Pertanyaan Tutorial
Pertanyaan Tutorial
Trauma kepala
Perdarahan di otak
Peradangan di otak
Keganasan
Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam basa atau elektrolit yang
mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi
neuron.
Neuron-neuron bersifat hipersensitif (Hartanto, 2005).
Serangan kejang epilepsi akan muncul apabila sekelompok kecil neuron abnormal
mengalami depolarisasi yang berkepanjangan dengan terjadinya cetusan potensial aksi secara
cepat dan berulang-ulang. Cetusan listrik ini akan mengajak neuron-neuron sekitarnya atau
neuron yang terkait di dalam proses. Secara klinis serangan kejang akan tampak apabila cetusan
listrik dari sejumlah neuron abnormal muncul secara bersama-sama di dalam otak. Aktivitas
listrik ini akan menimbulkan berbagai macam jenis serangan seizure yang berbeda, tergantung
pada daerah dan fungsi otak yang terkena maupun yang terlibat. Sehingga epilepsi menghasilkan
manifestasi yang bervariasi (Hantoro, 2013).
4. Pemeriksaan fisik kejang
Pemeriksaan fisik harus menapis sebab sebab terjadinya serangan kejang dengan
menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada pasien yang berusia
lebih tua sebaiknya dilakukan auskultasi didaerah leher untuk mendeteksi adanya
penyakit vaskular. pemeriksaan kardiovaskular sebaiknya dilakukan pada pertama kali
serangan kejang itu muncul oleh karena banyak kejadian yang mirip dengan serangan
kejang tetapi penyebabnya kardiovaskular seperti sinkop kardiovaskular. Pemeriksaan
kulit juga untuk mendeteksi apakah ada sindrom neurokutaneus seperti “ café au lait
spots “ dan “ iris hamartoma” pada neurofibromatosis, “ Ash leaf spots” , “shahgreen
patches” , “ subungual fibromas” , “ adenoma sebaceum” pada tuberosclerosis, “ port -
wine stain “ ( capillary hemangioma) pada sturge-weber syndrome. Juga perlu dilihat
apakah ada bekas gigitan dilidah yang bisa terjadi pada waktu serangan kejang
berlangsung atau apakah ada bekas luka lecet yang disebabkan pasien jatuh akibat
serangan kejang, kemudian apakah ada hiperplasi ginggiva yang dapat terlihat oleh
karena pemberian obat fenitoin dan apakah ada “dupytrens contractures” yang dapat
terlihat oleh karena pemberian fenobarbital jangka lama.
Pemeriksaan neurologi meliputi status mental, “gait“ , koordinasi, saraf kranialis, fungsi
motorik dan sensorik, serta refleks tendon. Adanya defisit neurologi seperti
hemiparese ,distonia, disfasia, gangguan lapangan pandang, papilledema mungkin dapat
menunjukkan adanya lateralisasi atau lesi struktur di area otak yang terbatas. Adanya
nystagmus , diplopia atau ataksia mungkin oleh karena efek toksis dari obat anti epilepsi
seperti karbamasepin,fenitoin, lamotrigin. Dilatasi pupil mungkin terjadi pada waktu
serangan kejang terjadi.” Dysmorphism “ dan gangguan belajar mungkin ada kelainan
kromosom dan gambaran progresif seperti demensia, mioklonus yang makin memberat
dapat diperkirakan adanya kelainan neurodegeneratif. Unilateral automatism bisa
menunjukkan adanya kelainan fokus di lobus temporalis ipsilateral sedangkan adanya
distonia bisa menggambarkan kelainan fokus kontralateral dilobus temporalis.
Pemeriksaan minimum untuk kejang tanpa demam pada anak menurut Ngastiyah
(2000: 233) meliputi: 1. Glukosa puasa: Batas normalnya lebih dari 10 g/dl.
Hipoglikemia dapat menjadi faktor presipitasi kejang. 2. Kalium: Batas normal kalium
laki-laki 1,0 - 1,2 mmol/ L. Bila ada kerusakan jaringan, kalium akan keluar dari sel dan
masuk ke dalam cairan ekstraseluler. Jika penurunan kalium dalam urine dapat
menunjukan hiperkalemia (serum kalium meningkat) dan sebaliknya. 3. Natrium : Batas
normal natrium laki-laki 135 - 145 mmol/ L. Pada cairan ekstraseluler kadar natrium
urine biasanya rendah dan kadar natrium serum rendah tidak normal / normal akibat
memodilusi atau kadar meningkat. 4. EEG (Elektroensefalografi) adalah suatu cara untuk
melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi dengan baik, mengukur aktivitas otak.
