Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

CARDIAC REST

DISUSUN OLEH:

1. Tri Mumpuni 2720160054


2. Ulpah 2720160058
3. Dinanti Lestari 2720160059
4. Sintia Dewi 2720160086
5. Yuliza fadhila 2720160089
6. Mauryda Dwitya 2720160082
7. Giovanny 2720170085

Universitas Islam As-Syafi’iyah Fakultas Ilmu Kesehatan


Program Studi Ilmu Keperawatan
Tahun 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala yang telah mempergantikan siang dan
malam dengan sempurna . Sholawat serta salam kami haturkan kepada tauladan terbaik, baginda
Rasulullah Muhammad SAW yang telah memperjuangkan islam sehingga bisa sampai kepada
kita saat ini. Makalah keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Cardiac Rest” ini
berisi mengenai penyakit cardiac rest dan asuhan keperawatan pada pasien cardiac rest..

Terlaksananya penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu
dengan tenaga, fikiran, ide dan bahkan materi.

Kelompok penyusun sebagai manusia biasa menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karenanya kami mengharapkan kesediaan bapak/ibu guru dan pembaca sekalian
untuk memberikan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat menambah wawasan baru bagi pembaca sekalian.

Bekasi , 10 November 2019

Kelompok Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan & Manfaat

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Henti jantung (Cardiac Arrest )

2.2 Epidemiologi Henti jantung (Cardiac Arrest )

2.3 Etiologi Henti jantung (Cardiac Arrest )

2.4 Tanda dan Gejala Henti jantung (Cardiac Arrest )

2.5 Patofisiologi Henti jantung (Cardiac Arrest )

2.6 Prognosis Henti Jantung ( Cardiac Arrest )

2.7 Penatalaksanaan Henti jantung (Cardiac Arrest )

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Penanganan Awal

3.2 Konsep Asuhan Keperawatan

BAB IV
CONTOH KASUS

BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah cardiac arrest dikenal pula dengan istilah lain yaitu kegagalan sistem jantung paru
(cardiopulmonary arrest) atau kegagalan sistemsirkulasi (circulatoryarrest). Disini terjadi
akibat berhentinya secara tiba tiba peredaran darah yang normal menyebabkan jantung
gagal dalam berkontraksi. Cardiac arrest dibedakan dengan serangan jantung (heart attact)
walaupun seringkali serangan jantung merupakan penyebab dari cardiac arrest.

Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa
faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan
listrik, kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupunserangan asma yang berat),
kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibatpenyakit katup atau otot jantung)dan
obat-obatan (seperti salisilat, etanol, alkohol,antidepresan).

Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai
akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah
mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh.Organ-organ tubuh akan mulai
berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,termasuk otak.

Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,menyebabkankorban kehilangan kesadaran


dan berhenti bernapas normal .Kerusakanotak mungkinterjadi jika cardiac arrest tidak
ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akanterjadikematian dalam 10 menit. Jika cardiac
arrest dapat dideteksi dan ditangani dengan segera, kerusakan organ yang serius seperti
kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian cardiac arrest?

2. Bagaimana etiologi dari cardiac arrest?

3. Bagaimana patofisiologi dari cardiac arrest?

4. Apa saja manifestasi klinis pada cardiac arrest?

5. Apa saja pemeriksaan penunjang cardiac arrest?


6. Bagaimana penatalaksanaan pada cardiac arrest?

7. Bagaimana pengkajian pada cardiac arrest?

1.3 Tujuan & Manfaat

Makalah ini disusun dengan pertimbangan adanya beberapa tujuan yang ingin dicapai
beberapa tujuan makalah ini sebagai berikut.

1. mengetahui ragam berpotensi meningkatkan atau menurunkan kesehatan.

