Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MANAJEMEN AIR

DISUSUN OLEH :
NAMA : VITALIANUS AQUINO KATTO ATE
MAKUL: TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI
KELAS : A1

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Maksud dari pambuatan makalah ini
adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Air. Dalam penyusunan makalah ini
tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik dukungan moril maupun bantuan
dalam mendapatkan data, bimbingan dan sistematika penyusunan maupun dalam penulisan.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian pembuatan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang dimiliki kami. Oleh karena itu demi
kesempurnaan makalah ini kami sangat mengharapkan saran dan masukan yang bersifat
membangun. Akhir kata,kami mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Manajemen Air
b. Bentuk Manajemen Air
c. Masalah Pengelolaan Sumber Daya Air
d. Konservasi Sumber Daya Air
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berbicara mengenai status air, jika memandang air bersih sebagai kebutuhan mendasar setiap
manusia di muka bumi ini, maka air dapat dipandang sebagai hak asasi. Yaitu hak yang mutlak
dimiliki oleh setiap manusia tanpa terkecuali. Dan hal ini telah dideklarasikan oleh PBB dalam
sidang umum yang dilaksanakan pada akhir bulan Juli 2010 yang menghasilkan keputusan 122
negara menyatakan mendukung pernyataan air sebagai hak asasi manusia dan 41 negara
menyatakan abstain. Indonesia pun menjadi salah satu negara yang mendukung pernyataan
deklarasi ini.
Jika memang air bersih dipandang sebagai hak asasi, konsekuensinya adalah air tidak boleh
diperjualbelikan. Pemerintah dalam hal ini berkewajiban menyediakan dan mendistribusikan
air bersih secara gratis. Adapun biaya distribusi dan pemrosesan air dapat diambil dari pajak
masyarakat. Dan itupun dengan catatan, pemerintah tidak mengambil keuntungan dari pajak
masyarakat dalam hal pendistribusian dan pemrosesan air bersih. Tetapi pada kenyataannya di
Indonesia, air dialirkan pemerintah melalui perusahaan air minum (PAM/PDAM) ke rumah
kita dengan cara langganan dan membayar. Kita diharuskan membayar sesuai jumlah air yang
kita pergunakan. Dan ini bertentangan dengan pandangan air bersih sebagai hak asasi. Lain
halnya jika kita memandang air bersih sebagai hak guna, maka air di sini adalah barang
ekonomi. Air bersih di sini dapat diperjualbelikan, dan hanya orang-orang kayalah yang dapat
memiliki air bersih. Orang-orang miskin yang tidak memiliki uang tidak dapat memilikinya.
Air menjadi barang yang langka bagi orang miskin. Apakah hal ini adil bagi mereka yang tidak
memiliki uang? Di Indonesia praktek seperti ini banyak dilakukan. Padahal jika mengacu pada
UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat”,dalam pasal tersebut disebutkan bahwa air di sini bukanlah milik perorangan, tetapi
milik negara yang dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Perlakuan air
bersih sebagai hak guna jelas-jelas melanggar hal ketentuan ini.
Dari sini, kita perlu memikirkan bagaimana seharusnya air bersih itu dipandang sebagai
kebutuhan dasar setiap manusia. Perlu adanya kajian lebih lanjut untuk menentukan status air
bersih itu dan bagaimana manajemen air seharusnya dilakukan agar keseimbangan dan
keadilan air bagi masyarakat dapat terpenuhi.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagi berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen air ?
2. Bentuk manajemen air ?
3. Bagaimana masalah-masalah pengelolaan sumber daya air ?
4. Bagaimana konservasi sumber daya air?

C. TUJUAN
Adapun tujuan yang di harapakan dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Dapat memahamai definisi dari manajemen air itu sendiri.
2. Dapat mengetahui bentuk-bentuk manajemen air.
3. Dapat mengetahui masalah-masalah dalam pengelolaan sumber daya air.
4. Menambah pengetahuan tentang konservasi sumber daya air itu seperti apa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN AIR


Manajemen air adalah usaha-usaha menjaga dan mengatur air yang ada di muka bumi ini agar
dapat terjaga keberadaannya dan dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Beberapa tahun
terakhir, manajemen air menjadi satu isu yang banyak dibahas di berbagai belahan dunia
termasuk di negara Indonesia sendiri.
Secara umum, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara yang memiliki sumberdaya air
berlimpah. Berbagai laporan mengenai kondisi neraca air Indonesia menunjukkan
bahwaIndonesia masih mengalami surplus air. Meskipun demikian, terdapat beberapa pulau
diIndonesia yang telah mengalami defisit air. Untuk memenuhi kebutuhan air tawar bersih,
secara konvensional masyarakat mendapatkan air dari air sungai, air danau atau mata air. Akan
tetapi, jumlah air tawar bersih yang tersedia dari sumber-sumber ini semakin lama semakin
berkurang akibat adanya deforestasi, pencemaran air, dan meningkatnya populasi manusia.
Semakin berkurangnya jumlah air di permukaan yang dapat digunakan dibandingkan dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap air tawar bersih terutama dari kalangan
industri memaksa dilakukannya pencarian terhadap sumber air tawar bersih yang lain, yaitu
dengan melakukan pengeboran sumur untuk mengambil air tanah. Pengambilan air tanah ini di
satu sisi menguntungkan manusia karena masalah kebutuhan air tawar bersih dapat teratasi.
Akan tetapi seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia dan bertambahnya industri-
industri yang membutuhkan air sebagai bahan baku produksi membuat pengambilan air tanah
semakin kerap terjadi dengan jumlah pengambilan air yang semakin banyak. Hal ini membuat
cadangan air tanah yang ada semakin menipis.
Dari kenyataan-kenyataan tersebut, maka diperlukanlah adanya manajemen terhadap air yang
ada agar ketersediaan air dan kebutuhan terhadapnya dapat seimbang. Dengan seimbangnya
ketersediaan air dan kebutuhan air, maka kekhawatiran terhadap sulitnya air di masa depan
dapat dihilangkan.

B. BENTUK MANAJEMEN AIR


Bentuk manajemen air yang dapat diterapkan di Indonesia antara lain adalah menetapkan
regulasi terhadap penggunaan air. Dalam hal ini, pemerintah telah mengeluarkan Undang-
Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air. Selain itu, bentuk lain dari manajemen air
adalah menerapkan diversifikasi sumber air tawar bersih.
Salah satu bentuk diversifikasi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air tawar
yang bersih adalah dengan melakukan rain harvesting atau penadahan air hujan. Dengan
menadahkan air hujan dan menyimpannya di suatu kolam penyimpanan, daerah yang
mengalami defisit neraca air maupun daerah-daerah yang kesulitan air tawar bersih dapat
memenuhi kebutuhannya terhadap air tawar bersih.
Di kota Bandung, manajemen air kurang mendapat perhatian dari pemerintah pada khususnya
dan masyarakat kota Bandung pada umumnya. Pemerintah dan masyarakat cenderung tak acuh
dengan manajemen air di kota Bandung. Hal ini tercermin salah satunya dari perilaku
masyarakat yang membuang sampah ke aliran sungai. Bahkan beberapa industri liar
membuang limbah produksinya ke dalam sungai. Hal ini bukan saja mengotori dan mencemari
air sungai, tetapi juga membuat jumlah air tawar bersih yang dapat diperoleh dari sungai
semakin berkurang. Selain itu, cerminan akan kurangnya kesadaran masyarakat dan
pemerintah kota Bandung adalah dari menjamurnya sumur-sumur bor di kota Bandung.
Menjamurnya sumur bor ini sampai sekarang belumlah ditindak tegas pemerintah. Entah ada
unsur politik atau murni karena kurangnya kesadaran pemerintah. Jika hal ini terus berlanjut,
maka akan terjadi ketidakseimbangan antara airtanah yang masuk ke dalam tanah dari daerah
resapan dengan air tanah yang dikuras di daerah limpasan yang ada di perkotaan.
Jika saja menjamurnya sumur bor diiringi dengan perluasan dan pelestarian daerah resapan di
daerah Bandung bagian utara, mungkin jumlah air di dalam tanah dapat diseimbangkan antara
air yang masuk dan air yang keluar. Tetapi, yang terjadi saat ini adalah daerah resapan kota
Bandung semakin sempit dengan dibangunnya gedung-gedung, perumahan, dan pembukaan
sawah/perkebunan. Hal ini justru memperparah airtanah yang ada di kota Bandung. Semakin
lama semakin sedikit jumlahnya.
Untuk memanajemen air di kota Bandung, diperlukan penyadaran kepada pemerintah dan
masyarakat kota Bandung secara umum. Penyadaran ini perlu agar keseimbangan antara air
yang masuk dan air yang keluar dapat terjaga dengan baik. Penyadaran ini dapat dilakukan dari
diri kita sendiri dengan memberi contoh kepada keluarga kita, teman kita, ataupun tetangga
kita. Selain penyadaran, perlu adanya pemberian contoh kepada pemerintah dan masyarakat
akan manajemen air yang baik. Seperti telah disebutkan di atas bahwa salah satu bentuk
manajemen air adalah dengan melakukan diversifikasi air. Di sini, pemberian contoh dapat
dilakukan dengan membangun gedung-gedung dengan instalasi tadah hujan di atapnya. Air
dari atap ini dialirkan ke sebuah tangki besar di bawah tanah untuk menampung air hujan. Air
hujan ini kemudian dapat dijadikan sebagai sumber air bersih yang murah dan ramah
lingkungan serta tidak mengganggu keseimbangan air sungai maupun airtanah.

D. MASALAH PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


Secara umum masalah pengelolaan sumberdaya air dapat dilihat dari kelemahan
mempertahankan sasaran manfaat pengelolaan sumberdaya air dalam hal pengendalian
banjir dan penyediaan air baku bagi kegiatan domestik, municipal, dan industri.
Masalah pengendalian banjir sebagai bagian dari upaya pengelolaan pengelolaan sumberdaya
air, sering mendapatkan hambatan karena adanya pemukiman padat di sepanjang sungai yang
cenderung mengakibatkan terhambatnya aliran sungai karena banyaknya sampah domestik
yang dibuang ke badan sungai sehingga mengakibatkan berkurangnya daya tampung sungai
untuk mengalirkan air yang datang akibat curah hujan yang tinggi di daerah hulu.
Pada sisi lain penyediaan air baku yang dibutuhkan bagi kegiatan rumah tangga, perkotaan dan
industri sering mendapatkan gangguan secara kuantitas – dalam arti terjadinya penurunan debit
air baku akibat terjadinya pembukaan lahan-lahan baru bagi pemukiman baru di daerah hulu
yang berakibat pada pengurangan luas catchment area sebagai sumber penyedia air baku.
Disamping itu, secara kualitas penyediaan air baku sering tidak memenuhi standar karena
adanya pencemaran air sungai oleh limbah rumah tangga, perkotaan, dan industri.
Dengan diberlakukannya Undang-undang 22/1999 tentang Otonomi Daerah, masalah
pengelolaan sumberdaya air ini menjadi lebih kompleks mengingat Satuan Wilayah Sungai
(SWS) atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS) secara teknis tidak dibatasi oleh batas-batas
administratif tetapi oleh batas-batas fungsional, sehingga dengan demikian
masalah koordinasi antar daerah otonom yang berada dalam satu SWS atau DPS menjadi
sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya air.
Perubahan peran Pemerintah dari institusi penyedia jasa (service provider) menjadi institusi
pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha (enabler) agar memiliki kemampuan dalam
menyediakan kebutuhan air dan menunjang kegiatan usahanya secara mandiri dan
berkelanjutan, sehingga perlu adanya upaya-upaya pemberdayaan masyarakat pengguna air
untuk mengelola dan melestarikan potensi-potensi sumber daya air.
Pengelolaan sumberdaya air menghadapi berbagai persoalan yang berhubungan berbagai
macam penggunaan dari berbagai macam sektor (pertanian, perikanan, industri, perkotaan,
tenaga listrik, perhubungan, pariwisata, dan lain-lain) baik yang berada di hulu maupun di hilir
cenderung semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini telah banyak
menimbulkan dispute antar sektor maupun antar wilayah, yang pada dasarnya merupakan
cerminan dari adanya conflict of interests yang tajam serta tidak berjalannya fungsi koordinasi
yang baik.
Memperhatikan adanya ketidakseimbangan jumlah ketersediaan air diatas, maka jumlah
ketersediaan air dan besarnya kebutuhan akan air perlu dikelola sedemikian rupa sehingga
pemanfaatannya memenuhi kriteria keterpaduan secara fungsional ruang, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan. Untuk itu, dibutuhkan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan
sumberdaya air yang memadai untuk mencapai pengelolaan sumberdaya air secara
berkelanjutan berdasarkan strategi pemanfaatan ruang yang banyak ditentukan oleh
karakteristik sumber daya air.
Menurut Bisri (2009) beberapa faktor yang berkaitan dengan permasalahan sumber daya air di
Indonesia, antara lain adalah :
a. Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan dalam perspektif ruang dan
waktu.Indonesia yang terletak di darah tropis merupakan negara kelima terbesar di dunia dalam
hal ketersediaan air. Namun, secara alamiah Indonesia menghadapi kendala dalam memenuhi
kebutuhan air karena distribusi yang tidak merata baik secara spasial maupun waktu, sehingga
air yang dapat disediakan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan, baik dalam perspektif jumlah
maupun mutu. Ketersediaan air yang sangat melimpah pada musim hujan, yang selain
menimbulkan manfaat, pada saat yang sama juga menimbulkan potensi bahaya kemanusiaan
berupa banjir. Sedangkan pada musim kemarau, kelangkaan air telah pula menimbulkan
potensi bahaya kemanusiaan lainnya berupa kekeringan yang berkepanjangan.
b. Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumberdaya air, baik air
permukaan maupun ait tanah.Kerusakan lingkungan yang semakin luas akibat kerusakan hutan
secara signifikan telah menyebabkan penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS)
dalam menahan dan menyimpan air.
c. Menurunnya kemampuan penyediaan air
Berkembangnya daerah permukiman dan industri telah menurunkan area resapan air dan
mengancam kapasitas lingkungan dalam menyediakan air. Pada sisi lain, kapasitas
infrastruktur penampang air seperti waduk dan bendungan makin menurun sebagai akibat
meningkatnya sedimentasi, sehingga menurunkan keandalan penyediaan air untuk irigasi
maupun air baku.
d. Meningkatnya potensi konflik air
Meningkatnya persaingan penggunaan air dan penurunan efisiensi penggunaan air salah
satunya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat,
jumlah kebutuhan air baku bagi rumah tangga, permukiman, pertanian maupun industri juga
semakin meningkat.
e. Kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi
Belum atau tidak berfungsinya jaringan irigasi disebabkan antara lain oleh belum lengkapnya
sistem jaringan, ketidaktersediaan air, belum siapnya lahan sawah, ketidaksiapan petani
penggarap atau terjadinya mutasi lahan. Selain itu, pada jaringan irigasi yang berfungsi juga
mengalami kerusakan terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas operasi dan pemeliharaan.
f. Makin meluasnya abrasi pantai
Perubahan lingkungan dan abrasi pantai mengancam keberadaan air di daerah sekitar pantai.
Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antar instansi dan antar daerah otonom telah
menimbulkan pola pengelolaan sumberdaya air yang tidak efisien.
g. Rendahnya kualitas pengelolaan data dan sistem informasi.
Pengelolaan sumberdaya air belum di dukung oleh basis data dan sistem informasi yang
memadai. Kualitas datadan informasi yang dimiliki belum memenuhi standar yang ditetapkan
dan tersedia pada saat diperlukan.
h. Kerusakan prasarana sumberdaya air
Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan berada di pertemuan beberapa lempeng
daratan dunia mempunyai kerentanan terhadap banjir. Banjir, gempa, tsunami, tanah longsor
dan bencana lainnya hampir setiap tahun selalu terjadi.

E. KONSERVASI SUMBER DAYA AIR


Konsep dasar konservasi air adalah jangan membang-buang sumber daya air. Pada awalnya
konservasi air diartikan sebagai menyimpan air dan menggunakannya untuk keperluan yang
produktif di kemudian hari. Konsep ini disebut konservasi segi suplai. Perkembangan
selanjutnya konservasi lebih mengarah kepada pengurangan dan pengefisienan penggunaan air
dan dikenal sebagai konservasi sisi kebutuhan.
Konservasi air yang baik merupakan gabungan dari kedua konsep tersebut, yaitu menyimpan
air dikala berlebihan dan menggunakannya sesedikit mungkin untuk keprluan tertentu yang
produktif. Sehingga konservasi air domestik berarti menggunakan air sesedikit mungkin untuk
mandi, mencuci, menggelontor toilet, dan penggunaan-penggunaan rumah tangga lainnya.
Konservasi air industri berarti pemakaian air sesedikit mungkin untuk menghasilkan suatu
produk. Konservasi air pertanian pada dasarnya berarti penggunaan air sesdikit mungkin untuk
menghasilkan hasil pertanian yang sebanyak-banyaknya.
Konservasi air dapat dilakukan dengan cara :
1). Meningkatkan pemanfaatan air permukaan dan air tanah,
2). Meningkatkan efisiensi air irigasi dan
3). Menjaga kualitas air sesuai dengan peruntukannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di tarik dari pembahasan di muka tadi bahwasanya manajemen air
adalah usaha-usaha menjaga dan mengatur air yang ada di muka bumi ini agar dapat terjaga
keberadaannya dan dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Secara umum masalah pengelolaan sumberdaya air dapat dilihat dari kelemahan
mempertahankan sasaran manfaat pengelolaan sumberdaya air dalam hal pengendalian
banjir dan penyediaan air baku bagi kegiatan domestik, municipal, dan industri.
Konsep dasar konservasi air adalah jangan membang-buang sumberdaya air. Pada awalnya
konservasi air diartikan sebagai menyimpan air dan menggunakannya untuk keperluan yang
produktif di kemudian hari. Konsep ini disebut konservasi segi suplai. Perkembangan
selanjutnya konservasi lebih mengarah kepada pengurangan dan pengefisienan penggunaan air
dan dikenal sebagai konservasi sisi kebutuhan.

B. Daftar Pustaka
tekniksipilradical013.blogspot.com/2014/11/makalah-manajemen-air.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai