Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengetahuan mengenaiPermodelan dan Perhitungan cadangan guna
menentukan kuantitas (jumlah), kualitas (kadar) dan bentuk dari suatu
endapan. Untuk itu pengetahuan tentang Permodelan dan Perhitungan
cadangan merupakandasar ilmu yang penting untuk di kuasai sehingga
nantinya dalam dunia Industri Pertambangan kita bias dapatkan SDM yang
terampil, dapat bekerja dengan skil-skil yang handal, dan bisa bersaing.
Tidak hanya melakukan perhitungan cadangan secara manual (Metode
Konvensional) namun juga perhitungan secara Komputerisasi atau
menggunakan Software.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja perbedaan pelaporan cadangan menurut SNI,KCMI,dan JORC?
2. Bagaimana bentuk perlapisan batubara?
3. Apa saja metode penaksiran cadangan yang dipakai?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perbedaan pelaporan menurut SNI,KCMI,dan JORC


2. Untuk mengetahui mengenai endapan batubara
3. Untuk mengetahui metode penaksiran cadangan sesuai yang telah dipelajari
selama satu semester ini
BAB II
DASAR TEORI

Sumber Daya Mineral dan Cadangan (SNI)


Sumber daya mineral (Mineral Resources) adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan
keyakinan tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan
pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.
Sumberdaya terbagi menjadi 4 yaitu :
 Sumber Daya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral Resource)
adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan perkiraan pada tahap Survai Tinjau.
 Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Prospeksi.
 Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Umum.
 Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Rinci.
Cadangan (Reserves) adalah endapan mineral yang telah diketahui
ukuran, bentuk, sebaran, kualitas dan kuantitasnya dan yang secara ekonomis,
teknis, hukum, lingkungan, dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan
dilakukan. Cadangan terbagi 2 yaitu :
 Cadangan Terkira (Probable Reserve) adalah sumber daya mineral
terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat
keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi
kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi,
sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik
 Cadangan Terbukti (Proved Recerve) adalah sumber daya mineral
terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang
terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara
ekonomik.
Klasifikasi sumber daya dan cadangan didasarkan pada tingkat
keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut
mengandung dua aspek yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.

Gambar 2.1. Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan


Pengantar Kode JORC

Kode JORC (Joint Ore Reserves Committee) adalah kode Australia untuk
melaporkan hasil eksplorasi, sumber daya mineral, dan cadangan bijih, dan telah
diterima sebagai standar untuk tujuan pelaporan professional.

JORC didirikan tahun 1971, lalu menerbitkan edisi pertama pada tahun
1989. Revisi dan pembaruan dilakukan di tahun 1992, 1996, dan 1999. Edisi
terbaru diterbitkan revisi akhir pada tahun 2004.

Kode ini membantu para ahli geologi dan tenaga eksplorasi untuk
menyampaikan resiko yang dihadapi dalam proyek tambang kepada pembuat
keputusan finansial yang tidak mengerti geologi. Jika perkiraan sumber daya
berdasarkan data yang lemah atau tidak cukup maka resikonya tinggi. Data yang
dapat dipercaya dan banyak akan menghasilkan resiko yang kecil dan
perhitungan sumber daya yang akurat.

Cakupan Kode JORC

Dasar-dasar pengaturan laporan JORC

a. Transparansi

Laporan harus disediakan dengan informasi yang cukup, disajikan secara jelas,
terang terangan dan tidak menyesatkan agar pembacanya dapat mengerti.

b. Materialitas

Laporan mengandung semua informasi yang relevan yang dapat membuat


investor dan penasehat professionalnya percaya bahwa tambang tersebut layak
untuk ditambang. c. Kompetensi

Laporan didasarkan pada pekerjaan yang sesuai dan memenuhi syarat dan
didukung oleh orangorang professional (Competent person) yang telah
berpengalaman di bidangnya (dapat melaksanakan tugas sesuai kode etik).
Peran Kode JORC

a. Menetapkan standar minimal dari pelaporan hasil eksplorasi, sumber daya dan cadangan
kepada publik.

b. Menyediakan sebuah kode (dan petunjuk) penggolongan perkiraan tonase menurut


keyakinan geologi dan pertimbangan teknik atau ekonomi.

c. Menjelaskan kualifikasi dan jenis pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi Competent
Person.

d. Menyediakan daftar rangkuman kriteria utama yang dipertimbangkan ketika menyediakan


laporan hasil eksplorasi, sumber daya, dan cadangan.

Hal yang tidak diatur dalam Kode JORC

a. Tahapan yang digunakan oleh Competent Person untuk memperkirakan dan


menggolongkan sumber daya dan cadangan (metodologi).

b. Sistem dan atau jenis-jenis pelaporan internal perusahaan

Keuntungan menggunakan Kode JORC

a. Tersedianya standar internasional yang telah diakui agar investor dan lembaga keuangan
yang potensial dan siap menilai kelayakan standard sebuah perusahaan tambang serta
kondisi sumberdaya dan cadangannya.

b. Adanya pengertian dan penjelasan yang jelas agar manajemen perusahaan mengerti
tingkat keyakinan perkiraan sumberdaya dan cadangan internalnya sehingga mereka
dapat mengerti tingkat resiko keuangan yang dihadapi dalam proyek mereka.
Terminologi Pelaporan dengan Kode JORC

Pelaporan Umum

a. Laporan publik tentang hasil eksplorasi perusahaan, sumber daya mineral atau cadangan
bijih harus mencakup deskripsi dari gaya dan sifat mineralisasi.

b. Perusahaan harus mengungkapkan informasi apapun yang relevan tentang endapan


mineral yang secara material dapat mempengaruhi nilai ekonomi kepada perusahaan.
Perusahaan juga harus segera melaporkan perubahan materi apapun dalam
pengklasifikasian sumberdaya mineral dan cadangan bijih.
c. Perusahaan harus meninjau dan laporan tentang sumberdaya mineral dan cadangan bijih
setidaknya setiap tahun.

d. Pada kode, jika sesuai, kualitas bisa disetarakan atau digantikan kadar dan volume bisa
digantikan tonase.

Pelaporan Mengenai Hasil Eksplorasi

a. Hasil Eksplorasi meliputi data dan informasi yang merupakan hasil dari tahapan-tahapan
eksplorasi. Hasil Eksplorasi memiliki kemungkinan sebagai deklarasi formal awal tentang
sumberdaya mineral atau cadangan bijih.

b. Laporan umum hasil eksplorasi harus mencakup informasi yang relevan seperti eksplorasi,
jenis konteks, dan metode sampling, interval sampling dan metode, lokasi sampel yang
relevan, distribusi, dimensi, dan lokasi relatif dari semua tes yang relevan dengan data,
metode agregasi data, serta status kepemilikan tanah.

c. Contoh hasil eksplorasi adalah hasil sampling singkapan atau outcrop, hasil survey
geokimia dan geofisika, dan hasil dari penyadapan assay pada lubang bor.

