CARDIAC REST
DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala yang telah mempergantikan siang dan
malam dengan sempurna . Sholawat serta salam kami haturkan kepada tauladan terbaik, baginda
Rasulullah Muhammad SAW yang telah memperjuangkan islam sehingga bisa sampai kepada
kita saat ini. Makalah keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Cardiac Rest” ini
berisi mengenai penyakit cardiac rest dan asuhan keperawatan pada pasien cardiac rest..
Terlaksananya penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu
dengan tenaga, fikiran, ide dan bahkan materi.
Kelompok penyusun sebagai manusia biasa menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karenanya kami mengharapkan kesediaan bapak/ibu guru dan pembaca sekalian
untuk memberikan kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat menambah wawasan baru bagi pembaca sekalian.
Kelompok Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan & Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Henti jantung (Cardiac Arrest )
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Penanganan Awal
BAB IV
CONTOH KASUS
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah cardiac arrest dikenal pula dengan istilah lain yaitu kegagalan sistem jantung paru
(cardiopulmonary arrest) atau kegagalan sistemsirkulasi (circulatoryarrest). Disini terjadi
akibat berhentinya secara tiba tiba peredaran darah yang normal menyebabkan jantung
gagal dalam berkontraksi. Cardiac arrest dibedakan dengan serangan jantung (heart attact)
walaupun seringkali serangan jantung merupakan penyebab dari cardiac arrest.
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa
faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan
listrik, kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupunserangan asma yang berat),
kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibatpenyakit katup atau otot jantung)dan
obat-obatan (seperti salisilat, etanol, alkohol,antidepresan).
Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai
akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah
mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh.Organ-organ tubuh akan mulai
berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,termasuk otak.
Makalah ini disusun dengan pertimbangan adanya beberapa tujuan yang ingin dicapai
beberapa tujuan makalah ini sebagai berikut.
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
khususnya kami sebagai mahasiswa untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan nilai kesehatan sehingga mampu
mengaplikasikannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Sementara itu, angka kejadian henti nafas dan henti jantung yang terjadi di rumah
sakit berkisar antara 2 –6% dari pasien yang dirawat di ICU (Intensive Unit Care).
Sekitar 71-88% terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, yang terbanyak adalah
penyakit saluran nafas, jantung, saluran pencernaan, saraf, dan kanker. Penyebabnya
hampir samadengan henti nafas dan henti jantung yang terjadi di luar rumah sakit di
mana yang terbanyak adalah asfiksia dan syok.
5.3 Etiologi Henti jantung (Cardiac Arrest )
Penyebab terjadinya henti nafas dan henti jantung tidak sama pada setiap usia.
Penyebab terbanyak pada bayi baru lahir adalah karena gagal nafas, sedangkan pada usia
bayi yang menjadi penyebabnya bisa berupa:
a. Sindrom bayi mati mendadak atau SIDS ( Sudden Infant Death Syndrome)
b. Penyakit pernafasan
d. Tenggelam
e. Sepsis
5. Aterosklerosis
6. hipoksia.
7. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa atau
brakialis pada bayi)
Henti jantung timbul akibat terhentinya semua sinyal kendali listrik di jantung,
yaitu tidak ada lagi irama yang spontan. Henti jantung timbul selama pasien mengalami
hipoksia berat akibat respirasi yang tidak adequat. Hipoksia akan menyebabkan
serabut-serabut otot dan serabut-serabut saraf tidak mampu untuk
mempertahankan konsentrasi elektrolit yang normal di sekitar membran, sehingga
dapat mempengaruhi eksatibilitas membran dan menyebabkan hilangnya irama
normal.
Penyebab henti jantung yang lain adalah akibat dari kegagalan sirkulasi (syok)
karena kehilangan cairan atau darah, atau pada gangguan distribusi cairan dalam
sistem sirkulasi. Kehilangan cairan tubuh atau darah bisa akibat dari gastroenteritis,
luka bakar, atau trauma, sementara pada gangguan distribusi cairan mungkin
disebabkan oleh sepsis atau anafilaksis. Organ-organ kekurangan nutrisi esensial
dan oksigen sebagai akibat dari perkembangan syok menjadi henti jantung
melalui kegagalan sirkulasi dan pernafasan yang menyebabkan hipoksia dan
asidosis. Sebenarnya kedua hal ini dapat terjadi bersamaan.
Pada henti jantung, oksigenasi jaringan akan terhenti termasuk oksigenasi ke otak.