Gelombang otak untuk menentukan karakteristik dari gelombang pada masing-masing
tipe dari aktifitas kejang. 5. Pemeriksaan scan CT adalah suatu prosedur yang digunakan
untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
Apa yang harus dilakukan jika seseorang mengalami serangan tanpa kejang.
1. Dampingi penderita tersebut. Biarkan serangan berhenti sendiri, Coba terangkan kejadian
yang terjadi pada orang sekitarnya
2. Jauhkan benda-benda berbahaya
3. Jangan menahan gerakan penderita tersebut
4. Secara perlahan jauhkan penderita dari bahaya
5. Setelah serangan, ajak penderita bicara dan tetaplah bersamanya sampai kesadaran benar-
benar pulih
"Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut," bilang
Merry. Dokter akan mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang pertama datang.
Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang lagi, meski cuma dalam beberapa detik, maka untuk
selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis baik. Artinya, tak terjadi kelainan neurologis
dan mental. Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi kejang lagi?
"Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun pertama."
Pokoknya, jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring adalah selama tiga tahun
setelah kejang. Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas
kejang. Anak-anak yang bebas kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya
akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak yang memang sejak lahir sudah memiliki
kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala besar (makrosefali), serta
jika ada tumor di otak
• Hubungan antara nyeri kepala dan kejang adalah multifaktorial dan belum dimengerti
dengan baik
• Menurut suatu studi, penderita dengan epilepsi, mempunyai kecendrungan menderita
nyeri kepala migren 2,4 kali lebih banyak dibandingkan dengan dengan mereka yang
tidak mempunyai riwayat keluarga epilepsi.
• Gambaran nyeri kepala yang sering timbul pada epilepsi adalah nyeri kepala migren,
tension-type headache(TTH), dan nyeri kepala yang tidak terklasifikasi
• Pada kejang ( epilepsi) ketidakseimbangan neuron eksitasi ( glutamate dan aspartate )
dengan neuron inhibisi (GABA) dimana opada saat serangan kejang neuron eksitasi
meningkat
• Kadar glutamate yang berlebihan akan merangsang terjadinya serangan migraine dimana
glutamate berhubungan dengan proses CSD
• migraine sendiri terjadi karna adanya proses CSD aktivasi korteks oksipital
memperngaruhi trigeminovaskuler melepas neuropeptide nosiseptor terangsang
nyeri dihantarkan ke korteks cerebri
11. Bagaimana edukasi pada orang tua bila terjadi kejang di rumah
• Pada anak usia <3 tahun atau anak dengan gangguan kognitif atau untuk pasien
• pasien anak yang tidak dapat dinilai dengan skala lain, digunakan FLACC Behavioral
Tool. FLACC singkatan dari Face, Legs, Activity, Cry, and Consolability
• Pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas
nyerinya dengan angka, digunakan Wong Baker FACES Pain Scale
• Untuk pasien anak >8 tahun dan dewasa digunakan VAS (Visual Analog Scale)
Alur diagnosis kejang
KEJANG
Anamnesis : Pemeriksaan fisik:
Apakah serebral atau non serebral Tentukan ada tidaknya deficit
(penurunan kesadaran selama kejang neurologis (kesadaran menurun,
atau sadar selama kejang) parase, spastisitas) , trismus
Didahului demam atau tidak
Riwayatkejang rekuren tanpa demam
tidak
J==
Riwayat Riwayat kejang
Kejang demam Bukan kejang demam sebelumnya/rekuren,
demam keluarga dg kejang
ya
sama
Berapa kali kejang, tidak Demam penurunan ya
lama kejang kesadaran atau epilepsi
deficit neurologis tidak
lainnya
Kejang demam Kejang demam Infeksi ya Diagnosis banding :
sederhana kompleks ekstrakranial Proses desak ruang : tumor
Infeksi int otak, pendarahan
intraserebral
racranial
DD: meningitis Keracunan: organophospat
Ensefalitis/meningoe Ensefalopati metabolic :
nsefalitis
hipoksia otBerapa kali
Abses serebri
kejang, lama kejang
Demam penurunan
kesadaran atau deficit
CEPALGIA neurologis lainnya
Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial, sentral atau nyeri fasial primer
Nyeri kepala menetap selama kurang dari 6 bulan yang tidak memberi respons terhadap
