Pedoman Pelayanan Gizi Klinik 17
Pedoman Pelayanan Gizi Klinik 17
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T., karena atas rahmat dan
hidayahNYA, kami dapat menyelesaikan Pedoman Poli Konsultasi Gizi Puskesmas
Kademangan. Pedoman ini disusun sebagai salah satu upaya untuk memberikan
acuan dan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan Poli Konsultasi Gizi Puskesmas
Kademangan.
Poli Konsultasi Gizi merupakan salah satu unit pemberi layanan di
Puskesmas Kademangan sehingga pedoman yang kami buat ini ditujukan untuk
kemudahan pelayanan Puskesmas Kademangan.
Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan terima
kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan
Pedoman Poli Konsultasi Gizi Puskesmas Kademangan. Semoga dengan
digunakannya Pedoman ini dapat mempermudah dalam pelaksanaan penigkatan
mutuPuskesmas.
Hal
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................
1.1 Latar Belakang ................................................
1.2 Tujuan ................................................
1.2.1Tujuan Umum ................................................
1.3 Sasaran ................................................
1.4 Ruang Lingkup ................................................
1.5 Batasan Operasional ................................................
BAB 2 STANDAR KETENAGAAN ................................................
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia ................................................
2.2 Distribusi Ketenagaan ................................................
2.3 Jadwal Kegiatan ................................................
BAB 3 STANDAR FASILITAS ................................................
3.1 Denah Ruang ................................................
3.2 Standar Fasilitas ................................................
BAB 4 TATA LAKSANA PELAYANAN ................................................
4.1 Lingkup Kegiatan ................................................
4.2 Metode ................................................
4.3 Langkah Kegiatan ................................................
BAB 5 LOGISTIK ................................................
BAB 6 KESELAMATAN SASARAN ................................................
KEGIATAN
BAB 7 KESELAMATAN KERJA ................................................
BAB 8 PENGENDALIAN MUTU ................................................
BAB 9 PENUTUP ................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas diperlukan sumber
daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana yang memadai, agar
pelayanan gizi yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan.
Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di
Puskesmas, yang saling menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan.
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan
melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan
berstatus gizi baik.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual
mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya
ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai
keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
proses penyembuhan, harus diperhatikan secara individual. Adanya
kecendrungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan nutrition
related disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak,
remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan
khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk
mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi
dan untuk mempercepat penyembuhan.
Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama
pada penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan
menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat,
usila tidak sadar dalam waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna dan pasien
yang mendapat kemoterapi. Fungsi organ yang terganggu akan lebih
terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Disamping itu
masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya dengan penyakit
degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan darah
tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk penyembuhan.
Pelayanan gizi di Puskesmas merupakan hak setiap orang, memerlukan
adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu.
Pelayanan gizi yang bermutu di Puskesmas akan membantu mempercepat
proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat
sehingga dapat menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain jika pasien
cepat sembuh adalah mereka dapat segera kembali mencari nafkah untuk diri
dan keluarganya. Sehingga pelayanan gizi yang disesuaikan keadaan pasien
dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan
gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/ pasien semakin buruk karena tidak di
perhatikan keadaan gizi.
Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan
tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak tidak melebihi kemampuan
organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu
disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses
penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan
diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan
status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar
Puskesmas, merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga kesehatan,
terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi.
B. Tujuan Pedoman
a. Tujuan umum:
Tujuan dari buku Pedoman Pelayanan ini adalah sebagai acuan bagi
Instalasi Gizi puskesmas untuk menjalankan fungsinya agar dapat
meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai dengan
perkembangan iptek, perubahan perundang-undangan, dan harapan
konsumen puskesmas.
b. Tujuan khusus:
Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan medik dasar di
puskesmas
Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program
Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan
kesehatan di Puskesmas
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari :
1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan
2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
3. Penyelenggaraan Makanan
4. Penelitian dan Pengembangan
Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu
dibentuk Tim Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan
rawat jalan, termasuk pelayanan Klinik Gizi yang merupakan bagian dari
Instalasi Rawat Jalan.