Hal tersebut, akan menyebabkan terjadi kerusakan otak yang tidak bisa diperbaiki
meskipun hanya terjadi dalam hitungan detik sampai menit. Kematian dapat terjadi
dalam waktu 8 sampai 10 menit. Oleh karena itu, tindakan resusitasiharus segera
mungkin dilakukan .
Prognosis
Pengobatan
Henti jantung dapat terjadi setiap saat di dalam atau di luar rumah
sakit,sehinggapengobatan dan tindakan yang cepat serta tepat akan
menentukan prognosis 30-45 detik.Sesudah henti jantung terjadi akan terlihat dilatasi
pupil dan pada saat ini harus di ambil tindakan berupa:
CPR atau yang lebih dikenal dengan istilah Resusitasi Jantung Paru (RJP)
merupakan upaya yang dilakukan terhadap korban atau penderita yang sedang
berada dalam kondisi gawat atau kritis untukmengembalikan nafas dan sirkulasi
spontan. RJP terdiri atas Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjutan
(BHL). BHD adalah tindakan resusitasi yang dilakukan tanpa menggunakan alat
atau dengan alat yang terbatas berupa bag-mask ventilation, sedangkan BHL sudah
menggunakan alat dan obat-obatan resusitasi sehingga penanganan dapat dilakukan
lebih optimal.
Konsep asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami henti jantung harus segera
dilakukan tindakan keperawatan seperti memberikan penanganan awal henti jantung.
Penanganan Awal Henti Jantung (Cardiac Arrest) . Empat jenis ritme jantung yang
menyebabkan henti jantung yaitu ventricular fibrilasi (VF), ventricular takikardia yang sangat
cepat (VT), pulseless electrical activity (PEA), dan asistol. Untuk bertahan dari empat ritme ini
memerlukan bantuan hidup dasar/ Basic Life Support dan bantuan hidup lanjutan/ Advanced
Cardiovascular Life Support (ACLS) (American Heart Association (AHA), 2005).
Ventrikel fibrilasi merupakan sebab paling sering yang menyebabkan kematian mendadak
akibat SCA. The American Heart Association (AHA) menggunakan 4 mata rantai penting untuk
mempertahankan hidup korban untuk mengilustrasikan 4 tindakan penting dalam menolong
korban SCA akibat ventrikel fibrilasi. Empat mata rantai tersebut adalah:
1. Sesegera mungkin memanggil bantuan Emergency Medical Service (EMS) atau tenaga
medis terdekat.
Sebagaimana kondisi VF, kondisi aritmia lain yang dapat menyebabkan SCA juga
memerlukan tindakan resusitasi jantung dan paru (RJP) yang sebaiknya segera dilakukan.
Adapun algoritma dari RJP yaitu:
Prinsip penangan RJP ada 3 langkah yaitu ABC (Airway/pembebasan jalan nafas, Breathing/
usaha nafas, Circulation/ membantu memperbaiki sirkulasi). Namun sebelum melakukan 3
prinsip penanganan penting dalam RJP tersebut, penolong harus melakukan persiapan
sebelumnya yaitu memastikan kondisi aman dan memungkinkan dilakukan RJP. Setelah
memastikan kondisi aman, penolong akan menilai respon korban dengan cara: memanggil
korban atau menanyakan kondisi korban secara langsung, contoh: kamu tidak apa-apa?; atau
dengan memberikan stimulus nyeri. Jika pasien merespon tapi lemah atau pasien merespon tetapi
terluka atau tidak merespon sama sekali segera panggil bantuan dengan menelepon nomor
emergency terdekat.
Persiapan kondisi yang memungkinkan untuk dilakukan RJP adalah meletakan korban pada
permukaan yang keras dan memposisikan pasien dalam kondisi terlentang. Beberapa point
penting dalam melakukan pembebasan jalan nafas:
- Gunakan triple maneuver (head tilt-chin lift maneuver untuk membuka jalan nafas bagi
korban yang tidak memiliki tanda-tanda trauma leher dan kepala).
- Bebaskan jalan nafas dengan membersihkan hal-hal yang menyumbat jalan nafas dengan
finger swab atau suction jika ada.
Setelah memastikan jalan nafas bebas, penolong segera melakukan cek pernafasan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan cek pernafasan antara lain:
- Cek pernafasan dilakukan dengan cara look (melihat pergerakan pengembangan dada),
listen (mendengarkan nafas), dan feel (merasakan hembusan nafas) selama 10 detik.
- Apabila dalam 10 detik usaha nafas tidak adekuat (misalnya terjadi respirasi gasping pada
SCA) atau tidak ditemukan tanda-tanda pernafasan, maka berikan 2 kali nafas buatan
(masing-masing 1 detik dengan volume yang cukup untuk membuat dada mengembang).
