Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS GRAFIK IBU HAMIL RESIKO TINGGI DI PUSKESMAS MAGELANG SELATAN

A. Umur Ibu
a) Usia hamil primi muda < 20 tahun
Adianingsih (2010) menyatakan, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja
sangatlah minim, informasi yang kurang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi
sehingga memaksa remaja untuk melakukan eksplorasi sendiri, baik melalui media
(cetak dan elektronik) dan hubungan pertemanan, yang besar kemungkinannya justru
salah. Ternyata sebagian besar remaja merasa tidak cukup nyaman curhat dengan orang
tua nya, terutama bertanya seputar masalah seks. Oleh karena itu, remaja lebih suka,
mencari tahu sendiri melalui sesame temannya dan menonton blue film. Selain itu
pengetahuan tentang akibat pernikahan dini dan kesiapan secara fisik merupakan salah
satu hal yang harus diperhatikan pada pasangan yang menikah di usia muda terutama
pihak wanita nya. Kehamilan di usia muda mempunyai resiko medis lebih tinggi
disebabkan belum matang nya alat reproduksi untuk hamil sehingga merugikan
kesehatan ibu maupun janin serta kehamilan tersebut beresiko untu kematian ibu dan
janin.
b) Usia hamil normal 20-30 tahun
(Menurut Prof.Dr.R.D. Kandau dan Hermie M.M Tendean,2012) mengetahui kehamilan
pada usia 20-30 tahun berkembangnya bidang pendidikan dan lapangan pekerjaan bagi
kaum wanita sehingga lebih banyak wanita yang terlambat menikah bahkan menunda
mempunyai anak sampai karir mereka. Ibu melahirkan sebaiknya usia Ibu berada pada
rentang 20-30 tahun.
Setiap ibu yang hamil dan bersalin pada usia kurang dari 35 tahun, disarankan untuk
lebih sering berkunjung ke klinik untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Selain itu,
dibutuhkan adanya dokter yang berpengalaman dan berkompeten dalam menangani
serta meminimalkan tingkat morbiditas dan mortalitas dalam suatu tindakan persalinan,
terutama untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan persalinan pada usia kurang
dari 35 tahun.
c) Usia hamil primi tua > 35 tahun
Pada usia diatas 35 tahun, bibit kesuburan wanita akan menurun. Akibatnya, ketika
mereka hamil akan timbul kelainan dan menyebabkan abortus spontan. Kemungkinan
aborsi pada wanita hamil usia diatas 35 tahun sebesar 40%. (Subiyanto,2012)
B. Hubungan Pekerjaan dengan Ibu Hamil

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Utami Munandar (2010) bahwa


motivasi ibu bekerja adalah untuk menambah penghasilan keluarga, menghindari rasa
bosan, mengisi waktu luang, dan ingin mengembangkan diri.Selama kehamilan tidak
sehari-hari apabila hal tersebut tidak memberikan gangguan rasa tidak
enak (Sujiyatini, 2009 dalam Walyani, 2015). Penelitian yang lain juga menunjukkan
bahwa ibu yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan yang baik daripada ibu yang
tidak bekerja karena pada ibu yang bekerja akan banyak peluang untuk mendapatkan
informasi seputar keadaanya (Sulistyawati, 2009 dalam Jelita dan Juaria, 2013).
Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan karena biaya hidup
yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus menyediakan dana yang diperlukan,
sesuai dengan upah minimum pekerja Manado Rp.2.000.000, penelitian yang didapat di
Puskesmas Bahu Manado sebanyak 38 ibu hamil berpendapatan 76% < Rp.2.000.000.
hal ini menunjukkan sebagian besar ibu hamil beresiko dari segi pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari dan pemeriksaan rutin ANC. Dalam penelitian ini peneliti
mengelompokkan KRT dengan cara kriteria dimana KRT diperoleh dari anamnesisi
tentang umur, paritas, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, pemeriksaan lengkap
kehamilan sekarang, dan pemeriksaan laboratorium penunjang jika diperlukan.

C. Hubungan pendidikan dengan ibu hamil


Pendidikan ibu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan
mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya.berdasarkan hasil penelitian oleh verdani,
dkk (2012) tentang tingkat pendidikan, dapat dilihat bahwa sebagian besar. Hasil penelitian
oleh Verdani, dkk (2012) tentang tingkat pendidikan, dapat dilihat bahwa sebagian besar
pasien persalinan preterm berasal dari pendidikan yang tinggi, yaitu sebanyak 58 orang
(80,56%) dan pasien persalinan preterm yang berasal dari pendidikan rendah sebanyak 14
orang (19,44%). Hal ini sesuai dengan penelitian Agustina dalam Verdani, dkk (2012) yang
menyatakan bahwa lebih banyak ibu hamil berpendidikan tinggi (64,2%) yang melahirkan
preterm, dibandingkan dengan ibu hamil yang berpendidikan rendah (35,6%).
Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana
seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
didalam masyarakat dimana ia hidup, besosialisasi dimana orang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang dating dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh,
mengalami perkembangan kemampuan sosial, dan kemapuan individu yang
maksimal.