Pelaporan Mengenai Sumberdaya Mineral

Sumberdaya Mineral adalah keterdapatannya konsentrasi atau material ekonomis


intrinsik di dalam atau pada kerak bumi dalam berbagai bentuk,kualitas, dan kuantitas yang
memiliki prospek baik untuk ekstraksi ekonomi yang berkesinambungan. Lokasi, kuantitas,
kadar, karakteristik geologi, dan kesinambungan dari suatu sumberdaya mineral dapat
diketahui, diperkirakan atau ditafsirkan dari berbagai pengetahuan serta bukti geologi yang
spesifik. Sumberdaya mineral diklasifikasikan sesuai dengan tingkat keyakinan geologi ke
dalam Sumberdaya Mineral Tersirat (Inferred Mineral Resources), Sumberdaya Mineral
Terindikasi (Indicated Mineral Resources), dan Sumberdaya Mineral Terukur (Measured
Mineral Resources).
a. Sumberdaya Mineral Tersirat (Inferred Mineral Resources)

Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, kadar, dan kandungan
mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Hal ini
disimpulkan dan diasumsikan dari bukti-bukti geologi tetapi kontinuitas geologi dan
atau kadar tidak terverifikasi. Hal ini didasarkan pada informasi yang dikumpulkan
melalui teknik yang sesuai dari lokasi seperti singkapan, parit, lubang, kerja dan
lubang bor yang mungkin terbatas atau ketidakpastian kualitas.

b. Sumberdaya Mineral Terindikasi (Indicated Mineral Resources)

Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik,
kadar, dan kandungan mineral dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang
wajar atau sedang. Hal ini didasarkan atas informasi eksplorasi, sampling, dan
pengujian melalui teknik yang tepat dari lokasi seperti singkapan, parit, pit, dan
lubang bor. Lokasi berjarak terlalu luas untuk mengetahui kondisi geologi atau
kontinuitas kadar, tapi memiliki jarak yang cukup untuk bisa mengasumsikan
kekontinuitasan.

c. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resources)

Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk fisik,
karakteristik, kadar, dan kandungan mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada eksplorasi rinci dan dapat
diandalkan, sampling dan pengujian informasi yang dikumpulkan melalui teknik yang
sesuai dari lokasi seperti singkapan, parit, lubang, kerja dan lubang bor. Lokasi
berjarak cukup dekat untuk mengkonfirmasi kontinuitas geologi dan kadar.

Pelaporan Mengenai Cadangan Bijih


Cadangan Bijih adalah bagian dari Sumberdaya Mineral Terukur dan Terindikasi yang
dapat ditambang dan memiliki nilai ekonomi. Meliputi diluting material dan kerugian yang
mungkin terjadi ketika material tersebut yang ditambang. Cadangan bijih diklasifikasikan
berdasarkan tingkat kepercayaan menjadi Cadangan Bijih “mungkin” (Probable Ore
Reserves) dan Cadangan Bijih “terbukti” (Proved Ore Reserves).

a. Cadangan Bijih “mungkin” (Probable Ore Reserves) adalah bagian ekonomis yang
dapat ditambang dari Sumberdaya Mineral Terindikasi (Indicated Ore Reserves).
Penilaian yang sesuai dan studi telah dilakukan mencakup pertimbangan dan faktor
modifikasi (modifying factors) yaitu penambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran,
hukum, lingkungan, sosial, dan kebijakan pemerintahan. Cadangan

Bijih “mungkin” (Probable Ore reserves) ini memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah
dari Cadangan Bijih “terbukti” (Proved Ore Reserves), tetapi memiliki kualitas yang
cukup cukup untuk berfungsi sebagai dasar pemgambilan keputusan dalam
pengembangan suatu endapan.

b. Cadangan Bijih “terbukti” (Proved Ore Reserves) adalah bagian ekonomis yang dapat
ditambang dari Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Ore Reserves). Penilaian
yang sesuai dan studi telah dilakukan mencakup pertimbangan dan faktor modifikasi
yaitu pertambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan
kebijakan pemerintahan. Cadangan Bijih “terbukti” (Proved Ore Reserves) memiliki
tingkat kepercayaan kategori estimasi cadangan yang tertinggi. Gaya mineralisasi
atau faktor lain bisa membuktikan bahwa cadangan bijih tidak ditemukan dalam
beberapa endapan.

Pelaporan Mineralised Fill, Sisa-sisa, Pilar, Mineralisasi Derajat Rendah, Stok, Dumps, dan
Tailing

Kode ini berlaku untuk pelaporan semua bahan mineral berpotensi ekonomi. Hal ini
dapat mencakup mineralised fill, sisa-sisa, pilar, mineralisasi derajat rendah, stok, dumps dan
tailing (sisasisa bahan) di mana ada prospek untuk ekstraksi ekonomi dalam kasus
sumberdaya mineral, dan di mana ekstraksi cukup dibenarkan dalam kasus cadangan bijih.

RESUME KCMI

Kode Komite Cadangan Mineral Indonesia, yang selanjutnya disingkat Kode-KCMI


adalah suatu panduan minimum yang dibuat oleh suatu komite bersama/ gabungan
yang dibentuk oleh Organisasi Profesi yang harus diacu oleh setiap CPI dalam
penyusunan laporan hasil kegiatan eksplorasi, estimasi sumberdaya, dan cadangan
mineral dan batubara
Laporan hasil kegiatan eksplorasi, estimasi sumberdaya mineral dan batubara, serta
estimasi cadangan mineral dan batubara merupakan faktor penentu dalam
keberlanjutan pelaksanaan kegiatan usaha pertamangan mineral dan batubara dan harus
dilaporkan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah dan teknis yang berlaku seara
universal
Laporan hasul kegiatan eksplorasi, estimasi sumberdaya mineral dan batubara, serta
estimasi sumberdaya mineral dan batubara yang baik dan benar sebagaimana dimaksud
harus memenuhi prinsip dasar :
Transparansi, bahwa laporan hasil kegiatan eksplorasi serta estimasi sumberdaya dan
cadangan mineral menyajikan informasi yang cukup dan jelas dan tidak menimbulkan
pengertian ganda dan jelas tidak menyesatkan terhadap laporan tersebut.
Materialitas, bahwa laporan hasil kegiatan eksplorasi serta estimasi sumberdaya dan
cadangan harus berisi semua informasi yang relevan dalam mendukung suatu
pernyataan atau kesimpulan dalam pengambilan pembuatan laporan eksplorasi,
estimasi sumberdaya dan cadangan.
Kompetensi, bahwa laporan hasil kegiatan eksplorasi serta estimasi sumberdaya dan
cadangan harus didasarkan pada hasil kerja yang dapat dipertanggungjawabkan dan
disusun oleh orang yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kapasitas dan
kapabilitas dalam membuat laporan sesuai dengan keahliannya, dan terikat oleh kode
etik dan kode lainnya yang ditetapkan oleh organisasi profesi yang menaunginya.

