian disiram menggunakan gembor

Gambar 3. Bumbungan berbahan plastik

H. Tugas dan Pertanyaan


Tugas: Setiap kelompok membuat laporan praktikum
Pertanyaan

34
1. Jelaskan apa yang akan terjadi jika benih yang berukuran kecil seperti
tomat langsung di tanam di lahan tanpa melalui kegiatan persemaian?
2. Apa yang terjadi jika naungan dibuat terlalu tinggi dan terlalu
pendek?
I. Pustaka
Kartina, R. 2011. Dasar-Dasar Hortikultura. Buku Petunjuk Praktikum PS
Hortikultura. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik Negeri
Lampung. Lampung.
Same, M. 2016. Agribisnis Tanaman Perkebunan. Sumber Belajar
Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket Keahlian Agribisnis
Tanaman Perkebunan. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan
Sesanti, RN.. 2016. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sumber
Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket Keahlian
Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 35


4.2.4. Melakukan Kegiatan Penanaman
A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan penanaman
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340
C. Indikator Kinerja
Ketepatan menetapkan kriteria bibit sehat dan siap pindah tanam
Ketepatan menjalankan prosedur kerja penanaman tanaman
Ketepatan hasil praktikum
Ketepatan membuat laporan praktikum
D. Teori
Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari
persemaian/pembibitan ke lapangan. Sebelum dilakukan penanaman, bibit
diseleksi berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Kriteria bibit tanaman semusim yang siap tanam:
a) Tanaman yang sudah mempunyai 2—4 helai daun yang sempurna
b) Tumbuh tegak/kokoh dan tidak terserang hama/penyakit
c) Tanaman subur ditandai dengan warna daun yang hijau
Kriteria bibit tanaman tahunan yang siap tanam:
a) Tinggi bibit telah mencapai tinggi 30-50 cm tergantung jenis tanaman.
b) Bibit kokoh dan lurus
c) Batang telah berkayu
d) Akar belum menembus polybag
e) Tidak terserang hama dan penyakit
Kegiatan penanaman mencakup pekerjaan pembuatan lubang tanam,
pemberian pupuk dasar, dan penenam bibit. Pembuatan lubang tanam
dapat dilakukan secara manual dan mekanis dengan menggunakan alat post

36
hole digger. Untuk tanaman semusim, biasanya pembuatan lubang tanam
menggunakan tugal atau cangkul. Lubang tanam dibuat hanya berukuran
10-20 cm (menyesuaikan ukuran bibit). Pembuatan lubang tanam untuk
tanaman semusim dilakukan sebelum atau bersamaan saat penanaman.
Sedangkan untuk tanaman tahunan, pembuatan lubang tanam dilakukan
satu bulan sebelum penanaman. Lubang tanam yang dibuat biasanya
berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm atau 60 cm x 60 cm x 60 cm
(menyesuaikan ukuran bibit). Lapisan tanah atas (top soil) dan lapisan
tanah bawah (sub soil) sebaiknya dipisahkan dan ditumpuk dengan arah
yang seragam. Segera setelah selesai pembuatan lubang tanam, pada bagian
tengah lubang diletakan pancang. Untuk menjamin ketepatan ukuran
lubang, sebaiknya setiap pekerja yang membuat lubang dilengkapi dengan
mal (alat pengukur lubang) yang mempunyai ukuran yang telah ditentukan.
Penanaman bibit
Pekerjaan penanaman bibit untuk tanaman semusim dan tahunan
dapat dibagi menjadi 5 kegiatan yaitu persiapan di pembibitan, transportasi,
pembagian bibit di lapangan (ecer bibit), penanaman di lapangan, serta
penyulaman jika bibit yang ditanam mati.
1) Persiapan di pembibitan
Untuk tanaman semusim, pekerjaan persiapan di pembibitan hanya
kegiatan pemeliharaan seperti penyiraman, pemupukan, dan penegndalian
hama penyakit, serta seleksi bibit. Sedangkan untuk bibit tanaman tahunan,
selain kegiatan tersebut, pekerjaan persiapan di pembibitan meliputi
pengangkatan polybag dan memutarnya 180o setiap dua minggu sekali
(dilakukan satu bulan sebelum penanaman di lapangan). Kegiatan ini
bertujuan memutuskan perakaran yang telah menembus polybag sehingga
dapat mengurangi terjadinya "shock" pada saat tanaman ditanam di
lapangan.
Bibit yang akan dipindahkan ke lapangan harus disiram sampai
tanah dalam polybagnya jenuh air. Pemindahan bibit ke lapangan harus
dilakukan per kelompok bibit (jenis bibit) sesuai dengan rencana

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 37


penanaman di lapangan. Sebisa mungkin, blok yang sama ditanami jenis
bibit dari kelompok yang sama pula. Hal ini akan neningkatkan
homogenitas tanaman di lapangan sehingga pekerjaan kultur teknis akan
lebih mudah dilaksanakan.
2) Transportasi
Transportasi bibit bertujuan untuk mengangkut bibit dari persemaian ke
lapangan. Kecepatan pengangkutan bibit ke lapangan harus
disesuaikan dengan laju penanaman dan jumlah populasi areal yang akan
ditanami. Kalau areal penanaman jauh dari pembibitan maka pengangkutan
harus dilakukan dengan kendaraan.
3) Pembagian bibit di lapangan (pengeceran bibit)
Pengeceran bibit adalah kegiatan membagi bibit yang telah diangkut dari
persemaian ke lokasi penanaman. Pembagian bibit dilakukan sesuai dengan
blok dan jenis bibit yang direncanakan. Pembagian bibit dilakukan dengan
hati-hati untuk menghindari salah bagi dan kerusakan bibit akibat lalai
dalam pengangkatan bibit.
4) Penanaman
Sebelum penanaman dilakukan, dasar lubang terlebih dahulu
dipupuk dan lubang tanam diisi tanah atas secukupnya sampai mencapai
kedalaman lubang setinggi polybag pembibitan. Agar kondisi tanah
bagian atas benar -benar subur, sebaiknya tanah ini diberi pupuk terlebih
dahulu. Pupuk yang diberikan adalah pupuk organik, misal pupuk
kandang 10 kg per lubang tanam. Pupuk tersebut dicampur rata dengan
tanah, dan bila perlu ditambah dengan kapur bergantung dengan
kemasaman tanahnya. Sebelum ditanam, polybag disayat dengan pisau
kemudian bibit diletakan di tengah lubang tanam (bongkahan tanah tidak
boleh rusak untuk menghindari kerusakan perakaran).Bibit ditimbundengan
lapisan tanah bawah dan dipadatkan sehingga timbunan tanah tersebut
persis sejajar dengan leher akar dan tanaman dapat tegak berdiri.
Selanjutnya bibit diberi ajir dan disiram.
5) Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati dengan

38
tanaman yang baru di lapangan. Kegiatan penyulaman untuk tanaman
semusim biasanya dilakukan 1 minggu setelah penanaman, sedangkan
untuk tanaman tahaunan kegiatan penyulaman dilakukan 2-4 minggu
setelah tanam.
E. Bahan dan Alat
1. Cangkul
2. Meteran
3. Pancang
4. Mal
5. Gembor
6. Bibit tanaman hortikultura/pangan yang siap tanam sesuai kriteria
7. Bibit tanaman perkebunan yang siap tanam sesuai kriteria
8. Pupuk NPK
9. Pupuk kandang
F. Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang
G. Prosedur Kerja
Kegiatan 1
a) Peserta PPG menaman tanaman semusim seperti tomat atau cabe
b) Masing-masing peserta menanam 5 bibit
c) Bibit tanaman semusim dipilih berdasarkan kriteria siap tanam
d) Buat lubang tanam menggunakan cangkul sedalam 10—20cm
e) Sobek polybag bibit, lalu letakan bibit pada lubang tanam
f) Beri pupuk kandang 2 kg/lubang tanam dan pupuk dasar NPK 2g/
tanaman
g) Bibit yang sudah ditanam kemudian disiram
Kegiatan 2
a) Peserta PPG menanam tanaman tahunan seperti sawit atau karet
b) Masing-masing peserta menanam 2 bibit
c) Buat lubang tanam sedalam 50 cm x 50 cm x 50 cm
d) Pastikan dinding lubang tanam tegak lurus, membentuk segi empat
e) Letakan mal pada lubang tanam, angkat mal jika lubang tanam telah
sesuai
f) Pilih bibit sesuai kriteria bibit siap pindah tanam

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 39


g) Bawa bibit ke lahan yang akan ditanami
h) Sobek polybag menggunakan pisau
i) Masukan tanah topsoil pada bagian bawah lubang tanam
j) Masukan bibit tepat ditengah lubang tanam
k) Tutup bibit dengan tanah subsoil yang sudah dicampur pupuk
kandang sebanyak 10 kg/lubang tanam sampai dengan pangkal
batan
l) Beri pupuk dasar NPK 5g/tanaman
m) Beri ajir pada bibit yang sudah ditanam
n) Siram bibit yang sudah ditanam

Gambar 4. Pengukuran lubang tanam dengan menggunakan mal kayu


Sumber:https://www.slideshare.net/andysyaha/1-sop-lobang-tanam
H. Tugas dan Pertanyaan
Tugas: Setiap kelompok membuat laporan praktikum
Pertanyaan: Mengapa pada tanaman tahunan, lubang tanam dibuat satu
bulan sebelum penanaman?
I. Pustaka
Andysyaha. 2011. Sop Lubang Tanam.
https://www.slideshare.net/andysyaha/1-sop-lobang-tanam.
Kartina, R. 2011. Dasar-Dasar Hortikultura. Buku Petunjuk Praktikum PS
Hortikultura. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik Negeri
Lampung. Lampung.
Same, M. 2016. Agribisnis Tanaman Perkebunan. Sumber Belajar
Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket Keahlian Agribisnis
Tanaman Perkebunan. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan
Sesanti, RN.. 2016. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sumber
Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket Keahlian
Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kementerian
40
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan
4.2.5. Menerapkan Program Pemupukan Tanaman
A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu menerapkan program pemupukan tanaman
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340
C. Indikator Kinerja
a) Ketepatan menghitung kebutuhan pupuk untuk tanaman
b) Ketepatan menjalankan prosedur kerja pemupukan tanaman
c) Ketepatan hasil praktikum
d) Ketepatan membuat laporan praktikum
D. Teori
Pupuk
Menurut kamus besar bahasa indonesia pupuk merupakan penyubur
tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman. Definisi lain pupuk adalah bahan yang diberikan
kedalam tanah baik organik maupun anorganik dengan tujuan untuk
menggantikan unsur hara yang hilang.
Jenis-jenis pupuk
Pupuk digolongkan menjadi dua, yaitu berdasarkan bahan
pembentuknya dan berdasarkan kandungannya. Berdasarkan bahan
terbentuknya pupuk digolongkan atas pupuk organik dan pupuk anorganik.
Sedangkan berdasarkan kandungannya pupuk digolongkan atas pupuk
tunggal dan pupuk majemuk.
• Pupuk organik
Pupuk organik ialah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup
yang melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai.
Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 41


berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran
ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang
lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan
namanya, kandungan bahan organik dalam pupuk ini termasuk tinggi.
Manfaat pupuk organik untuk tanaman adalah:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki jasad renik
3. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
4. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
5. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
6. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, jumlah panen)
7. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
8. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
9. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
• Pupuk anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat
oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki
persentase kandungan hara yang tinggi. Jenis pupuk anorganik sangat
banyak dipasaran, beberapa contoh pupuk anorganik adalah Urea, TSP,
dan KCl.
• Pupuk tunggal
Pupuk tunggal merupakan jenis pupuk yang hanya mengandung satu
jenis unsur hara, biasanya berupa unsur hara makro primer. Sebagai
contoh urea yang hanya mengandung unsur nitrogen, SP36 yang hanya
mengandung unsur phospor (P), dan KCl yang hanya mengandung unsur
kalium (K).
• Pupuk majemuk
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis
unsur hara. Contoh pupuk majemuk antara lain diammonium phosphat
yang mengandung unsur nitrogen dan phosphor, pupuk NPK yang
mengandung unsur nitrogen, phosphor, dan kalium.
• Cara pemupukan
42
Dengan berkembangnya teknologi pertanian dan industri, telah
melahirkan berbagai produk yang cara pemberiannya lain dari biasanya,
namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua cara
pemberian/memupuk, yakni pemupukan dengan cara pemberian melalui
akar dan pemupukan dengan cara pemberian melalui daun.
Pemupukan dengan cara pemberian melalui akar dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
a) Ditabur atau disebar
Cara ini dapat diterapkan untuk pupuk berupa butiran atau serbuk.
Penaburannya dilakukan keseluruh lahan yang akan dipupuk. Kelemahan
dari cara ini adalah memungkinkan pertumbuhan rumput pengganggu lebih
cepat, kurang mengenai sasaran, dan sering terbawa air meskipun sudah
diinjak-injak setelah ditabur.

Gambar 6. Pemberian pupuk dengan cara disebar pada tanaman padi


Sumber: http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-
teknologi/content/226-pemupukan-pada-tanaman-padi

b) Diletakkan di antara larikan atau barisan


Pada cara ini, pupuk diletakkan di antara larikan tanaman yang
kemudian ditutup dengan tanah. Cara ini sangat baik dan pada umumnya
dilakukan pada tanaman yang ditanam secara teratur dengan jarak yang lebih
leluasa seperti pada jagung dan kacang tanah. Keuntungan dari cara ini
adalah perkembangan akar lebih cepat sehingga pertumbuhan akan baik.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 43


Gambar 7. Pemberian pupuk pada tanaman jagung
Sumber:
http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/10083/perawatan-tanaman-
jagung
c) Ditempatkan dalam lubang
Cara ini pada umumnya diterapkan pada tanaman tahunan seperti
kopi dan buah-buahan. Lubang untuk pupuk dibuat terlebih dahulu
sedalam 30 cm. Letak lubang persis dibawah tajuk disekitar batang
tanaman. Pupuk dimasukan ke dalam lubang, lalu ditutup dengan tanah.
Pada tanaman muda, lubang cukup dibuat 10 cm dari batang. Keuntungan
cara ini sama seperti pada pada cara larikan.

Gambar 8. Pemupukan pada tanaman tahunan


Sumber: Mekarsari, 2013
d) Disemprot melalui daun
Pemberian pupuk dengan cara disemprot melalui daun dilakukan
dengan cara melarutkan pupuk ke dalam air dengan konsentrasi tertentu
44
kemudian disemprotkan langsung kepada daun dengan alat penyemprot
(Sprayer). Waktu pemberian pupuk dilakukan ketika matahari tidak sedang
terik-teriknya. Paling ideal dilakukan sore atau pagi hari persis ketika
matahari belum begitu menyengat. Pemberian pupuk daun bisa dilakukan
bersamaan dengan pemberian pestisida atau zat perangsang jika dianggap
perlu.

Gambar 9. Aplikasi pupuk dengan penyemprotan melalui daun pada tanaman cabe
Sumber: http://agrobudidaya.blogspot.co.id/2014/03/metode-pemupukan-
tanaman.html
Untuk lebih memahami mengenai pupuk, silahkan buka link ini
• https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=zfpuVmNApDkC&oi=f
nd&pg=PA1&dq=buku+kesuburan+tanah+dan+pemupukan&ots=vINhH
9fbGr&sig=061rjC5Pvypn7TgxRC3eOs8Ckes&redir_esc=y#v=onepage
&q=buku%20kesuburan%20tanah%20dan%20pemupukan&f=false
• https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=VOKq3muIYkkC&oi=f
nd&pg=PA7&dq=buku+kesuburan+tanah+dan+pemupukan&ots=_FFCa
AAVTf&sig=_Isse24GF-
ef63NtlAVDRbMd9lM&redir_esc=y#v=onepage&q=buku%20kesubura
n%20tanah%20dan%20pemupukan&f=false

E.Bahan dan Alat


Leafflet/brosour/kemasam pupuk, dan jangka sorong.
Beberapa jenis pupuk tunggal, pupuk majemuk, pupuk daun, ZPT dan alat
tulis.
F. Organisasi
Peserta PPG bekerja secara berkelompok
Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 45


G. Prosedur Kerja
1. Amati bentuk, ukuran butiran dan warna dominan beberapa jenis pupuk
yang disediakan.
2. Pelajari sifat-sifat pupuk dengan bantuan brosur/leaflet/kemasan, antara
lain mengenai :
organik atau anorganik
Komposisi unsur hara dan persentase kandungannya.
Higroskopisitas
Sifat kelarutan.

H. Tugas dan Pertanyaan


Tugas: Setiap kelompok membuat laporan praktikum
Pertanyaan: Seorang petani memiliki sebidang lahan yang kondisinya fisik
tanahnya kurang baik. Tanah tersebut memiliki warna kuning, sulit
memegang air dan miskin unsur hara. Jika petani tersebut ingin menanam
sayuran daun, maka apa saja yang harus dilakukan untuk memperbaiki
sifat fisik tanah pada lahan tersebut!

I. Pustaka
Agustina, Lily. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. 80
p
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2015. Pemupukan Pada Tanaman
Padi. http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-
teknologi/content/226-pemupukan-pada-tanaman-padi.
Erawati, B. Tri Ratna. 2015. Identifikasi Gejala Kekurangan Unsur Hara
Pada Tanaman Jagung.
http://ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/pub/tam/fjagung.pdf.
Gunawan, I. 2011. Alat Mesin Pertanian. Buku Petunjuk Praktikum PS
Hortikultura. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik
Negeri Lampung. Lampung
Munawar. A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press.
Bogor. 240 p

46
Sarief, S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka
Buana. Bandung. 182 p
Sarief, S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 157 p
Sesanti, RN.. 2016. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket
Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru
Dan Tenaga Kependidikan
Sumarni, N. dan Agus Muharam. 2005. Budidaya Tanaman Cabai
Merah. Balitsa Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Bandung. 34 p

4.2.6. Melakukan Tindakan Pengendalian Gulma


A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu melakukan tindakan pengendalian gulma
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340
C. Indikator Kinerja
a) Ketepatan mengindetifikasi jenis gulma penting pada tanaman
b) Ketepatan menjalankan prosedur kerja pengendalian gulma
c) Ketepatan hasil praktikum
d) Ketepatan membuat laporna praktikum
D. Teori
1. Definisi dan batasan gulma
Gulma merupakan tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum
diketahui manfaatnya yang keberadaannya tidak dikehendaki dan dianggap
merugikan bagi manusia. Gulma dianggap sebagaia ancaman yang serius
bagi tanaman yang dibudidayakan karena:

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 47


a) Menyebabkan terjadinya kompetisi unsur hara, air, dan cahaya dengan
tanaman budidaya sehingga dapat menurunkan hasil produksi
b) Gulma mudah sekali beradaptasi, tumbuh, dan bertahan hidup pada
daerah-daerah yang miskin nutrisi, kering, lembab bahkan tergenang.
c) Gulma memiliki kemampuan berkembangbiak yang yang tinggi baik
secara generative menggunakan biji atau secara vegetatif dengan
menggunakan bagian-bagian dari gulma, seperti menggunakans stolon,
akar, dan rimpang.
d) Gulma juga dapat menghasilkan biji dalam jumlah yang sangat banyak,
ini pulalah yang memungkinkan gulma cepat berkembang biak.
e) Gulma dapat mengeluarkan bau dan rasa yang kurang sedap, bahkan
dapat mengeluarkan zat pada sekitar tempat tumbuhnya. Zat itu berbentuk
senyawa kimia seperti cairan berupa toksin (racun) yang dapat mengganggu
atau menghambat pertumbuhan tanaman lain yang ada disekitar gulma
tersebut, (kejadian tersebut dikenal juga dengan peristiwa allelopati).
f) Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-
hewan kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan
tersebut dapat berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan
menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya.
g) Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
h) Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya,
misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji
tanaman budidaya.
Pengelompokan gulma yang dominan terdapat lahan pertanian dibedakan
menjadi 3 kelompok/golongan, yaitu:
a) Gulma golongan rumput (grasses : Famili Graminae)
Gulma golongan ini mempunyai batang bulat atau tegak pipih dan
berongga. Daun soliter pada buku - buku, tersusun dalam dua
deretan,berbentuk pita, tepi daun rata, dan te rdiri dari dua bagian yaitu
helai daun dan pelepah daun dengan lidah daun di antara dua bagian
tersebut. Bunganya dalam bentuk anak bulir, dapat bertangkai atau tidak
dengan tiap anak bulir terdiri atas satu atau lebih bunga kecil. Setiap bunga

48
kecil tersebut biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung yang
tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil
disebut palea. Buahnya disebut buah karyopsis dengan bentuk
memanjang seperti perahu, bulat telur dan datar ramping.
b) Gulma golongan teki (sedges : Famili Cyperaceae)
Gulma golongan ini batangnya berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat
dan berongga. Daunnya tersusun dalam tiga deretan tanpa lidah daun pada
pertemuan pelepah dan helai daun. Bunganya sering dalam bentuk bulir
atau anak bulir yang dilindungi oleh satu daun pelindung dengan buaah
pipih berbentuk segitiga.
c) Gulma golongan berdaun lebar (broad leaves)
Gulma dari golongan ini pada umumnya tergolong tumbuhan
dengan biji berkeping dua (Dicotyledoneae) atau paku -pakuan
(Pteridophyta). Gulma golongan ini secara umum mempunyai daun lebar
dengan tulang daun berbentuk jaringan, menyirip atau menjari.
Gulma ini biasanya berbatang basah (herbaceous) seperti bayam duri
(Amaranthus viridis) dan krokot (Portulaca oleracea ) atau berbatang
kayu (lignosus), seperti pada Lantana camara . Batangnya berbeda
dengan gulma golongan rumput dan teki, gulma golongan ini
batangnya bercabang dengan bunganya dapat berupa bunga tungga atau
bunga majemuk yang biasanya termasuk bunga sempurna. Akar gulma
golongan ini termasuk dalam system akar tunggang yang berupa akar
berkayu ataupun tidak.
Secara umum gulma pada lahan padi sawah dapat digolongkan menjadi
gulma berdaun lebar, teki, dan rumput. Gulma berdaun lebar yang sering
tumbuh pada areal lahan padi sawah diantaranya adalah eceng gondok,
genjer, kiyambang, dan lainnya. Gulma jenis teki yang sering tumbuh
pada areal lahan padi sawah adalah teki . Sedangkan gulma jenis rumput
yang sering ditemui pada lahan padi sawah adalah padi-padian, jawan, dan
lainnya. Gulma yang sering ditemui pada lahan tanaman padi adalah
sebagai berikut: Echinochloa crusgalli, Cyperus rotundus, Cyperus irri,

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 49


Cyperus difformis, Eclipta alba, Celosia argentia, Dactylotenium
aegypticum, Setaria glauca, Scripus spp., Panicum spp., Paspalum spp.

Echinochloa colona Ischaemum rugosum

Amaranthus spinosus Ageratum conyzoides L Cyperus iria L.


Gambar 10. Beberapa gulma pada tanaman padi
Sumber: http://agropedia.iitk.ac.in/content/important-weeds-rice

Gulma yang tumbuh di lahan pertanaman hortikultura tidak spesifik pada


setiap komoditas. Pada umumnya gulma yang menyerang tanaman
hortikultura hampir sama dengan gulma yang tumbuh pada areal penanaman
tanaman pangan.
Berikut adalah beberapa jenis gulma yang tumbuh pada areal pertanaman
beberapa komoditas hortikultura:
Bawang merah : Echinochloa colonum, Digitaria spp., Eleusine indica,
Cyperus rotundus, Ageratum conyzoides, Alternanthera sessilis, Amaranthus
spp., Amaranthus spinosus, Cleome rutidospermae, Portulaca oleraceae

50
Pisang : Setaria plicata, Panicum repens, Eleusine indica, Ottochloa nodosa,
Paspalum conjugatum, Cyperus spp., Ageratum conyzoides, Borreria alata,
Cleome rutidospermae, Mimosa invisa
Nenas : Axonopus compressus, Cynodon dactylon, Panicum repens,
Eleusine indica, Digitaria spp., Brachiaria eruciformis, Brachiaria mutica,
Cyperus spp. Richardia brasiliensis, Borreria alata, Elephantropus scaber,
Amaranthus spinosus, Chromolena odorata, Cleome rutidospermae,
Commellina diffusa, Euphorbia spp.
Jenis-jenis gulma yang dominan pada tanaman perkebunan antara lain:
Kopi :alang-alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus rotundus), Cynodon
dactylon, Salvia sp. (beracun), Digitaria(beracun), belimbing-belimbingan
(Oxalis spp.), dan Mocania cordata
Teh :Setaria plicata, Paspalum conjugatum, Oplismenus compositus,
Drymaria cordata, Oxalis sp. , Mikania sp, Ipomea triloba danPanicum repens
Kakao : Gukma yang tumbuh pada kakao muda (tanaman belum
menghasilkan/ TBM) adalah: Imperata cylindrica, Paspalum conjugatum,
Otachloa nodosa, Ischaemum timorense, Setaria plicata, Cyperus rotundus,
Cyperus kyllingia, Mikania micrantha, Althernathera brasiliana sedangkan
pada kakao dewasa (tanaman menghasilkan/ TM) yang umum dijumpai
adalah Imperata cylindrica, Setaria plicata, Paspalum conjugatum,
dan Mikania micrantha.
Karet :Imperata Cylindrica, Mikania Micranta, Melastoma
Malabathricum, Melastoma affine, Chromolaena Odorata, Lantana
Camara, Paspalum Conjugatum dan Scleria sumatrensis.
Cengkeh : Cilorosus aridus, Hysantes antipoda, Imperata cylindrica,
Stachytarpheta jamaicensis, Cyperus iria, Chromolaena odorata, Eugenia
aromatica, Paspalum conjugatum, Leptochloa chinensis (padi-padian),
Melastoma malabathricum, Eleusine indica.
Kelapa Dalam :Mimosa pudica, Ischaemum timorense, Borreria
alata, Zingiber zerumbet, Amorphophallus oncophyllu.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 51


Tebu :Cleome ginandra, Emilia sonchifolia, Boreria alata, Amaranthus
dubius, Spigelia anthelmia, Commelina elegans, Mikania
micranthadan Momordica charantia, Digitaria ciliaris, Echinochloa colonum,
Eleusine indica, Dactylocta aegyptium danBrachiaria distachya dan Cyperus
rotundus.
Tembakau :Cyperus rotundusdan Cynodon dactylon
2. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya
adalah pengendalian gulma secara Fisik, pengendalian gulma secara mekanis,
pengendalian gulma secara kimia.
• Teknik pengandalian gulma secara fisik
Pengendalian gulma secara fisik adalah cara pengendalian gulma secara
manual dengan menggunakan tangan manusia tanpa menggunakan mesin.
Pengandalian gulma secara fisik dapat dilakukan secara manual dengan
mencabut gulma dengan menggunakan tangan, memotong gulma dengan sabit,
mengoret gulma dengan menggunakan cangkul, atau dengan cara, mencangkul
gulma.

Gambar 11. Pengendalian gulma secara fisik pada tanaman jagung


Sumber: http://www.bppjambi.info/dwnpublikasi.asp?id=204
• Pengendalian gulma secara mekanis
Pengendalian gulma secara mekanis adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan mesin. Seperti penggunaan mesin pemotong rumput dan traktor
untuk membajak. Pengendalian gulma secara mekanis dengan menggunakan
mesin pemotong rumput dapat dilakukan secara cepat, namun hanya bisa
mematikan jenis gulma tertentu, terutama gulma jenis daun lebar, sedangkan
52
untuk gulma jenis rumput dan teki menjadi kurang efektif karena gulma tidak
mati dan akan segera tumbuh kembali
Pengendalian gulma secara mekanis dengan menggunakan traktor sangat
efektif dilakukan, tertama untuk gulma yang tumbuh pada lahan yang belum
ditanami tanaman budidaya. Pengendalian gulma dengan cara ini biasanya
dilakukan pada saat pengolahan lahan sebelum ditanami tanaman budidaya.
Pengendalian dengan cara ini sangat efektif mematikan beberapa jenis gulma
dan dapat dilakukan secara cepat dan tidak membutuhkan banyak tenaga kerja.
Namun demikian pengendalian gulma secara mekanis dengan menggunakan
traktor tidak dapat diaplikasikan pada lahan yang telah ditanami tanaman
budidaya, terutama tanaman pangan dan hortikultura.

Gambar 12. Penyiangan gulma dengan mesin power weeder


Sumber: http://e-belajaronline2.blogspot.co.id/2014/09/mesin-penyiangan-
gulma-atau-power-weeder.html
• Pengendalian gulma secara Kimia
Pengendalian gulma secara kimia adalah dengan cara menggunakan bahan
kimia untuk mematikan gulma. Jenis bahan kimia yang digunakan adalah
herbisida, yaitu bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan gulma atau
mematikan gulma. Pengendalian gulma secara kimia sangat efektif untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan gulma, hampir seluruh jenis gulma
dapat dikendalikan dengan menggunakan herbisida. Namun demikian

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 53


penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma harus dilakukan secara
hati-hati karena dampak yang ditimblkan oleh herbisida pada gulma saa
dengan yang diterima oleh tanaman budidaya. Penggunaan herbisida untuk
mengendalikan gulma perlu pengetahuan antara lain jenis gulma yang
disemprot, waktu aplikasi yang tepat, dosis yang tepat, teknik penyemprotan
yang tepat pada gulma.

Gambar 13. Pengendalian gulma secara kimia pada pertanaman kelapa sawit
Sumber: http://aslilah.blogspot.co.id/2013/02/identifikasi-metode-
pengendalian-gulma.html

Herbisida yang dipergunakan dalam pengendalian gulma pada lahan


pertanian menurut waktu aplikasinya dibedakan menjadi:
a) Herbisida pra –pengolahan
b) Herbisida pra-tanam
c) Herbisida pra-tumbuh
d) Herbisida pasca tumbuh
Berdasarkan cara kerjanya herbisida yang digunakan untuk mengendalikan
gulma pada lahan pertanian dibedakan menjadi:
a) Herbisida kontak
b) Herbisida sistemik
Sedangkan berdasarkan selektifitasnya herbisida yang digunakan
untuk mengendalikan gulma pada lahan pertanian dapat dibedakan
menjadi :
a) Herbisida selektif
b) Herbisida non-selektif
54
Berdasarkan sifat kimiawinya herbisida yang digunakan untuk
mengendalikan gulma di lahan pertanian dibedakan menjadi :
a) Herbisida anorganik
b) Herbisida organik
Penyemprotan herbisida pada gulma menggunakan knapsack sprayer,
sebelum digunakan perlu dilakukan kegiatan kalibrasi.
E. Bahan dan Alat
Alat tulis
Kertas HVS
Knapsack sprayer
Alat ukur/Meteran
Air
Herbisida
Pakaian pelindung (sesuai dengan K3)

F. Organisasi
1) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
2) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
Kegiatan 1:
a) Peserta PPG memperhatikan penjelasan dari Dosen Pendamping
b) Peserta PPG mengunjungi lokasi penanaman tanaman Hortikultura,
Pangan, dan Perkebunan
c) Peserta PPG mengamati jenis gulma yang dominan di lokasi penanaman
tersebut
d) Peserta PPG mengambil tiga contoh golongan gulma yang berbeda dari
lokasi penanaman
e) Bandingkan ketiga jenis gulma berdasarkan morfologi akar, batang,
daun dan bunga dari masing-masing golongan gulma.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 55


f) Gambarkan hasil pengamatan saudara, lengkapi dengan nama masing-
masing gulma berikut nama latinnya.
Kegiatan 2: Kalibrasi dan Penggunaan Knapsack Sprayer
a) Peserta PPG menyiapkan knapsack dan nozel biru dengan lebar
semprotan 1,5 m
b) Peserta PPG mengisi tangki sprayer dengan air bersih selama 5L lalu
pompa sebanyak 10—14 kalisampai tekanan udara di dalam tangki
penuh yang ditandai pemompaan tersa berat.
c) Semprotkan 5 L air bersih pada areal yang akan disemprot sampai habis
dengan kecepatan berjalan yang tetap, sambil sesekali tetap memompa
agar tekanan udara tetap penuh
d) Ukur panjang areal yang telah disemprot air sebanyak 5 L dan ulangi
sebanyak 3 kali
e) Isikan hasil pengukuran ke dalam tabel berikut:
Ulangan Panjang (m) Luas (m 2)
I
II
III

Rata-rata

f) Berdasarkan data rata-rata luasan areal yang dapat disemprot dengan


5 liter air tersebut, maka volume air yang diperlukan untuk
menyemprot suatu areal dapat dihitung dengan cara:

Selanjutnya untuk
menghitung volume herbisida dalam tangki berkapasitas 15 L dapat
dengan dosis herbisida /ha yang sudah diketahui nilainya, dapat
dilakukan dengan cara:

56
Teknis penggunaan knapsack sprayer:
a) Peserta PPG menggunakan pakaian pelindung khusus berlengan
panjang, celana panjang, sepatu boot, topi, dan pelindung muka
b) Peserta PPG menyuci alat knapsack sprayer
c) Peserta PPG melakukan penyemprotan pada pagi hari 08.00—10.00,
pada kondisi cerah dan relative tidak ada angin, atau penyemprotan
tidak melawan arah angin
d) Peserta PPG menyiapkan knapsack sprayer dan nozel yang akan
digunakan untuk menyemprot gulma
e) Lakukan kalibrasi sesaui prosedur
f) Tentukan kebutuhan formulasi larutan herbisida yang
dibutuhkan berdasarkan luasan areal lahan pertanian yang akan
disemprot gulmanya dengan memperhatikan dosis dan volume
semprot herbisidanya pada kemasannya.
g) Campurlah herbisida dengan pelarutnya sesuai dengan
perhitungan dan kebutuhan dalam wadah yang berukuran
besar seperti drum secara merata dan homogen.
h) Masukkan campuran larutan herbisida ke dalam tangkai
sampai penuh sesuai dengan kapasitas tangki, kemudian tutup
tangki dan pompa tangki sebanyak 10-14 kali sampai tekanan
udara dalam tangki penuh (pemompaan terasa berat).
i) Naikkan sprayer ke punggung dan mulailah
menyemprot gulma pada lahan dengan mengatur posisi
nozel setinggi 30 - 45 cm di atas permukaan gulma serta arah
penyemprotan mengikuti /searah dengan arah angin.
j) Lakukan penyemprotan dengan berjalan secara normal (
biasa) pada kecepatan yang konstan (seperti pada wak tu
kalibrasi sprayer).
k) Lakukan pemompaan pada sprayer secara teratur (sekali setiap
dua langka h) agar tekanan udara dalam tangki tetap
penuh .

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 57


l) Lakukan penyemprotan sampai seluruh permukaan tanaman
hembusan larutan herbisida secara merata dan setelah larutan
herbisida habis, isilah kembali tangki sprayer sampai
seluruh areal yang ditargetkan tersemprot dengan merata.
m)Apabila menyemprot dalam barisan tanaman, upayakan
kabut / hembusan semprotan tidak mengenai daun atau
bagian batang tanaman yang masih muda /berwarna hijau.
n) Lakukan penyemprotan ulang jika turun hujan <4 jam setelah
selesai menyemprot.
H. Tugas dan Pertanyaan
Tugas: Setiap kelompok membuat laporan praktikum
Pertanyaan:
a) Suatu areal pertanaman cabe selauas 500 m2, ditumbuhi gulma berdaun
lebar dengan jumlah yang sedikit, tetapi ternyata gulma tersebut menjadi
inang penyakit bulai. Berdasarkan kondisi yang ada, jelaskan cara
pengendalian gulma yang tepat untuk areal pertanaman cabe tersebut!
b) Menurut saudara apakah kehadiran gulma pada lahan pertanian harus
selalu dikendalikan? Jelaskan dan kaitkan dengan konsep ambang
ekonomi!

I. Pustaka
Anonimus. 2015. Gulma Penting pada Komoditas Strategis Perkebunan
Jawa Barat.
http://disbun.jabarprov.go.id/index.php/artikel/detailartikel/68.
Diakses 28 Juli 2017
Fryer, J.D., dan Shooichi Matsunaka. 1988. Penanggulmangan Gulma
secara Terpadu. Bina Aksara. Jakarta. 262 p
Moenandir, Jody (a). 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma.
RajaGrafindo Pesada. Jakarta. 101 p
Moenandir, Jody (b). 1993. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian.
RajaGrafindo Pesada. Jakarta. 181 p
Same, M. 2016. Agribisnis Tanaman Perkebunan. Sumber Belajar
Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket Keahlian Agribisnis
Tanaman Perkebunan. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan

58
Sembodo, Dad R.J., 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha ilmu.
Yogyakarta.166 p
Sesanti, RN.. 2016. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sumber
Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket Keahlian
Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan

4.2.7. Melakukan Tindakan Pengendalian Hama Dan Penyakit


A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu melakukan tindakan pengendalian hama dan penyakit
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
Identifikasi jenis hama dan penyakit tanaman
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340
Identifikasi gejala serangan hama dan penyakit tanaman
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340
C. Indikator Kinerja
a) Ketepatan mengidentifikasi jenis hama dan penyakit penting pada
tanaman
b) Ketepatan mengidentifikasi gejala serangan hama dan penyakit tanaman
c) Ketepatan menjalankan prosedur kerja identifikasi gejala serangan hama
dan penyakit pada tanaman
d) Ketepatan menjalankan prosedur kerja pengendalian OPT secara terpadu
e) Ketepatan hasil praktikum
f) Ketepatan membuat laporan praktikum

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 59


D. Teori
Gejala serangan hama yang biasa muncul di lapangan berkaitan dengan
tipe alat mulut hama. Tipe-tipe alat mulut hama beserta gejala kerusakan
yang ditimbulkannya, antara lain:
1) Menggigit-mengunyah: pada kumbang, belalang, ulat, dan lain-lain
Tanda-tanda serangan:
a) Tanda serangan pada daun tampak sobekan, gerekan, berlubang-
lubang, daun hanya tinggal tulang daunnya saja, daun
merekat/menggulung menjadi satu, atau daun habis dimakan sama
sekali
b) Tanda serangan pada akar menyebabkan tanaman layu, akhirnya mati
c) Pada polong atau buah tampak berlubang, atau ada bekas gerekan
2) Menusuk- menghisap: pada berbagai macam kepik\
Tanda-tanda serangan:
a) Tanda serangan pada polong atau biji tampak noda hitam bekas tusukan
b) Daun yang terseran g menjadi layu dan kering
c) Buah padi matang susu yang diserang menjadi hampa dan
perkembangannya kurang baik .
3) Mengisap: biasanya pada kutu-kutu tanaman
Tanda-tanda serangan:
a) Tanda serangan pada daun munculnya cendawan jelaga
b) Daun yang terserang berbentuk tidak normal, kerdil,
menggulung/keriting ke dalam
c) Terdapat bercak -bercak klorosis (kuning) pada daun.
4) Meraut- mengisap: pada thrips
Tanda-tanda serangan:
a) Tanda serangan pada daun terdapat bercak warna putih keperakan
b) Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil
c) Jika menyerang bunga, mahkota bunga akan gugur.
Klasifikasi dan jenis ordo serangga dapat dibuka pada link berikut ini:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiAm4Ke1LLVAhVBG5QKHeIcAeEQF

60
gglMAA&url=http%3A%2F%2Frisnawati.staff.gunadarma.ac.id%2FDownl
oads%2Ffiles%2F54873%2FRisna_Klasifikasi%2BSerangga.pdf&usg=AF
QjCNEggfLVr42uMtddboRgPb7USU-04w
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjF49Hn07LVAhVBOZQKHQasCwYQ
FgglMAA&url=http%3A%2F%2Fagrotekuin.com%2Fimages%2Fmateri%
2Fdownload.php%3Ffil%3Dperlintan_pertemuan_7_top2013.pdf&usg=AF
QjCNHp-Z4v-z-IZpElVtAbj_9_5iSkhQ

1. Pengendalian hama dan penyakit


Pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah kultur teknis,
pengendalian secara hayati, pengaturan pola tanam, dan pengendalian secara
kimia.
a. Pengendalian hama dan penyakit dengan kultur teknis
Pengendalian secara kultur teknis merupakan cara pengendalian hama dan
penyakit dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan perkembangan
populasi hama atau penyakit. Pengendalian secara kultur teknis dapat
dilakukan denagn beberapa cara, diantaranya adalah pengolahan tanah,
sanitasi, pemupukan
1) Pengelolaan Tanah
Pengolahan tanah setelah panen larva-larva hama yang hidup di dalam tanah
akan mati terkena alat-alat pengolahan seperti cangkul. Di samping itu akibat
lain dari pengolahan tanah ini akan menaikkan larva dan telur dari dalam
tanah ke permukaan tanah. Dengan demikian larva-larva dan telur larva akan
dimakan burung atau mati terkena cahaya matahari langsung.
2) Sanitasi
Kegiatan sanitasi adalah dengan membersihkan tempat-tempat yang
kemungkinan digunakan oleh serangga untuk berkembang biak, berlindung,
berdiapause, maka perkembangan serangga yang menjadi hama tanaman
dapat dicegah.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 61


3) Pemupukan
Penggunaan pupuk menjadikan tanaman sehat dan lebih mudah mentoleransi
serangga hama tanaman. Untuk mengurangi serangan hama dan penyakit
dianjurkan untuk menggunakan pemupukan yang seimbang.
4) Irigasi
Pengolahan air dapat menghalangi perkembangan hama-hama tertentu. Akan
tetapi bila cara pengolahan air kurang tepat dapat mengakibatkan
peningkatan perkembangan populasi hama tanaman.
b. Pengendalian secara hayati
Pengendalian hama dan penyakit secara biologi/hayati adalah dengan
menggunakan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme
pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini
diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai
musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen, serta digunakan untuk
mengendalikan mikroorganisme (termasuk virus). Pengendalian hayati,
walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum
sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman,
relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak
akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
1) Pengaturan pola tanam
a) Rotasi tanaman dan pengaturan waktu tanam: Rotasi tanaman dilakukan
dengan cara menanam tanaman yang berbeda-beda jenisnya dalam satu
tahun dapat memutus atau memotong daur hidup hama terutama hama yang
sifatnya monofagus (satu jenis makanan).
b) Strip farming: Serangan hama tertentu dapat di atasi dengan cara “catch
crop” yaitu bercocok tanam secara berselang seling, antara tanaman yang
berumur panjang dan tanaman berumur pendek.
2) Pengendalian secara kimia
Pengendalian hama secara kimiawi merupakan pengendalian hama dengan
menggunakan zat kimia yang dilakukan dengan menyemprotkan bahan kimia
kebagian tanaman. Pengendalian dengan cara ini termasuk yang paling
efektif karena dapat dilakukan dengan cepat dan dampak yang ditimbulkan

62
dari penggunaan bahan kimia ini cepat terlihat, namun demikian
penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit
memeiliki kekurangan dan terdapat beberapa dampak negatif yang
ditimbulkan, diantaranya adalah hama atau penyakit menjadi resisten atau
kebal, punahnya musuh alami, berbahaya bagi tubuh manusia, dan lainnya.
Bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit
dikenal dengan istilah pestisida. Terdapat beberapa jenis pestisida yang
disesuaikan dengan hama atau penyakit sasarannya, yaitu:
- fungisida : mengendalikan cendawan
- insektisida : mengendalikan serangga
- nematisida : mengendalikan nematoda
- akarisida : mengendalikan tungau
- bakterisida : mengendalikan bakteri
- rodentisida : mengendalikan tikus
c) Pengendalian secara terpadu
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir
mengenai pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan
pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi
hama dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang
kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. Karena PHT
merupakan suatu sistem pengendalian yang menggunakan pendekatan
ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama dan penyakit
menjadi sangat penting.

E. Bahan dan Alat


Mikroskop
Petridis
Kaca pembesar
Alat Gambar dan kertas gambar
Serangga dewasa terdiri dari 5 ordo (peserta tidak diberi tahu ordonya)

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 63


F. Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
Pertemuan 1 identifikasi jenis hama tanaman (2x170)
a) Ambil bahan dan alat yang telah disediakan
b) Letakkan setiap preparat serangga dalam petridish, lalu amati bentuk
kepala, antena, dan sayap serangga tersebut.
c) Gambarkan bentuk kepala, antena, dan sayap serangga hasil pengamatan
d) Tentukan ordo serangga berdasarkan ciri-ciri morfologinya
Pertemuan 2 Pemilihan dan penentuan metode pengendalian hama
(2x170)
a) Setelah peserta PPG mengidentifikasi jenis hama berdasarkan
morfologinya (pertemuan 1), selanjutnya peserta PPG melihat ke
lapangan gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh hama (sebagai contoh
adalah hama wereng pada padi)
b) Gunakan teknik sampel untuk menghitung populasi hama dan tingkat
kerusakan menggunakan pola X seperti pada gambar berikut

c) Lakukan pengamatan pada 30 rumpun tanaman padi yang diambil


dengan pola X.. Hitung jumlah wereng coklat + wereng punggung putih,
predator (laba-laba, Opionea, Paedorus, dan Coccinella), dan kepik
Cyrtohinus. Hasil pengamatan kemudian dijabarkan ke dalam rumus:

64
Dimana:
A= Jumlah wereng coklat dan wereng putih per 30 rumpun
B= Jumlah predator per 30 rumpun
C= Jumlah Kepik
D= Jumlah wereng terkoreksi
Berdasarkan pengamatan, tentukan tindakan pengendalian hama wereng
yang dilakukan, hubungkan dengan ambang ekonomi pada tabel berikut:
Nama Stadia Tumbuh Ambang Ekonomi
Wereng coklat <40 hst 9 ekor/rumpun
>40 hst 18 ekor/rumpun
Wereng punggung <40 hst 14 ekor/rumpun
putih >40 hst 21 ekor/rumpun

H. Tugas dan Pertanyaan


Tugas: Setiap kelompok membuat laporan praktikum
Pertanyaan:
Tanaman jagung petani menunjukkan gejala awal terinfeksinya hawar
daun, dengan gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian
bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi
nekrotik, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-
15 cm, bercak muncul di mulai dari daun terbawah kemudian
berkembang menuju daun atas.
a) Berdasarkan gejala yang nampak, jelaskan jenis penyakit yang
menyerang tanaman jagung tersebut!
b) Jelaskan cara pengendalian penyakit tersebut secara kultur teknis!

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 65


I. Pustaka
Djafaruddin. 2007. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman Umum. Bumi
Aksara. Jakarta. 120 p
Mujim, Subli. 2010. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerbit Universitas
Lampung. Bandar Lampung. 136 p
Same, M. 2016. Agribisnis Tanaman Perkebunan. Sumber Belajar
Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket Keahlian Agribisnis
Tanaman Perkebunan. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan
Semangun, Haryono (a). 1991 Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di
Indonesia. Gajahmada University Press. Yogyakarta. 850 p
Semangun, Haryono (b). 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di
Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 449 p
Sembel, Dantje T. 2012. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Andi Offset.
Yogyakarta. 306 p
Sesanti, RN.. 2016. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sumber
Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket Keahlian
Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kementerian Pendidikan
Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan
Soesanto, Loekas. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman.
Rajawali Pers. Jakarta. 573 p
Surachman, Enceng dan Widada Agus Suryanto. 2007. Hama Tanaman
pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Masalah dan Solusinya. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. 112 p

66
4.2.8. Melakukan Kegiatan Panen
A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu melakukan kegiatan panen
B. Waktu Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan selama 2x170 menit
C. Indikator Kinerja
1) Ketepatan dalam menentukan kriteria panen
2) Ketepatan dalam menjalankan prosedur kerja panen
3) Ketepatan hasil praktikum
4) Ketepatan membuat laporan praktikum
D. Teori
Panen merupakan rangkaian kegiatan pengambilan hasil budidaya
berdasarkan umur, waktu, dan cara sesuai dengan sifat dan atau karakter
produk. Istilah biasanya digunakan sebagai penanda berakhirnya kegiatan
budidaya di lahan. Penanganan saat panen sangat penting diperhatikan agar
produk dari budidaya yang dihasilkan dapat maksimal. Penanganan saat
panen yang salah dapat mengakibatkan kehilangan hasil hingga mencapai
20%. Kehilangan hasil tersebut umumnya disebabkan karena penentuan
waktu panen dan cara panen yang kurang tepat.
Penentuan saat panen berperan penting bagi kegiatan selanjutnya
terhadap penangana pascapanen produk.Secara umum untuk menentukan
waktu panen dapat dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu (1)
perhitungan, (2) sifatisik, dan (3) sifatkimia
1) Perhitungan: Penentuan saat panen berdasarkan perhitungan dapat
dilakukan dengan menghitung hari setelah terjadi antesis.Yaitu terjadinya
penyerbukan pada bunga betina oleh bunga jantan.Namun untuk
menentukan kapan waktu terjadi penyerbukan bunga betina oleh bunga
jantan sulit dideteksi, sehingga banyak orang menggunakan perhitungan
berdasarkan hari setelah bunga mekar atau berdasarkan hari setelah
tanam.Untuk tanaman tahunan (perennial plant) umumnya perhitungan
yang digunakan adalah berdasarkan hari setelah antesis atau setelah bunga

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 67


mekar.Namun untuk tanaman setahun (annual plant) penentuan saat panen
banyak menggunakan perhitungan hari setelah tanam. Masing-masing
tanaman memiliki batasan perhitungan yang berbeda dalam menentukan
waktu panen. Berbeda spesies berbeda penentuan waktu panennya. Selain
jenis tanaman, lokasi budidaya juga berpengaruh terhadap penentuan waktu
panen.Sebagai contoh tanaman duku di Lampung dipanen pada umur buah
antara 120—123 HSA (hari setelah antesis), sedangkan duku di Palembang
dapat dipanen pada pada umur 118 HSA.Pada tanaman semangka
penentuan saat panen dapat dihitung berdasarkan hari setelah tanam, yaitu
berkisar antara 60—100 HST (hari setelah tanam) tergantung dari varietas
dan lokasi penanaman.Sedangkan pada tanaman melon dapat dipanen pada
umur 90 hari atau 3 bulan HST.Pada tanaman cabe yang ditanam di dataran
rendah dapat dipanen pada umur 75—80 HST, sedangkan tanaman cabe
yang ditanam di dataran tinggi dipanen pada umur 90—200 HST.
2) Sifat fisik: Selain berdasarkan perhitungan, pemanenan hasil budidaya
juga dapat dilakukan dengan melihat berdasarkan perubahan sifat fisik yang
terjadi, seperti ukuran buah (bobot, diameter, panjang, dan volume). Pada
beberapa tanaman buah memiliki ciri fisik khusus yang menandakan bahwa
buah tersebut layak panen, seperti pada tanaman nangka, sejalan dengan
perkembangan kematangan buahnya dengan ukuran buahnya yang semakin
membesar, duri-duri buah nangka akan turut membesar dan melebar. Pada
buah mangga Arumanis ciri khusus yang menandakan buah siap panen
adalah seiring dengan peningkatan kematangan buahnya ujung buah
mangga arumanis akan membentuk dagu yang semakin nyata. Pada
tanaman sawit kriteria panen dapat dilihat dari
3) Sifat kimia: Penggunaan sifat kimia produk sebagai indikator waktu
panen sangat penting peranannya pada pemrosesan buah daripada sayuran,
di dalamnya merupakan perbandingan asam dan gula, kandungan bahan
padatan terlarut, serta kandungan pati dan minyak. Kandungan asam malat
pada buah apel akan menurun dan kandungan gula akan meningkat saat
buah memasuki masak optimum.

68
Secara umum untuk memudahkan penentuan saat panen produk dapat
menggunakan panca indra manusia, diantaranya adalah:
- Penglihatan untuk menentukan panen dengan dasar warna, ukuran dan
bentuk
- Rabaan untuk menentukan panen dengan dasar tekstur, kekerasan, dan
kelunakannya
- Penciuman untuk menentukan panen dengan dasar aroma
- Rasa untuk menentukan saat panen dengan dasar rasa, seperti manis,
asam, atau pahit
- Pendengaran untuk menentukan saat panen dengan dasar suara atau
bunyi saat dipukul atau digerakkan.
Penentuan panen selain melalui perhitungan, sifat fisik, dan sifat kimia
dapat juga dilakukan dengan pertimbangan indeks ketuaan.Indeks ketuaan
adalah suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menentukan waktu panen,
yaitu apakah suatu produk sudah dapat dipanen atau belum. Ada beberapa
macam indeks ketuaan yang dapat digunakan untuk menentukan waktu
panen, dan untuk beberapa jenis hortikultura biasanya akan lebih baik bila
digunakan lebih dari satu macam indeks ketuaan, karena hasilnya akan
lebih akurat. Indeks ketuaan panen dapat bersifat subyektif (S) atau
obyektif (O), dan dapat digolongkan ke dalam metoda destruktif (D) atau
non-destruktif (N). Sedangkan berdasarkan obyek pengamatannya,
penggolongan indeks ketuaan panen adalah sebagai berikut:
a. Indeks ketuaan visual (bersifat S dan N)
- Berdasarkan warna kulit: misalnya jeruk, duku, manggis, pepaya, nenas,
rambutan, tomat, semangka.
- Berdasarkan ukuran: mislanya asparagus, ketimun, jeruk, bunga potong
- Berdasarkan bentuk: mislanya lengkungan pada buah pisang dan
lekukan pada buah mangga.
- Berdasarkan karakteristik permukaan: formasi kutikel pada buah tomat
dan anggur, pola jaring-jaring pada buah melon, semburat warna
kuning/merah pada buah mangga.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 69


- Berdasarkan bagian tanaman yang mengering: daun yang mengering
pada tanaman pisang, pucuk yang mengering pada bawang merah, bawang
putih, jahe, dan kentang.
b. Indeks ketuaan fisik (bersifat S dan N)
- Berair: jagung manis
- Mudah terbuka: jenis kacang polong
- Mudah dilepaskan dari tanamannya: belewah
- Kekerasan, kepadatan, kekompakan: melon, kubis, selada
- Berat jenis: mangga, durian, kentang
- Bunyi bergaung bila diketuk: semangka, nangka, durian
- Mempunyai aroma kuat: nangka, durian
- Struktur daging: seperti jeli pada tomat, berwarna tua pada beberapa
buah
c. Indeks kimia (bersifat O dan D)
- Jumlah padatan terlarut: semangka, melon, anggur
- Kadar lemak: apokat
- Kadar air: jeruk
- Kadar asam: jeruk, mangga
- Kadar karbohidrat: apel, pear, mangga
- Kadar gula: apel, pear, mangga, anggur
d. Indeks fisiologis (bersifat O, N, dan D)
- Laju respirasi dan produksi etilen: pisang, mangga, pepaya, tomat,
markisa
- Konsentrasi etilen: apel, pear, markisa
e. Indeks perhitungan (bersifat O dan N)
- Unit panas: mangga, kacang kapri, jagung manis
- Hari sejak pembungaan: mangga, manggis
- Hari sejak pembentukan buah: durian, melon, rambutan
- Hari sejak bunga mekar: jeruk, mangga
- Hari sejak penanaman: jenis umbi

70
E. Bahan dan Alat
a. Kerangjang/wadah plastik untuk buah yang dipanen.
b. Timbangan
c. Tabel pengamatan dan alat tulis.
d. Refraktrometer

F. Organisasi
a. Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
a. Peserta PPG mengunjungi lahan pertanaman semangka
b. Peserta PPG memilih buah semangka yang akan dipanen dengan
menerapkan kriteria semangka yang siap panen
c. Buka buah semangka, lihat secara visual apakah semangka yang dipanen
layak panen
d. Ukur padatan terlarut pada buah semangka menggunakan refraktrometer
e. Analisis fakta yang ada dan buat laporan

H. Tugas dan Pertanyaan


Tugas: Setiap kelompok membuat laporan praktikum
Pertanyaan:
Kesalahan teknik panen pada tanaman rambutan dan kelengkeng (tanaman
yang memiliki letak buah pada ujung cabang) dapat menurunkan hasil pada
waktu panen musim berikutnya. Identifikasi jenis-jenis kesalahan teknik
panen yang menyebabkan hal tersebut, dan jelaskan bagaimana solusinya!

I. Pustaka
Dewandari, Kun T, Ira Mulyawanti, dan Dondy A. Styabudi. 2009. Konsep
SOP untuk Penanganan Pascapanen Mangga Cv. Gedong untuk
Tujuan Ekspor.Jurnal Standardisasi. 11(1)

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 71


Firmansyah, I.U., M. Aqil, dan Yamin Sinuseng. 2016. Penanganan
Pascapanen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/images/stories/duasatu.pdf
diakses tanggal 27-07-2016
Kartina, R. 2011. Dasar-Dasar Hortikultura. Buku Petunjuk Praktikum PS
Hortikultura. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik
Negeri Lampung. Lampung.
Poerwanto, Roedhy dan Anas D. Susila. 2014. Teknologi Hortikultura.
Penerbit IPB Press. Bogor. 383 p
Sesanti, RN.. 2016. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket
Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Guru Dan Tenaga Kependidikan
Setyono, Agus. 2010. Perbaikan Teknologi Pascapanen dalam Upaya
Menekan Kehilangan Hasil Padi. Pengembangan Inovasi
Pertanian. 3 (3): 212—226
Soesanto, L. 2006. Penyakit Pascapanen Sebuah Pengantar. Penerbit
kanisius.Yogyakarta. 268 p
Widodo, Soesiladi E. 2012. Memahami Panen dan Pascapanen Buah.
Lembaga Penerbitan Universitas Lampung. Bandar Lampung. 145
p

72
4.2.9. Melakukan Penanganan Pascapanen
A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu melakukan penanganan pascapanen
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
a. Ketepatan mengidentifikasi jenis perlakuan pascapanen terhadap
berbagai komoditas tanaman
b. Ketepatan dalam menjalankan prosedur kerja
c. Ketepatan dalam membuat laporan praktikum
D. Teori
Penanganan pascapanen produk pertanian secara umum meliputi (1)
panen, (2) sortasi, (3) grading, (4) pengemasan, (5) penyimpanan, dan (6)
pengangkutan.
(1) Panen: Waktu dan cara panen yang tepat dapat menekan kerusakan.
Untuk produk hortikultura waktu pemanenan yang baik adalah pada saat
produk belum terpapar sinar matahari, yaitu pada pagi hari atau pada saat
kondisi produk tidak basah. Setelah dipanen diusahakan produk sesegera
mungkin diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
(2) Sortasi : Sortasi adalah kegiatan memisahkan produk-produk yang
tidak diinginkan, seperti busuk, terlalu muda atau terlalu tua, memar,
terserang hama atau penyakit. Sortasi dapat dilakukan saat produk masih
berada di kebun atau setelah diangkut ke gudang penyimpanan sementara.
Sebagai contoh untuk sortasi pada buah cabe. Setelah panen buah
dikumpulkan di tempat yang sejuk kemudian cabe dipisahkan antara cabe
yang sehat dan terserang hama atau penyakit, dipisahkan antara cabe yang

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 73


bentuknya normal dan tidak normal, dan dipisahkan jika ada tercampur
dengan cabe varietas lain, seperti cabe kriting tercampur dengan cabe
besar. Sortasi tersebut untuk mendapatkan produk yang benar-benar sesuai
dengan yang diinginkan.
(3) Grading: Grading merupakan pemisahan produk berdasarkan mutu
yang telah ditetapkan, misalnya berdasarkan ukuran, warna, diameter, dan
tingkat kemasakan. Sebagai contoh untuk buah semangka grading
dilakukan berdasarkan bobot buah menjadi beberapa tingkatan. Buah
semangka dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu A, B, dan C.
Buah semangka dikelompok kelas A apabila mempunyai ciri-ciri berat
buah lebih dari 4 kg, kondisi fisik buah tidak cacat (sempurna), dan tingkat
kemasakan bagus (tidak terlalu masak dan tidak terlalu muda). Kelas B
apabila mempunyai ciri-ciri berat buah antara 2 - 4 kg, kondisi fisik buah
tidak cacat (sempurna), dan tingkat kemasakan bagus (tidak terlalu masak
dan tidak terlalu muda).Kelas C apabila mempunyai ciri-ciri berat buah
kurang dari 2 kg, kondisi fisik buah tidak cacat (sempurna), dan tingkat
kemasakan bagus (tidak terlalu masak dan tidak terlalu muda).
Pelaksanaan grading dapat dilakukan baik secara manual dengan
memisahkan satu per satu atau degan menggunakan mesin pemisah. Pada
komoditas tertentu dengan volume produksi yang besar, pelaksanaan
grading dilakukan dengan menggunakan mesin. Grading menggunakan
mesin biasanya berasarkan ukuran bobot produk. Sebagai contoh grading
pada jambu kristal grading dilakukan dengan menggunakan mesin yang
dapat memisahkan buah jambu berdasarkan bobotnya.

74
Gambar 14. Grading buah jambu kristal dengan menggunakan mesin
berdasarkan berat
(4) Pengemasan: kerusakan yang sering terjadi pada produk hortikultura
adalah penurunan bobot akibat transpirasi, perubahan kandungan kimia
produk akibat terjadinya respirasi, dan kerusakan produk akibat serangan
hama atau penyakit. Untuk menghindari kerusakan maka laju transpirasi
dan respirasi produk harus ditekan semaksimal mungkin, begitu juga
dengan serangan ahma atau penyakit. Upaya untuk mengurangi laju
transpirasi, respirasi, dan serangan hama atau penyakit dapat dilakukan
dengan penggunaan kemasan produk.
Berdasarkan fungsinya kemasan dibedakan menjadi dua, yaitu kemasan
terbuka dan kemasan tertutup. Pada kemasan terbuka produk masih dapat
berinteraksi dengan udara disekelilingnya. Kemasan terbuka bertujuan
untuk memberikan perlindungan fisik produk dari benturan yang dapat
menyebabkan kerusakan produk. Contoh kemasan terbuka adalah kotak
kayu untuk mengemas buah-buahan. Sedangkan kemasan tertutup produk
tidak dapat berinteraksi secara langsung dengan udara di sekelilingnya. Hal
tersebut bertujuan untuk menurunkan laju respirasi yang terjadi di dalam
produk. Dalam proses respirasi sangat dibutuhkan O2, sehingga untuk
mengurangi laju respirasi kadar O2 harus dibatasi. Melalui kemasan
tertutup O2 dari luar kemasan tidak dapat masuk kedalam kemasan
sehingga produk yang ada di dalam kemasan dalam melakukan respirasi

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 75


hanya mengandalkan kadar O2 yang ada di dalam kemasan. Setelah O2
banyak digunakan untuk respirasi maka kadar O2 di dalam kemasan lama-
lama akan menipis. Dengan menipisnya kadar O2 di dalam kemasan maka
laju respirasi akan ikut menurun juga.

Gambar 15. Pengemasan buah jeruk secara terbuka (kiri) dan pengemasan buah tomat
secara tertutup (kanan)
Sumber: https://kpricitrus.files.wordpress.com/2011/02/penyimpanan.jpg
http://emarket.incubie.ipb.ac.id/index.php/viewlist/category/4

(5) Penyimpanan: Setelah dipanen dan menunggu produk untuk


dikonsumsi maka produk tersebut harus disimpan terlebih dahulu. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kualitas produk selama
penyimpanan adalah dengan memodifikasi ruang penyimpanan agar
produk tidak cepat rusak. Modifikasi ruang simpan yang dapat dilakukan
adalah dengan memodifikasi suhu. Suhu di ruang penyimpanan dibuat
rendah agar proses metabolesme yang terjadi di dalam produk dapat
berkurang.

Gambar 16. Penyimpanan buah dengan perlakuan suhu dingin


Sumber: https://cdns.klimg.com/newshub.id/news/2015/09/01/15599/46207-
rahasia-supermarket.jpg
76
Kendala yang sering dihadapi dalam penyimpanan dengan menggunakan
suhu dingin adalah tidak semua produk hortikultra tahan terhadap suhu
dingin, selain itu suhu minimal tiap-tiap ptoduk juga tidak sama, sehingga
harus dicari suhu ideal untuk menyimpanan tiap-tiap produk. Produk yang
tidak tahan terhadap suhu rendah jurtru akan mengalami kerusakan yang
diakibatkan suhu rendah, yang disebut dengan chilling injury.
(6) Pengangkutan: Pengangkutan dilakukan bisa saja dari kebun ke
tempat penyimpanan atau dari tempat penyimpanan ke pasar.
Pengangkutan juga memegang peranan penting dalam mempertahankan
kualitas produk hortiultura setelah panen hingga dikonsumsi. Dalam
mempertahankan kualitas produk setelah panen maka hendaknya
transportasi yang dilakukan harus segera mungkin agar mencapai lokasi
tujuan.Pengangkutan yang baik adalah yang dapat menghindari timbulnya
faktor yang merugikan yang muncul akibat pengangkutan.Dalam
mempertahankan kualitas, armada yang digunakan dalam pengakutan
sebaiknya menggunakan mesin pendingin.
Jenis armada yang dipilih, jarak tempuh, dan kondisi jalan sangat
berpengaruh terhadap kualitas produk yang dibawa. Semakin dekat jarak
tempuh maka akan semakin cepat sampai ke lokasi tujuan, semakin bagus
kondisi jalan maka akan semakin cepat sampai ke lokasi tujuan. Jika
kondisi jalan kurang baik, selain lama untuk sampai ke lokasi tujuan juga
akan meningkatkan resiko kerusakan produk yang dibawa akibat benturan
sesama produk.
E. Bahan dan Alat
a. Alat tulis
b. Timbangan
c. Nampan plastik
d. Styrofoam busa untuk buah
e. Buah tomat 5 kg
f. Plastic wrapping
g. Solatif transparan

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 77


F. Organisasi
1) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
2) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
a. Peserta PPG mengamati buah tomat
b. Lakukan sortasi buah tomat dengan cara memisahkan buah yang busuk,
terlalu muda atau terlalu tua, buah memar, terserang hama atau penyakit.
Pilih buah yang baik dan 40% warna kulit buah telah merah.
c. Setalh dilakukan sortasi, lakukan grading tomat dengan memisahkan
tomat berdasarkan bobot. Untuk tomat buah tipe besar, grade A-B
memiliki berat minimal 150 gram, untuk tomat buah tipe sedang, grade
A-B berat 100-150 gram. Dibawah itu masuk kedalam grade C.
d. Kemas tomat sesuai dengan grade menggunakan Styrofoam dan plastic
wrapping, lalu di sealer menggunakan solasiban

H. Tugas dan Pertanyaan


Tugas: Setiap kelompok membuat laporan praktikum
Pertanyaan: Apa yang dapat terjadi bila buah-buah yang luka atau rusak
disimpan bersama-sama dengan buah yang kondisinya baik?.

I. Pustaka
Dewandari, Kun T, Ira Mulyawanti, dan Dondy A. Styabudi. 2009. Konsep
SOP untuk Penanganan Pascapanen Mangga Cv. Gedong untuk
Tujuan Ekspor.Jurnal Standardisasi. 11(1)
Firmansyah, I.U., M. Aqil, dan Yamin Sinuseng. 2016. Penanganan
Pascapanen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/images/stories/duasatu.pdf
diakses tanggal 27-07-2016
Poerwanto, Roedhy dan Anas D. Susila. 2014. Teknologi Hortikultura.
Penerbit IPB Press. Bogor. 383 p

78
Sesanti, RN.. 2016. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sumber
Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket Keahlian
Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan
Setyono, Agus. 2010. Perbaikan Teknologi Pascapanen dalam Upaya
Menekan Kehilangan Hasil Padi. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3
(3): 212—226
Soesanto, L. 2006. Penyakit Pascapanen Sebuah Pengantar. Penerbit
kanisius.Yogyakarta. 268 p
Widodo, Soesiladi E. 2012. Memahami Panen dan Pascapanen Buah.
Lembaga Penerbitan Universitas Lampung. Bandar Lampung. 145 p

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 79


4.3. Melakukan Evaluasi Usaha Produksi Tanaman (Hortikultura/
Pangan/Perkebunan)
4.3.1. Melakukan Mampu Menilai Kondisi Tanaman
A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu menilai kondisi tanaman
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340
C. Indikator Kinerja
a. ketepatan dalam menganalisis pertumbuhan tanaman
b. Ketepatan dalam menjalankan prosedur kerja perlakuan khusus pada
tanaman
c. Ketepatan hasil praktikum
d. Ketepatan membuat laporan praktikum
D. Teori
Penilaian kondisi tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman serta menilai menilai mutu produk yang dihasilkan (akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya). Berbagai macam cara pengamatan terhadap
pertumbuhan tanaman, antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun,
bobot kering tanaman, Laju Pertumbuhan Relatif (Relative Growth Ratio),
Nisbah Luas Daun (Leaf Area Ratio), Luas Daun Khas (Spesific Leaf
Area), Bobot Daun Khas (Spesific Leaf Weight), Indeks Luas Daun (Leaf
Area Index), Laju Asimilasi Bersih (Net Assimilation Rate), Laju
Pertumbuhan Tanaman (Crop Growth Rate), Laju Pertumbuhan Relatif
(Relatif Growth Rate), Lamanya Luas Daun (Leaf Area Duration), dan
Lamanya Biomassa (Biomass Duration). Perhitungan, pengertian variabel
pengamatan, dan hubungan antar variabel pegamatan dapat dipelajari pada
link berikut:
80
www.faperta.ugm.ac.id/buper/download/kuliah/fistan/2_analisis_pertumbu
han.ppt
Dalam praktikum ini peserta PPG akan diminta untuk menilai kondisi
tanaman berdasarkan Indeks Luas Daun untuk menilai kondisi tanaman
pada fase pertumbuhan dan menghitung taksasi hasil untuk menilai hasil
produksi tanaman. Bahan bacaan untuk taksasi dapat diakses pada link
berikut
http://psbtik.smkn1cms.net/pertanian/budidaya_tanaman/budidaya_tanamn
/memanen_hasil_pemanenan.pdf

E. Bahan dan Alat


a. Kertas HVS 70 g
b. Gunting kertas
c. Gunting pangkas
d. Timbangan analitik
e. Mistar
f. Kantong plastik

F. Organisasi
a. Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
Menganalisis nilai ILD tanaman
a. Tanaman jagung digunakan sebagai sampel
b. Ukur lebar tajuk masing tanaman yang akan dihitung ILD nya
c. Gunting seluruh daun yang ada kemudian masukkan dalam kantong
plastik
d. Gunting kertas HVS 70 g seluas 10 x 10 cm sebanyak 3 lembar
e. Timbang masing-masing kertas kemudian dirata-ratakan sebagai ukuran
standar

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 81


f. Buat pola daun pada kertas HVS 70 g
g. Gunting kertas tersebut yang sesuai dengan pola yang telah dibuat
h. Gabungkan seluruh guntingan kertas yang mewakili jumlah daun tiap
rumpun, kemudian timbang
i. Hitung luas daun dengan rumus :
berat ker tas pola
Luas Daun = x 100 cm2
berat ker tas s tan dar

j. Hitung Indeks Luas Daun (ILD)


Luas daun
ILD =
luas ben tan gan tajuk

Analisis hasil perhitungan ILD dan tuangkan dalam laporan

Menganalisis nilai taksasi tanaman dengan metode populasi


a. Tetapkan 3 tanaman tomat yang siap panen sebagai sampel
b. Panen buah tomat pada masing-masing sampel
c. Lakukan taksasi hasil dengan rumus

Dimana:
T = Taksasi hasil
La = luas areal
Hs = rata-rata hasil sampel tanaman
Pt = persentase tumbuh
Jt = Jarak Tanam
d. Hitung hasil taksasi, lakukan analisis dan tungkan dalam laporan

H. Tugas dan Pertanyaan


Tugas: Setiap kelompok membuat laporan praktikum
Pertanyaan: Apa manfaat kita mengetahui kondisi tanaman yang kita
tanam?

82
I. Pustaka
Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Terjemahan: Herawati Susilo. UI Press, Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Rajawali press
Ferziana. 2011. Teknik Pertanaman Ganda. Buku Petunjuk Praktikum PS
Hortikultura. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik Negeri
Lampung. Lampung

4.3.2. Melakukan Penilaian Mutu Produk


A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu melakukan penilaian mutu
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340
C. Indikator Kinerja
1) ketepatan dalam menganalisis pertumbuhan tanaman
2) Ketepatan dalam menjalankan prosedur kerja
3) Ketepatan hasil praktikum
4) Ketepatan membuat laporan praktikum
D. Teori
Mutu merupakan derajat atau tingkat keunggulan yang merupakan
sifat dari suatu produk atau barang yang memuaskan dan tidak terdapat
kekurangan. Mutu adalah gabungan dari sejumlah atribut yang dimiliki
oleh bahan atau produk pangan yang dapat dinilai secara organoleptik.
Mutu dianggap sebagai derajat penerimaan konsumen terhadap produk
yang dikonsumsi berulang (seragam atau konsisten dalam standar dan
spesifikasi), terutama sifat organoleptiknya. Mutu juga dapat dianggap

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 83


sebagai kepuasan (akan kebutuhan dan harga) yang didapatkan konsumen
dari integritas produk yang dihasilkan produsen. Mutu juga didefinsilkan
sebagai karakteristik menyeluruh dari suatu wujud apakah itu produk,
kegiatan, proses, organisasi atau manusia, yang menunjukkan
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan.
Sumber bacaan tambahan mengenai mutu dapat diakses di link berikut:
http://fp.unram.ac.id/data/DR.Bambang%20B%20Santoso/FisiologiTek
nologiPascapanen/STANDARISASI%20%20MUTU%20%5BCompatib
ility%20Mode%5D.pdf
https://gedesurata26.files.wordpress.com/2011/01/mutu-produk-pangan-
1.pdf

E. Bahan dan Alat


a. Alat tulis
b. Jangka sorong
c. Penggaris
d. Timbangan
e. Buah-buahan yang dibeli di supermarket
f. Buah-buahan yang dibeli di pasar tradisional
g. Sayuran yang dibeli di supermarket
h. Sayuran yang dibeli di pasar tradisional
i. SNI mutu buah/sayur yang dipakai untuk praktikum

F. Organisasi
a. Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
a. Siapkan bahan dan alat, kertas kosong, dan alat tulis.
b. Lakukan identifikasi mutu fisik buah dan sayur yang digunakan untuk
praktikum
c. Catat hasil identifikasi dalam bentuk tabel

84
d. Bandingkan mutu fisik produk di swalayan dan pasar tradisional
e. Bandingkan dengan SNI mutu produk yang dipakai untuk praktikum
f. Tetapkan mutu produk yang terbaik dan akan dicapai dalam kegiatan
budidaya tanaman
g. Diskusikan dalam kelompok, faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
mutu produk tersebut
h. Buatlah flowchart dan tahapan proses produksi agar tercapai mutu yang
diinginkan
i. Hasil kegiatan masukan dalam laporan praktikum

H. Tugas dan Pertanyaan


Tugas: Setiap kelompok membuat laporan praktikum
Pertanyaan: Mengapa diperlukan evaluasi dan penjaminan mutu dalam
usaha produksi tanaman hortikultura/pangan/perkebunan?

I. Pustaka
Maulana, E. 2011. Manajemen Mutu Produk Hortikultura. Buku Petunjuk
Praktikum PS Hortikultura. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan.
Politeknik Negeri Lampung. Lampung

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 85


4.4. Melakukan analisis usaha tani
4.4.1. Melakukan analisis usaha tani tanaman hortikultura/pangan/kebun
A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu menganalisis hasil perhitungan analisis usaha tani
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 30
2 Praktek 270
3 Tugas/laporan 40
4 Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1) Ketepatan dalam menghitung analisis usaha tani
2) Ketepatan dalam menjalankan prosedur kerja
3) Ketepatan membuat laporan praktikum
D. Teori
Usaha tani merupakan segala bentuk pengorganisasian dan
pengelolaan aset serta tatacara yang dilakukan dalam bidang pertanian
dengan tujuan untuk menambah kesejahteraan dan memperbaiki taraf
hidup petani. usaha tani tidak hanya memiliki lingkup yang sempit dan
berhubungan dengan kegiatan bercocok tanam saja, melainkan seluruh
aspek yang ada di dalam pertanian sendiri juga menjadi bagian dalam
usaha tani.
Untuk dapat menerapkan usaha tani yang baik sehingga dapat
menambah kesejahteraan dan memperbaiki taraf hidup petani, maka
penerapan usaha tani memerlukan perencanaan yang baik. Perencanaan
usahatani mempunyai krieteria-kriteria yang baik jika sesuai dengan hal-
hal berikut ini.
• Rasional, yaitu sesuai dengan situasi yang nyata
• Fleksibel, yaitu disesuaikan dengan situasi
• Dapat dinilai dan dengan dapat diambil tindakan yang tepat.
• Menjamin kontinuitas usahatani.
86
Suatu jenis usaha dalam hal ini akan dinilai apakah pantas atau layak
dilaksanakan didasarkan kepada beberapa kriteria tertentu yang
ada. Layak bagi suatu usaha artinya menguntungkan dari berbagai aspek.
Analisis kelayakan usaha agribinis adalah upaya untuk mengetahui tingkat
kelayakan atau kepantasan untuk dikerjakan dari suatu jenis usaha, dengan
melihat beberapa parameter atau kriteria kelayakan tertentu. Dengan
demikian suatu usaha dikatakan layak kalau keuntungan yang diperoleh
dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan, baik biaya yang langsung
maupun yang tidak langsung. Dalam melakukan analisis kelayakan suatu
usaha agribisnis, ada banyak aspek yang perlu dianalisis. Jenis aspek apa
saja dan seberapa dalam atau detail tingkat analisis, tergantung pada
kebutuhan yang berkaitan dengan bidaang usaha. Semakin besar dan
komplek suatu usaha maka aspek analisis kelayakan usaha jua semakin
luas dan komplek. Secara garis besar aspek analisis kelayakan usaha
dikelompokan kedalam 3 (tiga) aspek, yaitu :
• Aspek teknis, yang menganalisis unsur teknologi dan cara (prosedur)
suatu usaha dilaksanakan. Misalnya, secara taknis suatu usaha dapat
dilakukan oleh pelaku karena telah tersedianya dan dikuasainya teknologi
yang diperlukan.
• Aspek ekonomi, yang menganalisis unsur keuangan dan perekonomian
serta perdagangan. Orientasi analisis ekonomi yaitu keuntungan finansial
yang akan diperoleh suatu usaha.
• Aspek sosial budaya, yang membahas unsur adat istiadat, sosial dan
budaya masyarakat yang langsung maupun tidak langsung terkait dengan
suatu usaha. Misalnya suatu usaha tidak bertentangan dengan adat istiadat
dan sosia-budaya masyarakat.
Namun demikian sesuai dengan keperluan pihak pelaku usaha
(produsen) maka aspek dan kriteria kelayakan usaha dapat dikembangkan
dengan tujuan untuk meningkatkan ketajaman dan keakuratan analisis
kelayakan usaha, sehingga dapat menghindari resiko usaha yang membawa

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 87


dampak kepada tumbuh dan berkembangnya usaha
agribisnis. Pengembangan kriteria analisis kelayakan usaha meliputi :
• Aspek pasar meliputi analisi terhadap penawaran-permintaan
(analisis supplay-demand) suatu produk atau barang dan sistem pasar.
• Aspek ekonomi dan keuanganAnalisis kelayakan dari segi ekonomi dan
keuangan meliputi penilaian seperti terhadap tingkat resiko, tingkat
keuntungan, modal kerja dengan parameter yang biasa dipakai, seperti :
a. B/C ratio, yaitu perbandingan antara keuntungan dengan biaya usaha.
b. R/C ratio, yaitu perbandingan antara penerimaan dengan biaya usaha.
c. Titik Pulang Pokok (Break Event Point/BEP), yaitu kondisi dimana
suatu usaha tidak menghasilkan keuntungan maupun tidak menderita
kerugian.
d. Parameter lain sesuai dengan kebutuhan seperti Payback Period, Return
of Investmen (ROI),
• Aspek budaya dan mentalitas meliputi penilaian terhadap kejujuran,
tahan uji, keinginan untuk terus berkembang, tekun, suka menabung,
pengalaman, keadaan rumah tangga, gaya hidupnya, kebiasaan dan
sikapnya terhadap uang, dll.
• Aspek teknis diantaranya meliputi penilaian terhadap pengalaman dan
penguasaan teknologi, ketersediaan teknologi, dan akses terhadap
teknologi.
• Aspek yuridis (hukum) meliputi kebijajakan dan program pemerintah,
kedudukan hukum suatu komoditas atau barang, perizinan usaha, dll.
Contoh analisis usaha produksi kompot anggrek dendrobium

No. Bahan/Peralatan Volume/- Harga Satuan Total Harga


Jumlah/Lama (Rp) (Rp)
A Biaya Produksi

a. Biaya tetap
1. Sewa rumah jaring/green house 100 m2, 6 bl 150.000 900.000
dan rak
2. Tenaga kerja 2 org, 6 bl 500.000 6.000.000
3. Penyusutan peralatan kebun 250.000
dengan masa pakai 4 th
4. Biaya tidak terduga 3.000.000
Total biaya tetap 10.150.000
88
b. Biaya tidak tetap
1. Bibit botol 1.000 btl 15.000 15.000.000
2. Pot plastik diameter 15 cm 2.000 pot 1.000 2.000.000
3. Pakis/media tanam 50 karung 30.000 1.500.000
4. Pestisida 1.000.000
Total biaya tidak tetap 19.000.000
Total Biaya Produksi 29.150.000
B Perhitungan Keuntungan
a. Pendapatan 2.000 25.000 50.000.000
b. Keuntungan : Pendapatan - 20.850.000
Biaya
Total Keuntungan 20.850.000

C Kelayakan Usaha

1. Titik Impas (BEP)


a. BEP harga 14.575
b. BEP volume 1.166
Artinya, titik impas akan diperoleh jika harga mencapai Rp 14.575,00 per
kompot atau mencapai volume produksi 650 kompot.
2. Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) = Keuntungan/total biaya = 0,72
Artinya, dengan modal 29.150.000, usaha agribisnis kompot anggrek
memperoleh keuntungan kali atau 72% dari biaya yang dikeluarkan.

E. Bahan dan Alat


a. Alat tulis
b. Kalkulator
F. Organisasi
a. Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
a. Peserta PPG melakukan kunjungan ke kelompok tani
b. Pilih komoditas tertentu (setiap kelompok berbeda komoditas)
c. Lakukan wawancara
d. Buat analisis usaha tani berdasarkan hasil wawancara
e. Analisis data yang ada dan buat laporan praktikum

H. Tugas dan Pertanyaan


Tugas: Setiap kelompok membuat laporan praktikum

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 89


Pertanyaan: Seorang petani menanam tanaman cabe pada lahan seluas 1
hektar. Modal yang dihabiskan oleh patani dari mulai awal tanam hingga
panen mencapai Rp 100.000.000. dalam satu hektar petani melakukan 10
kali pemanenan, dan sisanya hanya dibagi-bagikan kepada tetangganya.
Pada panen ke-1 hingga ke-3 setiap kali panen petani memanen 50 kg,
pada panen ke 4 hingga ke 6 setiap kali panen mendapatkan 90 kg, pada
panen ke 7 hingga ke 8 setiap kali panen mendapatkan 150 kg, dan pada
panen ke 9 hingga ke 10 setiap kali panen memperoleh 100 kg. Harga jual
cabe relatif stabil mulai dari panen pertama hingga panen ke 10 yaitu Rp
40.000/kg. Berdasarkan keterangan tersebut hitung B/C ratio, R/C ratio,
dan BEP dari penanaman cabe tersebut!

I. Pustaka
BPTP Kalimantan Timur. 2001. Pola Rencana Usaha Tani terpadu.
LIPTAN Lembar informasi Pertanian
Darwis, Valeriana. 2007. Budidaya, Analisa Usaha Tani dan Kemitraan
Stroberi Tabanan, Bali. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Departemen Pertanian
Marveldani. 2016. Alat Mesin Pertanian. Buku Petunjuk Praktikum PS
Hortikultura. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik Negeri
Lampung. Lampung
Shinta,Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press (UB
Press)
Sesanti, RN.. 2016. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Sumber Belajar Penunjang PLPG 2016 Mata Pelajaran/Paket
Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru
Dan Tenaga Kependidikan
Sundari, Mei Tri. 2011. Analisis Biaya Dan Pendapatan Usaha Tani Wortel
Di Kabupaten Karanganyar. SEPA. 7(2): 119 – 126
Thamrin, M., Ainul Mardhiyah dan Samsul Efendi Marpaung. 2013.
Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot utilissima). Agrium. 18 (1):
57—64
Wanda, Faisal Floperda Akbar. 2015. Analisis Pendapatan Usaha Tani
Jeruk Siam (Studi Kasus Di Desa Padang Pangrapat Kecamatan
Tanah Grogot Kabupaten Paser). eJournal Ilmu Administrasi Bisnis.
3 (3): 600-611

90
Mata kegiatan budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan secara
organik adalah kegiatan pendalaman materi kompetensi keahlian agribisnis produksi
tanaman. Ruang lingkup mata kegiatan budidaya tanaman hortikultura/ pangan/
perkebunan secara organik meliputi pembuatan rencana produksi tanaman
hortikultura/ pangan/ perkebunan berbasis kesesuaian lahan; pengelolaan usaha
tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan secara organik; penerapan prinsip-prinsip
pertanian organik pada budidaya tanaman (hortikultura/ pangan/ perkebunan);
penerapan konsep penjaminan mutu hasil produksi tanaman secara organik.
Buku ajar ini disusun berdasarkan pedoman kurikulum PPG (Pendidikan
Profesi Guru) 2017 yang diperuntukkan bagi peserta PPG program studi agribisnis
produksi tanaman. Kegiatan pendalaman materi pada mata kegiatan budidaya
tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan secara organik ini menggunakan metode
praktikum. Oleh karena itu, struktur penulisan buku ajar ini mendekati pedoman
praktikum budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan secara organik
meliputi: tujuan kegiatan; waktu kegiatan; indikator kinerja; teori; bahan alat;
organisasi; prosedur kerja; dan pustaka yang tercantum pada setiap kegiatan
pembelajaran.

Mata kegiatan budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan secara


organik merupakan salah satu dari kegiatan pendalaman materi kompetensi keahlian
agribisnis produksi tanaman pada kurikulum program pendidikan profesi guru

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 91


(PPG). Mata kegiatan ini penting dan wajib dilaksanakan oleh seluruh peserta PPG
program studi agribisnis produksi tanaman untuk mencapai kompetensi profesional
seorang guru, dimana penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
keahliannya mutlak dimiliki guru. Guru SMK program studi agribisnis produksi
tanaman harus menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya tanaman
hortikultura/ pangan/ perkebunan secara organik yang merupakan salah satu bidang
kajian dalam kurikulum SMK agribisnis produksi tanaman.
Selain itu, dalam kurikulum PPG 2017 terdapat kegiatan lokakarya
pengembangan perangkat pembelajaran dan micro/peer teaching juga kegiatan
praktik pengalaman lapangan (PPL). Pada kegiatan lokakarya dan PPL, peserta PPG
akan melakukan praktik pengajaran untuk materi-materi keahlian sesuai yang
tercantum dalam kurikulum SMK agribisnis produksi tanaman mulai dari
penyusunan perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran hingga evaluasi
pembelajaran.
Oleh karena itu, peserta PPG perlu menguasai bidang ilmu pedagogik untuk
mencapai kompetensi pedagogik dan bidang ilmu keahlian agribisnis produksi
tanaman, salah satunya adalah budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan
secara organik untuk mencapai kompetensi profesionalnya.

Capaian Pembelajaran Lulusan diuraikan menjadi capaian pembelajaran mata


kegiatan (CPMK). CPMK budidaya tanaman hortikultura / pangan / perkebunan
secara organik tersaji pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. CPMK budidaya tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan secara


organik

Rumusan CPMK Sub-CPMK


1 Membuat rencana produksi 1.1 Mengolah dan menganalisis data
tanaman (hortikultura/ 1.2 sejarah lahan
pangan/ perkebunan) secara Memahami teknik konversi lahan dan
organik berbasis kesesuaian dapat memantau proses konversi
lahan lahan

92
2 Mengelola Usaha Tanaman 2.1 Memproses pembuatan pupuk
(hortikultura/pangan/perkeb 2.2 organik
unan) secara organik 2.3 Memproses pembuatan pestisida
organik
Mengelola kesuburan tanah dengan
2.4 menggunakan bahan organik, agen
hayati pembenah tanah
Mengelola pengairan dengan cara
menganalisis sumber air dan
melakukan konservasi air
3 menerapkan prinsip-prinsip 3.1 Mempersiapkan benih/bahan tanam
pertanian organik pada organik dengan cara memilih,
budidaya tanaman mentukan jumlah benih dan
(hortikultura/pangan/ 3.2 menyimpan benih dengan benar
perkebunan) Mengendalikan hama, penyakit, dan
gulma secara organik dengan cara
mengidentifikasi faktor agronomi
yang mempengaruhi kesehatan
tanaman
4 mengaplikasi konsep 4.1 Mengelola panen dan pascapanen
penjaminan mutu hasil sesuai standar operasional prosedure
produksi tanaman secara 4.2 Melakukan system penjaminan mutu
organik organik dengan menggunakan
standar pangan organik

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 93


4.1. Membuat Rencana Produksi Tanaman (Hortikultura/ Pangan/
Perkebunan) Secara Organik Berbasis Kesesuaian Lahan

4.1.1. Mengolah dan menganalisis data sejarah lahan


A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu mengolah dan menganalisis data sejarah lahan
B. Waktu Kegiatan (Pertemuan ke-1)
Waktu kegiatan ini dilaksanakan selama 2 x 170 menit = 340 menit, dengan
rincian sebagai berikut:
a. Asistensi : 40 menit
b. Pelaksanaan Praktik : 240 menit
c. Tugas : 60 menit
C. Indikator Kinerja
a. Kemampuan mengumpulkan data tentang sejarah penggunaan lahan dari
responden yang dipilih
b. Kemampuan melakukan verifikasi sesuai prosedure
c. Kemampuan mengelompokkan jenis data dan menganalisis sesuai standar
acuan
d. Kemampuan menetapkan status lahan berdasarkan hasil analisis

D. Teori

Penggunaan Lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam


kaitannyadengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari
citra. Penggunaan lahan telah dikaji dari beberapa sudut pandang yang
berlainan, sehingga tidak ada satu defenisi yang benar-benar tepat di dalam
keseluruhan konteks yang berbeda. Hal ini mungkin, misalnya melihat
penggunaan lahan dari sudut pandang kemampuan lahan dengan jalan
mengevaluasi lahan dalam hubungannya dengan bermacam-macam
karakteristik alami yang disebutkan diatas. Penggunaan lahan berkaitan
dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu, misalnya permukiman,
94
perkotaan dan persawahan. Penggunaan lahan juga merupakan pemanfaatan
lahan dan lingkungan alam untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
penyelenggaraan kehidupannya. Pengertian penggunaan lahan biasanya
digunakan untuk mengacu pemanfaatan masa kini (present or current land
use). Oleh karena aktivitas manusia di bumi bersifat dinamis, maka perhatian
sering ditujukan pada perubahan penggunaan lahan baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Penggunaan lahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Klasifikasi penggunaan lahan menurut Malingrau
Jenjang
Jenjang I Jenjang II Jenjang III Simbol
IV
I. Daerah A. Daerah 1. Sawah Irigasi Si
Bervegetas Pertania 2. Sawah Tadah St
i n Hujan
3. Sawah Lebak Sl
4. Sawah pasang Sp
surut
5. Ladang/Tegal L
6. Perkebunan Cengkeh C
Coklat Co
Karet K

Jenjang I Jenjang II Jenjang III Jenjang IV Simbol


Kelapa Ke
Kelapa Ks
Sawit
Kopi Ko
Panili P
Tebu T
Teh Te
Tembakau Tm
7. Perkebunaan Kc
Campuran
8. Tanaman Te
Campuran
B. Bukan 1. Hutan lahan kering Hutan Hb
Daerah bambu
Pertanian Hutan Hc
campuran
Hutan jati Hj
Hutan Hp
pinus
Hutan Hl
lainnya
2. Hutan lahan basah Hutan Hm

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 95


bakau
Hutan Hc
campuran
Hutan Hn
nipah
Hutan Hs
sagu
3. Belukar B
4. Semak S
5. Padang Rumput Pr
6. Savana Sa
7. Padang alang-alang Pa
8. Rumput rawa Rr
II. Daerah C. Bukan 1. Lahan terbuka Lb
tak daerah 2. Lahar dan Lava Ll
bervegeta pertanian
si
3. Beting Pantai Bp
4. Gosong sungai Gs
5. Gumuk pasir Gp
III. D. Daerah 1. Permukiman Kp
Permuki tanpa 2. Industri In
man dan liputan 3. Jaringan jalan
lahan vegetasi
4. Jaringan jalan KA
bukan
5. Jaringan listrik
pertanian
tegangan tinggi
6. Pelabuhan udara
7. Pelabuhan laut
IV.Perairan E. Tubuh 1. Danau D
perairan 2. Waduk W
3. Tambak ikan Ti
4. Tambak garam Tg
5. Rawa R
6. Sungai
7. Anjir pelayaran
8. Saluran irigasi
9. Terumbu karang
10. Gosong pantai

b) Klasifikasi penggunaan lahan menurut Anderson


1) Ekologis
▪ Nomaden
▪ Perladangan Berpindah
2) Subsistem
▪ Perladangan Menetap belum berkembang
▪ Perladangan Intensif Subsisten(didominasi padi)
▪ Perladangan Intensif Subsisten(tidak didominasi padi)
▪ Pertanian Ternak dan Tanaman Subsisten
96
▪ Pertanian Masyarakat Mediterania(Kuno dan Komersil)
3) Komersil
▪ Peternakan Sederhana
▪ Pertanian Biji-bijian Komersil
▪ Pertanian Ternak dan Tanaman Komersil
▪ Peternakan Sapi Perah Komersil
▪ Hortikultur dan Olerikultur terspesialisasi
▪ Tanaman Industri
4) kolektif.
▪ Pertanian Kolektif
5) Sistem ”Cash-Cropping”
▪ Ladang Perkebunan Komersil di daerah tropis

c) Klasifikasi penggunaan lahan menurut USGS (United State Geological


Survey)

Level I Level II
1. Perkotaan atau 1.1. Hunian
lahan sedang 1.2. Komersial dan jasa
dibangun 1.3. Industri
1.4. Transportasi, komunikasi, dan pengggunaan
umum
1.5. kompleks industri dan komersial
1.6. Perkotaan atau lahan sedang dibangun
campur
1.7. Perkotaan atau lahan sedang dibangun
lainnya
2. Lahan pertanian 2.1. Lahan pertanian dan peternakan
2.2. Lahan kebun buah, kebun anggur, persemaian
dan lahan holtikulura hias
2.3. Operasi makan ternak terbatas
2.4. Lahan pertanian lainnya
3. Lahan peternakan 3.1. Lahan peternakan rumput
3.2. Lahan peternakan semak dan belukar
3.3. Lahan peternakan campur
4. Lahan hutan 4.1. Lahan hutan menggugurkan daun
4.2. Lahan hutan selalu hijau

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 97


4.3. Lahan hutan campur
5. Perairan 5.1. Sungai dan saluran
5.2. Danau
5.3. Reservoir
5.4. Tanggul dan muara
6. Lahan basah 6.1. Lahan basah berhutan
6.2. Lahan basah tidak berhutan
7. Lahan kosong 7.1. Dataran laut kering
7.2. Pantai
7.3. Areal berpasir lain selain pantai
7.4. Batuan dibiarkan kosong
7.5. Bidang tambang, parit berbatu, dan lubang
gravel
7.6. Areal-areal transisi
7.7 Lahan gundul campur
8. Tundra 8.1. Tundra semak dan belukar
8.2. Tundra rumput
8.3. Tundra tanah kosong
8.4. Tundra basah
8.5. Tundra campur
9. Salju dan es 9.1. Padang salju tahunan
tahunan 9.2. Gletser

E. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan adalah alat tulis, alat komputasi, alat ukur (altimeter,
GPS, soil test kit), kertas, peta lahan, dan referensi lain yang mendukung.

F.Organisasi
a. Peserta kegiatan bekerja secara berkelompok
b. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
a. Peserta kegiatan mengikuti penjelasan dan demonstrasi dari dosen
pengampu mata kegiatan dalam menyiapkan daftar pertanyaan identifikasi
sejarah lahan (penggunaan lahan)
b. Peserta secara berkelompok berdiskusi untuk melakukan identifikasi
responden yang akan dipilih dan ditetapkan berdasarkan arahan dari dosen
pengampu kegiatan

98
c. Selanjutnya peserta melakukan survey ke masing-masing responden untuk
mencatat dan mengumpulkan data sejarah penggunaan lahan
d. Data-data hasil survey dikelompokkan dan diverifikasi berdasarkan jenis
data
e. Data-data tersebut selanjutnya dianalisa berdasar acuan standar yang ada
f. Dari hasil analisa data penggunaan lahan selanjutnya ditetapkan status
lahannya.

H. Tugas dan Pertanyaan


Tugas
a. Setiap kelompok melakukan identifikasi sejarah lahan
b. Setiap kelompok menetapkan status lahan dan membuat laporan status
lahan

Pertanyaan
a. Apakah lahan yang saudara survey memenuhi kriteria standar pertanian
organik, jelaskan alasan saudara !
b. Apakah wilayah lahan yang saudara survey lahannya digunakan untuk areal
pertanian? Jelaskan alasan saudara !

I. Lembar Kerja
Lengkapi Formulir hasil survey pada suatu Desa percontohan pertanian
organik berikut ini.
Desa : ...................................................................
Kecamatan : ...................................................................
Kabupaten : ...................................................................

Potensi Desa :
...............................................................................................................
Kondisi Geografis
▪ Tinggi Tempat : ............. dpl
▪ Letak geografis : ...................... LS dan ...................... BT
Kondisi Iklim
▪ Curah hujan : ...................... mm/tahun
PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 99
▪ Jumlah bulan hujan : ...................... bulan
▪ Suhu rata-rata harian : ...................... oC
Jenis dan kesuburan tanah
▪ Warna tanah : ...................................
▪ Tekstur tanah : ...................................
▪ Tingkat kemiringan tanah : ...................................
Fasilitas Umum
▪ Perkantoran pemerintah desa : ........... ha
▪ Bangunan sekolah : ........... ha
▪ Lapangan olah raga : ........... ha
▪ Pasar : ........... ha
▪ Jalan : ........... ha

Pertanian
▪ Pemilikan lahan pertanian
o Jumlah keluarga memiliki tanah pertanian : .............. keluarga
o Jumlah keluarga total keluarga petani : .............. keluarga
▪ Luas tanaman pangan menurut komoditas tahun ini

No Komoditas Luas (ha) Hasil (ton/ha)

▪ Sarana prasarana transportasi


o Jarak ke Ibu Kota Kabupaten : ......... km
o Lama jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten dengan
Kendaraan roda empat : ......... jam
o Lama jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten dengan
Kendaraan roda dua : ......... jam
o Jumlah kendaraan umum ke Ibu Kota Kabupaten : ......... unit
▪ Kualitas Air Minum
o Sumber Mata Air : ...............
o Sumur gali : ...............
o Sumur pompa/bor : ...............
▪ Sumber Air Bersih
100
Jenis Jumlah (unit) Pemanfaat Kondisi
Mata air (KK) baik/rusak
Pipa
Sungai
Sumber lain

Nama Kades : ...................................................................


Luas Wilayah : .................. ha

Nama Kepala Jumlah Jumlah Jumla Jumlah


No Nama Dusun
Dusun KK RW/RT h L/P warga
1
2
3
4

Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa


▪ Jumlah penduduk buta aksara dan huruf latin : ............ orang
▪ Jumlah penduduk usia 3-6 tahun yang masuk TK dan
kelompok bermain anak : ............ orang
▪ Jumlah penduduk sedang SD/sederajat : ............ orang
▪ Jumlah penduduk tamat SD/sederajat : ............ orang
▪ Jumlah penduduk tidak tamat SD/sederajat : ............ orang
▪ Jumlah penduduk sedang SLTP/sederajat : ............ orang
▪ Jumlah penduduk tamat SLTP/sederajat : ............ orang
▪ Jumlah penduduk sedang SLTA/sederajat : ............ orang
▪ Jumlah penduduk tidak tamat SLTP/sederajat : ............ orang
▪ Jumlah penduduk tamat SLTA/sederajat : ............ orang
▪ Jumlah penduduk tamat D-3 : ............ orang
▪ Jumlah penduduk tamat D-4 : ............ orang
▪ Jumlah penduduk tamat S-1 : ............ orang
▪ Jumlah penduduk sedang S-2 : ............ orang
▪ Jumlah penduduk tamat S-2 : ............ orang
Struktur Mata Pencaharian Penduduk
▪ Sektor Pertanian
o Petani : ............ orang
o Buruh tani : ............ orang
o Pemilik usaha pertanian : ............ orang
▪ Sektor Peternakan
o Peternak Sapi : ............ orang
o Peternak Kambing : ............ orang
o Peternak Kelinci : ............ orang
PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 101
o Peternak Ayam : ............ orang
o Peternak bebek : ............ orang
▪ Sektor Industri kecil dan jasa
o Montir : ............ orang
o Tukang : ............ orang
o Penjahit : ............ orang
o Pembuat kue : ............ orang
▪ Sektor Perdagangan
o Pengusaha perdagangan hasil bumi : ............ orang
o Buruh jasa perdagangan hasil bumi : ............ orang
▪ Sektor Jasa
o Pegawai Negeri Sipil : ............ orang
o Pensiunan PNS/TNI/POLRI : ............ orang
o Pegawai swasta : ............ orang
o Buruh migran perempuan
▪ Penguasaan Aset Masyarakat
o Tidak memiliki tanah : ............ orang
o Memiliki tanah antara 0,1 – 0,2 ha : ............ orang
o Memiliki tanah antara 0,21 – 0,3 ha : ............ orang
o Memiliki tanah antara 0,31 – 0,4 ha : ............ orang
o Memiliki tanah antara 0,41 – 0,5 ha : ............ orang
o Memiliki tanah antara 0,51 – 0,6 ha : ............ orang
o Memiliki tanah antara 0,61 – 0,7 ha : ............ orang
o Memiliki tanah antara 0,71 – 0,8 ha : ............ orang
o Memiliki tanah antara 0,81 – 0,9 ha : ............ orang
o Memiliki tanah antara 0,91 – 1 ha : ............ orang
o Memiliki tanah antara 1 – 5 ha : ............ orang
o Memiliki tanah antara 5 – 10 ha : ............ orang
o Memiliki tanah lebih dari 10 ha : ............ orang

▪ Problematika Desa
N Masalah Penyebab Dampak
O Cara Pengaplikasian
1
Pestisida
2 Petani tidak takut
Tidak benar
Pestisida
3 Pengcemaran
Lingkungan
4 Pestisida Kimia
membunuh
musuh hara
5 Unsur Alami
tanah mati

6 Gagal panen
102
7 SDM Petani masih
rendah
8 Biaya Tinggi

9 Tingkat penyakit tinggi

10 Harga rendah/pemasaran
susah
▪ Riwayat Pertanian Masyarakat Tani
NO Komoditi Pertanian Anorganik Organik

1 Sayuran

2 Padi dan Polowijo

3 Buah-buahan

4 Perkebunan

5 Tumpang sari

Analisa Penggunaan Lahan


Luas
No Jenis Penggunaan Lahan Persentase
(Ha)
1 Perumahan
2 Perkantoran
3 Perdagangan/Hotel/Komersil
4 Peribadatan
5 Pendidikan
6 Taman/Makam/Lapangan/Stadion
7 Pasar
8 Sawah
9 Kebun/Tegalan/Tanah Kosong
10 Hutan/Semak Belukar
11 Perkebunan
12 Galian C
13 Alur Alam
14 Lain-lain (Jalan, drainase)
Jumlah ........... 100.00%

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 103


J. Referensi
Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan &
Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.
SNI 6729-2010 Tentang Sistem Pangan Organik.
Ritung, S., Wahyunto, F. Agus, dan H.Hidayat. 2007. Evaluasi Kesesuaian
Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten
Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan Wordl Agroforestry Center.
Bogor
https://www.academia.edu/5274415/KLASIFIKASI_PENGGUNAAN_LA
HAN_MENURUT_ANDERSON
https://www.academia.edu/5274409/KLASIFIKASI_PENGGUNAAN_LA
HAN_MENURUT_MALINGREAU
https://www.academia.edu/5274412/KLASIFIKASI_PENGGUNAAN_LA
HAN_MENURUT_USGS
https://www.academia.edu/31493218/DESA_KANREAPIA_JADI_DESA_
PERCONTOHAN_PERTANIAN_ORGANIK

4.1.2. Memahami teknik konversi lahan dan dapat memantau proses konversi
lahan
A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu memahami teknik konversi lahan dan dapat memantau
proses konversi lahan
B. Waktu Kegiatan (Pertemuan ke-2)
Waktu kegiatan ini dilaksanakan selama 2 x 170 menit = 340 menit, dengan
rincian sebagai berikut:
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit
C. Indikator Kinerja
• Kemampuan menjelaskan kriteria dan syarat konversi lahan berdasar
komoditas
• Kemampuan mengidentifikasi jenis tanaman yang ada

104
• Kemampuan menentukan periode konversi berdasar sejarah lahan dan
jenis tanaman yang diusahakan
• Kemampuan melaksanakan semua tindakan budidaya sesuai prinsip
organik
• Kemampuan melakukan periode konversi secara berkelanjutan
• Kemampuan mendokumentasi awal penetapan dan jenis tindakan
budidaya selama periode konversi

D. Teori
Konversi lahan dapat diartikan sebagai berubahnya fungsi sebagian
atau seluruh kawasan dari fungsinya semula seperti direncanakan menjadi
fungsi lain yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan
itu sendiri. Misalnya, berubahnya peruntukan fungsi lahan persawahan
beririgasi menjadi lahan industri, dan fungsi lindung menjadi lahan
pemukiman.
Konversi lahan pertanian merupakan ancaman yang serius terhadap
ketahanan pangan nasional karena dampaknya bersifat permanen. Lahan
pertanian yang telah dikonversi ke penggunaan lain di luar pertanian sangat
kecil peluangnya untuk berubah kembali menjadi lahan pertanian.
Demikian pula upaya untuk membangun lahan pertanian baru di luar Jawa
tidak dengan sendirinya dapat mengkompensasi kehilangan produksi di
Jawa, karena diperlukan waktu yang lama untuk membangun lahan
pertanian dengan tingkat produktivitas yang tinggi.
Faktor penyebab konversi lahan antara lain disebabkan oleh :
No Faktor Internal Faktor Eksternal
1. Lokasi lahan Pertambahan penduduk
2. Produktivitas Lahan Warga lain
3. Saluran Irigasi Pihak swasta
4. Mutu tanah Nilai jual
5. Luas lahan Kebutuhan tempat tinggal
6. Biaya produksi Pembangunan sarana dan
prasarana
7. Resiko usaha tani Peluang kerja

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 105


8. Perubahan prilaku masyarakat Subsidi pemerintah
9. Penanganan pasca panen Tenaga kerja
10 Pemenuhan kebutuhan Kesempatan membeli lahan lain
Sumber (Dwipradyana, 2014:41)
Faktor yang berperan penting yang menyebabkan proses konversi
lahan pertanian ke non pertanian menurut Nasoetion, dkk., (2000) adalah
perkembangan standar tuntutan hidup, fluktuasi harga pertanian, struktur
biaya produksi pertanian, teknologi, aksesibilitas, resiko dan
ketidakpastian dalam pertanian. Lahan pertanian dapat memberikan
banyak manfaat seperti dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Selain
adanya ancaman konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian, model
penerapan paket pertanian modern (konvensional), seperti pestisida,
herbisida, dan pupuk kimia terhadap lingkungan berdampak pada
kesehatan lingkungan budidaya pertanian baik melalui residu pupuk kimia
terutama nitrogen telah diketahui mencemari air tanah sebagai sumber air
minum yang berbahaya terhadap kesehatan manusia.
Pada saat ini pandangan pengembangan pertanian organik sebagai
salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan
sangat diperlukan. Persoalan yang terjadi karena adanya pencemaran
tanah, air dan udara sehingga menyebabkan terjadinya degradasi dan
kehilangan sumber daya alam serta penurunan produktivitas tanah.
Pertanian berbasis kimia yang sangat bergantung pada pupuk dan pestisida
telah mempengaruhi kualitas dan keamanan bahan pangan yang dihasilkan
untuk kesehatan dan kehidupan lainnya. Dengan mengkalkulasi generasi
mendatang, pertanian organik akan menghasilkan interaksi yang dinamis
antara tanah, tanaman, hewan, manusia, ekosistem dan lingkungan.
Prinsip-prinsip produksi pangan organik harus telah diterapkan
pada lahan yang sedang dalam periode konversi paling sedikit 2 (dua) tahun
sebelum penebaran benih, atau kalau tanaman tahunan selain padang rumput,
minimal 3 tahun sebelum panen hasil pertamanya sebagaimana diuraikan
pada paragraf 1.1(a) standar SNI 6729-2010 tentang sistem pangan
organik. Otoritas kompeten atau yang mewakilinya, otoritas atau lembaga
sertifikasi yang diakui, dapat memutuskan penambahan atau pengurangan
106
masa konversi tersebut tetapi masa konversi tersebut paling sedikit 12 bulan
atau lebih.
Jika seluruh lahan tidak dapat dikonversi secara bersamaan, maka boleh
dikerjakan secara bertahap dengan menerapkan standar ini dari saat mulai
konversi pada bagian lahan mana saja yang dikehendaki. Konversi dari
pertanian konvensional ke pertanian organik harus efektif menggunakan
tehnik yang dijinkan sebagaimana ditetapkan dalam standar ini. Jika seluruh
lahan pertanian tidak dapat dikonversi secara bersamaan, hamparan tersebut
harus dibagi dalam beberapa unit. Areal yang dalam proses konversi, dan
areal yang telah dikonversi untuk produksi pangan organik tidak boleh diubah
(kembali seperti semula atau sebaliknya) antara metode produksi pangan
organik dan konvensional.

E. Alat dan Bahan


Diperlukan data sejarah lahan, formulir pencatatan periode konversi
dan tindakan budidaya, referensi lain yang mendukung (Undang-undang
No. 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman; dan SNI 6729-2010
tentang sistem pangan organik). Data luas panen tanaman padi 5 tahun
terakhir, data jenis tanaman yang dibudidayakan pada 5 tahun terakhir

F. Organisasi
1) Peserta kegiatan bekerja secara berkelompok
2) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
1) Peserta kegiatan mengikuti penjelasan dosen pengampu dalam
menjelaskan kriteria dan syarat konversi lahan
2) Peserta secara berkelompok berdiskusi untuk melakukan identifikasi
jenis tanaman yang ada pada suatu daerah (desa/kecamatan) kabupaten
yang diperoleh di Dinas Pertanian setempat dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir secara berurutan

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 107


3) Dengan mengacu pada data penggunaan lahan dan jenis tanaman yang
diusahakan pada kurun 5 tahun terakhir, diskusikan dengan kelompok
kerja saudara untuk menentukan periode konversi lahan pertanian ke
non pertanian, konversi lahan pertanian konvensional ke lahan pertanian
organik
4) Periksa data-data yang ada tersebut apakah ada tindakan budidaya secara
organik telah mengikuti prinsip pertanian organik
5) Selanjutnya diskusikan dengan kelompok saudara untuk membuat
rencana melakukan periode konversi secara berkelanjutan
6) Susunlah secara sistematis dokumen awal penetapan dan tindakan
budidaya secara organik dalam perencanaan periode konversi lahan
budidaya konvensional ke lahan budidaya organik

H.Tugas dan Pertanyaan


• Tugas
a. Setiap kelompok menetapkan periode konversi lahan pertanian modern
ke pertanian organik
b. Setiap kelompok menetapkan rencana tindakan konversi lahan
pertanian modern ke pertanian organik
c. Masing-masing kelompok membuat laporan hasil praktek

• Pertanyaan
a. Apakah lahan yang sedang dikonversi terjadi pencemaran bahan/input
produksi terlarang? jelaskan alasan saudara !
b. Bagaiamana langkah saudara mencegah terjadinya pencemaran pada
lahan yang sedang dikonversi?

I. Referensi
Aryo Fajar Sunartomo A.F, 2015. Perkembangan Konversi Lahan Pertanian
Di Kabupaten Jember, Jurnal Agriekonomika, Volume 4, Nomor 1,
ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260
Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan &
Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.
108
SNI 6729-2010 Tentang Sistem Pangan Organik.
Nasoetion, Lutfi Ibrahin, dan Winoto, Joyo. 2000. Masalah Alih Fungsi
Lahan dan Dampaknya Terhadap Keberlangsungan Swasembada
Pangan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Jakarta

4.2. Mengelola Usaha Tanaman (Hortikultura/Pangan/ Perkebunan) Secara


Organik
4.2.1. Memproses pembuatan pupuk organik
A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu memproses pembuatan pupuk organik padat dan pupuk
organik cair
B. Waktu Kegiatan
Waktu kegiatan ini dilaksanakan untuk 2 pertemuan (selama 2 x 2 x 170
menit = 680 menit), dengan rincian sebagai berikut:
Pertemuan/ Sesi pertama
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit
Pertemuan/ Sesi kedua
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit

C. Indikator Kinerja
▪ Kemampuan mengidentifikasi jenis pupuk organik dengan benar
▪ Kemampuan mendiskripsikan karakteristik pupuk organik dengan benar
▪ Kemampuan mendiskripsikan bahan baku pupuk organik dengan benar
▪ Kemampuan ketepatan memilih teknik pembuatan pupuk organik
▪ Kemampuan menyiapkan kelengkapan alat dan bahan
▪ Kemampuan membuat pupuk organik sesuai standar Operasional
Prosedure
▪ Kemampuan melakukan teknik pengemasan dan penyimpanan
▪ Kemampuan mendokumentasi pembuatan pupuk organik

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 109


D. Teori
Pengertian “Organik” adalah istilah pelabelan yang menyatakan
bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan standar produksi
organik dan disertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi resmi.
Pertanian organik didasarkan pada pengunaan masukan eksternal yang
minimum, serta menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetis.
Praktek pertanian organik tidak dapat menjamin bahwa produknya bebas
sepenuhnya dari residu karena adanya polusi lingkungan secara umum.
Namun beberapa cara digunakan untuk mengurangi polusi dari udara,
tanah dan air. Pekerja, pengolah dan pedagang pangan organik harus patuh
pada standar untuk menjaga integritas produk pertanian organik. Tujuan
utama dari pertanian organik adalah untuk mengoptimalkan kesehatan dan
produktivitas komunitas interdependen dari kehidupan di tanah,
tumbuhan, hewan dan manusia.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari
bahan organik, seperti hijauan (jerami, batang pisang dan hijauan lainnya)
dan kotoran hewan (sapi, kambing, ayam, kelinci, kerbau dan lainnya).
Sebelum digunakan bahan-bahan tersebut harus difermentasikan terlebih
dahulu atau dikomposkan.
Pupuk organik mempunyai kelebihan mampu menyediakan unsur
hara baik mikro dan makro dalam jumlah cukup sesuai kebutuhan tanaman,
artinya pupuk organik mampu mempertahankan dan meningkatkan
kesuburan tanah serta mampu meningkatkan kelembaban tanah dan
memperbaiki pengatusan air dalam pori-pori tanah. Meningkatkan jumlah
dan aktivitas metabolik jasad mikro dan memperbaiki penampilan tanaman.
Nitrogen dan unsur hara lain yang dikandung pupuk organik dilepaskan
secara perlahan-lahan. Penggunaan yang berkesinambungan akan membantu

110
dalam membangun kesuburan tanah, utamanya jika dilaksanakan dalam
waktu yang relatif panjang.
Demikian pentingnya pupuk organik sehingga Menteri Pertanian
mengeluarkan peraturan No. 02/Pert./HK.060/2/2006 yang menetapkan
bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah
melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan
untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah.

E. Alat dan Bahan


Diperlukan alat cangkul, drum/ember, terpal dan bahan-bahan seperti limbah
sayuran, buah maja (labu kaye), kotoran ternak sapi, serbuk gergaji, abu
dapur, dedaunan (glirisidae, lamtoro dan daun-daunan lainnya), kapur
dolomit, tetes tebu, air dan bioaktivator cair untuk starter kompos formulir
pencatatan pupuk organik, plastik hitam, karung/sak beras/plastik, tali rafia.

F. Organisasi
1) Peserta kegiatan bekerja secara berkelompok
2) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
1) Sesi pertama, pembuatan pupuk organik padat
▪ Perhatikan penjelasan dosen pengampu dalam memproses pembuatan
pupuk organik padat
▪ Siapkan dan identifikasi dengan benar bahan-bahan yang diperlukan
pembuatan pupuk organik padat, yaitu :
o Kotoran ternak sapi 500 kg
o Serbuk gergaji 20 kg
o Abu dapur 20 kg
o Dedaunan glirisidae, lamtoro dan lain-lain secukupnya

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 111


o Kapur dolomit 10 kg
o Tetes tebu 0,5 – 1 liter
o Bioaktivator 0,5 – 1 liter
o Air secukupnya
▪ Selanjutnya lakukan pencampuran dalam ember air, tetes tebu dan
bioaktivator dengan perbandingan 10 liter air, 300 ml tetes tebu dan 5
tutup botol bioaktivator dan diaduk rata untuk membuat larutan starter.
▪ Dengan menggunakan cangkul lakukan penumpukan kotoran sapi
setebal 20 cm dan siram dengan larutan starter secara merata.

▪ Kemudian tambahkan daun-daunan diatas tumpukan kotoran sapi dan


kembali disiram dengan larutan starter secara merata.
▪ Setelah itu taburkan abu dapur, serbuk gergaji dan kapur dolomit pada
tumbupkan daun-daunan.
▪ Selanjutnya ulangi langkah penumpukan kotoran sapi sampai langkah
menaburkan abu dapur dan lainnya sampai tinggi minimal 1 meter.
▪ Kemudian setelah selesai tutuplah bahan tumpukan dengan terpal agar
tidak terkena sinar matahari langsung dan hujan.
▪ Setiap 1 minggu sekali dibalik dan jika bahan kering dapat
ditambahkan air untuk menjaga kelembaban bahan.
▪ Setelah 4 minggu pupuk organik siap untuk digunakan.
▪ Jika ada alat penggilingan dan alat pengayakan dapat digunakan untuk
mempermudah dalam penggunaan pupuk organik yang telah jadi.

alat penggilingan alat pengayakan pupuk organik siap


diaplikasikan

112
▪ Pupuk organik padat yang siap diaplikasikan harus mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
o Jika digenggam bahan tidak terasa hangat/panas.
o Volume bahan menyusut 50% - 60% dari awal.
o Pupuk organik berkualitas baik berwarna coklat kehitaman sampai
hitam, berbau menyerupai tanah, partikel halus dan pH normal.
Syarat Teknis Minimal Pupuk Organik

No Parameter Syarat
1. C-Organik > 12 %
2. C/N Ratio 15 - 20 %
3. Bahan Ikutan < 2%
4. Kadar Air 4 - 12 %
5. pH 4-8
Sumber : www.google.com

2) Sesi kedua, pembuatan pupuk organik cair


▪ Perhatikan penjelasan dosen pengampu dalam memproses pembuatan
pupuk organik cair
▪ Siapkan dan identifikasi dengan benar bahan-bahan yang diperlukan
pembuatan pupuk organik cair campuran daun-daunan dan kotoran
ternak, yaitu :
o Daun gamal, lamtoro dan daun dari jenis kacang-kacangan, kotoran
sapi/kotoran ayam sebagai sumber unsur hara nitrogen
o Rumput gajah, benggala dan kotoran kelelawar sebagai sumber
unsur hara fosfor dan kalium.
o Air sebagai pelarut
▪ Selanjutnya pilihlah tempat pembuatan yang dekat dengan sumber air
dan tidak terkena sinar matahari serta hujan.
▪ Kemudian isi karung/sak plastik dengan daun-daun
yang telah dicincang atau kotoran ternak yang masih
segar kira-kira ¾ sak plastik lalu diikat dengan tali rafia

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 113


▪ Masukkan karung/sak plastik berisi dedauanan dan kotoran
tersebut ke dalam drum/ember, kemudian diisi air dengan
perbandingan antara air dengan berat isi karung adalah 2
liter air untu 1 kg berat isi karung.

▪ Letakkan batu yang cukup berat di atas karung, sehingga


karung tersebut dapat tenggelam. Drum dijaga selalu
tertutup, agar tidak ada unsur hara yang hilang akibat
penguapan.

▪ Karung diangkat dari dalam drum setelah kira-kira 2-3


minggu (bila menggunakan daun muda bisa 3 malam).
Larutan dalam drum itulah yang disebut dengan pupuk
cair. Ampasnya yang di dalam karung dapat digunakan
untuk menyuburkan tanah sebagai pupuk organik padat.
▪ Agar tidak terlalu kental, pupuk cair perlu dicampur dengan air.
Bila bahannya berasal dari daun, perbandingan adalah 1 bagian pupuk
cair dan 3 bagian air. Bila bahannya berasal dari kotoran ternak,
perbandingannya adalah 1 bagian pupuk cair dan 4-6 bagian air.

H. Tugas dan Pertanyaan


• Tugas
1) Setiap kelompok menyiapkan pembuatan pupuk organik
2) Setiap kelompok membuat pupuk organik padat dan pupuk organik
cair
• Pertanyaan
1) Apakah pupuk organik yang saudara buat memenuhi kriteria standar
nutrisi tanaman organik yang ditanam, jelaskan alasan saudara !
2) Apakah ciri-ciri pupuk organik padat telah jadi? Jelaskan hasil
pengamatan saudara !
3) Apakah pupuk organik cair memerlukan persyaratan wadah?
4) Apakah daya simpan pupuk organik padat dan cair yang saudara buat
dapat diinformasikan dalam label kemasannya? Jelaskan pendapat
saudara !
I. Referensi
http://jogjatani.16mb.com/2012/09/leaflet-pembuatan-pupuk-organik-padat/

114
https://www.academia.edu/29724209/Cara_mudah_membuat_Pupuk_Organ
ik_Cair
Suryadikarta, DidiArti. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Bogor
Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan &
Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.

4.2.2. Memproses pembuatan pestisida organik


A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu memproses pembuatan pestisida organik
B. Waktu Kegiatan
Waktu kegiatan ini dilaksanakan selama 2 x 2 x 170 menit = 680 menit,
dengan rincian sebagai berikut:
Sesi pertama
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit
Sesi kedua
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit

C. Indikator Kinerja
▪ Kemampuan mengidentifikasi jenis-jenis pestisida organik dengan benar
▪ Kemampuan mendiskripsipkan karakteristik pestisida organik dengan
benar
▪ Kemampuan mendiskripsikan bahan baku pestisida organik dengan benar
▪ Kemampuan ketepatan pemilihan teknik pembuatan pestisida organik
▪ Kemampuan menyiapkan kelengkapan alat dan bahan

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 115


▪ Kemampuan membuat pestisida organik sesuai SOP (standar Operasional
Prosedure)
▪ Kemampuan teknik pengemasan dan penyimpanan
▪ Kemampuan mendokumentasi pembuatan Pestisida Organik

D. Teori
Perkembangan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya penggunaan
bahan-bahan kimia dalam produk-produk pertanian, mendorong upaya
budidaya tanaman untuk menghasilkan produk-produk pertanian organik.
Sumber bahan kimia yang mengkontaminasi produk-produk pertanian
umumnya berasal dari penggunaan pestisida.
Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan menyebabkan timbulnya
masalah lingkungan, termasuk resistensi hama terhadap pestisida, resurgensi
serangga dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan bukan OPT.
Kematian serangga menguntungkan seperti serangga tawon, serangga
penyerbuk, parasitoid dan predator serta residu pestisida dalam bahan
makanan, pakan ternak.
Berdasarkan pertimbangan tentang toksisitas pestisida kimia, maka
dibutuhkan metoda pengendalian yang bersifat non-kimia dalam rangka
pengendalian hama terpadu. Upaya peningkatan bahan pengendali hayati
diperlukan dalam pengelolaan hama. Bahan-bahan yang tersedia untuk
dikembangkan sebagai pestisida hayati cukup banyak tersedia di alam,
dimana bahan-bahan tersebut aman terhadap lingkungan dan selaras dengan
teknik pengelolaan hama terpadu dan diantaranya banyak yang mudah
diproduksi dan digunakan sebagai pestisida organik.
Pestisida organik merupakan ramuan obat-obatan untuk mengendalikan
hama dan penyakit tanaman yang dibuat dari bahan-bahan alami. Bahan-
bahan untuk membuat pestisida organik diambil dari tumbuhan-tumbuhan,
hewan dan mikroorganisme. Karena dibuat dari bahan-bahan yang terdapat
di alam bebas, pestisida jenis ini lebih ramah lingkungan dan lebih aman
bagi kesehatan manusia.

116
Bila dibandingkan dengan pestisida kimia, pestisida organik mempunyai
beberapa kelebihan. Pertama, lebih ramah terhadap alam, karena sifat
material organik mudah terurai menjadi bentuk lain. Sehingga dampak
racunnya tidak menetap dalam waktu yang lama di alam
bebas. Kedua, residu pestisida organik tidak bertahan lama pada tanaman,
sehingga tanaman yang disemprot lebih aman untuk
dikonsumsi. Ketiga,dilihat dari sisi ekonomi penggunaan pestisida organik
memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Produk pangan non-
pestisida harganya lebih baik dibanding produk konvensional. Selain itu,
pembuatan pestisida organik bisa dilakukan sendiri oleh petani sehingga
menghemat pengeluaran biaya produksi. Keempat, penggunaan pestisida
organik yang diintegrasikan dengan konsep pengendalian hama terpadu
tidak akan menyebabkan resistensi pada hama.

Bagian yang Hama/Penyakit yang


Jenis Tanaman
digunakan dikendalikan

Adas Biji Kutu (beras, sereal, palawija)

Alang-alang Rimpang Antraknosa pada buncis

Babandotan Seluruh tanaman Nematode pada kentang

Bawang-
Umbi Busuk batang pada panili
bawangan

Bengkoang Biji Ulat pada kubis

Brotowali batang Lalat buahKutu aphids pada cabe

Cabe buah Hama tikus pada tanaman hias

Cengkeh bunga Phytopthora pada lada

Daun wangi Daun Lalat buah, bactrocera dorsalis

Gadung Umbi Tikus/rodentisida

Jahe Rimpang Ulat Plutella xylostella pada kubis

Jambu mete Kulit Ulat jambu mete

Jambu biji Daun Antraknosa

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 117


Namatoda pada nilam dan jahe,
Jarak Buah dan daun Lalat penggerek daun pada
tanaman terung-terungan

Jengkol Buah Walangsangit pada cabe

Jeruk nipis Daun Busuk hitam pada anggrek

Kacang babi Biji Ulat pucuk

Kayu manis Daun Pestisida organic

Kemangi Daun Busuk hitam pada anggrek

Kencur Rimpang Phytoptora pada lada

Acubung Bunga Kutu, ulat tanah

Kenikir Bunga Walangsangit

Kunyit Rimpang Phytoptora pada lada

Hama gudang, Antraknosa pada


Lada Biji, daun
cabe

Lengkuas Rimpang AntraknosaSemut pada lada

Antraknosa pada buncis dan


cabe, Phytoptora pada tembakau,
Mimba DaunBiji Belatung, Pengisap polong pada
kedelai, Hama pengetam pada
kelapa

Mindi Daun Ulat penggerek

Kutu daun pada krisanUlat tanah,


Mahoni Biji
Walangsangit, wereng coklat

Spodoptera litura pada kedelai


Pacar cina Daun
dan kubis

Pahitan/kipahit Daun Serangga Tribolium castaneum

Patah tulang Daun Molusca

Pandan Daun Walangsangit

Piretrum Bunga Hama gudang

Saga Biji Hama gudang sitophilus sp

118
Selasih Daun Lalat buah ( dacus correctus)

Sembung Daun Keong emas

Sereh Batang, daun Herbisida organic

Antraknosa pada cabeTMV pada


Sirih DaunAbu
tembakau, Hama gudang

Thrips pada sedap malam, Kutu


Srikaya Biji daun pada kedelai, kacang
panjang, jagung, kapas, tembakau

Sirsak Biji, daun Wereng coklat pada padi

Ulat grayak pada famili terung-


Tembakau Daun, batang terungan (tomat, cabe, paprika,
terung), Walangsangit

Ulat grayak Spodoptera liturapada


Tembelekan Biji
kedelai, Penggerek polong

Tuba akar Keong mas, Hama gudang

E. Alat dan Bahan


Alat penumbuk dari batu (lumpang dan alu), ember, sendok,saringan kain,
jurigen plastik, knak sack solo, air.
Bahan yang digunakan bagian tanaman dan jenis tanaman sebagaimana
yang ada dalam tabel diatas.

F. Organisasi
• Peserta kegiatan bekerja secara berkelompok
• Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
Sesi pertama : Pengendalian Hama dengan menggunakan insektisida
organik
▪ Perhatikan penjelasan dosen pengampu dalam memproses pembuatan
insektisida organik

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 119


▪ Siapkan dan identifikasi dengan benar bahan-bahan yang diperlukan
dalam pembuatan beberapa insektisida organik
a. Membuat insectisida pengendali serangga penghisap (kepik dan kutu-kutuan)
o Siapkan bahan-bahan sebagai berikut : daun surian 1 kg, daun
tembakau 1kg, daun lagundi 1 kg, daun titonia 1 kg, air kelapa
sebanyak 2 liter, gambir 0,5 ons, garam dapur 1 ons dan air panas
500 ml.
o Kemudian siapkan penumbuk dari batu, kemudian Tumbuk daun
tembakau, daun surian daun lagundi dan daun titania, aduk hingga
rata.
o Apabila sudah lembut, rendam dalam air kelapa dan aduk-aduk.
o Kemudian ekstrak campuran tersebut dengan cara diperas dengan
kain.
o Saring kembali hasil perasan dan tambahkan garam lalu kocek
larutan.
o Siapkan cairan gambir dengan cara melarutkan setengah ons gambir
dalam 500 ml air panas, lalu saring dengan kain halus.
o Langkah terakhir campurkan larutan daun-daunan dan larutan gambir.
Masukkan dalam botol atau jerigen plastik.
o Ramuan pestisida organik siap untuk digunakan.
o Cara menggunakan pestisida organik ini adalah :
▪ Encerkan 500 ml larutan dalam 10 liter air bersih.
▪ Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot.
▪ Lakukan penyemprotan pada pucuk tanaman terlebih dahulu
kemudian permukaan atas dan bawah daun.
▪ Frekuensi penyemprotan dianjurkan dua kali seminggu hingga
populasi larva atau kutu berkurang dan tidak membahayakan lagi.
b. Membuat insectisida pengendali ulat pemakan daun
o Siapkan bahan-bahan yang diperlukan antara lain, air kelapa 2 liter,
ragi tape 1 butir, bawang putih 4 ons, deterjen 0,5 ons dan kapur
tohor 4 ons.
o Langkah pertama adalah tumbuk bawang putih hingga halus.

120
o Kemudian larutkan deterjen kedalam air kelapa dan aduk hingga
merata.
o Setelah itu, masukan hasil tumbukan bawang putih, ragi tape dan
kapur tohor. Saring campuran tersebut dengan kain halus.
o Langkah terakhir, fermentasikan cairan selama 20 hari dalam wadah
tertutup. Pestisida organik pengusir ulat daun siap digunakan.
o Cara menggunakan insektisida organik ini yaitu :
▪ Encerkan larutan pestisida organik sebanyak 500 ml dengan 10
liter air bersih.
▪ Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot.
▪ Frekuensi penggunaan sebanyak 2 kali seminggu, lakukan terus
sampai serangan ulat menurun sampai taraf aman.
Sesi kedua : Pengendalian Hama dengan menggunakan insektisida
organik
▪ Perhatikan penjelasan dosen pengampu dalam memproses pembuatan
fungisida dan bakterisida organik
▪ Siapkan dan identifikasi dengan benar bahan-bahan yang diperlukan
dalam pembuatan beberapa insektisida organik
a. Membuat fungisida organik pengendali penyakit cendawan atau jamur
o Siapkan bahan-bahan berikut, daun dakinggang gajah 5 ons, lengkuas
3 ons, jahe 3 ons, bawang putih 3 ons dan ekstrak titonia 3 liter.
o Tumbuk daun galinggang gajah, kemudian parut jahe dan lengkuas.
o Siapkan larutan daun titonia dengan cara menumbuk daun titonia
hingga halus dan campurkan dengan 3 liter air, kemudian saring
dengan kain halus.
o Setelah itu, masukkan bahan-bahan yang telah ditumbuk dan diparut
ke dalam larutan titonia, aduk hingga merata.
o Saring dan peras campuran tersebut, hasil saringan merupakan
fungisida organik yang siap untuk mengendalikan cendawan atau
jamur yang menyerang tanaman budidaya.
o Cara menggunakan fungisida organik ini yaitu :

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 121


▪ Eencerkan 500 ml pestisida organik ini dengan 10 liter air, aduk
hingga rata dan masukkan kedalam tangki semprotan.
▪ Penyemprotan dilakuan pada seluruh bagian tanaman seperti
pucuk, daun dan batang.
▪ Frekuensi penggunaan yang dianjurkan 2 kali dalam seminggu
hingga serangan melemah.
b. Membuat fungisida untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada
tanaman cabe
o Siapkan daun galinggang gajah 2,5 ons; daun tembakau 2,5 ons; daun
thitonia 2,5 ons; daun lagundi 2,5 ons; garam 1 ons dan gambir 3
buah.
o Tumbuk halus daun galinggang, tembakau,thitonia dan daun lagun.
o Kemudian masukan kedalam ember yang berisi 1 liter air bersih, lalu
tambahkan garam dan biarkan selama satu malam.
o Setelah itu saring larutan tersebut dan peras airnya sampai kering.
o Cairkan tiga buah gambir dengan satu gelas air panas dan campurkan
kedalam larutan, aduk hingga merata.
o Fungisida organik untuk mengendalikan antraknosa yang biasa
menyerang tanaman cabe siap digunakan.
o Cara menggunakannya:
▪ masukkan larutan di atas ke dalam tangki semprot 15 liter.
▪ Penuhkan dengan air bersih dan aduk-aduk.
▪ Penggunaan fungisida organik ini sebiknya dilakukan sejak
tanaman cabe mulai berbuah, semprotkan seminggu sekali.
▪ Kemudian amati tanaman, apabila ada buah cabe yang terserang
antraknosa segera dipetik dan dibuang keluar lahan.
▪ Hendaknya penyemprotan dilakukan pagi atau sore hari.
▪ Air semprotan harus berbentuk kabut biar merata dan teknik
penyemprotan dilakukan dari bawah ke atas.
▪ Pada musim hujan kita bisa menambahkan garam sebanyak 2,5
ons lagi pada larutan.
Catatan :

122
➢ Berdasarkan pengalaman, fungisida organik ini bisa
mengendalikan serangan antraknosa sampai 80 %.
➢ Ramuan tidak tahan lama dan masih bisa dipakai selagi
aromanya masih khas. Apabila aromanya sudah berubah maka
kemampuannya juga sudah menurun. Sebaiknya dibuat setiap
kali terjadi serangan cendawan ini.
c. Membuat bakterisida organik untuk mengendalikan penyakit yang
disebabkan bakteri
o Siapkan bahan-bahan berikut: daun sirih satu ikat, kunyit 2 ons,
bawang putih 3 ons dan ekstrak daun titonia 3 liter.
o Tumbuk bahan-bahan tersebut satu per satu atau secara bersamaan.
o Rendam dalam ekstrak daun titonia selama beberapa menit, kemudian
saring dengan kain halus.
o Bakterisida organik untuk mengusir bakteri siap digunakan.
o Cara penggunaannya:
▪ Encerkan 500 ml larutan dalam 10 liter air.
▪ Frekuensi penggunaan 2 kali dalam seminggu dengan cara
menyemprotkan pada tanaman yang terserang

H. Tugas dan Pertanyaan


• Tugas
1) Setiap kelompok menyiapkan pembuatan pestisida organik
(insectisida, fungisida dan bakterisida organik)
2) Setiap kelompok membuat pestisida organik (insectisida, fungisida dan
bakterisida organik)
3) Masing-masing kelompok membuat laporan hasil pembuatan pestisida
organik
• Pertanyaan
1) Apakah pestisida organik yang saudara buat memenuhi kriteria standar
yang dapat dikemas dan disimpan lama, jelaskan alasan saudara !

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 123


2) Apakah ciri-ciri atau karakteristik pestisida organik yang telah jadi?
Jelaskan hasil pengamatan saudara !
3) Apakah pestisida organik memerlukan persyaratan kemasan?
4) Apakah pestisida organik yang saudara buat dapat dikomersialkan?
Jelaskan pendapat saudara !

I. Referensi
https://alamtani.com/pestisida-organik/
Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan &
Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.

4.2.3. Mengelola kesuburan tanah dengan menggunakan bahan organik, agen


hayati pembenah tanah
A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu mengelola kesuburan tanah
B. Waktu Kegiatan
Waktu kegiatan ini dilaksanakan selama 2 x 170 menit = 340 menit, dengan
rincian sebagai berikut:
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit

C. Indikator Kinerja
• Pola tanam dirancang sesuai musim dan komoditas
• Pola tanam dilakukan berdasar jadwal
• Jadwal pola tanam disusun dengan benar
• Identifikasi Jenis tanaman pupuk hijau
• Penetapan waktu tan. dan jenis tanaman
• Identifikasi jenis bahan organik, agen hayati lokal, bahan pembenah tanah
• Pemrosesan sesuai jenis, standar b.o, agen hayati dan bahan pembenah
tanah
124
• Dosis bahan organik dan agen hayati yang akan dicampur ditetapkan
berdasar komposisinya
• Metode dan waktu pencampuran ditetapkan berdasar jenis bahan
• Bahan organik dan agen hayati dicampur dengan benar
D. Teori
Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang
meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk
keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian
organik menekankan penggunaan praktek manajemen yang lebih
mengutamakan penggunaan masukan setempat, dengan kesadaran bahwa
keadaan regional setempat memang memerlukan sistem adaptasi lokal.
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan, bila memungkinkan, cara-
cara kultural, biologis dan mekanis, yang merupakan kebalikan dari
penggunaan bahan- bahan sintetis, untuk memenuhi fungsi spesifik dalam
sistem. Suatu sistem produksi pangan organik dirancang untuk :
1) mengembangkan keanekaragaman hayati dalam sistem secara
keseluruhan; meningkatkan aktivitas biologis tanah;
2) menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang;
3) mendaur ulang limbah yang berasal dari tumbuhan dan
hewan untuk mengembalikan nutrisi ke lahan sehingga meminimalkan
penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui;
4) mengandalkan sumberdaya yang dapat diperbaharui pada sistem
pertanian yang dikelola secara lokal;
5) mempromosikan penggunaan tanah, air dan udara secara
sehat, serta meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan
oleh praktek-praktek pertanian;
6) menangani produk pertanian dengan penekanan pada cara pengolahan
yang hati- hati untuk menjaga integritas organik dan mutu produk pada
seluruh tahapan; dan bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian
yang ada melalui suatu periode konversi, dimana lama waktunya
ditentukan oleh faktor spesifik lokasi seperti sejarah lahan serta jenis

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 125


tanaman dan hewan yang akan diproduksi.
Kesuburan dan aktivitas biologis tanah harus dipelihara atau ditingkatkan
dengan cara:
1) Penanaman kacang-kacangan (leguminoceae), pupuk hijau atau
tanaman berperakaran dalam melalui program rotasi tahunan yang sesuai.
2) Mencampur bahan organik ke dalam tanah baik dalam bentuk kompos
maupun tidak, dari unit produksi yang sesuai dengan standar ini.
Produk samping peternakan, seperti kotoran hewan, boleh digunakan
apabila berasal dari peternakan yang dilakukan sesuai dengan persyaratan
dalam standar ini.
3) Bahan-bahan yang dapat digunakan hanya sepanjang upaya mencukupi
nutrisi tanaman dari peternakan secara organik.
4) Untuk aktivasi kompos, penambahan mikroorganisme atau bahan-bahan
lain yang berbasis tanaman yang sesuai dapat digunakan.
5) Bahan-bahan biodinamik dari stone meal, kotoran hewan atau
tanaman boleh digunakan untuk tujuan penyuburan dan aktivitas biologis
tanah.

E. Alat dan Bahan


Diperlukan alat semprot, cangkul, coret, ember, air, bahan pembenah tanah
yang mengandung agensia hayati seperti perombak selulosa, penambat N,
Trichoderma sp, molase

F. Organisasi
• Peserta kegiatan bekerja secara berkelompok
• Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
• Peserta secara berkelompok memperhatikan penjelasan dosen pengampu
dalam demonstrasi menyiapkan sepetak lahan percontohan untuk dikelola
kesuburan tanahnya
126
• Selanjutnya siapkan peralatan pengolahan tanah untuk menggemburkan
petak lahan yang sudah disiapkan pengolahannya dan sebelum melakukan
pengelolaan petak lahan yang dikerjakan lakukan analisa tanah di
laboratorium tanah dengan mengambil sampel tanah petakan lahan yang
menjadi tanggung jawab masing-masing kelompok
• Tiap kelompok mengelola petak lahan seluas 20 m2 untuk menyiapkan
lahan yang mempunyai sifat fisik remah, sifat kimia dan biologis yang
seimbang dengan cara menggemburkan lahan dengan dengan cangkul dan
menambahkan pupuk organik yang telah dibuat.
• Sedangkan sifat biologis dibuat dengan cara menambahkan agensia hayati
pembenah tanah seperti mikroorganisme perombak selulosa (boleh
menggunakan EM4), penambat N, Trichoderma sp, molase
• Petakan lahan yang yang telah berisi campuran bahan tersebut diatas
selanjutnya dicampur merata dengan menggunakan cangkul dengan
tujuan selain mencampur juga memberikan aerasi untuk menjaga suasana
lahan dalam kondisi aerob.
• Setiap pagi dan sore lakukan penyiraman menggunakan air sumur gali
• Biarkan lahan sampai 1 minggu untuk memberi kesempatan
microorganisme merombal bahan organik yang terkandung dalam pupuk
organik
• Selanjutnya setelah lahan siap ambil sampel tanah petak lahan kelompok
saudara dan analisa kandungan unsur hara di laboratorium tanah,
kemudian lakukan penanaman tanaman model tumpangsari jenis tanaman
yang diusahakan bebas sesuai kesepakatan kelompok.
• Peliharalah tanaman tumpangsari tersebut dengan menyirami sesuai
kebutuhan air tanaman dengan menggunakan sumber air yang tidak
tercemar oleh pupuk kimia, pestisida dan limbah lainnya.
• Untuk pengendalian hama dan penyakit gunakan insektisida organik dan
fungisida organik, sedangkan pengendalian gulma lakukan dengan cara
mekanis.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 127


H. Tugas dan Pertanyaan
• Tugas
1) Setiap kelompok melakukan identifikasi jenis bahan organik, agen
hayati dan pembenah tanah yang diterapkan dalam mengelola
kesuburan petak lahan yang di praktekkan.
2) Setiap kelompok melakukan penanaman tanaman tumpangsari dan
memelihara tanaman sampai panen dan melakukan analisa tanah
sebelum dan sesudah penanaman tanaman tumpangsari
3) Setiap kelompok membuat laporan hasil praktek pengelolaan
kesuburan tanah petak lahannya
• Pertanyaan
1) Mengapa petak lahan saudara yang diberi EM4 diupayakan dalam
kondisi aerob? Jelaskan alasan saudara !
2) Apakah ciri-ciri lahan dikatakan subur?

I. Referensi
SNI 6729-2010 Tentang Sistem Pangan Organik
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif
dan Berkelanjutan. Jakarta: Kanisius. ISBN 979-21-0187-X,
978979210187

128
4.2.4. Mengelola pengairan dengan cara menganalisis sumber air dan
melakukan konservasi air
A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu mengelola pengairan untuk budidaya secara organik
B. Waktu Kegiatan
Waktu kegiatan ini dilaksanakan selama 2 x 2 x 170 menit = 680 menit,
dengan rincian sebagai berikut:
Sesi pertama
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit
Sesi kedua
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit
C. Indikator Kinerja
• Mengidentifikasi sumber air untuk pertanian organik
• Penentuan penyebab dan tingkat cemaran dengan tepat
• Tindakan eliminasi cemaran sumber air
• Perekomendasian kelayakan sumber air
• Penetapan kebutuhan air
• Penentuan jadwal pengairan
• Kesiapan alat pengairan
• Distribusi kebutuhan air sesuai topografi dan fase pertumbuhan tanaman
• Evaluasi pola pengairan berdasar periode tanam
• Identifikasi tindakan konservasi sumber air yang diperlukan
• Melakukan konservasi air untuk budidaya pertanian organik
D. Teori
Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang
meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk
keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian
PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 129
organik menekankan penggunaan praktek manajemen yang lebih
mengutamakan penggunaan masukan setempat, dengan kesadaran bahwa
keadaan regional setempat memang memerlukan sistem adaptasi lokal.
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan, bila memungkinkan, cara-
cara kultural, biologis dan mekanis, yang merupakan kebalikan dari
penggunaan bahan- bahan sintetis, untuk memenuhi fungsi spesifik dalam
sistem.
Air merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
tanaman. Peranannya terhadap kehidupan tanaman antara lain :
• Air sebagai pelarut unsur hara di dalam tanah sehingga tanaman dapat
dengan mudah mengambil unsur hara melalui akar.
• Air merupakan salah satu komponen penting dalam proses fotosintesis.
• Hampir seluruh proses fisiologi tanaman termasuk reaksi-reaksi kimia
berlangsung dengan adanya air.
• Air berfungsi mempertahankan ketegapan tanaman, jika kekurangan air
tanaman akan layu.
• Air sebagai pengontrol suhu dalam tanah dan tanaman pada saat terik
matahari.
Menurut cara pemberian sistem irigasi, dibagi menjadi 3 yaitu penyiraman,
pengairan diatas permukaan tanah dan pengairan dibawah permukaan tanah.
Penyiraman adalah sistem pemberian air dengan cara penyemprotan
sehingga ketika jatuh ke permukaan tanah/tanaman akan berbentuk butiran
yang menyerupai hujan. Pengairan adalah sistem pemberian air dengan cara
pengaliran dan penggenanngan diatas permukaan tanah atau dari bawah
permukaan tanah.
Air mutlak dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk pertumbuhan.
Demikian pula tanaman, air sangat dibutuhkan untuk penguapan
(evaporasi), transpirasi dan aktivitas metabolisme tanaman. Tanaman hanya
dapat tumbuh optimal dan memberikan hasil yang tinggi bila kebutuhan
airnya dapat dipenuhi dalam jumlah dan waktu yang tepat.
Metoda tidak langsung penentuan kebutuhan air tanaman (ET) yang banyak
digunakan adalah dengan menggunakan nilai evapotranspirasi acuan (ETo)
130
yang berdasarkan kepada data iklim atau cuaca, kemudian dikalikan dengan
factor koefisien tanaman (kc).
Kebutuhan air bagi tanaman didefinisikan sebagai tebal air yang dibutuhkan
untuk memenuhi jumlah air yang melalui evapotranspirasi suatu tanaman
sehat, tumbuh pada area luas, pada tanah yang menjamin cukup lengas
tanah, kesuburan tanah dan lingkungan hidup tanaman cukup baik sehingga
secara potensial tanaman akan berproduksi baik.
Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dari permukaan tanah atau air
dan transpirasi dari tumbuh-tumbuhan.
Evapotranspirasi atau kebutuhan air tanaman pada umumnya mencapai
puncak pada masa tengah pertumbuhan dan selanjutnya akan menurun
kembali menjelang masa panen sesuai dengan koefisien tanaman.
Evapotranspirasi tanaman dapat dihitung dengan rumus ET = kc x ETo.
dimana, ET = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
kc = koefisien tanaman
ETo = evapotranspirasi potensial/tetapan/referensi (mm/hari)
Koefisien tanaman (kc) merupakan perbandingan antara evapotranspirasi
suatu tanaman dengan evapotranspirasi tetapan (ETo).
Evapotranspirasi potensial (ETo) disebut juga evapotranspirasi
tetapan/referensi, yaitu transpirasi suatu tanaman rumput yang tumbuh
seragam, sepenuhnya menutup tanah, tumbuh subur dan tidak kekurangan
air serta dipangkas setinggi 8-15 cm.
Ada beberapa metoda perhitungan ETo diantaranya yang paling umum
digunakan yaitu pengukuran langsung menggunakan Panci Evaporasi dan
Lisimeter.
Pengukuran langsung dengan Panci Evaporasi, rumus yang digunakan yaitu
:
ET = kc x ETo atau ET = kc x kp x Eo
dimana, ET = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
kc = koefisien tanaman
kp = koefisien panci

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 131


Eo = evaporasi panci (mm/hari)
Eto = Evapotranspirasi potensial = kp x Eo
Tidak semua air cocok untuk dipergunakan bagi irigasi pertanian. Air irigasi
yang tidak memenuhi kualitas air dapat mengandung :
• bahan-bahan kimia yang beracun bagi tumbuh-tumbuhan atau orang yang
memakan tanaman itu.
• bahan-bahan kimia yang bereaksi dengan tanah untuk menimbulkan cirri-
ciri lengas tanah yang tiodak memuaskan.
• bakteri yang membahayakan orang atau binatang yang memakan tanaman
yang diairi dengan air itu.
Oleh karena itu, air irigasi yang dipergunakan untuk pertanian khususnya
pertanian organik harus memiliki syarat standar kualitas air sebagamana
yang disyaratkan dalam SNI 06-2412-1991 tentang Metode pengambilan
contoh kualitas air.

E. Alat dan Bahan


Diperlukan tool kit untuk mengukur kualitas sumber air, lysimeter untuk
mengukur kebutuhan air tanaman, tabel koefisien tanaman, data iklim, panci
evaporasi. Bahan yang diperlukan tanaman budidaya sesuai masa
pertumbuhannya

F. Organisasi
• Peserta kegiatan bekerja secara berkelompok
• Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
Sesi pertama : Identifikasi kualitas sumber air untuk pertanian organik
dan menentukan kebutuhan air tanaman
▪ Perhatikan penjelasan dosen pengampu dalam mengidentifikasi kualitas
sumber untuk pertanian organik dan cara menentukan kebutuhan air
tanaman berdasarkan kebutuhan air tanaman.

132
▪ Siapkan tool kit untuk mengukur kualitas sumber air dan identifikasi
beberapa sumber air yang direncanakan untuk mengairi petak tanaman
budidaya secara organik berdasarkan SNI 06-2412-1991 tentang metode
pengambilan contoh kualitas air.
▪ Catat hasilnya dalam tabel identifikasi sumber air irigasi
▪ Siapkan alat ukur kebutuhan air tanaman bisa menggunakan lysimeter,
jika tidak ada alat ini gunakan data iklim pada stasiun meteorologi di zona
pertanaman tanaman budidaya secara organik

Sesi kedua : Pendistribusi kebutuhan air dan identifikasi tindakan


konservasi sumber air
▪ Perhatikan penjelasan dosen pengampu tentang Pendistribusi kebutuhan
air dan identifikasi tindakan konservasi sumber air untuk pertanian
organik
▪ Buatlah jadwal pengairan tanaman pada areal tanaman budidaya secara
organik bersama kelompok saudara sesuai arahan dosen pembimbing
▪ Bila hasil pemeriksaan kualitas sumber air untuk pertanian organik tidak
memenuhi kualitas air irigasi, diskusikan dengan kelompok saudara
tentang alternatif model konservasi sumber air agar memenuhi kualitas
yang layak untuk memenuhi kebutuhan air tanaman yang dibudidayakan
secara organik.
H. Tugas dan Pertanyaan
• Tugas
1) Setiap kelompok melakukan identifikasi Identifikasi kualitas sumber
air untuk pertanian organik dan menentukan kebutuhan air tanaman
2) Setiap kelompok membuat rencana Pendistribusi kebutuhan air dan
identifikasi tindakan konservasi sumber air
3) Setiap kelompok membuat laporan hasil praktek
• Pertanyaan
1) Mengapa sumber air untuk pertanian organik diperlukan pemeriksaan
kualitas airnya, jelaskan pendapat saudara !

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 133


2) Dalam menentukan kebutuhan air tanaman agar dapat ditetapkan cara
pemberian air, metode yang mana yang akan saudara terapkan?
Jelaskan alasan saudara!
3) Jelaskan secara ringkas bagaimana saudara melakukan upaya
konservasi air agar dapat memenuhi syarat untuk budidaya tanaman
secara organik!

I. Referensi
FAO (1984), Crop Water Requirement, FAO Irrigation and Drainage Paper
24, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
SNI 06-2412-1991 Metode pengambilan contoh kualitas air. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta
SNI 6729-2010 Tentang Sistem Pangan Organik. Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif
dan Berkelanjutan. Jakarta: Kanisius. ISBN 979-21-0187-X,
9789792101874.

4.3. Menerapkan prinsip - prinsip pertanian organik pada budidaya tanaman


(hortikultura/ pangan/ perkebunan)
4.3.1. Mempersiapkan benih/bahan tanam organik dengan cara memilih,
menentukan jumlah benih dan menyimpan benih dengan benar

A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu menyiapkan benih/bahan tanam organik
B. Waktu Kegiatan
Waktu kegiatan ini dilaksanakan selama 2 x 170 menit = 340 menit, dengan
rincian sebagai berikut:
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit

134
C. Indikator Kinerja
• Identifikasi benih/bahan tanam organik berdasar sumbernya
• Pemilihan benih/bahan tanam organik secara tepat sesuai karakteristiknya
• Penentuan jumlah benih/bahan tanam organik sesuai kebutuhan
• Pencegahan kontaminasi benih/bahan tanam organik sesuai prinsip
organik
• Penyimpanan benih/bahan tanam organik sesuai prinsip penyimpanan
yang benar
D. Teori
Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang
meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk
keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian
organik menekankan penggunaan praktek manajemen yang lebih
mengutamakan penggunaan masukan setempat, dengan kesadaran bahwa
keadaan regional setempat memang memerlukan sistem adaptasi lokal.
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan, bila memungkinkan, cara-
cara kultural, biologis dan mekanis, yang merupakan kebalikan dari
penggunaan bahan- bahan sintetis, untuk memenuhi fungsi spesifik dalam
sistem. Suatu sistem produksi pangan organik dirancang untuk :
1) mengembangkan keanekaragaman hayati dalam sistem secara
keseluruhan; meningkatkan aktivitas biologis tanah;
2) menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang;
3) mendaur ulang limbah yang berasal dari tumbuhan dan
hewan untuk mengembalikan nutrisi ke lahan sehingga meminimalkan
penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui;
4) mengandalkan sumberdaya yang dapat diperbaharui pada sistem
pertanian yang dikelola secara lokal;
5) mempromosikan penggunaan tanah, air dan udara secara
sehat, serta meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan
oleh praktek-praktek pertanian;
6) menangani produk pertanian dengan penekanan pada cara pengolahan

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 135


yang hati- hati untuk menjaga integritas organik dan mutu produk pada
seluruh tahapan; dan bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian
yang ada melalui suatu periode konversi, dimana lama waktunya
ditentukan oleh faktor spesifik lokasi seperti sejarah lahan serta jenis
tanaman dan hewan yang akan diproduksi.
Benih dan bibit harus berasal dari tumbuhan yang ditumbuhkan dengan cara-
cara organik dan dalam standar ini paling sedikit satu generasi atau 2 musim
untuk tanaman semusim. Bila operator dapat menunjukkan pada otoritas/
lembaga sertifikasi resmi bahwa benih dan bibit yang disyaratkan
tersebut tidak tersedia maka otoritas/lembaga sertifiasi dapat mengijinkan
bahwa:
1) pada tahap awal dapat digunakan benih atau bibit tanpa perlakuan, atau;
2) bila 1) tidak tersedia, dapat digunakan benih dan bibit yang sudah
mendapat perlakukan dengan bahan-bahan selain yang ada dalam Lampiran
2 SNI Sistem Pangan Organik
3) Otoritas kompeten dapat menetapkan kriteria untuk membatasi
pengecualian- pengecualian tersebut diatas.
E. Alat dan Bahan
Diperlukan alat wadah plastik (plastik sealer), kertas label, alat tulis,
timbangan, alat ukur kadar air
Bahan yang diperlukan benih kacang panjang hasil pertanian konvensional
dan hasil pertanian organik
F. Organisasi
• Peserta kegiatan bekerja secara berkelompok
• Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
• Peserta memperhatikan penjelasan dosen pembimbing tentang cara
mengidentifikasi benih, memilih benih dan menyimpan benih
• Setiap kelompok menyiapkan peralatan wadah benih, plastik sealer,
timbangan dan lainnya
• Siapkan benih hasil pertanian konvensional dan hasil pertanian organik
136
• Lakukan sortasi benih kacang panjang yang ada dan identifikasi sumber
benihnya
• Timbanglah berat 1000 biji dan ukur kadar airnya
• Kemudian kemas benih tersebut dalam wadah kemasan dan siapkan label
kemasan dengan memberikan informasi benih sesuai petunjuk dosen
pembimbing
• Selanjutnya simpan benih sesuai standar penyimpanan benih

H. Tugas dan Pertanyaan


• Tugas
1) Setiap kelompok melakukan pemilihan benih dan mengidentifikasi
sumber benih
2) Setiap kelompok melakukan sortasi benih, pengukuran persyaratan
benih untuk standar penyimpanan
• Pertanyaan
1) Mengapa benih perlu diberi label informasi ? Jelaskan alasan saudara !
2) Apakah benih yang disimpat diperlukan informasi masa ke daluarsa
benih?
3) Jelaskan cara mengukur masa kedaluarsa daya simpan benih!

I. Referensi
SNI 6729-2010 Tentang Sistem Pangan Organik
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif
dan Berkelanjutan. Jakarta: Kanisius. ISBN 979-21-0187-X,
9789792101874.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 137


4.3.2. Mengendalikan hama, penyakit, dan gulma secara organik dengan cara
mengidentifikasi faktor agronomi yang mempengaruhi kesehatan
tanaman

A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu mengendalikan hama, penyakit dan gulma secara organik
B. Waktu Kegiatan
Waktu kegiatan ini dilaksanakan selama 2 x 2 x 170 menit = 680 menit,
dengan rincian sebagai berikut:
Sesi pertama
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit
Sesi kedua
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit
C. Indikator Kinerja
• Identifikasi faktor penyebab munculnya hama penyakit, dan gulma
• Penjelasanan jenis dan bioekologi hama, penyakit dan gulma
• Identifikasi kesalahan agronomis yang mempengaruhi kesehatan tanaman
• Identifikasi jenis dan metode pengendalian hama, penyakit dan gulma
• Penetapan metode pengendalian hama, penyakit dan gulma sesuai SNI
pangan organik
• Mengevaluasi pengendalian hama, penyakit dan gulma secara periodik
• Pencatatan hasil evaluasi pengendalian hama, penyakit dan gulma sesuai
format yang telah disiapkan
• Pendokumentasian kegiatan pengendalian hama, penyakit dan gulma
selama satu periode tanam dalam bentuk laporan.
D. Teori
Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang
meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk
138
keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian
organik menekankan penggunaan praktek manajemen yang lebih
mengutamakan penggunaan masukan setempat, dengan kesadaran bahwa
keadaan regional setempat memang memerlukan sistem adaptasi lokal.
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan, bila memungkinkan, cara-
cara kultural, biologis dan mekanis, yang merupakan kebalikan dari
penggunaan bahan- bahan sintetis, untuk memenuhi fungsi spesifik dalam
sistem. Suatu sistem produksi pangan organik dirancang untuk :
1) mengembangkan keanekaragaman hayati dalam sistem secara
keseluruhan; meningkatkan aktivitas biologis tanah;
2) menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang;
3) mendaur ulang limbah yang berasal dari tumbuhan dan
hewan untuk mengembalikan nutrisi ke lahan sehingga meminimalkan
penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui;
4) mengandalkan sumberdaya yang dapat diperbaharui pada sistem
pertanian yang dikelola secara lokal;
5) mempromosikan penggunaan tanah, air dan udara secara
sehat, serta meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan
oleh praktek-praktek pertanian;
6) menangani produk pertanian dengan penekanan pada cara pengolahan
yang hati- hati untuk menjaga integritas organik dan mutu produk pada
seluruh tahapan; dan
bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian yang ada melalui suatu
periode konversi, dimana lama waktunya ditentukan oleh faktor
spesifik lokasi seperti sejarah lahan serta jenis tanaman dan hewan yang
akan diproduksi.
Hama, penyakit dan gulma harus dikendalikan oleh salah satu atau
kombinasi dari cara-cara berikut :
1 ) Pemilihan spesies dan varietas yang sesuai;
2) Program rotasi yang sesuai;
3) Pengolahan tanah secara mekanis;

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 139


4) Perlindungan musuh alami hama melalui penyediaan habitat yang cocok
seperti pembuatan pagar hidup dan tempat sarang, zona penyangga
ekologi yang menjaga vegetasi asli dari hama predator setempat;
5) Ekosistem yang beragam. Hal ini akan bervariasi antar daerah.
Sebagai contoh, zona penyangga untuk mengendalikan erosi,
agroforestry, merotasikan tanaman dan sebagainya;
6) (flame weeding (cac)
7) Pemberian musuh alami termasuk pelepasan predator dan parasit;
8) Penyiapan biodinamik dari stone meal, kotoran ternak atau tanaman;
9) Penggunaan mulsa;
10) Penggembalaan ternak;
11) Pengendalian mekanis seperti penggunaan perangkap, penghalang,
cahaya dan suara;
Penggunaan sterilisasi uap bila rotasi yang sesuai untuk memperbarui tanah
tidak dapat dilakukan.

E. Alat dan Bahan


Diperlukan alat tulis untuk keperluan survey hama, penyakit dan gulma,
peralatan semprot, ember, air, bahan pestisida (insectisida, fungisida,
herbisida) organik, agensia hayati

F. Organisasi
• Peserta kegiatan bekerja secara berkelompok
• Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
Sesi pertama : Identifikasi hama dan penyakit serta jenis dan metode
pengendalian
▪ Perhatikan penjelasan dosen pengampu cara melakukan identifikasi faktor
penyebab munculnya hama dan penyakit serta gulma pada lahan budidaya
tanaman secara organik

140
▪ Lakukan diskusi dengan kelompok saudara cara merencanakan jenis dan
metode pengendalian hasil identifikasi hama, penyakit dan gulma yang
ditemukan di lahan budidaya tanaman secara organik
Sesi kedua : Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma
▪ Perhatikan penjelasan dosen pengampu dalam dalam melakukan
pengendalian hama, penyakit dan gulma secara terpadu
▪ Siapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam mengendalikan hama,
penyakit dan gulma yang telah teridentifikasi sebelumnya.
▪ Lakukan pengendalian hama, penyakit dan gulma dengan metode yang
telah disepakati bersama dalam diskusi
▪ Selanjutnya amati hasil pengendalian yang dilakukan oleh masing-masing
kelompok dan catat dalam buku pengamatan

H. Tugas dan Pertanyaan


• Tugas
1) Setiap kelompok melakukan identifikasi hama, hama dan gulma yang
ada dalam lahan budidaya tanaman secara organik
2) Setiap kelompok membuat laporan hasil identifikasi dan pelaksanaan
pengendalian yang dilakukan.
• Pertanyaan
1) Apakah pestisida organik yang saudara aplikasikan mampu
mengendalikan hama/penyakit/gulma yang ada di lahan budidaya
tanaman secara organik, jelaskan pendapat saudara !
2) Tanaman Ageratum conyzoides dan Tithonia diversifolia, sering
dugunakan herbisida organik. Dalam jurnal Crop Protection, 2004,
23:(915-922) disebutkan bahwa dengan dosis 2 ton/ha dapat menekan
75% gulma pada tanaman padi. Jelaskan bagaimana gulma ini mampu
menekan pertumbuhan gulma lainnya !

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 141


I. Referensi
http://bic.web.id/login/inovasi-indonesia-unggulan/492-selamat-tinggal-
gulma
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif
dan Berkelanjutan. Jakarta: Kanisius. ISBN 979-21-0187-X,
9789792101874.
Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan &
Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.

4.4. Mengaplikasi konsep penjaminan mutu hasil produksi tanaman secara


organik
4.4.1. Mengelola panen dan pascapanen sesuai standar operasional prosedure

A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu mengelola panen dan pasca panen hasil budidaya secara
organik

B. Waktu Kegiatan
Waktu kegiatan ini dilaksanakan selama 2 x 170 menit = 340 menit, dengan
rincian sebagai berikut:
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit

C. Indikator Kinerja
• Cara Identifikasi ciri-ciri fisik tanaman siap panen
• Pembuatan rencana panen berdasar hasil identifikasi
• Penyiapan alat panen sesuai kebutuhan
• Cara melakukan pemanenan sesuai SOP
• Cara melakukan tindakan pencegahan kecelakaan kerja sesuai K3L

142
• Pengidentifikasian bahan & alat penanganan pasca panen
yang sesuai standar
• Pengidentifikasian tindakan penanganan pasca panen yang
sesuai standar
• Pelaksanaan penanganan pasca panen sesuai standar
• Cara melakukan tindakan pencegahan kecelakaan kerja
sesuai kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan (K3L)
• Pencatatan hasil panen dalam buku panen
• Pendokumentasian kegiatan pengelolaan pasca panen dalam bentuk
laporan.
D. Teori
Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi
pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan
senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida.
Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik
merupakan salah satu kendala yang cukup berat bagi petani, selain
mengubah budaya yang sudah berkembang 35 tahun terakhir ini pertanian
organik membuat produksi menurun jika perlakuannya kurang tepat.
Teknik budidaya organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan
mensejahterakan petani dan konsumen. Berbagai sayuran khususnya untuk
dataran tinggi, yang sudah biasa dibudidayakan dengan sistem pertanian
organik, diantaranya: Kacang panjang, Kubis, Brokoli, Bunga kol, Kentang,
Wortel.
Perlakuan panen akan mempengaruhi hasil serta proses penanganan
selanjutnya. Penanganan panen yang baik akan memberikan kualitas
produksi yang baik pula. Dalam pemanenan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain usia panen dan cara panen.
Sebagai salah satu contoh mengelola panen dan pasca panen hasil budidaya
kacang panjang secara organik diuraikan sebagai berikut.
1) Ciri dan Umur panen

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 143


Panen kacang panjang dibedakan 2 macam, yaitu panen polong muda dan
panen polong tua atau biji-bijinya.
Panen Polong Muda. Pada umumnya pemanenan polong muda kacang
panjang pertama kali dapat dilakukan setelah berumur 45 hari. Umur
panen ini tergantung pada varietas, musim dan tinggi rendahnya daerah
penanaman. Polong muda sudah dapat dipanen sesudah terisi penuh dan
warna polongnya hijau merata sampai hijau keputihan. Polong yang
muda mudah dipatahkan. Semakin tua polong akan semakin liat, berserat,
dan warnanya menguning. Oleh karena itu, pemanenan sebaiknya tidak
sampai terlambat. Polong yang terlambat dipanen kurang baik untuk
disayur dan tidak dapat dipasarkan.
Pemanenan umumnya dilakukan pada pagi hari dan setelah dipanen
biasanya kacang panjang langsung dipasarkan pada siang atau sore
harinya. Untuk mendapatkan kacang panjang segar yang berkualitas baik,
polong harus dipanen dengan selang waktu tiga hari sekali. Setelah
tanaman berumur sekitar 3-3,5 bulan pemanenan dihentikan, pada saat itu
biasanya buahnya sudah habis.
Panen Polong Tua. Dilakukan untuk kacang panjang tipe tegak seperti
kacang tunggak dan kacang uci. Ciri-ciri kacang siap dipanen adalah
polongnya telah cukup tua, biji-biji menonjol dan kulit luar berwarna
hijau kekuningan. Umur panen 3-3,5 bulan dan waktu panen pada pagi
atau sore hari.
2) Cara Panen
Pemanenan kacang panjang dilakukan dengan cara memetik yaitu dengan
memutar bagian pangkal polong agar polong terlepas seluruhnya dan
tidak menimbulkan luka yang besar. Panen dengan memutar hingga
seluruh polong terlepas dari tangkainya dapat merangsang pembentukan
buah baru lebih cepat. Cara panen dengan memetik di bagian pangkal
polong dapat meningkatkan hasil sampai 25%. Apabila panen dilakukan
dengan menyisakan sedikit polong pada tiap tangkai akan menghasilkan
2-4 buah. Namun bila seluruh polong dipetik, tanaman mampu
menghasilkan 4-6 polong tiap tangkai.

144
Biasanya pemetikan polong dapat dilakukan 5-15 kali, sampai polongnya
habis semua. Untuk kacang panjang tipe tegak, pemanenan dengan cara
mencabut atau memotong pangkal batang
tanaman setinggi 10-15 cm dari
permukaan tanah. Selepas panen, polong
kacang panjang dikumpulkan ditempat
penampungan, dicuci dan ditiriskan
sedangkan untuk kacang polong tua,
setelah dikumpulkan, dikeringkan dengan dijemur.
Penanganan pasca panen kacang panjang antara lain sortasi, pengemasan
dan pengangkutan.
1) Sortasi.
Tidak semua kacang yang telah dipanen layak dipasarkan, sehingga perlu
disortasi atau pemilahan berdasarkan kualitas dan keseragaman, Polong
kacang panjang dipilah antara yang baik dan yang cacat. Polong yang
cacat berbintik hitam, berlubang, atau busuk disisihkan. Ukuran sasaran
ekspor, kriteria ketuaan paling muda yaitu ukuran polong sesuai
permintaan pasar, tingkat ketuaan polong tergolong muda, penampilan
biji tidak menonjol dan berwarna hijau dan segar. Sedangkan polong tua
yang sudah kering dipisahkan dari kulit polong dan biji dikeringkan
sampai 12%-14% kadar airnya. Untuk pasar tradisional, sortasi kurang
diperhatikan karena pasar tradisional tidak menuntut keseragaman
kualitas yang baik sedangkan pasar swalayan yang menghendaki produk
yang seragam dan baik kualitasnya.
2) Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk memudahkan dalam pengangkutan. Kacang
panjang yang akan dipasarkan di pasar tradisional biasanya tidak dikemas
secara khusus. Pengemasan dilakukan sederhana dalam bentuk ikatan
besar atau kecil yang beratnya sekitar 250-2.000 gram tiap ikat. Ikatan
kacang panjang biasanya menggunakan tali rafia atau tali bambu. Ikatan
dikemas dalam karung goni yang berventilasi atau dalam kantong plastik

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 145


polyelene. Setelah diikat, sayuran langsung disusun pada kendaraan
pengangkut. Penyusunan diatur agar tumpukan tidak terlalu padat karena
akan merusak sayuran. Apabila kacang panjang akan dipasarkan untuk
jarak jauh, sebaiknya dikemas dalam peti, keranjang bambu atau plastik
agar tidak cepat rusak.
Untuk konsumsi pasar swalayan, kacang panjang juga dikemas
sederhana. Setiap kelompok diikat dengan plastik isolasi dan diberi label.
Ikatan-ikatan tersebut dimasukkan ke dalam keranjang plastik,
selanjutnya siap dipasarkan.
Untuk polong tua dikemas dalam kaleng yang tertutup rapat, sebelumnya
dimasukkan ke dalam wadah sebaiknya dicampur dulu dengan minyak
jagung supaya terlindung dari hama penggerek.
3) Pengangkutan
Untuk pemasaran jarak jauh diusahakan sayuran terlindung dari sinar
matahari dan hujan agar tidak cepat layu atau busuk. Sebaiknya kacang
panjang yang selesai dipanen langsung diangkut agar diterima konsumen
dalam keadaan masih segar.

E. Alat dan Bahan


Diperlukan peralatan panen sesuai jenis komoditi yang akan di panen,
keranjang, sak plastik, tali dan lain-lain

F. Organisasi
• Peserta kegiatan bekerja secara berkelompok
• Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
• Perhatikan penjelasan dosen pengampu dalam memproses pengelolaan
panen dan pasca panen tanaman budidaya secara organik
• Lakukan identifikasi fisik tanaman yang siap panen sesuai penjelasan
dosen pengampu

146
• Selanjutnya lakukan pelaksanaan panen sesuai penjelasan dosen
pengampu atau sesuai standar panen
• Sebelum melakukan pasca panen hasil panen tanaman, lakukan
identifikasi alat dan bahan penanganan pasca panen sesuai penjelasan
dosen pengampu
• Kemudian lakukan identifikasi tindakan yang diperlukan dalam
penanganan pasca panen sesuai arahan dosen pengampu
• Catat semua hasil panen yang memenuhi persyaratan mutu panen dalam
buku hasil panen.

H. Tugas dan Pertanyaan


• Tugas
1) Setiap kelompok melakukan identifikasi sesuai arahan dosen
pengampu
2) Setiap kelompok membuat laporan pengelolaan panen dan pasca panen
komoditi yang dipraktekkan.
• Pertanyaan
1) Apakah hasil panen yang saudara lakukan sesuai dengan standar
pertanian organik, jelaskan alasan saudara !
2) Apakah ada perbedaan cara panen dan pasca panen setiap komiditi
yang dibudidayakan? Jelaskan pendapat saudara

I. Referensi
http://bayamorganik.blogspot.co.id/2013/05/penanganan-panen-dan-pasca-
panen-pada.html
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif
dan Berkelanjutan. Jakarta: Kanisius. ISBN 979-21-0187-X,
9789792101874.
Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan &
Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 147


4.4.2. Melakukan sistem penjaminan mutu organik dengan menggunakan
standar pangan organik
A. Tujuan Kegiatan
Peserta mampu melakukan penjaminan mutu organik pada budidaya secara
organik
B. Waktu Kegiatan
Waktu kegiatan ini dilaksanakan selama 2 x 170 menit = 340 menit, dengan
rincian sebagai berikut:
• Asistensi : 40 menit
• Pelaksanaan Praktik : 240 menit
• Tugas : 60 menit

C. Indikator Kinerja
• Identifikasi standar mutu pangan organik yang berlaku dan relevan sesuai
ketentuan dan kebutuhan
• Pemilihan standar mutu pangan yang relevan sesuai usaha
• Penyiapan aspek legalitas Standar pangan organik agar dapat
dilaksanakan
• Penyiapan sistem jaminan mutu standar pangan organik sesuai ketentuan,
kebijakan mutu, prosedur, instruksi kerja dan formatnya
• Perekaman data pelaksanaan sistem mutu organik berdasar ketentuan
sistem mutu
• Mendokumentasikan rekaman data
• Penyiapan bahan sertifikasi tanaman organik
• Mengaudit internal terhadap proses budidaya yang dilaksanakan

D. Teori
Organisasi pertanian organik dunia mempunyai peraturan yang berhubungan
dengan proses produksi dan prosedure pengolahan hasil. Jika hasil pertanian
organik dijual dengan label organik, produsen dan pengolah hasil harus
bekerja berdasarkan kerangka standar dasar dan sertifikasi yang
dilaksanakan sesuai program nasional.
148
Perkembangan perumusan standar yang mencakup sistem pangan organik
untuk produksi, pemrosesan, pelabelan, dan pemasarannya begitu pesat
kemajuannya, sebagai konsekuensi dari perubahan yang cepat pula dalam
pengelolaan kegiatan memproduksi, memproses, melabel, dan
memasarkan pangan organik di dunia. Untuk itu Badan Standardisasi
Nasional (BSN) melalui Panitia Teknik Perumusan Standar Nasional
Indonesia (SNI) yang ada di Departemen Pertanian segera mempersiapkan
mengenai sistem pangan organik. Organisasi panitia teknik tersebut
dibentuk oleh Departemen Pertanian beranggotakan wakil dari instansi
teknis, produsen, konsumen, asosiasi, lembaga konsultan dan perguruan
tinggi.
SNI Sistem pangan organik disusun dengan mengadopsi seluruh materi
dalam dokumen standar CAC/GL 32 – 1999, Guidelines for the
production, processing, labeling and marketing of organically produced
foods dan memodifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia, ke dalam bahasa
Indonesia.
Pangan berkaitan dengan cara-cara produksi organik hanya apabila pangan
tersebut berasal dari sebuah sistem pertanian organik yang menerapkan
praktek-praktek manajemen yang bertujuan untuk memelihara ekosistem
untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan, dan melakukan
pengendalian gulma, hama dan penyakit, melalui berbagai cara seperti daur
ulang residu tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman,
manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman serta penggunaan
bahan-bahan hayati. Kesuburan tanah dijaga dan ditingkatkan melalui
suatu sistem yang mengoptimalkan aktivitas biologis tanah dan keadaan
fisik dan mineral tanah yang bertujuan untuk menyediakan suplai nutrisi
yang seimbang bagi kehidupan tumbuhan dan ternak serta untuk menjaga
sumberdaya tanah. Produksi harus berkesinambungan dengan
menempatkan daur ulang nutrisi tumbuhan sebagai bagian penting dari
strategi penyuburan tanah. Manajemen hama dan penyakit dilakukan
dengan merangsang adanya hubungan seimbang antara inang/predator,

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 149


peningkatan populasi serangga yang menguntungkan, pengendalian
biologis dan kultural serta pembuangan secara mekanis hama maupun
bagian tumbuhan yang terinfeksi. Dasar budidaya ternak secara
organik adalah pengembangan hubungan secara harmonis antara lahan,
tumbuhan dan ternak, serta penghargaan terhadap kebutuhan fisiologis dan
kebiasaan hidup ternak. Hal ini dipenuhi melalui kombinasi antara
penyediaan pakan yang ditumbuhkan secara organik yang berkualitas
baik, kepadatan populasi ternak yang cukup, sistem budidaya ternak yang
sesuai dengan tuntutan kebiasaan hidupnya, serta cara-cara pengelolaan
ternak yang dapat mengurangi stress dan berupaya mendorong
kesejahteraan serta kesehatan ternak, pencegahan penyakit dan menghindari
penggunaan obat hewan kolompok sediaan farmasetika jenis
kemoterapetika (termasuk antibiotika).

E. Alat dan Bahan


Diperlukan alat tulis, buku SNI 6729-2010 Tentang Sistem Pangan Organik

F. Organisasi
• Peserta kegiatan bekerja secara berkelompok
• Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
• Peserta memperhatikan penjelasan dosen pembimbing tentang
penggunaan SNI 6729-2010 Tentang Sistem Pangan Organik
• Setiap kelompok peserta menggunakan 6729-2010 Tentang Sistem
Pangan Organik untuk mengidentifikasi standar mutu pangan organik
yang diberlakukan di Indonesia
• Diskusikan dengan kelompok saudara untuk membuat rencana audit
internal terhadap proses budidaya yang dilaksanakan oleh petani di sekitar
saudara
• Lakukan audit proses budidaya tanaman secara organik yang telah
dilakukan oleh kelompok lainnya.
150
• Selanjutnya diskusikan dengan kelompok saudara cara mengajukan
sertifikasi tanaman organik (label organik) dari hasil produksi pertanian
organik yang saudara lakukan atau pelaku usaha pertanian organik yang
ada.

H. Tugas dan Pertanyaan


• Tugas
1) Setiap kelompok melakukan identifikasi standar mutu pangan organik
2) Setiap kelompok melakukan audit internal pada proses budidaya
tanaman secara organik
3) Setiap kelompok membuat laporan tentang penjaminan mutu organik
• Pertanyaan
1) Apakah proses budidaya tanaman yang saudara lakukan memenuhi
kriteria standar pertanian organik, jelaskan alasan saudara !
2) Mengapa setiap hasil pangan atau budidaya tanaman organik perlu
mencantumkan label organik? Jelaskan pendapat saudara

Referensi
http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/PERATURAN%20MENTERI%2
0PERTANIAN%20TENTANG%20SISTEM%20PERTANIAN%20ORGAN
IK.pdf
SNI 6729-2010 Tentang Sistem Pangan Organik

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 151


Mata kegiatan pengelolaan agribisnis usaha tanaman hortikultura/ pangan/
perkebunan adalah kegiatan pendalaman materi kompetensi keahlian agribisnis
produksi tanaman. Ruang lingkup mata kegiatan pengelolaan agribisnis usaha
tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan secara organik meliputi penetapan
rencana agribisnis; pelaksanaan pemasaran produk; penyusunan pembukuan
agribisnis; pengelolaan keuangan agribisnis; analisis kinerja bisnis.
Buku ajar ini disusun berdasarkan pedoman kurikulum PPG (Pendidikan
Profesi Guru) 2017 yang diperuntukkan bagi peserta PPG program studi agribisnis
produksi tanaman. Kegiatan pendalaman materi pada mata kegiatan pengelolaan
agribisnis usaha tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan ini menggunakan metode
praktikum. Oleh karena itu, struktur penulisan buku ajar ini mendekati pedoman
praktikum pengelolaan agribisnis usaha tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan
secara organik meliputi: tujuan kegiatan; waktu kegiatan; indikator kinerja; teori;
bahan alat; organisasi; prosedur kerja; dan pustaka yang tercantum pada setiap
kegiatan pembelajaran.

Mata kegiatan pengelolaan agribisnis usaha tanaman hortikultura/ pangan/


perkebunan merupakan salah satu dari kegiatan pendalaman materi kompetensi
keahlian agribisnis produksi tanaman pada kurikulum program pendidikan profesi
guru (PPG). Mata kegiatan ini penting dan wajib dilaksanakan oleh seluruh peserta
PPG program studi agribisnis produksi tanaman untuk mencapai kompetensi
profesional seorang guru, dimana penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam
bidang keahliannya mutlak dimiliki guru. Guru SMK program studi agribisnis
152
produksi tanaman harus menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya
tanaman hortikultura/ pangan/ perkebunan yang merupakan salah satu bidang kajian
dalam kurikulum SMK agribisnis produksi tanaman.
Selain itu, dalam kurikulum PPG 2017 terdapat kegiatan lokakarya
pengembangan perangkat pembelajaran dan micro/peer teaching juga kegiatan
praktik pengalaman lapangan (PPL). Pada kegiatan lokakarya dan PPL, peserta PPG
akan melakukan praktik pengajaran untuk materi-materi keahlian sesuai yang
tercantum dalam kurikulum SMK agribisnis produksi tanaman mulai dari
penyusunan perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran hingga evaluasi
pembelajaran.
Oleh karena itu, peserta PPG perlu menguasai bidang ilmu pedagogik untuk
mencapai kompetensi pedagogik dan bidang ilmu keahlian agribisnis produksi
tanaman, salah satunya adalah pengelolaan agribisnis usaha tanaman hortikultura/
pangan/ perkebunan untuk mencapai kompetensi profesionalnya.

Capaian Pembelajaran Lulusan diuraikan menjadi capaian pembelajaran


mata kegiatan (CPMK). CPMK pengelolaan agribisnis usaha tanaman hortikultura /
pangan / perkebunan tersaji pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. CPMK pengelolaan agribisnis usaha tanaman hortikultura/ pangan/


perkebunan
NO Rumusan CPMK Sub CPMK (Indikator)
1 Menetapkan rencana 1.1 Menetapkan arah agribisnis
agribisnis 1.2 Membuat analisis lingkungan internal
dan eksternal dari produk pertanian
1.3 Membuat analisis SWOT dari produk
pertanian
1.4 Menetapkan strategi agribisnis
2 Melaksanakan 2.1 Merencanakan strategi pemasaran STP
pemasaran produk (Segmenting Targetting Positioning)
produk pertanian

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 153


2.2 Menganalisis tren pemasaran produk
pertanian
2.3 Menentukan bauran pemasaran produk
pertanian
3 Menyusun 3.1 Membuat laporan laba-rugi usaha
pembukuan agribisnis produksi tanaman
3.2 Membuat neraca usaha produksi
tanaman
4 Mengelola keuangan 4.1 Menentukan sumber pembiayaan
agribisnis agribisnis
4.2 Menentukan faktor resiko dalam usaha
produksi tanaman
4.3 Membuat laporan arus kas usaha
produksi tanaman
5 Menganalisis kinerja 5.1 Menghitung rasio keuangan usaha
bisnis produksi tanaman
5.2 Mengembangkan strategi untuk
meningkatkan kinerja bisnis

4.1. Menetapkan Rencana Agribisnis


4.1.1. Menetapkan Arah Agribisnis
A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan menetapkan arah agribisnis usaha
produksi tanaman yang dipilih
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340
154
C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan dalam menentukan visi dan misi usaha agribisnis.
2. Ketepatan membuat laporan praktikum

D. Teori
Visi dan Misi merupakan sesuatu yang mutlak dikuasai seorang
pemimpin, baik ia pemimpin sektor swasta maupun pemerintah. Karena
dengan visi misi ini pemimpin dapat menjadi seorang TOP MANAJER yang
handal bagi organisasi/perusahaannya. Dalam aplikasinya, visi dan misi ini
dapat digolongkan kedalam visi misi organisasi, dan visi misi dari individu
pemimpin itu sendiri.
Visi-misi organisasi merupakan perumusan pandangan organisasi
untuk mencapai maksud dan tujuan yang menjadi bidang garapannya,
sementara visi-misi individu pemimpin merupakan perumusan langkah-
langkah dan pandangan dari pemimpin itu untuk mewujudkan tercapainya
visi misi organisasi.
Pada pelaksanaanya, tak sedikit organisasi ataupun orang
perseorangan kebingungan dalam perumusan dari visi-misi yang seharusnya
dirumuskan sebelum suatu organisasi terbentuk atau sebelum seseorang
didaulat ataupun diangkat menjadi seorang pemimpin. Jika sudah demikian,
biasanya arah organisasi atau pemimpin yang tidak merumuskan visi misi
dari awal, menjadikan organisasi berjalan apa adanya dan tidak ada arah
yang jelas kemana organisasi akan berlabuh mencapai tujuannya. Oleh
karenanya, visi-misi menjadi sesuatu yang mutlak ada dan dikuasai oleh
elemen organisasi, dan yang terpenting adalah dikuasai oleh pimpinannya,
karena visi-misi ini merupakan perumusan atas segala rencana/planning yang
merupakan langkah pertama yang harus ditempuh dalam prinsip-prinsip
manajemen. Tanpa perencanaan yang baik, segala sesuatu tentunya tak akan
menghasilkan sesuatu sesuai harapan.
Visi adalah pandangan umum organisasi/pemimpin terhadap cita-cita
yang ingin dicapai yang dirumuskan melalui kalimat tegas dan efektif,

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 155


namun cukup mewakili atas keinginan atau cita-cita organisasi yang ingin
diwujudkan.
Untuk membuat visi, ada hal yang harus di perhatikan yaitu:
- Berorientasi ke masa depan
- Berdasarkan pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi
masyarakat.
Berorientasi ke masa depan, maksudnya tidak dibuat hanya
berdasarkan kondisi saat ini. Karena waktu itu terus berjalan, dan disetiap
perjalanan waktu pasti ada sebuah perubahan, baik dari segi lingkungan
maupun teknologi.
Berdasarkan pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi
masyarakat. Karena kita tidak hidup sendirian. Manusia adalah makhluk
sosial yang tidak hanya bicara mengenai diri-sendiri tetapi berhubungan
dengan lingkungan dan masyarakat di sekitar.
Sedangkan Misi adalah tujuan khusus organisasi/pemimpin terhadap
cita-cita yang ingin dicapai dari visi yang telah dirumuskan. Dan biasanya
dirumuskan melalui kalimat yang menegaskan beberapa item. Secara
ringkas, Misi adalah pernyataan mengenai langkah-langkah yang akan
dilakukan untuk menggapai visi.
Jadi visi dan misi merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan. Pernyataan misi akan membawa organisasi atau lembaga kepada
suatu fokus, yaitu menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang
dilakukannya, dan bagaimana melakukannya
Langkah-langkah yang dapat kita tempuh untuk membuat sebuah
visi-misi yang efektif adalah terlebih dahulu harus membuat perumusan
masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi, dan mempersempit masalah
tersebut yang sekiranya akan difokuskan untuk ditangani dan menjadi
maksud, tujuan dan cita-cita dari organisasi. Untuk tambahan bahan dan
informasi, dapat dilihat pada
https://www.youtube.com/watch?v=TbUBn3jVr6M

156
E. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas double folio, laptop
dan internet.

F.Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
1. Setiap peserta PPG mempelajari materi yang diberikan
2. Setiap peserta PPG mendiskusikan materi dengan anggota kelompok
3. Setiap peserta PPG mengerjakan tugas yang diberikan
H. Tugas dan Pertanyaan
1. Tentukan satu jenis usaha agribisnis produksi tanaman yang telah ada.
2. Carilah visi dan misi dari usaha tersebut, kemudian diskusikan apakah
visi dan misi tersebut sudah sesuai dengan arah usaha yang
dilakukannya.
3. Buatlah sebuah rencana usaha agribisnis produksi tanaman anda sendiri
4. Tentukan visi dan misinya.
5. Buat laporan pratikum.

I. Pustaka
1. David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis: Konsep, Edisi Ketujuh. Alih
Bahasa Alexander Sindoro. Prentice Hall Inc.
2. Robinson, B.R. 1997. Manajemen Strategik. Binarupa Aksara. Jakarta
3. Siagian, S. P. 2007. Manajemen Strategik. Bumi Aksara. Jakarta.

4.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal


A. Tujuan Kegiatan

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 157


Peserta PPG mampu melakukan kegiatan menganalisis lingkungan eksternal
dan lingkungan internal dari produk pertanian yang diusahakan
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan dalam menentukan faktor-faktor strategis dari lingkungan
eksternal
2. Ketepatan dalam menentukan faktor-faktor strategis dari lingkungan
internal
3. Ketepatan membuat laporan praktikum

D. Teori
Tahap pengumpulan data pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan
pengumpulan data saja, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-
analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu data
eksternal dan data internal.
Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan diluar perusahaan seperti
- Analisis pasar
- Analisis kompetitor
- Analisis komunitas
- Analisis pemasok
- Analisis pemerintah
- Analisis kelompok kepentingan tertentu.
Data internal adalah data yang dapat diperoleh dari dalam perusahaan itu
sendiri seperti :
- Laporan keuangan
- Laporan kegiatan sumber daya manusia
158
- Laporan kegiatan operasional
- Laporan kegiatan pemasaran
Model yang dipakai pada tahap ini terdiri dari tiga matrik yaitu :
1. Matrik faktor strategi eksternal
2. Maktrik faktor stretegi internal
3. Matrik profil kompetitif.
Pada tahap pengumpulan data, semua data dan informasi yang terkait
baik dengan faktor internal maupun eksternal selanjutnya diklasifikasikan sesuai
dengan sifatnya.
Faktor-faktor internal
Yang termasuk kedalam faktor internal adalah organisasi (termasuk
sumber daya fisik atau sarana dan prasarana) dan sumberdaya manusia. Dengan
demikian data dan informasi yang dikumpulkan adalah tentang sarana dan
prasarana fisik, sumber daya manusia dan organisasi termasuk tipe
manajemennya. Lakukan penilaian apakah faktor-faktor internal ini merupakan
kekuatan atau kelemahan bagi organisasi yang bersangkutan ditinjau dari
kondisi pada saat analisis SWOT dilakukan.
Berikut adalah contoh tabel yang digunakan dalam pengumpulan data
dan informasi tentang faktor-faktor internal, yakni tentang sarana dan prasarana
fisik, sumber daya manusia dan organisasi. Isi kolom uraian data dan informasi
dengan jenis-jenis data atau informasi yang dikumpulkan, bagaimana
kondisinya apakah dalam keadaan baik atau rusak ataukah dalam jumlah yang
memadai, apakah faktor ini merupakan kekuatan atau kelemahan. Bila sarana
fisik dalam keadaan baik dan dalam jumlah yang memadai merupakan suatu
kekuatan atau sebaliknya bila sarana yang ada tidak dapat digunakan merupakan
suatu kelemahan dan bahkan dapat merusak jalannya suatu organisasi atau
perusahaan. Bila informasi yang dikumpulkan merupakan suatu kekuatan atau
kelemahan dapat diberi tanda x pada kolom yang sesuai.

Faktor – Faktor Eksternal

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 159


Seperti halnya faktor-faktor internal di atas, pada faktor eksternal juga
dil lakukan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan hal-hal
yang berpengaruh terhadap kineja organisasi. Hal-hal yang termasuk ke dalam
faktor ekternal adalah jaringan tugas antar organisasi, keadaan institusi dan
pelayanan terhadap masyarakat dan pengaruh lingkungan baik yang terkait
dalam faktor ekonomi, politik, maupun sosial. Data dan informasi yang
diperoleh selanjutnya dievaluasi apakah merupakan peluang atau ancaman bagi
organisasi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.
Cara melakukan pengumpulan data sama dengan cara pengumpulan data
pada faktor internal, bedanya kolom kekuatan (S) diganti dengan kolom peluang
(O) dan kolom kelemahan (W) diganti dengan kolom ancaman (T).

E. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas double folio,
kalkulator, laptop dan internet.
F.Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
Penyusunan Matrik Faktor Internal
Setelah data dan informasi tentang faktor-faktor internal terkumpul,
dalam hal sarana dan prasarana, sumber daya manusia dan organisasi, maka
tahap berikutnya adalah penyusunan matrik internal. Penyusunan matrik faktor
internal adalah sebagai berikut :
1. Kelompokkan faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan organisasi
dalam satu kelompok dan faktor internal yang menjadi kelemahan dalam
kelompok yang lain.
2. Urutkan faktor tersebut mulai yang paling berpengaruh terjadap kinerja
organisasi yang bersangkutan, baik dalam kelompok kekuatan maupun
dalam kelompok kelemahan.

160
3. Setelah semua kelompok masuk kedalam matrik, masing-masing diberi
bobot dengan nilai tertinggi 1.00 untuk faktor yang paling berpengaruh
terhadap kinerja organisasi dan nilai terendah 0.00. Semua bobot berjumlah
total 1.00.
4. Untuk setiap faktor dalam matrik dibuat skala penilaian (rating) dengan
angka mulai dari 1 (sangat buruk), 2 (buruk, 3 (baik) dan 4 (sangat baik).
5. Hitung perkalian bobot dengan skala penilaian (rating) untuk menentukan
nilai akhir (skor) dari faktor tersebut. Skor dari masing-masing faktor akan
bernilai mulai 1.00 (sangat buruk) sampai 4 (Sangat baik).
6. Buat komentar pada kolom keterangan yang menjelaskan mengapa faktor
tersebut dinilai paling penting dan paling tidak penting pengaruhnya
terhadap kinerja organisasi.
7. Hitung skor total pada dari semua faktor baik dari kelompok kekuatan
maupun dari kelompok kelemahan. Skor yang diperoleh berkisar dari 1.00
(sangat buruk) sampai 4.00 (sangat baik). Skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan posisi faktor internal dari organisasi lain yang sejenis.
Seperti halnya faktor internal, maka penyusunan matrik eksternal
dilakukan juga untuk faktor eksternal. Berikut adalah cara-cara penyusunan
faktor eksternal perusahaan atau organisasi:
1. Kelompokkan faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang berkembangnya
organisasi dalam satu kelompok dan faktor-faktor eksternal yang menjadi
ancaman dalam kelompok yang lainnya.
2. Urutkan faktor-faktor tersebut dimulai dari yang paling berpengaruh
terhadap kinerja organisasi yang bersangkutan baik termasuk peluang atau
ancaman.
3. Setelah semua faktor-faktor masuk kedalam matrik selanjutnya diberi bobot
dengan nilai tertinggi 1.00 untuk yang paling berpengaruh terhadap
organisasi dan 0.00 untuk yang tidak paling berpengaruh terhadap organisasi
.
4. Untuk setiap faktor dalam kolom matrik dibuat skala penilaian mulai angka
1 (sangat buruk), 2 (buruk), 3 (baik) dan 4 (sangat baik).

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 161


5. Hitunglah perkalian bobot dengan skala penelitian untuk menentukan nilai
akhir dari faktor-faktor tersebut. Skor dari masing-masing faktor akan
bernilai mulai dari 1.00 (sangat buruk) sampai 4.00 (sangat baik).
6. Buatlah komentar pada kolom keterangan yang menjelaskan mengapa
faktor-faktor tersebut dinilai paling penting sampai pada faktor yang dinilai
tidak penting pengaruhnya terhadap kinerja organisasi.
7. Hitung skor total dari semua faktor baik dari kelompok peluang maupun
ancaman. Skor yang diperoleh berkisar dari 1.00 (sangat buruk) sampai
4.00 (sangat baik). Skor ini adalah skor dari faktor eksternal organisasi
yang bersangkutan yang menunjukkan bagaimana organisasi tersebut
bereaksi terhadap faktor-faktor ekternalnya.
H. Tugas dan Pertanyaan
1. Berdasarkan tugas pada topik sebelumnya, lakukan identifikasi
lingkungan eksternal dan internal dari usaha agribisnis tersebut.
2. Selanjutnya, buatlah matrik EFE dan IFE serta lakukan penilaian dan
pembobotan dari faktor-faktor tersebut.
3. Buat laporan pratikum.
I. Pustaka
David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis: Konsep, Edisi Ketujuh. Alih
Bahasa Alexander Sindoro. Prentice Hall Inc.
Robinson, B.R. 1997. Manajemen Strategik. Binarupa Aksara. Jakarta
Siagian, S. P. 2007. Manajemen Strategik. Bumi Aksara. Jakarta

4.1.3. Analisis SWOT Produk Pertanian


A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan analisis SWOT produk pertanian
yang diusahakan
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240

162
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan dalam mencocokkan faktor strategis internal dengan faktor
strategis eksternal
2. Ketepatan dalam menjalankan prosedur pencocokkan faktor strategis
internal dengan faktor strategis eksternal
3. Ketepatan membuat laporan praktikum.

D. Teori
Analisis SWOT adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
mengidentifikasi berbagai faktor untuk mempengaruhi kinerja suatu organisasi
secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan yang efektif, efisien dan
berkelanjutan. Untuk itu, organisasi yang bersangkutan harus mempunyai visi,
misi, dan tujuan yang jelas. Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat)
(Rangkuti, 2000).
Daftar SWOT yang sistematis sangat penting untuk menentukan langkah-
langkah perencanaan perusahaan selanjutnya. Ada hal penting yang harus
diperhatikan dalam pemanfaatan analisis SWOT yaitu Manfaatkan Peluang (O)
seluas-luasnya, waspada dan berjaga-jagalah dari Ancaman (T), tempuh segala
upaya mengatasi Kelemahan (W), dan pupuk dan bina terus menerus Kekuatan
(S).
Kekuatan (Strength)
Kekuatan-kekuatan umum yang dimiliki oleh sektor agribisnis dapat
dilihat dari landasan dasar mengapa agribisnis itu dibutuhkan. Dengan
memperhatikan perkembangan agribisnis ke depan yang sangat cerah, hal ini
juga merupakan salah satu faktor kekuatan yang dimiliki oleh agribisnis itu
sendiri.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 163


Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah hambatan-hambatan utama yang menghalangi atau
mengganggu perkembangan atau kemajuan dari agribisnis sendiri.
Peluang (Opportunity)
Peluang adalah calon-calon keuntungan atau situasi di masa yang akan
datang yang dapat bermanfaat.
Ancaman (Threat)
Ancaman adalah situasi atau kondisi dimana masalah yang akan datang
dapat menimbulkan hambatan nantinya.
Analisis yang mudah dilakukan adalah dengan analisa SWOT. Dengan
cara ini dapat digambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang
dihadapi oleh suatu organisasi yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki. Dengan menggunakan matirk maka dapat dianalisis
empat strategi yang memungkinkan suatu organisasi yang bersangkutan untuk
bergerak yaitu :
1. Strategi SO (Strength-Opportunities)
Strategi ini dihasilkan dari unsur kekuatan dan peluang yang ada. Artinya
pelaku agribisnis harus memanfaatkan kekuatannya untuk memanfaatkan
peluang yang ada.
2. Strategi WO (Weaknesses- Opportunities)
Strategi ini dirumuskan dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk
mengatasi kelemahan pelaku agribisnis.
3. Strategi ST (Strength-Threats)
Strategi ini dihasilkan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki pelaku
agribisnis untuk mengatasi ancaman yang dihadapi.
4. Strategi WT (Weaknesses-Threats)
Strategi ini adalah strategi bertahan dengan berusaha menekan kelemahan
yang dimiliki pelaku agribisnis dan berusaha menghindari ancaman yang
akan dihadapi.

E. Bahan dan Alat

164
Bahan dan alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas double folio, laptop
dan internet.

F.Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
1. Buat tabel 3x3, kolom kedua dan ketiga pada baris pertama adalah
informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi.
Baris kedua dan ketiga pada kolom pertama adalah untuk informasi
tentang peluang dan ancaman yang dihadapi oleh organisasi.
2. Pilih 5 sampai 10 faktor tentang kekuatan dan kelemahan, peluang dan
ancaman yang paling berpengaruh terhadap organisasi, yang telah
dilakukan pada tahap pengumpulan data sebelumnya.
3. Lakukan analisis dengan melihat empat kemungkinan strategi yaitu
menggunakan kekuatan (S), memanfaatkan peluang (O), meminimalkan
kelemahan (W), memanfaatkan peluang (O) dan menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman (T) serta meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman.

Faktor Internal STRENGTH (W) WEAKNESSES (W)


Pilih 5 sampai 10 faktor Pilih 5 sampai 10 faktor
kekuatan yang dimiliki kelemahan yang dimiliki
Faktor Eksternal organisasi organisasi
OPPORTUNITIES STRATEGI SO STRATEGI WO
(O) ? ?
Pilih 5 sampai 10 faktor Buat strategi yang Buat strategi yang
peluang yang dihadapi menggunakan kekuatan meminimalkan
organisasi untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 165


THREAATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
Pilih 5 sampai 10 faktor ? ?
ancaman yang dihadapi Buat strategi yang Buat strategi yang
organisasi menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman menghindari ancaman

H. Tugas dan Pertanyaan


1. Berdasarkan tugas pada topik sebelumnya, buatlah matriks SWOT
2. Diskusikan strategi SO, ST, WO dan WT yang telah dibuat tersebut
dengan kelompok lain

I. Pustaka
David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis: Konsep, Edisi Ketujuh. Alih
Bahasa Alexander Sindoro. Prentice Hall Inc.
Robinson, B.R. 1997. Manajemen Strategik. Binarupa Aksara. Jakarta
Siagian, S. P. 2007. Manajemen Strategik. Bumi Aksara. Jakarta.

4.1.4. Menetapkan Strategi Agribisnis


A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan menetapkan strategi agribisnis
usaha produksi tanaman yang dipilih.
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Kemampuan dalam menentukan alternatif strategi berdasarkan
pencocokan faktor lingkungan intenal dan eksternal
2. Ketepatan membuat laporan praktikum
166
D. Teori
Melalui tahap analisis yang telah dilakukan, selanjutnya ditentukan
alternatif strategi yang dapat digunakan dalam suatu organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya agar lebih efesien, efektif dan berkelanjutan.
Keempat strategi tersebut selanjutnya dikaji untuk menyusun strategi yang
paling menguntungkan bagi organisasi yang bersangkutan. Selanjutnya
strategi yang telah disusun dikaji ulang untuk akhirnya dapat menyusun
suatu rencana strategis (renstra) organisasi yang akan menjadi pegangan
organisasi dalam melaksanakan kegiatan selanjutnya.
QSPM merupakan alat analisis yang digunakan untuk memutuskan
strategi yang akan digunakan berdasarkan dari kemenarikan alternatif-
alternatif strategi yang ada. Perhitungan QSPM didasarkan kepada input dari
bobot matriks internal ekternal, serta alaternatif strategi pada tahap
pencocokan.
Pada kerangka perumusan strategi komprehensif QSPM
menggunakan input dari analisis Tahap 1 dan hasil pencocokan dari analisis
Tahap 2 untuk menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. Yaitu,
Matriks EFE SWOT, Matriks IFE, yang membentuk Tahap 1, digabung
dengan Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks IE, Matriks Grand
Strategy, yang membentuk dalam Tahap 2, memberikan informasi yang
dibutuhkan untuk membuat QSPM (Tahap 3). QSPM adalah alat yang
memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi
secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal
yang telah diidentifikasi sebelumnya. Seperti alat analisis perumusan-strategi
lainnya, QSPM membutuhkan penilaian intuitif yang baik.
Format dasar dari QSPM diilustrasikan dalam Tabel ??. Perhatikan
bahwa kolom kiri dari QSPM terdiri atas faktor internal dan eksternal kunci
(dari Tahap 1), dan baris atas terdiri atas alternatif strategi yang layak (dari
Tahap 2).

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 167


Secara spesifik, kolom kiri QSPM terdiri atas informasi yang didapat
langsung dari Matriks EFE dan Matriks IFE. Pada kolom yang berdekatan
dengan faktor keberhasilan kunci, masing-masing bobot yang diterima oleh
setiap faktor dalam Matriks EFE dan Matriks IFE dicatat.
Baris atas QSPM terdiri atas alternatif strategi yang diturunkan dari
Matriks SWOT. Alat pencocokan ini biasa menghasilkan alternatif strategi
yang mirip. Tetapi, tidak semua strategi yang disarankan oleh teknik
pencocokan harus dievaluasi dalam QSPM. Penyusun strategi harus
menggunakan penilaian intuitif yang bagus untuk memilih strategi yang akan
dimasukkan dalam QSPM.
Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai
strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan
eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-
masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan
pengaruh kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kunci eksternal
dan internal. Jumlah set alternatif strategi yang dimasukkan dalam QSPM
bisa berapa saja, jumlah strategi dalam satu set juga bisa berapa saja, tetapi
hanya strategi dalam set yang sama dapat dievaluasi satu sama lain. Sebagai
contoh, satu set strategi dapat mencakup diversifikasi konsentrik, horizontal,
dan konglomerat, sementara set lainnya dapat memasukkan penerbitan
saham dan penjualan divisi untuk menghasilkan modal yang dibutuhkan.
Dua set strategi ini sangatlah berbeda, dan QSPM mengevaluasi strategi
hanya dalam satu set.

Tabel. Contoh Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)

ALTERNATIF STRATEGI
Faktor Kunci Bobot

Strategi 1

Strategi 2

Strategi 3

Faktor Eksternal Kunci


168
- Ekonomi
- Politik/Hukum/Pemerintah
- Sosial/Budaya/Demografi/Lingkungan
- Teknologi
- Kompetitif

Faktor Internal Kunci


- Manajemen
- Pemasaran
- Keuangan/Akuntansi
- Produksi/Operasi
- Penelitian dan Pengembangan

Menurut David (2006 ) Adapun langkah – langkah pengembangan


QSPM ialah sebagai berikut:
Langkah 1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatanl
kelemahan internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam
QSPM. Informasi ini harus diambil secara langsung dari
Matriks EFE dan IFE. Minimum sepuluh faktor keberhasilan
kunci eksternal dan sepuluh faktor keberhasilan kunci internal
harus dimasukkan dalam QSPM.
Langkah 2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan
eksternal. Bobot ini identik dengan yang ada pada Matriks EFE
dan IFE. Bobot disajikan dalam kolom persis di samping kanan
faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal.
Langkah 3. Evaluasi matriks Tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi alter-
natif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk
diimplementasikan. Catat strategi-strategi ini pada baris atas
dari QSPM. Kelompokkan strategi ke dalam set yang
independen jika memungkinkan.
Langkah 4. Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores—AS)
didefinisikan sebagai angka yang mengindikasikan daya tarik

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 169


relatif dari masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu.
Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores—AS) ditentukan
dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal atau
eksternal kunci, satu pada suatu saat tertentu, dan mengajukan
pertanyaan, "Apakah faktor ini memengaruhi pilihan strategi
yang dibuat?" Jika jawabannya ya, maka strategi tersebut harus
dibandingkan secara relatif terhadap faktor kunci tersebut.
Secara spesifik, Nilai Daya Tarik harus diberikan untuk masing-
masing strategi untuk mengindikasikan daya tarik relatif dari
satu strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan
faktor tertentu. Jangkauan untuk Nilai Daya Tarik adalah 1 =
tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat
menarik. Jika jawaban atas pertanyaan di atas jawabannya
adalah tidak, mengindikasikan bahwa faktor kunci tersebut
tidak memiliki dampak terhadap pilihan spesifik yang dibuat,
dengan demikian tidak perlu berikan bobot terhadap strategi
dalam set tersebut. Gunakan tanda minus untuk
mengindikasikan bahwa faktor utama tersebut tidak
memengaruhi pilihan strategi yang dibuat. Catatan: Jika Anda
memberikan nilai daya tarik (AS) untuk satu strategi, kemudian
berikan nilai AS untuk yang lainnya. Dalam kata lain, jika satu
strategi mendapat minus, maka yang lainnya pada baris yang
sama harus mendapat minus juga.
Langkah 5. Hitung Total Nilai Daya Tarik. Total Nilai Daya Tarik (Total
Attractiveness Scores—TAS) didefinisikan sebagai produk dari
pengalian bobot (Langkah 2) dengan Nilai Daya Tarik
(Langkah 4) dalam masing-masing baris. Total Nilai Daya
Tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing
alternatif strategi, dengan hanya mempertimbangkan pengaruh
faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat.
Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik, semakin menarik

170
alternatif strategi tersebut (dengan hanya mempertimbangkan
faktor keberhasilan kunci terdekat).
Langkah 6. Hitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik. Tambahkan Total
Nilai Daya Tarik dalam masing-masing kolom strategi dari
QSPM. Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (STAS)
mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap
set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi
yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal
dan eksternal yang relevan yang dapat memengaruhi keputusan
strategis. Tingkat perbedaan antara Penjumlahan Total Nilai
Daya Tarik dari set alternatif strategi tertentu mengindikasikan
tingkat kesukaan relatif dari satu strategi di atas yang lainnya.
E. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas double folio, laptop
dan internet.
F.Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang
G. Prosedur Kerja
1. Dosen pengampu mata kegiatan memberikan penjelasan mengenai topik
ini
2. Setiap peserta PPG membaca dan memahami teori yang ada.
3. Setiap peserta PPG mengerjakan tugas yang diberikan
4. Tugas yang dibuat, dikumpulkan dalam bentuk laporan, kemudian
didiskusikan bersama kelompok lainnya.
H. Tugas dan Pertanyaan
1. Berdasarkan strategi yang telah dibuat pada topik sebelumnya, tentukan
strategi yang paling tepat yang dapat dilakukan oleh usaha agribisnis
dengan menggunakan metode QSPM.
2. Diskusikan hasil tersebut dengan kelompok lain
3. Buat laporan praktikum

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 171


I. Pustaka
David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis: Konsep, Edisi Ketujuh. Alih
Bahasa Alexander Sindoro. Prentice Hall Inc.
Robinson, B.R. 1997. Manajemen Strategik. Binarupa Aksara. Jakarta
Siagian, S. P. 2007. Manajemen Strategik. Bumi Aksara. Jakarta.

4.2. Melaksanaan Pemasaran Produk


4.2.1. Merencanakan Strategi Pemasaran STP (Segmenting, Targeting,
Positioning)
A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan merencanakan strategi pemasaran
STP
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan menentukan rancangan segmentasi, targeting, dan positioning
pasar produk pertanian
2. Ketepatan Ketepatan menjalankan prosedur penentuan segmentasi,
targeting, dan positioning pasar produk pertanian
3. Ketepatan membuat laporan praktikum

D. Teori
Ada tiga elemen dalam strategi pemasaran yaitu segmentation,
targeting dan positioning. Segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi
untuk memahami struktur pasar. Sedangkan targeting adalah persoalan
bagaimana memilih, menyeleksi dan menjangkau pasar. Setelah pasar
172
sasaran dipilih, maka proses selanjutnya adalah melakukan positioning.
Positioning pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memasuki jendela otak
konsumen. Positioning biasanya tidak menjadi masalah dan tidak dianggap
penting selama barang-barang yang tersedia dalam suatu masyarakat tidak
begitu banyak dan persaingan belum menjadi sesuatu yang penting.
Positioning baru akan menjadi penting bilamana persaingan suda sangat
sengit.
Segmentasi
Kotler (2003), mendefinisikan segmentasi pasar sebagai suatu proses
untuk membagi pasar menjadi kelompok-kelompok konsumen yang lebih
homogen, dimana tiap kelompok konsumen dapat dipilih sebagai target pasar
untuk dicapai perusahaan dengan strategi bauran pemasarannya, sedangkan
Murphy, mendefinisikan segmentasi pasar sebagai suatu proses membagi
sekeluruhan pasar (lingkungan) yang heterogen menjadi kelompok-
kelompok yang lebih kecil dan homogen dengan kebutuhan yang relatif
serupa yang diharapkan dapat dipenuhi oleh suatu perusahaan dengan baik.
Segmentasi pasar membantu perusahaan untuk membuat suatu
produk yang spesifik dan memenuhi kebutuhan sebagian pasar yang menjadi
targetnya, sehingga kegunaan segmentasi pasar untuk desain strategi
pemasaran adalah sebagai berikut :
• Memperoleh posisi bersaing yang lebih efektif bagi merek-merek yang ada
• Lebih mengefektifkan lagi posisi merek saat ini dengan bertumpu pada
pasar yang terbatas
• Memisahkan posisi dua atau lebih merek dari perusahaan yang sama untuk
meminimalisasi kanibalisme
• Mengidentifikasi gap dalam pasar yang menunjukkan peluang untuk
mengembangkan produk baru.
Segmentasi pasar yang efektif harus memenuhi persyaratan berikut :
• Dapat diukur (measureability) : menunjukkan bahwa besar daya beli setiap
segmen harus dapat diukur dengan tingkat tertentu, meskipun pada
kenyataannya beberapa variabel tertentu tidak mudah diukur.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 173


• Dapat dicapai (accessibility) : menunjukkan seberapa jauh segmen dapat
dijangkau dan dilayani dengan efektif.
• Berarti (substantially) : suatu kelompok akan pantas disebut segmen apabila
cukup besar dan atau cukup menguntungkan
• Layak (feasibility) : menunjukkan seberapa jauh program-program efektif
dapat disusun untuk menarik minat segmen
Dalam melakukan segmentasi pasar terdapat prosedur yang biasa
dilakukan dalam riset pemasaran, dimana tediri dari tiga tahap yaitu :
i.Tahap survey
Para peneliti akan mengadakan wawancara dan membentuk tim fokus
untuk menambah pengetahuan tentang motivasi, sikap dan perilaku
konsumen dan untuk melakukan hal tersebut peneliti menyiapkan kuesioner
formal untuk mengumpulkan data tentang :
• Atribut-atribut produk dan tingkat kepentingannya
• Perhatian merek (brand awareness) dan rating merek (brand ratings)
• Pola penggunaan produk
• Sikap berdasarkan kategori produk
• Demografik psikografik dan mediagrafik dari responden
ii. Tahap Analisis
Peneliti akan menggunakan analisis faktor terhadap data untuk
memisahkan variabel yang berkorelasi tinggi, lalu dilakukan analisis
pengelompokkan untuk menghasilkan segmen-segmen pasar
iii. Tahap Pemberian Profil
Masing-masing kelompok akan diberikan profil yang berhubungan
dengan sikap, perilaku, demografik, psikografik dan kebiasaan konsumsi
media
Target (Targeting)
Targeting adalah memilih satu atau lebih segmen pasar untuk
dimasuki atau cara perusahaan mengoptimalkan suatu pasar dan dalam
penentuan target pasar perusahaan harus menggunakan konsep prioritas,
variabilitas dan fleksibilitas. Konsep prioritas dipakai karena perusahaan
tidak bisa melayani semua orang dalam satu pasar. Konsep variabilitas
174
digunakan untuk menghadapi situasi persaingan yang sudah semakin
meningkat, karena perusahaan tidak bisa memberikan pelayanan yang sama
kepada semua orang yang usah diprioritaskan. Semakin sama akan semakin
tidak optimal, dan perusahaan dapat optimal dalam melayani orang jika bisa
memberikan lebih banyak variasi. Konsep feksibilitas ada hubungannya
dengan variasi tadi karena semakin fleksibel, suatu perusahaan bisa
memberikan variasi tangpa banyak keluar ongkos tambah.
Posisi (Positioning)
Pengertian positioning diberikan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
• Menurut Kotler
Sebuah tindakan dalam mendesain penawaran perusahaan dan image
sehingga menciptakan tempat dan nilai tersendiri dalam pikiran
konsumen.
• Menurut David A. Aaker
Positioning merupakan kata lain dari “kesan”, dan kesan itu ditujukan
kepada sejumlah obyek yang membentuk persaingan satu sama lain.
Jadi dapat disimpulkan positioning merupakan suatu usaha yang
dilakukan oleh perusahaan dalam mendesain produk-produk mereka
sehingga dapat menciptakan kesan dan image tersendiri dalam pikiran
konsumennya sesuai dengan yang diharapkan.
Beberapa strategi penentuan posisi (positioning) untuk menghadapi
dunia persaingan adalah sebagai berikut :
• Berdasarkan atribut : Perusahaan memposisikan diri menurut atribut seperti
ukuran, lama keberadaannya dan seterusnya
• Berdasarkan menurut manfaat : Produk diposisikan sebagai pemimpin
dalam suatu manfaat tertentu.
• Berdasarkan menurut penggunaan atau penerapan : Memposisikan produk
sebagai yang terbaik untuk sejumlah penggunaan atau penerapan
• Berdasarkan menurut pemakai : Memposisikan produk sebagai yang terbaik
untuk sejumlah kelompok pemakai.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 175


• Berdasarkan menurut pesaing : Produk memposisikan diri lebih baik
daripada pesaing yang disebutkan namanya atau tersirat
• Berdasarkan menurut kategori produk : Produk diposisikan sebagai
pemimpin dalam suatu kategori produk
• Berdasarkan kualitas atau harga : Produk diposisikan menawarkan nilai
terbaik
Menurut Kotler terdapat 4 klasifikasi posisi perusahaan menurut
peranannya dalam pasar sasaran, yaitu :
a. Pemimpin pasar
Perusahaan ini memiliki pangsa pasar terbesar dan biasanya
memimpin dalam perubahan harga, peluncuran produk baru, cakupan
distribusi dan intensitas promosi
b. Penantang pasar
Posisi perusahaan ini berada setelah pemimpin pasar atau berada
pada posisi kedua. Perusahaan ini dapat melakukan dua hal, mereka dapat
menyerang si pemimpin pasar secara agresif untuk mendapatkan pangsa
pasar (penantang pasar) atau mereka dapat tenang dan tidak menimbulkan
gejolak (pengikut pasar)
c. Pengikut pasar
Perusahaan model ini lebih suka mengikuti daripada menantang
pemimpin pasar. Adapun hal-hal yang ditiru biasanya pada produk, distribusi
dan iklan si pemimpin, tetapi meskipun strategi pemasarannya mengikuti si
pemimpin pasar biasanya masih terdapat perbedaan dibanding si pemimpin
pasar seperti harga, kemasan atau selain mengadaptasi kadang-kadang
memperbaikinya.
d. Penceruk Pasar
Alternatif dari pengikut pasar besar adalah pemimpin dalam pasar
kecil atau ceruk (niche). Perusahaan kecil umumnya menghindari persaingan
melawan perusahaan besar dan mengarah pasar kecil yang tidak menarik
perusahaan besar dan ide dasar penceruk adalah spesialisasi

176
E. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas double folio, laptop
dan internet.

F.Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
1. Dosen pengampu mata kegiatan memberikan penjelasan mengenai topik
ini
2. Setiap peserta PPG membaca dan memahami teori yang ada.
3. Setiap peserta PPG mengerjakan tugas yang diberikan
4. Tugas yang dibuat, dikumpulkan dalam bentuk laporan, kemudian
didiskusikan bersama kelompok lainnya.

H. Tugas dan Pertanyaan


1. Berdasarkan usaha agribisnis yang telah dibuat pada topik 1 (usaha
agribisnis produksi tanaman anda sendiri), tentukanlah segmentasi, target
dan posisi dari produk usaha tersebut.
2. Diskusikan hasilnya dengan kelompok lain.
Kasus:
Legitnya Pasar Kopi Susu
Tingginya tingkat konsumsi kopi di Indonesia membuat pasar produk
kopi juga terus tumbuh dari tahun ke tahun. Jenis produk minuman yang
beredar pun terus bertambah. Sebelumnya hanya ada kopi tubruk (kopi
hitam), belakangan jenis produk minum kopi sangat beraneka ragam, mulai
dari kopi instan (tanpa ampas) sampai kopi yang ditambahi aneka rasa.
Sejauh ini, pasar kopi susu masih didominasi pemain-pemain yang
sebelumnya sudah eksis di pasar kopi hitam, grup Kapal Api pun masih

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 177


menjadi pemimpin di kategori ini lewat dua merek besutannya, Kapal Api
Susu dan ABC Susu.
Posisi grup Kapal Api ditempel ketat oleh PT. Mayora Indah Tbk.,
lewat merk andalannya, Torabika. Tak tanggung-tanggung, Mayora
mengepung pasar kategori ini dengan 8 varian sekaligus, yaitu Torabika
Duo, Torabika Oke, Torabika Moka, Torabika Susu Full Cream, Torabika
Cappucino, Torabika Three In One, dan Torabika Campuran. Kategori kopi
susu Torabika menempati posisi strategis yang menghasilkan kontribusi
signifikan pada penjualan produk kopi seduh di Mayora. Posisi Torabika
menempati posisi nomor dua setelah Kapal Api.
Torabika Duo Susu dalam tujuh bulan terakhir mengalami perbaikan
formula. Torabika Duo menjadi Torabika Susu Full Cream. Perubahan ini
mendapat tanggapan yang sangat bagus dari konsumen. Bahkan dari
penelitian yang dilakukan terhadap konsumen kopi, perubahan ini
menjadikan rasa Torabika lebih mantap. 70% dari mereka mengatakan,
Torabika Susu Full Cream lebih unggul. Cukup diberikan sampel, mereka
langsung pindah merek.
Tak hanya mengandalkan kekuatan produk, Mayora juga
menggunakan strategi jemput bola dalam menggarap pasar kopi susu ini.
Salah satu langkah yang diterapkan adalah menyediakan jasa kopi seduh di
berbagai lokasi, mulai dari pusat perbelanjaan hingga menggunakan sepeda
keliling. Bahkan, penjaja kopi yang menggunakan sepeda keliling jumlahnya
mencapai ribuan yang tersebar diberbagai kota. Mereka adalah penjual lepas
yang berada dibawah agen penjual Torabika.
Mayora meyakini tidak ada satupun merek besar yang dibangun dari
harga. Harga bukanlah hal yang menjadi pertimbangan untuk memenangi
persaingan. PT. Mayora tidak membedakan staus (ekonomi), atas dan bawah,
semua sama. Penentuan harga produk ditentukan darin rata-rata daya beli
konsumen.
Walaupun begitu, tidak mungkin Torabika menaikan harga di atas Rp
1.500, Karena lebih dari itu tidak masuk pada daya beli konsumen lagi. Itu
berarti, walaupun harga tidak bisa terlalu murah, tetap saja harga tidak bisa

178
lebih dari batas daya beli konsumen. Justru ekuitas suatu produk makin
meningkat dengan memposisikan harga yang tidak murah. Bisa saja
Torabika melakukan hal itu, tapi hal ini beresiko menurunkan omset. Bukan
berarti Mayora menampik begitu saja jalur promosi lewat iklan media massa,
promosi bukanlah aspek tunggal untuk keberhasilan produk. Kalau tujuan
promosinya sesuai, dengan beriklan menjadi efektif, namun bobotnya tidak
sehebat kualitas produk dan distribusinya. Torabika dulu pernah
menganggarkan iklan untuk televise sebesar 80%, kemudian turun menjadi
60%. Tahun ini porsi iklan terendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Menggantikan posisi pemimpin pasar cukup sulit Karena kopi susu
termasuk brand yang preferences dan punya loyalitas yang tinggi. Selain itu,
sulit untuk menguasai pasar nasional dimana merek regional seperti Cap
Singa dan Ayam Merak masih cukup unggul. Kalau berdasarkan wilayah,
kawasan Indonesia Timur masih dikuasai Kapal Api, sedangkan bagian barat
dikuasai ABC, meskipun mereka tidak terpaut jauh. Iklan televise tidak
terlalu efektif untuk mendongkrak kesadaran akan suatu merek. Aktifitas
wajib dilakukan pemain dikategori ini. Karena itu, upaya ABC, baik lewat
iklan maupun kepedulian social, tidak dapat diartikan sebagai bentuk
kepanikan ABC terhadap Torabika. Hal tersebut wajar saja Karena ABC
merek yang sudah cukup mapan dan ia perlu menyikapi persaingan tersebut
dengan langkah-langkah yang lebih radikal.
Kategori kopi susu sebenarnya menyimpan potensi yang lebih besar
ketimbang kopi hitam. Kopi susu bisa menyasar pasar non premium kopi,
wanita, dan remaja. Pemain dalam kategori ini tidak bisa banyak berharap
penggemar kopi hitam pindah haluan.
Hal terpenting dalam menetrasi pasar bukan hanya memikirkan
produk. Berbicara kopi juga tidak bisa dilepasakan dari pertimbangan
citarasa dan kesatuan produk. Kita harus paham untuk apa orang minum
kopi, apakah dari rasanya, wanginya, kemasannya, atau mereknya industri
kopi berada di pasar ceruk yang saling tumpeng tindih. Selama kategorinya
masih sama, kopi hitam, kopi susu, tidak bisa dikatakan mempunyai segmen

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 179


yang berbeda satu sama lainnya. Konsumsi kopi Indonesia per kapita amat
sangat rendah. Hal ini bisa terlihat dari masih banyaknya anak muda dan
wanita yang kini tidak menyukai kopi.
(sumber : SWA no. 01/XXVI/7-20, Januari 2010, hal 84-87)

Pertanyaan :
1. Bagaimanakah posisi dari PT. Mayora dalam pasar kopi?
2. Bagaimanakah PT. Mayora menghadapi pesaingnya?
3. Coba saudara tentukan target pasar dari PT. Mayora.
4. Mengapa sulit untuk melakukan segmentasi pada produk kopi?

I. Pustaka
Kotler, P. dan Keller, K.L. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid 1.
Erlangga. Jakarta

Tjiptono, Fandi. 2008. Strategi Pemasaran Edisi III. Penerbit Andi.


Yogyakarta.

Bangsawan, Satria. 2015. Manajemen Pemasaran Usaha Kecil. Graha Ilmu.


Yogyakarta.

STP (Segmentasi Target dan Positioning) progress 1


https://www.youtube.com/watch?v=R2FEa6Kuv48

STP (Segmentasi Target dan Positioning) progress 2


https://www.youtube.com/watch?v=lp9E1MN72os

4.2.2. Analisis Tren Pemasaran Produk Pertanian


180
A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan analisis tren pemasaran produk
pertanian
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan dalam menghitung tren produk pertanian
2. Ketepatan membuat laporan praktikum

D. Teori
Analisa deret berkala (runtut waktu) merupakan suatu analisa yang
menunjukkan aktivitas yang penting dari sebuah organisasi seperti aktivitas
penjualan dalam perusahaan atau dalam industri dan aktivitas ekonotni dalam
suatu negara. Aktivitas ini merupakan hasil interaksi beberapa bentuk faktor -
faktor yang mempengaruhi seperti kegiatan ekonomi, politik, dan pengaruh
faktor sosial sebagai suatu faktor alamiah. Faktor - faktor tersebut umumnya
diteliti untuk pengambilan keputusan setelah perubahan dari runtut waktu
dipisahkan ke dalam 4 pola dasar atau komponen berikut :
1. Trend Sekuler
2. Variasi musim (Seasonal Variation)
3. Gerak Siklis (Cyclical Fluctuation)
4. Gerak Tidak Beraturan (Irregular Movements)

Secara ringkas keempat komponen tersebut dapat disusun sebagai berikut :


Y=TxSxCxI
Atau :
Y=T+S+C+I

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 181


Dimana : Y = Nilai aktual yang tercakup dalam data asli
T = Nilai trend sekuler Y
S = Variasi musim Y
C = Gerak Siklis Y
I = Gerak tidak beraturan Y

TREND SEKULER
Merupakan titik petunjuk dari gerak runtut waktu untuk jangka panjang
10 tahun atau lebih. Gerak ini dapat turun dan naik. Apabila ditunjukkan dengan
grafik, biasanya ditunjukkan dengan garis lurus atau dengan kurva yang halus.
Penyebab terjadinya trend sekuler :
a. Pertambahan jumlah penduduk.
b. Akumulasi/penambahan modal yang sangat besar.
c. Kemajuan teknologi.
d. Standar hidup yang lebih baik.
Trend sekuler terbagi atas 2 :
1. Trend linier (straight line trends / trend garis lurus)
2. Trend non linier (trend parabola)

TREND LINIER (Straight Line Trends)


Pada trend linier garis lurus yang digambarkan pada grafik menunjukkan sistem
koordinasi persegi panjang dan dinyatakan dengan persamaan :

Yc = a + b x

Dimana : Y = Nilai trend dari waktu tertentu


a = Nilai Y jika x = 0
b = Rata - rata perubahan variabel Y per unit
x = Angka yang menunjukkan untuk waktu tertentu, misalnya tahun.

Garis lurus dan persamaan yang digunakan untuk menggambar trend sekuler
akan dicari dengan Metode kuadrat terkecil ( method of least squares ) atau
sering juga disebut dengan Ordinary Least Square.

182
E. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah data sekunder produksi beberapa jenis
komoditi pertanian di kota/kabupaten/Indonesia, alat tulis, kertas double
folio, kalkulator, laptop dan internet.
F.Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang
G. Prosedur Kerja
Langkah perhitungan tren dengan Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least
Square / OLS), terbagi atas 2 cara. Secara umum langkah-langkah cara 1 dan
cara 2 adalah sama, yang membedakan hanya banyak data (bulan/tahun)
yang digunakan yaitu data ganjil dan data genap.
1. Perhitungan trend garis lurus untuk jumlah tahun ganjil
Langkah – langkahnya :
a) Buatlah sebuah tabel untuk menghitung nilai  Y ,  Y2 dan  (XY).
b) Dapatkan nilai a & b dengan rumus :

Y b
 ( XY )
a
n X2
c) Hitunglah ketiga nilai trend yang diturunkan dari persamaan trend
dan gambarkan hasilnya untuk menarik garis lurus. Dua titik dipilih
untuk menggambarkan garis lurus, titik ketiga dibuat untuk mengecek
kebenaran hitungan pada titik - titik tersebut.
Contoh:
Dari data produksi ubi kayu di sebuah kabupaten berikut (15 tahun),
buatlah :
a. Persamaan trend garis lurus dengan metode kuadrat terkecil (OLS).
b. Hitunglah nilai trend tahun 1984, 1991 dan 1998.
Produksi
Tahun
(kilo Ton)
1984 50
1985 60
1986 40
PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 183
1987 40
1988 80
1989 160
1990 130
1991 140
1992 170
1993 200
1994 230
1995 190
1996 250
1997 280
1998 290
Penyelesaian:
a. Tabel
Tahun
Produksi (Y)
X XY X2
Data Asli dalam (kilo Ton)
(unit : 1 tahun)
1984 -7 50 -350 49
1985 -6 60 -360 36
1986 -5 40 -200 25
1987 -4 40 -160 16
1988 -3 80 -240 9
1989 -2 160 -320 4
1990 -1 130 -130 1
1991 0 140 0 0
1992 1 170 170 1
1993 2 200 400 4
1994 3 230 690 9
1995 4 190 760 16
1996 5 250 1.250 25
1997 6 280 1.680 36
1998 7 290 2.030 49
Total () 0 2.310 5.220 280

a= Y 
2.310
 154
n 15

b=  XY  5.220  18,64
 X 2 280
184
Persamaan trendnya adalah :
Yc = 154 + 18,64 X (dengan tahun dasar 1 Juli 1991)
Unit X = 1 tahun
Unit Y = kilo Ton
b. Nilai trend tahun 1984, 1991 & 1998 adalah
➢ 1984  X = -7 Y = 154 + 18,64 (-7)
= 154 – 130,48 = 23,52
➢ 1991  X = 0 Y = 154 + 18,64 (0)
= 154 + 0 = 154
➢ 1998  X = 7 Y = 154 + 18,64 (7)
= 154 + 130,48 = 284,48

2. Perhitungan trend garis lurus untuk jumlah tahun genap


Langkah langkah perhitungan trend garis lurus dengan metode
kuadrat terkecil untuk jumlah tahun genap, hampir sama dengan jumlah
tahun ganjil. Tetapi unit X menjadi ½ tahun karena dasarnya adalah
pertengahan pada 2 pertengahan tahun runtut waktu, atau 1 Januari pada
pertengahan tahun kedua.
Contoh :
Dari data produksi ubi kayu di sebuah kabupaten berikut (14 tahun),
buatlah :
c. Persamaan trend garis lurus dengan metode kuadrat terkecil (OLS).
d. Hitunglah nilai trend tahun 1984, 1991 dan 1998.
Produksi
Tahun
(kilo Ton)
1985 60
1986 40
1987 40
1988 80
1989 160
1990 130
1991 140
1992 170

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 185


1993 200
1994 230
1995 190
1996 250
1997 280
1998 290

Penyelesaian :
Tahun
Produksi (Y)
X
dalam XY X2
Data Asli (unit : ½
(kilo Ton)
tahun)
1985 -13 60 -780 169
1986 -11 40 -440 121
1987 -9 40 -360 81
1988 -7 80 -560 49
1989 -5 160 -800 25
1990 -3 130 -390 9
1991 -1 140 -140 1
Dasar :
0
01/01/1992
1992 1 170 170 1
1993 3 200 600 9
1994 5 230 1.150 25
1995 7 190 1.330 49
1996 9 250 2.250 81
1997 11 280 3.080 121
1998 13 290 3.770 169
Total () 0 2.260 8.880 910

a. Persamaan trend.

a= Y 
2.260
 161,43
n 14

b=  XY 
8.880
 9,76
X2 910

Persamaan trendnya adalah :


Yc = 161,43 + 9,76 X (dengan tahun dasar 1 Januari 1992)
Unit X = ½ tahun
Unit Y = kilo Ton

186
b. Nilai trend tahun 1985, 1991 dan 1998 adalah :
➢ 1985  X = -13 Y = 161,43 + 9,76 (-13)
= 161,43 – 126,88 = 34,55
➢ 1991  X = -1 Y = 161,43 + 9,76 (-1)
= 161,43 - 9,76 = 151,67
➢ 1998  X = 13 Y = 161,43 + 9,76 (13)
= 161,43 + 126,88 = 288,31

H. Tugas dan Pertanyaan


Tugas :
1. Setiap kelompok peserta PPG mencari data produksi salah satu komoditi
pertanian dari BPS atau Dinas Pertanian setempat (masing-masing
kelompok harus berbeda komoditi) selama 10 tahun terakhir.
2. Setiap kelompok peserta PPG menghitung trend dari komoditi yang
dipilih, kemudian diinterpretasikan.
Pertanyaan :
Diketahui data penjualan PT. Gambir Jaya yang bergerak dalam ekspor
Gambir dari tahun 1990 - 2004 (15 tahun) adalah seperti tabel dibawah ini.
Dari data tersebut tentukanlah :
a) Persamaan trend linear dengan metode kuadrat terkecil.
b) Hitunglah nilai trend tahun 2000, 2005, dan 2010.

