Makalah Kimfis Pemicu 2-Kelompok 11
Makalah Kimfis Pemicu 2-Kelompok 11
PEMICU 2
KESETIMBANGAN KIMIA
Oleh:
Kelompok 11
Aditha Oktariany (1406531662)
Andersen (1406604626)
Apryani Lestari N. (1406531725)
Arif Hendrawan (1406531763)
Irfan Aditya (1406531800)
ii
DAFTAR ISI
ii
PETA KONSEP
iii
BAB I
LANDASAN TEORI
TNT (trinitrotuluena)
A. Aplikasi
Digunakan sebagai bahan peledak karena ketidakpekaannya terhadap shock dan
gesekan, yang mengurangi resiko ledakan disengaja. TNT meleleh pada suhu
80οC (176οF), jauh dibawah suhu dimana ia akan meledak secara spontan,
sehingga aman bila dikombinasikan dengan bahan peledak lain. TNT tidak larut
dalam air, yang memungkinkan untuk digunakan secara efektif dalam lingkungan
basah.
B. Karakter Explosive
TNT berbeda dengan dinamit. TNT adalah senyawa kimia spesifik, sedangkan
dinamit adalah suatu campuran nitrogliserin yang dikompresi menjadi bentuk
silinder dan dibungkus kertas.
Setelah ledakan, TNT terurai sebagai berikut:
2C7H5N3O6 → 3N2 + 5H2O + 7CO + 7C
Reaksi eksotermik dengan energi aktivasi yang tinggi. Adanya karbon pada
produk menyebabkan ledakan TNT memiliki penampilan jelaga.
1
Jika reaksi dibagi n, K menjadi K1/n.
Jika reaksi dikali x, K menjadi Kn.
Jika beberapa reaksi kesetimbangan dijumlahkan, semua harga K harus
dikalikan.
b. Kesetimbangan Disosiasi
Kesetimbangan disosiasi adalah reaksi kesetimbangan dari reaksi penguraian gas.
KC merupakan tetapan kesetimbangan molaritas, [A] dan [B], merupakan
molaritas gas A dan gas B. Dalam persamaan reaksi kesetimbangan, harus
diketahui dengan pasti berapa molaritas zat-zat setelah tercapai keadaan
setimbang. Reaksi penguraian gas tidak pernah habis. Oleh karena itu, gas yang
terurai dalam keadaan setimbang mempunyai harga yang menyatakan bagian
yang terdisosiasi. Harga ini dikenal dengan istilah derajat disosiasi atau derajat
peruraian. Derajat disosiasi didefinisikan sebagai banyaknya bagian yang terurai
dibagi dengan bagian mula-mula.
2
Fraksi mol merupakan perbandingan mol gas suatu zat dengan mol total.
d. Hubungan Kc dengan Kp
Dengan mengasumsikan bahwa gas merupakan gas ideal dapat diperoleh
hubungan antara Kp dan Kc.
Persamaan gas ideal P V = n R T adalah:
Proses ini adalah alternatif dengan biaya paling rendah. Proses ini dilakukan dengan
mereaksikan gas amoniak dan asam nitrat dalam reaktor bubbling dengan reaksi
netralisasi pada suhu mendekati 200οC dan tekanan 4 – 5 barr. Larutan keluar reaktor
dimasukkan ke flashdrum dan dipompakan ke evaporator untuk dipekatkan. Larutan
masuk ke prilling tower, prill amonium nitrat yang terbentuk didinginkan dan di
screening.
3
Kesetimbangan Dinamis
Dalam perhitungan kimia, seringkali dianggap bahwa suatu reaksi berlangsung secara
sempurna. Pada kenyataannya tidak demikian. Persamaan reaksi hanya menyatakan
hubungan jumlah (kuantitas) dari zat‐zat yang bereaksi dengan zat‐zat hasil reaksi
secara stoikiometri. Sedang kinetika serta termodinamika reaksi mempelajari berapa
lama suatu reaksi akan berlangsung dan ke arah mana yang paling mungkin terjadi.
Kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi zat‐zat yang bereaksi sebelum terjadi
kesetimbangan. Artinya reaksi akan berjalan paling cepat pada saat jumlah reagennya
maksimum. Pada contoh reaksi di atas, kecepatan reaksi semakin turun (lambat)
apabila konsentrasi H2 dan I2 makin berkurang. Sebaliknya, konsentrasi HI yang
meningkat menyebabkan kecepatan reaksi penguraian : 2 HI H2 + I2 semakin
bertambah (pada saat awal reaksi konsentrasi HI nol, dan kecepatan penguraiannya
sama dengan nol). Jika reaksi semacam ini diikuti, maka akan didapatkan keadaan, di
mana laju reaksi ke kanan (pembentukan HI) sama dengan laju reaksi ke kiri
(penguraian HI), sehingga secara makro tidak teramati perubahan konsentrasi.
Keadaan pada saat konsentrasi zat‐zat tidak berubah lagi ini yang dinamakan dengan
kesetimbangan dinamik secara makroskopik tidak terjadi perubahan reaksi selesai,
tetapi secara molekuler tetap terjadi reaksi ke kanan maupun ke kiri dengan laju yang
sama.
Prinsip Le Chatelier
Asas Le Chatelier menyatakan jika kesetimbangan dinamis terganggu akibat adanya
perubahan kondisi, maka kesetimbangan akan bergeser kearah yang berlawanan
dengan perubahan tersebut. Sangat penting untuk memahami asas Le Chatelier,
karena akan sangat membantu ketika kamu menerapkan perubahan kondisi dalam
reaksi yang mengalami kesetimbangan dinamis.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sistem kesetimbangan adalah perubahan
konsentrasi, perubahan suhu, perubahan tekanan, dan perubahan volume.
1. Perubahan Konsentrasi
4
system akan mengadakan reaksi berupa pergeseran kesetimbangan sebagai
berikut.
Jika tekanan diperbesar (volume diperkecil), maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi kecil.
Jika tekanan diperkecil (volume diperbesar), maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi besar.
3. Perubahan suhu
Menurut Van’t Hoff:
Bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka kesetimbangan
reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi
endoterm).
Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka
kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor
(ke arah reaksi eksoterm).
Contoh:
2 NO(g) + O2(g) 2 NO2(g) ΔH = –216 kJ
Jika pada reaksi kesetimbangan tersebut suhu dinaikkan, maka
kesetimbangan akan bergeser ke kiri (ke arah endoterm atau yang
membutuhkan kalor).
Jika pada reaksi kesetimbangan tersebut suhu diturunkan, maka
kesetimbangan akan bergeser ke kanan (ke arah eksoterm).
Konstanta/Tetapan Kesetimbangan
5
Apabila diberikan reaksi kimia sebagai berikut :
𝒂𝑨(𝒂𝒒) + 𝒃𝑩(𝒂𝒒) ↔ 𝒄𝑪(𝒂𝒒) + 𝒅𝑫(𝒂𝒒)
Dari kolom “Catatan” pada gambar diatas, dapat diketahui bahwa pada system
kesetimbangan yang melibatkan lebih dari 2 fasa atau system kesetimbangan
heterogen, fasa solid dan liquid tidak dimasukkan kedalam perhitungan Kc.
6
Dimana Δn adalah selisih dari jumlah koefisien produk dikurang jumlah koefisien
reaktan, Kc adalah konstanta kesetimbangan konsentrasi, R = 0.082 Latm/molK dan
T adalah temperatur dalam Kelvin.
Derajat Disosiasi
Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih
sederhana. Derajat disosiasi adalah perbandingan antara jumlah mol yang terurai
dengan jumlah mol mula-mula dan biasa dilambangkan dengan α (alfa).
𝑀𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑟𝑎𝑖
𝛼=
𝑀𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎
Secara umum reaksi disosiasi dapat dinyatakan sebagai berikut:
Contoh : A(aq) ↔ n B(aq)
Dengan n adalah perbandingan antara jumlah koefisien di ruas kanan dengan jumlah
koefisien di ruas kiri. Misal jumlah mol A mula - mula = a mol dan derajat disosiasi =
α, maka jumlah A yang terdisosiasi = a x α mol, dan jumlah mol B yang terbentuk = n
x aα mol. Maka susunan kesetimbangannya dapat dirumuskan sebagai berikut.
“Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan
reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya.”
