Anda di halaman 1dari 38

PEDOMAN

POLI GIZI KLINIK


PUSKESMAS KADEMANGAN
TAHUN 2017

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO


PUSKESMAS KADEMANGAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T., karena atas rahmat dan
hidayahNYA, kami dapat menyelesaikan Pedoman Poli Konsultasi Gizi Puskesmas
Kademangan. Pedoman ini disusun sebagai salah satu upaya untuk memberikan
acuan dan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan Poli Konsultasi Gizi Puskesmas
Kademangan.
Poli Konsultasi Gizi merupakan salah satu unit pemberi layanan di
Puskesmas Kademangan sehingga pedoman yang kami buat ini ditujukan untuk
kemudahan pelayanan Puskesmas Kademangan.
Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan terima
kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan
Pedoman Poli Konsultasi Gizi Puskesmas Kademangan. Semoga dengan
digunakannya Pedoman ini dapat mempermudah dalam pelaksanaan penigkatan
mutuPuskesmas.

Plt. Kepala Puskesmas Kademangan Pembuat Pendoman

dr. Slamet Santoso Dewi Muthiah, SKM


NIP 19730930 200501 1007 NIP. 19710125 200604 2 015
DAFTAR ISI

Hal
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................
1.1 Latar Belakang ................................................
1.2 Tujuan ................................................
1.2.1Tujuan Umum ................................................
1.3 Sasaran ................................................
1.4 Ruang Lingkup ................................................
1.5 Batasan Operasional ................................................
BAB 2 STANDAR KETENAGAAN ................................................
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia ................................................
2.2 Distribusi Ketenagaan ................................................
2.3 Jadwal Kegiatan ................................................
BAB 3 STANDAR FASILITAS ................................................
3.1 Denah Ruang ................................................
3.2 Standar Fasilitas ................................................
BAB 4 TATA LAKSANA PELAYANAN ................................................
4.1 Lingkup Kegiatan ................................................
4.2 Metode ................................................
4.3 Langkah Kegiatan ................................................
BAB 5 LOGISTIK ................................................
BAB 6 KESELAMATAN SASARAN ................................................
KEGIATAN
BAB 7 KESELAMATAN KERJA ................................................
BAB 8 PENGENDALIAN MUTU ................................................
BAB 9 PENUTUP ................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas diperlukan sumber
daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana yang memadai, agar
pelayanan gizi yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan.
Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di
Puskesmas, yang saling menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan.
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan
melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan
berstatus gizi baik.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual
mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya
ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai
keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
proses penyembuhan, harus diperhatikan secara individual. Adanya
kecendrungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan nutrition
related disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak,
remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan
khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk
mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi
dan untuk mempercepat penyembuhan.
Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama
pada penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan
menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat,
usila tidak sadar dalam waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna dan pasien
yang mendapat kemoterapi. Fungsi organ yang terganggu akan lebih
terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Disamping itu
masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya dengan penyakit
degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan darah
tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk penyembuhan.
Pelayanan gizi di Puskesmas merupakan hak setiap orang, memerlukan
adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu.
Pelayanan gizi yang bermutu di Puskesmas akan membantu mempercepat
proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat
sehingga dapat menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain jika pasien
cepat sembuh adalah mereka dapat segera kembali mencari nafkah untuk diri
dan keluarganya. Sehingga pelayanan gizi yang disesuaikan keadaan pasien
dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan
gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/ pasien semakin buruk karena tidak di
perhatikan keadaan gizi.
Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan
tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak tidak melebihi kemampuan
organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu
disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses
penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan
diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan
status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar
Puskesmas, merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga kesehatan,
terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi.

B. Tujuan Pedoman
a. Tujuan umum:
Tujuan dari buku Pedoman Pelayanan ini adalah sebagai acuan bagi
Instalasi Gizi puskesmas untuk menjalankan fungsinya agar dapat
meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai dengan
perkembangan iptek, perubahan perundang-undangan, dan harapan
konsumen puskesmas.
b. Tujuan khusus:
 Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan medik dasar di
puskesmas
 Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program
 Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan
kesehatan di Puskesmas

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari :
1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan
2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
3. Penyelenggaraan Makanan
4. Penelitian dan Pengembangan
Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu
dibentuk Tim Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan
rawat jalan, termasuk pelayanan Klinik Gizi yang merupakan bagian dari
Instalasi Rawat Jalan.

D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Gizi Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Puskesmas baik rawat inap
maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan
kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka
upaya preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.
2. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan
di institusi kesehatan, puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk
memenuhi kebutuhan gizi klien/ pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan
kesehatan klien/ pasien.
3. Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas Puskesmas yang terkait
dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter, nutrisionst/dietisien, dan perawat
dari setiap unit pelayanan bertugas menyelenggarakan asuhan gizi
( nutrition care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.
4. Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk peyembuhan
penyakit baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta merupakan
suatu penilaian terhadap kondisi klien/ pasien sesuai dengan intervensi
yang telah diberikan, agar klien/pasien serta keluarganya dapat
menerapkan rencana diet yang telah disusun.
5. Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien
untuk penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk
konseling, baik sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
6. Terapi Diet : adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi
gizi.
7. Preskripsi Diet atau Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/ pasien
yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi
kesehatannya. Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan Rencana diet
dibuat oleh nutrisionis/dietisien.
8. Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2
(dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan
perilaku sehingga membantu klien/ pasien mengenali dan mengatasi
masalah gizi, dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.
9. Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik di
masyarakat maupun rumah sakit, dan unit pelaksana kesehatan lainnya,
berpendidikan dasar akademi gizi.
10. Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan
dan keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang
mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan
bekerja di unit pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik.
11. Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat
dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan
tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi,
kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
12. Klien : adalah pengunjung poliklinik Puskesmas, dan atau pasien
Puskesmas yang sudah berstatus rawat jalan.
13. Nutrition related disease : penyakit- penyakit yang berhubungan dengan
masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Pelayanan gizi adalah:


- Asisten Ahli Gizi : 1 orang
- Ahli Gizi : 1 orang
- SMA : 1 orang

Kualifikasi
NO Nama Jabatan Formal/Pendidikan Sertifikasi/ Credentialling

1. Asisten Ahli Gizi D1 Gizi Ijazah D1 Gizi

2. Ahli Gizi D4 Gizi Ijazah D4 Gizi

3. Juru Masak SMA Ijazah SMA

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan pelayanan gizi yaitu :

a. Untuk Dinas Pagi :

Yang bertugas sejumlah 3 (tiga) orang dengan standar minimal


bersertifikat
D1 gizi, D4 gizi, Ijazah SMA untuk juru masak.

Kategori :
2 orang Petugas Gizi
1 orang Juru Masak

b. Untuk Dinas Sore :

Yang bertugas sejumlah 1 (satu) orang dengan standar minimal berijazah


SMA untuk juru masak.

Kategori :

1 orang Juru Masak


c. Untuk Dinas Malam :

Tidak ada pembagian ketenagaan untuk Dinas Malam dikarenakan jam


Pelayanan Puskesmas sesuai dengan jam kerja.

C. Jadwal Kegiatan
Rawat Jalan
No Hari Jam Kerja Jam Pelayanan
1. Senin – Kamis 07.00 – 14.00 WIB 07.30 – 13.00 WIB
2. Jumat 06.30 – 11.00 WIB 07.30 – 10.30 WIB
3. Sabtu 07.00 – 12.30 WIB 07. 30 – 12.00 WIB

Rawat Inap
a. Makan Pagi : pukul 07.00
b. Makan Malam : Pukul 12.00
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Konseling dan Ruang Dapur

1. Denah ruang konseling

Konsultasi
Meja

utara P

2. Denah ruang dapur

J P

Meja

Kompor

Papan data
Westavel

Meja Persiapan

Kulkas
Lemari Makan

Galon Rak dorong

Barat
Keterangan :
P : Pintu
J : Fentilasi Udara
: Papan Data
L : Lemari makan
R : Rak dorong
G : Galon
K : Kulkas
W : Tempat cuci peralatan makan
M : Meja makanan jadi
K : Tempat kompor dan rak peralatan dapur
B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas & Sarana
a. Ruang pelayanan konsoltasi gizi Puskesmas Kademangan berlokasi di
lantai 1 yang terdiri dari:
- 1 ( satu ) meja konseling, 2 ( dua ) kursi konseling, 1 ( satu )
microtoice, 1( satu ) timbangan injak, 1 ( satu ) antropometri kit, dan
1 ( satu ) kit food model gizi.
- Tersedia listrik dengan daya sesuai kebutuhan. Aliran listrik berfungsi
baik, kabel dan steker terpasang dengan aman dan kokoh dan
semua lampu berfungsi dengan baik.
b. Ruang dapur rawat inap puskesmas Kademangan berlokasi di lantai 1
yang terdiri dari:
- rak peralatan dapur, alat-alat memasak (panci,wajan, dll) , peralatan
makan (Piring, gelas, sendok, dll).
- Mempunyai fasilitas dengan air bersih yang mengalir dan bak
sebagai tempat untuk mencuci piring. Kompor gas dua tungku yang
berfungsi dengan baik. Pembuangan sampah/tempat sampah yang
terbuat bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mudah dibersihkan.
- Tersedia listrik dengan daya sesuai kebutuhan. Aliran listrik berfungsi
baik, kabel dan steker terpasang aman dan kokoh dan semua lampu
berfungsi dengan baik.
II. Peralatan
Peralatan yang tersedia di UGD mengacu kepada Standar Puskesmas
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 30.01.13 untuk penunjang kegiatan
pelayanan terhadap pasien Klinik Gizi.

Alat yang harus tersedia antara lain :

a. Peralatan Konsultasi Gizi

Jumlah Alat Yang


No Jenis Peralatan Berfungsi Baik ( Jenis)
Acuan Di Klinik
1 Set Alat Antropometri 5 1
2 Set Penyuluhan Gizi 5 1
3 Set Peralatan Klinik Laktasi 5 -
4 Mebelair 6 1
5 Bahan Habis Pakai 6
Jumlah 27

b. Rincian Peralatan Konsultasi Gizi


Jumlah Alat yang
No Jenis Peralatan Berfungsi Baik
Acuan Di Klinik
A Set Alat Antropometri
1. Timbangandetecto/timbangan 1 3
digital/uni scale
2. Baby scale (timbangan bayi) 1 3
3. Pengukur tinggi badan 1 1
(mikrotoise)
4. Alat ukur panjang badan 1 3
(length board)
5. Alat pengukur lingkar lengan 1 3
atas (LiLA)
Jumlah 5 jenis
B Set Penyuluhan Gizi Sesuai 1
kebutuhan
1. Software nutriclin 1
2. Poster-poster gizi 1
3. Food model 1
4. Leaflet diet 10
5. Buku Daftar Komposisi Bahan 1
Makanan ( DKBM)
Jumlah 5 jenis