Tahun Penjualan (Rp)


1990 65
1991 70
1992 80

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 187


1993 70
1994 100
1995 130
1996 150
1997 140
1998 170
1999 200
2000 220
2001 250
2002 240
2003 225
2004 190

I. Pustaka
Dajan, Anto. 2000. Pengantar Metode Statistik. Cetakan Ke-16. LP3ES.
Jakarta.
Levin, dkk. 1991. Statistics for Management. Prentice Hall. New Jersey.
Sugiarto. 2002. Metode Statistik. Gramedia. Jakarta.

4.2.3. Menentukan Bauran Pemasaran Produk Pertanian


A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan menentukan bauran pemasaran
produk pertanian yang dipilih.
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja

188
1. Ketepatan dalam menentukan rancangan bauran pemasaran untuk
pemasaran produk pertanian
2. Ketepatan membuat laporan praktikum

D. Teori
Manajemen pemasaran dikelompokkan dalam empat aspek yang sering
dikenal dengan marketing mix atau bauran pemasaran. Menurut Kotler &
Armstrong (1997) bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat
pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan
respon yang diinginkannya di pasar sasaran. Kotler&Armstrong (1997)
mengemukakan bahwa pendekatan pemasaran 4P yaitu product, price, place dan
promotion sering berhasil untuk barang, tetapi berbagai elemen tambahan
memerlukan perhatian dan sistem distribusi. Sedang Boom&Bitner dalam
Kotler&Armstrong (1997) menyarankan untuk menambah 3P yang terlibat dalam
pemasaran jasa, yaitu: people (orang), physical evidence (bukti fisik), dan process
(proses). Sebagaimana telah dikemukakan oleh Kotler, Boom&Bitner dalam
Kotler&Armstrong (1997) di atas, Yazid (1999), menegaskan bahwa marketing
mix untuk jasa terdiri dari 7P, yakni: product (produk), price (harga), place
(tempat), promotion (promosi), people (orang), physical evidence (bukti fisik),
dan process (proses).
1. Produk (Product)
Pengertian produk ( product ) menurut Kotler & Armstrong (1997)
adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan
perhatian,dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan
atau kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari
produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai
dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu
produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan
oleh produsen melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh
konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Sedangkan

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 189


Tjiptono (2008) mengungkapkan bahwa produk adalah pemahaman subyektif
dari produsen atas sesuatu sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Tingkatan Produk menurut Kotler & Armstrong (1997)
dalam merencanakan produk atau apa yang hendak ditawarkan ke pasar, para
pemasar perlu berpikir melalui lima tingkatan produk dalam merencanakan
penawaran pasar. Lima tingkatan produk tersebut terdiri dari:
a. Manfaat Inti (core benefit) Yaitu jasa atau manfaat fundamental yang benar-
benar di beli oleh pelanggan. Misal: kasus hotel, dimana tamu hotel
membeli “istirahat dan tidur”.
b. Produk dasar (basic product). Para pemasar harus mengubah manfaat inti
menjadi produk generik (generic product), yaitu versi dasar dari produk
tersebut. Dengan demikian sebuah hotel akan terdiri dari gedung dengan
kamar-kamar yang disewakan.
c. Produk yang diharapkan (expected product). Sekumpulan atribut dan kondisi
yang biasanya diharapkan dan disetujui oleh pembeli ketika mereka
membeli produk tersebut. Misal: tamu hotel mengharapkan ranjang yang
bersih, sabun dan handuk, lemari pakaian, dan suasana yang tenang.
d. Produk yang ditingkatkan (augmented product). Layanan dan manfaat
tambahan yang membedakan penawaran perusahaan dari penawaran
pesaing. Misal: sebuah hotel dapat melengkapi produknya dengan
menambahkan seperangkat televisi, shampo, pemesan kamar yang cepat,
makan malam yang lezat.
e. Produk yang potensial (potensial product). Mencakup semua peningkatan dan
transformasi yang akhirnya akan dialami produk tersebut dimasa depan.
Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang.
Berdasarkan daya tahan atau berwujud tidaknya, produk diklasifikasikan ke
dalam tiga kelompok Tjiptono (2008) yaitu:
1) Barang tidak tahan lama ( No durable Goods).
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis di
konsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian.
2) Barang tahan lama (Durable Goods)

190
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa
bertahan lama dengan banyak perusahaan.
3) Jasa (Service)
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa produk adalah
segala sesuatu yang ditawarkan oleh seseorang atau organisasi yang mempunyai
manfaat, baik berupa benda nyata maupun benda abstrak atau tidak berwujud
yang tujuannya untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Produk
yang ditawarkan oleh perusahaan hendaknya adalah sebuah produk yang
menarik, mempunyai penampilan bentuk fisik yang bagus dan yang lebih
dikenal mudah diucapkan, dikenali dan diingat dan sebagainya.
2. Harga (Price)
Tjiptono (2008) menyatakan bahwa harga dapat diungkapkan dengan
beberapa istilah, misalnya tarif, sewa, bunga, premium, komisi, upah, gaji dan
sebagainya. Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter
atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar
memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga
merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan
atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya adalah
(produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran).
Disamping itu harga merupakan unsur bauran yang bersifat fleksibel, artinya
dapat diubah dengan cepat Kotler, (1997). Sedangkan menurut Alma, (2003)
produsen harus pandai menetapkan kebijaksanaan harga, tinggi atau rendahnya
harga yang ditetapkan harus berpedoman pada :
a) Keadaan/kualitas barang,
b) Konsumen yang dituju, berpenghasilan tinggi, sedang, atau rendah, konsumen
perkotaan atau pedesaan,
c) Suasana pasar, apakah produknya baru dikenalkan ke pasar atau produk
menguasai pasar, produk sudah melekat dihati konsumen atau banyak
saingan.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 191


3. Promosi (Promotion)
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Tjiptono (2008) mengungkapkan bahwa promosi adalah semua
kegiatan yang dimaksudkan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan
suatu produk kepada pasar sasaran, untuk memberi informasi tentang
keistimewaan, kegunaan dan yang paling penting adalah tentang keberadaannya,
untuk mengubah sikap ataupun untuk mendorong orang-orang supaya bertindak.
Bauran Promosi pemasaran menurut Tjiptono (2008) terdiri dari lima
macam yaitu:
a) Personal Selling
Komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan
untuk memperkenalkan suatu produk kapada calon pelanggan dan membentuk
pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan
mencoba dan membelinya.
b) Mass Selling
Merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak ramai. Mass Selling terdiri dari:
3. Periklanan
Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada
informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun
sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan
mengubah pikiran orang untuk membeli.
4. Publisitas
Publisitas adalah bentuk penyajian dan penyebaran ide barang dan
jasa secara non personal.
5. Sales Promotion
Sales promotion adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan
berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk
dengan segera atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan.
6. Publik Relation

192
Publik relation merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu
organisasi untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan dan sikap berbagai
kelompok terhadap organisasi tersebut.
7. Direct Marketing
Direct marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif
yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan
respon yang terukur atau transaksi di sembarang lokasi.
Kotler & Amstrong (1997) menyatakan bahwa perusahaan harus
membagi anggaran promosi total untuk alat-alat promosi utama yaitu perikanan,
penjualan perorangan, promosi penjualan dan hubungan masyarakat. Perusahaan
harus secara hati-hati menetapkan besarnya masing-masing alat promosi menjadi
bauran promosi yang terkoordinasi. Menurut Kotler & Amstrong (1997) faktor-
faktor yang mempengaruhi pengembangan bauran promosi yaitu:
a) Tipe Produk atau Pasar
Perbedaan alat promosi bervariasi antara pasar konsumen dan pasar
industri. Perusahaan barang konsumen biasanya mengalokasikan lebih
banyak dana untuk iklan, menyusul promosi penjualan, penjualan perorangan,
dan hubungan dengan masyarakat. Sebaliknya perusahaan barang industri
menyediakan dana lebih banyak untuk penjualan perorangan diikuti dengan
promosi penjualan, iklan, dan hubungan dengan masyarakat.
b) Strategi Dorong dan Tarik
Strategi dorong merupakan strategi promosi yang menggunakan
tenaga penjual dan promosi perdagangan untuk mendorong produk lewat
saluran distribusi. Sedangkan strategi tarik adalah strategi promosi yang
menggunakan banyak biaya untuk periklanan dan promosi konsumen demi
memupuk permintaan konsumen.
c) Tahap Kesiapan Pembeli
Pengaruh dari alat promosi bervariasi untuk tahap kesiapan pembeli
yang berbeda. Iklan, bersama dengan hubungan masyarakat, lebih memegang
peran utama dalam tahap kesadaran dan pengetahuan, ketimbang peran
”kunjungan mendadak” dari tenaga penjual.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 193


d) Tahap Daur Hidup produk
Pengaruh dari alat promosi yang berbeda juga bervariasi sesuai
dengan tahap daur hidup produk. Tahap pengenalan, iklan dan hubungan
masyarakat baik untuk menghasilkan kesadaran tinggi, promosi penjualan
bermanfaat untuk mempromosikan penjualan awal. Tahap pertumbuhan, iklan
dan hubungan masyarakat terus memberikan pengaruh kuat, sedangkan
promosi penjualan dapat dikurangi. Tahap dewasa, promosi penjualan
menjadi relatif penting dibandingkan dengan iklan.
4. Tempat (Place)
Place (Tempat) menurut berarti kemana tempat/lokasi yang dituju,
bagaimana saluran distribusinya, berapa banyak saluran, dan kondisi para
penyalur yang diperlukan. Kotler&Amstrong (1997) mengungkapkan bahwa
saluran distribusi adalah suatu perangkat organisasi yang saling tergantung dalam
menyediakan satu produk atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi oleh
konsumen atau pengguna bisnis. Kotler (1997) mendefinisikan saluran distribusi
adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses
untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap digunakan untuk konsumsi.
Menurut Kotler (1997) saluran pemasaran melaksanakan tugas
memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal ini mengatasi kesenjangan
waktu, tempat dan pemilihan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang
yang membutuhkan atau menginginkannya. Kotler (1997) mengungkapkan
bahwa anggota saluran pemasaran melaksanakan sejumlah fungsi utama:
a. Informasi, yaitu pengumpulan dan penyebaran informasi pemasaran mengenai
pelanggan, pesaing, serta pelaku dan kekuatan lain yang ada saat ini maupun
yang potensial dalam lingkup pemasaran.
b. Promosi, yaitu pengembangan dan penyebaran komunikasi persuasif yang
dirancang utnuk menarik pelanggan pada penawaran tersebut.
c. Negosiasi, yaitu usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan
syarat lain sehingga transfer kepemilikan dapat dilakukan.
d. Pemesanan, yaitu komunikasi dari para anggota saluran pemasaran ke produsen
mengenai minat untuk membeli.

194
e. Pembiayaan, yaitu perolehan dan pengalokasian dana yang dibutuhkan untuk
membiayai persediaan pada berbagai tingkat saluran pemasaran.
f. Pengambilan resiko, yaitu penanggungan resiko yang berhubungan dengan
pelaksanaan fungsi saluran pemasaran tersebut.
g. Pemilihan fisik, yaitu kesinambungan penyimpanan dan penggerak produk
fisik dari bahan mentah sampai ke pelanggan akhir.
h. Pembayaran, yaitu pembeli membayar tagihan ke penjual lewat bank dan
institusi keuangan lainnya.
i. Hak milik, yaitu transfer kepemilikan sebenarnya dari satu organisasi atau
orang ke organisasi atau orang yang lain

E. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas double folio, laptop
dan internet.

F.Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
1. Dosen pengampu mata kegiatan memberikan penjelasan mengenai topik
ini
2. Setiap peserta PPG membaca dan memahami teori yang ada.
3. Setiap peserta PPG mengerjakan tugas yang diberikan
4. Tugas yang dibuat, dikumpulkan dalam bentuk laporan, kemudian
didiskusikan bersama kelompok lainnya.

H. Tugas dan Pertanyaan


Berdasarkan kasus pada topik 4.2.1, jawablah pertanyaan berikut:
1. Bagaimanakah strategi produk yang diterapkan PT. Mayora?
2. Bagaimanakah strategi harga yang diterapkan PT. Mayora?

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 195


3. Bagaimanakah strategi distribusi yang diterapkan PT. Mayora?
4. Bagaimanakah strategi promosi yang diterapkan PT. Mayora?

I. Pustaka
Kotler, P. & Amstrong, G. 1997. Prinsip-prinsip pemasaran, cetakan pertama.
Erlangga. Jakarta.
Tjiptono, Fandi. 2008. Strategi Pemasaran Edisi III. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Bangsawan, Satria. 2015. Manajemen Pemasaran Usaha Kecil. Graha Ilmu.
Yogyakarta.

4.3. Menyusun Pembukuan Agribisnis


4.3.1 Membuat laporan laba-rugi usaha produksi tanaman
A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan membuat laporan laba-rugi usaha
produksi tanaman yang dipilih
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan mengidentifikasi jenis biaya dalam usaha produksi tanaman
2. Ketepatan membuat laporan laba-rugi usaha produksi tanaman
3. Ketepatan membuat laporan praktikum

D. Teori
Bentuk Dasar Laporan Laba-Rugi
196
• Pendapatan: Jumlah uang yang diperoleh perusahaan dari kegiatan-
kegiatannya dalam kurun waktu tertentu, sebagian besar dari penjualan
barang/jasa kepada pelanggan.
• Biaya-biaya: Nilai bahan masukan (input) yang telah dipakai untuk
memproduksi dan menjual produk, dinyatakan dalam satuan uang.
• Harga pokok penjualan (HPP): Biaya-biaya langsung untuk memproduksi
barang, termasuk bahan langsung, karyawan langsung dan overhead,
dalam membuat barang dalam kondisi bisa dijual. Untuk bisnis
manufaktur, harga pokok adalah biaya produk, dan untuk bisnis
perdagangan harga pokok adalah harga beli barang dagangan.
• Laba kotor: Pendapatan minus harga pokok penjualan.
• Biaya operasional: Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis
sehari-hari, terdiri atas biaya penjualan dan biaya administrasi dan
umum.
• Biaya penjualan: Biaya-biaya yang diperlukan untuk menjual produk
(misalnya gaji dan komisi penjualan, pengiklanan, angkutan, pengapalan,
penyusutan peralatan penjualan).
• Biaya administrasi dan umum: Biaya-biaya untuk mengelola bisnis (gaji
manajemen, biaya hukum, fasilitas umum, asuransi, penyusutan
bangunan kantor, dsbnya.).
• Laba operasional: Laba kotor minus biaya operasional, laba sebelum bunga
dan pajak.
• Bunga: Biaya dana yang dipinjam, dibayarkan kepada kreditur (bank).
• Laba sebelum pajak: Laba setelah dikurangi bunga tapi sebelum pajak tax.
• Pajak: Pajak atas laba perusahan.
PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 197
• Laba bersih: Laba yang bisa dikonsumsi pemilik perusahaan.

E. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas double folio, laptop
dan internet.

F.Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
1. Dosen pengampu mata kegiatan memberikan penjelasan mengenai topik
ini
2. Setiap peserta PPG membaca dan memahami teori yang ada.
3. Setiap peserta PPG mengerjakan tugas yang diberikan
4. Tugas yang dibuat, dikumpulkan dalam bentuk laporan, kemudian
didiskusikan bersama kelompok lainnya.

H. Tugas dan Pertanyaan


1. Carilah satu usaha agribisnis produk pertanian di daerah saudara,
hitunglah pendapatan, harga pokok produksi, biaya operasional yang
dikeluarkan, kemudian hitunglah labanya.
2. Buatlah laporan laba rugi usaha tersebut per tahun buku

I. Pustaka
Jusup, Haryono. 2011. Dasar-dasar Akuntansi. STIE YKPN. Yogyakarta

Trisnawati, Tuti. 2010. Akuntansi Untuk Koperasi dan UKM. Salemba Empat.
Jakarta.

Soemarso, S.R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar (Buku 1). Salemba Empat.
Jakarta.

198
Syamsuddin, L. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Assauri, Sofya. 2013. Manajemen Pemasaran. Raja Grafindo.

Downey, W. David dan Steven P. Erickson. 1987. Manajemen Agribisnis,


Edisi Kedua. Alih bahasa: Ir Rochidayat Ganda S dan Alfonsus Sirait.
Penerbit Erlangga. Jakarta

4.3.2 Membuat neraca usaha produksi tanaman


A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan membuat neraca usaha produksi
tanaman
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan menjalankan prosedur pembuatan neraca usaha produksi
tanaman
2. Ketepatan membuat laporan praktikum

D. Teori
Bentuk Dasar Neraca

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 199


• Harta adalah setiap sumberdaya ekonomi yang diharapkan memberikan
manfaat kepada perusahaan yang memilikinya. Harta meliputi kas,
piutang dagang, persediaan, harta tetap dan harta tak berwujud.
• Kewajiban adalah utang perusahaan kepada organisasi atau individu di luar.
Kewajiban meliputi utang dagang, utang jangka pendek, dan utang
jangka panjang.
• Modal sendiri adalah jumlah uang yang akan diterima pemilik perusahaan
bila semua harta dijual dan semua kewajiban dilunasi. Modal sendiri
meliputi modal pemilik dan laba ditahan.
• Harta lancar. Harta yang diharapkan terjual atau terpakai dalam satu tahun,
satu siklus bisnis – mana yang lebih panjang.
• Piutang dagang. Transaksi akuntansi menyangkut penagihan barang dan
jasa yang telah diserahkan kepada pelanggan.
• Persediaan. Barang dan bahan yang disimpan dalam persediaan, yaitu
bahan baku, bahan dalam proses, barang jadi, dan perlengkapan.
• Harta tetap. Harta dan kekayaan yang tidak mudah dikonversikan menjadi
kas, umumnya mencakup tanah dan bangunan, kendaraan bermotor,
peralatan kantor, pabrik dan mesin.
• Penyusutan. Suatu cara membebankan biaya harta sepanjang usia
pemakaian harta itu.
• Kewajiban lancar. Kewajiban-kewajiban perusahaan yang jatuh tempo
dalam satu tahun pajak.
• Utang jangka panjang. Pinjaman dengan jangka waktu lebih dari 1 tahun
(pinjaman investasi, obligasi).

200
• Utang dagang. Transaksi akuntansi mencakup pembayaran kepada pemasok
yang meminjamkan uang untuk barang dan jasa.
• Modal pemilik. Jumlah uang yang ditempatkan pemilik untuk memulai dan
menjalankan bisnis.
• Laba ditahan. Bagian dai laba yang ditahan perusahaan, tidak dibayarkan
kepada pemilik atau pemegang saham (sebagai dividen).

E. Organisasi
1. Peserta PPG bekerja secara berkelompok
2. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

F.Prosedur Kerja
1. Dosen pengampu mata kegiatan memberikan penjelasan mengenai topik
ini
2. Setiap peserta PPG membaca dan memahami teori yang ada.
3. Setiap peserta PPG mengerjakan tugas yang diberikan
4. Tugas yang dibuat, dikumpulkan dalam bentuk laporan, kemudian
didiskusikan bersama kelompok lainnya.

G. Tugas dan Pertanyaan


Berdasarkan data dari topik sebelumnya (4.3.1) :

1. Cari dan tentukan nilai dari harta lancar, harta tetap, kewajiban lancar
dan utang jangka panjang usaha tersebut.
2. Buatlah neraca usaha agribisnis tersebut

H. Pustaka
Jusup, Haryono. 2011. Dasar-dasar Akuntansi. STIE YKPN. Yogyakarta

Trisnawati, Tuti. 2010. Akuntansi Untuk Koperasi dan UKM. Salemba


Empat. Jakarta.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 201


Soemarso, S.R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar (Buku 1). Salemba Empat.
Jakarta.

Syamsuddin, L. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Assauri, Sofya. 2013. Manajemen Pemasaran. Raja Grafindo.

Downey, W. David dan Steven P. Erickson. 1987. Manajemen Agribisnis,


Edisi Kedua. Alih bahasa: Ir Rochidayat Ganda S dan Alfonsus Sirait.
Penerbit Erlangga. Jakarta

4.4. Mengelola Keuangan Agribisnis


4.4.1 Menentukan sumber pembiayaan agribisnis
A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan menentukan sumber pembiayaan
agribisnis
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan menetapkan sumber pembiayaan usaha agribisnis
2. Ketepatan membuat laporan praktikum

D. Teori
Sumber utama dana agribisnis adalah kekayaan bersih (net worth)
perusahaan yang sering disebut juga modal sendiri.
1. Alasan Peningkatan Sumber Daya Keuangan

202
Alasan untuk meningkatkan sumber daya keuangan yaitu: Untuk
memperluas dan atau meningkatkan pertumbuhan bisnis, Untuk melakukan
aktifitas bisnis tambahan, Untuk menjaga atau meningkatkan likuiditas atau
posisi kas perusahaan, Untuk meningkatkan posisi bersaing perusahaan.
2. Kapan Peningkatan Sumber Daya Keuangan Diperlakukan
Uang memiliki sifat sangat cair/liquid dan terbatas sehingga kita
perlu menentukan kapan sumber daya keuangan harus ditingkatkan.
3. Jenis-Jenis Modal Dan Pinjaman
Dalam konteks akuntansi modal diartikan sebagai kekayaan bersih
atau ekuitas pemilik dalam bisnis. Ada dua tipe modal yaitu modal asing dan
modal sendiri.
Modal asing dan modal sendiri dapat dibedakan sebagai berikut:
No. Modal Asing Modal Sendiri
1. Modal ini terutama Modal ini berkepentingan
memerhatikan kepentingannya terhadap kesinambungan,
sendiri, yaitu kepentingan kelancaran, dan keselamatan
kreditor. perusahaan.
2. Modal ini tidak berpengaruh Modal yang dengan
terhadap penyelanggaraan kekuasaannya mampu
perusahaan. mempengaruhi politik
perusahaan.
3. Modal ini mempunyai beban Modal ynag berhaka atas laba
bunga tetap, tanpa memandang sesudah pembayaran bunga
adanya keuntungan atau tidak. kepada modal asing.
4. Modal ini hanya turut Modal yang digunakan dalam
sementara waktu bekerja sama perusahaan untuk jangka waktu
dalam perusahaan. yang tidak terbatas atau tidak
tertentu lamanya.
5. Modal ini mempunyai hak Modal yang menjadi jaminan,
untuk didahulukan (prefferent dan haknya adalah setelah modal
right) sebelum modal sendiri asing di dalam likuidasi.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 203


di dalam likuidasi.

4. Biaya Modal (Cost Of Modal)


Besarnya biaya riil yang harus ditanggung perusahaan tergantung
pada : Besarnya bunga, Persyaratan jangka waktu pelunasan, Pengendalian
usaha yang tidak bebas berupa saldo minimal, Tarif pajak
5. Penentuan Jumlah Pinjaman
Ada 2 faktor utama yang mempengaruhi kemampuan agrobisnis
untuk melunasi pinjaman yaitu Laba operasi pada tahun tersebut dan
Penyusutan. Beberapa alat lain yang mempengaruhi kemampuan agribisnis
untuk melunasi pinjaman adalah Anggaran kas dan laporan keuangan pro
forma. Faktor penunjang yang mempengaruhi kemampuan agribisnis untuk
melunasi pinjaman sebagai berikut: Tidak ada penanam modal yang akan
menarik diri dalam masa sulit, Rasio solvensi, yaitu rasio antara kekayaan
bersih terhadap utang, cukup baik, Jumlah modal besar, Aktiva tetap besar,
Resiko dari aktiva yang dibeli kecil.
6. Prosedur Pinjaman
Pemberian kredit bank kepada masyarakatpada umumnya melalui
tahap-tahap tertentu antara lain: Pengajuan/ pendaftaran, Pemeriksaan,
Keputusan, Realisasi, Pengawasan dan pembinaan (jika ada), dan Pelunasan
kredit. Dalam pelunasan digunakan pedoman 3R (Return, Repayment
Capacity, Risk bearing ability) dan 5C (Character, Capacity, Capital,
Collateral, Conditions) dalam pemberian kredit

7. Sumber-Sumber Keuangan Eksternal


Modal dari sumber ekternal adalah modal yang berasal dari luar
perusahaan. Sumber modal yang tersedia untuk setiap agribisnis antara lain
: Bank Komersial, Pinjaman dengan Jaminan Piutang Usaha, Bukti
Penerimaan Gudang, Perusahaan asuransi, Lembaga Keuangan
Komersial, Faktor, Peminjaman oleh Koperasi, Kredit Dagang, Leasing atau
Penyewaan, Obligasi, Surat Hutang, Wesel Bayar.
8. Syarat-Syarat Pemilihan Bank

204
Syaratnya adalah sebagai berikut: Merupakan bank yang
progresif, Jenis kredit yang ditawarkan, Ukuran bank yang
diperlukan, Pegawai yang berbobot, Kebijakan bank, Persiapan dalam
meminjam.
9. Pembiayaan Internal Untuk Agribisnis
Modal internal adalah modal yang dihasilkan sendiri di dalam
perusahaan. Modal internal di dalam suatu perusahaan sebagai berikut
: Modal Ekuitas, Saham Biasa, Saham Preferen, Penyusutan (depreciations)
Secara umum ada 4 sumber pembiayaan yang dapat digali oleh para manajer
untuk melakukan aktivitas agribisnis, yaitu:
i. Investasi atau penanaman modal oleh para pemilik,
ii. Dana yang berasal dari laba,
iii. Peminjaman/kredit,
iv. Bagi usaha agribisnis skala kecil yang kebanyakan dilakukan pada
subsistem budidaya (on farm) pertanian-peternakan, sumber dana dapat
berasal dari kemitraan, dana bantuan pemerintah, Corporate Social
Responsibility (CSR) perusahaan swasta, bagi hasil dan dana dari
program bantuan lainnya.
Sumber dana atau pembiayaan usaha dari penanaman modal oleh
para pemilik dan dana yang berasal dari laba ditentukan oleh kondisi
keuangan organisasi dan tergantung pada indikator – indikator seperti yang
telah diuraikan pada análisis keuangan diatas, sedangkan sumber dana yang
berasal dari dana pinjaman atau kredit umumnya harus dianalisis karena
membutuhkan biaya langsung yang harus dibayar yaitu bunga pinjaman.
Kredit
Kredit adalah suatu transaksi antar 2 pihak dimama yang pertama
disebut kreditor yaitu yang menyediakan sumber-sumber ekonomi dapat
berupa barang, jasa atau uang dengan perjanjian bahwa pihak kedua atau
debitor akan membayarkan kembali pada waktu yang telah ditentukan. Di
Indonesia terdapat banyak jenis skim kredit untuk pelaksanaan agribisnis

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 205


yang disediakan oleh lembaga keuangan, antara lain jenis kredit berdasarkan
prioritas, yaitu:

Kredit investasi, yaitu kredit yang dipakai untuk membiayai pembelian


barang – barang modal yang bersifat tetap yang tidak habis dipakai dalam
satu proses produksi misalnya tanah, ternak, kandang, mesin, dan alat – alat.

Kredit modal kerja, yaitu kredit yang tidak untuk investasi tetapi untuk
pengadaan barang – barang operasionil: membeli pupuk, bibit, pakan ternak,
obat-obatan, dan untuk membayar tenaga kerja
KIK (Kredit Investasi Kecil), yaitu kredit yang diberikan kepada anggota
masyarakat (petani-peternak) yang produktif untuk keperluan pembelian
modal tetap.

KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen), kredit ini diberikan kepada anggota
masyarakat yang produktif yang penggunaannya untuk menunjang modal
kerja suatu usaha yang sudah ada sebelumnya.

Sebenarnya masih banyak skim – skim kredit untuk menunjang


agribisnis, terutama yang dikembangkan untuk kredit petani-peternak kecil
yang umumnya sejalan dengan program – program pemerintah.
Jenis kredit menurut jangka waktu:
- Kredit jangka pendek (kurang dari 12 bulan),
- Kredit jangka menengah (1-5 tahun),
- Kredit jangka panjang (lebih dari 5 tahun).
Kredit yang banyak berkembang untuk pelaksanaan agribisnis terutama skala
menengah dan kecil adalah bentuk kredit jangka menengah antara lain:
a. Term Loan
Term loan merupakan kredit yang dibayar kembali dengan angsuran setiap 1
periode tertentu, misal tiap bulan, tiap triwulan, atau tiap tahun. Term loan
biasanya diberikan oleh bank dagang, perusahaan asuransi, dan para
pensuplai. Para pensuplai seringkali memberikan jenis kredit ini kepada
retailernya.
b. Leasing/ kontrak sewa

206
Leasing timbul jika seseorang/badan usaha tidak ingin memiliki suatu aktiva
tetapi hanya ingin memanfaatkan aktiva tersebut. Dengan demikian dia dapat
memperoleh hak menggunakan aktiva tanpa disertai hak milik melalui
“kontrak sewa”. Kontrak sewa sangat membantu perusahan pertanian yang
menginginkan menggunakan alat untuk menunjang operasinya dengan tanpa
harus memiliki/membeli alat tersebut. Leasing bagi perusahan penyedia bisa
membeli dan memiliki dan disewakan untuk memperoleh keuntungan.
Dalam mengelola dana pinjaman/kredit dalam agribisnis yang perlu
diperhatikan adalah; (1) Jangka waktu pelunasan pinjaman dan biaya yang
ditimbulkan, (2) Menghitung tingkat bunga pinjaman.
1. Jangka waktu pelunasan pinjaman dan biaya yang ditimbulkan

Biaya pinjaman/kredit adalah tingkat bunga yang harus dibayar.


Besarnya biaya bunga yang harus dibayar dipengaruhi oleh jangka waktu
pelunasan dan persen tingkat bunga. Cara perhitungan jangka waktu
pelunasan dan perhitungan bunga pinjaman/kredit yang umum dilakukan di
Indonesia dapat dibedakan atas cara perhitungan sebagai berikut:
1. Sliding rate,
2. Flat rate,
3. Floating rate,
4. Discounted rate,
Sebagai gambaran direktur PT. Agro Milk, ingin mendapatkan kredit
investasi dari bank Perbanas. Jumlah pokok pinjaman Rp. 6.000.000 dengan
jangka waktu pinjaman 5 tahun, tidak ada masa tenggang (grace period).
Bunga pinjaman ditawarkan adalah 20% per tahun sliding rate, atau 15% per
tahun flat rate.
Dari kedua penawaran tingkat bunga di atas, mana yang akan dipilih
oleh PT. Agro Milk?
Untuk menentukan tingkat bunga mana yang akan dipilih dari kasus di atas,
sebaiknya dilakukan perhitungan sliding rate vs flat rate sebagai berikut:
1. Sliding Rate 20% Per Tahun

pokok pinjaman = Rp 6.000.000 ribu


PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 207
Bunga pinjaman = 20% per tahun

Jangka waktu = 5 tahun = 60 bulan

Cicilan pokok per bulan = = Rp. 100.000

Setelah data tersebut di atas diketahui, maka dibuatlah schedule PT. Agro
Milk sebagai berikut:

Tabel. Schedule cicilan PT. Agro milk selama 5 tahun (60 bulan) berdasarkan
sliding rate

Nomor Pokok Bunga Cicilan Jumlah bunga Saldo pokok


urut pinjaman pinjaman*) pokok per + cicilan pinjaman
cicilan bulan
(Rp 000,00)
Bln ke 1 6.000.000 100.000,00 100.000 200.200,00 5.900.000
Bulan 2 5.900.000 98.333,33 100.000 198.333,33 5.800.000
Bulan 3 5.800.000 96.666,66 100.000 196.666,66 5.700.000
Bulan 4 5.700.000 95.000 100.000 195.000,00 5.600.000

Bulan 57 400.000 6.666,66 100.000 106.666,66 300.000

Bulan 58 300.000 5.000,00 100.000 105.000,00 200.000


Bulan 59 200.000 3.333,33 100.000 103.333,33 100.000
Bulan 60 100.000 1.666,66 100.000 101.666,66 -
3.345.000 6.000.000 9,345,000,00 -

*) ( 20% x pokok pinjaman)/12

1. Flat Rate 15% Per Tahun


Pokok pinjaman = Rp 6.000.000 ribu
Bunga pinjaman = 15% per tahun
Jangka waktu = 5 tahun = 60 bulan
Cicilan pokok per bulan = = Rp 100.000 ribu/bulan
Setelah data tersebut di atas diketahui, maka dibuatlah schedule
pengembalian pinjaman PT Agro Milk (lihat tabel sebelumnya).

2. Memilih Sliding Rate atau Flat Rate

208
Dari contoh di atas, nampak bahwa dengan pokok pinjaman sebesar
Rp 6.000.000 ribu dengan jangka waktu pinjaman 5 tahun dan dibebankan
bunga sliding rate 20%/tahun akan diperoleh beban bunga sebesar Rp
3.345.000 ribu; sedangkan apabila perhitungan bunga berdasarkan pada flat
rate 15%/tahun diperoleh bunga sebesar Rp 4.500.000 ribu. Sebagai
peminjam, tentunya harus diperhitungkan beban bunga yang lebih rendah
sehingga perusahaan dapat menghemat biaya bunga yang cukup berarti.
Untuk itu dalam hal ini akan memilih Sliding rate dimana bunga pinjaman
total lebih kecil dibanding flat rate.
Tabel.Schedule cicilan PT. Agro Milk selama 5 tahun (60 bulan) berdasarkan
flat rate
Nomor urut Pokok Bunga Cicilan Jumlah Saldo pokok
cicilan pinjaman pinjaman pokok per bunga+ pinjaman
perbulan bulan cicilan
Rp. 000,00 *)
Bln ke 1 6.000.000 75.000 100.000 175.000 5.900.000
Bulan 2 5.900.000 75.000 100.000 175.000 5.800.000
Bulan 3 5.800.000 75.000 100.000 175.000 5.700.000
Bulan 4 5.700.000 75.000 100.000 175.000 5.600.000

Bulan 57
400.000 75.000 100.000 175.000 300.000
Bulan 58 300.000 75.000 100.000 175.000 200.000
Bulan 59 200.000 75,000 100.000 175.000 100.000
Bulan 60 100.000 75.000 100.000 -
4.500.000 6.000.000 10.150.000 -
*) per bulan

3. Menghitung tingkat bunga pinjaman


Cara menghitung tingkat bunga pinjaman dalam contoh berikut ini mengacu
pada Downey and Erickson (1987), sebagai berikut,

a. Discount interest

Beberapa pinjaman diharuskan membayar bunga dimuka pada


saat/waktu menerima pinjaman. Sebagai contoh pinjaman 1 tahun sebesar

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 209


Rp1 000 000,- dengan tingkat bunga 8% per tahun dibayarkan di depan, pada
saat pinjaman cair mereka hanya menerima 1 000 000 – (8% x 1 000 000) =
Rp 920 000. Pernyataan tingkat bunga 8% akan berbeda dengan tingkat
bunga yang sesungguhnya dibayar.
Perhitungan tingkat bunga pada pinjaman yang telah dipotong tersebut
adalah :
R= d x 100%
L–d

R = persentase tingkat bunga tahunan


d = jumlah biaya bunga yang telah dibayar dimuka
L = jumlah pinjaman yang harus dikembalikan

Persentase tingkat bunga tahunan dari pinjaman tersebut adalah :

(80/920 x 100 = 8.7 %) Jadi tingkat bunga yang harus dibayarkan (8.7%)
lebih besar dari pernyataan tingkat bunganya (8%).

b. Add-On Interest
Beberapa pinjaman, misalnya pembelian mesin-mesin alat pertanian
atau mobil sebagai alat transportasi dengan pinjaman sebesar Rp 5 000 000
dengan tingkat bunga 8%/tahun pinjaman dikembalikan dengan jangka
waktu 3 tahun dengan cara pengembalian bulanan dalam jumlah yang sama
sebagai berikut :
1. perhitungan bunga 3 tahun = 8%x3x 5 000 000 = Rp 1 200 000
2. Pokok pinjaman ditambah bunga = Rp 5 000 000 + Rp 1 200 000 = Rp 6
200 000.
3. Perhitungan pembayaran bulanan dengan jumlah tetap = 6 200 000/36
bln = Rp 172 220/ bulan.
Perhitungan tingkat bunga kredit yang sesungguhnya dibayar adalah sebagai
berikut :

R= 2C x 100
L(P+A)

210
Keterangan:
R = Tingkat bunga tahunan yang harus dibayar C = Total biaya bunga yang
dibayar
L = Jangka waktu pinjaman (thn)
P = jumlah pinjaman awal dan
A = jumlah pembayaran setiap periode (dalam contoh ini adalah per bulan)

Dari contoh diatas maka persentase tingkat bunga tahunan dari pinjaman
tersebut adalah :
(2 x 1 200 000) / 3(5 000 000 + 172 220) x 100% = 15.47%

Jadi tingkat bunga yang harus dibayarkan (15,47 %) lebih besar dari
pernyataan tingkat bunganya (8%), oleh karena itu para debitor perlu
bernegosiasi dengan para kreditor.
Dalam hal mengelola kredit sebenarnya tidak terpaku pada contoh diatas,
namun para kreditor dan debitor dapat mengembangkan perjanjian yang
lebih akuntabel dan profitabel bagi ke dua belah pihak.