7
ditambahkan. Maka reaksi akan bergerak ke arah produk karena konsentrasi substrat
semakin banyak dan mudah untuk bereaksi. Sedangkan jika Konsentrasi A
dikurangi maka substrak semakin sedikit dan kesetimbangan juga akan bergerak ke
arah yang dikurangi. Jadi untuk pengaruh penambahan konsentrasi pada pergeseran
kesetimbangan kimia. Penambahan konsentrasi pada substrat maka kesetimbangan
bergerak ke arah produk dan juga sebaliknya
Reaksi tersebut merupakan reaksi Eksoterm. maka jika di beri panas reaksinya akan
bergerak ke kiri. sedangkan untuk endoterm. Jika diberi panas, reaksi akan bergerak
ke kanan(produk). Dasar teori dari pergeseran kesetimbangan yang dipengaruhi
oleh suhu ini menganut asas dari Van’t Hoff.
8
Reaksi Esterifikasi
9
BAB II
JAWABAN PERTANYAAN
Bagian I
1. Senyawa HNO3 merupakan bahan kimia penting yang digunakan sebagai
bahan baku untuk peledak seperti TNT (trinitrotoluena). Jenis asam ini
dapat menimbulkan ledakan dahsyat. Sebagai mahasiswa Teknik Kimia,
tentunya Anda harus tahu sifat-sifat nya ini, berikan analisis kenapa HNO3
dipilih sebagai bahan baku TNT? Dan kenapa efek ledakan hanya terjadi
setelah membentuk TNT? Jelaskan pendapat Anda!
Jawab:
Karakteristik HNO3
a. Sifat Fisika
Massa jenis: 1,502 gr/cm3
Titik didih: 86οC
Titik lebur: -42οC
Berat molekul: 63,02 gr/mol
Wujudnya tidak berwarna
Energi evaporasi: 9,43 kkal/mol pada suhu 20οC
Nilai entropi: 37,19 kkal/mol K pada suhu 25οC
b. Sifat Kimia
Merupakan asam kuat dan oksidator kuat
Reaksi dengan amonia menghasilkan amonium nitrat, menurut reaksi:
HNO3 + NH3 → NH4OH
Reaksi dengan nikel sulfida menghasilkan garam nikel nitrat, nitrogen
monoksida, belerang, dan air
3NiS + 8HNO3 → 3Ni(NO3)2 + 2NO + 3S + 4H2O
Reaksi dengan NiS yang ditambah asam klorida, menghasilkan garam
nikel klorida
3NiS + 2HNO3 + 6HCl → 3NiCl2 + 2NO + 3S + 4H2O
Reaksi dengan logam perak akan membentuk perak nitrat dan nitrogen
dioksida
Ag + 2HNO3 → AgNO3 + NO2 + H2O
10
pada cincin benzena ke arah orto atau para dari gugus metil di toluena. Dengan
alasan itulah mengapa HNO3 dipilih sebagai bahan baku TNT.
Reaksi ledakan TNT ini termasuk dalam reaksi eksotermis (melepas panas ke
lingkungan) dan memiliki energi aktivasi yang tinggi, yaitu mendekati 62 kcal/mol.
Karena energi aktivasi yang tinggi inilah, TNT relatif lebih susah meledak (stabil)
daripada bahan peledak yang lain.
11
berarti dalam keadaan setimbang tidak terjadi perubahan konsentrasi dan warna
secara makroskopis sedangkan secara mikroskopis reaksinya berlangsung bolak-
balik. Asas Le Chatelier menyatakan: “Jika suatu sistem kesetimbangan dinamis
terganggu akibat adanya perubahan kondisi, maka kesetimbangan akan bergeser ke
arah yang berlawanan dengan perubahan tersebut.
Contoh reaksi kesetimbangan kimia yaitu:
Reaksi antara timbal (II) sulfat dengan natrium iodida
PbSO4(s) + 2NaI(aq) ⇄ PbI2(s) + Na2SO4(aq)
Reaksi antara gas H2 dengan N2 menghasilkan gas NH3
N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g)
12
a. Jika salah satu konsentrasi zat diperbesar, reaksi akan bergeser dari arah
zat tersebut.
b. Jika salah satu konsentrasi zat diperkecil, reaksi akan bergeser ke arah zat
tersebut.