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Gizi Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Puskesmas baik rawat inap
maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan
kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka
upaya preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.
2. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan
di institusi kesehatan, puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk
memenuhi kebutuhan gizi klien/ pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan
kesehatan klien/ pasien.
3. Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas Puskesmas yang terkait
dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter, nutrisionst/dietisien, dan perawat
dari setiap unit pelayanan bertugas menyelenggarakan asuhan gizi
( nutrition care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.
4. Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk peyembuhan
penyakit baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta merupakan
suatu penilaian terhadap kondisi klien/ pasien sesuai dengan intervensi
yang telah diberikan, agar klien/pasien serta keluarganya dapat
menerapkan rencana diet yang telah disusun.
5. Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien
untuk penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk
konseling, baik sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
6. Terapi Diet : adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi
gizi.
7. Preskripsi Diet atau Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/ pasien
yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi
kesehatannya. Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan Rencana diet
dibuat oleh nutrisionis/dietisien.
8. Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2
(dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan
perilaku sehingga membantu klien/ pasien mengenali dan mengatasi
masalah gizi, dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien.
9. Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik di
masyarakat maupun rumah sakit, dan unit pelaksana kesehatan lainnya,
berpendidikan dasar akademi gizi.
10. Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan
dan keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang
mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan
bekerja di unit pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik.
11. Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat
dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan
tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi,
kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
12. Klien : adalah pengunjung poliklinik Puskesmas, dan atau pasien
Puskesmas yang sudah berstatus rawat jalan.
13. Nutrition related disease : penyakit- penyakit yang berhubungan dengan
masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.
BAB II
STANDART KETENAGAAN
Kualifikasi
NO Nama Jabatan Formal/Pendidikan Sertifikasi/ Credentialling
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan pelayanan gizi yaitu :
Kategori :
2 orang Petugas Gizi
1 orang Juru Masak
Kategori :
C. Jadwal Kegiatan
Rawat Jalan
No Hari Jam Kerja Jam Pelayanan
1. Senin – Kamis 07.00 – 14.00 WIB 07.30 – 13.00 WIB
2. Jumat 06.30 – 11.00 WIB 07.30 – 10.30 WIB
3. Sabtu 07.00 – 12.30 WIB 07. 30 – 12.00 WIB
Rawat Inap
a. Makan Pagi : pukul 07.00
b. Makan Malam : Pukul 12.00
BAB III
STANDAR FASILITAS
Konsultasi
Meja
utara P
J P
Meja
Kompor
Papan data
Westavel
Meja Persiapan
Kulkas
Lemari Makan
Barat
Keterangan :
P : Pintu
J : Fentilasi Udara
: Papan Data
L : Lemari makan
R : Rak dorong
G : Galon
K : Kulkas
W : Tempat cuci peralatan makan
M : Meja makanan jadi
K : Tempat kompor dan rak peralatan dapur
B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas & Sarana
a. Ruang pelayanan konsoltasi gizi Puskesmas Kademangan berlokasi di
lantai 1 yang terdiri dari:
- 1 ( satu ) meja konseling, 2 ( dua ) kursi konseling, 1 ( satu )
microtoice, 1( satu ) timbangan injak, 1 ( satu ) antropometri kit, dan
1 ( satu ) kit food model gizi.
- Tersedia listrik dengan daya sesuai kebutuhan. Aliran listrik berfungsi
baik, kabel dan steker terpasang dengan aman dan kokoh dan
semua lampu berfungsi dengan baik.
b. Ruang dapur rawat inap puskesmas Kademangan berlokasi di lantai 1
yang terdiri dari:
- rak peralatan dapur, alat-alat memasak (panci,wajan, dll) , peralatan
makan (Piring, gelas, sendok, dll).
- Mempunyai fasilitas dengan air bersih yang mengalir dan bak
sebagai tempat untuk mencuci piring. Kompor gas dua tungku yang
berfungsi dengan baik. Pembuangan sampah/tempat sampah yang
terbuat bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mudah dibersihkan.