C Set Peralatan pojok Laktasi -


1.Boneka model payudara 1 1
(tetek-tetekan)
2. Baby feeding tube Fr.3,5 1 1
panjang 35 cm
3.Cangkir dan tutupnya 1 1
4.Dispenser /termos air panas 1 -
5.Pompa payudara untuk ASI 1 -
Jumlah 5 jenis

D Mebelair
1. Meja 4 1
2. Kursi 5 1
3. Kursi hadap 1 2
4. Kantong leaflet 1 -
5. Lemari kaca 1 1
6. Komputer set 1 -
Jumlah 6 jenis

E Bahan Habis Pakai Klinik Laktasi Sesuai -


kebutuhan
1. Disposible syringe 20 cc
2. Disposible syringe 10 cc
3. Disposible syringe 5 cc
4.Kassa steril beserta tempatnya
(toples)
5.Tissue dan tempatnya
6.Sabun cuci
Jumlah 6 jenis
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

1. Asuhan Gizi

Asuhan gizi merupakan sarana dalam pemenuhan zat gizi pasien.


Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan Terapi Gizi Medik.
Pelayanan kesehatan paripurna seorang pasien, baik rawat inap maupun rawat
jalan, secara teoritis memerlukan tiga jenis asuhan yang pada pelaksanaannya
dikenal sebagai pelayanan. Ketiga jenis asuhan tersebut adalah asuhan medik,
asuhan keperawatan, dan asuhan gizi.

Tujuan utama Asuhan Gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien
secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat
maupun konseling gizi pada rawat jalan. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsur terkait untuk melaksanakan
urutan kegiatan, yang dikelompokkan menjadi lima kegiatan, yaitu:

a. Membuat diagnosis masalah gizi.


b. Menentukan kebutuhan terapi gizi. Dalam pelaksanaan asuhan gizi,
penentuan terapi gizi pasien perlu mempertimbangkan tiga macam
kebutuhan, yaitu penggantian (replacement), pemeliharaan (maintenance),
dan penambahan akibat kehilangan (loss) yang berkelanjutan dan untuk
pemulihan jaringan dengan berpedoman kepada: tepat zat gizi (bahan
makanan), tepat formula, tepat bentuk, tepat cara pemberian, serta tepat
dosis.

c. Memilih dan mempersiapkan bahan/makanan/formula khusus (oral, enteral,


dan parenteral) sesuai.

d. Melaksanakan pemberian makanan.

e. Evaluasi/pengkajian gizi dan pemantauan.

2. Peran Nutrisionis/Dietisien

1. Mengkaji status gizi klien/pasien berdasarkan rujukan.

2. Melakukan anamnesis riwayat diet klien/pasien.

3. Menerjemahkan rencana diet ke dalam bentuk makanan yang


disesuaikan dengan kebiasaan makan serta keperluan terapi.

4. Memberikan saran kepada dokter berdasarkan hasil


pemantauan/evaluasi terapi gizi.
5. Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada
klien/pasien dan keluarganya.

6. Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada


klien/pasien dan keluarganya.

7. Melakukan kunjungan keliling (visite) kepada klien/pasien.

8. Mengevaluasi status gizi klien/pasien secara berkala, asupan


makanan, dan bila perlu melakukan perubahan diet pasien.

9. Mengkomunikasikan hasil terapi gizi.

10. Menentukan rencana diet awal/sementara bila belum ada penentuan


diet dari dokter.

11. Melakukan pemantauan interaksi obat dan makanan.

3. Prosedur Kerja Asuhan Gizi di Ruang Rawat Inap

Berikut ini tabel tentang prosedur kerja asuhan gizi di ruang rawat inap.

UNSUR PENANGGUNG
NO KEGIATAN MEKANISME
TERKAIT JAWAB
1. Penentuan Status
Gizi
Dilakukan untuk setiap
a. Klinis pasien baru dan Dokter Dokter
dimonitor setiap hari
Dilakukan pada saat Dokter dan
b. Deteksi Dokter
pasien masuk kepala ruangan
Pengukuran Perawat/
c. Antropometri dilakukan seminggu Dietisien/ Kepala ruangan
sekali Nutrisionis
Glukosa darah, Hb,
d. Laboratorium Dokter/ Analis Dokter/ Analis
urine lengkap, feses
e. Anamnesis Dietisien/ Dietisien/
Wawancara
riwayat gizi Nutrisionis Nutrisionis
2 Intervensi
a. Klinis Mengatasi semua gejala Dokter/ Dokter
penyakit (Hipogikeia, perawat
hipotermia, dehidrasi,
infksi, dll)
· Menentukan diet

· Pemantauan

· Konsumsi makanan

· Status gizi
Dietisien/ Dietisien/
b. Diet
Nutrisionis Nutrisionis
· Penyuluhan gizi

· Pemberian diet

· Persiapan pulang

· Pencatatan gizi
Berdasarkan rekam
medis:
Dietisien/ Dietisien/
3 Pelaporan
· Ruang rawat jalan Nutrisionis Nutrisionis

· Ruang rawat inap

4. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap

Dalam pelayanan gizi Puskesmas, Asuhan Gizi dilakukan kepada pasien rawat
jalan dan pasien rawat inap.

A. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan

Pengertian dari Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan adalah serangkaian


proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet hingga evaluasi rencana diet
kepada klien/pasien rawat jalan. Tujuannya adalah memberikan pelayanan
gizi kepada klien/pasien rawat jalan agar memperoleh asupan makanan
yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.

Kegiatannya meliputi:

 Pengkajian status gizi


1. Antropometri

Dilakukan dengan melakukan pengukuran tinggi badan dan


berat badan. Bila pasien tidak dapat dilakukan pengukuran tersebut,
dapat dilakukan pengukuran lingkar lengan atas (LiLa) maupun
tinggi lutut.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan


klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk
menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi dengan
kesehatan, serta menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan fisik
meliputi: tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus, pucat, atau
bengkak) atau gizi lebih (gemuk atau sangat gemuk/obesitas),
sistem kardiovaskuler; sistem pernapasan, sistem gastrointestinal,
sistem metabolik/endokrin dan sistem neurologik/psikiatrik.

3. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya


kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit
serta menegakkan masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini
dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan
memonitor/mengevaluasi terapi gizi.

 Riwayat gizi

Anamnesis riwayat gizi pasien ada dua macam, yaitu secara kualitatif
dan kuantitatif. Anamnesis kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari-hari berdasarkan
frekuensi penggunaan bahan makanan, sedangkan anamnesis
kuantitatif dilakukan utnuk mendapat gambaran asupan zat gizi
sehari, dengan menggunakan recall 24 jam yang diukur dengan food
model. Analisis asupan gizi menggunakan Daftar Penukar Bahan
Makanan, maupun menggunakan software tertentu.

 Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan


penyakitnya

Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien/pasien atas dasar


status gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu perlu
juga memperhatikan kebutuhan untuk penggantia zat gizi, kebutuhan
harian, kebutuhan tambahan karena kehilangan serta tambahan untuk
pemulihan jaringan atau organ yang sedang sakit.

 Menentukan macam atau jenis diet sesuai dengan status gizi dan
penyakitnya serta cara pemberian makanan
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita serta
kemampuan pasien untuk menerima makanan dengan memperhatikan
Prinsip Menu Seimbang (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral, air, dan serat) dan kebiasaan/pola makan.

 Konseling gizi

Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat


rencana konseling, yang mencakup penetapan tujuan, sasaran,
strategi, materi, metode, penilaian, dan tindak lanjut. Tujuan konseling
gizi adalah membuat perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku
makan, serta pola makan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien. Hal
ini akan terlihat dari seberapa jauh kepatuhan untuk melaksanakan diet
yang telah ditentukan dan pemecahan masalah yang timbul dalam
melaksanakan rencana diet tersebut.

 Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut terapi gizi (kunjungan


ulang/kunjungan rumah bila diperlukan)

Evaluasi terhadap pelayanan asuhan gizi rawat jalan diperoleh melalui


kunjungan ulang pasien ke Poli Gizi. Evaluasi tersebut mencangkup
rencana diet yang diberikan dan kepatuhan menjalankan
rencana diet, klinis dan laboratorium, dan status gizi. Tindak lanjut yang
dibutuhkan tergantung hasil evaluasi pelayanan gizi yang diperoleh
dirumah, bila perlu dilakukan perubahan rencana diet atau kunjungan
rumah.

B. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap

Pengertian dari asuhan gizi pasien rawat inap adalah serangkaian


proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien di ruang rawat inap.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada pasien rawat inao agar
memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan. Rangkaian kegiatannya:

 Pengkajian status gizi

Meliputi pemeriksaan antropometri, pemeriksaan fisik, dan laboratorium.

 Riwayat gizi
Setiap pasien rawat inap dianalisis kebiasaan makan sebelum dirawat yang
meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan, serta
pantangan makan. Asupan zat gizi diukur dan selanjutnya dianalisis zat
gizinya dengan menggunakan Daftar Bahan Makanan Penukar. Analisis
asupan gizi memberikan informasi perbandingan antara asupan dengan
kebutuhan gizi dalam sehari. Setiap pasien rawat inap akan dianamnesus
untuk mengetahui asupan makanan sebelum dirawat yang meliputi asupan
zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan, serta pantangan makan.
Semua data antropometri, klinis dan biokimia yang didapat dicatat dalam
formulir pencatatan gizi. Kajian riwayat gizi hasilnya akan dibandingkan
dengan perhitungan kebutuhan gizi dan saran diet sesuai kondisi pada
saat melakukan konseling.

 Penentuan kebutuhan gizi

Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien/pasien atas dasar status


gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu perlu juga
memperhatikan kebutuhan untuk penggantian zat gizi, kebutuhan harian,
kebutuhan tambahan karena kehilangan serta tambahan untuk pemulihan
jaringan atau organ yang sedang sakit.