2. Menjelaskan strategi yang harus digunakan dalam mengambil tindakan.

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
khususnya kami sebagai mahasiswa untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan nilai kesehatan sehingga mampu
mengaplikasikannya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

5.1 Pengertian Henti jantung (Cardiac Arrest )

Henti jantung (Cardiac Arrest) adalah penghentian tiba-tiba fungsi pemompaan


jantung danhilangnya tekanan darah arteri. Saat terjadinya serangan jantung,
penghantaran oksigen dan pengeluaran karbon dioksida terhenti, metabolisme
seljaringan menjadi anaerobik, sehingga asidosismetabolik danrespiratorik terjadi. Pada
keadaan tersebut, inisiasi langsung dari resusitasi jantung paru diperlukan untuk
mencegah terjadinya kerusakan jantung, paru-paru, ginjal, kerusakan otak dankematian.

5.2 Epidemiologi Henti jantung (Cardiac Arrest )

Angka kejadian henti jantung dan nafaspada anak-anak di Amerika Serikat


sekitar 16.000 setiap tahunnya. Kejadian lebih didominasi oleh anak berusia lebih
kecil, yaitu pada anak usia dibawah 1 tahun dan lebih banyak pada jenis kelamin laki-
laki yaitu 62%. Angka kejadian henti nafasdan jantung yang terjadi di rumah sakit
berkisar antara 7,5 –11,2% dari 100.000 orang setiap tahun. Sebuah penelitian diAmerika
Utara menunjukkan bahwa, kejadian henti nafasdan henti jantung lebih banyak terjadi
pada bayi dibandingkan dengan anak dan dewasa yaitu dengan perbandingan 72,7 : 3,7 :
6,3 dari 100.000 orang setiap tahunnya.

Sementara itu, angka kejadian henti nafas dan henti jantung yang terjadi di rumah
sakit berkisar antara 2 –6% dari pasien yang dirawat di ICU (Intensive Unit Care).
Sekitar 71-88% terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, yang terbanyak adalah
penyakit saluran nafas, jantung, saluran pencernaan, saraf, dan kanker. Penyebabnya
hampir samadengan henti nafas dan henti jantung yang terjadi di luar rumah sakit di
mana yang terbanyak adalah asfiksia dan syok.
5.3 Etiologi Henti jantung (Cardiac Arrest )

Penyebab terjadinya henti nafas dan henti jantung tidak sama pada setiap usia.
Penyebab terbanyak pada bayi baru lahir adalah karena gagal nafas, sedangkan pada usia
bayi yang menjadi penyebabnya bisa berupa:

a. Sindrom bayi mati mendadak atau SIDS ( Sudden Infant Death Syndrome)

b. Penyakit pernafasan

c. Sumbatan pada saluran pernafasan, termasuk aspirasi benda asing

d. Tenggelam

e. Sepsis

f. Penyakit neurologisPenyebab terbanyak henti nafas dan henti jantung pada


anak yang berumur diatas 1 tahun adalah cedera yang meliputi kecelakaan
lalu lintas, terbakar, cedera senjata api, dan tenggelam.

Seseorang dikatakan mempunyairisiko tinggi untuk terkena cardiac arrest


dengan kondisi:

1. Ada jejas di jantung akibat dari serangan jantung terdahulu.

2. Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy).

3. Riwayat penggunaan obat-obatan jantung

4. Abnormalitas kelistrikan jantung(sindroma gelombang QT yang


memanjang)

5. Aterosklerosis

5.4 Tanda dan Gejala Henti jantung (Cardiac Arrest )

1. Tidak sadar(pada beberapa kasus terjadi kolaps tiba-tiba)


2. Pernapasan tidak tampak atau pasien bernapas dengan terengah-engah secara
intermiten)

3. Sianosis dari mukosa buccal dan liang telinga

4. Pucat secara umum dan sianosis

5. Jika pernapasan buatan tidak segera di mulai,miokardium(otot jantung)akan


kekurangan oksigen yang di ikuti dengan henti napas.

6. hipoksia.

7. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa atau
brakialis pada bayi)

5.5 Patofisiologi Henti jantung (Cardiac Arrest )

Henti jantung timbul akibat terhentinya semua sinyal kendali listrik di jantung,
yaitu tidak ada lagi irama yang spontan. Henti jantung timbul selama pasien mengalami
hipoksia berat akibat respirasi yang tidak adequat. Hipoksia akan menyebabkan
serabut-serabut otot dan serabut-serabut saraf tidak mampu untuk
mempertahankan konsentrasi elektrolit yang normal di sekitar membran, sehingga
dapat mempengaruhi eksatibilitas membran dan menyebabkan hilangnya irama
normal.