- Tersedia listrik dengan daya sesuai kebutuhan. Aliran listrik berfungsi
baik, kabel dan steker terpasang aman dan kokoh dan semua lampu
berfungsi dengan baik.
II. Peralatan
Peralatan yang tersedia di UGD mengacu kepada Standar Puskesmas
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 30.01.13 untuk penunjang kegiatan
pelayanan terhadap pasien Klinik Gizi.
D Mebelair
1. Meja 4 1
2. Kursi 5 1
3. Kursi hadap 1 2
4. Kantong leaflet 1 -
5. Lemari kaca 1 1
6. Komputer set 1 -
Jumlah 6 jenis
1. Asuhan Gizi
Tujuan utama Asuhan Gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien
secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat
maupun konseling gizi pada rawat jalan. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsur terkait untuk melaksanakan
urutan kegiatan, yang dikelompokkan menjadi lima kegiatan, yaitu:
2. Peran Nutrisionis/Dietisien
Berikut ini tabel tentang prosedur kerja asuhan gizi di ruang rawat inap.
UNSUR PENANGGUNG
NO KEGIATAN MEKANISME
TERKAIT JAWAB
1. Penentuan Status
Gizi
Dilakukan untuk setiap
a. Klinis pasien baru dan Dokter Dokter
dimonitor setiap hari
Dilakukan pada saat Dokter dan
b. Deteksi Dokter
pasien masuk kepala ruangan
Pengukuran Perawat/
c. Antropometri dilakukan seminggu Dietisien/ Kepala ruangan
sekali Nutrisionis
Glukosa darah, Hb,
d. Laboratorium Dokter/ Analis Dokter/ Analis
urine lengkap, feses
e. Anamnesis Dietisien/ Dietisien/
Wawancara
riwayat gizi Nutrisionis Nutrisionis
2 Intervensi
a. Klinis Mengatasi semua gejala Dokter/ Dokter
penyakit (Hipogikeia, perawat
hipotermia, dehidrasi,
infksi, dll)
· Menentukan diet
· Pemantauan
· Konsumsi makanan
· Status gizi
Dietisien/ Dietisien/
b. Diet
Nutrisionis Nutrisionis
· Penyuluhan gizi
· Pemberian diet
· Persiapan pulang
· Pencatatan gizi
Berdasarkan rekam
medis:
Dietisien/ Dietisien/
3 Pelaporan
· Ruang rawat jalan Nutrisionis Nutrisionis
Dalam pelayanan gizi Puskesmas, Asuhan Gizi dilakukan kepada pasien rawat
jalan dan pasien rawat inap.
Kegiatannya meliputi:
2. Pemeriksaan fisik
3. Laboratorium
Riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi pasien ada dua macam, yaitu secara kualitatif
dan kuantitatif. Anamnesis kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari-hari berdasarkan
frekuensi penggunaan bahan makanan, sedangkan anamnesis
kuantitatif dilakukan utnuk mendapat gambaran asupan zat gizi
sehari, dengan menggunakan recall 24 jam yang diukur dengan food
model. Analisis asupan gizi menggunakan Daftar Penukar Bahan
Makanan, maupun menggunakan software tertentu.
Menentukan macam atau jenis diet sesuai dengan status gizi dan
penyakitnya serta cara pemberian makanan
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita serta
kemampuan pasien untuk menerima makanan dengan memperhatikan
Prinsip Menu Seimbang (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral, air, dan serat) dan kebiasaan/pola makan.
Konseling gizi
Riwayat gizi
Setiap pasien rawat inap dianalisis kebiasaan makan sebelum dirawat yang
meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan, serta
pantangan makan. Asupan zat gizi diukur dan selanjutnya dianalisis zat
gizinya dengan menggunakan Daftar Bahan Makanan Penukar. Analisis
asupan gizi memberikan informasi perbandingan antara asupan dengan
kebutuhan gizi dalam sehari. Setiap pasien rawat inap akan dianamnesus
untuk mengetahui asupan makanan sebelum dirawat yang meliputi asupan
zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan, serta pantangan makan.
Semua data antropometri, klinis dan biokimia yang didapat dicatat dalam
formulir pencatatan gizi. Kajian riwayat gizi hasilnya akan dibandingkan
dengan perhitungan kebutuhan gizi dan saran diet sesuai kondisi pada
saat melakukan konseling.
Setelah dokter menentukan diet pasien, ahli gizi akan mempelajari dan
menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai, selanjutnya akan
menterjemahkan ke dalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan
yang akan diberikan. Makanan diberikan dalam berbagai bentuk,/
konsistensi (biasa, lunak, maupun cair) sesuai dengan kebutuhan dengan
memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan
makanan yang digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut diperlukan
penyesuaian, maka ahli gizi akan mengkonsultasikan kepada dokter.
5. Penyelenggaraan makanan
1. Perencanaan menu
a. Membentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari ahli gizi dan
koki.
b. Mengumpulkan tanggapan/keluhan konsumen mengenai menu dengan
cara menyebarkan kuesioner.
Menyusun pola menu dan master menu yang memuat garis besar
frekuensi penggunaan bahan makanan harian dengan siklus menu
yang berlaku.
Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok hari
dengan cara: standar porsi x jumlah pasien
Hasil perhitungan diserahkan ke bagian gudang logistik/suplier
9. Pendistribusian makanan
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) :
Adalah suatu sistem dimana Puskesmas Kademangan membuat asuhan pasien
lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
- Asesmen resiko
- Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
- Pelaporan dan analisis insiden
- Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
- Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
- Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
- Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas Kademangan
- Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas Kademangan terhadap pasien dan
masyarakat
- Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas Kademangan
- Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
C. Standar Keselamatan Pasien
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
tindakan yang seharusnya diambil
Kriteria:
1.1 Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
1.2 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
1.3 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasukkemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan.
Karena itu, di puskesmas harus ada sistem dan mekanisme mendidik
pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien
dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Kriteria:
4.1 Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain)yang
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas,kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,praktik bisnis yang
sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
4.2 Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen
risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
4.3 Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses
kasus risiko tinggi.
4.4 Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasihasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Kriteria:
5.1 Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
5.2 Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden.
5.3 Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pasien.
5.4 Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5.5 Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss)dan
“Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
5.6 Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif
untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf
dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
5.7 Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antarunit
dan antar pengelola pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan
antar disiplin.5.8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang
dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan
sumber daya tersebut.
5.8 Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar:
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan
pasien secara jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
yangberkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi
stafserta mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien
Kriteria:
6.1 Setiap puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
6.2 Setiap puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
6.3 Setiap puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
7.1 Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesainproses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal terkait
dengan keselamatan pasien.
7.2 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasiuntuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
Upaya Pencegahan:
Pemberian PMT diberikan secara bertahap melalui bidan desa dengan
membawa bukti berupa bungkus PMT yang sudah habis.
1. Pengertian
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang
harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian / kesengajaan.
2. Tujuan
Menurut Undang- undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, Syarat-
syarat keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya,
dengan tujuan :
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c) Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian yang berbahaya.
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan
f) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi
g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/
psikis, keracunan, infeksi dan penularan
h) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
i) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
j) Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat perlakuan dan
penyimpanan barang
k) Mencegah terkena aliran listrik
3. Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai Dalam Proses Penyelenggaraan.
a. Pengendalian teknis mencakup :
Letak, bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan
memenuhi syarat yang telah ditentukan
Ruangan dapur cukup cukup luas, denah sesuai arus kerja dan dapur
dari bahan- bahan kontruksi yang memenuhi syarat.
Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang
praktis
Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari
pegawai
d. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang
telah ditetapkan.
e. Maintenence (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap
dalam kondisi yang layak dipakai
f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
g. Adanya fasilitas /peralatan pelindung keselamatan bagi pegawai
h. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
A. Pengertian
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana,
instruksi, pedoman, standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan
pembetulan atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah
yang ditetapkan. Pengertian pengawasan dan pengendalian hampir
sama. Perbedaannya jika pengawasan mempunyai dasar hukum dan
tindakan administratif, sedangkan pengendalian tidak. Pengawasan dan
pengendalian bertujuan agar semua kegiatan- kegiatan dapat tercapai
secara berdaya guna dan berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan
rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
3. Evaluasi/ Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi menajemen.
Evaluasi ini bertujuan untuk menilai pelaksanan sesuai dengan rencana
dan kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki. Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana
yang lalu bila perlu, ataupun membuat rencana program yang baru.