- Volume tidal paling rendah yang membuat dada terlihat naik harus diberikan, pada
sebagian besar dewasa sekitar 10 ml/kg (700 sampai 1000 ml).
Rekomendasi dalam melakukan nafas buatan ini antara lain:
- Pada menit awal saat terjadi henti jantung, nafas buatan tidak lebih penting dibandingkan
dengan kompresi dada karena pada menit pertama kadar oksigen dalam darah masih
mencukupi kebutuhan sistemik. Selain itu pada awal terjadi henti jantung, masalah lebih
terletak pada penurunan cardiac output sehingga kompresi lebih efektif. Oleh karena
inilah alasan rekomendasi untuk meminimalisir interupsi saat kompresi dada.
- Ketika pasien sudah menggunakan alat bantuan nafas (ET. LMA, dll) frekuensi nafas
diberikan 8-10 nafas/menit tanpa usaha mensinkronkan nafas dan kompresi dada.
- Apabila kondisi tidak memungkinkan untuk memberikan nafas buatan (misalnya korban
memiliki riwayat penyakit tertentu sehingga penolong tidak aman/resiko tertular) maka
lakukan kompresi dada.
- Pada pasien dengan sirkulasi spontan (pulsasi teraba) memerlukan ventilasi dengan rata-
rata 10-12 nafas/menit dengan 1 nafas memerlukan 5-6 detik dan setiap kali nafas harus
dapat mengembangkan dada.
CIRCULATION
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempertahankan sirkulasi pada saat melakukan
resusitasi jantung dan paru:
- Kompresi yang efektif diperlukan untuk mempertahankan aliran darah selama resusitasi
dilakukan.
- Kompresi akan maksimal jika pasien diletakan terlentang pada alas yang keras dan
penolong berada disisi dada korban.
- Kompresi yang efektif dapat dilakukan dengan melakukan kompresi yang kuat dan cepat
(untuk dewasa + 100 kali kompresi/menit dengan kedalam kompresi 2 inchi/4-5 cm;
berikan waktu untuk dada mengembang sempurna setelah kompresi; kompresi yang
dilakukan sebaiknya ritmik dan rileks).
- Kompresi dada yang harus dilakukan bersama dengan ventilasi apabila pernafasan dan
sirkulasi tidak adekuat. Adapun rasio yang digunakan dalam kompresi dada dengan
ventilasi yaitu 30:2 adalah berdasarkan konsensus dari para ahli. Adapun prinsip
kombinasi antara kompresi dada dengan ventilasi antara lain; peningkatan frekuensi
kompresi dada dapat menurunkan hiperventilasi dan lakukan ventilasi dengan minimal
interupsi terhadap kompresi. Sebaiknya lakukan masing-masing tindakan (kompresi dada
dan ventilasi) secara independen dengan kompresi dada 100x/menit dan ventilasi 8-10
kali nafas per menit dan kompresi jangan membuat ventilasi berhenti dan sebaliknya, hal
ini khususnya untuk 2 orang penolong.
Pada pencarian literature ditemukan lima sitation: satu LOE (Level Of Evidence) 4, dan Empat
LOE 6. Frekuensi tinggi (lebih dari 100 kompresi permenit) manual CPR telah dipelajari sebagai
teknik meningkatkan resusitasi dari cardiac arrest. Pada kebanyakan studi pada binatang,
frekuensi CPR yang tinggi meningkatkan hemodinamik, dan tanpa meningkatkan trauma (LOE6,
Swart 1994, Maier 1984, Kern 1986). Pada satu tambahan studi pada binatang, CPR frekuensi
tinggi tidak meningkatkan hemodinamik melebihi yang dilakukan CPR standar (cit Tucker,
1994).
3.2 Konsep Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
Umumnya data yang diperoleh pada saat pengkajian yaitu data objektif, antara lain :
- Kulit dingin
- CRT >2detik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi
Seorang laki-laki berusia 52 tahun tiba-tiba terjatuh tidak sadarkan diri ketika sedang
berjalan di pedestrian. Kejadian tersebut diketahui oleh perawat A yang sedang melintas dijalan
tersebut. Perawat A dengan segera menghampiri Tn. W untuk memberikan pertolongan. Pada
saat kejadian, perawat A tidak dapat merasakan pernafasan korban, disertai dengan nadi karotis
tidak teraba.
Pengkajian
Pengkajian Primer
A. Identitas Klien
Nama : Tn. W
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Malang, Jatim
B. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
C. Pengkajian primer
Circulation : Nadi karotis tidak teraba, akral hangat
Airway : Jalan nafas paten, tidak terlihat adanya sumbatan atau benda asing.