Apapun penyebabnya, saat henti jantung anak telah mengalami insufisiensi


pernafasan akan menyebabkan hipoksia dan asidosis respiratorik. Kombinasi
hipoksia dan asidosis respiratorik menyebabkan kerusakan dan kematian sel,
terutama pada organ yang lebih sensitif seperti otak, hati, dan ginjal, yang pada
akhirnya akan menyebabkan kerusakan otot jantung yang cukup berat sehingga dapat
terjadi henti jantung.

Penyebab henti jantung yang lain adalah akibat dari kegagalan sirkulasi (syok)
karena kehilangan cairan atau darah, atau pada gangguan distribusi cairan dalam
sistem sirkulasi. Kehilangan cairan tubuh atau darah bisa akibat dari gastroenteritis,
luka bakar, atau trauma, sementara pada gangguan distribusi cairan mungkin
disebabkan oleh sepsis atau anafilaksis. Organ-organ kekurangan nutrisi esensial
dan oksigen sebagai akibat dari perkembangan syok menjadi henti jantung
melalui kegagalan sirkulasi dan pernafasan yang menyebabkan hipoksia dan
asidosis. Sebenarnya kedua hal ini dapat terjadi bersamaan.

Pada henti jantung, oksigenasi jaringan akan terhenti termasuk oksigenasi ke otak.
Hal tersebut, akan menyebabkan terjadi kerusakan otak yang tidak bisa diperbaiki
meskipun hanya terjadi dalam hitungan detik sampai menit. Kematian dapat terjadi
dalam waktu 8 sampai 10 menit. Oleh karena itu, tindakan resusitasiharus segera
mungkin dilakukan .

5.6 Prognosis Henti Jantung ( Cardiac Arrest )

 Prognosis

Kematian otak dan kematian permanen dapat terjadi hanya dalam


jangka waktu 8 sampai 10 menit dari seseorang tersebut mengalami henti.
Kondisi tersebut dapat dicegah dengan pemberian resusitasi jantung paru
dan defibrilasi segera (sebelum melebihi batas maksimal waktu untuk
terjadinya kerusakan otak), untuk secepat mungkin mengembalikan fungsi
jantung normal. Resusitasi jantung paru dan defibrilasi yang diberikan antara
5 sampai 7 menit dari korban mengalami henti jantung, akan
memberikan kesempatan korban untuk hidup rata-rata sebesar 30%
sampai 45 %. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan
penyediaan defibrillator yang mudah diakses di tempat-tempat umum seperti
pelabuhan udara, dalam arti meningkatkan kemampuan untuk bisa
memberikan pertolongan (defibrilasi) sesegera mungkin, akan meningkatkan
kesempatan hidup rata-rata bagi korban cardiac arrest sebesar 64%.

 Pengobatan

Henti jantung dapat terjadi setiap saat di dalam atau di luar rumah
sakit,sehinggapengobatan dan tindakan yang cepat serta tepat akan
menentukan prognosis 30-45 detik.Sesudah henti jantung terjadi akan terlihat dilatasi
pupil dan pada saat ini harus di ambil tindakan berupa:

1. sirkulasi artifisial yang menjamin peredaran darah yang mengandung oksigen


dngan melakukan :

a) Masase jantung.Anak ditidurkan pada tempat tidur yang datar dan


keras,kemudian dengantelapak tangan di tekan secara kuat dan keras
sehingga jantung yang terdapat di antara sternumdan tulang
belakang tertekan dan darah mengalir ke arteria pumonalis da aorta.
Masase jantungyang baik terlihat hasilnya 7dari terabanya kembali nadi
arteri-atreri besar sedangkan pulihnyasirkulasi ke otak dapat terlihat pada
pupil yang menjadi normal kembali.

b) Pernapasan buatan.Mula-mula bersihkan saluran pernapasan,kemudian


ventilasi di perbaikidengan pernapan mulut ke melut/inflating bags
atau secara endotrakheal.Ventilasi yang baikdapat di ketahui bila
kemudian tampak ekspansi dinding thoraks pada setiap kali inflasi
dilakukan dan kemudian jugawarna kulit akan menjadi normal kembali.