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendasari pengambilan


keputusan dan hasil persalinan juga ditunjang oleh tingkat pengetahuan ibu
tentang kesehatan, lingkungan, ekonomi, interaksi dengan tenaga kesehatan
dan kesadaran ibu itu sendiri. Terdapat juga beberapa ibu hamil yang sudah
memiliki pengetahuan yang cukup baru akan memeriksakan kehamilan jika
merasa mual dan muntah yang sangat mengganggu. Kurangnya dukungan
dari keluarga yang mempengaruhi kesadaran ibu dalam memeriksakan
kehamilannya (Verdani, dkk 2012).

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang


lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat
dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula
mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya.Sebaliknya jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akann menghambAat perkembangan sikap
seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan ibu
semakin mudah ibu untuk memperoleh informasi.Ibu yang memiliki
pengetahuan yang kurang tentang kehamilan resiko tinggi merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan persalinan yang beresiko pula.

D. Status GPA
a) Primi gravida
Merupakan seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Wanita
yang pertama kali hamil sedangkan umurnya dibawah 20 tahun disebut
primi gravida muda. Usia terbaik untuk seorang wanita hamil antara
usia 20 tahun hingga 35 tahun sedangkan wanita yang pertama hamil
pada usia diatas 35 tahun disebut primigravida tua.(Manuba,2007).
Pada primigravida atau ibu pertama hamil sering mengalami stress
dalam menghadapi persalinan. Stress, emosi, yang terjadi pada
primigravida menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-
releasing hormone (CRH). Oleh hipotalamus yang kemudian
menyebabkan peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah
mempersiapkan tubuh untuk berespon terhadap semua stressor dengan
meningkatkan respon simpatis, termasuk respon yang ditunjukkan
untuk meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan
darah. (Korwin,2001)
b) Multi gravida
Multigravida termasuk golongan resiko tinggi, karena banyaknya
kemungkinan timbulnya kesulitan-kesulitan ini, seorang multigravida
seharusnya bersalin dirumah sakit dan mendapat perawatan anatenatal
yang ketat. Adalah satu kenyataan bahwa sering pada multigravida
terdapat kecenderungan untuk mengabaikan perawatan antenatal dan
perawatan persalinan. Hal ini disebabkan karena mereka mereka tidak
begitu memikirkan timbulnya penyakit persalinannya. Mereka merasa
aman karena kehamilan-kehamilan dan persalinan-persalinan yang lalu
dialaminya dengan selamat.
c) Grande multi
Grande multipara adalah kehamilan lebih dari 5 kali melahirkan
bayi baik yang hidup maupun mati. Grande multipara termasuk dalam
kehamilan dengan resiko tinggi, Ibu hamil dengan resiko tinggi
memiliki bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun
persalinan bila dibandingkan dengan ibu hamil normal. Grande
multipara memiliki komplikasi dalam kehamilan (premature) dan
persalinan (atonia urteri). (Fonny Noveliza,2011)
E. Jarak usia Resiko Tinggi
a) Jarak usia dekat
Perhitungan jarak kehamilan yang ideal tidak kurang dari 2 tahun
atas dasar pertimbangan ke,bayinya organ-organ reproduksi kekeadaan
semula, sehingga dikenal istilah masa nifas yaitu masa ogan-organ
reproduksi kembali kemasa sebelum hamil. Setelah melahirkan,
direkomendasikan untuk mempersiapkan kehamilan berikutnya
sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 24 bulan untuk mengurangi
resiko yang merugikan pada Ibu, perinatal, dan bayi (Hartono, 2010)
Kehamilan dengan jarak kehamilan <2 tahun dapat mengakibatkan
abortus, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), nutrisi kurang, dan
waktu/lama menyusui berkurang untuk anak sebelumnya. Jarak
kelahiran terlalu dekat mempengaruhi pola asuh terhadap anaknya,
orangtua cenderung kerepotan sehingga kurang optimal dalam
perawatan anak (Candra,2010)
b) Jarak usia jauh
Menurut Subiyanto 2012, walaupun usia 20-35 tahun aman untuk
hamil dan melahirkan bukan berarti perempuan bisa hamil setiap
tahunnya, karena jarak antara kehamilan yang ideal adalah antara 2-4
tahun. Ada studi yang menunjukkan angka kesakitan ibu dan anak yang
jarak kehamilannya <2 tahun lebih besar dibandingkan dengan anak
yang jarak kehamilannya 2 tahun. Kehamilan dengan usia jarak jauh
berakibat seperti resiko aborsi, eklamsia dan berat badan bayi lahir
rendah (BBLR).

Anda mungkin juga menyukai