Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk
yang tinggi, masih menghadapi masalah tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, AKI di Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup,danangka kematian
balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan Indonesia,
2012).Hal ini masih jauh jika dibandingkan dengan target SDGs tahun 2030, yaitu AKI
70/100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal (AKN) 12/1000 kelahiran hidup,
dan 25/1000 kelahiran hidup untuk AKB, Indonesia masih harus berusaha mengejar
ketertinggalannyakarena masih jauh dari target SDGs.
Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri
langsung yaitu perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11 %, sedangkan
penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5 % dan lain – lain 11 % (WHO, 2007).
Infeksi bisa berasal dari komplikasi atau penyulit kehamilan seperti febris,
kromioamnionitis, infeksi saluran kemih dan sebanyak 65% adalah karena KPD
(Muntoha,dkk.,2013).
Angka mortalitas akibat persalinan letak sungsang sebanyak 15 kasus (7%),
morbiditas 10 kasus (4,6%) sedangkan kebanyakan kasus tidak dijelaskan hasil akhir dari
bayi yang lahir sebanyak 189 kasus (88,33). Mortalitas kasar pada janin berkisar 10-20%.
Sebab utama kematian bayi ialah prematuritas. Resiko untuk janin pada presentasi
bokong lebih besar dibandingkan dengan presentasi kepala. Kompliksi pada ibu,
persalinan sungsang dengan penyulit, terdapatpeningkatan resiko pada ibu, manipulasi
manual di dalam jalan lahir akan meningkatkan risiko infeksi pada ibu, perasat-perasat
intrauterine terutama pada segmen bawah rahim uterus yang menipis atau pelahiran
afteroming head pada serviks yang belum membuka penuh dapat mengakibatkan rupture
uteri. Laserasi serviks atau keduanya. Manipulasi seperti ini dapat memperluas
episiotomy dan robekan perineum yang dalam (Matrica D.G Silinaung dkk, 2016).

Ketuban pecah dini (KPD) dapat meningkatkan angka kejadian morbiditas dan
mortalitas pada ibu dan janin.Kejadian KPD dapat menimbulkan beberapa masalah bagi
ibu maupun janin, misalnya pada ibu dapat menyebabkan infeksi puerperalis/masa nifas.
Dry labour/partus lama, dapat pula menimbulkan perdarahan post partum, morbiditas dan
mortalitas maternal, bahkan kematian (Cunningham, 2006).

Menurut Human Development Report (2010) angka kejadian KPD di dunia


mencapai 12,3% dari total angka persalinan, semuanya tersebar terutama di negara
berkembang di Asia seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Laos (Stanton,
2007).Insidensi KPDdi Indonesia berkisar 4,5% sampai 7,6% dari seluruh kehamilan.
Insidensi KPD terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya
bervariasi 6-19%. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan (Sualman, 2009).

KPD didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal


ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD.KPD
merupakan suatu kejadian obstetrik yang banyak ditemukan, dengan insiden sekitar
10,7% dari seluruh persalinan, 94% diantaranya terjadi pada kehamilan cukup bulan. Ini
terjadi pada sekitar 6-20% kehamilan. Apabila terjadi sebelum kehamilan aterm maka
lebih banyak masalah daripada terjadi pada kehamilan aterm (Prawirohardjo, 2010).

KPD merupakan masalah yang masih kontroversial dalam kesehatan. Penanganan


yang optimal dan yang baku belum ada bahkan selalu berubah. KPD merupakan salah
satu penyulit dalam kehamilan dan persalinan yang berperan dalam meningkatkan
kesakitan dan kematian meternal-perinatal yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi,
yaitu selaput ketuban yang menjadi penghalang masuknya kuman penyebab infeksi sudah
tidak ada sehingga dapat membahayakan bagi ibu dan janinnya.Persalinan dengan KPD
biasanya dapat di sebabkan oleh primi/multi/grandemulti, overdistensi (hidroamnion,
kehamilan ganda), disproporsio sefalo pelvis, kelainan letak (lintang dan sungsang). Oleh
sebab itu, KPD memerlukan pengawasan yang ketat dan kerjasama antara keluarga dan
penolong (perawat) karena dapat meyebabkan bahaya infeksi intra uterin yang
mengancam keselamatan ibu dan janinnya. Dengan demikian, akan menurunkan atau
memperkecil risiko kematian ibu dan bayinya (Manuaba, 2009).

Penyebab kematian menunjukan bahwa pelayanan obstetric dan neonatal darurat


serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menjadi sangat penting dalam
upaya penurunan kematian ibu. Mengingat komplikasi yang terjadi akibat persalinan
sungsang,sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan, untuk itu diupayakan
beberapa usaha untuk menghindari terjadinya persalinan dengan presentasi bokong adalah
dengan cara knee-chest position untuk mengubah presentasu bokong menjai presentasi
kepala. Selain itu faktor penolong persalinan juga mempunyai peranan penting dalam
penanganan persalinan dengan presentasi bokong walaupun sebagian besar perempuan
bersalin di rumah, tenaga terlatih dapat membantu mengenali kegawatan medis dan
membantu keluarga untuk mencari perawatan darurat.
Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim
dengan kepala berada di fundus dan bokong di bawah. Persalinan pada bayi dengan
presentasi sungsang dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada
pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah atau di bagian pintu
atas panggul. Pada letak sungsang berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama
makin besar, dimulai lahirnya bokong, bahukemudian kepala. Pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup
bulan sebagian besar janin ditemukan dalam presentasi kepala. Pada presentasi bokong
baik ibu dan janin mengalami peningkatan resiko yang besar dibandingkan dengan
presentase kepala. Peralinan letak sungsang dengan prematuritas memiliki morbilitas dan
mortalitas lebih tinggi. (Norma. N dkk, 2013).
Letak sungsang tentunya dapat mempengaruhi proses persalinan. Jika yang terjadi
adalah presentasi bokong murni, maka persalinan normal masih relatif mudah pada
multipata. Sedangkan jika yang terjadi adalah presentasi kaki, pada saat ketuban pecah
spontan mungkin saja tali pusat ikut keluar (prolapsus tali pusat), jika tidak segera
dilakukanan persalinan, janin mungkin tidak diselamatkan, untuk mencegahnya
persalinan dapat dilakukan dengan cara seksio caesaria. Walaupun demikian terapi terbaik
adalah pencegahan. Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga adalah penting.
Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak
ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Penyebab letak sungsang antara
lain disebabkan oleh prematuritas karena bentuk rahim relatife kurang lonjong, air
ketuban masih banyak dan kepala relatif besar, hidramnion karena anak mudah bergerak,
plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul, bentuk
rahim abnormal, kelainan bentuk kepala anemsefalus (Lia Yulianti dkk, 2014:241).

Sehubungan dengan adanya masalah yang cukup besar dari KPD terhadap AKI
dan AKB dalam meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas khususnya di BPM, serta
dalam data dan kajian klinik yang dilakukan kelompok dalam praktik klinik kebidanan
kegawatdaruratan maternal neonatal, maka penulis tertarik untuk mengambil kasus
tentang asuhan kebidanan ibu hamil dengan KPD di BPM Citung Supriyati, Gunungkidul,
Yogyakarta dengan pokok bahasan pada kasus asuhan kebidanan kehamilan yang
dilakukan pada Ny. R usia 26 tahun, G1P0Ab0Ah0 UK 38+5 minggu dengan KPD .

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami asuhan keperawatan patologis pada ibu hamil dengan KPD serta
letak sungsang

2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami, identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan
penanganan pada ibu hamil dengan KPD serta letak sungsang
b. Mampu memahami perencanaan asuhan keperawatan secara menyeluruh pada
ibu hamil dengan KPD serta letak sungsang
c. Mampu memahami pelaksanaan asuhan pada ibu hamil dengan KPD serta
letak sungsang
d. Mampu memahami evaluasi pada ibu hamil dengan KPD serta letak sungsang
C. Manfaat
1. Bagi Instansi
Makalah seminar kasus asuhan keperawatan di ruang kamar bersalin RSUD
Dr. Iskak Tulungagung terhadap kasus Ny I usia 39 tahun UK 38+ 5 minggu G3P2A002
dengan KPD serta letak sungsang diharapkan dapat menjadi perbandingan antara
asuhan yang diberikan dengan kasus yang ada dengan teori.
2. Bagi Tenaga Kesehatan di RSUD Wonosari
Makalah seminar kasus asuhan keperawatan di ruang kamar bersalin, RSUD
Dr. Iskak Tulungagung terhadap kasus Ny I usia 39 tahun UK 38+ 5 minggu G3P2A002
dengan KPD serta letak sungsang diharapkan dapat menjadi menjadi perbandingan
antara asuhan yang diberikan dengan kasus yang ada dengan teori.
3. Bagi Bidan
Makalah seminar kasus asuhan keperawatan di ruang kamar bersalin, RSUD
Dr. Iskak Tulungagung terhadap kasus Ny I usia 39 tahun UK 38+ 5 minggu G3P2A002
dengan KPD serta letak sungsang diharapkan dapat menjadi acuan dan pengalaman
apabila menemui kasus yang sama.

4. Bagi Mahasiswa
Makalah seminar kasus asuhan keperawatan di ruang kamar bersalin, RSUD
Dr. Iskak Tulungagung terhadap kasus Ny I usia 39 tahun UK 38+ 5 minggu G3P2A002
dengan KPD serta letak sungsang diharapkan dapat menjadi acuan dan pengalaman
apabila menemui kasus yang sama.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Ketuban pecah dini ( KPD ) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu. Ketuban pecah
dini adalah rupturnya membran ketuban sebelum persalinan berlangsung ( Manuaba,
2010 ). Ketuban pecah dini dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu. Ketuban pecah dini preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
lahir.
B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya nfeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik
( Saifuddin, 2010).
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis
servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda
dan hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di
atasostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C
rendah, kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut
fase laten
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan
letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas
panggulyang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah,
kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asendendari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinyaketuban pecah dini

Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI RSCM


( 2012 ), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:

1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda,
hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian
terendah belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketubandalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi
( hidraamnion, kehamilan ganda ), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak
lintang, sunsang, atau pendular abdomen ( Manuaba, 2009 ).
C. Patofisiologis dan pathways
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan
konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan
PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada
infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu
sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating
factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janinyang ditemukan dalam
cairan amnion , secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin
yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban . Banyak flora servikoginal komensal dan
patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan
netrofil dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia
juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi
plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban pecah dini.
D. Manifestasi klinis
1) Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
2) Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.
3) Cairan ini tidak akan berhenti atu kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak dibawa biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara.
4) Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
beramba cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.(Nugroho, Dr.
Taufan. 2010)
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer ( 2009) antara lain :
a. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
c. Janin mudah diraba
d. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
e. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering

Gravida

Pathways
His Ketuban Pecah Dini
yang berulang

Peningkatan kontraksi dan pembukaan serviks


Kanalis servikalis selalu tebuka akibat kelainan Kelainan
serviks uteri ( abortus
letak danServiks
riwayatinkompetent
janin (sungsang) kuretase ) Gamely hidramnion

Dilatasi
Pasien tidak mengetahui
Tidak berlebihan
penyebab
adanya serviks
dan akibat
pelindung KPD luaruterus
Ketegangan
dunia denganberlebih
daerah rahim
Mengiritasi nervus pudendalis
Air ketuban terlalu banyak yang keluar

Tidak ada bagian teendah yang menutupi pintu atas panggul yang menghalangi tekanan terhadap membran
DefisitMudahnya
pengetahuan
mikroorganisme
Serviks dan masuk
tidakmudah secara asendens
bisa menahan
Stimulus nyeri Distosia ( Partus Kering )Selaput ketuban menonjol pecah tekanan intraut
Mudahnya pengeluaran air ketuban
Laserasi pada jalan lahir
Nyeri akut
Resiko infeksi
Kecemasan pada ibu terhadap keselamatan janinnya
Rasa mulas
Ansietas
dan ingin mengejanKetuban pecah dini Resti cidera Janin
Pasien melaporkan rasa tidak nyaman

Gangguan Rasa Nyaman

E. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum
usiakehamilan 37 minggu adalah :
1. sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir
2. Resiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu
hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion)
3. Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada
ketuban pecah dini.
4. Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm
5. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD
preterm . kejadianya mencapai hampir 10% apabila KPD preterm ini terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu (Nugroho, Dr. Taufan. 2010).
F. Pemeriksaan penunjang
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di
froniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak
banyak manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan
kemungkinan infeksi asenden dan persalinan prematuritas.
Pemeriksaan penunjang pada ibu hamil adalah :
a. Pemeriksaan leukosit darah, bila > 15.10³ /mm³, kemungkinan ada infeksi b.
b. USG: membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat
janin, letak plasenta, serta jumlah air ketuban.
3. Nilai bunyi jantung, dengan stetoskope laenec atau dengan
foetalphone.
G. Penatalaksanaan medis
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam
merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur
kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu
terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg. Sebagai
gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas
paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu
korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan
prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan
diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid,
sehingga kematangan paru janin dapat terjamin (Manuaba, 2009)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada kasus ini, asuhan kebidanan yang dilakukan pada kasus Ny I usia 39 tahun
UK 38+5 minggu G3P2A002 dengan KPD serta letak sungsang terhadap 7 langkah varney
dan penatalaksanaan sebagian besar sudah sesuai dengan teori yang berhubungan seperti
yang dijelaskan pada bab II. Berikut ini penjelasan singkat tentang hal tersebut:
1. Pengkumpulan data dasar
Pengkumpulan data dasar diperoleh dari riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik
sesuai kebutuhan dan data penunjang/ labolatorium, yaitu; keluhan utama/ alasan
datang (ibu mengatakan cemas), pola aktivitas (kegiatan sehari-hari, seksualitas),
kebiasaan merokok, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan genetalia,
pemeriksaan kemajuan persalinan.

2. Identifikasi diagnosis/ masalah potensial


Identifikasi diagnosis/ masalah potensial dilakukan pada ibu yang menjadi
data penunjang yaitu ibu melakukan aktivitas berat, iIbu menjadi perokok pasif,
pemeriksaan tanda-tanda vital normal, pemeriksaan genetalia ada air ketuban yang
rembes, pemeriksaan kemajuan persalinan tidak ada kemajuan. Sehingga dapat dibuat
kesimpulan dalam bentuk analisis pada kasus asuhan kebidanan pada ibu hamil ini
yaitu Ny I usia 39 tahun UK 38+5 minggu G3P2A002 dengan KPD serta letak sungsang.
3. Identifikasi dan penetapan kebutuhan dengan penanganan segera
Masalah yang muncul dari kasus ini yaitu kecemasan yang dialami oleh ibu.
Masalah potensial yang mungkin muncul adalah syok. Diagnosa pada kasus adalah
Ny I usia 39 tahun UK 38+5 minggu G3P2A002 dengan KPD serta letak sungsang
Diagnosa potensial yang mungkin timbul yaitu risiko infeksi, nyeri persalinan dan
ketidakefektifan pemberian Asi.

4. Perencanaan asuhan secara menyeluruh


Perencanaan asuhan yang dilakukan dalam wewenang perawat yaitu:
a. Melakukan observasi pada ibu
b. Melakukan observasi pemeriksaan TTV pada ibu
c. Memberikan KIE pada ibu
5. Pelaksanaan asuhan
Pelaksanaan asuhan yang telah dilakukan perawat kepada ibu yaitu:

a. Melakukan observasi pada ibu


b. Melakukan observasi pemeriksaan TTV pada ibu
c. Memberikan KIE pada ibu
Hal ini menandakan bahwa perencanaan asuhan dengan pelaksanaan asuhan perawat
yang dilakukan pada kasus telah sesuai.
6. Evaluasi
Dari asuhan yang diberikan pada ibu terhadap perencanaan dan penatalaksanaannya
sudah sesuai dengan teori yang ada. Kemajuan persalinan juga baik sehingga dalam
follow up yang dilakukan bayi lahir dengan selamat dan ibu juga selamat.
Asuhan kebidanan pada ibu hamil kasus Ny I usia 39 tahun UK 38+ 5 minggu
G3P2A002 dengan KPD serta letak sungsang baik di BPM Citung Supriyati dan di RSUD
Wonosari menurut follow up sudah sesuai dengan SOP yang ada.

B. Saran
1. Bagi Instansi
Asuhan keperawatan di RSUD Dr. Iskak terhadap kasus Ny I usia 39 tahun
UK 38+5 minggu G3P2A002 dengan KPD serta letak sungsang ini sudah sesuai dengan
teori jika dilihat sesuai dengan kewenangan BPM sebagai pelayanan primer. Hal ini
sebaiknya terus dipertahankan dan didisiplinkan karena hal tersebut adalah penting.
Namun ada pula hal yang sebaiknya dilakukan dalam pemeriksaan data
objektif sebagai pemeriksaan penunjang untuk menegakkan lebih pasti kasus KPD,
yaitu dilakukan uji lakmus terhadap cairan yang keluar dari jalan lahir ibu.
2. Bagi Tenaga Kesehatan di RSUD Dr. Iskak
Asuhan kebidanan di RDUD Dr. Iskak terhadap kasus Ny I usia 39 tahun UK
38+5 minggu G3P2A002 dengan KPD serta letak sungsang ini sudah sesuai dengan teori.
Hal ini sebaiknya terus dipertahankan agar penanganan pada kasus-kasus patologis
termasuk KPD dapat tertangani dengan baik dan sesuai dengan prosedur SOP yang
berlaku.

3. Bagi Bidan
Bidan sebaiknya mampu memahami dan menerapkan penatalaksanaan
penanganan yang menjadi kewenangan bidan pada kasus-kasus patologis termasuk
KPD agar dapat tertanganikasus-kasus patologis dengan baik dan sesuai dengan
prosedur SOP yang berlaku.
4. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa sebaiknya mampu memahami dan belajar dari kasus yang ada agar
menjadi pengalaman ketika kelak menjadi bidan dalam menangani kasus-kasus
patologis dengan baik dan sesuai dengan prosedur SOP yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F, G, Mc. Donal Pc. Gant Nf. 2006. Obstetri William. Edisi ke 18. Jakarta:
EGC.
Depkes RI. 2003.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI
Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta.
Yogyakarta: Dinas Kesehatan Yogyakarta
Dinas Kependudukan Jakarta Pusat , 2011. Pedoman Pendataan Survei Sosial Ekonomi
Nasional Tahun 2011. Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat
Departemen Kesehatan, RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia, 2005. Pusat Data Informasi,
Health Statistic. Jakarta
Fadlun, dan Achmad Feryanto. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta; Salemba Medika
Ide Bagus. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedoktera EGC
Kementrian Kesehatan Indonesia. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Krisnadi, dan Sofie. 2009. Prematuritas. Bandung: Refika Aditama
Manuaba, Candradinata.. 2009 . Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Dan Obstetri
Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC
Meilani Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya
Morgan dkk. 2009. Obstetri dan Ginekoligi Panduan Praktik. Jakarta: EGC
Muntoha S. 2013. Hubungan antara Riwayat Paparan Asap Rokok dengan Kejadian KPD
pada Ibu Hamil di RSUD Dr. H. Soewondo. Kendal; Kesehatan lingkungan Indonesia.
Nugroho, dr Taufan. 2012. OBSGYN OBSTETRI dan GINEKOLOGI kebidanan dan
keperawatan . Yogyakarta : Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, AB, 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: EGC.
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal.Jakarta: Salemba Medika
Stanton, E, A. (2007). The Human Development Index : A History. University of
Massachusetts Amhesr: Political Economy Research Institute.
Antonius. 2007. Perawatan Ketuban Pecah Dini. Jakarta : Muha Medika
Apriandy, Wisnu. 2016. Laporan pendahuluan ketuban pecah dini. Bandung
(Https://Www.Academia.Edu//Laporan_Pendahuluan_Ketuban_Pecah_Dini// diakses tanggal
10 januari 2020)
Shobrina, omi.,dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Pasien Dengan Pecah
Ketuban Dini. Semarang.
(https://www.academia.edu/Askep_Pada_Pasien_Dengan_Ketuban_Pecah_Dini// diakses
tanggal 10 januari 2020 )
Ugrahini, Maharrani, T. & Yunita, E. 2017. Hubungan Usia, Paritas Dengan Ketuban Pecah
Dini Di Puskesmas Jagir Surabaya, Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, pp. 102-108

Anda mungkin juga menyukai