 Penentuan macam dan jenis diet

Setelah dokter menentukan diet pasien, ahli gizi akan mempelajari dan
menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai, selanjutnya akan
menterjemahkan ke dalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan
yang akan diberikan. Makanan diberikan dalam berbagai bentuk,/
konsistensi (biasa, lunak, maupun cair) sesuai dengan kebutuhan dengan
memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan
makanan yang digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut diperlukan
penyesuaian, maka ahli gizi akan mengkonsultasikan kepada dokter.

 Konseling dan Penyuluhan gizi

Sebelum melakukan kegiatan konseling gizi, terlebih dauhu dibuat rencana


konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi,
metode, penilaian, dan tindak lanjut. Tujuan konseling gizi adalah membuat
perubahan perilaku makan pasien. Hal ini diwujudkan melalui penjelasan
diet yang perlu dijalankan oleh pasien, yang diperlukan untuk proses
penyembuhan, kepatuhan pasien untuk melaksanakan diet yang
ditentukan, dan pemecahan masalah yang timbul dalam melaksanakan
diet tersebut.

 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak lanjut


Aktivitas utama dari proses evaluasi pelayanan gizi pasien adalah
memantau pemberian makanan secara berkesinambungan untuk menilai
proses penyembuhan dan status gizi pasien. Pemantauan tersebut
mencangkup antara lain perubahan diet, bentuk makanan, asupan
makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah,
keadaan klinis defekasi, hasil laboratorium, dan lain-lain.

Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan


hasil evaluasi pelayanan gizi antara lain perubahan diet, yang dilakukan
dengan mengubah perskripsi diet sesuai kondisi pasien. Apabila perlu,
dilakukan kunjungan ulang atau kunjungan rumah. Untuk pasien yang
dirawat walaupun tidak memerlukan diet khusus tetapi tetap perlu
mendapatkan perhatian agar tidak terjadi ”Hospital Malnutrition” terutama
pada pasien-pasien yang mempunyai masalah dalam asupan makanannya
seperti adanya mual, muntah dan penurunan nafsu makan.

5. Penyelenggaraan makanan

Penyelenggaraan makanan puskesmas adalah suatu rangkaian kegiatan


mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan
kepada konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal
melalui pemberian diet yang tepat. Termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan,
dan evaluasi. Tujuannya untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik
dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai
bagi klien atau konsumen yang membutuhkan. Langkah perencanaan
anggaran belanja makanan:

 Mengumpulkan data tentang macam dan jumlah konsumen pada tahun


sebelumnya.
 Menetapkan macam dan jumlah konsumen/pasien.

 Mengumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan


melakukan survey pasar, kemudian menentukan harga rata-rata bahan
makanan.

 Membuat standar porsi ke dalam berat kotor.

 Menghitung indeks harga makanan perorangan perhari sesuai dengan


konsumen yang mendapat makanan.

 Menghitung anggaran belanja makanan setahun untuk masing- masing


konsumen/pasien.

 Melaporkan hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada


manajemen.
 Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur
administratif.

1. Perencanaan menu

Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan


diolah untuk memenuhi selera konsumen pasien, dan kebutuhan zat gizi yang
memenuhi prinsip gizi seimbang. Tujuannya untuk menyediakan siklus menu
sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di Puskesmas. Langkah perencanaan
menu:

a. Membentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari ahli gizi dan
koki.
b. Mengumpulkan tanggapan/keluhan konsumen mengenai menu dengan
cara menyebarkan kuesioner.

c. Membuat rincian macam dan jumlah konsumen yang akan dilayani.

d. Mengumpulkan data peralatan dan perlengkapan dapur yang tersedia.

e. Menyesuaikan penyusunan menu dengan macam dan jumlah tenaga.

f. Memperhatikan kebiasaan makan daerah setempat, musim, iklim, dan


pasar.

g. Menetapkan siklus menu yang akan dipakai.

h. Menetapkan standar porsi.

i. Menyusun menu dengan cara:

 Mengumpulkan berbagai jenis hidangan, dikelompokkan berdasarkan


jenis makanan (kelompok lauk hewani, kelompok nabati, kelompok
sayuran, kelompok buah) sehingga memungkinkan variasi yang lebih
banyak.

 Menyusun pola menu dan master menu yang memuat garis besar
frekuensi penggunaan bahan makanan harian dengan siklus menu
yang berlaku.

 Memasukkan hidangan hewani yang serasi warna, komposisi,


konsistensi bentuk dan variasinya; kemudian lauk nabati, sayur, buah,
dan snack.

 Menyiapkan formulir penilaian yang meliputi pola menu kombinasi


warna, tekstur, konsistensi, rasa, aroma, ukuran, bentuk potongan,
temperatur makanan, pengulangan menu penyajian dan sanitasi.
 Menilai menu dengan beberapa penilaian objektif.

 Melakukan pre-test untuk mengetahui tanggapan konsumen/pasien.

 Membuat perbaikan menu dan selanjutnya menu siap diterapkan.