Contoh:
aA + Bb ⇄ Cc + dD
Berarti dengan penambahan konsentrasi A, maka posisi kesetimbangan akan
bergeser ke arah pembentukan C dan D.
Perubahan Volume atau Tekanan
Jika dalam suatu sistem kesetimbangan dilakukan aksi yang menyebabkan
perubahan volume (bersamaan dengan perubahan tekanan), maka dalam
sistem akan mengadakan reaksi berupa pergeseran kesetimbangan sebagai
berikut:
a. Jika tekanan diperbessar (volume diperkecil), maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi yang kecil.
b. Jika tekanan diperkecil (volume diperbesar), maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah jumlah koefisien reaksi yang besar.
Perubahan Suhu
Menurut Van’t Hoff yaitu:
a. Bila pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan, maka kesetimbangan
reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi
endoterm).
b. Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan
reaksi akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi
eksoterm).
Contoh:
2NO(g) + O2(g) ⇄ 2NO2(g) ∆𝑯 = −𝟐𝟏𝟔 𝒌𝑱
Reaksi ke kanan adalah eksoterm dan ke kiri adalah endoterm.
Jika suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri (ke arah
endoterm atau yang membutuhkan kalor).
Jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan (ke
arah eksoterm atau yang membebaskan kalor).
Pengaruh Katalisator terhadap Kesetimbangan
Suatu katalis akan mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi
aktivasi. Kehadiran katalis akan menurunkan energi pengaktifan baik untuk
reaksi maju maupun untuk reaksi balik, sehingga keduanya mempunyai laju
yang lebih besar.
Perlu diperhatikan bahwa dalam reaksi kesetimbangan, adanya katalisator
tidak mengakibatkan terjadinya pergeseran kesetimbangan, tetapi hanya
13
mempercepat tercapainya keadaan setimbang. Dengan demikian, penambahan
katalis dilakukan pada awal reaksi (sebelum kesetimbangan tercapai) karena
penambahan katalis setelah tercapai kesetimbangan tidak akan ada gunanya.
Konstanta Kesetimbangan
Tetapan kesetimbangan merupakan angka yang menunjukkan perbandingan secara
kuantitatif antara produk dengan reaktan.
a. Kesetimbangan Homogen
adalah reaksi kesetimbangan yang seluruhnya terdiri dalam satu fase zat yang
sama. Untuk reaksi kimia umum seperti:
aA + Bb ⇄ Cc + dD
Tetapan kesetimbangannya dapat dituliskan sebagai:
[𝐶]𝐶 [𝐷]𝑑
𝐾𝑐
[𝐴]𝑎 [𝐵]𝑏
b. Kesetimbangan Heterogen
adalah reaksi kesetimbangan yang terdiri dari berbagai fase zat. Namun, tetapan
kesetimbangannya tidak melibatkan konsentrasi zat padat atau zat cair murni,
karena aktivitas zat padat dan zat cair murni sama dengan 1.
Contoh:
CaCO3(s) ⇄ CaO(s) + CO2(g)
Maka, tetapan kesetimbangannya dapat dituliskan sebagai:
𝐾𝑐 = [𝐶𝑂2 ]
Perbedaan Konstanta Kesetimbangan dengan Quotient Reaksi
Quotient reaksi (Q) memiliki bentuk yang sama dengan K, perbedaannya adalah
bahwa Q berlaku untuk semua jenis konsentrasi pada kondisi apa saja, bukan hanya
konsentrasi pada saat kesetimbangan. Quotient reaksi untuk reaksi sebelumnya yaitu:
[𝐶]𝐶 [𝐷]𝑑
𝑄=
[𝐴]𝑎 [𝐵]𝑏
Dengan membandingkan nilai Q dan K, kita bisa meramalkan reaksi:
Q < K, reaksi pembentukan produk (ke arah kanan) akan berlangsung
Q = K, terjadi kesetimbangan (tidak terjadi perubahan reaksi)
Q > K, reaksi penguraian produk menjadi reaktan (ke arah kiri) akan
berlangsung
3. Suatu proses yang erat hubungan nya dengan proses Haber-Bosch, yang
merupakan proses modern dalam pembuatan asam nitrat dengan katalis Pt,
dikenal dengan nama proses Ostwald. Jelaskan tentang proses ini, tuliskan
reaksi apa saja yang terlibat, kesetimbangan apa yang terjadi, terangkan
14
dengan video dan juga flip chart untuk bisa memahami proses ini secara
baik.
Jawab:
Proses Ostwald
Asam nitrat banyak digunakan dalam pembuatan pupuk, nitrasi senyawa organik
untuk bahan eksplosif, plastik, celupan, dan pernis, juga sebagai bahan oksidator dan
pelarut. Di industri, pembuatan asam nitrat menggunakan proses Ostwald, yaitu
pembuatan asam nitrat dari bahan mentah amonia dan udara. Proses pembuatan asam
nitrat melalui tiga tahapan, yaitu:
a. Tahap pembentukan nitrogen oksida
Campuran amonia dan udara berlebih dialirkan melewati katalis Pt–Rh pada
suhu 850°C dan tekanan 5 atm. Persamaan reaksinya:
4NH3(g) + 5O2(g) ⇆ 4NO(g) + 6H2O( l )
ΔH = 907 kJ (pada 25°C)
b. Tahap pembentukan nitrogen dioksida
Nitrogen monoksida dioksidasi kembali dengan udara membentuk gas
nitrogen dioksida. Persamaan reaksinya:
2NO(g) + O2(g) ⇆ 2NO2(g)
ΔH = –114,14 kJ (pada 25°C)
c. Tahap pembentukan asam nitrat
Nitrogen dioksida bersama-sama dengan udara berlebih dilarutkan dalam air
panas 80°C membentuk asam nitrat. Persamaannya:
4NO2(g) + O2(g) + 2H2O( l ) → 4HNO3(aq)
Pada proses Ostwald, ada dua tahap reaksi yang membentuk kesetimbangan, yaitu
tahap satu dan tahap dua. Kedua tahap itu bersifat eksotermis dan memiliki koefisien
reaksi yang berbeda, yaitu koefisien hasil reaksi lebih kecil dari koefisien pereaksi.
Pada tahap dua, reaksi tidak efisien pada suhu tinggi, sehingga gas NO panas yang
terbentuk pada tahap pertama didinginkan dengan memasok udara dingin, sekaligus
berfungsi untuk mengoksidasi gas NO menjadi NO2.
15
4. Tuliskan reaksi pada proses Haber-Bosch dan terangkan secara sistematis
proses pembuatan amonia dan penerapan azas Le Chatelier pada proses
tersebut untuk meningkatkan jumlah produk. Bagaimana pengaruh katalis
terhadap reaksi di atas? Terjemahkan proses singkatnya (bisa ditambahkan
data pendukung video untuk presentasi).
Jawab:
Berikut tahapan beserta reaksi yang terjadi pada proses Haber-Bosch
H2 + RSH → RH + H2S
2. Asam sulfida yang terjadi kemudian diserap dan dihilangkan dengan
mengalirkannya melalui oksida dari logam seng sehingga terbentuk senyawa Seng
Sulfida (ZnS) dan uap air.
CO + H2O → CO2 + H2
5. Karbon Dioksida kemudian dipisahkan dengan penyerapan dalam larutan
etanolamin atau dengan penyerapan media absorbsi pada lainnya.
16
6. Langkah terakhir dalam memproduksi hidrogen adalah menggunakan katalis
methanation untuk menghilangkan residu karbon monoksida dan karbondioksida
yang masih tertinggal dalam hidrogen.
7. Untuk dapat menghasilkan amonia sebagai produk akhir, hidrogen yang sudah
dihasilkan kemudian direaksikan dengan nitrogen yang berasal dari udara bebas
menghasilkan amonia cair. Tahapan ini dikenal dengan loop sintesis amonia yang
juga dikenal dengan proses Haber-Bosch.
3H2 + N2 ↔ 2NH3
17
PROSES PEMBUATAN NITROGEN
1. Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan udara menggunakan filter bertujuan agar kotoran atau gas-
gas pengotor dari udara bebas dapat disaring dan tidak terikut dalam proses – proses
selanjutnya.
2. Kompressi
Alat yang digunakan yaitu compressor, dimana fungsinya yaitu menaikkan tekanan
udara bebas yang diserap sampai 90-145 Psig atau sekitar 6 bar. Udara terkompresi
kemudian didinginkan hingga mendekati temperatur ruangan menggunakan alat
penukar kalor atau alat dengan sistem refrigerasi.
3. Cooling Water
Air umumnya digunakan sebagai pendingin pada industry sebab air tersedia jumlahya
dan mudah ditangani. System penguapan terbuka merupakan tipe system pendingin
yang umumnya digunakan dalam plant pemisahan udara. Sebagian industry
menggunakan system direct cooler pada proses pendinginannya, dimana terjadi
kontak langsung antara udara dengan air pada sepanjang tray direct cooler.
4. Purrification (Pemurnian)
Pada proses ini terdapat proses penyerapan ( adsorpsi ) terhadap zat – zat pengotor
dari feed air, diantaranya: uap air, karbon monoksida, karbon dioksida. Pada beberapa
industry, menggunakan 2 layer pada vessel pemurnian ini, layer bawah menggunakan
alumina untuk mengadsorpsi kandungan uap air dalam udara dan bagian top (atas)
menggunakan molecular sieve yang bertindak sebagai adsorben untuk menghilangkan
karbondioksida.
18
5. Heat Exchanger (Pemindah Panas)
Melewati exchanger, udara didinginkan hingga mendekati titik pencairan. Karena
udara menjadi dingin, mula – mula uap air akan menjadi deposit, dimulai jadi cairan
kemudian berubah menjadi salju halus. Fungsi heat exchanger untuk memudahkan
pergerakan panas dari zat yang lebih panas menuju daerah yang dingin hingga
temperature keduanya sama.
6. Ekspansi
Udara yang dingin tersebut diekspansikan atau diturunkan pressure nya sampai
tekanan menjadi 70 – 80 psig hingga udara tersebut cair.
7. Distilasi
Pada proses ini terjadi proses pemisahan antara gas – gas yang terkandung pada
udara bebas sebagai umpan melalui perbedaan titik didih (relative volatilitas).
Nitrogen memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan gas – gas lain yang
terkandung dalam udara yaitu -195℃. Bila dipisahkan pada proses vaporisasi
(destilasi), maka nitrogen akan cepat menguap dan menghasilkan produk gas yang
siap digunakan.
Gas nitrogen yang dihasilkan dari proses vaporisasi bisa dirubah bentuk menjadi
liquid dengan cara dilewatkan pada kolom – kolom distilasi.
Bagian II
Jawab :
19
Akan tetapi, jika berdasarkan reaksi :
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
Reaksi yang dimaksud merupakan kesetimbangan dinamis karena system
dalam keadaan tertutup dan, berdasarkan pada sifat kesetimbangan dinamis,
dimana reaksi pada akhirnya akan mencapai kesetimbangan dimana tidak
terdapat molekul yang berpindah antara reaktan dan produk.
Perbedaan kesetimbangan dapat dibedakan atas kesetimbangan homogeny dan
heterogen, dimana :
1. Kesetimbangan Homogen
Semua spesi kimia berada dalam fasa yang sama. Hal ini mengakibatkan
Konsentrasi reaktan dan produk dalam reaksi gas dapat dinyatakan dalam
bentuk tekanan parsial masing-masing gas jika dalam fase gas dan
konsentrasi jika dalam fase aqueous.
2. Kesetimbangan Heterogen
Jawab:
20
Reaksi Dekomposisi Kalsium Karbonat
CaCO3 (s) → CaO (s) + CO2 (g) ΔH = 178 kJ / mol
Karena hanya CO2 yang memiliki fasa gas, maka menurut landasan teori,
nilai K menjadi
𝑲𝒄 = [CO2]
Cara menentukan derajat disosiasi ( α ) dari reaksi diatas adalah
4. Andaikan reaksi dekomposisi tersebut terjadi pada suhu 1200K dan ΔGo
= -13,8 kJ/mol, bagaimanakah anda dapat menentukan nilai konstanta
kesetimbangan reaksi tersebut? Apa yang terjadi dengan reaksi tersebut
apabila suhunya diturunkan atau dinaikkan? Bagaimana pengaruhnya
dengan nilai konstanta kesetimbangannya ? berikan satu contoh!
