Laporan Steril Talk Steril
Laporan Steril Talk Steril
Kelompok B1-4
Nabila (122210101062)
BAGIAN FARMASETIKA
2015
I. TUJUAN PRAKTIKUM
II. PRAFORMULASI
1. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
Talk steril biasanya digunakan sebagai pelumas dan diluents dalam tablet dan
kapsul,selain itu talk juga berfungsi sebagai agent pleurodosis jika degunakan dengan
dosis 5g sedangkan untuk 2g bisa digunakan sebagai agen pneumtoraks.eek lain dari
sediaan ini adalah ditjukan untuk komplikasi kardiovaskular bahkan kegagalan
pernafasan(martindale 36th edition,page 166)
2. Tinjauan sifat fisika kimia bahan obat
a. Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pearut (FI IV,1995)
Dan praktis tidak larut dalam air,alkohol dan asam atau alkali
hidrokida(Bp,2008)
b. Stabilitas :
Talk merupakan bahan yang stabil dan dapat disterilkan hingga suhu 1608
celciusdengan tidak kurang dari 1 jam
Stabil pada pH 7-10 yaitu dalam suasana basa
Talk diabsorbsi air dalam jumlah yang tidak signifikan pada suhu 25 ℃
dengan kelembapan relative 90%
Talk disimpan dalam wadah tertutup dan kering(handbook of
excipient,page 729)
3. Cara sterilisasi
Disterilkan pada peanasan kering pada suhu 180 ℃ selama kurang dari 30
menit
Disterilisasi dengan menggunakan gas etilen oksida
Disterilkan dengan radiasi sinar gamma (γ) (handbook of excipient,page
729)
4. Inkompatibilitas
Incompatible dengan senyawa ammonium kuartener (handbook of excipient,page
729)
5. Cara penggunaan dan Dosis
Cara penggunaan : diaplikasikan kedalanm rongga pleura,talk steril
dilarutkan kedalam dapar saline 100 ml NaCl 0,9 kemudian diambil
dengan syringe yang dipasang pada chest tube,dan meminta pasien
bernafas beberapa kali agar larutan tertarik pada rongga pleura
Dosis : 5 mg untuk efusi pleura dan 2 mg untuk Pneumotoraks.
III. FORMULASI
1. Permasalahan dan Penyelesaian
Permasalahan : metode sterilisasi berdasarkan pustaka adalah sterilisasi
gas. Gas yang digunakan merupakan gas etien oksida (HPE : 128). Gas ini
mudah menguap dan terbakar. Selain iu residu etilen oksida merupakan bahan
toksik yang harus dihilangkan dari bahan-bahan yang disterilkan setelah
proses sterilisasi, perlu dilakukan perlindungan pada personel dari efek
berbahaya gas ini.
Penyelesaian : menggunakan metode sterlisasi yang lainnya, yakni
menggunakan sterilisasi panas kering (oven) pada suhu 1600 C tidak lebih dari
1 jam (HPE, 2006)
timbang talk : 10 g x 2 = 20 g
Cara Sterilisasi : dengan nggunakan metode panas kering dengan oven pada suhu
1600C tidak kurang dari 1 jam.
IV. PELAKSANAAN
1. Penyiapan Alat
a. Alat-alat yang digunakan
Pengeringan alat
Pembungkusan alat
Beaker glass, Erlenmeyer, gelas ukur mulut ditutup rapat dengan kertas
perkamen lalu diikat dengan tali
2. Cara Kerja
4. Etiket
5. Kemasan
V. HASIL PENGAMATAN
R/ Talk 10 g
Pleurodesis
Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis baik secara kimiawi,
mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk mencegah akumulasi cairan maupun
udara dalam rongga pleura. Pleurodesis merupakan terapi simptomatis jangka panjang
serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan aktivitas kehidupan sehari-hari,
sehingga pleurodesis dapat dilakukan untuk terapi paliatif pada penderita efusi pleura
ganas. (Amin et al, 2007)
Secara umum tujuan dilakukannya pleurodesis adalah untuk mencegah berulangnya
efusi berulang (terutama bila terjadi dengan cepat), menghindari torakosintesis berikutnya
dan menghindari diperlukannya insersi chest tube berulang, serta menghindari morbiditas
yang berkaitan dengan efusi pleura atau pneumothoraks berulang. Efusi pleura ganas
merupakan indikasi paling utama pada pleurodesis. Hal ini disebabkan karena kurang
efektifnya terapi tumor lanjut sedangkan terapi paliatif perlu dilakukan untuk mengurangi
gejala pada pasien. Tidak ada kontraindikasi absolut untuk pleurodesis. Meskipun
demikian, perlu dipertimbangkan kemungkinan tingkat keberhasilan prosedur pada pasien
serta risiko dilakukannya prosedur agar pasien mendapat manfaat optimal dari tindakan
yang dilakukan. Penggunaan teknik yang tepat, agen sklerosis dan kriteria pemilihan
pasien merupakan hal yang menentukan keberhasilan tindakan. (Amin et al, 2007).
Beberapa agen yang sering digunakan diantaranya adalah talk (baik dalam bentuk
poudrage atau slurry), corynebacterium parvum, tetracyclin (atau derivatnya terutama
doxyciclin), bleomycin, quinacrin, silver nitrate, povidon iodin. (Amin Z et al, 2007)
Bahan atau obat yang digunakan untuk pleurodesis antara lain :
1. Nitrogen mustard
Nitrogen mustard adalah obat antineoplastik yang paling sering digunakan dan
cukup efektif sampai 87% (Dekade 1960-1970). Semula diduga bahwa efikasi
obat antineoplastik disebabkan oleh efek antitumornya, ternyata terbukti bahwa
pleurodesis terjadi walau tumornya tidak terkontrol sehingga pleurodesis yang
terjadi dihubungkan dengan efek fibrosis obat antitumor tersebut.
2. Mitoxantron
Merupakan obat antineoplastik yang digunakan sebagai bahan pleurodesis,
namun tidak lagi direkomendasikan karena dosis yang dipakai harus cukup tinggi
untuk dapat menimbulkan perlekatan pleura parietal dan visceral.
3. Tetrasiklin
Pada decade 1980 tetrasiklin adalah obat yang paling sering digunakan
terutama karena penelitian pada kelinci terbukti merupakan bahan yang paling
efektif
4. Talk
Talk dapat diberikan baik dalam bentuk aerosol (Insuflasi) atau suspensi (slurry)
5. Darah pasien sendiri
Memberikan darah pasien sendirir (autoglous blood) dengan dosis 1ml/kg BB,
talk slurry 70 mg/ml/kg BB dan doksisiklin 10 mg/ml/kg BB melalui kateter
thoraks.
6. Fibrin glue
Fibrin glue disiapkan dalm dua spuit, yaitu satu spuit berisi 2500 unit
trombinbovine topical dalam 5 ml kalsium klorida 10% dan satu spuit lagi berisi 5
ml cryoprecipitate.
7. OK-432
Pada penelitian menggunakan OK-432 (preparat streptococcus pyogenes) dan
doksorubisin pada 20 pasien dengan efusi pleura ganas yang telah terbukti secara
sitologis. Kateter toraks 20F diinsersikan kedalam rongga pleura dengan anastesi
local, kateter dihubungkan dengan sistim salir gembok air (WSD). Setelah 4 jam
klem dibuka dan WSD dihubungkan dengan continous suction sampai jumlah
cairan pleura < 100-150 ml/hari.
8. Bleomicin
Bleomicin 60 mg dalam 100 CC Nacl 0,9%.
9. Talk slurry
Menggunakan Talk slurry 4 gram, paket talk steril disiapkan dengan 30 ml
Nacl 0,9% dan 10 ml lignokain. Talk dicampur dan diaduk dengan perlahan dalam
kondisi steril kemudian dimasukan kedalam spuit 50 ml. prosedur secara bedside,
campuran tersebut dimasukan kedalam kateter torak kedalam rongga pleura,
kemudian kateter dibilas dengan Nacl 0,9% secukupnya dan WSD diklem. Pasien
diperintahkan untuk tidur dalam posisi lateral dekubitus kanan dan kiri setiap 15
menit dalam 2 jam, lalu kateter toraks dibuka klemnya dan dihubungkan dengan
continous suction dengan tekanan-20 cm H20 selama 24 jam (Swidarmoko, 2010)
Sterilisasi talk dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu sterilisasi gas, radiasi,
dan panas kering (HPE). Metode sterilisasi gas yaitu menggunakan gasa etilen oksdia.
Prinsip dari metode ini adalah terjadinya alkilasi gugus hidrogen pada sel
mikroorganisme diganti dengan gugus alkil sehingga mengganggu metabolisme bakteri
dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian (lisis) pada bakteri, namun metode ini
tidak dapat dilakukan karena gas etilen oksida bersifat toksik, mudah terbakar apabila
kontak dengan oksegen, dan dapat menimbulkan efek sakit pada mata, saraf dan darah.
Hal tersebut dapat membahayakan praktikan (Hadioetomo, 1985).
Metode sterilisasi selanjutnya adalah menggunakan radiasi. Mekanisme metode ini
adalah terjadinya ionisasi molekul seluler yang vital pada bakteri (asam nukleat), enzim
dan protein. Serta reaksi radikal bebas pada cairan sel (-OH-) sehingga dapat memutus
ikatan phospodiester pada DNA bakteri.Metode ini tidak dapat dilakukan saat praktikum
karena butuh biaya tinggi dan harus ada perlindungan pada operator agar tidak terkena
radiasi sinar (Hadioetomo, 1985).
Metode yang dipilih pada praktikum pembuatan talk steril adalah metode sterilisasi
menggunakan panas kering karena talk stabil terhadap pemanasan. Sterilisasi dengan
oven tidak akan membuat talk rusak. Selain itu sterilisasi ini tidak mengandung uap air
yang dapat menetes pada talk yang dapat menyebabkan talk menjadi basah.
Prinsipnyabadalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai
kering (Durgin dan Zachary, 2004). Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara
sehingga menyebabkan mikroba mati. Kelebihan lainnya adalah peralatannya yang
murah. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan panas yang tinggi dan waktu yang
lebih lama (Hadioetomo, 1985).
Sediaan serbuk talk steril sebagai agen sklerosan untuk intrapleural menurut FDA
dikemas dalam dosis tunggal dalam botol gelas 100 mL dengan tutup flip-flop. Setiap
botol mengandung minimal 5 g talk steril dengan komposisi 95% talk magnesium silikat
hidrat (Mg3Si4O10(OH)2) bebas asbes. Talk dipilih sebagai agen sklerosan dan
pleurodosis karena memiliki efektivitas tinggi dan harga murah (FDA). Ukuran partikel
talk yang aman untuk agen pleurodosis dan memiliki aktivitas antiinflamasi adalah <5
µm. Namun, tidak ada standar baku mengenai produksi talk sehingga talk memiliki
variasi pada komposisi dan ukuran partikel. (Strausz, tanpa tahun). Talk untuk
pleurodosis perlu disterilkan terlebih dahulu karena merupakan bahan alam, sehingga
mudah terkontaminasi oleh beberapa mikroba yaitu Clostridium tetani, Cl. Welchii dan
Bacillus anthracis (Sweetman, 2009).
Praktikum materi dua mengenai pembuatan sediaan serbuk talk steril diawali dengan
sterilisasi alat. Alat yang digunakan yaitu alat gelas dan alumunium. Setelah alat-alat
telah disterilisasi, dilakukan pembuatan sediaan talk steril. Talk steril dibuat dengan
sterilisasi akhir dilakukan dengan menimbang talk sebanyak 10 g masukkan ke dalam
wadah bersih dan ditutup. Talk yang dikemas diamati terlebih dahulu teksturnya, jika
menggumpal maka perlu digerus terlebih dahulu. Sterilisasi akhir talk steril bersamaan
dengan wadah primernya dengan metode panas kering meggunakan oven pada suhu
180° C selama 30 menit. Prinsip dasar dari sterilisasi dengan panas kering yakni proses
sterilisasi dengan konduksi panas, panas akan diabsorpsi permukaan material kemudian
disalurkan pada lapisan berikutnya sehingga didapatkan panas yang merata ke seluruh
permukaan material. Mekanisme pembunuhan mikroorganisme dengan menggunakan
metode ini melalui destruksi lambat protein mikroorganisme (oksidasi protein
mikroorganisme ). Sebelum bahan obat (talk dan botol) dimasukkan dalam oven, oven
dipanaskan sesuai dengan suhu yang diinginkan.
Amin, dan Masna. 2007. Indikasi dan Prosedur Pleurodesis. Majalah Kedokteran
Indonesia. Vol. 57
Amin. Zulfakmi dan Masna. Ina. 2007. Indikasi dan Prosedur Pleurodesis. Volume 57,
No. 4
Sweetman, S. 2009. Martindale: the Complete Drug Reference 36th edition. London:
Pharmaceutical Press.