Breathing : Apneu, korban tidak dapat bernafas spontan.
Disability : Korban tidak sadarkan diri.
D. Pengkajian sekunder
1. Riwayat kesehatan sekarang
Korban tiba-tiba tidak sadarkan diri ketika berjalan di pedestrian dengan skor GCS 3,
nadi karotis tidak teraba, pernafasan tidak ada.
2. Riwayat kesehatan lalu
Tidak diketahui
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak diketahui
4. Pemeriksaan head to toe
Kepala
Tidak terdapat hematom pada kepala, tidak ada distensi vena leher, trachea terlihat
dan teraba pada garis tengah. Pupil kiri dan kanan 5 mm.
Leher
Tidak terdapat deformitas, tidak ada kekakuan.
Thoraks
Dada simetris, tidak ada pengembangan paru dari proses inspirasi dan ekspirasi, tidak
terdengar suara nafas, tidak terdengar suara jantung.
Abdomen
Tidak ada tanda trauma, distensi, ascites, dan nyeri tekan.
Pelvis
Tidak ada luka, tidak ada deformitas
Paha
Tidak ada luka trauma, tidak ada deformitas.
Kaki bagian bawah dan lengan
Tidak ada luka, pembengkakan, deformitas.
Diagnosa keperawatan
Intervensi
Tindakan yang harus dilakukan oleh Perawat A sesuai dengan tatalaksana Out of Hospital
Cardiac Arrest adalah :
1. Memastikan kondisi lingkunagn yang aman mulai dari kendaraan yang melintas dan
kejadian lain yang mungkin membahayakan.
2. Memastikan korban tidak sadar dapat dilakukan dengan cara memanggil Tn.W dengan
suara keras, menepuk atau menggoyangkan tubuh Tn.W secara perlahan. Jika tidak sadar,
ikuti chain of survival OHCA diatas yaitu memanggil pertolongan atau emergency unit
dengan memberikan informasi adanya kejadian henti jantung.
3. Mengecek nadi karotis korban selama kurang dari 10 detik.
4. Jika nadi tidak ada atau tidak teraba, mulai berikan Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada
Tn.W dengan cara menentukan lokasi untuk kompresi dada ditangah sternum dengan
posisi tubuh yang tepat, kedalaman 5 – 6 cm, kecepatan 100 – 120 x per menit, dan 30
kompresi dada sambil menunggu tim emergency unit datang dengan membawa
defibrillator.
5. Membuka jalan nafas Tn. W dengan teknik head tilt-chin lift untuk memeriksa kepatenan
jalan nafas.
6. Memberikan 2 kali bantuan nafas, dengan memberikan kesempatan paru-paru untuk
mengempis sebelum memberikan bantuan nafas yang kedua.
7. Mengkaji nadi korban setiap 5 siklus RJP yang dilakukan selama kurang lebih 2 menit.
8. Melakukan proses defibrilasi ketika petuagas emergency unit datang membawa AED.
9. Melakukan pertolongan bantuan hidup lebih lanjut selama transfer korban di dalam
ambulance.
10. Memberikan perawatan lanjut pada cardiac arrest di Rumah Sakit.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cardiac Arest terjadi akibat berhentinya secara tiba tiba peredaran darah yang
normal menyebabkan jantung gagal dalam berkontraksi. Cardiac arrest dibedakan
dengan serangan jantung (heart attact) walaupun seringkali serangan jantung
merupakan penyebab dari cardiac arrest.
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa
faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak,
sengatan listrik, kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupunserangan
asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibatpenyakit
katup atau otot jantung)dan obat-obatan (seperti salisilat, etanol,
alkohol,antidepresan).
4.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penyusun akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
diatas.
Daftar Pustaka
Alhidayat, N,A., Rahmat, A., Simunati. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat
Instalasi Gawat Darurat tentang Pengkajian terhadap Pelaksanaan Tindakan Life Support di
Rumah Sakit Pelamonia Makassar. Vol. 2, No. 4
American Heart Association (2015). About Cardiac Arrest (SCA) Face Sheet, CPR
Statistics.http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/More/CardiacArrest/AboutCardia UCM
307905 Article.jsp.
Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, Lerner EB, Rea TD,
Sayre MR, Swor RA. (2010). Part 5: Adult basic life support: American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation. Research Journal: 122 (suppl 3) : S685-S705.
Guyton AC, Hall JE2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 11, Jakarta: EGC, 2008. h.
163.
Tress, Erika E et al. Cardiac Arrest in Children. Journal of Emergencies, Trauma, and Shock
2010; 3(III), 267-77
https://www.academia.edu/11143105/askep_gadar_dengan_henti_jantung