Jawab:
Sehingga apa bila diketahui T = 1200K, dan ΔGo = -13,8 kJ/mol, dapat
dihitung K
21
𝐽
−13800 = −0,082 𝑥 1200 𝑥 𝑙𝑛𝐾
𝑚𝑜𝑙
𝑙𝑛𝐾 = 140.244
K = 8,075 x 1060
Dari rumus Gibbs dan kesetimbangan kimia, dapat dilihat bahwa besar K
sangat bergantung pada suhu. Besar lnK akan berbanding terbalik dengan
besar suhu (T).Kenaikan suhu akan menyebabkan nilai lnK semakin kecil, dan
penurunan suhu akan membuat nilai lnK semakin besar, dimana K nilainya
juga berbanding lurus dengan lnK, maka K juga berbanding terbalik dengan
T.
Contoh, jika pada penyelesaian diatas, suhu diubah menjadi 1000K dan
1500K :
Nilai K berubah menjadi 1,226 x 1073 dan 5,317 x 1048
Jawab :
Bagian III
Jawab:
22
Nilai konsentrasi awal produk adalah nol, namun setelah terjadi reaksi
maka konsentrasi bertambah. Setelah setimbang tercapai, konsentrasi tidak
lagi berubah menurut keadaan waktu.
2. Selain digunakan sebagai zat aditif pada makanan, senyawa ester juga
banyak digunakan sebagai pelarut, contohnya etil etanoat. Berikan
penjelasan alasan pemilihan etil etanoat sebagai pelarut. Andaikan pada
reaksi pembentukan etil etanoat, konsentrasi asam asetat pada
kesetimbangan (suhu 298 K) adalah 0,24 mol/L dan etanol adalah 0,58
mol mol/L. Turunkanlah persamaan yang dapat digunakan untuk
menentukan nilai konstanta kesetimbangan untuk reaksi tsb. Jelaskan
bagaimana Anda dapat menentukan konsentrasi akhir dari semua spesi.
Jawab :
Etil asetat/etil etanoat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan
air hingga 3% dan larut dalam air hingga kelarutannya 8% pada suhu kamar.
Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun, senyawa ini
tidak stabil dalam air yang mengandung asam dan basa.
Etil asetat, yang juga dikenal dengan nama acetic ether, adalah pelarut yang
banyak digunakan pada industri cat, thinner, tinta, plastic, farmasi, dan
industri kimia organik.
Jika konsentrasi asam asetat pada kesetimbangan (suhu 298K) adalah 0,24
mol/dm3 dan etanol adalah 0,58 mol/dm3, maka perhitungannya adalah
sebagai berikut:
∆𝐺 = ∆𝐺 0 + 𝑅𝑇 ln 𝐾
∆𝐺 = 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
∆𝐺 0 = 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
23
𝑅 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑠 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = 8.314 𝐽𝑚𝑜𝑙 −1 𝐾 −1
𝑇 = 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 (𝐾)
𝐾 = 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Pada saat kesetimbangan, ∆𝐺 = 0 maka persamaan menjadi :
∆𝐺 0 = −𝑅𝑇 ln 𝐾
Cara mencari ∆𝐺 0 dari etil asetat adalah dengan mencari literatur nilai ∆𝐺 0 dari
0
senyawa pembentukknya. Diketahui pada literatur bahwa ∆𝐺𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 adalah
−332.7 𝑘𝐽𝑚𝑜𝑙 −1 .
(−332.7 × 103 𝐽𝑚𝑜𝑙 −1 ) = −(8.314 𝐽𝑚𝑜𝑙 −1 𝐾 −1 )(298𝐾) ln 𝐾
ln 𝐾 = 134.285
𝐾 = 𝑒 134.285 = 2.085 × 1058
Maka, konstanta kesetimbangan untuk reaksi pembentukan etil asetat adalah
2.085 × 1058 .
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐶𝐻2 𝐶𝐻3 ]1
𝐾=
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]1 [𝐶𝐻3 𝐶𝐻2 𝑂𝐻]1
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐶𝐻2 𝐶𝐻3 ]1
2.085 × 1058 =
[0.24]1 [0.58]1
[𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐶𝐻2 𝐶𝐻3 ] = 2.902 × 1057
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
25