Kemitraan/ Contract Farming


Dengan adanya pertumbuhan industri pertanian peternakan padat
modal yang pesat terutama di subsistem hulu dan hilir, disisi lain masih
banyak terdapat usaha kecil atau peternakan rakyat (subsistem on farm)
dengan modal yang lemah maka untuk mengembangkan sistem agribisnis
peternakan sehingga industri besar dan peternak kecil bisa tumbuh sejalan,
pemerintah Indonesia telah menetapkan UU No 9 tahun 1995 tentang
kemitraan yaitu kerjasama antar usaha kecil (on farm) dengan usaha
menengah atau usaha besar (industri hulu dan hilir) disertai pembinaan dan
pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah/besar tersebut
dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan
saling menguntungkan. Munculnya program ini disertai dengan adanya
Peraturan Pemerintah No 44 tahun 1997 tentang bentuk kemitraan yang
ideal, yaitu yang saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling
menghidupi. Dengan demikian bentuk-bentuk kemitraan yang berkembang
di masyarakat sangat bervariasi, meskipun demikian seharusnya mengacu

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 211


pada Peraturan Pemerintah No 44 tahun 1997 tersebut. Contoh pelaksanaan
kemitraan pada bidang peternakan adalah dalam bentuk kemitraan inti-
plasma pada industri agribisnis ayam broiler. Inti adalah industri besar,
umumnya sebagai pemasok sarana produksi dan pemasaran hasil serta jasa
pembinaan dalam adopsi teknologi, sedangkan plasma adalah peternak
sebagai pelaku budidaya. Pada umumnya sistem kemitraan ini berkembang
pada pelaksanaan agribisnis yang menuju pada intensifikasi usaha yang
disertai dengan penerepan teknologi. Berbagai pola kemitraan inti-plasma
meliputi : Kemitraan subkontrak, Kemitraan dagang umum, Kemitraan
keagenan, dan Kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA).

E. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas double folio, laptop
dan internet.

F.Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
1. Dosen pengampu mata kegiatan memberikan penjelasan mengenai topik
ini
2. Setiap peserta PPG membaca dan memahami teori yang ada.
3. Setiap peserta PPG mengerjakan tugas yang diberikan
4. Tugas yang dibuat, dikumpulkan dalam bentuk laporan, kemudian
didiskusikan bersama kelompok lainnya.

H. Tugas dan Pertanyaan


Carilah suatu perusahaan /industri peternakan atau kelompok ternak yang
menerapkan sumber permodalan dengan sistem :
- Kredit
- Kemitraan

212
Jelaskan :
1. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan sumber pembiayaan
2. mekanisme sistem pembiayaan/permodalan
3. perhitungan angsuran/jasa (jika kredit) atau cara bagi hasil 2 pihak

I. Pustaka
Said, Gumbira dan A. Harizt Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia
Indonesia. Jakarta

Firdaus, Muhammad. 2012. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara.

Downey, W. David dan Steven P. Erickson. 1987. Manajemen Agribisnis,


Edisi Kedua. Alih bahasa: Ir Rochidayat Ganda S dan Alfonsus Sirait.
Penerbit Erlangga. Jakarta.

Kadarsan, Halimah. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan


Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

4.4.2 Menentukan faktor resiko dalam usaha produksi tanaman


A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan menentukan faktor resiko dalam
usaha produksi tanaman.
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan mengidentifikasi faktor-faktor resiko usaha agribisnis produksi
tanaman.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 213


2. Ketepatan dalam menentukan tindakan pencegahan resiko usaha
agribisnis produksi tanaman.
3. Ketepatan membuat laporan hasil praktikum.
D. Teori
Agribisnis tidak terlepas dari faktor risiko (risk) dan ketidakpastian
(uncertainty). Risiko merupakan kejadaian yang telah diketahui
probabilitasnya, misalnya kematian pada budidaya tanaman obat-obatan
sekitar 4%, kematian pada pengangkutan buah ke pasar sekitar 2%,
penyusutan pada pengangkutan ternak potong ke luar daerah mencapai 10-
20% dan sebagainya. Probabilitas kejadian pada ketidakpastian tidak
diketahui sebelumnya, seperti wabah penyakit dalam bencana alam. Ada
lima macam risiko yang dihadapi oleh manajer agribisnis, meliputi risiko
produksi (production risk), risiko pemasaran (marketing risk), risiko
keuangan (financial risk), risiko hukum (legal risk), dan risiko sumber daya
manusia (human resources risk). Untuk menghadapi kelima risiko tersebut
terdapat lima cara yang dapat ditempuh, yaitu dipertahankan (retain), digeser
(shift), dikurangi (reduce), diasuransikan (insure), dan dihindari (avoid).
Penanggungan resiko merupakan salah satu unsur biaya yg sulit
diperkirakan besarnya dalam setiap aktivitasagribisnis, seperti resiko
penurunan produksi maupun resiko penurunan pendapatan. Resiko
penurunan produksi pertanian dapat dikarenakan oleh faktor alam (bencana
alam) dan bencana lainnya (seperti : kebakaran, pencurian, dll). Resiko
penurunan pendapatan dapat terjadi karena penurunan mutu, perubahan
harga karena perubahan preferensi konsumen, maupun perubahan kondisi
perekonomian secara umum.
Manajemen resiko dalam agribisnis bertujuan untuk mentransfer
resiko dan mengurangi dampak suatu resiko. Resiko produksi, seperti :
merosotnya volume produksi secara drastis, dapat dikarenakan bencana
alam, serangan hama, kebakaran dll, dapat ditanggulangi dg membeli polis
asuransi produksi perta-nian. Penanggungan resiko tersebut dialihkan pada
perusahaan jasa asuransi dengan membayar premi asuransi. Resiko
menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan

214
teknologi budi daya dan pasca panen yang tepat. Resiko pasar dapat
ditanggulangi dengan beberapa cara, yaitu : (1) diversifikasi; (2) integrasi
vertikal; (3) kontrak di muka ; (4) pasar masa depan; (5) usaha perlindungan.
Aktivitas pada manajemen risiko meliputi identifikasi risiko,
pengukuran risiko, dan penanganan risiko. Identifikasi risiko merupakan
aktivitas awal yang akan menghasilkan output daftar risiko. Dalam
identifikasi risiko terdapat stakeholder yang meliputi pemegangan saham,
kreditur, pemasok, karyawam, pemain industri yang sama, pemerintah,
manajemen itu sendiri, masyarakat, dan pihak lain yang terpengaruh oleh
adanya perusahaan. Metode dalam identifikasi risiko meliputi analisis data
historis, pengamatan dan survei, dan pendapat ahli. Analisis kontrak dalam
manajemen risiko bertujuan untuk melihat risiko yang muncul karena kontak
tertentu.
Pengukuran risiko dapat dilihat dengan besar kecilnya risiko yang
akan berdampak bagi perusahaan dan dengan melakukan prioritas risiko
dapat mempermudah serta dapat menghasilkan output berupa peta risiko.
Terdapat 4 cara dalam penanganan risiko yaitu penghindaran risiko (risk
avoidance), pengukuran risiko yang dapat dilakukan dengan metode
pencegahan, diversifikasi atau lindung nilai alamiah (natural heging),
pemindahan risiko (risk transfer) dan penahanan risiko (risk retention).
Macam- macam manajemen risiko dalam agribisnis dikelompokkan
menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Risiko berdasarkan sifatnya
a. Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi
perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat
memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal pula
dengan istilah risiko bisnis (business risk). Seseorang yang
menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan
atau malah investasinya merugikan. Risiko yang dihadapi seperti

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 215


adalah risiko spekulatif. Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang
dihadapi yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat
menimbulkan kerugian.
Jenis risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja ditimbulkan
oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian memberikan
peluang keuntungan kepadanya. Umumnya tidak bisa diasuransikan.
Contoh dari risiko ini adalah : kita menggunakan modal untuk
membuka usaha rumah makan, atau digunakan untuk investasi
membangun pembangkit baru. Dalam membuka usaha baru ini pasti
akan ada kemungkinan risiko rugi, tapi juga ada peluang untuk
memperoleh keuntungan.
b. Risiko Murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat
berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan. Salah satu contohnya adalah kebakaran, apabila
perusahaan mengalami kebakaran, maka perusahaan tersebut akan
mengalami kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi
kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan
kerugian, bukan menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan
untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu.
Salah satu cara menghindari risiko murni adalah dengan
asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan.
Itu sebabnya risiko murni dapat dikenal dengan istilah risiko yang
dapat diansuransikan (insurable risk).
Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni
adalah kemungkinan untuk ada atau tidak, untuk risiko spekulatif
masih terdapat kemungkinan untung, sedangkan untuk risiko murni
tidak dapat keuntungan.
Maka kita sebagai masyarakat, terlebuh pengusaha harus
mempelajari manajemen resiko karena sasaran dari pelaksanaan
manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda

216
yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang
dapat diterima oleh masyarakat.
2. Risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan
a. Risiko yang dapat dialihkan
Risiko yang dapat dialihkan yaitu risiko yang dapat
dipertanggungkan sebagai obyek yang terkena risiko kepada
perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi. Dengan
demikian kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban) perusahaan
asuransi.
b. Risiko yang tidak dapat dialihkan,
Risiko yang tidak dapat dialihkan yaitu semua risiko yang
termasuk dalam risiko spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan
pada perusahaan asuransi.
3. Risiko berdasarkan asal timbulnya
a. Risiko Internal
Risiko Internal yaitu risiko yang berasal dari dalam
perusahaan itu sendiri. Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja
pada proyek karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, risiko
mismanagement, dan sebagainya.
b. Risiko Eksternal
Risiko Eksternal yaitu risiko yang berasal dari luar
perusahaan atau lingkungan luar perusahaan. Misalnya risiko
pencurian, penipuan, fluktuasi harga, perubahan politik, dan
sebagainya.
E. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas double folio,
laptop dan internet.

F.Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 217


G. Prosedur Kerja
1. Dosen pengampu mata kegiatan memberikan penjelasan mengenai topik
ini
2. Setiap peserta PPG membaca dan memahami teori yang ada.
3. Setiap peserta PPG mengerjakan tugas yang diberikan
4. Tugas yang dibuat, dikumpulkan dalam bentuk laporan, kemudian
didiskusikan bersama kelompok lainnya.

H. Tugas dan Pertanyaan


1. Identifikasi faktor resiko apa saja yang mungkin timbul dari usaha
agribisnis produksi tanaman yang telah saudara pilih pada topik
sebelumnya
2. Diskusikan upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir atau
mengantisipasi resiko-resiko tersebut
3. Buat laporan hasil praktikum

I. Pustaka
Said, Gumbira dan A. Harizt Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia
Indonesia. Jakarta

Firdaus, Muhammad. 2012. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara

Downey, W. David dan Steven P. Erickson. 1987. Manajemen Agribisnis,


Edisi Kedua. Alih bahasa: Ir Rochidayat Ganda S dan Alfonsus Sirait.
Penerbit Erlangga. Jakarta.

218
4.4.3 Membuat laporan arus kas usaha produksi tanaman
A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan membuat laporan arus kas usaha
produksi tanaman
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan mengidentifikasi kas masuk dan kas keluar
2. Ketepatan dalam membuat laporan arus kas
3. Ketepatan membuat laporan praktikum
D. Teori
Tujuan utama dari Laporan Arus Kas adalah untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas yang
dimiliki perusahaan dalam suatu periode tertentu. Untuk mencapai tujuan ini,
Laporan Arus Kas melaporkan hal-hal seperti:
1. Perubahan kas akibat operasional perusahaan selama periode tertentu.
2. Transaksi investasi
3. Transaksi keuangan
4. Pertambahan dan Pengurangan bersih jumlah kas dalam satu periode
Investor biasanya fokus pada Laba Bersih yang diukur dengan basis
akrual. Namun, informasi dari arus kas penting untuk mengetahui liquiditas,
kelenturan keuangan dan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Sering
terjadi analisa pada Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi tidak
menunjukkan kondisi sesungguhnya dari kinerja perusahaan. Terutama pada
faktor liquiditas dan daya tahan perusahaan dalam menghadapi naik turunnya
perekonomian makro. Kemampuan perusahaan menghasilkan kas dan setara

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 219


kas dalam kegiatan operasionalnya menandakan bahwa perusahaan itu
memiliki cukup sumber daya dan kemampuan untuk mempertahankan
eksistensinya
Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan lainnya,
laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para
pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih entitas, struktur
keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan
mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka penyesuaian
terhadap keadaan dan peluang yang berubah
Dalam laporan arus kas, penerimaan dan pengeluaran kas dalam
suatu periode dibedakan dalam 3 aktifitas berbeda yaitu:
i. Aktifitas operasi
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan
indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi
baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan
entitas (principal revenue-producing acitivities) dan aktivitas lain yang
bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Arus kas
dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama
pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya
berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan
laba atrau rugi bersih.
Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi:
• penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa;
• penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain;
• pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan
• penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan
dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lainnya;

220
• pembayaran kas atau penerimaan kembali(restitusi) pajak penghasilan
kecual jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari
aktivitas pendanaan dan investasi;
• penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk
tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing)
Beberapa transaksi seperti penjualan peralatan pabrik, dapat
menimbulkan keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laba
rugi. Arus kas yang terkait dengan transaksi semacam itu merupakan arus
kas dari aktivitas investasi. Akan tetapi, pembayaran kas untuk pabrikasi
atau memperoleh aset yang dimiliki untuk disewakan kepada pihak lain
dan selanjutnya dimiliki untuk dijual adalah arus kas dari aktivitas
operasi. Kas yang diterima dari sewa dan penjualan atas aset setelah
periode sewa dan penjualan aset setelah periode sewa, diakui sebagai
arus kas dari aktivitas operasi
ii. Aktifitas investasi
Aktifitas Investasi; adalah perolehan dan pelepasan aset jangka
panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang
telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan. Termasuk memperoleh pinjaman
atau memberikan pinjaman, melakukan pembelian atau melepas investasi
dan properti, pabrik, dan peralatan.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:
• pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan
aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang
dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri.
• penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, serta
aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lain;
• pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen
ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 221


pembayaran kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau
instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjanjikan)
• uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain
uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan)
• penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang
diberikan kepada pihak lain yang diberikan kepada pihak lain (selain
uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);
• pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward
contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila
kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau
diperjanjikan, atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan
sebgai aktivitas pendanaan; dan
• pembayaran kas dari futures contracts, forward contracts, option
contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut
dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan, atau apabila
pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
Jika suatu kontrak dimaksudkan untuk lindung nilai (hedge) suatu
posisi yang dapat diidentifikasi, maka arus dari kontrak tersebut
diklasifikasikan dengan cara yang sama seperti arus kas dari posisi yang
dilindung nilainya

iii. Aktifitas finansial


Aktifitas Finansial (pendanaan); adalah aktivitas yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi
modal dan pinjaman entitas. Pengungkapan terpisah arus kas yang
berasal dari aktivitas pendanaan penting dilakukan karena berguna untuk
memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal
entitas. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan
adalah:
• penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya;
• pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham
entitas;

222
• penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan
pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lainnya.
• pelunasan pinjaman
• pembayaran kas oleh penyewa (lessee) untuk mengurangi saldo
kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (finance lease).
Cara membuat laporan arus kas ada 2 metode yang digunakan yaitu
metode langsung dan metode tidak langsung dimana letak perbedaan dalam 2
metode ini hanya terdapat dalam kegiatan operasinya sedangkan kegiatan
pendanaan dan investasi sama.
• Metode Langsung
a. Laporan Arus Kas disusun dari buku Kas
b. Pada saat pencatatan setiap transaksi kas, harus digolongkan langsung
ke dalam 3 jenis aktivitasnya agar mempermudah penyusunan.
• Metode tidak Langsung adalah
a. Laporan Arus Kas disusun dari Laporan Keuangan (laporan posisi
keuangan/neraca atau laporan Laba Rugi)
b. Tidak diperlukannya penggolongan seperti dalam metode langsung

Bentuk Dasar Laporan Aliran Kas


(1)
(2)

(3)
(4)

(5)

• Saldo kas awal: Jumlah kas yang tersedia pada awal periode.
• Penerimaan kas: Kas yang masuk ke dalam perusahaan.
• Penjualan tunai. Penjualan yang pembayarannya diterima ketika barang
diserahkan.
• Hasil penagihan piutang. Penerimaan kas dari penjualan kredit pada periode
sebelumnya.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 223


• Pinjaman. Dana yang diterima untuk dikembalikan kemudian.
• Kas tersedia: Saldo kas awal plus penerimaan kas.
• Pengeluaran kas: Kas yang keluar dari perusahaan.
• Biaya-biaya tunai. Biaya-biaya di mana dilakukan pembayaran secara tunai,
tidak seperti penyusutan.
• Pembelian tunai. Pembelian yang pembayarannya dilakukan ketika barang
diterima.
• Pembayaran utang dagang. Pembayaran barang dan jasa yang dipasok pada
periode sebelumnya.
• Pengembalian pinjaman. Pembayaran pokok pinjaman plus beban bunga.
• Saldo kas akhir: Jumlah kas yang tersisa pada akhir periode.
Contoh soal dan jawabannya mengenai laporan arus kas:
• Laporan keuangan PT. Karya Abadi untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2009 :
Laba bersih ………………………………………….. Rp. 150.000.000
Penjualan ……………………………………………. Rp. 750.000.000
Harga Pokok Penjualan …………………………… Rp. 450.000.000
Beban Penyusutan …………………………………... Rp. 80.000.000
Beban Operasi ………………………………………. Rp. 62.000.000
Beban Bunga ………………………………………… Rp. 8.000.000
Pengumuman Dividen dan dibayar ………………….. 60 % dari Laba

Neraca komperatif untuk beberapa akun tertentu menunjukkan saldo sebagai


berikut :
Keterangan 31 Desember 2009 31 desember 2008
Piutang Usaha Rp. 30.000.000 Rp. 55.000.000
Persediaan Rp. 70.000.000 Rp. 40.000.000
Utang Usaha Rp.25.000.000 Rp. 40.000.000
Utang Bunga Rp. 0 Rp. 2.000.000

Diminta : Hitunglah jumlah kas bersih yang dihasilkan / digunakan dalam


aktivitas operasi untuk tahun 2009 baik menggunakan metode langsung
maupun tidak langsung!

224
Jawab :
• Metode Langsung/ Direct Method :
Arus kas dari Kegiatan Operasi :
Kas diterima dari pelanggan ………………………… Rp. 775.000.000
(Berasal dari Penjualan + Piutang yang dibayar )
Kas dibayar untuk Persediaan ……………………. (Rp. 495.000.000 )
(Berasal dari HPP + Penambahan persedian + Pen.Utang )
Kas dibayar untuk Beban Operasi ………………... (Rp. 62.000.000 )
Kas dibayar untuk bayar bunga …………………... (Rp. 10.000.000 )
(Berasal dari beban bunga + utang bunga yg tlah dibayar )

Net cash flow From Operating Activities …….. Rp. 208.000.000

• Metode Tidak Langsung / Indirect Method


Arus kas dari Kegiatan Operasi :

Laba Bersih …………………………………….. Rp. 150.000.000


Penyusutan ……………………………………… Rp. 80.000.000
Penurunan dari Akun Piutang …………............. Rp. 25.000.000
Peningkatan Persediaan ……………………….... ( Rp. 30.000.000 )
Penurunan dari akun Utang …………………….. ( Rp. 15.000.000 )
Penurunan dari Utang Bunga …………………... ( Rp. 2.000.000 )

Net cash flow from Operating Activities ………… Rp. 208.000.000


Catatan: tanda kurung “( )” di angka berarti kurang.

E. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas double folio, laptop
dan internet.

F.Organisasi
1. Peserta PPG bekerja secara berkelompok

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 225


2. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
1. Dosen pengampu mata kegiatan memberikan penjelasan mengenai topik
ini
2. Setiap peserta PPG membaca dan memahami teori yang ada.
3. Setiap peserta PPG mengerjakan tugas yang diberikan
4. Tugas yang dibuat, dikumpulkan dalam bentuk laporan, kemudian
didiskusikan bersama kelompok lainnya.

H. Tugas dan Pertanyaan


Laporan keuangan PT. X untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2009 :
Laba bersih ………………………………………….. Rp. 15.000.000
Penjualan ……………………………………………. Rp. 75.000.000
Harga Pokok Penjualan ……………………………… Rp. 45.000.000
Beban Penyusutan …………………………………... Rp. 8.000.000
Beban Operasi ………………………………………. Rp. 6.200.000
Beban Bunga ………………………………………… Rp. 800.000
Pengumuman Dividen dan dibayar ………………….. 60 % dari Laba

Neraca komperatif untuk beberapa akun tertentu menunjukkan saldo sebagai


berikut :
Keterangan 31 Desember 2009 31 desember 2008
Piutang Usaha Rp. 3.000.000 Rp. 5.500.000
Persediaan Rp. 7.000.000 Rp. 4.000.000
Utang Usaha Rp.2.500.000 Rp. 4.000.000
Utang Bunga Rp. 0 Rp. 200.000

Diminta : Hitunglah jumlah kas bersih yang dihasilkan / digunakan dalam


aktivitas operasi untuk tahun 2009 baik menggunakan metode langsung
maupun tidak langsung!

226
I. Pustaka
Soemarso, S.R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar (Buku 1). Salemba Empat.
Jakarta.

Syamsuddin, L. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Kadarsan, Halimah. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan


Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Downey, W. David dan Steven P. Erickson. 1987. Manajemen Agribisnis,


Edisi Kedua. Alih bahasa: Ir Rochidayat Ganda S dan Alfonsus Sirait.
Penerbit Erlangga. Jakarta.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 227


4.5. Menganalisis Kinerja Bisnis
4.5.1 Menghitung rasio keuangan usaha produksi tanaman
A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan menghitung rasio keuangan usaha
produksi tanaman.
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan menghitung rasio keuangan rasio keuangan usaha produksi
tanaman.
2. Ketepatan membuat laporan praktikum.
D. Teori
Dalam manajemen keuangan bisnis, pada umumnya analisis rasio
digunakan untuk mengatasi kelemahan analisis yang hanya didasarkan pada
perbedaan nilai uang saja, yang kadang-kadang membingungkan dan bahkan
menyesatkan (Downey and Erickson, 1987). Sebagai contoh,

Perusahaan A Perusahaan B

Aktiva lancar (Rp) 2.000.000.000,00 10.000.000.000,00


Kewajiban lancar(Rp) 1.000.000.000,00 9.000.000.000,00
Kelebihan aktiva
1.000.000.000,00 1.000.000.000,00
lancar(Rp)

Kedua perusahaan tersebut mempunyai margin yang sama berupa aktiva


lancar atas kewajiban lancar. Tetapi perusahaan A lebih sehat dari pada
perusahaan B, dalam kasus ini dilihat dari rasio aktiva lancar terhadap kewajiban
lancar akan menggambarkan situasi dengan lebih tepat. Analisis rasio adalah
sangat sederhana namun memberikan manfaat yang sangat berguna bagi para
manajer. Para manajer dapat mengembangkan analisis keuangan dengan
228
indikator yang diperlukan sesuai dengan kebijakan-kebijakan, program –
program perusahaan untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini tidak mesti semua
rasio digunakan karena diantara agribisnis terdapat perbedaan ukuran dan jenis
yang sangat besar serta perbedaan program/kebijakan.
Meskipun demikian, analisis rasio keuangan berguna untuk mengukur
prestasi perusahaan secara mudah, karena:
- Mudah dihitung
- mudah dibandingkan
- mudah dimengerti, dan
- memudahkan dalam mengkomunikasikan posisi keuangan perusahaan kepada
pihak-pihak lain yang berkepentingan selain manajemen.
Tujuan rasio keuangan
Pertimbangan bagi bank dalam pemberian kredit sehingga bank
menekankan pada rasio likuiditas (analisis jangka pendek) dan rasio solvabilitas
(hutang jangka panjang). Bagi bank, debitur dalam jangka pendek dianggap bisa
melunasi hutangnya jika nilai likuiditasnya tinggi, sedangkan untuk hutang
jangka panjang lebih ditekankan pada nisbah solvabilitas.
Macam-macam rasio dari sudut pandang manajemen (Downey dkk, 1987)
1. Profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan
cara membandingkan laba dengan penjualan dan modal sendiri dan total aset.
a. Gross profit marjin (rasio marjin kotor) . Semakin tinggi maka semakin
bagus.
penjualan – harga pokok penjualan x 100%
penjualan
b. Net profit marjin (rasio pendapatan terhadap penjualan)
pendapatan (marjin kotor - total biaya) x 100%
penjualan
c. Rate of return on net worth (rasio laba terhadap modal ekuitas)
laba x 100%
kekayaan bersih (equity/modal sendiri)

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 229


d. Operating Profit Ratio ( rasio laba terhadap penjualan)
laba bersih (laba sesudah dikurangi bunga + pajak) x 100%
penjualan

2. Likuiditas yaitu kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka


pendek. Semakin tinggi CR berarti perusahan semakin liquid atau mampu
memenuhi kewajiban finansial yang harus segera dilunasi.
a. Rasio lancar (current ratio)
jumlah aktiva lancar x 100%
jumlah kewajiban lancar
b. Rasio cepat (quick ratio)
jumlah kas + piutang usaha x 100%
kewajiban lancar
c. Ratio tunai (cash ratio)
kas x 100%
hutang lancar
Cara mempertinggi Current Ratio :
3. Menambah aktiva lancar , dengan cara : a) menjual aktiva tetap , b)
menambah hutang jangka panjang, atau c) menambah modal sendiri
4. Mengurangi hutang lancer, dengan cara : a) menjual sebagian aktiva
tetap, b) menambah hutang jangka panjang, atau c) menambah modal
sendiri
5. Mengurangi aktiva lancar dan hutang lancar secara bersamaan. Caranya
antara lain dengan cara melunasi hutang lancar dengan menggunakan
uang kas (jika ada).
3. Solvabilitas (laverage ratio)
Kemampuan perusahaan dalam melunasi semua hutangnya baik
hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang (total hutang).
Perusahaan dikatakan solvabel jika mempunyai aktiva yang cukup untuk
membayar semua hutang-hutangnya, namun demikian belum tentu bahwa
perusahaan itu likuid. Misalnya diketahui solvabilitas 60% artinya setiap Rp
60 hutang dijamin oleh Rp 100 modal sendiri.
Ada 4 macam keadaan :

230
1. Likuid tetapi tidak solvabel
2. Likuid dan solvabel
3. Tidak liquid tapi solvabel
4. Tidak likuid dan tidak solvabel.

Laverage factor (total debt to total assets)


Jumlah kewajiban
Laverage factor = ------------------------------- x 100%
Jumlah kekayaan bersih
Laverage factor 0% berarti tidak ada hutang, semua aktiva perusahaan
berasal dari modal sendiri.
Laverage factor 50% berarti 50% dari aktiva perusahaan berasal dari hutang.
Laverage factor 100% berarti seluruh aktiva perusahaan berasal dari hutang

1. Rasio kewajiban jangka panjang atas harta (Debt to asset ratio)


Kewajiban jangka panjang
x 100 %  ... %
harta

2. Rasio kewajiban jangka panjang atas modal (Debt to equity ratio)


Kewajiban jangka panjang
x 100 %  ... %
modal

Untuk meningkatkan solvabilitas bisa ditempuh dengan cara :


1. Menambah aktiva tanpa menambah hutang, atau menambah aktiva relatif
lebih besar daripada tambahan hutangnya.
2. Mengurangi hutang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi hutang
relatif lebih besar daripada berkurangnya aktiva.
4. Efisiensi, berhubungan dengan tingkat efisiensi atau kinerja perusahaan
b. Rasio perputaran (turnover ratio)
menentukan intensitas penggunaan aktiva dengan melihat berapa kali
aktiva berputar dalam 1 periode.
perputaran aktiva = jumlah penjualan
jumlah aktiva

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 231


Semakin cepat perputaran dalam 1 tahun maka semakin baik. Semakin
besar penjualan dengan jumlah aktiva yang sama berarti semakin besar
tingkat pengembalian atas investasi.
Cara peningkatan volume penjualan :
- Menggunakan aktiva secara lebih efektif
- Menaikkan harga
- Mengurangi jumlah aktiva yang tidak digunakan secara efektif.
- Mengurangi piutang usaha
- Memilih alternatif yang lebih baik untuk menggunakan uang kas yang
tersedia.

c. Perputaran Persediaan
tingkat perputaran persediaan = penjualan
persediaan akhir
Tingkat perputaran menunjukkan sampai dimana keberhasilan
pengeluaran modal kerja.
Bila modal terikat dalam bentuk persediaan :
1. Penjualan harus menghasilkan marjin yang tinggi.
2. Dapat memperbesar beban bunga atas inveatsi dalam bentuk
persediaan jika digunakan pembiayaan jangka pendek pada suku
bunga yang tinggi.
Tingkat perputaran yang terlalu tinggi dapat menunjukkan peluang
penjualan yang hilang diakibatkan oleh persediaan yang usang atau tidak
mampu memenuhi persyaratan penyerahan.
Laba dapat diperbesar dengan cara potongan harga lebih tinggi daripada
suku bunga. Bisnis dengan perputaran yang rendah akan mempunyai
marjin yang tinggi.
d. Rasio piutang usaha, menunjukkan jangka waktu (periode) rata-rata
untuk menagih piutang usaha.
piutang usaha
Rasio = -------------------- x 360 hari
penjualan
= jumlah beberapa hari yang ada dalam bentuk piutang usaha beberapa
hari perlu untuk menagih hutang usaha
232
Semakin panjang periode penagihan maka laba turun (semakin
bertambah biaya penagiahan, bunga atas dana yang tertanam dalam
piutang, dan piutang yang tidak tertagih).
Periode penagihan terlalu singkat maka kebijakan kredit terlalu ketat
sehingga penjualan berkurang. Periode penagihan tidak boleh lebih
panjang dari satu sepertiga kali periode pembayaran (jatuh tempo) yang
sudah ditetapkan.
e. Rasio Efisiensi Upah , bertujuan untuk memantau biaya pekerja
biaya tenaga kerja
rasio = ------------------------ = persentase biaya
jumlah penjualan

E. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas double folio,
kalkulator, laptop dan internet.

F.Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

G. Prosedur Kerja
1. Peserta mendiskusikan cara menghitung rasio profitabilitas
2. Peserta mendiskusikan cara menghitung rasio likuiditas
3. Peserta mendiskusikan cara menghitung rasio solvabilitas
4. Peserta mendiskusikan cara menghitung rasio efisiensi
5. Peserta mengerjakan tugas yang diberikan.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 233


H. Tugas dan Pertanyaan
Laporan Laba-Rugi PT Aneka Sayur, tahun 2014 :

PT. Aneka Sayur. Perhitungan laba-rugi


Tahun yang berakhir pada 31 Desember 2014
Penjualan $ 1.000.000
Harga pokok penjualan 750.000
Marjin kotor 250.000
Beban operasi
Gaji dan upah, termasuk tunjangan $ 75.000
Pajak local, perizinan 5.000
Asuransi 6.000
Penyusutan 20.000
Sewa dan “lease” 7.000
Iklan dan promosi 5.000
Beban kantor 2.000
Utilitas (air, listrik) 3.000
Pemeliharaan dan perbaikan 17.000
Piutang yang tidak tertagih 2.000
Perbekalan (perlengkapan) 4.000
Lain – lain 4.000
Jumlah biaya operasi 150.000
Laba operasi bersih 100.000
Beban bunga 15.000
Pendapatan di luar operasi 5.000
Laba bersih sebelum pajak 90.000
Pajak penghasilan 40.000
Laba bersih setelah pajak $ 50.000

Neraca keuangan PT. Aneka Sayur tahun 2014 :


PT. Aneka Sayur.
Neraca 31 Desember 2014
Aktiva (asset)
Aktiva lancar :
Kas $ 50.000
Piutang usaha 150.000
Persediaan 80.000
Beban yang dibayar di muka 10.000
Lain – lain 10.000
Jumlah aktiva lancar 300.000

234
Aktiva tetap
Tanah $ 20.000
Bangunan 100.000
Kurangi: Akumulasi penyusutan 50.000
70.000
Peralatan 250.000
Kurangi: Akumulasi penyusutan 130.000
120.000
Jumlah aktiva tetap 190.000
Aktiva lain - lain 10.000
Jumlah aktiva $ 500.000
Kewajiban
Kewajiban lancar :
Hutang usaha 43.000
Wesel bayar 100.000
Hutang pajak 5.000
Hutang gaji 2.000
Jumlah kewajiban lancar 150.000
Kewajiban jangka panjang
Hipotek 40.000
Lain – lain 10.000
Jumlah kewajiban jangka panjang 50.000
Jumlah kewajiban 200.000
Kekayaan bersih
Penanaman modal pemilik
Saham biasa 200.000
Laba yang ditahan 100.000
Jumlah kekayaan bersih 300.000
Jumlah kewajiban dan kekayaan bersih $ 500.000

Hitunglah :
1. Rasio Profitatabilitas PT. Aneka Sayur
2. Rasio Likuiditas PT. Aneka Sayur
3. Rasio Solvabilitas PT. Aneka Sayur
4. Rasio Efisiensi PT. Aneka Sayur

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 235


I. Pustaka
Downey, D and S. P. Erickson. 1987. Agribusiness Management. 2nd Edition,
McGraw-Hill 297 Book Co. Inc. New York.

Soemarso, S.R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar (Buku 1). Salemba Empat.
Jakarta.

Syamsuddin, L. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Kadarsan, Halimah. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan


Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

4.5.2 Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kinerja bisnis


A. Tujuan Kegiatan
Peserta PPG mampu melakukan kegiatan mengembangkan strategi untuk
meningkatkan kinerja bisnis
B. Waktu Kegiatan
No Kegiatan Waktu (menit)
1 Asistensi 40
2 Praktek 240
3 Tugas/laporan 60
Jumlah 340

C. Indikator Kinerja
1. Ketepatan dalam menganalisa laporan keuangan
2. Ketepatan dalam menentukan strategi untuk meningkatkan kinerja bisnis
3. Ketepatan membuat laporan praktikum
D. Teori
Seorang entrepreneur tentunya akan selalu berusaha yang terbaik
untuk meningkatkan usahanya dan membuat pelanggannya puas dalam
usahanya mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Sebetulnya ada
berbagai cara untuk meningkatkan dan mengembangkan bisnis.
Bagaimanapun seorang entrepreneur menilai keberhasilan suatu bisnis,

236
apakah dari profit margin, jumlah pelanggan, atau berdasarkan reputasi, ada
beberapa hal yang perlu diketahui sebagai cara meningkatkan kinerja bisnis.
a. Meminta pendapat (feedback) dari pelanggan
Berhenti berpikir bahwa Anda sudah melakukan yang terbaik adalah
satu cara untuk memulai perbaikan kinerja bisnis. Walaupun seorang
entrepreneur telah melakukan pengkajian terhadap konsep serta bisnis proses
dalam menjalankan bisnis, namun ada yang kurang jika belum mendapatkan
feedback dari pelanggan. Apakah pelanggan menyukai produk kita? Apakah
pelanggan juga membeli produk lain? Apakah harga produk yang kita
tawarkan sudah kompetitif? Hal ini berguna sebagai masukan untuk
mengembangkan strategi ke depan.
b. Fokus ke usaha pemasaran
Kalau ingin meningkatkan profit, maka perbanyak pelanggan baru
atau mendapatkan masukan, dan mulai fokus usaha pemasaran ke komunitas
tertentu.
c. Kerjasama
Kombinasi usaha, pengetahuan serta pengalaman akan memiliki
potensi pengembangan bisnis ke depan yang jauh lebih baik jika
dibandingkan dilakukan sendiri. Di sini diperlukan kemampuan networking
dari seorang entrepreneur.
d. Fokus kepada pelayanan untuk pelanggan
Bisnis yang menginginkan jangka panjang memerlukan strategi
pelayanan pelanggan yang baik. Suatu bisnis perlu cara bagaimana
penanganan complaint, penanganan pertanyaan, menjawab feedback, dan
memiliki strategi untuk mengubah penilaian negatif menjadi sesuatu yang
positif dan menguntungkan untuk jangka panjang.
e. Monitor trends
Karena usaha dan bisnis kita tidak berada di kondisi vacuum, maka
perubahan di luar pasti akan berpengaruh terhadap usaha dan bisnis yang kita
jalanani. Apakah resesi, apakah ada perubahan gaya hidup para pelanggan,

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 237


perlu dipahami dan disadari agar kita bisa beradaptasi mengikuti arah
trending.
E. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah alat tulis, kertas double folio, laptop
dan internet.
F.Organisasi
a) Peserta PPG bekerja secara berkelompok
b) Setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang
G. Prosedur Kerja
1. Dosen pengampu mata kegiatan memberikan penjelasan mengenai topik
ini
2. Setiap peserta PPG membaca dan memahami teori yang ada.
3. Setiap peserta PPG mengerjakan tugas yang diberikan
4. Tugas yang dibuat, dikumpulkan dalam bentuk laporan, kemudian
didiskusikan bersama kelompok lainnya.
H. Tugas dan Pertanyaan
1. Dengan menggunakan data tugas-tugas pada topik sebelumnya, coba
saudara lakukan analisis terhadap kinerja bisnis yang telah dibuat
sebelumnya berdasarkan pada 5 hal untuk meningkatkan kinerja bisnis di
atas
2. Diskusikan hasilnya bersama-sama dengan kelompok lain.
3. Buat laporan hasil praktikumnya
I. Pustaka
David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis: Konsep, Edisi Ketujuh. Alih
Bahasa Alexander Sindoro. Prentice Hall Inc.

Rangkuti, Freddy. 2000. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.


PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Syamsuddin, L. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Taylor, Bernard W. 2014. Sains Manajemen (edisi 11). Salemba Empat.


Jakarta

238
Demikian buku ajar ini disusun sebagai bahan dan media pembelajaran
dalam penyelenggaraan Program Studi Pendidikan Profesi Guru (PPG) bidang
keahlian agribisnis produksi tanaman. Tim penyusun berharap agar buku ajar ini
membantu efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program PPG di seluruh Indonesia.
Dengan demikian, dapat turut serta meningkatkan kualitas guru di seluruh tanah air
dalam rangka kemajuan pendidikan Indonesia.

PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 239


PPG_Agribisnis Produksi Tanaman 1

Anda mungkin juga menyukai