2. Memperbaiki irama jantung

- defibrilasi,yaitu bila kelainan dasar henti jantung ialah fibrilasi


ventrikel.

- obat-obatan:infus norepinefrin 4 mg/1000ml larutan atau vasopresor


dan epinefrin3 ml1:1000 atau kalsium klorida secara intra kardial
(pada bayi di sela iga IV kiri dan pada anak dibagian yang lebih
bawah) untuk meninggikan tonus jantung,sedangkan asidosis
metabolikdiatasi dngn pemberian sodiumbikarbonat.bila di takutkan
fibrilasi ventrikel kambuh,makapemberian lignokain 1%dan kalium
klorida dapat menekanmiokard yang mudahterangsang.Bila nadi
menjadi lambat dan abnormal,maka perlu di berikan isoproterenol.

3. Perawatan dan pengobatan komplikasia.


Perawatan pengawasan tekanan darah,nadi,jantung menghindari terjadinya
aspirasi (dipasang pipa lambung) mengetahui adanya anuri yang dini (di pasang
kateter kandung kemih)

Pengobatan komplikasi yang terjadi seperti gagal ginjal (yang di sebabkan


nekrosis kortikal akut) dan anuri dapat di atasi dengan pemberian ion
exchange resins,dialisis peritoneal serta pemberian cairan yang di
batasi.kerusakan otak di atasi dengan pemberian obat hiportemik dan obat untuk
mengurangi edema otak serta pemberian oksigen yang adekuat.

5.7 Penatalaksanaan Henti jantung (Cardiac Arrest )

Pemberian penanganan segera pada henti nafasdan jantung berupa Cardio


Pulmonary Resuscitation(CPR) akan berdampak langsung pada kelangsungan hidup
dan komplikasi yang ditimbulkan setelah terjadinya henti jantung pada bayi dan anak.

CPR atau yang lebih dikenal dengan istilah Resusitasi Jantung Paru (RJP)
merupakan upaya yang dilakukan terhadap korban atau penderita yang sedang
berada dalam kondisi gawat atau kritis untukmengembalikan nafas dan sirkulasi
spontan. RJP terdiri atas Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjutan
(BHL). BHD adalah tindakan resusitasi yang dilakukan tanpa menggunakan alat
atau dengan alat yang terbatas berupa bag-mask ventilation, sedangkan BHL sudah
menggunakan alat dan obat-obatan resusitasi sehingga penanganan dapat dilakukan
lebih optimal.

Resusitasi jantung parubertujuan untuk mengoptimalkan tekanan perfusi dari


arteri koronaria jantung dan aliran darah ke organ-organ penting selamafase low flow.
Kompresi jantung yang adekuat dan berkelanjutan dalam pemberian penanganan
bantuan hidup dasar sangat penting pada fase ini

.Menurut (Thygerson,2006), prisip penanganan anak cardiac arrest terdapat4


rangkaian yaituearly acces, early CPR,early defibrillator,dan early advance care.
a. Early acces: kemampuan untuk mengenali/mengidentifikasi gejala dan
tanda awal serta segera memanggil pertolongan untuk mengaktifasi EMS (Cepat
hubungi fasilitas pelayanan kegawatdarutan jantung)

b. Early CPR: CPR akan mensuplaisejumlah minimal darah ke jantung dan


otak, sampai defibrilatordan petugas yang terlatih tersedia/datang.

c. Early defibrillator: pada beberapa korban, pemberian defibrilasi segera ke


jantung korban bisamengembalikan denyut jantung.

d. Early advance care: pemberian terapi IV, obat-obatan, dan ketersediaan


peralatan bantuan pernafasan.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Penanganan Awal

Konsep asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami henti jantung harus segera
dilakukan tindakan keperawatan seperti memberikan penanganan awal henti jantung.