Laporan publik berkenaan dengan hasil-hasil ekplorasi sumberdaya mineral atau


cadangan bijih merupakan tanggung jawab dari dewan direksi perusahaannya. Semua
laoran tersebut harus berdasarkan, dan mencerminkan secara wajar informasi dan
dokumen pendukung yang disiapkan oleh seorang atau beberapa “Competent Person
Indonesi” (CPI). Sebuah perusahaan yang menerbitkan laporan publik harus
mengumumkan nama atau nama-nama pegawai dari CPI tersebut, menyatakan apakah
CPI itu sebagai pegawai tetap perusahaan, dan jika tidak, harus mencantumkan nama
perusahaan dimana CPI bekrja. Laporan tersebut dapat dikeluarkan dengan izin tertulis
dari seorang atau beberapa CPI berkenaan dengan bentuk dan isi laporan tersebut.
Sumberdaya mineral terukur dapat dikonversi menjadi cadangan bijih terbukti ataupun
cadangan bijih terkira. CPI dapat mengkonversi sumberdaya mineral terukur menjadi
cadangan bijih terkira karena adanya ketidak-pastian terhadap beberapa atau semua
faktor pengubah yang dipakai sebagai pertimbangan pada saat mengkonversi
sumberdaya mineral menjadi cadangan bijih. Hubungan tersebut diperlihatkan oleh
garis panah putus-putus pada gambar 1. Meskipun arah garis panah putus-putus
mengandung komponen vertikal, todak berarti ada penurunan dalam level pengetahuan
atau keyakinan geologi. Pada situasi demikian faktor pengubah harus diterangkan
secara jelas.

Pelaporan Sumberdaya Mineral


Sumberdaya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari material yang
memiliki nilai ekonomi pada atau diatas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas, dan
kuantitas tertentu yang memiliki keprpeksian yang beralasan untuk pada akhirnya
dapat diekstraksi secara ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik, geologi dan
kemenerusan dari sumberdaya mineral harus diketahui, diestimasi atau
diinterpretasikan berdasar bukti-bukti dan pengetahuan geologi yang spesifik.
Sumberdaya mineral dikelompokkan lagi berdasar tingkat keyakinan geologinya,
kedalam kategori tereka, terunjuk dan terukur.

Pelaporan Cadangan Bijih


Cadangan bijih adalah bagaian dari sumberdaya mineral terukur dan/ atau terunjuk
yang dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk tambahan material dilusi
ataupun “material hiang”, yang kemungkinan terjadi ketika material tersebut
ditambang. Pada klasifikasi ini pengkajian dan studi yang tepat sudah dilakukan, dan
termasuk pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang realitas atas faktor-faktor
penambangan, metalurgi, ekonomi pemasaran, hukum, lingkungan, sosial,
pemerintahan. Pada saat laporan dibuat, pengkajian ini menunjukkan bahwa ekstraksi
telah dapat dibenarkan dan masuk akal. Cadangan bijih dipisahkan berdasar naiknya
tingkat keyakinan menjadi cadangan bijih terkira dan cadangan bijih terbukti.

Perbedaan JORC dan KCMI


Sedangkan kelebihan JORC dibanding dengan KCMI adalah tersedianya standar
internasional yang telah diakui agar investor dan lembaga keuangan yang potensial dan
siap menilai kelayakan standard sebuah perusahaan tambang serta kondisi sumberdaya
dan cadangannya. Kemudian adanya pengertian dan penjelasan yang jelas agar
manajemen perusahaan mengerti tingkat keyakinan perkiraan sumberdaya dan
cadangan internalnya sehingga mereka dapat mengerti tingkat resiko keuangan yang
dihadapi dalam sebuah proyek.
Kode komite cadangan mineral indonesia ( KCMI ) dan kode Joint ore reserves
committee ( JORC ) masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, walaupun
sebagian besar kode KCMI adalah adopsi dari JORC dapat dilihat beberapa perbedaan
diantara kedua kode tersebut, salah satunya adalah penetapan complement person atau
orang yang dianggap layak mengerjakan sebuah pelaporan hasil eksplorasi sumberdaya
dan cadangan mineral, dalam KCMI penetepan complement person hanya bisa ditunjuk
dan diresmikan oleh komite pengawas dari PERHAPI atau IAGI, hal ini berbeda
dengan JORC yang bisa mendeklarasikan dirinya tanpa melalui pengawasan dan
penunjukkan dari lembaga resmi.

2.2 Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)


Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam
lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-
metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan
magma yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan
temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-
mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa,
epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.

Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku
intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan) dan
hardening (pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan
dengan penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada
umumnya akan ter-rekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced).
Perubahan ini disebabkan oleh panas dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan
oleh terobosan tadi. Oleh karena itu endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak.
Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas uap air.
Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur sedangkan
pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement), dan metamorfisme kontak
pada sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada
lingkungan tekanan dan temperatur tinggi.
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan
oksida misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit
endapan jenis ini yang betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak
sekali berisi pirit atau bahkan magnetit dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam
endapan jenis ini (Singkep-Indonesia).

2.3. Metode Perhitungan Cadangan Konvensional


Pemilihan metode perhitungan cadangan didasari oleh faktor geologi
endapan, metode eksplorasi, data yang dimiliki, tujuan perhitungan, dan tingkat
kepercayaan yang diinginkan. Berdasarkan metode (teknik, asumsi, pendekatan),
maka penaksiran dan perhitungan sumberdaya atau cadangan terdiri dari metode
konvensional yang terbagi menjadi dua, yaitu metode penampang vertikal (dengan
menggunakan rumus mean area, kerucut terpancung, obelisk) dan penampang
horizontal (Metode Poligon, Metode Triangle, dan Metode CircularUSGS 1983).
Selain itu, dapat pula dilakukan dengan metode geostatistik dan metode blok.

2.4. Metode Penampang Vertikal


Metode penampang vertikal menggambarkan kondisi endapan, bijih,
tanah penutup (overburden)pada penampang-penampang vertikal.
Perhitungan luas masing-masing elemen tersebut dilakukan pada masing-
masing penampang. Perhitungan tonase dan volume dilakukan dengan
rumus-rumus yang sesuai. Metode penampang vertikal dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
a. Membuat irisan-irisan penampang melintang yang memotong endapan
batubara yang akan dihitung,
b. Menghitung luas batubara dan overburden tiap penampang,
c. Setelah luasan dihitung, maka volume dan tonase dihitung dengan
rumusan perhitungan. Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan satu penampang, dua penampang, tiga
penampang, atau rangkaian banyak penampang. Perhitungan volume
dengan menggunakan satu penampang digunakan jika diasumsikan
bahwa satu penampang mempunyai daerah pengaruh hanya terhadap
penampang yang dihitung saja. Volume yang dihitung merupakan
volume pada areal pengaruh penampang tersebut.

Gambar 2.2.Perhitungan Volume Menggunakan Satu Penampang


Rumus perhitungan volume dengan menggunakan satu penampang adalah :
Volume = (A x d1) + (A x d2)
Perhitungan volume dengan menggunakan duapenampang jika diasumsikan
bahwa volume dihitung pada areal di antara 2 penampang tersebut. Yang
perlu diperhatikan adalah variasi (perbedaan) dimensi antar kedua
penampang tersebut. Jika tidak terlalu berbeda, maka dapat digunakan rumus
mean area dan kerucut terpancung, tetapi jika perbedaannya cukup besar
maka digunakan rumus obelisk.
Gambar 2.3.Perhitungan Volume Menggunakan Dua Penampang

Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :

Rumus Mean Area

S1,S2 = luas penampang endapan


L = jarak antar penampang
V = volume cadangan

Rumus Kerucut Terpancung


S1 = luas penampang atas
S2 = luas penampang alas
L = jarak antar S1dan S2
V = volume cadangan

Rumus Obelisk

S1 = luas penampang atas


S2 = luas penampang bawah
L = jarak antara S1& S2
V = volume

Perhitungan volume dengan menggunakan tiga penampang digunakan


jika diketahui adanya variasi (kontras) padaareal di antara 2 penampang,
maka perlu ditambahkan penampang antara untuk mereduksi kesalahan.
Perhitungannya menggunakan rumus prismoida.
Gambar 2.4.Perhitungan Volume Menggunakan Tiga Penampang
Rumus prismoida sebagai berikut :

S1,S2 = luas penampang ujung


M = luas penampang tengah
L = jarak antara S1dan S2
V = volume cadangan

2.1.1. Metode Penampang Horizontal


Metode penampang horizontal yang biasa digunakan adalah metode
poligon, isoline, triangulasi, dan metode circular USGS 1983. Metode
poligonsebenarnya merupakan contoh penerapan dari aturan nearest point.
1. Metode Isoline
Metode isoline adalah suatu metode yang menggunakan prinsip dasar
isoline. Isolineadalah kurva yang menghubungkan titik-titik yang memiliki
nilai kuantitatif sama. Metode ini digunakan dengan asumsi nilai yang
berada di antara 2 buah titik kontinu dan mengalami perubahan secara
gradual. Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luas daerah yang
terdapat di dalam batas kontur, kemudian menggunakan prosedur-prosedur
yang umum dikenal.

Gambar 2.5. Metode Isoline


2. Metode Triangulasi
Metode triangulasi dilakukan dengan konsep dasar menjadikan titik
yang diketahui menjadi titik sudut suatu prisma segitiga. Prisma segitiga
diperoleh dengan cara menghubungkan titik-titik yang diketahui tanpa
berpotongan.
Layout dari segitiga-segitiga Prisma-prisma trianguler

S = luas segitiga 123


t1 , t2 , t3 = ketebalan endapan pada masing-masing titik

Gambar 2.6.Metode Triangulasi (triangular grouping)


3. Metode Circular USGS 1983
Prosedur atau teknik perhiungan dalam sistem U.S.Geological Survey
adalah dengan membuat lingkaran-lingkaran pada seiap tiik informasi
endapan batubara, yaitu singkapan batubara dan lokasi titik pemboran.
Daerah dalam radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan cadangan
erukur dan daerah radius 400-1200 m adalah untuk perhitungan cadangan
terunjuk (USGS,1983).
Selain itu aspek-aspek geologi daerah penelitian seperti perlipatan,
sesar, intrusi dan singkapan batubara di permukaan, urut mengontrol
perhitungan cadangan batubara. Selanjutnya untuk perhitungan tonase (W)
batubara digunakan rumus sebagai berikut :
W =L×T×BJ
Dimana :
L = luas daerah terhitung (m2)
T = tebal rata-rata batubara sejenis (m)
BJ = Berat jenis batubara (on/m3)

Gambar 2.7.Metod
e CircularUSGS 1983
2.2.Metode Poligon
Metode poligon adalah suatu metode perhitungan dengan konsep dasar yang
menyatakan bahwa seluruh karakteristik endapan suatu daerah diwakili oleh satu
titik tertentu. Jarak titik bor di dalam poligon dengan batas poligon sama dengan
jarak batas poligon ke titik bor terdekat.
Di dalam poligon nilai kadar diasumsikan konstan sama dengan kadar pada
titik bor di dalam poligon (Hustrulid & Kuchta, 1995).
Perhitungan volume dengan rumus berikut :
V=A.t dimana V = Volume
A = Luas Poligon
t = Tebal lapisan batubara di titik conto
Untuk menghitung Tonase digunakan rumus :
T=V×k
dimana :
T=Tonase (Ton) k=Kadar (%,Ton/m3)
V=Volume (m3)

Gambar 2.8. Metode Poligon


Contoh Poligon:
Pola Lubang Bor Beraturan Pola Lubang Bor Zig-zag (amplop)

Luba

Batas

Pola Lubang Bor yang tidak beraturan


Gambar 2.9.Pola Lubang Bor dan Poligon
Konstruksi Poligon :
1. Peta sebaran titik bor
2. Buat lingkaran pada peta sebaran titik bor
3. Tarik garis lurus pada lingkaran yang saling berpotongan
4. Hapus lingkaran dan garis-garis yang saling berpotongan hingga terlihat
poligon.

1 2 3

4 5
Gambar 2.10. Konstruksi Poligon
BAB III
HASIL
PERHITUNGAN
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pelaporan Cadangan Menurut SNI, JORC, dan KCMI

 Pelaporan Cadangan Menurut SNI


SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk klasifikasi sumber daya dan cadangan
batu bara memiliki kode yaitu SNI 13-6011-1999 yang dikeluarkan Badan Standarisasi
Nasional pada tahun 1999. Memiliki sebelas bagian yaitu :
1. Ruang Lingkup
2. Acuan
3. Definisi
4. Istilah dan pengertian
5. Tahap Eksplorasi
6. Tipe endapan batu bara dan kondisi geologi
7. Kelas sumber daya dan cadangan
8. Dasar Klasifikasi
9. Persyaratan
10. Pelaporan
11. Pengujian
Klasifikasi berdasarkan SNI adalah upaya pengelompokan sumberdaya dan
cadangan batu bara berdasarkan keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi. Di dalam
SNI, terdapat acuan dalam tahap-tahap eksplorasi sumberdaya batubara. Tahapannya
meliputi empat tahap eksplorasi yaitu survei tinjau (Reconnaissance), prospeksi
(Prospecting), eksplorasi pendahuluan (Preliminary exploration) dan eksplorasi rinci
(Detailed exploration).

a. Survei tinjau
 Mengidentifikasi daerah yang secara geologis mengandung endapan batubara.
 Kegiatannya : studi geologi regional, penafsiran inderaja, inspeksi lapangan
dengan skala 1:100.000
b. Prospeksi
 Membatasi daerah sebaran endapan batubara
 Kegiatannya : pemetaan geologi dengan skkala 1 : 50.000, pengukuran
stratigrafi, pembuatan paritan dan sumuran, pemboran uji, percontohan, dan
analisis
c. Eksplorasi pendahuluan
 Mengetahui gambaran awal 3D endapan batu bara, mencakup tebal, geometri,
sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas
 Kegiatan : Pemetaan skala 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran, logging
geofisika, pencontohan yang lebih lanjut
d. Eksplorasi rinci
 Mengetahui kuantitas dan kualitas dan model 3D secara rinci
 Kegiatan : pemetaan geologi dan topografi skala 1:2000, pemboran dan
pencontohan, logging geofisika, pengkajian geohidrologi dan geoteknik
Di dalam SNI, diberikan tipe endapan batu bara dan kondisi geologi. SNI
membagi tipe endapan batu bara Indonesia dalam tipe Ombilin, Sumsel, Kaltim dan
Bengkulu yang memiliki karakteristik yang khas di masing-masing tipe. Karakteristik
yang ditampilkan adalah cerminan dari sejaran sedimentasinya dan proses-proses
geologis lainnya. Dalam kondisi geologinya, karakteristik geologi dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu sederhana, moderat dan kompleks.

Tabel 2.1
Parameter aspek vs. kondisi geologi

Parameter Kondisi Geologi


Sederhana Moderat Kompleks
Aspek Sedimentasi
Variasi ketebalan Sedikit bervariasi Bervariasi Sangat bervariasi
Kesinambungan Ribuan meter Ratusan meter Puluhan meter
Percabangan Hampir tidak ada Beberapa Banyak
Aspek Tektonik
Sesar Hampir tidak ada Jarang Rapat
Lipatan Hampir tidak terlipat Terlipat sedang Terlipat kuat
Intrusi Tidak berpengaruh Berpengaruh Sangat berpengaruh
Kemiringan Landai Sedang Curam
Aspek Kualitas
Variasi kualitas Sedikit bervariasi Bervariasi Sangat bervariasi

Dasar Klasifikasi sumber daya dan cadangan dalam SNI berdasarkan pada
tingkat keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokannya mengandung dua
aspek yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.
1. Aspek Geologi
Sumberdaya terukur harus memiliki tingkat keyakinan yang lebih tinggi daripada
sumberdaya tertunjuk dan begitu selanjutnya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Tingkat keyakinan geologi secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak informasi yang
didapat dari singkapan dan lubang bor
2. Aspek Ekonomi
Ketebalan mineral lapisan batubara dapat ditambang dan ketebalan maksimal
lapisan pengotor dapat menyebabkan kualitas batubaranya menurun karena kandungan
abunya yang meningkat. Itu adalah salah satu unsur yang terkait dalam aspek ekonomi
dan perlu diperhatikan dalam penggolongan sumber daya batubara
1. Sumber Daya Hipotektik (Hypothectical Resources)
Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan
yang dihitung dari data yang memenuhi tahap penyelidikan survei tinjau
2. Sumber Daya Tereka (Inferred Resources)
Jumlah batubara di daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi
3. Sumber Daya Tertunjuk (Indicated Resources)
Jumlah batubara di daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan
eksplorasipendahuluan
4. Sumber Daya Terukur (Measured Resources)
Jumlah batubara di daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan eksplorasi rinci
5. Cadangan Terkira (Probable Reserves)
Sumber daya batubara tertunjuk dan sebagian sumberdaya terukur, tetapi
berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga
hasil kajiannya dinyatakan layak
6. Cadangan Terbukti (Proved Reserves)
Sumberdaya batubara yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor terkait
telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak
Tabel 2.2
Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara Status
Tahap Eksplorasi
Hasil Kajian Eksplorasi
Survei tinjau Prospeksi Eksplorasi rinci
pendahuluan
Sumber Daya Sumber Daya Sumber Daya Sumber Daya
Belum Hipotektik Tereka Tertunjuk Terukur
Layak (Hypothectical (Inferred (Indicated (Measured
Resources) Resources) Resources) Resources)
Cadangan Terkira (Probable Reserves)

Layak Cadangan Terbukti


(Proved Reserves)

Kajian kelayakan didasarkan dalam faktor faktor sebagai berikut:

 Ekonomi
 Penambangan
 Pengolahan
 Pemasaran
 Kebijakan pemerintah
 Peraturan/ perundang-undangan
 Lingkungan
 Sosial
Persyaratan yang berhubungan dengan aspek geologi adalah jarak titik
informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas sumberdayanya. Sedangkan untuk
persyaratan yang berhubungan dengan aspek ekonomi adalah persyaratan batas
minimal ketebalan batubara yang dapat ditambang untuk batu bara jenis batu bara
berenergi rendah (Brown coal) dan batu bara jenis batubara berenergi tinggi (hard
coal) akan menunjukkan angka yang berbeda karena kandungan panasnya berbeda
(panas merupakan parameter utama kualitas batu-bara). Untuk brown coal, lapisan
batu bara minimal ≥ 1 meter dan lapisan pengotornya ≤ 0,3 meter. Sedangkan untuk
hard coal, lapisan batu bara minimal ≥ 0,4 meter dan lapisan pengotornya ≤ 0,3
meter

Tabel 2.3

Jarak titik informasi menurut kondisi geologi

Kondisi Sumberdaya Sumberdaya Sumberdaya Sumberdaya


Geologi Hipotektik Tereka Tertunjuk Terukur

Sederhana Tidak Terbatas 1000 < X ≤ 1500 500 < X ≤ 1000 X ≤ 500

Moderat Tidak Terbatas 500 < X ≤ 1000 250 < X ≤ 500 X ≤ 250

Kompleks Tidak Terbatas 200 < X ≤ 400 100 < X ≤ 200 X ≤ 100

 Pelaporan Cadangan Menurut KCMI

Kode Komite Cadangan Mineral Indonesia, yang selanjutnya disingkat Kode-


KCMI adalah suatu panduan minimum yang dibuat oleh suatu komite bersama/
gabungan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi yang harus diacu oleh setiap CPI
dalam penyusunan laporan hasil kegiatan eksplorasi, estimasi sumberdaya, dan
cadangan mineral dan batubara
Laporan hasil kegiatan eksplorasi, estimasi sumberdaya mineral dan batubara, serta
estimasi cadangan mineral dan batubara merupakan faktor penentu dalam
keberlanjutan pelaksanaan kegiatan usaha pertamangan mineral dan batubara dan
harus dilaporkan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah dan teknis yang
berlaku seara universal
Laporan hasul kegiatan eksplorasi, estimasi sumberdaya mineral dan batubara, serta
estimasi sumberdaya mineral dan batubara yang baik dan benar sebagaimana
dimaksud harus memenuhi prinsip dasar :
Transparansi, bahwa laporan hasil kegiatan eksplorasi serta estimasi sumberdaya
dan cadangan mineral menyajikan informasi yang cukup dan jelas dan tidak
menimbulkan pengertian ganda dan jelas tidak menyesatkan terhadap laporan
tersebut.
Materialitas, bahwa laporan hasil kegiatan eksplorasi serta estimasi sumberdaya
dan cadangan harus berisi semua informasi yang relevan dalam mendukung suatu
pernyataan atau kesimpulan dalam pengambilan pembuatan laporan eksplorasi,
estimasi sumberdaya dan cadangan.
Kompetensi, bahwa laporan hasil kegiatan eksplorasi serta estimasi sumberdaya
dan cadangan harus didasarkan pada hasil kerja yang dapat dipertanggungjawabkan
dan disusun oleh orang yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kapasitas
dan kapabilitas dalam membuat laporan sesuai dengan keahliannya, dan terikat oleh
kode etik dan kode lainnya yang ditetapkan oleh organisasi profesi yang
menaunginya.

 Laporan publik berkenaan dengan hasil-hasil ekplorasi sumberdaya


mineral atau cadangan bijih merupakan tanggung jawab dari dewan
direksi perusahaannya. Semua laoran tersebut harus berdasarkan, dan
mencerminkan secara wajar informasi dan dokumen pendukung yang
disiapkan oleh seorang atau beberapa “Competent Person Indonesi”
(CPI). Sebuah perusahaan yang menerbitkan laporan publik harus
mengumumkan nama atau nama-nama pegawai dari CPI tersebut,
menyatakan apakah CPI itu sebagai pegawai tetap perusahaan, dan jika
tidak, harus mencantumkan nama perusahaan dimana CPI bekrja.
Laporan tersebut dapat dikeluarkan dengan izin tertulis dari seorang atau
beberapa CPI berkenaan dengan bentuk dan isi laporan tersebut.
Sumberdaya mineral terukur dapat dikonversi menjadi cadangan bijih
terbukti ataupun cadangan bijih terkira. CPI dapat mengkonversi
sumberdaya mineral terukur menjadi cadangan bijih terkira karena
adanya ketidak-pastian terhadap beberapa atau semua faktor pengubah
yang dipakai sebagai pertimbangan pada saat mengkonversi
sumberdaya mineral menjadi cadangan bijih. Hubungan tersebut
diperlihatkan oleh garis panah putus-putus pada gambar 1. Meskipun
arah garis panah putus-putus mengandung komponen vertikal, todak
berarti ada penurunan dalam level pengetahuan atau keyakinan geologi.
Pada situasi demikian faktor pengubah harus diterangkan secara jelas.

 Pelaporan Sumberdaya Mineral


Sumberdaya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari
material yang memiliki nilai ekonomi pada atau diatas kerak bumi,
dengan bentuk, kualitas, dan kuantitas tertentu yang memiliki
keprpeksian yang beralasan untuk pada akhirnya dapat diekstraksi
secara ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik, geologi dan
kemenerusan dari sumberdaya mineral harus diketahui, diestimasi atau
diinterpretasikan berdasar bukti-bukti dan pengetahuan geologi yang
spesifik. Sumberdaya mineral dikelompokkan lagi berdasar tingkat
keyakinan geologinya, kedalam kategori tereka, terunjuk dan terukur.

 Pelaporan Cadangan Bijih


Cadangan bijih adalah bagaian dari sumberdaya mineral terukur dan/
atau terunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk
tambahan material dilusi ataupun “material hiang”, yang kemungkinan
terjadi ketika material tersebut ditambang. Pada klasifikasi ini
pengkajian dan studi yang tepat sudah dilakukan, dan termasuk
pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang realitas atas faktor-faktor
penambangan, metalurgi, ekonomi pemasaran, hukum, lingkungan,
sosial, pemerintahan. Pada saat laporan dibuat, pengkajian ini
menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan dan masuk akal.
Cadangan bijih dipisahkan berdasar naiknya tingkat keyakinan menjadi
cadangan bijih terkira dan cadangan bijih terbukti.

B. Endapan Batubara

Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan yang sudah


mati dan mengendap pada kondisi lingkungan tertentu. Akumulasi tersebut
telah terkena pengaruh-pengaruh syn-sedimentary dan post-sedimentary.
Akibat pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkan batubara dengan tingkat
(rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi. Lingkungan pengendapan
batubara dapat digunakan untuk menentukan penyebaran lapisan, cara
terjadinya, serta kualitas batubara

Lingkungan pengendapan batubara erat kaitannya dengan fisiografi cekungan


pengendapan.cekungan pengendapan bagi perkembangan endapan gambut
sebagai bahan asal pembentuk batubara dipengaruhi oleh :

 Kenaikan muka air tanah yang lambat atau dasar cekungan mengalami penurunan
yang lambat, sehingga endapan gambut terhindar dari abrasi air laut.
 Adanya penghalang rawa-rawa seperti penghalang pantai, gosong pasir atau
tanggul alam untuk melindungi endapan gambut dari banjir air sungai dan abrasi
air laut.
 Energi yang rendah dari hinterland (daerah dengan morfologi yang relatif datar dan
perbedaan topografi yang kecil) sehingga tidak ada sedimen fluviatil (kasar) yang
diendapkan.
Bentuk cekungan, proses sedimentasi, proses geologi selama dan sesudah proses
coalification akan menentukan bentuk lapisan batubara. Mengetahui bentuk lapisan
batubara sangat menentukan dalam menghitung cadangan dan merencanakan cara
penambangannya.

Dikenal beberapa bentuk lapisan batubara yaitu :

 Bentuk Horse Back

 Bentuk Pinch

 Bentuk Clay Vein

 Bentuk Burried Hill

 Bentuk Fault

 Bentuk Fold

Bentuk Horse Back


Bentuk ini dicirikan oleh lapisan batubara dan lapisan batuan sedimen yang
menutupinya melengkung ke arah atas, akibat adanya gaya kompresi. Tingkat
perlengkungan sangat ditentukan oleh besaran gaya kompresi. Makin kuat gaya
kompresi yang berpengaruh, makin besar tingkat perlengkungannya. Ke arah lateral
lapisan batubara mungkin akan sama tebalnya atau menjadi tipis. Kenampakan ini
dapat terlihat langsung pada singkapan lapisan batubara yang tampak/dijumpai di
lapangan (dalam skala kecil), atau dapat diketahui dari hasil rekontruksi beberapa
lubang pemboran eksplorasi pada saat dilakukan coring secara sistematis. Akibat
dari perlengkungan ini lapisan batubara terlihat terpecah-pecah akibatnya batubara
menjadi kurang kompak.

Pengaruh air hujan, yang selanjutnya menjadi air tanah, akan mengakibatkan
sebagian dari butiran batuan sedimen yang terletak di atasnya, bersama air tanah
akan masuk di antara rekahan lapisan batubara. Kejadian ini akan megakibatkan
apabila batubara tersebut ditambang, batubara mengalami pengotoran
(kontaminasi) dalam bentuk butiran-butiran batuan sedimen sebagai kontaminan
anorganik, sehingga batubara menjadi tidak bersih. Keberadaan pengotor ini tidak
diinginkan, apabila batubara tersebut akan dipergunakan sebagai bahan bakar.

Gambar Perlapisan Batubara Berbentuk Horse Back


Bentuk Pinch
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah. Pada umumnya
bagian bawah (dasar) dari lapisan batubara merupakan batuan yang plastis misalnya
batulempung sedang di atas lapisan batubara secara setempat ditutupi oleh batupasir
yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur. Sangat dimungkinkan, bentuk
pinch ini bukan merupakan penampakan tunggal, melainkan merupakan
penampakan yang berulang-ulang. Ukuran bentuk pinch bervariasi dari beberapa
meter sampai puluhan meter. Dalam proses penambangan batubara, batupasir yang
mengisi pada alur-alur tersebut tidak terhindarkan ikut tergali, sehingga keberadaan
fragmen-fragmen batupasir tersebut juga dianggap sebagai pengotor anorganik.
Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan apabila batubara tersebut akan
dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Gambar . Perlapisan Batubara Berbentuk Pinch

Bentuk Clay Vein


Bentuk ini terjadi apabila di antara dua bagian lapisan batubara terdapat urat
lempung ataupun pasir. Bentuk ini terjadi apabila pada satu seri lapisan batubara
mengalami patahan, kemudian pada bidang patahan yang merupakan rekahan
terbuka terisi oleh material lempung ataupun pasir. Apabila batubaranya ditambang,
bentukan Clay Vein ini dipastikan ikut tertambang dan merupakan pengotor
anorganik (mineral matter) yang tidak diharapkan. Pengotor ini harus dihilangkan
apabila batubara tersebut akan dikonsumsi sebagai bahan bakar.

Bentuk Burried Hill


Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana batubara semula terbentuk suatu
kulminasi sehingga lapisan batubara seperti “terintrusi”. Sangat dimungkinkan
lapisan batubara pada bagian yang “terintrusi” menjadi menipis atau hampir hilang
sama sekali. Bentukan intrusi mempunyai ukuran dari beberapa meter sampai
puluhan meter. Data hasil pemboran inti pada saat eksplorasi akan banyak
membantu dalam menentukan dimensi bentukan tersebut. Apabila bentukan intrusi
tersebut merupakan batuan beku, pada saat proses penambangan dapat dihindarkan,
tetapi apabila bentukan tersebut merupakan tubuh batupasir, dalam proses
penambangan sangat dimungkinkan ikut tergali. Oleh sebab itu ketelitian dalam
perencanaan penambangan sangat diperlukan, agar fragmen-fragmen intrusi
tersebut dalam batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan dapat
dikurangi sehingga keberadaan pengotor anorganik tersebut jumlahnya dapat
diperkecil.

Gambar . Perlapisan Batubara Berbentuk Burried Hill

Bentuk Fault (Patahan)


Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit batubara mengalami beberapa
seri patahan. Apabila hal ini terjadi, akan mempersulit dalam melakukan
perhitungan cadangan batubara. Hal ini disebabkan telah terjadi pergeseran
perlapisan batubara ke arah vertikal. Dalam melaksanakan eksplorasi batubara di
daerah yang memperlihatkan banyak gejala patahan, diperlukan tingkat ketelitian
yang tinggi, tidak dibenarkan hanya berpedoman pada hasil pemetaan geologi
permukaan saja. Oleh sebab itu, di samping kegiatan pemboran inti, akan lebih baik
bila ditunjang oleh data hasil penelitian geofisika.
Gambar III.6. Perlapisan Batubara Berbentuk Fault

Dengan demikian rekonstruksi perjalanan lapisan batubara dapat diikuti dengan


bantuan hasil interpretasi dari data geofisika. Apabila patahan-patahan secara seri
didapatkan, keadaan batubara pada daerah patahan akan ikut hancur. Akibatnya
keberadaan kontaminan anorganik pada batubara tidak terhindarkan. Makin banyak
patahan yang terjadi pada satu seri sedimentasi endapan batubara, makin banyak
kontaminan anorganik yang terikut pada batubara pada saat ditambang.

Bentuk Fold (Perlipatan)


Bentuk ini terjadi apabila di daerah endapan batubara, mengalami proses tektonik
hingga terbentuk perlipatan. Perlipatan tersebut dimungkinkan masih dalam bentuk
sederhana, misalnya bentuk antiklin atau bentuk sinklin, atau sudah merupakan
kombinasi dari kedua bentuk tersebut. Lapisan batubara bentuk fold, memberi
petunjuk awal pada kita bahwa batubara yang terdapat di daerah tersebut telah
mengalami proses coalification relatif lebih sempurna, akibatnya batubara yang
diperoleh kualitasnya relatif lebih baik. Sering sekali terjadi, lapisan batubara
bentuk fold berasosiasi dengan lapisan batubara berbentuk fault. Dalam melakukan
eksplorasi batubara di daerah yang banyak perlipatan dan patahan, kegiatan
pemboran inti perlu mendapat prioritas utama agar ahli geologi mampu membuat
rekonstruksi struktur dalam usaha menghitung jumlah cadangan batubara.Iklan
C. Metode Penaksiran Cadangan

dalam melakukan penaksiran cadangan yang telah dibahas pada pertemuan


sebelumnya. Adapun beberapa metode yang dipakai yaitu Metode Penaksiran
Segitiga (Triangular Grouping), metode penaksiran Poligon, metode USGS-83,
metode penaksiran Rule Of Nearest Point, penaksiran untuk grid yang teratur
metode Constant Distance Weight, Inverse Distance Weight, metode Penampang,

 Metode Triangular Grouping


Pada cara ini setiap blok dibentuk oleh tiga titik bor terdekat demikian hingga secara
tigadimensi blok tersebut berbentuk prisma terpancung dengan sisi prisma adalah
kedalamanketiga titik bor tersebut.Contoh :

Gambar 1. Metode Triangular Grouping

Titik 1,2 dan 3 akan merupakan penentu besarnya cadangan, jika pembobotan pada
titik-titik tersebut sama setiap perhitungan blok (titik 1 akan dipakai 6 x).Jika harga
titik-titik 1,2, dan 3 tersebut besar, maka hasil perhitungan akan membesar(over
estimate), demikian pula sebaliknya (under estimate).Volume blok dihitung dengan
mengalikan luas penampang prisma terpancung dengantebal rata-rata blok
dihitung sebagai berikut :Cadangan endapan diperoleh dengan menjumlahkan
seluruh tonase tiap blok,

sedangkan kadar rata-ratanya dihitung memakai pembobotan tonase.

 Metode poligon

Poligon adalah metode pengukuran dengan rangkaian segi banyak dalam


menentukan suatu posisi atau titik yang dapat diketahui koordinatnya dengan
menghitung dari pengukuran arah, sudut dan jarak. Hasil pengukuran ini digunakan
sebagai kerangka dasar pemetaan. Penentuaan koordinat dengan cara ini
membutuhkan.

1. 1. Koordinat awal
Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistem tertentu maka dipilih
koordinat titik yang sudah diketahui. Bila dipakai sistem koordinat lokal maka pilih
salah satu titik BM kemudian beri harga koordinat tertentu dan titik tersebut dipakai
sebagai acuan untuk titik-titik yang lain.
k 2. Koordinat akhir
Koordinat titik ini dibutuhkan untuj memenuhi syarat geometri hitungan koordinat
dan harus dipilih titik yang mempunyai sistem koordinat yang sama dengan
koordinat awal.
3. 3. Azimuth awal
Azimuth awal harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari sistem
koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat dapat ditempuh dengan dua
cara sebagai berikut:
a) Hasil hitungan koordinat titik-titik yang telah diketahui dan akan dipakai sebagai
titik acuan sistem koordinatnya.
b) Hasil pengamatan astronomis (matahari) pada salah satu titik poligon sehingga
didapatkan azimuth ke matahari dari tiitk yang bersangkutan. Dan selanjutnya
dihasilkan azimuth kesalah satu poligon tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut
mendatar (azimuth matahari).
4. 4. Data ukuran sudut dan jarak
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antar dua titik kontrol perlu diukur
dilapangan.
Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu

Poligon berdasarkan visualnya,yaitu:


a) Poligon tertutup

b) Poligon terbuka
c) Poligon bercabang

Pada metode Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point, setiap

blok ditegaskan oleh sebuah penampang yang sama panjang ke setengah jarak
untuk

menyambung sayatan

 Penaksiran untuk grid yang teratur

Pada penaksiran untuk grid yang teratur dipakai beberapa metode seperti yang telah
diajarkan sebelumnya. Yaitu metode Inverse Distance Square, Inverse Distance,
dan Inverse Distance Cubic. Dalam pengertiannya menurut Huges &Davey, IDS
adalah faktor bobot untuk jarak yang lebih dekat seharusnya lebih tinggi (besar)
daripada jarak yang jauh. Atau dala rumus yaitu:
Dengan keterangan g merupakkan kadar dari titik bor, dan d merupakan jarak dari
titik bor ke titik bor yang akan dicari kadarnya dengan metode IDS,IDC,dan ID.
Dalam prakteknya, karena dipengaruhi oleh jarak pengaruh dan kerapatan data,
maka Huges &Davey membuat aturan sebagai berikut:

1. Harus ada pembatas jarak pengaruh


2. Derajat (pangkat) seperjarak yang digunakan
3. Sudut pencarian→nearest point rule

 Metode pehitungan cadangan menggunakan penampang

Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metoda penampang


ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal dengan membuat
penampang-penampang yang representatif dan dapat mewakili model endapan pada
daerah tersebut. Pada masing-masing penampang akan diperoleh (diketahui) luas
batubara dan luas overburden. Volume batubara & overburden dapat diketahui
dengan mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang tersebut. Perhitungan
volume tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 1 (satu) penampang, atau 2
(dua) penampang, atau 3 (tiga) penampang, atau juga dengan rangkaian banyak
penampang. Namun dapal pembahasan tugas ini,hanya membuat kontruksi
penampang serta menggunakan perhitungan metode 1 penampang dan 2
penampang.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

 Ada 3 jenis pelapoan cadangan yang banyak digunakan. Yaitu menurut SNI,
KCMI, dan JORC
 Untuk basis pelaporan di ndonesia menggunakan SNI,Sedangkan basiss
pelaporan internasional menggunakan JORC
 Ada beberapa bentuk batubara di antaranya:
1.Bentuk horse pinch
2.bentuk pinch
3.bentuk clay vein
4.bentuk burried hill
5.bentuk fauld
6.bentuk fold

 Unuk dapat menaksirkan suatu cadngan dapat menggunakan beberapa metode


yaitu:
1. Metode Triangular Grouping
2. Metode poligon(Poligon tertutup,poligon terbuka dan poligon bercabang)
3. Metode pehitungan cadangan menggunakan penampang

5.2 Saran
Semoga laporan ini dapat berguna untuk kedepanya dan di harapkan untuk dosen
pengamampu agar dapat mejelaskan materi kuliah secara keseluruhan agar para
mahsiswa dapat lebih memahami .salam tambang

Anda mungkin juga menyukai