B. Bentuk Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian
1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan
pengumpulan data dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi
puskesmas dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi
penilaian kegiatan pelayanan gizi puskesmas maupun untuk pengambilan
keputusan.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Instalasi Gizi.
a. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan
Formulir pemesanan bahan makanan harian.
Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang
instalasi gizi pada hari itu.
Pencatatan sisa bahan makanan (harian/ bulanan), meliputi bahan
makan basah dan bahan makanan kering.
Pencatatan data permintaan/ pesanan bahan makanan
berdasarkan bon- bon pemesanan dari masing- masing.
b. Pencatatan dan pelaporan tentang penyelenggaraan makanan
Buku laporan timbang terima barang antara penggantian rotasi
(berisi pesan- pesan yang penting)
Buku laporan pasien baru/ yang berdiet khusus.
Buku laporan pasien baru makanan biasa
Buku laporan pergantian/ pertukaran diet pasien.
c. Pencatatan dan pelaporan tentang perlengkapan peralatan instalasi
gizi.
Membuat kartu inventaris peralatan masak.
Membuat kartu inventaris peralatan makan
Membuat kartu inventaris peralatan kantor
Buku besar tentang peralatan keseluruhan ( untuk aimpan pinjam)
Formulir untuk pelaporan alat- alat masak.
Formulir daftar kekuatan pasien dalam sehari
Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya.
d. Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan
Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan
harian selama 1 kali putaran menu
Perhitungan tentang rencana kebutuhan bahan makanan untuk
yang akan datang selama triwulan/ tahunan.
Rekapitulasi tentang pemasukan dan an pemakaian bahan
makanan
Perhitungan harga rata- rata bahan makanan per orang perhari
dalam satu kali putaran menu
Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan
Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar perbulan
e. Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat inap.
Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk
catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan.
Formulir permintaan makanan untuk pasien baru
Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang
Formulir perubahan diet
Formulir permintaan makan pagi, siang, sore.
Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan
f. Pencatatan dan pelaporan di ruang penyuluhan dan konsultasi gizi/
poliklinik gizi.
Mencatat registrasi pasien yang baru datang (nama, diagnosa, jenis
diet, antropometri)
Membuat / mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya.
Formulis anemnesis.
Formulir frekwnsi makan
Formulir status pasien.
Membuat laporan penyuluhan (pada penyuluhan kesehatan
masyarakat Puskesmas, laporan pada pasien rawat jalan dan rawat
inap). Semua laporan dikumpulkan, lalu dibuat rangkuman
kemudian disampaikan kepada kepala Instalasi/Unit Pelayanan Gizi
untuk dimanfaatkan, sesuai dengan apa yang dibutuhkan
Puskesmas.
2. Pengawas Standar Porsi
a. Untuk bahan makanan (pada) pengawasan porsi dilakukan dengan
penimbangan.
b. Untuk bahan makanan yang cair atau setengah cair seperti susu dan
bumbu dipakai gelas ukuran/liter matt, sendok ukuran atau alat ukur
lain yang sudah distandarisasi atau bila perlu ditimbang.
c. Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai untuk jenis
hidangan. Dapat dipakai alat-alat pemotong.
d. Untuk memudahkan persiapan sayuran dapat diukur dengan
kontainer/panci yang standar dan bentuk sama.
e. Untuk mendapatkan porsi yang tetap(tidak berubah-ubah) harus
digunakan standar porsi dan standar resep.
C. Indikator Keberhasilan Pelayanan Gizi Puskesmas.
1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme zat
gizi berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia
tubuh (laboratorium)
2. Terselenggaranya pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan
anemnesis diet dan pola makan.
3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien
4. Terwujutnya bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan, jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan.
BAB IX
PENUTUP