pengobatan
Nyeri kepala kronis progresif, makin sering dan makin berat
Nyeri kepala disertai gejala neurologis abnormal, terutama bila disertai edema papil,
nistagmus, gangguan gerak bola mata, gangguan gait, dan gangguan motorik berupa
kelumpuhan atau adanya refleks patologis
Nyeri kepala menetap tanpa adanya riwayat keluarga migren
Nyeri kepala menetap disertai episode bingung, disorientasi, atau muntah
Nyeri kepala menyebabkan anak terbangun dari tidur atau terjadi pada saat bangun tidur
(dapat juga terjadi pada migren)
Riwayat keluarga atau riwayat medis, pemeriksaan klinis atau laboratorium yang
merupakan predisposisi lesi susunan saraf pusat
Lokasi nyeri
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan didalam rongga
tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah
distribusi saraf yang bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua pertiga bagian depan
kranium, di fosa kranium tengah dan depan, serta di supratentorium serebeli dirasakan di
daerah frontal, parietal di dalam atau belakang bola mata dan temporal bawah. Nyeri ini
disalurkan melalui cabang pertama nervus Trigeminus.1
Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di fosa posterior
(misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan ke belakang telinga, di atas persendian
serviko-oksipital atau dibagian atas kuduk. Nervi kraniales IX dan X dan saraf spinal C1,
C2 dan C3 berperan untuk perasaan di bagian infratentorial. Bangunan peka nyeri ini
terlibat melalui berbagai cara yaitu oleh peradangan, traksi, kontraksi otot dan dilatasi
pembuluh darah.1
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga & hidung cenderung di
frontal pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah hebat menunjukkan
kemungkinan massa intrakranial yang membesar (hematoma subdural, anerysma, tumor
otak)
6. Bagaimana anamnesis yang harus ditanyakan pd ps dg cepalgia
Anamnesis
A. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Onset nyeri akut atau kronik, traumatik atau non- traumatik
2) Karakter dan derajat keparahan nyeri, nyeri tumpul, nyeri tajam, rasa terbakar,
tidak nyaman, kesemutan, neuralgia
3) Pola penjaaran / penyebaran nyeri
4) Durasi dan lokasi nyeri
5) Gejala lain yang menyertai misalnya kelemahan, baal, kesemutan, mual/muntah,
atau gangguan keseimbangan / kontrol motorik
6) Faktor yang memperhambat dan memperingan
7) Kronisitas
8) Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk respon terapi
9) Gangguan / kehilangan fungsi akibat nyeri
10) Penggunaan alat bantu
11) Perubahan fungsi mobilitas, kognitif, irama tidur, dan aktivitas hidup dasar
(activity of daily living)
12) Singkirkan kemungkinan potensi emergensi pembedahan, seperti adanya faktur
yang tidak stabil, gejala neurologis progresif cepat yang berhubungan dengan
sindrom kauda ekuina
D. Riwayat pekerjaan
Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang dan rutin
F. Riwayat keluarga
G. Asesmen sistem organ yang komprehensif
1) Evaluasi gejala kardiovaskular psikiatri pulmoner, gastrointestial, neurolgi,
reumatologi, genitourinaria, endokrin dan muskuloskeletal.
2) Gejala kontitusional penurunan berat badan, nyeri malam hari, keringat malam,
dan sebagainya
Tumor otak dan hematom subdural (SDHs) dapat menyebabkan nyeri kepala yang pada awalnya
dibingungkan dengan kemungkinan tension-type headache saat gejala nyeri kepalanya adalah
ringan, bilateral, dan tidak tajam. Hal tersebut dapat memburuk saat ICP meningkat ketika batuk,
menegang, atau membungkk, atau selama tidur REM. Bukti objektif dari peningkatan ICP
(seperti papiledema) bisa jadi tidak akan jelas. Hal yang sama, melokalisir temuan dari
pemeriksaan neurologi dapat tidak jelas, walaupun perubahan kognitif dan kepribadian yang
kecil dapat terlihat. SDH kronik dpat menjadi penyebab peningkatan nyeri kepala yang disertai
dengan letargik dan confusio (Gambar 78-6). Nyeri kepala ditemukan pada lebih dari 80% orang
dengan SDH kronik. SDH terjadi lebih sering pada usia lanjut, pada orang-orang dengan
antikoagolan, dan pengguna alkohol. Tumor otak juga terlihat lebih sering pada orang diatas usia
50 tahun.
8. Dd dari cepalgia