2. Perhitungan kebutuhan bahan makanan

Perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan penyusunan


kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk pengadaan bahan
makanan. Tujuannya adalah supaya tercapainya usulan anggaran dan
kebutuhan bahan makanan untuk pasien dalam satu tahun anggaran.
Langkah perencanaan kebutuhan bahan makanan adalah:

 Menentukan jumlah pasien


 Menentukan standar porsi tiap bahan makanan dan membuat dalam berat
kotor

 Menghitung berapa kali pemakaian bahan makanan serta siklus menu

3. Pemesanan dan pembelian bahan makanan

Pemesanan dan pembelian bahan makanan adalah penyusunan permintaan


bahan makanan berdasarkan menu atau pedoman menu dan rata-rata jumlah
konsumen atau pasien yang dilayani. Tujuannya adalah untuk menyediakan
daftar pesanan bahan makanan sesuai standar atau spesifikasi yang
ditetapkan. Langkah pemesanan bahan makanan:

 Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok hari
dengan cara: standar porsi x jumlah pasien
 Hasil perhitungan diserahkan ke bagian gudang logistik/suplier

 Bagian gudang menyiapkan bahan makanan sesuai dengan


permintaan

 Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang dipesa

4. Penerimaan bahan makanan

Penerimaan bahan makan adalah suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan,


pencatatan, dan pelaporan tentang macam, kualitas, dan kuantitas bahan
makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah
ditetapkan. Tujuannya adalah untuk menyediakan bahan makanan yang siap
untuk diolah. Langkah penerimaan bahan makanan:
 Setelah bahan diambil, diperiksa satu per satu, untuk mengetahui bila ada
barang yang tidak ada kurang, atau berlebih
 Bahan makanan disimpan ke gudang penyimpanan kecil sesuai dengan
jenis barang

 Esok harinya masing-masing bagian pengolahan mengambil bahan


makanan sesuai dengan kebutuhannya

5. Penyimpanan bahan makanan

Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,


memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas
maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta
pencatatan dan pelaporannya. Tujuannya untuk menyediakan bahan
makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan
perencanaan. Langkah penyimpanan bahan makanan:

 Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, harus segera


dibawa ke ruang penyimpanan atau ruang pendingin
 Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah ditimbang dan
diawasi oleh bagian penyimpanan bahan makanan setempat dibawa ke
ruang persiapan bahan makanan

6. Penyaluran bahan makanan

Penyaluran bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan


makanan berdasarkan permintaan harian. Tujuannya adalah untuk
menyediakan bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang
tepat sesuai dengan pesanan.

7. Persiapan bahan makanan

Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan


bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan,
memotong, mengupas, mengocok, merendam, dan sebagainya. Tujuannya
adalah mempersiapkan bahan-bahan makanan, serta bumbu-bumbu sebelum
dilakukan kegiatan pemasakan

8. Pengolahan bahan makanan

Pengolahan bahan makanan adalah suatu kegiatan mengubah (memasak)


bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas,
dan aman untuk dikonsumsi. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko
kehilangan zat-zat gizi bahan makanan, meningkatkan nilai cerna,
meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan, dan
penampilan makanan, dan menghilangkan dari organisme maupun zat yang
berbahaya bagi tubuh

Proses pemasakan yang dilakukan di Puskesmas Kademangan adalah:

 Pemasakan dengan medium air, yaitu merebus, mengetim, dan


mengukus.
 Pemasakan dengan medium minyak, yaitu menggoreng, menumis

 Pemasakan langsung melalui dinding panci, yaitu mendadar dan


menyangrai

9. Pendistribusian makanan

Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan


sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani
(makanan biasa maupun makanan khusus). Tujuannya supaya konsumen
mendapatkan makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku.
BAB V
LOGISTIK

1. Pengelolaan Bahan Makanan


Pengelolaan bahan makanan pada Instalasi Gizi di puskesmas
merupakan suatu aspek manajemen puskesmas yang penting oleh karena
ketidak-efisienannya akan memberi dampak yang negatif terhadap
puskesmas baik secara medik maupun ekonomik.
2. Pembiayaan Bahan Makanan
Upaya-upaya pengendalian biaya yang dapat dilakukan di puskesmas
meliputi
a. Meningkatkan efisiensi
b. Meningkatkan kesadaran akan biaya
c. Teknik investasi
3. Perencanaan Bahan Makanan
Pengadaan bahan makanan hingga proses penyediaan makanan matang
bagi pasien dan karyawan puskesmas, yang meliputi :
a. Perencanaan anggaran belanja.
b. Perencanaan menu.
c. Perhitungan kebutuhan bahan makanan.
d. Prosedur pembelian bahan makanan
e. Prosedur penerimaan bahan makanan
f. Prosedur penyimpanan bahan makanan
g. Tehnik persiapan bahan makanan
h. Pengaturan pemasakan makanan
i. Cara pelayanan dan distribusi makanan
j. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi.
4. Pengadaan Bahan Makanan
Langkah proses pengadaan dimulai dengan :
a) mereview daftar bahan yang akan diadakan,
b) menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli,
c) menyesuaikan dengan situasi keuangan,
d) memilih metode pengadaan,
e) memilih supplier atau rekanan,
f) membuat syarat kontrak kerja,
g) memonitor pengiriman barang, menerima barang dan memeriksa,

5. Penyimpanan dan Distribusi Makanan


Kegiatan penyimpanan atau Storage atau pergudangan, dimulai dari
datangnya barang yang diadakan sampai adanya permintaan untuk
digunakan atau distribusi.Kegiatan penyimpanan dan distribusi diawali
dengan penerimaan barang di gudang, penelitian dan pengecekan,
pencatatan pada kartu stok gudang untuk pengendalian inventori serta
barang dimasukkan dan ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan di
dalam gudang.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas


membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) :
Adalah suatu sistem dimana Puskesmas Kademangan membuat asuhan pasien
lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
- Asesmen resiko
- Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
- Pelaporan dan analisis insiden
- Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
- Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
- Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
- Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas Kademangan
- Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas Kademangan terhadap pasien dan
masyarakat
- Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas Kademangan
- Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
C. Standar Keselamatan Pasien
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
tindakan yang seharusnya diambil

Standar I. Hak pasien


Standar:
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
insiden.

Kriteria:
1.1 Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
1.2 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
1.3 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasukkemungkinan terjadinya insiden.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga


Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dantanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan.
Karena itu, di puskesmas harus ada sistem dan mekanisme mendidik
pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien
dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan


Standar:
Puskesmas menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan.
Kriteria:
1.1 Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan
pelayanan,tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari
puskesmas.
1.2 Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungansehingga
pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanandapat
berjalan baik dan lancar.
1.3 Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatankomunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanankeperawatan,
pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanankesehatan primer
dan tindak lanjut lainnya.
1.4 Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatansehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa
hambatan, amandan efektif.

Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan


evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standar:
Puskesmas harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yangada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data,menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan
untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria:
4.1 Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain)yang
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas,kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,praktik bisnis yang
sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
4.2 Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen
risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
4.3 Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses
kasus risiko tinggi.
4.4 Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasihasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatanpasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas “.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasiantar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur,mengkaji, dan meningkatkan kinerja puskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja puskesmas dan keselamatan pasien

Kriteria:
5.1 Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
5.2 Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden.
5.3 Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pasien.
5.4 Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5.5 Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss)dan
“Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
5.6 Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif
untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf
dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
5.7 Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antarunit
dan antar pengelola pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan
antar disiplin.5.8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang
dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan
sumber daya tersebut.
5.8 Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar:
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan
pasien secara jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
yangberkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi
stafserta mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien
Kriteria:
6.1 Setiap puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
6.2 Setiap puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
6.3 Setiap puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria:
7.1 Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesainproses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal terkait
dengan keselamatan pasien.
7.2 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasiuntuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )


ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah
KTD yang tidak dapat dicegah
Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir.
KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )
Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission )
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
D. Tata Laksana
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi
yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga UGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “
Pelaporan Insiden Keselamatan”.

E. Kejadian Tidak Diharapkan Yang Sering Atau Potensial Terjadi Di


Unit/Pelayanan Gizi

1. Rambut terjatuh ke dalam makanan pasien.


Upaya pencegahan:
Menggunakan Appron lengkap (celemek, topi koki, dll)

Cara penanganan jika terjadi:


Mengambil rambut yang telah terjatuh ke dalam makanan dengan sendok.
2. Pemberian PMT pemulihan kepada balita gizi kurang, bumil KEK, dan
MP-ASI sebagian susu dijual oleh orangtuanya.

Upaya Pencegahan:
Pemberian PMT diberikan secara bertahap melalui bidan desa dengan
membawa bukti berupa bungkus PMT yang sudah habis.

Cara Penanganan Jika Terjadi:


Langsung memberikan teguran ke rumah sasaran dan memberikan konseling
pentingnya pemberian PMT bagi mereka.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

1. Pengertian
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang
harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian / kesengajaan.
2. Tujuan
Menurut Undang- undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, Syarat-
syarat keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya,
dengan tujuan :
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c) Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian yang berbahaya.
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan
f) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi
g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/
psikis, keracunan, infeksi dan penularan
h) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
i) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
j) Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat perlakuan dan
penyimpanan barang
k) Mencegah terkena aliran listrik
3. Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai Dalam Proses Penyelenggaraan.
a. Pengendalian teknis mencakup :
 Letak, bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan
memenuhi syarat yang telah ditentukan
 Ruangan dapur cukup cukup luas, denah sesuai arus kerja dan dapur
dari bahan- bahan kontruksi yang memenuhi syarat.
 Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang
praktis
 Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
 Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari
pegawai
d. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang
telah ditetapkan.
e. Maintenence (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap
dalam kondisi yang layak dipakai
f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
g. Adanya fasilitas /peralatan pelindung keselamatan bagi pegawai
h. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.