Penanganan Awal Henti Jantung (Cardiac Arrest) . Empat jenis ritme jantung yang
menyebabkan henti jantung yaitu ventricular fibrilasi (VF), ventricular takikardia yang sangat
cepat (VT), pulseless electrical activity (PEA), dan asistol. Untuk bertahan dari empat ritme ini
memerlukan bantuan hidup dasar/ Basic Life Support dan bantuan hidup lanjutan/ Advanced
Cardiovascular Life Support (ACLS) (American Heart Association (AHA), 2005).

Ventrikel fibrilasi merupakan sebab paling sering yang menyebabkan kematian mendadak
akibat SCA. The American Heart Association (AHA) menggunakan 4 mata rantai penting untuk
mempertahankan hidup korban untuk mengilustrasikan 4 tindakan penting dalam menolong
korban SCA akibat ventrikel fibrilasi. Empat mata rantai tersebut adalah:

1. Sesegera mungkin memanggil bantuan Emergency Medical Service (EMS) atau tenaga
medis terdekat.

2. Sesegera mungkin melakukan RJP.

3. Sesegera mungkin melakukan defibrilasi

4. Sesegera mungkin dilakukan Advanced Life Support diikuti oleh perawatan


postresusitasi.

Sebagaimana kondisi VF, kondisi aritmia lain yang dapat menyebabkan SCA juga
memerlukan tindakan resusitasi jantung dan paru (RJP) yang sebaiknya segera dilakukan.
Adapun algoritma dari RJP yaitu:

Prinsip penangan RJP ada 3 langkah yaitu ABC (Airway/pembebasan jalan nafas, Breathing/
usaha nafas, Circulation/ membantu memperbaiki sirkulasi). Namun sebelum melakukan 3
prinsip penanganan penting dalam RJP tersebut, penolong harus melakukan persiapan
sebelumnya yaitu memastikan kondisi aman dan memungkinkan dilakukan RJP. Setelah
memastikan kondisi aman, penolong akan menilai respon korban dengan cara: memanggil
korban atau menanyakan kondisi korban secara langsung, contoh: kamu tidak apa-apa?; atau
dengan memberikan stimulus nyeri. Jika pasien merespon tapi lemah atau pasien merespon tetapi
terluka atau tidak merespon sama sekali segera panggil bantuan dengan menelepon nomor
emergency terdekat.

AIRWAY (Pembebasan jalan nafas)

Persiapan kondisi yang memungkinkan untuk dilakukan RJP adalah meletakan korban pada
permukaan yang keras dan memposisikan pasien dalam kondisi terlentang. Beberapa point
penting dalam melakukan pembebasan jalan nafas:

- Gunakan triple maneuver (head tilt-chin lift maneuver untuk membuka jalan nafas bagi
korban yang tidak memiliki tanda-tanda trauma leher dan kepala).

- Apabila terdapat kecurigaan trauma vertebra cervicalis, pembebasan jalan nafas


menggunakan teknik Jaw-thrust tanpa ekstensi leher.

- Bebaskan jalan nafas dengan membersihkan hal-hal yang menyumbat jalan nafas dengan
finger swab atau suction jika ada.

BREATHING (Cek pernafasan)

Setelah memastikan jalan nafas bebas, penolong segera melakukan cek pernafasan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan cek pernafasan antara lain:

- Cek pernafasan dilakukan dengan cara look (melihat pergerakan pengembangan dada),
listen (mendengarkan nafas), dan feel (merasakan hembusan nafas) selama 10 detik.

- Apabila dalam 10 detik usaha nafas tidak adekuat (misalnya terjadi respirasi gasping pada
SCA) atau tidak ditemukan tanda-tanda pernafasan, maka berikan 2 kali nafas buatan
(masing-masing 1 detik dengan volume yang cukup untuk membuat dada mengembang).

- Volume tidal paling rendah yang membuat dada terlihat naik harus diberikan, pada
sebagian besar dewasa sekitar 10 ml/kg (700 sampai 1000 ml).
Rekomendasi dalam melakukan nafas buatan ini antara lain:

- Pada menit awal saat terjadi henti jantung, nafas buatan tidak lebih penting dibandingkan
dengan kompresi dada karena pada menit pertama kadar oksigen dalam darah masih
mencukupi kebutuhan sistemik. Selain itu pada awal terjadi henti jantung, masalah lebih
terletak pada penurunan cardiac output sehingga kompresi lebih efektif. Oleh karena
inilah alasan rekomendasi untuk meminimalisir interupsi saat kompresi dada.

- Ventilasi dan kompresi menjadi sama-sama penting saat prolonged VF SCA.

- Hindari hiperventilasi (baik pernapasan mulut-mulut/ masker/ ambubag) dengan


memberikan volume pernapasan normal (tidak terlalu kuat dan cepat)

- Ketika pasien sudah menggunakan alat bantuan nafas (ET. LMA, dll) frekuensi nafas
diberikan 8-10 nafas/menit tanpa usaha mensinkronkan nafas dan kompresi dada.

- Apabila kondisi tidak memungkinkan untuk memberikan nafas buatan (misalnya korban
memiliki riwayat penyakit tertentu sehingga penolong tidak aman/resiko tertular) maka
lakukan kompresi dada.

- Setelah pemberian pernafasan buatan, segera lakukan pengecekan sirkulasi dengan


mendeteksi pulsasi arteri carotis (terletak dilateral jakun/tulang krikoid).

- Pada pasien dengan sirkulasi spontan (pulsasi teraba) memerlukan ventilasi dengan rata-
rata 10-12 nafas/menit dengan 1 nafas memerlukan 5-6 detik dan setiap kali nafas harus
dapat mengembangkan dada.

CIRCULATION

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempertahankan sirkulasi pada saat melakukan
resusitasi jantung dan paru:

- Kompresi yang efektif diperlukan untuk mempertahankan aliran darah selama resusitasi
dilakukan.

- Kompresi akan maksimal jika pasien diletakan terlentang pada alas yang keras dan
penolong berada disisi dada korban.
- Kompresi yang efektif dapat dilakukan dengan melakukan kompresi yang kuat dan cepat
(untuk dewasa + 100 kali kompresi/menit dengan kedalam kompresi 2 inchi/4-5 cm;
berikan waktu untuk dada mengembang sempurna setelah kompresi; kompresi yang
dilakukan sebaiknya ritmik dan rileks).

- Kompresi dada yang harus dilakukan bersama dengan ventilasi apabila pernafasan dan
sirkulasi tidak adekuat. Adapun rasio yang digunakan dalam kompresi dada dengan
ventilasi yaitu 30:2 adalah berdasarkan konsensus dari para ahli. Adapun prinsip
kombinasi antara kompresi dada dengan ventilasi antara lain; peningkatan frekuensi
kompresi dada dapat menurunkan hiperventilasi dan lakukan ventilasi dengan minimal
interupsi terhadap kompresi. Sebaiknya lakukan masing-masing tindakan (kompresi dada
dan ventilasi) secara independen dengan kompresi dada 100x/menit dan ventilasi 8-10
kali nafas per menit dan kompresi jangan membuat ventilasi berhenti dan sebaliknya, hal
ini khususnya untuk 2 orang penolong.

Pada pencarian literature ditemukan lima sitation: satu LOE (Level Of Evidence) 4, dan Empat
LOE 6. Frekuensi tinggi (lebih dari 100 kompresi permenit) manual CPR telah dipelajari sebagai
teknik meningkatkan resusitasi dari cardiac arrest. Pada kebanyakan studi pada binatang,
frekuensi CPR yang tinggi meningkatkan hemodinamik, dan tanpa meningkatkan trauma (LOE6,
Swart 1994, Maier 1984, Kern 1986). Pada satu tambahan studi pada binatang, CPR frekuensi
tinggi tidak meningkatkan hemodinamik melebihi yang dilakukan CPR standar (cit Tucker,
1994).
3.2 Konsep Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN

Umumnya data yang diperoleh pada saat pengkajian yaitu data objektif, antara lain :

- Warna kulit pucat

- Kulit dingin

- CRT >2detik

- Sianosis kuku dan bibir

- Terlihat distress pernafasan

- Tekanan darah tidak ada

- Nadi perifer tidak teraba

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke otak

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 tidak adekuat

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pompa jantung menurun.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke otak

 Berikan vasodilator misal nitrogliserin,nifedipin sesuai indikasi

 Posisikan kaki lebih tinggidari jantung

 Pantau adanya pucat,sianosis dan kulit dingin atau lembab


 Pantau pengisian kapiler (CRT)

 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 tidak adekuat

 Berikan O2 sesuai indikasi

 Pantau GDA pasien

 Pantau pernapasan klien

 Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pompa jantung menurun

 Lakukan pijat jantung

 Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi

 Palpasi nadi perifer

 Pantau tekanan darah

 Kaji kulit pucat dan sianosis


BAB IV
CONTOH KASUS

Seorang laki-laki berusia 52 tahun tiba-tiba terjatuh tidak sadarkan diri ketika sedang
berjalan di pedestrian. Kejadian tersebut diketahui oleh perawat A yang sedang melintas dijalan
tersebut. Perawat A dengan segera menghampiri Tn. W untuk memberikan pertolongan. Pada
saat kejadian, perawat A tidak dapat merasakan pernafasan korban, disertai dengan nadi karotis
tidak teraba.

Pengkajian

Pengkajian Primer

A. Identitas Klien
Nama : Tn. W
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Malang, Jatim

B. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran

C. Pengkajian primer
Circulation : Nadi karotis tidak teraba, akral hangat
Airway : Jalan nafas paten, tidak terlihat adanya sumbatan atau benda asing.
Breathing : Apneu, korban tidak dapat bernafas spontan.
Disability : Korban tidak sadarkan diri.

D. Pengkajian sekunder
1. Riwayat kesehatan sekarang
Korban tiba-tiba tidak sadarkan diri ketika berjalan di pedestrian dengan skor GCS 3,
nadi karotis tidak teraba, pernafasan tidak ada.
2. Riwayat kesehatan lalu
Tidak diketahui
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak diketahui
4. Pemeriksaan head to toe
Kepala
Tidak terdapat hematom pada kepala, tidak ada distensi vena leher, trachea terlihat
dan teraba pada garis tengah. Pupil kiri dan kanan 5 mm.
Leher
Tidak terdapat deformitas, tidak ada kekakuan.
Thoraks
Dada simetris, tidak ada pengembangan paru dari proses inspirasi dan ekspirasi, tidak
terdengar suara nafas, tidak terdengar suara jantung.
Abdomen
Tidak ada tanda trauma, distensi, ascites, dan nyeri tekan.
Pelvis
Tidak ada luka, tidak ada deformitas
Paha
Tidak ada luka trauma, tidak ada deformitas.
Kaki bagian bawah dan lengan
Tidak ada luka, pembengkakan, deformitas.

Diagnosa keperawatan

Sign & Symptom Etiologi Problem


Data subjektif : korban tidak sadar Cardiac arrest Penurunan curah
jantung
Data objektif :

 Pasien mengalami penurunan kesadaran Kemampuan kontraksi otot


 GCS 3 jantung menurun

 Nadi tidak teraba


 Pernafasan tidak ada
Cardiac output berkurang

Data subjektif : korban tidak sadar Cardiac arrest Penurunan perfusi


jaringan serebral
Data objektif :

 Pasien mengalami penurunan kesadaran Kemampuan kontraksi otot


 GCS 3 jantung menurun

 Nadi tidak teraba


 Pernafasan tidak ada
Cardiac output berkurang
Suplai darah ke otak tidak
terpenuhi

Intervensi

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan kontraksi otot jantung


menurun
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit, kemampuan
kontraksi otot jantung meningkat
Kriteria hasil :
 Nadi karotis teraba
 Pernafasan spontan
Intervensi :
 Lakukan pijat jantung
 Palpasi nadi karotis
 Kaji tanda – tanda hipoksia jaringan, kulit pucat dan sianosis

2. Penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke


otak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit perfusi
serebral adekuat
Kriteria hasil :
 Tingkat kesadaran membaik (skor GCS bertambah)
Intervensi :
 Pantau adanya pucat, sianosis, dan akral dingin
 Pantau tingkat kesadaran

Tindakan yang harus dilakukan oleh Perawat A sesuai dengan tatalaksana Out of Hospital
Cardiac Arrest adalah :
1. Memastikan kondisi lingkunagn yang aman mulai dari kendaraan yang melintas dan
kejadian lain yang mungkin membahayakan.
2. Memastikan korban tidak sadar dapat dilakukan dengan cara memanggil Tn.W dengan
suara keras, menepuk atau menggoyangkan tubuh Tn.W secara perlahan. Jika tidak sadar,
ikuti chain of survival OHCA diatas yaitu memanggil pertolongan atau emergency unit
dengan memberikan informasi adanya kejadian henti jantung.
3. Mengecek nadi karotis korban selama kurang dari 10 detik.
4. Jika nadi tidak ada atau tidak teraba, mulai berikan Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada
Tn.W dengan cara menentukan lokasi untuk kompresi dada ditangah sternum dengan
posisi tubuh yang tepat, kedalaman 5 – 6 cm, kecepatan 100 – 120 x per menit, dan 30
kompresi dada sambil menunggu tim emergency unit datang dengan membawa
defibrillator.
5. Membuka jalan nafas Tn. W dengan teknik head tilt-chin lift untuk memeriksa kepatenan
jalan nafas.
6. Memberikan 2 kali bantuan nafas, dengan memberikan kesempatan paru-paru untuk
mengempis sebelum memberikan bantuan nafas yang kedua.
7. Mengkaji nadi korban setiap 5 siklus RJP yang dilakukan selama kurang lebih 2 menit.
8. Melakukan proses defibrilasi ketika petuagas emergency unit datang membawa AED.
9. Melakukan pertolongan bantuan hidup lebih lanjut selama transfer korban di dalam
ambulance.
10. Memberikan perawatan lanjut pada cardiac arrest di Rumah Sakit.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cardiac Arest terjadi akibat berhentinya secara tiba tiba peredaran darah yang
normal menyebabkan jantung gagal dalam berkontraksi. Cardiac arrest dibedakan
dengan serangan jantung (heart attact) walaupun seringkali serangan jantung
merupakan penyebab dari cardiac arrest.
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa
faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak,
sengatan listrik, kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupunserangan
asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibatpenyakit
katup atau otot jantung)dan obat-obatan (seperti salisilat, etanol,
alkohol,antidepresan).

Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension


pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti.
Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ
tubuh.Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai
oksigen,termasuk otak.

4.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penyusun akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
diatas.
Daftar Pustaka
Alhidayat, N,A., Rahmat, A., Simunati. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat
Instalasi Gawat Darurat tentang Pengkajian terhadap Pelaksanaan Tindakan Life Support di
Rumah Sakit Pelamonia Makassar. Vol. 2, No. 4

American Heart Association (2015). About Cardiac Arrest (SCA) Face Sheet, CPR
Statistics.http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/More/CardiacArrest/AboutCardia UCM
307905 Article.jsp.

Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, Lerner EB, Rea TD,
Sayre MR, Swor RA. (2010). Part 5: Adult basic life support: American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation. Research Journal: 122 (suppl 3) : S685-S705.

Guyton AC, Hall JE2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 11, Jakarta: EGC, 2008. h.
163.

Hackley, Baughman, 2009. Keperawatan Medikal- Bedah. Jakarta : EGC

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Tress, Erika E et al. Cardiac Arrest in Children. Journal of Emergencies, Trauma, and Shock
2010; 3(III), 267-77

https://www.academia.edu/11143105/askep_gadar_dengan_henti_jantung

Anda mungkin juga menyukai