4. Masalah keselamatan kerja yang sering atau potensial terjadi di unit/pelayanan


pelayanan gizi

a. Tertular penyakit pasien saat kunjungan konseling di


ruang perawatan.
Upaya Pencegahan:
Memakai masker
Cara penanganan jika terjadi:
Memeriksakan diri dan segera melakukan upaya pencegahan dini agar
penyakit tidak semakin memburuk.
b. Teriris pisau dapur saat pengolahan makanan
Upaya pencegahan:
Berhati-hati dan berkonsentrasi saat mengolah makanan
Cara penanganan jika terjadi:
Bersihkan lukan dengan anti septik lalu tutup luka dengan plaster.
c. Tertumpah kuah/air panas
Upaya pencegahan:
 Berhati-hati dan berkonsentrasi saat mengolah makanan
 Menggunakan bahan isolator saat memegang benda panas
Cara pencegahan jika terjadi:
Memberikan salep pada daerah luka
d. Terkena percikan minyak saat menggoreng.
Upaya pencegahan:
 Berhati-hati dan berkonsentrasi saat mengolah makanan
 Menggunakan appron (celemek, topi koki, dll) saat memasak
 Mengatur jarak antara badan dengan kompor.
Cara pencegahan jika terjadi:
Memberikan saalep pada daerah luka
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana,
instruksi, pedoman, standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan
pembetulan atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah
yang ditetapkan. Pengertian pengawasan dan pengendalian hampir
sama. Perbedaannya jika pengawasan mempunyai dasar hukum dan
tindakan administratif, sedangkan pengendalian tidak. Pengawasan dan
pengendalian bertujuan agar semua kegiatan- kegiatan dapat tercapai
secara berdaya guna dan berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan
rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
3. Evaluasi/ Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi menajemen.
Evaluasi ini bertujuan untuk menilai pelaksanan sesuai dengan rencana
dan kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki. Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana
yang lalu bila perlu, ataupun membuat rencana program yang baru.
B. Bentuk Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian
1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan
pengumpulan data dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi
puskesmas dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi
penilaian kegiatan pelayanan gizi puskesmas maupun untuk pengambilan
keputusan.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Instalasi Gizi.
a. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan
 Formulir pemesanan bahan makanan harian.
 Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang
instalasi gizi pada hari itu.
 Pencatatan sisa bahan makanan (harian/ bulanan), meliputi bahan
makan basah dan bahan makanan kering.
 Pencatatan data permintaan/ pesanan bahan makanan
berdasarkan bon- bon pemesanan dari masing- masing.
b. Pencatatan dan pelaporan tentang penyelenggaraan makanan
 Buku laporan timbang terima barang antara penggantian rotasi
(berisi pesan- pesan yang penting)
 Buku laporan pasien baru/ yang berdiet khusus.
 Buku laporan pasien baru makanan biasa
 Buku laporan pergantian/ pertukaran diet pasien.
c. Pencatatan dan pelaporan tentang perlengkapan peralatan instalasi
gizi.
 Membuat kartu inventaris peralatan masak.
 Membuat kartu inventaris peralatan makan
 Membuat kartu inventaris peralatan kantor
 Buku besar tentang peralatan keseluruhan ( untuk aimpan pinjam)
 Formulir untuk pelaporan alat- alat masak.
 Formulir daftar kekuatan pasien dalam sehari
 Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya.
d. Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan
 Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan
harian selama 1 kali putaran menu
 Perhitungan tentang rencana kebutuhan bahan makanan untuk
yang akan datang selama triwulan/ tahunan.
 Rekapitulasi tentang pemasukan dan an pemakaian bahan
makanan
 Perhitungan harga rata- rata bahan makanan per orang perhari
dalam satu kali putaran menu
 Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan
 Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar perbulan
e. Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat inap.
 Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk
catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan.
 Formulir permintaan makanan untuk pasien baru
 Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang
 Formulir perubahan diet
 Formulir permintaan makan pagi, siang, sore.
 Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan
f. Pencatatan dan pelaporan di ruang penyuluhan dan konsultasi gizi/
poliklinik gizi.
 Mencatat registrasi pasien yang baru datang (nama, diagnosa, jenis
diet, antropometri)
 Membuat / mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya.
 Formulis anemnesis.
 Formulir frekwnsi makan
 Formulir status pasien.
 Membuat laporan penyuluhan (pada penyuluhan kesehatan
masyarakat Puskesmas, laporan pada pasien rawat jalan dan rawat
inap). Semua laporan dikumpulkan, lalu dibuat rangkuman
kemudian disampaikan kepada kepala Instalasi/Unit Pelayanan Gizi
untuk dimanfaatkan, sesuai dengan apa yang dibutuhkan
Puskesmas.
2. Pengawas Standar Porsi
a. Untuk bahan makanan (pada) pengawasan porsi dilakukan dengan
penimbangan.
b. Untuk bahan makanan yang cair atau setengah cair seperti susu dan
bumbu dipakai gelas ukuran/liter matt, sendok ukuran atau alat ukur
lain yang sudah distandarisasi atau bila perlu ditimbang.
c. Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai untuk jenis
hidangan. Dapat dipakai alat-alat pemotong.
d. Untuk memudahkan persiapan sayuran dapat diukur dengan
kontainer/panci yang standar dan bentuk sama.
e. Untuk mendapatkan porsi yang tetap(tidak berubah-ubah) harus
digunakan standar porsi dan standar resep.
C. Indikator Keberhasilan Pelayanan Gizi Puskesmas.
1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme zat
gizi berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia
tubuh (laboratorium)
2. Terselenggaranya pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan
anemnesis diet dan pola makan.
3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien
4. Terwujutnya bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan, jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan.
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan Gizi puskesmas merupakan bagian integral dari pelayanan


kesehatan lainnya di puskesmas dan secara menyeluruh merupakan salah satu
upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat
inap maupun pasien rawat jalan di puskesmas.
Pedoman Pelayanan Gizi puskesmas bertujuan untuk memberikan acuan
yang jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di
puskesmas yang tepat bagi klien/pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan
masyarakat. Selain itu, pedoman ini juga akan bermanfaat bagi pengelola gizi
puskesmas dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi kemajuan serta
perkembangan pelayanan gizi yang holistik.
Pedoman Pelayanan Gizi puskesmas ini dilengkapi dengan lampiran tentang
materi, model/format pencatatan dan pelaporan, formulir lain yang diperlukan dan
mendukung kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap, ruang rawat jalan dan
pengelolaan penyelenggaraan makanan puskesmas yang mutakhir dan professional
di puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai