Anda di halaman 1dari 111

KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

MEMASYARAKATKAN
KOPERASI

TANYA JAWAB
PRAKTEK-PRAKTEK AKTUAL PEMBERDAYAAN KOPERASI

-1-
Tim Redaksi
Pengarah : Freddy H. Tulung
Penanggung Jawab : Bambang Wiswalujo
Ketua : Rosmiati
Wakil Ketua : Suminto Yuliarso
Sekretaris : Nurlaili
Anggota : 1. Subroto Hadi Soegondo
2. Rully Nuryanto
3. Adler Bastiyeri
4. Ronny Hendrawan
5. Irianta Narun
6. Sonata Prayojaya
7. Retno Endang Prihartini
8. Mangatas Pasaribu
9. Basuki
10. Totok Sugiyono
11. Dimas Aditya Nugraha
12. Farida Dewi Maharani
13. Lucy Tri Amintasari
14. Budi Harto
15. Heryadi

Narasumber : 1. Deputi Bidang Kelembagaan, KUKM, Untung Tri Basuki
2. Dirjen IKP, Kementerian Kominfo, Freddy H Tulung

Pembuat Artikel : Prijambodo, Asdep Urusan Pengendalian dan Akuntabilitas KUKM,


Kata Pengantar

Koperasi merupakan “soko guru” perekonomian rakyat,


oleh karena itu jika koperasi maju dan kuat, perekonomian
rakyat dengan sendirinya akan terangkat. Sebagai lembaga
yang mengutamakan asas kebersamaan, kekeluargaan dan
gotong-royong, koperasi terbukti mampu mengupayakan dis-
tribusi pendapatan secara adil dan merata. Tidak berlebihan
jika koperasi sering disebut sebagai motor penggerak ke-
makmuran rakyat Indonesia, khususnya golongan ekonomi
lemah.
Secara kuantitatif, dalam tujuh dekade terakhir perkembang­
an koperasi memang luar biasa. Jumlah, jenis, keanggotaan,
maupun kapasitas permodalannya tumbuh pesat. Akan tetapi
perkembangan tersebut belum mampu mencapai target yang
diharapkan pemerintah. Salah satu penyebabnya adalah ka­
rena koperasi itu sendiri belum memasyarakat. Masih banyak
anggota masyarakat yang belum memahami secara kompre-
hensif, apa, mengapa dan bagaimana sesungguhnya ko­perasi.
Rendahnya pemahaman masyarakat tersebut pada ak­hirnya
berpengaruh negatif terhadap minat masyarakat untuk men-
jadi anggota dan berpartisipasi aktif dalam pengembang­an
koperasi.
Di sisi lain, pertumbuhan kuantitas juga belum diimbangi
dengan peningkatan kualitas. Masih banyak koperasi yang
mengalami stagnasi atau bahkan gulung tikar. Kurang maksi-
malnya kinerja sebagian koperasi pada umumnya disebabkan
oleh rendahnya kualitas sumberdaya manusia pengelolanya.
Dan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas sum-
berdaya manusia tidak lain adalah karena rendahnya penge-
tahuan pengelola terhadap koperasi.
Melihat fakta di atas, jelas bahwa dukungan pemerintah
untuk terus memasyarakatkan koperasi sangat diperlukan.
Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika

-i-
melalui Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik
berupaya memperkuat sosialisasi tentang koperasi kepada
masyarakat. Berbagai bentuk dan cara sosialisasi, baik me­
lalui media massa maupun komunikasi tatap muka, diharap-
kan mampu meningkatkan pemahaman masyarakat, peng­
urus, dan para pemangku kepentingan terhadap seluk-beluk
koperasi.
Oleh karena itu, saya menyambut baik penerbitan buku
”Memasyarakatkan Koperasi, Tanya Jawab Praktek-Praktek
Aktual Perkoperasian” ini. Buku ini diterbitkan untuk meleng-
kapi sosialisasi dalam bentuk dan format lainnya yang juga
telah dan akan dilakukan Kementerian Kominfo. Saya ber-
pendapat, buku yang dikemas dalam bentuk tanya-jawab ini
sangat memudahkan masyarakat memahami koperasi secara
utuh-menyeluruh.
Akhir kata, saya berharap semoga penerbitan buku ini ber-
dampak positif bagi para pelaku koperasi. Pada gilirannya,
buku ini mampu mendorong berbagai pihak untuk mewujud-
kan koperasi yang kuat, berdaya, dan mampu berperan seba-
gai mesin pendorong dinamika ekonomi rakyat.

Jakarta, November 2011

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik

Freddy H. Tulung

- ii -
SAMBUTAN
Sebagai khasanah memperkaya pengetahuan dan sum-
ber referensi perkoperasian, maka telah tersusun buku “ME-
MASYARAKATKAN KOPERASI, tanya jawab praktek-praktek
aktual perkoperasian”. Buku ini, memiliki isi dan lingkup yang
menggambarkan dinamika pemberdayaan perkoperasian di
masa kini.

Buku ini dihimpun dari pengalaman praktis di lapangan,


yang dijalankan dan dialami langsung oleh para peserta bim­
bingan teknis (capacity building) perkoperasian yang dilak-
sanakan di Tahun 2011. Mereka adalah para aparat Dinas
yang membidangi urusan Koperasi dan UKM dari 19 provinsi
pada 288 kabupaten/kota serta unsur gerakan koperasi.
Buku ini berisi tentang bahan pembelajaran perkoperasian
yang aktual, praktek implementasi regulasi perkoperasian,
penyelenggaraan bimbingan dan pemberdayaan koperasi,
dan memberikan solusi terhadap permasalahan di lapangan.

Penyebarluasan ide dan praktek-praktek perkoperasian


perlu dilakukan secara terus menerus dan meluas untuk
memperluas pengetahuan perkoperasian. Dalam kaitan itu-
lah, buku ini merupakan salah satu sarana pendukung untuk
memasyarakatkan ide berkoperasi dalam rangka Gerakan
Masyarakat Sadar Koperasi (GEMASKOP) sebagai salah
satu program prioritas Kementerian Koperasi dan UKM.

Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima


kasih, kepada semua pihak khususnya tim fasilitator dan pe-
nyusun buku ini, atas dedikasi dan kesungguhannya mampu
mensintesa praktek-praktek pemberdayaan Koperasi, men-
jadi satu informasi yang lengkap. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Direktorat Jenderal Informasi dan Ko-

- iii -
munikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika,
atas kerjasamanya menerbitkan buku ini, sehingga memper-
cepat penyebarluasan pengetahuan perkoperasian kepada
masyarakat.

Semoga buku ini menjadi sarana untuk memperluas penge-


tahuan perkoperasian.

- iv -
Ringkasan
Eksekutif
“MEMASYARAKATKAN KOPERASI, tanya jawab praktek-
praktek aktual perkoperasian” merupakan himpunan perta­
nyaan dan penjelasan, yang diolah dari pertanyaan, komen-
tar dan sharing pengalaman para peserta bimbingan teknis
perkoperasian yang diselenggarakan Kementerian Koperasi
dan UKM, cq Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM
bersama dengan Sekretariat Kementerian Koperasi dan UKM,
pada tahun 2011.

Bimbingan teknis perkoperasian merupakan kegiatan ca-


pacity building, diikuti sebanyak 1.011 orang terdiri atas, aparat
Dinas yang membidangi urusan Koperasi dan UKM dari 19
provinsi pada 288 kabupaten/kota, serta peserta dari gerakan
koperasi. Capacity building dimaksudkan untuk membangun
kesamaan persepsi tentang, kebijakan dan teknis perkope­
rasian, sehingga para aparat pembina di daerah memiliki
kemampuan, ketrampilan dan memahami instrumen untuk
pelaksanaan tugas pemberdayaan koperasi di masing-ma­
sing daerah.

Segi menarik selama capacity building perkoperasian,


adalah antusias dan proaktif peserta, pada sesi diskusi dan

-v-
tanya jawab. Materi yang diangkat oleh para peserta, sung-
guh bernilai menggambarkan kondisi dan pengalaman aktual
di lapangan, sehingga merupakan bahan pembelajaran yang
berharga bagi orang lain. Informasi ini perlu diorganisir dan
akhirnya disusun menjadi buku ini. Dengan demikian, bukan
hanya peserta yang ikut langsung capacity building, tetapi
para pihak yang tidak mengikuti langsung capacity building
dapat belajar melalui pengalaman yang tertuang dalam buku
ini. Para aparat Dinas yang membidangi urusan KUKM di
provinsi, kabupaten/kota, gerakan koperasi, penggiat kopera-
si seperti lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, per-
guruan tinggi, dan tidak kalah penting juga bagi masyarakat
luas. Dengan tanpa harus mengikuti secara fisik dan langsung
capacity building, buku ini setidaknya mewakili untuk memper-
luas wawasan, pengetahuan, kebijakan dan informasi teknis
perkoperasian.

Isi buku tanya jawab ini, sungguh lengkap. Memuat materi-


materi praktis yang menggambarkan dinamika pemberdayaan
koperasi di lapangan, saat ini. Dinamika yang menggambar-
kan tingkat pemahaman, implementasi regulasi, pendekatan,
solusi dan kiat-kiat yang memperlihatkan kearifan lokal, dan
bermanfaat sebagai bahan pembelajaran (lesson learn) bagi
yang lain. Lingkup buku ini, membentang dari yang seder-
hana, membutuhkan penjelasan dan analisis yang sederhana
pula, sampai hal yang komplek dan membutuhkan penjelasan
dan analisis penyelesaian multi-faktor. Secara tidak langsung,
materi tanya-jawab ini menunjukkan dinamika pemahaman
perkoperasian di tingkat masyarakat umum, di tingkat gerak­
an koperasi itu sendiri, dan di tingkat aparat pembina pemerin­
tah.

Proses penyusunan buku ini, dimulai dari pencatatan

- vi -
(mere­kam) pertanyaan, komentar dan sharing pengalaman
para peserta capacity building, mengelompokkan ke dalam
rumpun subyek yang sama, memperjelas isi pesan dalam
pertanyaan, serta menyaring subyek-subyek pertanyaan
yang serupa. Dari semula ada sekitar 400 butir pertanyaan
kemudian tersaring menjadi 187 subyek pertanyaan yang su-
dah fokus. Subyek-subyek pertanyaan ini kemudian dibahas,
didiskusikan dan disusun penjelasannya oleh tim kerja, yang
sekaligus juga fasilitator bimbingan teknis perkoperasian. Isi
penjelasan terhadap setiap rumpun pertanyaan merupakan
kontribusi bersama, tim penyusun terutama ; Rully Nuryan-
to, Adler Bastiyeri, Ronny Hendrawan, Irianta Narun, Sanata
Prayojana, Retno Endang Prihartini, Mangatas Pasaribu, Ba-
suki, Totok Sugiyono, Subroto Hadisoegondo dan Prijambo-
do.

Sistematika buku tersusun ke dalam 14 (empat belas)
rumpun materi, menjelaskan 187 pertanyaan. Dalam meng-
gunakan buku ini, tidak harus berurutan mulai dari rumpun (1)
sampai dengan rumpun (14). Para pengguna dan pembaca,
dapat langsung fokus pada topik-topik tertentu. Namun de-
mikian, secara ideal untuk memperoleh pemahaman perko-
perasian secara lengkap, sebaiknya diikuti secara berurutan.
Selain itu, antara satu rumpun materi dengan rumpun materi
lain, ada korelasinya.

Belajar dari pengalaman di lapangan melalui himpunan
pertanyaan, komentar dan sharing pengalaman, memberikan
informasi tentang potret dan kelompok kebutuhan di masa de-
pan. Pertama, perlu menggalakkan penyebarluasan informasi
perkoperasian kepada masyarakat umum. Kedua, menggiat-
kan penataan dan pengembangan organisasi dan manaje-
men koperasi. Beberapa permasalahan koperasi di lapangan,

- vii -
sebagain (besar) merupakan urusan internal yang penyelesai­
annya harus merujuk kembali peraturan-perundangan yang
berlaku, maupun aturan internal koperasi. Ketiga, peningka-
tan kemampuan dan skill pembinaan (pendampingan) perko-
perasian para pembina.


Editor

- viii -
Daftar isi
KATA PENGANTAR i

KATA SAMBUTAN iii

RINGKASAN EKSEKUTIF v

DAFTAR ISI ix

A. Rumpun 1. Umum 1
B. Rumpun 2. Prosedur dan Tata Cara
Pembentukan Koperasi 10
C. Rumpun 3. Perubahan Anggaran Dasar 30
D. Rumpun 4. Keanggotaan 34
E. Rumpun 5. Rapat Anggota 38
F. Rumpun 6. Kepengurusan 44
G. Rumpun 7. Pengawasan dan Akuntabilitas 51
H. Rumpun 8. Permodalan 59
I. Rumpun 9. Usaha Koperasi 62
J. Rumpun 10. Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi 72
K. Rumpun 11. Pembenahan Koperasi Tidak Aktif 82
L. Rumpun 12. Akuntansi dan Perpajakan 90
M. Rumpun 13. Pendidikan dan Pelatihan 95
N. Rumpun 14. Pembinaan oleh Pemerintah 96

- ix -
RUMPUN 1:UMUM

1 Pertanyaan : Koperasi saat mendaftarkan badan hukum sa­


ngat semangat. Namun setelah itu kurang ”greget”. Bagaima-
na cara meningkatkan semangat tersebut? Harap ada aturan-
aturan yang jelas sehingga Kope­rasi tidak terselewengkan
oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan.

Penjelasan : Mari kita lihat permasalahan ini secara utuh.


Pendirian Koperasi, bukan sekedar ada atau ikut-ikutan bah-
kan tidak memiliki tujuan jelas. Sejak niat mendirikan Kope­
rasi sudah harus memiliki tujuan jelas. Ada 2 pertanya­an
yang diajukan dan perlu dijawab oleh masyarakat yang akan
mendirikan Koperasi :
1. Tanyakan, apa alasan berkoperasi
2. Tanyakan sejauh mana mereka paham tentang Kope­rasi
dan konsekuensi berkoperasi.
Kejelasan jawaban pertanyaan itu, menuntun masyarakat
untuk menjadi lebih sadar dan paham apa, bagaimana dan
kemana Koperasi yang mereka bentuk akan diarahkan.
Masyarakat yang tidak paham dan tidak jelas berkoperasi,
menjadi salah satu alasan sebagaimana pertanyaan ini, “se-
mangat saat membentuk, kurang greget setelah terbentuk”.
Berikan penyuluhan yang lengkap tentang hakekat, motif,
tujuan dan manfaat berkoperasi. Seandainya, mereka belum
siap, sarankan untuk menempuh proses transisi sebagai pra
Koperasi agar dapat dibina dan siap menjadi Koperasi.

2 Pertanyaan : Di daerah masih berkembang pandang­an, Ko-


perasi itu milik masyarakat, dan disuruh bayar gaji guru. Ba-
gaimana ini ?

Penjelasan : pemahaman seperti itu keliru, dan perlu dibe­


tulkan. Koperasi didirikan oleh dan untuk digunakan bagi ke-

-1-
pentingan anggotanya. Tidak benar Koperasi harus melaku-
kan urusan di luar kepentingannya. Lakukan sosialisasi dan
penyuluhan kepada masyarakat bahwa Koperasi itu, sebagai
organisasi memiliki aturan dan ketentuan tertentu. Koperasi
dimiliki para anggotanya, dan bukan milik masyarakat umum.

3
Pertanyaan : dewasa ini sering muncul isu-isu yang meng-
ganggu citra Koperasi, seperti black market & debt collector
yang menggunakan nama Koperasi. Bagaimana kita me-
nyikapinya ?

Penjelasan : Sikapi isu tersebut secara arif. Kejadian se­perti


dicontohkan ini bertentangan dari nilai-nilai Ko­perasi. Lakukan
upaya untuk menangkal, tindakan dan tuduhan yang menu-
runkan citra Koperasi. Lakukan sosialisasi dan komunikasi ak-
tif kepada Koperasi-Koperasi, agar Koperasi secara internal
terbangun filter untuk menangkal kejadian dan tuduhan yang
berdampak pada penurunan citra Koperasi. Sebagai pejabat
perlu mene­liti dan mengkaji peluang terjadinya kasus tersebut
untuk mencari jalan penyelesaiannya.

4
Pertanyaan : Diketahui bersama bahwa KUD sudah ada sejak
dulu. Namun KUD bukan di-setting sebagai orga­nisasi yang
memiliki jiwa kewirausahaan, hanya melakukan program pe-
merintah. Dalam beberapa hal kinerja KUD menjadi kurang
maju. Di sisi lain, untuk mengembalikan kepercayaan petani
terhadap KUD sangat susah.

Penjelasan : Pertanyaan ini mengandung 2 (dua) pesan. Per-


tama tentang kewirausahaan dan kedua, tentang citra Ko­
perasi. Kedua pertanyaan tersebut benar, dan bukan berlaku
hanya pada KUD tetapi pada Koperasi secara umum.
a. Kewirausahaan, adalah satu wujud sikap mental, jiwa,
perilaku dan tindakan seseorang yang mampu menghasilkan
karya-karya produktif. Sikap mental seperti itu juga harus ada
dan tumbuh pada diri pengurus, peng­awas, anggota Kopera-

-2-
si. Benar, bahwa Koperasi atau KUD yang pengurusnya tidak
memiliki jiwa kewirausahaan, sukar untuk maju dan terbentuk
ketergantungan. Padahal, program dari luar, antara lain dari
pemerintah, BUMN maupun perusahaan-perusahaan hanya
sebatas untuk menstimulir. Pimpinan dan orang-orang di in-
ternal Koperasi harus bangkit dan berubah sehingga tercapai
produktivitas tinggi.
b. Kedua, mengenai citra. Ini benar, bukan hanya ber-
laku untuk KUD saja. Badan usaha manapun jika memiliki
citra kurang baik maka berdampak kurang baik bagi badan
usaha bersangkutan. Penurunan citra Koperasi, harus dibe­
rantas dengan cara antara lain : memberikan penyuluhan
yang benar, menunjukan bukti keberhasilan Koperasi.

5 Pertanyaan : Bagaimana sikap kita, kalau ada satu ke­lompok


masyarakat belum menjadi Koperasi, tetapi menggunakan
kata dan atribut Koperasi ?

Penjelasan : Pertama pastikan, kalau kelompok ini ”belum


menjadi Koperasi”. Ingat pasal 9 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang berbunyi ”Koperasi
memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya
disahkan oleh pemerintah”. Sikap kita jelas, kelompok itu
bukan Koperasi. Jadi tidak dapat menggunakan atribut Ko­
perasi. Sarankan dan lakukan teguran untuk tidak mengguna-
kan atribut Koperasi. Kejadian-kejadian seperti ini ditertibkan
dan jangan ragu bertindak karena ada landasan hukum yang
jelas.

6 Pertanyaan : Lembaga keuangan mikro, misalnya lembaga


keuangan agrobisnis, apakah LKMA ini sebagai Koperasi?

Penjelasan : Lembaga keuangan mikro, seperti contoh di atas,


jelas bukan Koperasi (lihat status sebagai Ko­perasi seperti
penjelasan pada Nomor 5 di atas). Kalau LKM bukan (belum)
menjadi Koperasi, maka tidak perlu menjadi hal yang meng-

-3-
ganggu, sepanjang tidak melanggar peraturan-perundangan
tentang perkoperasian. Apabila mereka ingin menjadi badan
hukum Koperasi, lakukan penyuluhan perkoperasian. Namun,
sekali lagi, ini bukan keharusan. Keputusan menjadi Koperasi
diserahkan pada LKM tersebut, dan taat dengan prosedur dan
tata cara pendirian Koperasi.

7
Pertanyaan : untuk membangun citra Koperasi, usul agar ma-
teri Koperasi dimasukkan pada sekolah ?

Penjelasan : Secara praktis citra Koperasi ditentukan oleh


perbuatan, sikap dan hasil yang ditunjukkan Ko­perasi kepada
anggota dan masyarakat. Sepanjang Koperasi secara indi-
vidu, maupun Koperasi sebagai gera­kan mampu tampil maju,
dan memberikan manfaat bagi anggota dan masyarakat, pasti
terbangun citra bagus. Sebaliknya, seandainya ada satu atau
dua Koperasi, memberikan citra buruk, akan berdampak luas
terhadap citra Koperasi secara keseluruhan. Inilah yang sulit.
Di lingkungan Koperasi itu sendiri (internal) harus terbangun
komunikasi untuk membangun citra yang baik.

8
Pertanyaan : kekurangan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian adalah sanksi yang kurang jelas.
Mohon dalam Undang-Undang Koperasi nantinya dimasuk-
kan sanksi yang tegas agar dapat di­terapkan di daerah, baru
menjadi Koperasi tingkat nasional.

9
Pertanyaan : Setelah Koperasi berdiri dan berjalan, tetapi ke-
mudian melakukan praktek-praktek bukan seperti Koperasi.
Bagaimana menanganinya ?

Penjelasan : Pertanyaan Nomor 8 dan 9 berkaitan, dan di-


jelaskan sekaligus. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian merupakan Undang-Undang yang
bersifat ”Lex Specialist” dan hanya meng­atur bagaimana
sebaiknya Koperasi dikelola dan dikembangkan. Kalau ada

-4-
masalah perdata dan/atau pidana, maka sanksi yang ada tun-
duk dan digunakan ketentuan pada KUHP/Perdata.
Penyelenggaraan Koperasi di Indonesia, di atur dalam Un-
dang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
dan dalam hal penyelenggaraan ke­giatan usaha juga diatur
dalam peraturan perundang­an terkait. Ada ketentuan per­
aturan perundangan yang harus dipegang dan ditegakkan.
Koperasi yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam per­aturan
perundang­an perkoperasian, atau peraturan perundangan
lain, ataupun pelanggaran yang bersifat pidana maupun per-
data, maka ranah penyelesaiannya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dalam peraturan perundangan perkoperasian,
peraturan perundangan terkait maupun KUHP/perdata.

10 Pertanyaan : kalau Koperasi tingkat kabupaten ingin menjadi


Koperasi tingkat nasional apakah perlu dibubarkan dulu ?

Penjelasan : Tidak perlu. Tetapi Koperasi tersebut harus


melakukan proses Perubahan Anggaran Dasar (PAD) yang
memungkinkan masyarakat dari luar wilayah kedudukan Ko-
perasi yang bersangkutan, untuk menjadi anggota Koperasi
tersebut.
• Apabila Koperasi di Kabupaten ingin ”mengembang-
kan” wilayah keanggotaannya maka harus melakukan proses
PAD sebagaimana telah disebut diatas, untuk PAD ikuti ke-
tentuan dalam PP Nomor 4 Tahun 1994 dan Permen 01/2006
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan
Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
• Apabila ada Koperasi yang ”ngotot” ingin mendapat-
kan ”pengesahan badan hukum lagi untuk menjadi ” Koperasi
tingkat nasional ” maka badan hukum yang lama harus di-
cabut dibubarkan karena satu Koperasi tidak bisa mempu-
nyai 2 badan hukum. Sisi penting yang perlu dipahami oleh
masyarakat, bahwa status badan hukum Koperasi itu adalah
satu dan sama. Tidak ada arti bahwa status badan hukum
yang diterbitkan di kabupaten/kota, lebih rendah dibanding-

-5-
kan diterbitkan di provinsi ataupun di Kementerian KUKM. Ka-
lau masih ada pandangan seperti itu, merupakan pandang­an
keliru dan harus diluruskan.

11 Pertanyaan : Kami ingin sharing tentang aplikasi jati diri Ko-


perasi. Ada Koperasi yang dalam proses Rapat Anggota
Tahun­an (RAT) untuk pemilihan pengurus ternyata berjalan
cepat dan lancar, karena kharisma dari ketua umum. Apakah
kharisma tersebut sesuai dengan jati diri Koperasi?

12 Pertanyaan: Berkaitan dengan jati diri Koperasi. Pembagian


sisa hasil usaha dilakukan secara adil seban­ding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota. Dalam pem-
binaan kami menekankan sebagai berikut. Kalau BUMN ada
laba kembali ke kas Negara, bila swasta ada keuntungan akan
masuk ke kantong peng­usaha. Kalau Koperasi akan kembali
ke masing-masing anggota sesuai besarnya jasa usaha ang-
gota. Disini kami memberikan penerapan praktis tentang jati
diri Koperasi. Benarkah!

Penjelasan : Pertanyaan Nomor 11 dan 12 dijelaskan seka-


ligus. Kharisma atau ketokohan, bukanlah cermin­an jati diri
Koperasi. Salah satu prinsip Koperasi, yaitu “demokrasi” yang
mengedepankan kesamaan hak, kewajiban dan suara bagi
setiap anggota untuk aktif dan berpartisipasi, tanpa ditentu-
kan besarnya modal (simpanan pokok). Kejadian ini, harus
disikapi sebagai “kasus khusus atau kausalistis” dan tidak da-
pat berlaku umum.
Mengenai kiat untuk menanamkan jati diri Koperasi de­ngan
menggunakan contoh perbandingan antara Koperasi, BUMN
dan BUMS, seperti yang dilakukan tersebut, dapat diterima
dan dijalankan. Pembagian Sisa Hasil Usaha menurut Un-
dang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perko­perasian
menyebutkan, Koperasi itu ba­ngun perusahaan, yang memili-
ki nilai dan jati diri tidak berorientasi mencari untung, tetapi pe-
layanan. Namun bukan berarti Koperasi tidak boleh untung.

-6-
13 Pertanyaan : Untuk pembinaan Koperasi sekolah, pada wak-
tu dahulu berdasarkan Undang-Undang lama yaitu Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1967, Departemen Koperasi me­
ngeluarkan contoh format anggaran dasar tentang Koperasi
Sekolah. Bagaimana sekarang de­ngan Undang-Undang No-
mor 25 Tahun 1992, khususnya untuk tujuan pembinaan Ko­
perasi sekolah kita apakah masih menggunakan contoh for-
mat tersebut atau terdapat aturan yang baru ?

Penjelasan : Tidak ada aturan atau format khusus tentang


Koperasi sekolah pada saat sekarang ini. Silahkan masing-
masing mengembangkan kreativitas berkaitan dengan upaya
pembinaan Koperasi di kalangan siswa (sekolah). Namun,
harus tetap memegang esensi bahwa Koperasi di kalangan
siswa, yang umurnya masih di bawah umur sesuai ketentu-
an persyaratan keanggotaan, dimaksudkan sebagai proses
pembelajaran. Karena itu, Koperasi di kalangan sekolah, be-
lum memiliki badan hukum.
Pengembangan Koperasi dikalangan siswa (Koperasi
sekolah) merupakan langkah yang justru harus digalak-
kan. Koperasi di kalangan sekolah merupakan sarana untuk
mengembangkan jiwa kewirausahaan siswa dan generasi
muda.

14 Pertanyaan : Kami ingin urun rembug tentang pengelolaan


Koperasi yang baik. Salah satunya adalah pelaksanaan RAT
yang tepat waktu, dan memiliki pengurus yang dapat me­
ngelola usaha.

Penjelasan : Pendapat saudara benar. Rapat anggota (ta-


hunan) dan berfungsinya kepengurusan, hanya sebagian
indikator yang menunjukkan tingkat kemajuan Koperasi. Ke-
tentuan peraturan-perundangan Perkope­rasian sebenarnya
telah memberikan rambu-rambu yang dapat menjadi indikator
kemajuan Koperasi, terutama berfungsinya rapat anggota,
kepengurusan, kepengawasan, keanggotaan dan terwujud-

-7-
nya prinsip dan jati diri Koperasi.

15 Pertanyaan : Pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian


Koperasi dan UKM seharusnya ikut menangani Perkopera-
sian dan membuatkan aturan-aturan rinci untuk membina
teknis Perkoperasian di daerah.

Penjelasan : Mengenai pertanyaan ini kita harus proporsio­nal.


Berkaitan kewenangan, semua mengacu pada peraturan pe-
rundangan khususnya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerin­
tahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pe-
merintah Daerah Kabupatan/ Kota. Satu hal yang harus sama
persepsinya, yaitu bahwa urusan Koperasi dan usaha kecil
adalah urusan wajib di daerah. Jadi, sebenarnya operasio­na­
lisasi pengembangan Koperasi, ada dan menjadi urusan wajib
provinsi, kabupaten/kota. Pemerintah pusat bersifat mendu-
kung. Memang ada kebijakan-kebijakan yang bersifat makro
dan nasional tetap menjadi tugas pemerintah, Kementerian
Koperasi dan UKM.

16 Pertanyaan : Di lapangan kita sering dihadapkan urus­an ke-


pailitan, yang kita sendiri kurang tahu dan diluar kewenangan
kita. Kita juga dihadapkan dengan urusan bantuan pemerin-
tah. Dimana kewenangan daerah ?

Penjelasan : Seperti sudah dijelaskan pada pertanyaan No-


mor 8 dan Nomor 9, ada berbagai peraturan perundangan
terkait yang harus dipahami dan dipedomani oleh pembina
Dinas KUKM dalam membina Koperasi di lapangan. Menge-
nai kepailitan (yang dijadikan acu­an pembubaran Koperasi)
tunduk dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun

-8-
2004 tentang Kepailit­an dan Penundaan Kewajiban Pemba-
yaran utang. Pernyataan dan keputusan kepalitan ini, ada
di ta­ngan pengadilan, bukan Dinas KUKM. Jadi, kalau mak-
sudnya Dinas KUKM juga perlu memiliki kewenangan me-
mutuskan kepailitan, ini tidak dapat. Demikian juga berkaitan
kewenangan “program-program bantuan perkuatan”. Agar di-
lihat, sumber pendanaannya, melalui APBN atau APBD! Ada
peraturan perundangan yang mengatur tentang itu, Undang-
Undang Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara, Undang-
Undang Nomor 1/2004 tentang Perbendaharaan ataupun
peraturan daerah. Jadi, Dinas KUKM agar mempedomani
ketentuan yang berlaku. Hal yang serupa juga berlaku pada
lingkup urus­an lain, yang memerlukan rujukan peraturan per­
undangan tertentu, di luar Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian.

-9-
RUMPUN 2:PROSEDUR DAN TATA CARA
PEMBENTUKAN KOPERASI.

1 Pertanyaan : Ada banyak masyarakat yang berbondong-


bondong mendirikan Koperasi. Setelah dicek syaratnya tidak
memenuhi, dan kebanyakan hanya ikut-ikutan karena ada
bantuan. Bagaimana jika keinginan masyarakat tersebut di-
dorong untuk menjadi unit otonom saja, daripada Koperasi.
Bagaimana untuk meng­atasi hal tersebut ?

Penjelasan : Ada 2 (dua) pesan yang perlu diselesaikan. Per-


tama berkaitan dengan Koperasi, dan kedua berkaitan de­
ngan unit otonom.
a. Mengenai Koperasi, sikap yang perlu dipegang yaitu
ikuti prosedur dan tata-cara pendirian Koperasi yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perko-
perasian, Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pendirian Koperasi, dan Perubah­
an Anggaran Dasar Koperasi, serta Peraturan Menteri Ko­
perasi dan UKM khususnya Nomor 01/Per/M.KUKM/I/2006
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan
Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
Setiap anggota masyarakat, sah-sah saja membentuk Ko­
perasi sepanjang sesuai dengan pengertian, hakekat, tata
cara pendirian Koperasi, dengan tujuan yang jelas. Koperasi
dibentuk tidak untuk ikut-ikutan, apalagi motif mencari bantu-
an. Ini tidak benar dan tidak sesuai de­ngan hakekat Koperasi.
Lakukan penyuluhan Perkoperasian kepada masyarakat.
b. Kedua, mengenai unit otonom, yang dalam hal ini ba-
rangkali yang dimaksudkan adalah suatu kelompok Non-for-
mal yang dikelola secara otonom. Kalau yang dimaksudkan
sebagai suatu unit otonom, atau kelompok yang tidak bersta-
tus badan hukum Koperasi, maka diposisikan sebagai bukan
Koperasi, maka silakan saja. Tetapi jika ingin membentuk

- 10 -
Koperasi, kembalikan keinginan tersebut dengan tata aturan
Perkoperasian yang ada.

2
Pertanyaan : Apakah Koperasi yang belum mendapatkan sta-
tus badan hukum, boleh beroperasi sebagai Koperasi ?

Penjelasan : Dalam ketentuan yang berlaku (Peraturan Pe-


merintah, dan Permen 01/Per/M.KUKM/I/2006) selama calon
Koperasi (pra-Koperasi) itu masih dalam pro­ses pengesah-
an untuk memperoleh status badan hukum Koperasi, dapat
melakukan kegiatan usaha. Seperti diketahui bahwa jangka
waktu dihitung sejak peng­ajuan permohonan sampai dengan
penerbitan dan/atau penolakan menjadi badan hukum Ko­
perasi, menurut Per­aturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994
tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendirian dan Perubahan
Anggaran Dasar Koperasi, adalah 3 (tiga) bulan. Namun, ke­
giatan usaha tersebut nanti dilaporkan dan untuk mendapat-
kan persetujuan dalam rapat anggota.
Sepanjang rapat anggota menerima dan menyetujui ope­
rasionalisasi usaha yang dilakukan calon peng­urus (pra-Ko-
perasi), sebelum pengesahan status badan hukum Kopera-
si, maka operasionalisasi usaha tersebut menjadi tanggung
jawab lembaga Koperasi. Tetapi jika rapat anggota tidak me-
nyetujui operasionalisasi usaha yang dilakukan calon peng­
urus sebelum pengesahan status badan hukum Koperasi,
maka hal itu menjadi tanggung jawab pribadi calon pengurus
tersebut.

3
Pertanyaan : Ketika Koperasi sudah mendapatkan akta No-
taris diartikan juga sudah mendapatkan status Badan Hukum.
Apakah ini betul ?

Penjelasan : hal ini tidak betul (lihat penjelasan butir 2 di


atas). Akta pendirian Koperasi tidak sama dengan penge-
sahan status badan hukum Koperasi. Koperasi menyusun
akta pendirian, yang penyusunannya itu dibantu oleh Notaris.

- 11 -
Notaris hanya bertugas membantu membuatkan Akta Pendi-
rian menjadi Akta yang otentik sepanjang belum diterbitkan
status badan hukum Ko­perasi oleh pemerintah, maka belum
sah berstatus badan hukum Koperasi, sebagaimana Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal
9. Bagi masyarakat yang masih memiliki pemahaman seperti
yang disampaikan ini, perlu diluruskan.

4
Pertanyaan : Kami mempunyai pengalaman barangkali sama
dengan daerah lain. Calon pengurus Koperasi tiba-tiba mem-
bawa akta, minta disahkan badan hukumnya, Setelah dicek
di lapangan ternyata datanya tidak benar. Dengan kejadian
tersebut akhirnya kami membuat kesepakatan dengan No-
taris, agar Notaris melakukan konsultasi dengan Dinas KUKM
sebelum menandatangani akta. Pertanyaannya apakah cara
yang kami lakukan dibenarkan dan tidak melanggar aturan ?

5
Pertanyaan : Pengalaman di lapangan, dijumpai sebagian
anggota masyarakat yang ingin berkoperasi datang, mem-
bawa akta pendirian yang penyusunannya dibantu Notaris,
dan kemudian segera minta di sahkan. Padahal setelah kami
cermati, isi akta pendirian tersebut belum tepat. Apakah ada
ketentuan dari Kementerian KUKM, bahwa Notaris perlu me-
nanyakan kepada Dinas Koperasi dan UKM terlebih dahulu.
Dengan demikian tidak terjadi akta pendirian yang sudah
dibuat, ternyata tidak tepat.

Penjelasan : pertanyaan Nomor 5 dan Nomor 6 dijawab seka-


ligus. Langkah dan cara seperti itu, dapat dibenarkan. Veri-
fikasi dokumen dan verifikasi lapangan memang harus dilaku-
kan. Langkah proaktif dengan membuat kesepakatan dengan
Notaris setempat, seperti yang dilakukan di daerah Saudara
sangat baik dan tidak melanggar aturan. Pengalaman ini da-
pat dijadikan model bagi daerah lain.
Berkaitan dengan masalah ini hendaknya dapat dilakukan
hubungan dengan pengurus ikatan Notaris di daerah, sehing-

- 12 -
ga sebelum tersusun akta pendirian diberikan saran sehingga
memenuhi ketentuan dan ”roh” perkoperasian. Ketentuan
berkaitan dengan peran Notaris sebagai pembuat akta Ko­
perasi, diatur dalam Kepmen Nomor 98/Kep/M.KUKM/IX/2004
tentang Notaris sebagai Pembuat akta Koperasi (NPAK).

6 Pertanyaan : mengusulkan pada pemerintah pusat untuk


meninjau kembali berjalannya Koperasi dan masih banyak
yang kurang pada pekerjaan Notaris, terutama muatan-muat­
an perkoperasian.

Penjelasan : kemungkinan seperti itu ada saja. Penguasaan


substansi Perkoperasian belum sepenuhnya dipahami oleh
Notaris, khususnya hal-hal yang menjadi “roh perkoperasian”.
Agar Dinas KUKM pro aktif dan ambil inisiatif untuk men-
jembatani persoalan seperti itu. Cara teknis yang baik, un-
dang dan lakukan pertemuan konsultasi untuk menyamakan
persepsi dan langkah teknis dalam proses pembuatan akta
pendirian Koperasi. Misal, perlunya para pendiri berkonsultasi
dengan Dinas KUKM untuk memperoleh saran, sebelum akta
pendirian ditanda tangani Notaris. Pengalaman seperti ini di-
lakukan oleh beberapa kabupaten/kota, ternyata efektif.

7 Pertanyaan : Di satu Kabupaten ada sekelompok orang mau


mendirikan Koperasi. Dalam penyampaian keinginan itu,
tidak disebutkan Koperasi tingkat kabupaten, atau propinsi.
Tahu-tahu mereka ingin mendirikan Koperasi tingkat nasio­
nal. Apakah kehadiran kami untuk memberikan penyuluhan
Perkoperasian saat pertemuan pendirian, harus dibatalkan
atau diteruskan?

Penjelasan : diteruskan. Penyuluhan Perkoperasian bagi


masyarakat yang ingin mendirikan Koperasi, dapat tetap
diteruskan. Penyuluhan Perkoperasian itu berlaku umum,
untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang
Koperasi secara utuh dan benar. Penyuluhan Perkoperasian

- 13 -
dapat dilakukan kepada siapa, dimana saja. Berikan penger-
tian bahwa secara administratif pengesahan Badan Hukum,
ada yang dilakukan di kabupaten/kota, atau provinsi, atau na-
sional, namun secara substansi Koperasi itu sama.

8 Pertanyaan : Dalam rangka pembentukan Koperasi primer,


kami menyarankan agar dalam rapat pembentukannya, se-
lain mengundang Dinas/Instansi terkait, juga mengundang
perangkat desa ( RT, Lurah ) setempat. Gunanya kalau terjadi
sesuatu hal, perangkat kelurahan dapat mengetahui, sesuai
dengan domisili wilayah kerjanya. Mohon Penjelasan!

Penjelasan : pada dasarnya boleh saja, mengundang pihak


lain yang dianggap relevan, seperti Lurah atau ketua RT,
sepan­jang perannya tidak mencampuri masalah pembentuk­
an dan internal Koperasi.

9
Pertanyaan : Ada satu Koperasi, semula keberadannya di satu
Kabupaten A. Setelah pemekaran kabupaten, Koperasi terse-
but berada di wilayah Kabupaten B sebagai hasil pemekaran.
Apakah Koperasi tersebut harus membuat kembali badan hu-
kum, atau cukup melalui perubahan anggaran dasar?

Penjelasan : tidak perlu, bahwa badan hukum (BH) Koperasi


itu hanya satu. Badan hukum diperoleh saat pendirian, dan
lepas saat Koperasi dinyatakan bubar. Bagi Koperasi yang su-
dah memiliki badan hukum, karena alasan pemekaran wilayah
maka tidak perlu membuat badan hukum baru. Badan hukum
lama tetap valid, walaupun Koperasinya sekarang ber­ada di
Kabupaten B.

10
Pertanyaan : Bagaimana sikap, langkah atau saran serta
solusi yang harus kita berikan terhadap suatu Koperasi yang
dokumen badan hukum/anggaran dasarnya hilang ? Semen-
tara dokumen yang seharusnya ada pada kita pembina, baik
di Kantor Dinas kab/kota maupun propinsi juga tidak dapat

- 14 -
ditemukan pada arsip di kantor, karena beberapa faktor seper­
ti : kejadian gempa bumi, pindah kantor dll. Untuk sekarang
kita baru memberikan solusi :
a. buat berita acara kehilangan
b. buat laporan kehilangan kepada polisi
c. dan dibuat lagi badan hukum/akta Koperasi

Apakah langkah-langkah ini tepat?

Penjelasan : langkah yang dilakukan tepat. Pertanyaan ini


mengandung 2 pesan. Pertama tentang pentingnya doku-
mentasi, dan kedua solusi mengatasi permasalahan terse-
but, dokumen-dokumen Koperasi seperti badan hukum, akta
pendirian, anggaran dasar Koperasi, seharusnya tersimpan
tertib di setiap Dinas yang membidangi urusan KUKM. Setiap
pengesahan badan hukum, harus dicatat dalam buku daftar
umum Koperasi. Ini menjadi perhatian bagi Dinas yang meng­
urusi KUKM. Jika saat ini, pengadministrasian dokumen-do-
kumen Koperasi, belum tertib, segera tertibkan.
a. Untuk alasan karena musibah, bencana alam, tsuna-
mi, banjir dan lain-lain, langkah yang dilakukan tersebut sudah
tepat. Kehilangan dengan alasan bencana atau hal-hal yang
tidak memungkinkan diketemukan kembali, dapat menempuh
cara-cara di atas (membentuk badan hukum baru).
b. Namun untuk alasan, misal pindah kantor sebenarnya
tidak tepat dokumen penting seperti itu hilang. Langkah yang
perlu dilakukan, satu, temukan Nomor badan hukum. Kalau-
pun dokumen-dokumen tulisnya hilang, barangkali ada peng­
urus atau orang masih ingat Nomor, tanggal, tahun penerbit­
an badan hukum Koperasi. Setelah, ketemu Nomor badan
hukum, lacak ke Dinas KUKM provinsi, lacak ke Kementerian
Koperasi dan UKM. Apakah copy akta pendirian, anggaran
dasar Koperasi tersebut masih ada. Jika tidak ketemu, maka
susun dokumen anggaran dasar baru, dengan keterangan-
keterangan bukti kehilangan.

- 15 -
11 Pertanyaan : perlu pembatas jangka waktu umur Koperasi.
Usul, tentukan masa waktu Koperasi ?

Penjelasan : Jangka waktu badan hukum Koperasi, dalam per-


aturan perundangan tidak ditentukan eksplisit. Jangka waktu
badan hukum Koperasi, dibuat tidak terbatas, dan/atau ter-
batas. Pilihan ini dikembalikan pada Koperasi sendiri. Keba­
nyakan Koperasi memilih tidak terbatas. Usulan ini bagus dan
menjadi pertimbangan dalam penetapan kebijakan berkaitan
umur badan hukum Koperasi.

12 Pertanyaan : ada orang bilang, perlu pra Koperasi, bagaimana


menurut Bapak/Ibu ?

Penjelasan : Pra-Koperasi adalah istilah yang digunakan se-


bagai teknik dan metode pembinaan. Bagi masyarakat yang
ingin mendirikan Koperasi, sebaiknya melakukan persiapan
terlebih dulu. Persiapan ini, dalam bahasa program disebut pra-
Koperasi. Jadi, pra-Koperasi merupakan langkah yang baik,
digunakan sebagai sarana teknis operasional, pendekat­an
pembinaan perkoperasian. Beberapa daerah telah menerap­
kan teknik pra-Koperasi sehingga saat Koperasi tersebut te-
lah berdiri, sudah memiliki kesiapan yang baik. Pra-Koperasi
ini, belum memiliki status badan hukum Koperasi.

13 Pertanyaan : ada Koperasi sedang konsultasi, untuk menjadi


Koperasi nasional, dengan motif akan buka cabang di wilayah
lain. Bagaimana ini ?

Penjelasan : motif seperti itu sebenarnya tidak tepat. Dalam


konteks ini ada tahapan yang harus dilalui terlebih dahulu oleh
Koperasi yang bersangkutan, seperti perubahan anggaran
dasar yang memungkinkan masyarakat di luar wilayah domisili
pendiri Koperasi menjadi anggota Koperasi tersebut. Selan-
jutnya apabila jumlah anggota di wilayah Kab/Kota lokasi kan-
tor cabang akan didirikan sudah mencapai jumlah minimal 20

- 16 -
orang, barulah Koperasi yang bersangkutan bisa membuka
kantor cabang. Tetapi harus dipegang teguh bahwa pembu-
kaan kantor cabang itu dengan maksud untuk mendekatkan
pelayanan anggota Koperasi dimaksud.
Pembukaan kantor cabang juga harus memenuhi per-
syaratan sesuai ketentuan yang berlaku seperti : usaha sim-
pan pinjam sudah berjalan minimal 2 tahun dan sudah dinilai
tingkat kesehatannya dengan hasil minimal ”cukup sehat”.
Sebelum mencapai tahap itu, perlu diverifikasi terlebih dahulu
apakah memang Koperasi yang bersangkutan sudah layak
untuk mengembangkan wilayah domisili keanggotannya (dili-
hat omset/skala usaha Koperasi).

14 Pertanyaan : untuk mencapai Koperasi menjadi Koperasi


berkualitas, maka pada pendirian perlu ada kelayakan usaha.
Mohon kejelasan bagaimana kelayakan usaha ini !

15 Pertanyaan : sebelum mendapatkan pengesahan badan hu-


kum Koperasi agar ada study kelayakan, bagaimana maksud
ini ?

Penjelasan : pertanyaan Nomor 14 dan Nomor 15 dijelaskan


sekaligus. Sebenarnya pertanyaan ini berlaku bagi masyarakat
yang akan mendirikan Koperasi. Untuk apa dan untuk siapa
mereka mendirikan Koperasi ?
Hakekat Koperasi dalam Undang-Undang Nomor 25 Ta-
hun 1992 tentang Perkoperasian, sudah sangat jelas. Ko­
perasi dibentuk untuk dapat memperjuangkan kepentingan
anggota, dengan melakukan usaha yang berkaitan dengan
kegiatan usaha anggotanya atau untuk melayani kebutuhan
anggotanya. Kelayakan usaha merupakan hal pokok dan
penting. Patokan-patokan untuk memahami dan menilai suatu
kelayakan usaha, dapat menggunakan patokan-patokan yang
lazim digunakan untuk menilai suatu kelayakan usaha. Tentu,
tidak harus seberat analisis proyek raksasa.
Masalah yang ada, berapa jauh pengetahuan calon pengu-

- 17 -
rus tentang kelayakan usaha ini, dan juga belum sepenuhnya
dikuasai oleh petugas yang memproses pendirian Koperasi.
Memang kelayakan usaha paling sering diabaikan saat pendi-
rian Koperasi, dan lebih terpaku pada pemenuhan syarat ad-
ministrasi belaka.
` Dalam menyusun studi kelayakan usaha selama ini, sila-
kan menggunakan buku-buku referensi, contoh-contoh ke-
layakan usaha yang ada di daerah saudara. Pada prinsipnya
kelayakan usaha itu menganalisa, menghitung aspek orga­
nisasi dan manajemen, produksi, pemasaran, lingkungan, le-
gal serta permodalan dan investasi dan mengambil keputusan
bahwa usaha yang dilakukan secara finansial dan ekonomi
dinilai layak.

16
Pertanyaan : Apakah Koperasi dapat diberikan/diterbitkan
pengesahan badan hukumnya dengan memperhatikan : (1)
tempat tersebut sudah ada Koperasi lain ? (2) Apakah ada
tumpang tindih tentang keanggotaan Koperasi?

Penjelasan : Dapat. Dalam satu wilayah tertentu dapat


berkembang lebih dari satu Koperasi, sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Apabila, Koperasi-Ko­
perasi tersebut sejenis, dengan kebutuhan pelayanan kepada
anggota yang juga sama, jelas menurunkan efisiensi dan ke-
ekonomian usaha, disarankan tidak perlu mendirikan Kopera-
si sejenis. Idealnya Koperasi-Koperasi yang ada dalam suatu
kawasan tertentu, merupakan jenis Koperasi yang beda untuk
memberikan pelayanan kebutuhan ekonomi yang berlainan.
Sarankan, masyarakat yang ingin mendirikan Koperasi yang
sama, lebih efisien menjadi anggota Koperasi yang ada. Jadi,
tumpang tindih keanggotaan menjadi tidak ada, karena me­
reka memiliki kebutuhan yang berbeda.

17
Pertanyaan : mohon petunjuk mengenai pendelegasian we-
wenang dalam rangka pengesahan Badan Hukum Koperasi
Primer tingkat Provinsi oleh Gubernur sebagai wakil Kemen-

- 18 -
terian Koperasi dan UKM untuk menandatangani Pengesahan
BH. Tugas tersebut kemudian didelegasikan kepada Kepala
Dinas Koperasi dan UKM setempat. Apakah ada peraturan
yang mengatur pendelegasian tersebut sebagai pedoman
bagi kami di daerah.

18 Pertanyaan : apa kira-kira ada masalah bila Kepala Dinas


KUKM yang menandatangani pengesahan badan hukum Ko-
perasi ?, karena masih tidak jelas.

19 Pertanyaan : kewenangan pejabat yang mengesahkan akta


pendirian disetiap Kabupaten/kota masih berbeda-beda, ada
yang oleh Bupati/Walikota dan ada yang oleh Kepala Dinas
KUKM. Pendelegasian dari Bupati/Walikota ke kepala Dinas
KUKM apakah ada dasar hukumnya?

20 Pertanyaan : apakah bisa penandatanganan pengesahan


akta pendirian Koperasi oleh kepala Dinas KUKM, atas pe-
limpahan wewenang secara tertulis oleh Bupati ?

Penjelasan : pertanyaan Nomor 17, 18, 19 dan 20 memiliki


maksud sama dan dijelaskan sekaligus. Sebagaimana ama-
nah dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, yang berwenang mengesahkan pendirian Ko-
perasi adalah Menteri yang membidangi Koperasi. Menteri
dapat mendelegasikan wewenang tersebut kepada Kepala
Daerah dalam kerangka tugas pembantuan. Dalam era oto-
nomi daerah, Menteri tidak dapat langsung menugaskan
Kepala Dinas Koperasi dan UKM, karena daerah Provinsi,
Kab/Kota saat ini mempunyai kewenangan tersendiri, Menteri
hanya dapat mendelegasikan wewenangnya kepada kepala
daerah.
Pendelegasian wewenang dalam rangka pengesahan
badan hukum Koperasi primer Provinsi oleh Gubernur se-
bagai wakil Kementerian Koperasi dan UKM berdasarkan
pada Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor

- 19 -
: 123/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Penyelenggaraan Tugas
Pembantuan Dalam Rangka Pengesahan Akta Pendirian,
Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi pada
Provinsi, Kab/Kota.
Sedangkan pengesahan untuk Koperasi primer, sekunder
skala Nasional berdasarkan pada Keputusan Menteri Negara
Koperasi dan UKM Nomor : 124/Kep/M.KUKM/X/2004 ten-
tang Penugasan Pejabat yang berwenang untuk memberikan
pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar dan
pembubaran Koperasi pada Kementerian Koperasi dan UKM
untuk Koperasi tingkat nasional.
Penandatanganan pengesahan akta pendirian Koperasi
oleh kepala Dinas Koperasi UKM bisa dilakukan apabila ada
perintah tertulis dari Gubernur dan Bupati/Walikota selaku
Kepala Daerah kepada Kepala Dinas Koperasi dan UKM un-
tuk menandatangani pengesahan tersebut.

21 Pertanyaan : Apakah pendirian Koperasi primer (seperti di


atas), menjadi kewenangan prov untuk mengesahkannya ?

Penjelasan : Lihat dahulu Koperasi primer di wilayah mana?,


provinsi atau kabupaten/kota. Ketentuan kewenangan penge-
sahan badan hukum Koperasi, diatur menurut Keputus­
an Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor : 123/Kep/M.
KUKM/X/2004 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan
Dalam Rangka Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan Ang-
garan Dasar dan Pembubaran Koperasi pada Provinsi, Kab/
Kota. Jika Koperasi primer tersebut, ada dalam wilayah ka-
bupaten/kota, maka pengesahannya dilakukan oleh Bupati/
Walikota. Jika Koperasi primer tersebut, ada dalam wilayah
provinsi, maka pengesahannya dilakukan oleh Gubernur.

22
Pertanyaan : Kementerian KUKM jika menunjuk Notaris di
suatu daerah, agar selektif. Karena beberapa pengalaman,
terdapat Notaris yang tidak mengetahui peraturan dan teknis
Koperasi, sehingga sering terjadi kekeliruan.

- 20 -
Penjelasan : Penetapan Notaris sebagai pejabat pembuat akta
pendirian koperasi, bekerjasama dengan Ikatan Notaris Indo-
nesia (INI) yaitu setelah Notaris yang bersangkutan mengikuti
program pembekalan oleh Kementerian Koperasi dan UKM.
Kemudian telah dilakukan proses seleksi secara profesional
dan telah diadakan penyuluhan serta pelatihan bagi para no-
taris, agar mereka paham tentang koperasi.
Adapun persyaratan dan tata cara untuk menjadi Notaris
diatur berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan
UKM Nomor 98/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris Se-
bagai Pembuat Akta Koperasi, BAB III Persyaratan dan tata
cara penetapan Notaris Pembuat Akta Koperasi pasal 4 dan 5
yaitu;
a. Untuk dapat ditetapkan sebagai Notaris Pembuat Akta
Koperasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Notaris yang telah berwenang menjalankan jabatan se-
suai peraturan Jabatan Notaris dan memiliki sertifikat
tanda bukti telah meng­ikuti pembekalan dibidang perko-
perasian yang ditandatangani oleh Menteri.
b. Notaris yang telah memenuhi persyaratan pada butir a,
mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri un-
tuk ditetapkan sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi
melalui Kepala Dinas/Instansi yang membidangi Kope­
rasi tingkat Kab/Kota pada tempat kedudukan Notaris
yang bersangkut­an.
c. Kepala Dinas/Instansi yang membidangi koperasi tingkat
Kabupaten/Kota memberikan tanda terima permohonan
dan menyampaikan berkas pendaftaran kepada Menteri
dengan tembusan kepada Kepala Dinas/Instansi yang
membidangi Koperasi tingkat propinsi (Dinas/Instansi
paling lama dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal
diterimanya permohonan secara resmi).
d. Kemudian Menteri menetapkan Notaris sebagai Pem-
buat Akta Koperasi dengan Surat Keputusan Menteri dan
di­sampaikan langsung kepada Notaris yang bersangku-

- 21 -
tan, dengan tembusan kepada Menteri Kehakiman dan
HAM, Gubernur dan Kepala Dinas/Instansi yang mem-
bidangi koperasi tingkat Propinsi/Dinas Instansi serta
kepada Bupati/Walikota dan Kepala Dinas/Instansi yang
membidangi Kab/Kota pada tempat kedudukan Notaris.
Kalaupun di lapangan masih ada kekurangan, disarankan
agar melakukan pertemuan konsulatif antara Dinas KUKM
setempat dengan ikatan notaries daerah (pengurus wilayah,
pengurus daerah INI) untuk menyelesaikan persoalan terse-
but.

23 Pertanyaan : di kabupaten A baru ada satu Notaris pembuat


akta Koperasi, biayanya mahal. Di kabupaten tetangga ada
Notaris pembuat akta pendirian Koperasi dengan biaya lebih
murah. Apakah akta pendirian boleh diterbitkan oleh Notaris di
kabupaten tetangga ?

Penjelasan : secara ketentuan tidak boleh. Karena wilayah


kerja Notaris itu telah ditentukan menurut ketentuan di luar
kewenangan Kementerian Koperasi dan UKM, yang meng­
atur wilayah kerja Notaris. Notaris di kabupaten A memiliki
wilayah kerja di kabupaten A. Mengenai, biaya tentunya dapat
dibicarakan.

24 Pertanyaan : Di Kabupaten A terdapat Notaris sedangkan di


Kabupaten B tidak ada Notaris, bolehkah masyarakat di Kab.
B menggunakan Notaris di Kab A?

Penjelasan : yang menjadi patokan boleh atau tidak boleh,


adalah ketentuan internal kenotarisan itu sendiri. Wilayah
kerja Notaris telah ditetapkan oleh Kementerian Hukum dan
HAM, dibagi menurut daerah administratif. Notaris di Kab A
dengan wilayah kerja di Kabupaten A, demikian juga Notaris
di Kabupaten lain. Peran Notaris, pada intinya membantu
membuat dokumen akta pendirian dan anggaran dasar Ko­
perasi sehingga menjadi dokumen otentik. Dengan pegangan
seperti itu, masyarakat dapat menggunakan jasa Notaris un-

- 22 -
tuk penyusunan akta pendirian Koperasi. Kalau di wilayah itu,
tidak ada Notaris pembuat akta pendirian Koperasi, maka da-
pat dibuat para pendiri dengan bantuan pejabat.
Menurut Kepmen No. 98/Kep/M.KUKM/IX/2004 dalam
pasal 19 ayat 3 menyebutkan bahwa terhadap daerah terten-
tu yang belum ada Notaris serta berdasarkan kondisi wilayah
dan masyarakatnya dipandang belum mampu melaksanakan
keputusan ini dapat diatur dan ditetapkan seperti Surat Deputi
No. 117/Dep.1/XI/2006 perihal penjelasan pasal 6 ayat 1 per-
men 01/2006 apabila disuatu daerah belum ada Notaris yang
telah ditetapkan oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM
sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi, maka penyusunan
Akta Pendirian Koperasi dilakukan oleh para pendiri Koperasi
yang bersangkutan, dibimbing oleh Pejabat yang membidangi
pembinaan Koperasi.

25 Pertanyaan : Notaris minta jumlah pengurus genap, yaitu 6.


Sedangkan kita mengatakan jumlah pengurus, ganjil, misal 3
atau 5, akhirnya terjadilah tarik urat antara pembina-Notaris.
Bagaimana solusi ini ?

Penjelasan : ketentuan peraturan perundangan, tidak meng-


atur tentang jumlah pengurus. Berapa jumlah orang pengurus
sesuai kebutuhan dan ditentukan dalam rapat pembentukan
pertama kali, yang dapat disesuaikan melalui rapat anggota
selanjutnya. Namun disarankan, ganjil, dengan maksud apa-
bila dalam pengambilan keputusan yang harus ditempuh de­
ngan voting, maka ada kepastian keputusannya. Pertimbang­
an ini penting, sebagai langkah antisipatif ke depan. Jadi,
disarankan, ganjil.

26 Pertanyaan : setiap keputusan yang dibuat oleh Koperasi ha­


rus disahkan Notaris. Namun ada juga yang tanpa disahkan
Notaris. Apakah kita perlu atau boleh memberikan pengesah­
an Badan Hukum ?

Penjelasan : Akta pendirian Koperasi disusun oleh pendiri

- 23 -
Koperasi (bagi daerah yang belum ada Notaris pembuat akta
pendirian dan/atau disusun atas bantuan Notaris (NPAK).
Perlu didudukkan secara benar, mengenai peran Notaris,
pembuatan akta pendirian, anggaran dasar dan pengesahan
badan hukum Koperasi.
a. Dalam pembentukan Koperasi para pendiri menyusun
akta pendirian dan anggaran dasar. Penyusunan akta pendi-
rian dan anggaran dasar ini, dibantu oleh Notaris, agar doku-
men itu menjadi dokumen otentik. Posisi dan peran Notaris
adalah membantu para pendiri dalam menyusun akta pendi-
rian dan Anggaran Dasar Koperasi.
b. Jadi, sepanjang isi dan kebenaran akta pendirian
dan anggaran dasar Koperasi tersebut dinilai benar, silahkan
diproses dan diterbitkan status badan hukum Koperasi oleh
pemerintah. Dengan demikian menjadi jelas, pengesahan ba-
dan hukum Koperasi tetap menjadi wewenang pemerintah,
baik jika akta pendirian tersebut disusun atas bantuan Notaris,
atau disusun sendiri oleh pendiri pada kabupaten/kota yang
belum ada Notaris pembuat akta pendirian Koperasi (NPAK).
Karena itu, pemberian pengesahan badan hukum, terhadap
akta pendirian yang penyusunannya dibantu Notaris dan/atau
disusun sendiri oleh pendiri, tetap memiliki bobot sama.

27 Pertanyaan : penyusunan anggaran dasar oleh Notaris telah


dilakukan, tapi banyak yang tidak sesuai dengan aturan yang
berlaku. Contohnya tidak ada periode jabatan pengurus, sim-
panan pokok tidak ada, simpanan disebut dengan deposito.
Bagaimana ini !

Penjelasan : minta untuk diperbaiki. Isi anggaran dasar Ko­


perasi, harus sesuai dengan peraturan perundangan yang
ada, prosedur dan tata cara pendirian Koperasi, serta “kebu-
tuhan” Koperasi itu sendiri. Apabila menurut saudara, isi ang-
garan dasar tersebut kurang, maka minta untuk disempurna-
kan kembali, dan tidak harus disahkan badan hukumnya.

- 24 -
28 Pertanyaan : Untuk pengurusan dari Notaris dikenakan biaya.
Sementara pengesahan dari pemerintahan seharusnya juga
ada biaya. Bagaimana solusinya?

Penjelasan : bantuan penyusunan akta oleh Notaris pakai


biaya, karena memang mereka diperbolehkan menarik biaya,
sebagai jasa keahlian (profesionalisme). Sedangkan penge-
sahan badan hukum merupakan kewajiban pemerintah seba-
gai bentuk pembinaan pemberdayaan. Selama ini tidak (be-
lum) ada ketentuan pengenaan biaya pada penerbitan badan
hukum Koperasi. Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas penerbitan badan hukum Koperasi, dapat diusulkan
dan ditampung dalam APBN atau APBD.

29 Pertanyaan : Bagaimana bentuk anggaran dasar pembentu-


kan Koperasi ?

Penjelasan : sebagaimana diatur dalam pasal 8 Undang-Un-


dang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, isi ang-
garan dasar (AD) sekurang-kurangnya memuat :
1. Daftar nama pendiri,
2. Nama dan tempat kedudukan
3. Maksud dan tujuan serta bidang usaha
4. Ketentuan mengenai keanggotaan
5. Ketentuan mengenai rapat anggota
6. Ketentuan mengenai pengelolaan
7. Ketentuan mengenai permodalan
8. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya
9. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha.
10. Ketentuan mengenai sanksi

30 Pertanyaan : masih ada celah dalam Undang-Undang Nomor


25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang lemah. Pendirian
Koperasi dapat dibentuk sekurang-kurangnya 20 orang. Perlu
wacana jika pembentukan Koperasi, minimal 100 atau 150
orang.

- 25 -
31 Pertanyaan : Kepmen Nomor : 123/Kep/M.KUKM/X/2004
tentang penyelenggaraan tugas pembantuan dalam rangka
pengesahan akta pendirian, perubahan AD pada prov, kab/
kota, diharapkan ada ketegasan terhadap jumlah anggota 20
orang tersebut. Mengingat Kepmen ini hanya menyatakan
tentang domisili keanggotaan lebih dari satu kab/kota, maka
pengesahan Badan Hukum menjadi kewenangan Provinsi.

Penjelasan : pertanyaan Nomor 30 dan Nomor 31 dijelaskan


sekaligus. Ketika proses pendirian Koperasi, hendaknya pe-
jabat tidak semata-mata melihat dari sisi administratif belaka.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkopera-
sian setidaknya mengisyaratkan hal-hal pokok untuk mendi-
rikan Koperasi.
Satu, Koperasi dibentuk untuk mencapai peningkat­
an kesejahteraan anggota. Dua, usaha Koperasi merupakan
usaha yang memiliki keterkaitan dengan upaya untuk me­
ningkatkan kepentingan usaha anggota. Tiga, saat pendirian
Koperasi perlu membuat rencana usaha yang layak. Jadi,
jelas ada kepentingan dari anggota yang perlu dilayani oleh
Koperasi.
a. Lakukan pengecekan siapa anggota, untuk apa berko-
perasi, manfaat apa diharapkan diperoleh melalui Koperasi.
“Roh” Koperasi sudah jelas termuat dan diatur dalam per­
aturan yang ada. Kalaupun sekarang, masih ada yang hanya
melihat sisi administratif saja, tentunya ke depan perlu dirubah
dengan melihat sisi-sisi lain yang memang diamanatkan.
b. Mengenai ada pendapat, syarat jumlah orang un-
tuk mendirikan Koperasi 20 orang, sangat sedikit sehingga
sangat mudah mendirikan Koperasi. Sekali lagi, keinginan
mendirikan Koperasi yang berdasarkan kebutuhan, tidaklah
terganggu dengan jumlah 20 orang. Lebih penting, adalah
tujuan berkoperasi. Sebagai pembanding, Undang-Undang
Perkoperasian di Thailand, cooperative act tahun 1999, me-
netapkan jumlah orang pendiri Koperasi 10 orang. jika pendi-
rian Koperasi tersebut benar-benar sesuai kaidah Koperasi,
maka jumlah tersebut bukan menjadi soal.

- 26 -
32 Pertanyaan : ada Koperasi yang isi dalam akta pendirian dan
anggaran dasarnya mencantumkan banyak sekali kegiatan
usaha. Saya menyarankan, coba pilih dan fokus pada kegiat­
an usaha yang penting. Apa langkah saya ini benar ?.

Penjelasan : langkah Saudara benar. Pencantuman seluruh


kegiatan usaha dalam anggaran dasar, secara tidak langsung
mencerminkan para pendiri koperasi itu, tidak paham dan
mengkaburkan hakekat Koperasi. Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 43 yang berbu-
nyi “usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung
dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan
kesejahteraan anggota”. Dengan mengacu pada ketentuan
ini, maka jelas usaha Koperasi sudah fokus. Mencakup ke­
giatan usaha yang berkaitan dengan kepentingan usaha ang-
gota, atau kegiatan yang terkait dengan kegiatan usaha. Pe­
nempatan kegiatan usaha Koperasi, yang terkesan asal taruh,
jelas tidak betul.

33
Pertanyaan : ada Koperasi anggotanya di bawah 20 orang,
disarankan untuk menambah atau untuk merger, tetapi peng­
urus ngotot tidak mau. Tanggung jawab siapa ini, pengurus?
langkah apa yang perlu dilakukan ?

Penjelasan : Sudah jelas bahwa koperasi tersebut tidak me-


menuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
No. 25 tahun 1992, pasal 6 bahwa untuk koperasi primer jum-
lah anggota sekurang-kurangnya 20 orang.
Langkah yang perlu dilakukan adalah :
1. Pejabat dinas KUKM melakukan pembinaan terhadap ko-
perasi dengan memberikan penjelasan kepada pengurus
koperasi untuk memenuhi aturan yang tercantum dalam
pasal 6 Undang-Undang No. 25 tahun 1992.
2. Apabila dengan penjelasan yang diberikan pengurus ko-
perasi tersebut tidak mengindahkannya, maka pejabat
dinas KUKM dapat memberikan peringatan secara lisan

- 27 -
sebanyak 3 kali.
3. Jika peringatan lisan juga tidak digubris sebagaimana
angka 1 dan 2, maka langkah selanjutnya adalah mem-
berikan surat peringatan rencana pembubaran dengan
alasan yang jelas dan sesuai ketentuan pasal 3 Peraturan
Pemerintah No. 17 tahun 1994. Surat peringatan tersebut
ditembuskan ke pihak-pihak terkait. Ikuti prosedur dan tata
cara pembubaran koperasi oleh Pemerintah (lihat Bab K
rumpun (11) Pembenahan Koperasi Tidak Aktif No. 11)

34
Pertanyaan : mohon ketegasan bahwa di daerah kami,
ditempuh cara bagi orang yang akan mendirikan Koperasi,
di­arahkan untuk mendayagunakan BH Koperasi yang “col-
lapse”, dengan catatan Koperasi tersebut tidak bermasalah
dan ada niat pengurus lama untuk menyerahkannya.

Penjelasan : cara seperti ini masuk kategori pengaktifan kem-


bali koperasi, dan boleh saja dilakukan. Pengaktifan kembali
Koperasi yang sudah ada, dengan mengaktifkan kembali ba-
dan hukum, dapat dilakukan. Langkah yang sudah ditempuh,
telah benar. Lakukan pendekatan dan pertemuan antara Ko­
perasi yang ada dan tidak aktif, dengan masyarakat yang akan
mendirikan Koperasi. Ada kesepakatan di pihak Koperasi,
oleh anggota untuk menerima pengaktifan kembali Kopera-
si. Langkah selanjutnya, silahkan ditempuh misal, pemilihan
peng­urus, pengawas, program kerja dan lain-lain, sebagaima-
na ditempuh Koperasi pada umumnya.

- 28 -
RUMPUN 3: PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

1 Pertanyaan : meliputi apa saja yang berkaitan dengan peruba-


han anggaran dasar Koperasi, apa hanya usaha saja ?

Penjelasan : agar mengacu pada Peraturan Pemerintah No-


mor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penge-
sahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar, serta
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 01/
Per/M.KUKM/I/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemben-
tukan, Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran
Dasar Koperasi.
a. Dalam pasal 12 disebutkan dalam hal perubahan ang-
garan dasar Koperasi yang menyangkut perubahan bidang
usaha, penggabungan atau pembagian Koperasi, pengurus
wajib mengajukan permintaan pengesahan atas perubahan
anggaran dasar secara tertulis kepada Menteri.
b. Dalam pasal 18 disebutkan perubahan anggaran dasar
Koperasi yang tidak menyangkut perubahan bidang usaha,
penggabungan atau pembagian Koperasi tidak perlu penge-
sahan oleh Pejabat. Tetapi wajib dilaporkan kepada pejabat
paling lambat satu bulan sejak perubahan dilakukan, dan Ko-
perasi wajib mengumumkan ke media dalam kurun waktu 45
hari.
Jadi jelas PAD pada koperasi tidak hanya masalah usaha
saja.

2 Pertanyaan : perubahan AD Koperasi untuk perubahan nama


Koperasi, misal semula Koperasi ”Harapan Maju” berubah
menjadi Koperasi ”Maju Harapan” apakah perlu pengesahan
oleh pejabat ?

Penjelasan : tidak perlu. Perubahan kategori ini, tidak ter-


masuk perubahan usaha, penggabungan dan pembagian
yang ketentuannya perlu disahkan pejabat. Silahkan Koperasi
melakukan perubahan sendiri, dan cukup melaporkan ke pe-

- 29 -
jabat setempat (lihat penjelasan Nomor 1 di atas).

3 Pertanyaan : mohon petunjuk perubahan anggaran dasar


Koperasi untuk 3 kasus berikut. (1) Perubahan Anggaran
Dasar tempat kedudukan Koperasi dari provinsi misal Su-
matera Barat ke Kota Jambi, semua anggota pindah ke kota
Jambi kare­na Koperasi ini adalah Koperasi karyawan yang
perusaha­an induknya pindah (2) Perubahan nama Koperasi
apakah dibuatkan AKTA Notarisnya dan SK Koperasinya. (3)
Perubah­an syarat keanggotaan, contoh : KPN, anggotanya
PNS di daerah ditambah PNS + Pensiunan

Penjelasan : untuk pertanyaan pertama, maka perlu dilakukan


perubahan anggaran dasar, karena perubahan tempat tinggal.
Untuk pertanyaan kedua dan ketiga, juga perlu perubahan
anggaran dasar. Namun karena, tidak menyangkut perubah­
an usaha, penggabungan dan pembagian yang ketentuannya
perlu disahkan pejabat. Silahkan Koperasi melakukan per­
ubahan, maka tidak perlu disahkan oleh pejabat. Perubahan
tersebut cukup dilaporkan dan Koperasi mengumumkannya
di media (lihat penjelasan Nomor 1 di atas).

4 Pertanyaan : Bagaimana dengan akta pendirian Koperasi


yang membuka cabang, apakah perlu perubahan anggaran
dasar atau tidak? Kalau ya, siapa yang berwenang?

Penjelasan : Ya perlu PAD. Di dalam akta pendirian, anggaran


dasar Koperasi harus jelas tercantum tentang urusan pem-
bukaan cabang. Kalau ini belum ada, wajib melakukan per­
ubahan anggaran dasar. Mengenai pengesahan perubahan
anggaran dasar, sepanjang hal tersebut menyangkut pada
per­ubahan bidang usaha, penggabungan atau pembagian
Koperasi wajib disahkan oleh pejabat. Perubahan di luar
tersebut, cukup dilaporkan Koperasi kepada pejabat (lihat
penjelasan Nomor 1 di atas).

- 30 -
5 Pertanyaan : Untuk mengantisipasi kepentingan pribadi mau-
pun golongan tertentu, dalam SOP Pendirian Koperasi di
minta ada syarat tambahan, yaitu surat keterangan atau re-
komendasi dari Kelurahan maupun Kecamatan sebagai salah
satu syarat pendirian Koperasi.

Penjelasan : tidak perlu. Syarat pendirian Koperasi yang


diatur dalam peraturan perundangan sudah cukup. Bagi
masyarakat yang akan mendirikan Koperasi, dan bagi pejabat
yang membimbing pendirian Koperasi, agar perpegang pada
peraturan perundangan tersebut. Koperasi didirikan untuk
tujuan melayani kebutuhan anggota dalam menjalankan ak-
tivitas usaha­nya. Jadi, sebenarnya apabila latar belakang dan
tujuan pendirian Koperasi jelas, tidak perlu ada rekomendasi
tambahan yang tidak diperlukan.

6
Pertanyaan : bagaimana dengan penomoran Badan Hukum
Koperasi yang melakukan Perubahan anggaran dasar. Apa­
kah perlu dibuat badan hukum baru dengan Nomor baru ?

Penjelasan : Nomor badan hukum tetap. Badan hukum ha­nya


satu, sekali diterbitkan dan jika ada pencabutan, akan dicabut.
Perubahan anggaran dasar, tidak mengganti Nomor badan hu-
kum, atau menerbitkan badan hukum baru. Pada pengalam­an
perubahan anggaran dasar, maka Nomor badan hukum lama
tetap hidup, cukup dengan mencantumkan Nomor surat kepu-
tusan pengesahan perubahan anggaran dasar saja.
Contoh, Koperasi dengan Nomor badan hukum : 234/BH/
KWK.1/1987. Jika dilakukan perubahan usaha, dan dilaku­­
kan perubahan anggaran dasar pada tahun 2007, pemerintah
melalui pejabat yang berwenang akan mengeluarkan surat
keputusan persetujuan perubahan anggaran dasar, misal,
Nomor 100/Kep/PAD/XI/2007. Untuk pengalaman Koperasi
ini, maka badan hukumnya tetap Nomor 234/BH/KWK.1/1987
dengan mencantumkan tambahan surat keputusan perubah­
an anggaran dasar. Nomor 100/Kep/PAD/XI/2007.

- 31 -
Ada 2 (dua) alasan penting tentang ini. Satu, badan hukum
Koperasi itu hanya satu kali, saat dibentuk dan disahkan akta
pendirian Koperasi, dan akan lepas saat pembubaran. Ke­
duanya (dibentuk dan dibubarkan) diumumkan dalam lembar­
an negara. Jadi, satu Koperasi tidak memiliki lebih dari satu
badan hukum. Dua, tahun pendirian badan hukum Koperasi
(dalam contoh di atas tahun 1987, dan mengalamui perubah­
an sepuluh tahun kemudian tahun 2007) maka jika dihapus
keterangan tahun 1987, diubah menjadi 2007, akan meng-
hilangkan track-record Koperasi. Koperasi seolah-olah baru
lahir di tahun 2007.

- 32 -
RUMPUN 4: KEANGGOTAAN

1 Pertanyaan : Bagaimana permasalahan tentang KTP sebagai


syarat masuk anggota Koperasi berkaitan dengan kedomisili­
an. Domisili itu apakah tempat tinggal sesuai KTP atau tempat
kerjanya ?

2
Pertanyaan : Bagaimana masalah domisili anggota Koperasi.
Karena hal ini berhubungan langsung dengan perkembangan
Koperasi tersebut !

Penjelasan : pertanyaan Nomor 1 dan Nomor 2 dijelaskan


sekaligus. Bagi Koperasi baru maka berlaku Undang-Undang
Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 7 ayat 2
yaitu Koperasi mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah
negara RI. (tempat kedudukan adalah alamat tetap kantor
Koperasi). Dan dihubungkan dengan pendiri Koperasi, maka
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 01/
Per/M.KUKM/I/2006 pasal 7 ayat 2 huruf h yaitu melampirkan
poto copy KTP dari para pendiri. Tentunya kedudukan disini
adalah kedudukan wilayah kerja Koperasi dan biasanya diper-
kuat di anggaran dasar Bab keanggotaan.
Jadi pengurus harus selektif dalam menentukan keang-
gotaan sesuai dengan AD/ART. Bagi Koperasi yang telah
berdiri lama penerimaan keanggotaan sebaiknya disesuaikan
dengan aturan yang ada. Wilayah Keanggotaan Koperasi di-
dasarkan pada kedomisilian/tempat tinggal anggota Koperasi
yang bersangkutan, bukan tempat kerjanya.

3 Pertanyaan : berapa lama batas waktu status calon anggota


Koperasi dan bagaimana dasar hukum calon anggota Ko­
perasi ?

Penjelasan : Sesuai dengan Undang-Undang 25 Tahun 1992,

- 33 -
keanggotaan Koperasi terdiri dari anggota dan anggota luar
biasa. Untuk KSP sesuai dengan Peraturan Pemerintah No-
mor 9/1995 tentang Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pin-
jam oleh Koperasi, KSP yang dimaksud keanggotaan, maka
selain anggota (penuh), anggota luar biasa juga ada calon
anggota. KSP/USP koperasi melayani :
a. Anggota;
b. Calon anggota (calon anggota disini adalah bagi mereka
yang telah menyetor simpanan pokok, tetapi secara ad-
mistrasi belum menandatangani buku anggota dan paling
lama 3 bulan setelah melunasi simpanan pokok harus su-
dah menjadi anggota);
c. Koperasi lain dan anggotanya.

4
Pertanyaan : ada Koperasi yang keanggotaannya hanya
sedikit tercatat 20 orang anggota. Namun yang dilayani ribuan
dan diakui sebagai anggota luar biasa. Anggota luar biasa itu
seperti apa?

5
Pertanyaan : Keanggotaan dalam Koperasi perlu diadakan
penegasan, karena terdapat keanggotaan sementara. Pada-
hal dalam aturan, setelah 3 bulan calon anggota harus men-
jadi anggota tetap, terutama simpan pinjam

Penjelasan : pertanyaan nomor 4 dan 5 dijelaskan sekaligus.


a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perko-
perasian pasal 4, mengatur tentang keanggotaan. Disini ha­
nya dikenal sebutan anggota dan anggota luar biasa. Anggota
adalah orang yang memenuhi ketentuan Undang-Undang
dan juga ketentuan dalam AD dan ART Koperasi. Anggota
luar biasa adalah orang yang ingin menjadi anggota Koperasi,
namun tidak sepenuhnya memenuhi syarat yang ditetapkan
dalam AD. Orang seperti ini dapat diterima sebagai anggota
luar biasa.
b. Sedangkan yang dimaksudkan dengan anggota luar
biasa adalah mereka yang berstatus sebagai WNA atau WNI

- 34 -
yang bermaksud menjadi anggota dan memiliki kepentingan
kebutuhan dan kegiatan ekonomi yang diusahakan oleh Ko-
perasi, namun tidak dapat memenuhi semua syarat seba-
gai anggota. Misalkan yang bersangkutan tidak mempunyai
KTP yang sesuai AD/ART Koperasi yang bersangkutan, tidak
membayar simpanan wajib.
c. Lebih jauh, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam oleh Koperasi pasal 18 selain menyebut “anggota”
ada sebutan calon anggota. Dengan demikian ada 3 sebutan
keanggotaan : anggota, anggota luar biasa dan calon ang-
gota. Di Koperasi tidak dikenal sebutan anggota sementara.
d. Berkaitan dengan pertanyaan ini, kembalikan pada
peraturan perundangan yang berlaku, yaitu anggota, calon
anggota dengan ketentuan batas waktu maksimal 3 bulan
segera menjadi anggota (tidak ada calon anggota abadi) dan
anggota luar biasa.

6
Pertanyaan : jika anggota dirasionalisasi bagaimana ketentu-
annya ?

Penjelasan : rasionalisasi tidak ada payung hukumnya. aturan


tentang siapa, persyaratan diterima dan keluar sebagai ang-
gota Koperasi, termasuk rasionalisasi anggota, semestinya
menjadi urusan internal Koperasi, dan diatur dalam AD dan
ART. Namun demikian dapat diberikan, saran rasionalisasi
keanggotaan mengacu pada AD dan ART. Koperasi dapat
mengirimkan edaran atau pemberitahuan untuk mengkonfir-
masi keseriusan tetap menjadi anggota, pemenuhan kewa-
jiban, berikan pilihan, dan dengan batas waktu yang tegas.
Dari sini terinventarisasi anggota-anggota yang dikategorikan
memenuhi persyaratan dan kewajiban. Hasil inventarisasi
akan menemukan jumlah dan sebaran anggota, untuk bahan
rasionalisasi.

- 35 -
7 Pertanyaan : mohon dapat diberi pengertian tentang jumlah
anggota minimal ?, apakah betul, setahu saya kalau Koperasi
tingkat nasional harus dihadiri oleh 85 orang ?

Penjelasan : perlu dipahami secara utuh bahwa Koperasi itu


hanya satu. Secara kelembagaan tidak ada pemahaman bah-
wa Koperasi tingkat nasional itu lebih tinggi daripada provinsi,
dan kabupaten/kota. Tidak ada peningkatan skala seperti itu,
misal kabupaten, naik ke provinsi, naik ke nasional.
a. Jumlah keanggotaan Koperasi, diatur dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal
6, yaitu minimal 20 orang untuk Koperasi primer, dan 3 badan
hukum Koperasi untuk Koperasi sekunder.
b. Mengenai jumlah lebih dari 20 orang, itu saran peja-
bat atas dasar kewajaran. Apakah wajar kalau Koperasi yang
jangkauan dan skope kerjanya secara nasional, maka sewa-
jarnya jumlah anggota lebih dari 20 orang !

8 Pertanyaan : ada anggota umur 15 tahun, diberi status calon


anggota, bagaimana kedudukannya ?

Penjelasan : Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun


1992 Pasal 18 ayat (1) yang dapat menjadi anggota Koperasi
adalah setiap Warga Negara Indonesia (WNI) yang mampu
melakukan tindak hukum. Tindakan hukum adalah yang telah
mempunyai KTP yaitu minimal 16 tahun. Jadi anggota yang
belum mampu melakukan tindakan hukum (umur 15 tahun)
belum resmi menjadi anggota penuh.

- 36 -
RUMPUN 5: RAPAT ANGGOTA

1 Pertanyaan : apa tindakan kita sebagai aparat/petugas pem-


bina terhadap pengurus yang tidak mau melaksanakan RAT
meskipun sudah didesak oleh anggota. Pengurus tetap tidak
mau melaksanakan RAT dengan alasan, misalnya : terkait
dengan manajemen perusahaan induk, hal ini terjadi pada
kop­kar.

Penjelasan : alasan seperti itu, tidak tepat. Pisahkan antara


kepengurusan Kopkar dengan manajemen perusahaan di-
mana kopkar berada. Kepengurusan Kopkar bersifat indepen-
den, tunduk pada rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi
dalam Koperasi, bukan pada perusahaan induk.
Sebagaimana kita ketahui bersama, pengurus berkewa-
jiban melaksanakan Rapat Anggota, minimal 1 (satu) kali
dalam setahun, sebagai pelaksanaan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas pengurus selama setahun. Oleh sebab itu
bila hal ini terjadi (tidak melaksanakan RAT) pengurus dapat
diberikan sanksi berupa peringatan teguran, baik oleh ang-
gota maupun pembina. Anggota dapat saja mendesak, untuk
dilakukan rapat anggota luar biasa, dan seberat-beratnya da-
pat dilakukan pembubaran oleh pemerintah bila tidak melak-
sanakan RAT dalam 2 (dua) tahun berturut-turut.

2
Pertanyaan : Usaha apa yang ditempuh bila anggota ingin
melakukan rapat anggota untuk pertanggungjawaban penge­
lolaan Koperasi. Sedangkan pengurus tidak mau mempertang-
gungjawabkan kegiatannya pada rapat anggota tersebut?

Penjelasan : Perlu diberi peringatan tentang kewajiban bahwa


rapat anggota secara organisasi merupakan aplikasi peme-
gang kekuasaan tertinggi di Koperasi. Salah satu tugas peng­
urus adalah menyelenggarakan rapat anggota/rapat ang-

- 37 -
gota tahunan. Pengurus yang tidak mau menyelenggarakan
RAT padahal tidak ada alasan prinsip yang dapat diterima,
menunjukkan ketidakmampuan pengurus dan penyimpangan
organi­sasi. Anggota dapat saja mendesak, untuk dilakukan
rapat anggota luar biasa.

3
Pertanyaan : Koperasi melaksanakan rapat anggota hanya
setiap 1 tahun sekali ?

Penjelasan : pendapat seperti itu tidak sepenuhnya benar,


dan perlu diluruskan. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian tidak membatasi jumlah rapat ang-
gota. Rapat anggota dapat dilakukan lebih dari satu kali. Ra-
pat anggota minimal satu kali dalam satu tahun (pasal 26) itu
yang disebut RAT. Pengertian yang ada dan berkembang, se-
olah-olah hanya ada satu kali rapat anggota, yang kebetul­an
pelaksanaannya dilakukan di akhir tahun buku, dan di­sebut
rapat anggota tahunan (RAT). Perlu penyuluhan tentang hal-
hal apa saja yang perlu dilakukan rapat anggota, dan ini se-
harusnya diatur dalam AD dan ART.

4
Pertanyaan : suatu Koperasi bergerak dibidang kelapa sawit
dengan jumlah anggota semula 250 orang. Kemudian keang-
gotaan ini bertambah menjadi 1000 orang Pada awalnya se-
tiap orang anggota memiliki 2 ha kebun. Dengan bertambah
menjadi 750 orang anggota baru, maka jatah tanah yang se-
mula 2 ha/anggota berkurang menjadi ¼ ha saja, dan per­
ubahan jumlah kebun dari 2 ha menjadi ¼ ha sudah diba-
has dalam rapat anggota dan setuju, Dalam perkembangan
pelaksanaan ada 34 anggota merasa dirugikan dan mem-
permasalahkan keputusan yang telah disetujui dalam rapat
anggota, dibawa ke pihak berwajib. Apakah dengan kejadian
seperti ini Koperasi masih dapat melakukan rapat anggota?

Penjelasan : rapat anggota dapat dijalankan. Pisahkan antara


urusan rapat anggota yang telah memiliki ketentuan, dalam

- 38 -
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkopera-
sian maupun dalam AD/ART Koperasi, harus dijalankan se-
suai ketentuan yang berlaku. Masalah yang muncul tersebut,
adalah sisi lain, yang perlu diselesaikan tersendiri. Masalah ini
tidak harus menghentikan Koperasi untuk menyelenggarakan
rapat anggota.

5 Pertanyaan : di dalam forum rapat anggota tahunan, semen-


jak tahun 2000 belum ada aturan tentang forum rapat anggota.
Saran agar forum rapat anggota itu diatur dalam Per­aturan
Pemerintah atau Peraturan Menteri Koperasi dan UKM.

Penjelasan : urusan rapat anggota atau khususnya rapat ang-


gota tahunan, sebenarnya merupakan urusan internal Ko-
perasi sehingga diatur dalam AD dan ART Koperasi. Rapat
anggota dapat saja dilakukan secara langsung, jika jumlah
anggota Koperasi masih sedikit. Rapat anggota dapat di-
lakukan dengan cara perwakilan kelompok. Cara-cara rapat
anggota kelompok atau perwakilan sudah banyak dilakukan
oleh Koperasi yang jumlah anggotanya banyak, dan hasilnya
tetap sah. Dalam hal itu, pemerintah dapat bertindak sebatas
memberikan rambu-rambu umum sesuai ketentuan peraturan
perundangan.

6 Pertanyaan : pengawas tidak hadir dan tidak membuat lapor­


an pengawasan dalam rapat anggota, rapat ini syah atau tidak
?

Penjelasan : rapat anggota tersebut tetap sah. Sah tidaknya


Rapat Anggota ditentukan oleh kuorum rapat. Bila tahapan un-
tuk mencapai kuorum telah dilaksanakan seperti point Nomor
3 dan 4. RAT itu hanya mengesahkan pertanggungjawaban
pengurus. Sedangkan pertanggungjawaban pengawas belum
dapat disahkan.

- 39 -
7 Pertanyaan : mengenai kehadiran aparat dinas, karena ada
Koperasi yang mengundang, dan ada yang tidak mengun-
dang. Sebaiknya diharuskan kepada Koperasi setiap RAT
mengundang pejabat. Apa peran kita sebagai pembina dalam
acara tersebut?

Penjelasan : ketentuan yang mengharuskan aparat/pem-


bina diundang dalam RAT, tidak ada. Memang pada Un-
dang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perkoperasi­an (Undang-Undang lama) RAT wajib dihadiri
aparat/pembina. Namun, pada Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian, tidak ada keharusan
menghadirkan aparat/pembina. Kehadiran aparat/pembina,
merupakan undangan.
Bagi aparat/pembina yang hadir dalam undangan RAT,
merupakan kesempatan bagus untuk melakukan pembinaan.
Banyak hal yang dapat dilakukan, antara lain, memberikan mo-
tivasi dan dorongan, memberikan saran perbaikan-perbaik­an,
menanamkan dan menegaskan lagi penegakan aturan main
perkoperasian, pendidikan perkoperasian kepada anggota,
menampung aspirasi Koperasi, dan hal-hal positif lain.

8 Pertanyaan : jika ada Koperasi yang tidak mengundang pem-


bina dalam RAT, maka bagaimana keabsahan RAT tersebut?

Penjelasan : RAT tetap sah. Kehadiran aparat/pembina bukan


keharusan. RAT merupakan urusan internal Koperasi. Kope­
rasi dapat mengundang atau tidak mengundang pembina.
Namun selaku pembina tetap pro-aktif memonitor Koperasi
yang menyelenggarakan RAT, tapi tidak mengundang aparat.
Hasil penyelenggaraan RAT agar dilaporkan ke Dinas yang
membidangi urusan Koperasi dan UKM.

9
Pertanyaan : calon anggota jumlahnya banyak, sedangkan
anggota hanya 20 orang. Calon anggota adalah pekerja tam-
bang, dengan alasan mereka sukar untuk menghadiri RAT dan
untuk tidak mengganggu keabsahan RAT, karena itu mereka

- 40 -
tetap diposisikan calon anggota saja. Mohon penjelasan?

Penjelasan : pemikiran seperti ini keliru. Alasan bahwa ada
orang yang nantinya diduga tidak dapat datang di RAT, meru-
pakan pandangan keliru, dan harus diluruskan. Peraturan-per­
undangan tentang Koperasi, tidak mengenal dan memberikan
penafsiran seperti itu.
Kekhawatiran mereka yang disebut calon anggota sukar
datang di RAT, tidak tepat. Ada cara dan teknik penyelengga-
raan RAT bagi Koperasi yang anggotanya sudah banyak. Mi­
sal melalui pra rapat anggota dengan cara kelompok. Dalam
paripurna, setiap kelompok cukup mengirim wakil kelompok
dengan membawa suara anggota, sehingga tidak harus se-
mua orang hadir sekaligus saat RAT. Beri pengertian kepada
pengurus Koperasi seperti itu, bahwa cara pikir ini keliru dan
tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Ingat­kan, yang namanya calon anggota itu, sementara, dalam
jangka waktu 3 bulan harus menjadi anggota. Bukan, digan-
tung dengan alasan yang tidak tepat.

10 Pertanyaan : apakah boleh dalam suatu forum rapat anggota


diwakilkan kepada yang tidak memiliki kompetensi dalam
perkoperasian?

Penjelasan : kalau yang dimaksudkan sepanjang tidak memi-


liki kompeten disini, seperti seorang Bapak, mewakilkan ke-
pada anaknya untuk hadir dalam rapat Rukun Tangga (RT),
tidak boleh. Hak suara keanggotaan tidak dapat dipindahkan
ke orang lain. Tetapi, jika yang dimaksud ”diwakilkan” adalah
perwakilan anggota, dia hadir dalam rapat angota membawa
mandat atau suara anggota (dalam rapat anggota kelompok),
maka ini sah.

11 Pertanyaan : dalam pertanggungjawaban rapat anggota, dan


telah disahkan. Dikemudian hari terbukti ada penyelewengan.
Bagaimana keabsahan rapat anggota itu ?

- 41 -
Penjelasan : rapat anggota tersebut tetap sah. Mengenai
munculnya permasalahan penyelewengan, maka ini harus
diselesaikan dalam lingkup tersendiri. Bagaimana hasil pe-
nyelesaian itu ? nanti menjadi pertimbangan untuk langkah
lebih lanjut.
Berkaitan dengan ini, terjadi karena lemahnya sistem
peng­awasan di Koperasi, terutama pengawasan internal. Se-
harusnya, apabila Koperasi telah siap dengan sistim penga-
wasan, maka langkah-langkah preventif (pencegahan) dapat
mendeteksi adanya penyelewengan. Apabila langkah preven-
tif tidak maksimal, baru dilakukan langkah represif.

- 42 -
RUMPUN 6: KEPENGURUSAN

1 Pertanyaan : pengurus Koperasi itu sebaiknya tidak sering


berganti. Bagaimana kalau ada Koperasi pengurusnya tetap
orang yang sama (tidak ganti) dan kharismatik ?

2
Pertanyaan : bagaimanakah cara pengoptimalan pengelo-
laan Koperasi yang pengelolanya bersifat ketokohan, dan
cara proses pengkaderan anggota Koperasi ?

Penjelasan : pertanyaan Nomor 1 dan Nomor 2 dijelaskan


sekaligus.
a. Praktek-praktek tidak adanya pergantian kepengurus­
an, merupakan implikasi kondisi sosial-budaya masyarakat
daripada urusan organisasi Koperasi. Praktek-praktek
semacam itu, tidak dapat diberlakukan secara umum, hanya
bersifat spesifik dan lokalistik, karena itu penyelesaiannya
juga secara spesifik pula. Kita maklum, tidak mudah mem-
peroleh SDM Koperasi yang memiliki kemampuan memimpin,
menjadi pengurus. Tetapi justru menjadi tanggung jawab mo­
ral seorang pengurus, melakukan pengkaderan sebagai ben-
tuk pelaksanaan salah satu prinsip Koperasi “pendidikan ang-
gota” sekaligus menjadi ukuran keberhasilan kepemimpinan
pengurus yang ada.
b. Mengenai pengalaman ini mari kita letakkan dalam
porsi yang lebih luas. Kondisi ideal yang diharapkan adalah
Koperasi dipimpin oleh pengurus yang mempunyai kemam-
puan kepemimpinan dan pengelolaan yang handal. Untuk
mewujudkan harapan tersebut, dapat ditempuh melalui ka-
derisasi dan pergantian kepengurusan yang professional.
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perko-
perasian, memberikan ketentuan tentang jabatan kepengurus­
an. Jabatan pengurus 5 tahun. Pengaturan rinci di Koperasi,

- 43 -
diatur dalam AD dan ART. Sisi yang lebih penting adalah
melakukan kaderisasi, sehingga Koperasi siap dengan calon-
calon pengurus yang memenuhi kualifikasi.

3 Pertanyaan : Koperasi punya AD, tapi pengurus belum per-


nah membaca AD dikarenakan sering berganti-ganti.

Penjelasan : alasan ini kurang tepat. Suatu hal “kurang ba-


gus” kalau ada seorang pengurus, belum pernah membaca
AD, ART, peraturan lain dan juga Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Kalau jabatan pengurus
3 tahun, masa dalam waktu 3 tahun tidak ada waktu untuk
membaca AD !. Justru di dalam AD itulah pengurus diberikan
rambu-rambu untuk menjalankan tugasnya. Bagaimana se-
orang pengurus mampu mengelola Koperasi, kalau dia tidak
paham tugas pokok, ketentuan yang dikandung Koperasi!
Informasi semacam ini, penting, mengindikasikan perlunya
perhatian khusus pendidikan pengurus atau calon-calon pen-
gurus.

4 Pertanyaan : pengurus sekunder syaratnya dari pengurus


primer. Masa jabatan, pengurus maksimal 5 tahun. Bagaima-
na jika dipilih kembali ?

Penjelasan : ketentuan kepengurusan, siapa menjadi peng­


urus, berapa lama, tugas, wewenang pengurus seharusnya
jelas diatur di AD/ART. Dengan demikian jikalau ada keten-
tuan internal di suatu Koperasi, misal tentang pengangkatan
kembali pengurus, silahkan diatur rinci di AD asal tidak ber-
tentangan dengan Undang-Undang maupun peraturan lain.

5 Pertanyaan : jabatan kepengurusan ada periode waktu. Jika


pengurus dibatasi periodenya, Koperasi akan gulung tikar.
Karena di banyak Koperasi, tidak semua orang mampu dan
mau menjadi pengurus ?

- 44 -
Penjelasan : mensikapi materi ini, agar tidak ditarik kesimpu-
lan lurus seperti itu. Memang disadari tidak mudah mencari
pengurus yang kompeten. Tetapi bukan berarti, harus meng-
gugurkan ketentuan dan hakekat kepengurusan. Justru, hal
ini menjadi bahan untuk melakukan pembinaan dan kaderi-
sasi. Koperasi melakukan pendidikan anggota untuk menyi­
apkan kader.

6 Pertanyaan : apabila terjadi perubahan pengurus Koperasi,


atau terjadi berakhirnya pengurus Koperasi, apakah Dinas
yang membidangi Koperasi mengeluarkan Surat Keputusan
perubahan pengurus Koperasi ?

Penjelasan : tidak perlu. Koperasi itu merupakan organisasi


independen, yang mengurus dan menentukan dirinya sendiri.
Pemilihan, perubahan dan penetapan pengurus, menjadi ra-
nah kewenangan Koperasi. Jadi, tidak perlu ada surat keputu-
san (SK) dari Dinas KUKM.

7 Pertanyaan : banyak pengurus Koperasi yang mendobel jadi


pengurus di Koperasi lain. Dimohon ada kebijakan untuk
membuat peraturan tentang kepengurusan tersebut ?

8 Pertanyaan : pengurus Koperasi tidak boleh merangkap di


Koperasi lain (antar KSP primer). Apakah boleh pengurus Ko-
perasi primer merangkap jabatan di Koperasi primer lain ?

Penjelasan : pertanyaan Nomor 6 dan 7 dijelaskan sekaligus.


Semua, dikembalikan pada ketentuan yang berlaku. Untuk
Koperasi sekunder, pengurusnya berasal dari pengurus Ko-
perasi primer anggotanya. Untuk Koperasi sekunder dibenar-
kan ada pengurus yang duduk sebagai pengurus Koperasi
sekunder, sekaligus Koperasi primer anggotanya (dobel).
Untuk pengurus Koperasi bukan Koperasi simpan pinjam
(primer), tidak ada ketentuan khusus. Namun ditilik dari sisi
dan kewajaran, tidak tepat seorang pengurus merangkap ja-

- 45 -
batan di beberapa Koperasi primer lain. Untuk permasalahan
ketentuan jabatan ini, agar diatur dalam AD dan ART. Sedang­
kan khusus untuk pengurus Koperasi simpan pinjam (primer)
tidak diperbolehkan merangkap jabatan di pengurus Koperasi
primer simpan pinjam (primer) lain. Jadi untuk Koperasi sim-
pan pinjam, dilarang jabatan dobel.

9 Pertanyaan : pengurus dan pengawas merupakan pilihan dari


anggota, lalu bagaiman jika pengurus dan pengawasnya satu
saja ? karena peran pengawas kurang diperlukan.

Penjelasan : pendapat seperti itu keliru, selama ini kare­


na masih banyak Koperasi melihat atau menonjolkan so-
sok ”orang” pengurus dan ”orang” pengawas, bukan fungsi
kepeng­urusan dan fungsi kepengawasan. Organisasi, atau
perusahaan yang besar dan skala raksasa (multi nasional)
sekalipun, tetap mengedepankan fungsi pengawasan atau
kontrol dalam sistem manajemen.

10 Pertanyaan : dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992


tentang Perkoperasian, terdapat prinsip demokrasi. Imple-
mentasi prinsip ini belum terwujud. Perbandingan ada peng­
urus Koperasi yang seumur hidup seperti PNS saja!
Penjelasan : wujud konkrit demokrasi dalam Koperasi, yaitu
prinsip satu orang satu suara (one man one vote). Hak sua­
ra pada organisasi Koperasi, ditentukan orang anggota, bu-
kan besarnya modal. Implementasi lain wujud demokrasi,
adalah hak setiap anggota untuk dipilih dan memilih menjadi
pengurus atau pengawas, dan sekali lagi bukan didasarkan
besarnya modal. Segi penting wujud demokrasi, yaitu rapat
anggota sebagai Pemegang Kekuasaan Tertinggi di Kopera-
si. Rapat anggota memutuskan kebijakan, program kerja dan
hal-hal pokok dan penting di Koperasi.

11 Pertanyaan : Koperasi akan berjalan baik jika pengurus memi-


liki kejujuran. Karena jika tidak ada kejujuran, akan merugi-
kan anggota dan merusak citra Koperasi itu sendiri. Jadi kita

- 46 -
tanam­kan kepada pengurus prinsip kejujuran !.

Penjelasan : sangat tepat. Kejujuran bukan hanya monopoli


dan berlaku bagi pengurus. Kejujuran berlaku untuk peng­urus,
pengawas, pengelola dan anggota. Kalau kita menyimak kem-
bali pemikiran Bung Hatta tentang Koperasi, beliau menggar-
iskan bahwa kemajuan Koperasi itu sangat tergantung pada
kesadaran dan keinsyafan anggota untuk berusaha dalam
perkumpulan Koperasi dan kejujuran pengurusnya. Khusus
untuk pengurus, yang memang dipercaya anggota memimpin
dan mengelola Koperasi, tentu memiliki amanah besar untuk
dijalankan dengan jujur.
Mengenai kejujuran ini, sebaiknya menjadi kriteria dalam
pemilihan pengurus, pengawas dan pengelola di Koperasi.
Salah satu alat uji untuk itu, antara lain, melalui rekam jejak
(track record) calon pengurus.

12 Pertanyaan : pengelola diangkat oleh pengurus dan bertang-


gung jawab kepada pengurus. Jika pertanggungjawaban
peng­urus tidak diterima RAT dan pengawas harus lengser
dari jabatan, apakah pengelola akan otomatis ikut lengser dari
jabatan ?

Penjelasan : tidak otomatis lengser. Pisahkan antara hubung­an


pengurus-pengelola, dengan pertanggungjawaban peng­urus
di depan anggota (dalam rapat anggota). Keberadaan pen-
gelola di Koperasi didasarkan pada perjanjian tertulis, antara
Koperasi (pengurus) dengan pengelola. Pengangkat­an pen-
gelola oleh pengurus telah dilaporkan dan disetujui anggota
dalam rapat anggota. Jadi, keberadaan pengelola merupakan
ikatan institusional Koperasi, bukan ikatan perseorangan den-
gan pengurus. Kelangsungan dan atau ketidak langsungan
keberadaan pengelola, dikembalikan pada perjanjian yang
terikat diantara pengelola dengan institusi Ko­perasi itu.

- 47 -
13 Pertanyaan : apakah hasil pengawasan yang dilakukan oleh
pengawas, perlu disosialisasikan/diberitahukan terlebih da-
hulu ke pengurus, sebelum dibawa ke rapat anggota?

Penjelasan : ya benar harus dikomunikasikan ke pengurus.


Dudukan kembali fungsi, pengawas sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1992 maupun hakekat
pengawasan dalam arti umum. Tentang pertanyaan ini, jelas
dan justru perlu komunikasi yang harmonis antara pengawas
dengan pengurus. Pengawas sebaiknya membantu pengurus
dalam menjalankan kegiatan operasional. Hasil pengawasan
harus dikomunikasikan ke pengurus untuk perbaikan.

14 Pertanyaan : usaha apakah yang dapat dilakukan apabila ter-


jadi perselisihan dalam kepengurusan Koperasi?

Penjelasan : perlu disepakati dulu, bahwa persoalan ini ada-


lah urusan internal Koperasi. Cermati dulu, apa penyebab dan
posisi perselisihan, masalah pribadi atau masalah organisasi.
Apabila masalahnya ada hubungan dengan urusan organ-
isasi maka kembalikan ke aturan yang berlaku yaitu AD/ ART
atau keputusan-keputusan Koperasi. Posisi pembina adalah
mediasi dan advokasi, bukan intervensi.

15 Pertanyaan : pengurus wajib membuat laporan pertang-


gungjawaban pengurus yang berisi laporan keuangan, lapor­
an organisasi dan lain-lain pada setiap akhir tahun. Saran:
sebaiknya laporan dinamakan laporan pertanggungjawaban
pengurus jika sudah disetujui pada RAT ! (agar ada persa-
maan persepsi)

Penjelasan : aturan ini sudah jelas dalam Undang-Undang


Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 35,
peng­urus menyusun laporan tahunan satu bulan setelah ta-
hun buku ditutup. Persetujuan atas laporan tahunan tersebut,
merupakan penerimaan pertanggungjawaban pengurus oleh

- 48 -
rapat anggota. Jadi, gunakan acuan peraturan perundangan
ini, sehingga memiliki persepsi sama.

- 49 -
RUMPUN 7: PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS

1 Pertanyaan : seyogyanya pengurus dan pengawas harus


sama persepsi. Namun pengawas perlu memiliki kepekaan
untuk curiga lebih dahulu. Karena tanpa ada rasa curiga tidak
akan menemukan masalah!.

2 Pertanyaan : Banyak Koperasi jatuh karena pengawasan


kurang efektif?

Penjelasan : pertanyaan Nomor 1 dan Nomor 2 dijelaskan


sekaligus. Untuk materi pertama, “pengawas dan pengurus
harus punya persepsi sama”, sangat benar. Pengurus dan
pengawas berbeda karena jabatan, dan ruang. Pengurus
dan pengawas harus memiliki orientasi sama yaitu kemajuan
Koperasi dan kesejahteraan anggota. Kondisi yang ada saat
ini, pengurus dan pengawas belum memiliki persepsi sama.
Dalam beberapa kejadian, mereka bahkan berhadapan dan
bukan menjadi mitra satu dengan yang lain.
Untuk materi kedua, pengawas perlu bekal kecurigaan
untuk menemukan masalah, tentu tidak tepat. Tugas penga-
wasan untuk memonitor pelaksanaan kebijakan dan pengelo-
laan Koperasi, yang telah diputuskan dalam rapat anggota
untuk mencapai tujuan. Jadi tidak benar, pengawasan itu un-
tuk mencari salah pihak lain. Tetapi untuk memberikan input
perbaikan.
Pertanyaan ini merupakan gambaran nyata di lapangan.
Sejauh ini sudah dikenali sebab-sebabnya. Satu anggapan
bahwa fungsi pengawasan itu tidak penting, dan dianggap
prioritas kedua. Padahal kenyataannya banyak Koperasi “je-
bol”? karena lemahnya fungsi pengawasan. Sistem manaje-
men dan penghargaan di Koperasi terhadap pengawas, masih
rendah. Sering kebanyakan Koperasi hanya ditentukan oleh
pengurus.

- 50 -
3
Pertanyaan : dalam kenyataan ada tugas pengawas belum
maksimal. Bahkan ada laporan pengawas yang justru dibuat/
dibuatkan oleh pengurus dan menjadi laporan pengawas
pada saat RAT.

Penjelasan : Ini kondisi yang keliru. Intisari pertanyaan ini ada-


lah gambaran salah, walaupun terjadi riil di lapangan. Peng­
awas yang tidak melakukan fungsi atau tugas pengawasan,
apalagi laporannya dibuatkan pengurus, merupakan bentuk
“pengingkaran tugas, tanggung jawab dan kepercayaan ang-
gota”. Di kemudian hari tidak boleh dan harus dibina.

4
Pertanyaan : dalam AD dan ART pengurus dan pengawas
dipilih dan diberhentikan oleh anggota. Namun dalam pelak-
sanaan pemilihan, kurang selektif, kurang mendasarkan ke-
mampuan.

5
Pertanyaan : apakah pengawas itu harus lebih tahu (mem-
punyai pengetahuan lebih) dibandingkan pengurus? Karena
mereka yang nantinya bertugas mengawasi jalannya program
kerja Koperasi.

Penjelasan : pertanyaan Nomor 4 dan 5 dijelaskan sekali-


gus. Setiap jabatan memiliki bidang kompetensi sendiri. Ada
kompetensi pengawasan, ada kompetensi pengurus. Sebagai
pembanding, ada orang ahli mesin (kompetensi permesinan),
dan ada orang ahli menjahit (kompetensi menjahit). Jabat­
an kepengawasan memang memerlukan keahlian kepeng­
awasan, berbeda dengan kepengurusan. Jadi tidak perlu
harus lebih unggul dibanding pengurus.
Mengenai pemilihan yang kurang didasarkan kemampuan,
ini persoalan umum di Koperasi. Kriteria, persyaratan peng­
urus dan pengawas relatif belum tegas. Di Koperasi, memang
sampai sekarang ini dihadapkan pada kualitas SDM. Namun
pemilihan pengurus dan pengawas yang lebih menonjol kare­

- 51 -
na aspek sosial, ketokohan daripada kemampuan, secara
bertahap harus dihilangkan.

6
Pertanyaan : Jika pengurus mengawasi pengelola, lalu tugas
pengawas itu apa?

Penjelasan : pertanyaan ini tentunya berkaitan dengan pasal


32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 yang berbunyi
”pengurus Koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi
wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha”. Penjelasan
pasal 38, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 yang ber-
bunyi, “dalam hal Koperasi mengangkat pengelola, pengawas
dapat diadakan secara tetap atau diadakan pada waktu diper-
lukan sesuai dengan keputusan rapat anggota. Hal ini tidak
mengurangi arti pengawas sebagai perangkat organisasi, dan
memberi kesempatan kepada Koperasi untuk memilih peng­
awas secara tetap atau pada waktu diperlukan.
Pertanyaan seperti ini banyak diajukan di semua acara
bimbingan teknis perkoperasian. Anggapan, jika pengurus
mengangkat pengelola, maka pengawas hapus tidak sesuai
dengan ketentuan pasal 38 tersebut.
Fungsi pengawasan tetap harus ada. Hanya saja ketika
ada pengelola, pelaku pengawas tersebut dapat tetap, atau
dibuat pada waktu diperlukan, bukan hapus. Agar diingat
fungsi pengawasan itu bagian dari sistem manajemen. Ja­
ngankan Koperasi, perusahaan multinasional yang besar
pun, pasti memiliki fungsi pengawasan yang canggih.

7
Pertanyaan : Agar dipertimbangkan masak-masak. Jika pe-
merintah memberikan ketentuan syarat sertifikasi SDM
pengawas, namun dalam AD dan ART Koperasi, tidak men-
cantumkan persyaratan itu, maka potensial menimbulkan
ketidakharmonisan! Jika sertifikasi dijadikan filter dalam pemi-
lihan pengurus atau pengawas, apakah nantinya tidak men-
imbulkan kerancuan?

- 52 -
8 Pertanyaan : Agar Kementerian Koperasi dan UKM, juga me-
netapkan syarat kompetensi SDM, seperti penetapan syarat
kompetensi dokter seperti akreditasi rumah sakit, sehingga
mutu SDM di Koperasi terstandarisasi?

9
Pertanyaan : sebagai saran terkait masalah kompetensi peng­
awas, diperlukan pelatihan (sertifikasi) pengawas.

Penjelasan pertanyaan Nomor 7, 8 dan 9 dijelaskan sekali-


gus. Latar belakang pertanyaan ini muncul dipicu oleh kepri-
hatinan banyak Koperasi terhadap kinerja pengawasan dan
SDM pengawas yang lemah, sehingga hasil pengawasan di
Koperasi menjadi lemah pula. Ada banyak usulan, seharus-
nya SDM pengawas itu punya kompetensi, dan kalau perlu
ada sertifikasi pengawas.
Kekhawatiran dalam pertanyaan ini dapat diterima. Ten-
tunya semua pihak harus menghormati ketentuan yang di­
atur pada AD/ART. Apabila ada upaya untuk meningkatkan
kemampuan pengawas dengan sertifikasi, tentunya bukan
paksaan. Semuanya dikembalikan pada keputusan Koperasi.
Dalam arti, ada keselarasan ketentuan dalam AD/ART yang
mempersyaratkan kualifikasi kompetensi dan sertifikasi jabat­
an pengawas.

10 Pertanyaan : untuk KUD, kenyataan sekarang ini AD dan ART


belum disempurnakan sehingga tidak menampung hal-hal
yang berkembang sekarang ini. Saran!

11
Pertanyaan : apa diperbolehkan jika di AD ART, juga mencan-
tumkan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan manaje-
rial, misal mencantumkan persyaratan memiliki sertifikasi ke-
mampuan tertentu?

Penjelasan pertanyaan Nomor 10 dan 11 dijelaskan seka-


ligus. Koperasi boleh dan justru harus mengubah atau
menyempurna­kan isi AD dan ART sesuai kebutuhan saat ini,

- 53 -
termasuk persyaratan manajer. Kewenangan untuk menentu-
kan isi AD dan ART, sepenuhnya ada pada Koperasi sendiri.
Janganlah berpikir kalau perubahan harus dilakukan atau
ditentukan pemerintah. (ikuti ketentuan tentang perubahan
anggaran dasar).

12
Pertanyaan : Jika status Koperasi harus berbadan hukum lalu
bagaimana cara menyikapi Koperasi yang tidak berbadan
hukum? apakah harus dibubarkan? bagaimana cara mem-
bubarkannya!

Penjelasan : tidak ada Koperasi yang tidak berbadan hukum.


Suatu organisasi sah menyandang status badan hukum, sete­
lah sah diterbitkan badan hukum Koperasi (lihat pasal 9 Un-
dang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
yang berbunyi : ”Koperasi memperoleh status badan hukum
setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah”. Kalau
ada organisasi kelompok mengaku sebagai Koperasi, pada-
hal tidak memenuhi pasal 9 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992, maka itu bukan Koperasi sehingga tidak perlu menjadi
fokus pekerjaan pembubaran.

13 Pertanyaan : Akuntabilitas kita sudah kuat sesuai peraturan


(rule). Untuk mengukur akuntabilitas Koperasi, indikator apa
yang kita gunakan?

14 Pertanyaan : Akuntabilitas diciptakan agar semua dapat di-


ukur dengan baik. Tapi kenyataan di lapangan susah untuk
diaplikasikan. Yang terjadi di lapangan, tingkat kepatuhan Ko-
perasi dengan peraturan-peraturan yang disyaratkan sangat
jauh. Seorang pengawaslah yang akan ditakuti?

15 Pertanyaan : akuntabilitas di Koperasi sangat lemah. Peng­


urus dan pengawas tidak cukup berperan maksimal. Dinas
KUKM sebagai regulator tidak maksimal menjangkau pem-
bina Koperasi.

- 54 -
16 Pertanyaan : akuntabilitas diciptakan agar semua dapat di­
ukur dengan baik. Kenyataannya di lapangan, susah untuk
diaplikasikan, karena tingkat kepatuhan Koperasi dengan per-
aturan-peraturan yang disarankan sangat jauh.

Penjelasan : pertanyaan Nomor 13, 14, 15 dan 16 dijelaskan


sekaligus. Akuntabilitas merupakan satu kondisi organisasi,
yang telah menunjukkan kesiapan aturan main (peraturan
dan ketentuan) dari masing-masing komponen atau organ
organisasi Koperasi, berfungsinya aturan main tersebut dan
menghasilkan laporan pelaksanaan yang dapat dipertang-
gungjawabkan.
a. Penerapan akuntabilitas pada Koperasi, berarti mem-
buat pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada Koperasi
itu sendiri. Satu, sudahkah Koperasi siap dengan aturan-
aturan dari setiap komponen organisasi Koperasi ? aturan
tentang rapat anggota, kepengurusan, kepengawasan,
keanggotaan ! Jawabannya, barangkali sudah ada dan sem-
purna, ada kurang sempurna, dan belum ada. Mencermati
pengalaman yang ada, nampaknya di Koperasi kondisi saat
ini, aturan-aturan yang mengatur setiap komponen atau organ
organisasi Koperasi, masih belum sempurna.
b. Pertanyaan kedua, sudahkan masing-masing jabatan
setiap komponen atau organ organisasi Koperasi, melakukan
fungsinya secara optimal ? Sama dengan jawaban di atas,
ada tetapi belum sempurna. Lihat kembali, pengalaman peng­
urus tidak menyelenggarakan RAT, pengawas tidak membuat
laporan kepengawasan, anggota tidak melakukan partisipasi
kepada Koperasinya, dll.
c. Pertanyaan ketiga, sudahkan dibuat laporan pelaksana­
an fungsi masing-masing komponen organisasi, yang dapat
dipertanggung jawabkan. Sekali lagi, jawabannya mungkin,
ada tetapi tidak sempurna. Pengurus, pengawas barangkali
membuat laporan pelaksanaan, hanya satu tahun sekali, saat
RAT. Kalau keadaan ini yang terjadi, jelas menunjukkan kele-
mahan dalam sistem organisasi Koperasi.

- 55 -
Akuntabilitas ini penting. Penyelenggaraan akuntabilitas
pada Koperasi, menjaga dan menjamin organisasi dapat
dikelola dengan tertib, sesuai aturan-ketentuan, dan menun-
jukkan laporan prestasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Akuntabilitas meredam kerancuan pelaksanaan, beda pan-
dangan dan persepsi serta penyimpangan.

17 Pertanyaan : dalam menghitung anggaran di dalam suatu or-


ganisasi Koperasi menggunakan jasa akuntan publik, apakah
masih dibutuhkan pengawasan dalam menghitung/pemerik-
saaan keuangan?

Penjelasan : sekali lagi, fungsi pengawasan tetap ada. Pelaku


pengawasan boleh dilakukan oleh pengawas, atau dibantu
auditor internal atau meminta bantuan dari auditor eksternal
atau akuntan publik.

18 Pertanyaan : apa batasan yang digunakan apabila ditemui in-


dikasi mencurigakan dalam penggunaan uang Koperasi yang
modalnya berasal dari uang negara?

Penjelasan : hal ini berkaitan dengan pengawasan eksternal,


terutama pengawasan terhadap pemanfaatan bantuan-ban-
tuan permodalan dari pemerintah. Pertama, pelajari dan ikuti
petunjuk teknis yang mengatur program bantuan pemerintah.
Kedua, ikuti dan laksanakan tugas-tugas yang menjadi bagian
Dinas KUKM menurut Juknis tersebut. Mengacu pada Juknis
tersebut, maka terlihat peran, tugas yang harus dilakukan da-
lam monitoring termasuk pengawasan penggunaan bantuan
dana.

19 Pertanyaan : dapatkah seorang pengawas menjadi pengelola


Koperasi ?

Penjelasan : tidak dapat. Jabatan tugas pengawas berbeda


dengan jabatan tugas pengelola yang dilakukan pengurus.

- 56 -
Pengawas pada saat masih menjabat pengawas tidak boleh
menjadi pengelola. Organisasi Koperasi sudah mengatur ma­
sing-masing jabatan dengan tugas, kewajiban dan tanggung
jawab sebagai pengurus atau pengawas atau pengelola.

20 Pertanyaan : Dalam pemeringkatan Koperasi, apakah hanya


dilakukan oleh PT. Surveyor saja. Apa tidak bisa dilakukan
oleh institusi lainnya? Misalnya perguruan tinggi.

Penjelasan : pada dasarnya pemeringkatan tidak harus dilaku-


kan oleh PT. Surveyor Indonesia, sebagai satu-satunya pelak-
sana pemeringkatan Koperasi. Pelaksana pemeringkatan
Koperasi dapat dilakukan oleh institusi lain, yang memenuhi
syarat dan ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan
Menteri tentang pemeringkatan Koperasi.

- 57 -
RUMPUN 8: PERMODALAN

1 Pertanyaan : apa bedanya simpanan jasa Koperasi (Sijakop)


dengan modal penyertaan ? Apakah ada ketentuan tentang
modal penyertaan ?

Penjelasan : ada persamaan antara sijakop dengan modal


penyertaan. Tapi juga ada perbedaan diantara keduanya.
a. Sijakop (simpanan jasa Koperasi) adalah simpanan
yaitu pemupukan modal Koperasi dari luar dalam bentuk
simpanan (anggota). Perlakuan administrasi dan keuangan
dibukukan sebagai simpanan. Sedangkan modal penyertaan,
juga sumber permodalan Koperasi diperoleh dari luar. Dari
segi penggunaan maka sifat sijakop dan sifat modal penyer-
taan berbeda.
b. Modal penyertaan merupakan suatu bentuk investasi
terhadap kegiatan usaha tertentu (proyek usaha tertentu).
Apabila Koperasi memiliki proyek usaha maka dapat men-
cari investasi dari luar, berupa modal penyertaan. Investor
dapat memilih pola penyertaan aktif, yaitu ikut aktif dalam
manajemen dan menanggung resiko, atau pola penyertaan
pasif, yaitu tidak ikut aktif dalam manajemen dan tidak me-
nanggung resiko. Modal penyertaan pada proyek usaha ini,
didasarkan kesepakatan dan perjanjian tertulis. Contoh pola
penyertaan modal, dilakukan oleh perusahaan modal ventura
yang melakukan kerjasama investasi ke pengusaha pasang­
an usaha.
c. Ketentuan tentang modal penyertaan kepada Ko­
perasi, yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian pasal 42, dan Peraturan pemerintah Nomor
33/1998 tentang Modal Penyertaan pada Koperasi.

2 Pertanyaan : ada Koperasi yang memperoleh penyertaan


modal dari anggaran Pemda. Boleh atau tidak ? alasannya
apa !

- 58 -
Penjelasan : Koperasi dapat memperoleh modal penyertaan
(Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkopera-
sian pasal 42, dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 33/1998
tentang Modal Penyertaan pada Koperasi). Jadi penyertaan
modal oleh pihak luar, apakah dari pemerintah atau investor
lain, dapat dilakukan dan sah.

3 Pertanyaan : apakah dana cadangan dapat dibagi sebesar


50%, dari jumlah cadangan yang ada ?

Penjelasan : secara prinsip dana cadangan tidak dapat dibagi.


Dudukkan dengan benar pengertian dana cadangan. Dana
cadangan adalah sejumlah dana dari bagian SHU, yang po-
sisinya menjadi ”equitas” Koperasi, digunakan untuk mengem-
bangkan Koperasi dan menutup kerugian Koperasi (Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal
41 ayat 2, yang berbunyi “modal sendiri dapat berasal dari
simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan dan hibah”. Jadi,
ketentuan peraturan-perundangan, tidak dapat dibagi.

4 Pertanyaan : terdapat aset Koperasi yang dijual tanpa cara


yang benar. Bagaimana cara penanggulangannya?

Penjelasan : lakukan pengecekan terlebih dahulu, tentang


kategori asset. Apakah asset yang murni milik Koperasi, atau
asset yang berasal dari dukungan atau bantuan program pe-
merintah ?.

a. Pada asset yang murni milik Koperasi, ini adalah hak


milik dan urusan internal Koperasi. Pihak luar tidak dapat
mencampuri urusan internal. Tindakan yang apat dilakukan
yaitu memberikan saran dan advokasi, agar segalanya di­
selesaikan sesuai AD dan ART.
b. Apabila yang dimaksud asset tersebut, adalah asset
berasal dari program pemerintah, maka lakukan pengecekan
ketentuan peruntukannya. Apakah status asset ini, sudah di-
hibahkan dan ada bukti keputusan hibah, apakah asset ini

- 59 -
masih dalam status bagian harta program pemerintah. Jika,
masih dalam status harta program pemerintah, misal bantuan
peralatan, tanah yang merupakan Inventaris Kekayaan Milik
Negara (IKMN) tentu diselesaikan sesuai petunjuk teknis dan
ketentuan yang berlaku.

- 60 -
RUMPUN 9: USAHA KOPERASI

1 Pertanyaan : untuk pendirian Koperasi Simpan Pinjam (KSP)


dipersyaratkan modal disetor sebesar Rp 15 juta untuk Ko­
perasi primer, dan Rp 50 juta untuk Koperasi simpan pinjam
sekunder. Untuk Koperasi bukan usaha simpan pinjam, be­
rapa ketentuan modal ?

Penjelasan : tidak ada ketentuan batas modal untuk Koperasi


yang bergerak di sektor produktif (Non simpan pinjam). Untuk
Koperasi yang melakukan usaha Non simpan pinjam (misal
produksi, pertokoan, angkutan), tidak ada ketentuan modal.
Kebutuhan modal Koperasi sesuai kebutuhan dalam kelayak­
an usaha atau rencana usaha.

2 Pertanyaan : Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1992


tentang Perkoperasian menyediakan kesempatan Koperasi
memperoleh permodalan melalui sistem keuangan: salah sa-
tunya melalui Bank/Lembaga Keuangan. Ada salah satu Ko­
perasi kami mengadakan pendekatan ke Lembaga Keuang­an
(LPEI = Lembaga Pembiayaan Export Indonesia) yang Kan-
tor Pusatnya di Medan, sedang kami di Rokan Hilir Riau. Apa
yang harus kami buat ? dan apakah aparat kami bisa mem-
berikan rekomendasi kepada Koperasi tersebut ?

Penjelasan : hubungan atau kerjasama usaha seperti memper-


oleh dukungan permodalan dengan lembaga keuangan sep-
erti pertanyaan ini, tidak terkunci oleh batas wilayah adminis­
tratif. Koperasi dapat saja memperoleh sumber permodalan
yang berada di kawasan lain (luar daerah) sepanjang kedua
belah pihak sepakat dengan ketentuan atau perjanjian yang
disepakati. Pengalaman ini sama saja dengan ada Koperasi
di provinsi, misal Nusa Tenggara Barat (NTB) memperoleh
bantuan dari Kementerian Koperasi dan UKM, atau dari Ke-
menterian lain, yang berada di Jakarta. Tidak ada masalah.

- 61 -
Dalam hal contoh diatas, Dinas KUKM tidak perlu memberi-
kan rekomendasi, yang sifatnya semacam “approval”. Sebab,
ini deal bisnis biasa, menjadi urusan internal Koperasi. Tugas
Dinas KUKM untuk menjembatani, dan memfasilitasi agar Ko-
perasi mampu memenuhi persyaratan kerjasama tersebut.

3
Pertanyaan : hubungan antara Koperasi dan pengusaha tidak
sederajat. Contoh hubungan Plasma-Inti. Sering Koperasi di-
jadikan objek oleh perusahaan sehingga kedudukan Koperasi
lemah. Usulan ada aturan dari Kementerian KUKM (seperti
perlindungan konsumen) di Kementerian Perdagangan yaitu
dibuat semacam perlindungan Koperasi?.

Penjelasan : persoalan semacam ini memang sering terjadi.


Koperasi sering dalam posisi lemah, seperti kerjasama atau
kemitraan inti plasma. Perjanjian jangan sekedar pemenuh­
an administratif saja. Bantu Koperasi untuk mencermati hak
dan kewajiban, sehingga sejak awal Koperasi jelas posisi
dan kekuatannya. Dalam hal ini, pihak Dinas KUKM berperan
memberikan advokasi.
Mengenai lembaga perlindungan konsumen, disini perlu
diluruskan. Lembaga perlindungan konsumen yang ada, bu-
kan milik satu kantor pemerintah. Lembaga ini memiliki tu-
gas pokok dan fungsi memberikan perlindungan kepada kon-
sumen (perseorangan, perusahaan, Koperasi, dll), apabila
ada hal-hal yang memang merugikan konsumen. Keberadaan
lembaga ini dalam pembinaan administratif Kementerian Per-
dagangan, itu hanya kedudukan administratif bukan batas
per­untukannya dan sudah di atur dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Jadi
tidak perlu ada lembaga perlindungan konsumen khusus Ko-
perasi. Manfaatkan lembaga perlindungan konsumen yang
ada, apabila memang diperlukan oleh Koperasi.

4 Pertanyaan : jika ada kesalahan pengelolaan oleh pengurus,


atau dana macet di anggota, apa sanksinya dan diatur oleh

- 62 -
Undang-Undang Nomor berapa ?

Penjelasan : kita lihat dulu, dana apa dan darimana!. Kalau


kesalahan pengelolaan dana macet atau urusan-urusan inter-
nal Koperasi, sepenuhnya memang menjadi urusan internal
Koperasi. Kalau Koperasi ada kerjasama dengan pihak lain,
mitra, misal perjanjian modal dari lembaga keuangan, ker-
jasama dengan investor, dll, tentu penyelesaiannya merujuk
pada perjanjian kerjasama yang mereka buat. Kalaupun Ko­
perasi tersebut memperoleh dukungan dana dari program pe-
merintah, juga mengacu pada pedoman atau petunjuk teknis
yang mengaturnya. Rujukan ketentuan untuk menyelesaikan
persoalan ini, kembali pada perjanjian, pedoman atau petun-
juk teknis yang berlaku.

5 Pertanyaan : Koperasi yang bergerak di bidang usaha unit jasa


perkebunan, apakah boleh memiliki anggota yang mencakup
3 wilayah kecamatan, karena hamparan wilayah atau lahan
perkebunannya di 3 kecamatan. Apakah boleh sesuai dengan
Permen Nomor 01 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembentukan, Pengesahan Akta pendirian dan Perubahan
Anggaran Dasar ?

Penjelasan : boleh. Koperasi itu dibentuk atas dasar kebutuh­


an anggota. Setiap anggota yang melakukan aktivitas usaha
dan untuk memperjuangkan kepentingannya, mereka ber-
gabung dalam perkumpulan Koperasi. Jadi boleh saja ang-
gota tersebar dalam beberapa wilayah, disini 3 kecamatan
membentuk Koperasi. Aturan dalam Permen Nomor 01 Tahun
2006 tersebut, tidak mempersulit pembentukan Koperasi yang
anggotanya di 3 kecamatan.

6 Pertanyaan : Koperasi yang bergerak di bidang usaha perke-


bunan, apakah boleh membuat cabang unit di luar/kecamatan
lain, legalitas kedudukan wilayah Koperasi induk?

- 63 -
Penjelasan : pertanyaan ini ada kaitannya dengan pertanyaan
Nomor 5. Pada dasarnya tidak ada masalah, ada cabang atau
unit-unit pelayanan untuk mendekatkan pelayanan kepada
anggota. Pembukaan tempat-tempat pelayanan tersebut,
tentu saja tetap berada dan menjadi bagian organik organ-
isasi Koperasi.

7 Pertanyaan : ada Koperasi yang akan melakukan usaha di


bidang jasa travel. Tapi, terdapat kabar bahwa ada larangan
bagi Koperasi melakukan usaha di bidang jasa travel. Apakah
benar ? adakah peraturan atau hukum yang mengaturnya ?

8 Pertanyaan : ada Koperasi usaha pegadaian, kemudian me-


masang plang, dan oleh kantor pegadaian disuruh untuk
menurunkan plang. Bagaimana kami menyikapinya? apakah
boleh Koperasi bergerak di usaha pegadaian?

Penjelasan : pertanyaan Nomor 7 dan 8 dijelaskan sekali-


gus. Koperasi dapat melakukan berbagai kegiatan usaha,
termasuk jasa traveling dalam memberikan pelayanan ke-
pada anggota, atau sebagai wujud “kelebihan kemampuan
pelayanan Koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebu-
tuhan masyarakat yang bukan anggota Koperasi” (Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal
43 ayat 2). Sejauh ini belum diketemukan ada peraturan yang
membatasi Koperasi melakukan usaha jasa travel.
Demikian juga Koperasi yang bergerak di bidang usaha
jasa pegadaian. Kenapa Koperasi yang memasang papan
nama (plang) usaha pegadaian kemudian diturunkan, karena
usaha jasa pegadaian ini ada ketentuannya. Pelanggaran ter-
hadap ketentuan tersebut, tentu saja akan ditindak, dalam hal
ini papan nama diturunkan.

9 Pertanyaan : Koperasi melakukan franchise dengan salah


satu perusahaan pasar modern. Tetapi toko modern seperti
swalayan oleh pemda dilarang beroperasi di daerah setem-
pat, karena dapat mematikan UKM dan warung-warung tra-

- 64 -
disional. Upaya apa yg dapat kita lakukan?

Penjelasan : penjelasan atas pertanyaan ini sama dengan


pertanyaan Nomor 8 dan kejadian lain, taati peraturan perun-
dangan yang berlaku. Intisarinya, ketika Koperasi melakukan
kegiatan usaha pada bidang atau sektor usaha tertentu, wajib
taat pada peraturan-perundangan yang berlaku pada bidang
usaha tertentu.
Dalam kejadian ini, maka pokok persoalannya adalah ker-
jasama usaha dalam pola francise adalah potensial. Namun,
di daerah tertentu pasar modern tidak diijinkan berdiri karena
ada peraturan perundangan yang mengatur tentang pasar.
Dalam hal ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 112
tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisio­
nal, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, serta Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER./12/2008 ten-
tang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisonal,
Pusat Perbenjaan dan pasar Modern. Sepanjang ketentuan
berkaitan dengan penataan pasar tidak mengijinkan berdiri­
nya pasar modern di suatu wilayah tertentu, maka kita harus
mengikuti ketentuan itu dan tidak dapat diterabas. Dengan
demikian tidak dapat dipaksakan, karena ada peraturan lain
yang mengaturnya.

10 Pertanyaan : ada Koperasi yang sudah berjalan cukup lama,


bergerak dibidang usaha pengolahan sagu untuk di eksport
dan usaha bidang pengolahan arang (pembakaran kayu ba-
kar menjadi arang untuk di ekspor). Koperasi tersebut hanya
mengurus administrasi untuk ekspor, bukan mengekpor lang-
sung. Kesimpulanya : Koperasi menerima jasa dari pengusa-
ha-pengusaha kecil, sementara itu Koperasi tidak ada keang-
gotaannya, tidak ada RAT. Bagaimana cara mengatasinya ?

Penjelasan : mengenai kegiatan usaha, yang diperkirakan


hanya sebagai pengumpul atau penampung produk dari ang-
gota (pengusaha kecil), perlu di cek. Kalau sementara ini

- 65 -
Koperasi baru mampu sebatas sebagai pengumpul produk,
maka tidak masalah. Asal semua kegiatan untuk kemanfaa-
tan ekonomi anggota dan Koperasi.
a. Mengenai aktivitas usaha yang sekarang ini masih se-
batas, mengumpulkan produk dari pengusaha kecil (anggota),
melakukan urusan administrasi ekspor dan belum mengekpor
langsung, tidak masalah. Saat ini masih sebatas pemasok ba-
rang untuk ekspor. Di masa depan didorong menjadi pelaku
ekspor langsung.
b. Berkaitan dengan Koperasi itu tidak RAT, cek dan pas-
tikan apakah betul Koperasi sebagaimana diatur dalam Un-
dang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Jika, jawabnya “ya”, maka pembinaan yang dilakukan untuk
Koperasi melakukan tertib organisasi, manajemen Koperasi,
seperti : melakukan rapat anggota, melakukan pelayanan
kepada anggota, dan hal-hal sesuai AD dan ART Koperasi.
Koperasi yang dianggap tidak ada anggota, tidak rapat ang-
gota (tahunan) dan lain-lain, jelas tidak betul. Kembalikan dan
luruskan tentang ketegakan kelembagaan Koperasi.
c. Tetapi, kalau ini bukan Koperasi, atau organisasi yang
tidak memiliki status badan hukum Koperasi, maka tidak ada
keharusan untuk RAT dan melakukan berbagai hal yang di­
atur dalam peraturan perundangan tentang perkoperasian.

11 Pertanyaan : apakah manajer Koperasi boleh mempunyai staf


manajemen atau karyawan? Berapa orang?

Penjelasan : boleh, Manajer adalah orang yang diangkat oleh


pengurus, atas persetujuan rapat anggota, untuk menangani
pekerjaan usaha. Manajer dapat mengangkat tenaga atau
karyawan untuk membantu pekerjaannya. Mengenai jumlah,
tentu tergantung dari kebutuhan, kualifikasi dan kemampuan
pendanaan Koperasi itu sendiri.

12 Pertanyaan : kendala di lapangan ada pengelola Koperasi


yang mundur dari Koperasi, setelah merasakan keuntungan
yg diperoleh dari Koperasi. Orang itu membuat usaha sendiri

- 66 -
untuk kepentingan pribadi?

Penjelasan : agar didudukkan dan dipisahkan pokok perso-


alannya. Seseorang yang kemudian minta mundur dari jabat­
an di Koperasi. Jika kemudian membuat usaha sendiri, adalah
hal wajar dan tidak dilarang. Lain kalau orang tersebut, mun-
dur masih ada sangkutan persoalan dengan Koperasi, maka
lingkup persoalannya seputar sengketa persoalan tersebut,
perlu diselesaikan. Jadi pengalaman ini bukan kendala, ba­
nyak terjadi di semua sektor usaha. Sepanjang tidak merugi-
kan Koperasi, tidak dapat disalahkan.

13 Pertanyaan : materi yang kami utarakan berkaitan dengan pe-


nyusunan rencana kerja (program kerja) yang menjadi bagian
tugas pokok pengurus. Selama ini, kami menyusun program
kerja Koperasi, mendasarkan pada kebiasaan yang sudah-su-
dah. Misal, kalau rencana tahun lalu SHU naik 10%, ya untuk
tahun depan kita susun rencana kenaikan SHU sekitar 10%
saja. Selain itu, isi rencana kerja juga kita buat seperti yang
sudah-sudah. Berkaitan dengan kemampuan manajemen se-
orang pengurus, terutama keahlian dalam menyusun rencana
kerja (program kerja) apa cara yang dilakukan Ko­perasi itu
sudah tepat? Mohon saran!

Penjelasan : pengurus mempunyai tugas dan tanggung jawab


menyusun rencana kerja (program kerja) yang nantinya di­
sampaikan dan untuk mendapat pengesahan dalam rapat
anggota. Pokok persoalan yang ada di lapangan, apakah
proses, teknologi dan hasil berupa rencana kerja (program
kerja) Koperasi itu, merupakan hasil yang memiliki kualitas
sebagai rencana kerja yang rasional ?
Kalau proses dan teknologi penyusunan rencana kerja
seperti itu, yaitu hanya mendasarkan kebiasaan, turun menu-
run dan kurang atau tidak mendasarkan data kemampuan,
perkembangan situasi serta perhitungan yang rasional, tentu
bukan rencana kerja (program kerja) yang bagus. Ada be-
berapa cara dan teknik untuk menyusun suatu rencana kerja

- 67 -
(program kerja) yang bagus, antara lain dengan menerapkan
teknik Balanced Scorcard (BSC). Untuk itu, Dinas yang mem-
bidangi KUKM di daerah, terutama melalui Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) dapat memprogramkan pelatihan
teknik-teknik penyusunan rencana kerja (program kerja) ini.

14
Pertanyaan : program kerja yang disusun pengurus dan nanti-
nya menjadi pedoman pengurus dalam mengelola Koperasi.
Praktek di lapangan, RAT tidak selalu dilaksanakan di bulan
Januari, kadang-kadang Maret, April atau bahkan lebih dari
itu, maka pengesahan program kerja baru terealisir pada bu-
lan penyelenggaraan RAT. Jadi ada ketidak sinkronan, antara
perhitungan waktu dimulainya program kerja per Januari awal
tahun, dengan waktu pengesahan program kerja, tidak selalu
per Januari ! Jadi ini merupakan satu persolan manajemen
yang perlu dicari jalan keluarnya.

Penjelasan : materi yang diangkat ini, sangat betul, ada


ketidak sinkronan antara rencana ideal, dengan kenyataan.
Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi. Dalam praktek, masih
terjadi.
Input ini justru menjadi satu koreksi teknis operasional
pelaksanaan manajemen organisasi di Koperasi. Koperasi
harus mampu mensinkronkan antara ketentuan organisasi,
dengan rationalitas manajemen. Koreksi pertama, tentu kare-
na RAT menjadi faktor penentu (determinant factor) dan bukan
faktor pelengkap, maka seharusnya penyelenggaraan RAT
diselenggarakan pada bulan Januari di awal tahun, sehingga
terjadi sinkronisasi rasionalitas organisasi dan manajemen.
Jika berdasarkan pengalaman, RAT sulit diselenggarakan
pada bulan Januari, maka perhitungan dasar rencana kerja
tidak dibuat mulai Januari, tetapi bulan saat RAT direncana-
kan akan dilaksanakan. Tapi, ini saran yang kurang baik.
Koreksi kedua, dengan pengalaman ini maka menjadi
pengingat keharusan Koperasi menyusun rencana kerja (pro-
gram kerja) jangka menengah, misal 5 tahun dalam masa

- 68 -
jabatan pengurus. Dengan adanya program kerja jangka me-
nengah, maka rencana kerja tahunan, merupakan rencana ta-
hunan saja dengan tetap mengacu pada program induk yang
sudah disusun dalam jangka waktu 5 tahun. Disini, kelema-
han Koperasi, belum terencana menyiapkan program kerja
jangka menengah. Apabila ini ada, maka problem-problem
teknis-administratif yang dipertanyakan ini, menjadi tidak be-
gitu serius.

15 Pertanyaan : bolehkan Koperasi membentuk perseroan terba-


tas (PT) dan bagaimana konsekuensinya ?

Penjelasan : boleh. Untuk kepentingan tertentu yang memang


dibutuhkan anggota, Koperasi boleh membentuk perseroan
terbatas (PT) dan tidak bertentangan dengan peraturan per­
undangan. Posisi Koperasi adalah sebagai pemilik saham
(kepemilikan saham) perusahaan tersebut. Besarnya jumlah
saham yang dimiliki Koperasi, tergantung kemampuannya.
Saat ini, ada Koperasi yang memiliki saham perusahaan. Ada
Koperasi yang memiliki saham di perusahaan perbankan,
memiliki saham di perusahaan-perusahaan lain. Kita masih
ingat, pada tahun 1995 an, beberapa Induk Koperasi memi-
liki saham di perusahaan retail besar (PT Goro Batara Sakti).
Pada tahun 1985-an, juga ada kebijakan kepemilikan saham
perusahaan (swasta) oleh Koperasi.
Tentu kebijakan kepemilikan saham dalam perusahaan ini,
menjadi keputusan anggota dan disetujui dalam rapat ang-
gota. Dalam hal perluasan usaha ini, tentunya dapat meng­
acu pada ketentuan pasal 43 ayat 2 Undang-undang Nomor
25/1992 tentang Perkoperasian, “kelebihan kemampuan pe-
layanan Koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutu-
han masyarakat yang bukan anggota Koperasi”.

- 69 -
RUMPUN 10: USAHA SIMPAN PINJAM OLEH
KOPERASI

1 Pertanyaan : Terkait dengan pembukaan cabang yang diper-


untukkan pada pencarian anggota baru. Bagaimana seharus­
nya?

Penjelasan : kalau yang dimaksudkan, ada koperasi kemudian


membuka kantor cabang, dengan maksud untuk mencari ang-
gota baru, maka ini terbalik, dan keliru. Berarti pemaham­an
maksud pembukaan kantor cabang, tidak dijalankan secara
tepat. Untuk dicermati kembali isi pasal 6 ayat (1) Per­aturan
Pemerintah Nomor 9/1994 tentang Pelaksanaan Usaha Sim-
pan Pinjam oleh Koperasi, yang berbunyi “untuk meningkat-
kan pelayanan kepada anggota, Koperasi Simpan Pinjam dan
Unit Simpan Pinjam dapat membuka jaringan pelayanan sim-
pan pinjam”. Lebih jelas lagi pasal 6 ayat (2)” jaringan simpan
pinjam tersebut berupa, kantor cabang, kantor cabang pem-
bantu dan kantor kas”.
Pembukaan kantor cabang itu, maksud utama untuk
mening­katkan pelayanan. Keberadaan anggota ada di suatu
wilayah tertentu dan jauh dari pusat pelayanan simpan pin-
jam. Karena jarak yang jauh, maka anggota kurang memper-
oleh pelayan memadai. Bagaimana cara anggota memper-
oleh layanan memadai? dengan membuka kantor cabang
atau kantor cabang pembantu atau kantor kas, yang secara
fisik dekat dengan anggota.
Dalam praktek, banyak kekeliruan seperti pertanyaan ini.
Untuk cari anggota baru, maka dibuka kantor cabang. Seha­
rusnya sudah ada anggota, karena jauh, pelayanannya tidak
optimal, perlu dibuka kantor cabang.

2 Pertanyaan : tiba-tiba muncul beberapa cabang Koperasi, ke-


mudian mengundang pembina. Bagaimana sebenarnya me-
kanisme mendirikan cabang?

- 70 -
3 Pertanyaan : ada pembukaan cabang oleh suatu Koperasi
yang membuka cabang di suatu kota. Setelah ditelusuri pada
Anggaran Dasarnya ternyata isinya tidak menurut untuk pem-
bukaan cabang. Mohon saran!

4
Pertanyaan : mohon dijelaskan tentang tata cara pembukaan
cabang Koperasi di suatu daerah (antar kab/kota dan antar
prov.) yaitu cabang usaha simpan pinjam. Mohon ada contoh
blanko izin cabang!

5
Pertanyaan : mohon penjelasan SK pembubaran cabang
dikeluarkan di mana ? Ada Perda, yang Surat Keputusan (SK)
pembukaan kantor cabang diganti penamaannya, menjadi
Surat Rekomendasi Menyetujui Pembukaan Kantor Cabang.

Penjelasan : pertanyaan No. 2, 3, 3 dan 4 dijelaskan sekali-


gus. Tata cara pendirian kantor cabang, kantor cabang pem-
bantu dan kantor kas, diatur jelas dalam Peraturan Pemer-
intah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, Peraturan Menteri Neg-
ara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor 15/Per/M.
KUKM/XII/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan UKM, Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008
tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pin-
jam Oleh Koperasi. Dalam pasal 18 ayat (2), ada ketentuan
yang meng­atur tentang pembukaan kantor cabang, yang inti-
sarinya sebagai berikut :
a. Pembukaan kantor cabang, dimaksudkan untuk
mendekatkan jarak pelayanan (lihat penjelasan pertanyaan no
1). Syarat dapat dibuka kantor cabang apabila pada wilayah
itu, sudah ada anggota minimal 20 (dua puluh) orang. Jadi bu-
kan sekedar membuka kantor cabang, yang tidak jelas siapa
anggota yang dilayani.
b. KSP atau USP Koperasi yang membuka kantor ca-
bang, dipersyaratkan sudah melakukan kegiatan usaha sim-
pan pinjam minimal 2 (dua) tahun.

- 71 -
c. Ada persetujuan dan ijin pembukaan kantor cabang,
mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang di domisili
kantor cabang. Ada ijin yang diterbitkan pejabat yang menge-
sahkan akta pendirian Koperasi. Dalam hal ini, pejabat yang
berwenang wajib menutup kantor cabang yang belum mem-
peroleh ijin usaha simpan pinjam.
d. Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pem-
bantu dan Kantor Kas KSP dan USP Koperasi paling sedikit
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) menyediakan modal sendiri/modal tetap untuk investasi
dan modal kerja awal;
2) pernyataan dari Pengurus Koperasi yang berisi bahwa
dana yang dihimpun di kantor cabang harus disalurkan
dikantor cabang yang bersangkutan paling sedikit 80 %
(delapan puluh persen);
3) layak berusaha secara ekonomi, dibuktikan dengan ke-
layakan pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang
Pembantu dan Kantor Kas;
4) mempunyai anggota paling sedikit 20 (dua puluh) orang
dalam wilayah Kabupaten/Kota yang bersangkutan;
5) memasang papan nama pada Kantor di mana Kantor
Cabang tersebut didirikan yang paling sedikit memuat
informasi mengenai; nama Koperasi, Nomor dan tang-
gal badan hukum, alamat, Nomor dan tanggal keputusan
pendaftaran, serta Nomor dan tanggal surat persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4);
6) memasang papan nama pada Kantor di mana Kantor Ca-
bang Pembantu dan Kantor Kas tersebut didirikan, pal-
ing sedikit memuat informasi mengenai; nama Koperasi,
Nomor dan tanggal badan hukum, alamat, dan Nomor
dan tanggal pelaporan, serta Nomor dan tanggal surat
persetujuan.

6 Pertanyaan : terkait dengan persyaratan tentang Sertifikat


yang diperlukan oleh pengurus jika ingin membentuk KSP
(Unit Simpan Pinjam), bagaimana sikap kita, kalau sekarang

- 72 -
ini pengelola Koperasi yang baru saja dibentuk, tetapi penge­
lolanya belum memiliki sertifikat tersebut ? Salahkah, dan
harus bagaimana ?

Penjelasan : menurut ketentuan maka persyaratan kepemi-


likan sertifikat sebagaimana dimaksudkan dalam Peraturan
Menteri Negara Koperasi dan UKM, Nomor 19/Per/M.KUKM/
XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Sim-
pan Pinjam Oleh Koperasi, wajib dipenuhi. Bagi Koperasi yang
dibentuk baru, sebenarnya masih cukup waktu agar mereka
para pengelola segera dilatih atau mengikuti pelatihan ten-
tang usaha simpan pinjam, dari lembaga-lembaga pelatihan
yang kompeten. Sambil proses pengesahan akta pendirian
menjadi Badan Hukum kKoperasi (sesuai peraturan maksi-
mal 3 bulan), maka ini, waktu yang cukup untuk mengadakan
pelatihan.

7
Pertanyaan : banyak orang berkeinginan mendirikan Koperasi
Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Sesuai Peraturan Pemerin-
tah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usa-
ha Simpan Pinjam oleh Koperasi, kita arahkan ke KSP tidak
setuju karena takut usahanya terbatas. Kita arahkan ke Ko­
perasi biasa (bukan KSP) juga tidak mau karena minta KJKS,
mohon saran!

Penjelasan : Pendirian KJKS berdasarkan pada Keputusan


Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuan-
gan Syariah. Sesuaikan dan lakukan pembinaan pendirian
KJKS mengacu pada Kepmen ini.

8
Pertanyaan : apakah ada aturan yang mengatur bahwa KSP/
USP wajib dinilai setiap tahunnya?

- 73 -
Penjelasan : ya, wajib dinilai, Ketentuan tentang pelaksana­
an penilaian kesehatan KSP/USP Koperasi diatur dalam Per­
aturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indone-
sia Nomor 15/Per/M.KUKM/XII/2009 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 19/
Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Ke­
giatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi pasal 30 ayat
(1) huruf (b) yang menjelaskan bahwa pelaksanaan penilai­
an kesehatan KSP/USP Koperasi dilaksanakan pada setiap
akhir tahun buku. Dan tata cara Penilaian kesehatan KSP/
USP diatur dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan
UKM Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 20/
Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan
Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.

9
Pertanyaan : Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian, kegiatan usaha simpan pinjam meru-
pakan, suatu usaha untuk membantu menyalurkan dana ke-
pada anggotanya ? dan untuk melakukan atau menyalurkan
dana bagi kegiatan keuangan yang lain-lain !.

Penjelasan : kita pertegas dahulu maksud pertanyaan ini. Jika


yang dimaksudkan, bahwa koperasi itu didirikan dengan mak-
sud, untuk menjadi lembaga penyalur (misal seperti pe­nyalur
bantuan), tentu ini salah. KSP dan USP koperasi adalah ko­
perasi yang usaha utama (core business) di bidang keuangan,
bukan produksi, pemasaran, konsumsi atau jasa lain. Dalam
penjelasan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian pasal 16, ada 5 (lima) jenis Koperasi, yaitu:
Koperasi produsen, Koperasi konsumen, Koperasi pemasar­
an, Koperasi jasa dan Koperasi simpan pinjam.
Untuk memperoleh pemahaman yang benar, agar tidak
terjadi kekeliruan pemahaman seolah-olah KSP dan USP Ko-
perasi itu, sebatas penyalur dana, dapat diikuti dari kronologis
perkembangan usaha simpan pinjam Koperasi.
a. Ketika R. Aria Wiraatmaja, patih Purwokerto, mengga-

- 74 -
gas berdirinya perkumpulan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan keuangan bagi para pegawai, dan di kemudian
hari meluas ke para petani, dipicu oleh keadaan bahwa para
petani membutuhkan dana, untuk memenuhi kebutuhan per-
taniannya. Mereka, para petani dididik untuk menabung dan
untuk melakukan kegiatan yang berlandaskan kebersamaan
dan tolong menolong. Di kemudian hari gagasan pendirian
perkumpulan ini, menjadi tanda kebangkitan Koperasi di In-
donesia.
b. Uraian Bung Hatta, dalam bukunya “pengantar ke
jalan ekonomi yang disusun pada tahun 1954, juga menjelas-
kan tentang Koperasi perkreditan. Pada dasarnya Koperasi
perkreditan dibentuk untuk melayani kebutuhan keuangan
para anggotanya. Mereka, para anggota dididik untuk mena-
bung, menyimpan dan hasil simpanan ini menjadi modal bagi
pemberian kredit.
c. Kedua ilustrasi tersebut, menjadi jelas bagaimana
hubungan Koperasi dengan anggotanya. KSP dan USP Ko-
perasi, harus menjadi lembaga yang memenuhi kebutuhan
keuangan anggota, menggali modal dari anggota dalam
bentuk simpanan, dan bentuk lain, dan juga dapat digali dari
sumber lain sesuai ketentuan. KSP dan USP Koperasi bukan
sebagai lembaga penyalur dana.
d. Benar, secara fisik menyalurkan dana tetapi berbeda
dengan semacam penyaluran dana bantuan. Koperasi sim-
pan pinjam merupakan lembaga keuangan yang melakukan
fungsi intermediasi. Menghimpun dan meminjamkan dana
sebagai bentuk pelayanan kebutuhan keuangan para ang-
gota. Walaupun Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam
Koperasi, core business di sektor keuangan, juga tidak tepat
melakukan aktivitas usaha di luar ketentuan simpan pinjam,
seperti misal praktek perbankan, asuransi, pegadaian, dll
yang diatur dalam peraturan-perundangan tersendiri. Lebih
jauh, KSP/USP Koperasi dilarang melakukan kegiatan usaha
pada sektor riil secara langsung.

- 75 -
10 Pertanyaan : apakah Peraturan Pemerintah Nomor 9/1994
tentang Pelaksanaan kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi, masih layak dipertahankan? Apakah selain Ko­
perasi simpan pinjam, Koperasi lain perlu menyediakan mo­
dal Rp 15 juta?

Penjelasan : Peraturan Pemerintah tersebut masih valid se-


bagai acuan pembinaan usaha simpan pinjam oleh Koperasi,
sampai sekarang ini (sepanjang belum dicabut atau dirubah).
Mengenai ketentuan tentang penyediaan modal Rp. 15 juta,
sekali lagi ketentuan ini hanya berlaku untuk usaha simpan
pinjam (KSP /USP Koperasi). Sedangkan Koperasi yang berg-
erak diluar usaha simpan pinjam, (sektor produktif) maka tidak
ada ketentuan modal. Berapa besaran modal yang diperlu-
kan, tergantung pada besaran modal yang diperlukan sesuai
dengan rencana usahanya.

11
Pertanyaan : Koperasi (simpan pinjam) kegiatannya meng­urus
uang maka sebaiknya di tarik menjadi urusan pusat. Kare­na
ada kaitannya dengan urusan moneter.

Penjelasan : agar dipisahkan urusan kepemerintahan dengan


urusan private yang dilakukan oleh masyarakat. Penyeleng-
garaan usaha simpan pinjam (ingat usaha simpan pinjam itu
berlaku umum) ada yang dilakukan oleh Koperasi, disebut
usaha simpan pinjam oleh Koperasi, ada yang dilakukan oleh
kelompok, seperti pola arisan, mempraktekkan cara simpan-
pinjam. Arisan yang banyak berkembang di masyarakat, juga
sah mempraktekkan pola simpan-pinjam. Usaha simpan pin-
jam oleh Koperasi, merupakan usaha private, dilakukan oleh
organisasi yang namanya “Koperasi” Tetapi arisan bukan Ko-
perasi. Urusan semacam ini, menjadi urusan di daerah se-
bagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan khususnya
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pem-
bagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota.

- 76 -
12 Pertanyaan : apakah pengertian dan maksud modal dasar di-
setor pada USP dan Koperasi?

Penjelasan : mengacu pada Peraturan Menteri Negara Kope­


rasi dan UKM Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedo-
man Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Ko-
perasi, yang dimaksud modal awal disetor adalah sejumlah
modal (besarnya Rp 15 juta untuk KSP primer, dan USP pri­
mer dan Rp 50 juta untuk KSP sekunder dan USP sekunder)
berupa simpanan pokok, simpanan wajib dan hibah, yang di­
setor ke Bank pemerintah atas nama Menteri.

13
Pertanyaan : dalam Permen Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008
tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pin-
jam Oleh Koperasi dikatakan bahwa Koperasi yang mem-
punyai unit usaha simpan pinjam wajib melampirkan surat
bukti penyetoran modal tetap USP paling kurang Rp. 15 juta
(primer) yang disetor atas nama Menteri Koperasi dan UKM.
Sementara di kabupaten banyak kami temui Koperasi yang
mempunyai unit usaha simpan pinjam namun tidak melak-
sanakan seperti diatas, dengan alasan keterbatasan modal.
Upaya apa yang bisa kami lakukan terhadap Koperasi terse-
but sehubungan dengan hal tadi?

14 Pertanyaan : Dalam pembentukan Koperasi simpan pinjam


ketentuan menyatakan modal minimal disetor sebesar Rp.
15 juta untuk Koperasi primer pada Bank atas nama Men-
teri. Atas nama Menteri inilah yang sulit. Karena banyak Bank
yang tidak mau. Sarannya bagaimana jika, atas nama Menteri
dirubah atas nama Ketua Pengurus Koperasi?

15
Pertanyaan : untuk modal awal pendirian Koperasi simpan
pinjam (primer) ditetapkan modal awal yang disetor seba-
gai modal tetap sebesar Rp 15 juta (lima besas juta rupiah).
Ternyata anggota hanya berkisar 25 orang, simpanan pokok
dan wajib hanya Rp 5 juta (lima juta rupiah) sehingga kalau

- 77 -
dijumlah terkumpul Rp 12,5 juta (dua belas juta lima ratus ribu
rupiah). Bolehkah kita teruskan pengesahan BH-nya ?

Penjelasan : pertanyaan Nomor 12, 13, 14 dan 15 dijelaskan


sekaligus. Modal awal disetor adalah sejumlah modal yang
besarnya ditetapkan yaitu Rp. 15 juta untuk pendirian KSP
primer, atau USP Koperasi primer, dan Rp. 50 juta untuk
pendirian KSP sekunder, atau USP Koperasi sekunder, yang
akan menjalankan usaha simpan pinjam. Modal awal ini dise-
tor ke Bank Pemerintah atas nama Menteri.
Sesuai pasal 5 ayat 2 huruf f butir (5) yang berbunyi “KSP
dapat melakukan kegiatan usaha simpan pinjam, setelah
mendapat pengesahan akta pendirian Koperasi dan memper-
oleh ijin menyelenggarakan usaha simpan pinjam yang dike-
luarkan oleh pejabat yang berwenang”. Demikian juga pasal
24 ayat 5 Peraturan Menteri tersebut, Koperasi yang belum
memenuhi ketentuan permodalan tersebut, tidak dapat dapat
diberikan pengesahan akta pendirian dan perubahan anggar­
an dasar. Dengan demikian menurut peraturan yang berlaku,
bagi pendirian KSP yang belum memenuhi persyarat­an mo­
dal, maka belum dapat disahkan akta pendiriannya, demikian
juga bagi USP koperasi belum dapat disahkan perubahan
anggaran dasarnya.

- 78 -
RUMPUN 11: PEMBENAHAN KOPERASI
TIDAK AKTIF

1 Pertanyaan : Apa tindakan yang harus kita lakukan terhadap


Koperasi yang sudah tidak aktif, tinggal papan nama, kepeng­
urusan dan keanggotaan sudah tidak jelas keberadaannya.

2 Pertanyaan : Apakah tindakan yang harus dilakukan untuk


mengatasi kondisi Koperasi yang mati suri? Bagaimana cara
menghidupkan atau membubarkan Koperasi tersebut?

3 Pertanyaan : jika kita mengaktifkan Koperasi yang tidak aktif,


itu sama saja menghabiskan tenaga.

4 Pertanyaan : ada Koperasi yang tidak aktif. Kebanyakan Ko­


perasi-Koperasi tersebut hanya papan nama saja, dan mem-
punyai hutang. Bagaimana dan apa yang harus kita lakukan?

Penjelasan : pertanyaan Nomor 1, 2, 3 dan 4 karena memiliki


isi yang sama, dijelaskan sekaligus. Dalam kacamata pember-
dayaan oleh pemerintah, keberadaan koperasi yang kurang
aktif seperti itu, dicari alasan penyebab untuk diberdayakan
kembali.
a. Pertama, lakukan identifikasi kondisi riil dan penyebab
ketidak-aktifan Koperasi. Dari langkah identifikasi ini, ada
2 (dua) kemungkinan. Koperasi yang masih memiliki atau
menunjukkan potensi, didorong untuk diaktifkan kembali.
Pengaktifan Koperasi, dimulai dari penataan kepengurusan,
organisasi, asset dan potensi ekonomi (usaha) yang masih
dimiliki Koperasi. Inventarisasi ulang anggota, lakukan rapat
anggota untuk menyusun program kerja. Disini dapat ditem-
puh jalur, mengaktifkan kembali Koperasi.
b. Aletrnatif kedua, bagi Koperasi yang masih memiliki
potensi, juga dapat didorong dilakukan penggabungan.

- 79 -
c. Ketiga, jika dari hasil identifikasi ternyata Koperasi su-
dah tidak memiliki potensi untuk diaktifkan, dapat ditempuh
jalur pembubaran. Apabila pembubaran oleh Koperasi sudah
tidak mungkin, dapat dilakukan pembubaran oleh pemerintah
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994
tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah,
d. Mengenai pendapat bahwa pengaktifan Koperasi itu
menghabiskan tenaga, tentu tidak seperti itu. Sepanjang tu-
gas ini menjadi tugas pemerintah, maka laksanakan sesuai
penugasannya. Apabila pembubaran Koperasi, dilakukan
oleh pemerintah maka kebutuhan pendanaan untuk proses
pembubaran, dibebankan pada anggaran pemerintah (APBN/
APBD), seperti telah dilakukan oleh beberapa Kabupaten/
Kota.

5 Pertanyaan : banyak Koperasi khususnya KUD sekarang ini


kurang aktif, namun masih memiliki fasilitas memadai (dari
pemerintah). Apa yang harus dilakukan?

Penjelasan : pilih dan lakukan langkah pengaktifan kembali


Koperasi, seperti penjelasan di atas. Artinya, bina kembali
dengan menata ulang (restruktrurisasi) kelembagaan dan
usaha Koperasi. Asset dan potensi usaha yang ada ditata un-
tuk dimanfaatkan Koperasi. Kumpulkan pengurus dan ang-
gota yang ada, diajak berembuk untuk mengaktifkan kembali
Koperasi.

6 Pertanyaan : Agar dibuatkan payung hukum yang jelas ten-


tang pembubaran Koperasi yang dilakukan oleh Pemerintah.
Sementara ini banyak Koperasi yang mati tetapi masih ter-
catat ?

7 Pertanyaan : kami minta acuan untuk pembubaran Kopera-


si?

- 80 -
8 Pertanyaan : beberapa Koperasi di Kabupaten A yang tidak
sesuai aturan, akan dibubarkan. Apakah dalam pembubaran
itu harus membentuk team penyelesaian? Jika tidak memben-
tuk team apa yang kita lakukan? Jika Koperasinya sudah tidak
punya aset?

9 Pertanyaan : ada Koperasi sudah tidak aktif, ingin membubar-


kan diri. Namun Koperasi tersebut masih memiliki sangkutan
dana dari pemerintah. Bagaimana tindak lanjutnya?

10 Pertanyaan : jika harta Koperasi nol atau minus, beban biaya


tim penyelesaian ditanggung siapa ?

11 Pertanyaan : Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994


tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah kurang pas.
Jika yang membubarkan pemerintah tidak nyambung, kare­
na pemerintah juga tidak ikut membuat Koperasi. Sedangkan
ada aturan kebebasan berserikat dan berkumpul. Artinya jika
diambil alih oleh pemerintah, maka semua aset Koperasi men-
jadi urusan pemerintah. Sebaiknya istilah pembubaran diganti
dengan pencabutan badan hukum.

Penjelasan : pertanyaan Nomor 6, 7, 8, 9, 10 dan 11 dijelaskan


sekaligus. Pertanyaan ini berkaitan dengan (a) payung hukum
pembubaran, (b) tata cara dan konsekuensi pembubar­an.
a. Kita mulai dari pesan pertanyaan pertama, payung
hukum pembubaran Koperasi sudah ada dan jelas, yaitu Un-
dang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
pasal 46 sampai dengan pasal 56. Khusus pembubaran oleh
pemerintah, diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah.
Ketentuan pembubaran Koperasi ini, secara lengkap memuat
alasan, prosedur dan tata cara pembubaran Koperasi.
b. ada (empat) alasan Koperasi harus bubar (dibubarkan),
yaitu : (a) Koperasi tidak memenuhi ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan/atau tidak melaksanakan

- 81 -
AD Koperasi (b) kegiatan Koperasi bertentangan dengan ke-
tertiban umum dan/atau kesusilaan (c) Koperasi dinyatakan
pailit berdasarkan keputusan pengadilan (d) Kope­rasi tidak
melakukan kegiatan usaha selama 2 tahun berturut-turut se-
jak didirikan.
c. Pelaku pembubaran Koperasi, ada 2 (dua) cara. Pem-
bubaran dilakukan oleh Koperasi itu sendiri. Kedua, pem-
bubaran Koperasi dilakukan oleh pemerintah.
d. Prosedur dan tata cara pembubaran tersebut telah
lengkap dan jelas. Langkah pembubaran dimulai sejak per-
siapan pembubaran sampai dengan pencabutan badan hu-
kum Koperasi, dan pengumumannya di lembaran negara.
e. Dalam proses pembubaran ini, maka dapat dibentuk
tim penyelesai pembubaran. Jadi berkaitan dengan pertan-
yaan, apakah perlu ada tim penyelesai, karena merupakan
ketentuan pembubaran dalam peraturan perundangan yang
ada, maka ikuti ketentuan itu.
f. Mengenai pertanyaan, apakah pembubaran tidak ber-
tentangan dengan kebebasan berserikat masyarakat? jawab­
annya tidak bertentangan dengan kebebasan berserikat. Se­
perti sudah disebutkan di atas, pembubaran hanya dikenakan
pada Koperasi yang melanggar kriteria-kriteria tertentu. Prose-
dur dan tata caranya terbuka, dengan memberi kesempatan
kepada Koperasi untuk keberatan, dilakukan pengumum­an,
proses pembubaran, dll. Silahkan ikuti urutan pekerjaan yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994
tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah.

12 Pertanyaan : jika dalam membubarkan Koperasi, namun


anggotanya yang dicari sudah tidak ada, bagaimana proses
pembubarannya?

Penjelasan : beberapa pengalaman praktis pembubaran Ko-


perasi, yang dilakukan oleh beberapa Kabupaten/kota, dapat
dijadikan referensi. Secara garis besar, cari alamat para peng­
urus yang tersisa. Selalu ada sisa-sisa laporan alamat peng­
urus, anggota Koperasi tersebut kerjasama dengan kecama-

- 82 -
tan atau kelurahan setempat. Dari hasil kerjasama ini, dapat
diambil sikap lanjutan. Mengenai prosedur dan tata cara pem-
bubaran, untuk mengacu pada peraturan perundangan seba-
gaimana uraian pada penjelasan no 1 sampai dengan 4.

13 Pertanyaan : berdasarkan Pasal 46 Undang-Undang Nomor


25 Tahun 1992 dan Peraturan pemerintah Nomor 17 Tahun
1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh pemerintah, bah-
wa Koperasi dapat dibubarkan oleh pemerintah apabila me-
menuhi syarat antara lain dinyatakan pailit oleh pengadilan.
Apakah putusan pengadilan tingkat pertama ataupun Iurah?

Penjelasan : sesuai dengan ketentuan keputusan pengadilan


tentang pailit Koperasi adalah keputusan yang telah memiliki
kekuatan hukum yang pasti.

14 Pertanyaan : tentang penggabungan dan peleburan Koperasi


mohon arahan, agar kedepan yang dilakukan Dinas KUKM
tidak melenceng.

15 Pertanyaan : apabila bergabung, apakah yang tergabung ha­


rus melebur? Yang melebur harus dibubarkan? Bagaimanakah
dasar hukumnya?

16 Pertanyaan : bagaimana dasar hukum peleburan, pengga­


bung­an, pembubaran dan pembagian Koperasi ?
Pertanyaan : ketika terjadi penggabungan 2 Koperasi, setelah
dibuat neraca, itu aset bersama atau aset masing-masing?

Penjelasan : pertanyaan Nomor 14, 15, 16 dan 17 memiliki


pesan sama, maka dijawab sekaligus. Kalau pertanyaan No-
mor 6 sampai 12 berkaitan dengan pembubaran. Pertanyaan
Nomor 14 sampai dengan 16, berkaitan dengan penggabung­
an dan peleburan.
a. Penggabungan dan peleburan memiliki payung hukum
jelas, yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

- 83 -
Perkoperasian khususnya pasal 14, dan Kepmen Koperasi
dan PPK Nomor 36/KEP/M/II/1998 tentang Pedoman Pelak-
sanaan Penggabungan dan Peleburan Koperasi.
b. Kalau pada pembubaran, didasarkan pada alasan
karena ketidakmampuan atau adanya pelanggaran terhadap
peraturan-perundangan, dan berujung pada pencabutan ba-
dan hukum Koperasi. Alasan penggabungan dan peleburan
adalah untuk pengembangan dan efisiensi penggabungan
atau peleburan mungkin sekali melibatkan koperasi yang
masih hidup, aktif dan bahkan maju.
c. Penggabungan, adalah proses bergabungnya satu
atau lebih Koperasi, kepada Koperasi lain. Ada Koperasi
yang menggabungkan diri, dan ada Koperasi yang menerima
penggabungan. Untuk itu ada syarat, prosedur dan tata cara
penggabungan, sampai benar-benar terealisasi penggabung­
an Koperasi (Kepmen Koperasi dan PPK Nomor 36/KEP/M/
II/1998 tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan dan
Peleburan Koperasi).
d. Peleburan, adalah proses meleburnya satu atau be-
berapa Koperasi, sehingga dihasilkan Koperasi baru. Jadi ada
beberapa Koperasi yang melebur, dan dari hasil peleburan ini
lahir Koperasi baru. Untuk itu ada syarat, prosedur dan tata
cara peleburan, sampai benar-benar terealisasi lahir Koperasi
baru. Pada proses peleburan ini, koperasi-koperasi yang me-
lebur bubar dulu, dan membentuk koperasi baru.
e. Mengenai asset Koperasi dalam penggabungan, tentu
sudah dihitung dan menjadi asset Koperasi hasil penggabung­
an.

17 Pertanyaan : di daerah saya, seperti diketahui dalam era


otonomi maka terjadi penataan satuan kerja (kantor kerja) di
daerah. Dahulu ada Koperasi A ada di Dinas A. Ada Koperasi
B ada di Dinas B. Dengan perubahan Satuan Kerja Perangkat
daerah (SKPD) terjadi mutasi pegawai, tempat kedudukan,
dll termasuk Koperasinya. Kami anjurkan Koperasi-Koperasi
tersebut (Koperasi A dan Koperasi B) untuk bergabung saja

- 84 -
atau dilebur. Tetapi mereka (Koperasi) tidak setuju, karena
merasa sama-sama masih jalan, walaupun SKPD sudah
berubah. Saran !

Penjelasan : tidak harus digabung atau dilebur. Penggabung­


an atau peleburan bukan keharusan, bukan paksaan. Apa-
bila Koperasi-Koperasi tersebut, aktif dan maju, biar tetap
berkembang seperti yang ada. Sarankan lakukan perubahan
anggar­an dasar, untuk mengakomodir perubahan domisili,
keanggotaan, dll.

18 Pertanyaan : beberapa bulan yang lalu datang pengurus Ko­


perasi karyawan di kawasan industri datang ke Dinas Kopera-
si dan UKM melaporkan bahwa Koperasi mereka akan tutup.
Karena perusahaan tempat mereka bekerja menutup
usaha­­nya. Pada waktu itu kita anjurkan pengurus melak-
sanakan rapat anggota dalam rangka rencana pembubaran.
Namun menurut pengurus hal tersebut tidak mungkin sebab
sebagian besar anggota Koperasi sudah pulang ke daerah-
nya masing-masing, dan tidak mungkin bisa hadir pada acara
rapat anggota tersebut.
a. Apa yang perlu kami lakukan sehubungan dengan
permohonan pembubaran Koperasi tersebut?
b. Seandainya pengurus Koperasi melaksanakan ra-
pat anggota sehubungan dengan pembubaran, apakah sah
menurut peraturan yang berlaku?

Penjelasan : apakah benar-benar Koperasi ini memenuhi


alasan dan kriteria pembubaran (Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian) seperti dijelaskan dalam
penjelasan butir 6 sampai dengan 11 di atas ? Ada pelang-
garan terhadap Undang-Undang Perkoperasian? mungkin ya
mungkin tidak. Pelanggaran terhadap ketertiban umum dan
kesusilaan, jelas tidak. Pelanggaran karena tidak melakukan
kegiatan usaha, mungkin juga tidak. Koperasi mengalami
kerugian dan dinyatakan pailit, belum tentu.

- 85 -
Dari gambaran tersebut, terlihat Koperasi masih punya
potensi untuk berkembang. Dari sisi kelembagaan, nampak-
nya lembaga koperasi ini masih potensial. Pokok masalah-
nya ada pada keanggotaan, walaupun ada jalan keluarnya.
Jadi, sebenarnya alasan pembubaran tersebut kurang kuat.
Coba, lakukan konsolidasi, perpindahan kantor perusahaan
tempat kerja, tidak mutlak berimbas kepada Koperasi. Ada
meka­nisme perubahan anggaran dasar, tidak selalu harus
ber­ujung pada pembubaran.
Seandainya terpaksa dipilih jalur pembubaran, maka ikuti
prosedur dan tatacara pembubaran yang sudah dijelaskan
pada penjelasan Nomor 6 sampai dengan 11 di atas.

- 86 -
RUMPUN 12: AKUNTANSI DAN PERPAJAKAN

1 Pertanyaan : banyak Koperasi kurang atau tidak melakukan


catatan keuangan. Tolong dijelaskan apa saja yang harus di-
masukkan dalam catatan keuangan, termasuk penyajian ba-
rang yang dipakai !

Penjelasan : perlu sepakat bahwa peyelenggaraan pembu-


kuan atau akuntansi bagi Koperasi, adalah hal pokok dan
pen­ting bagi kemajuan Koperasi itu sendiri. Hal ini berarti, Ko-
perasi wajib menyelenggarakan pembukuan atas akuntansi
di Kope­rasinya. Bagi Koperasi yang sekarang belum menye-
lenggarakan pembukuan atau akuntansi secara tertib dan
lengkap, tentu harus melakukan perbaikan diri. Mengenai apa
saja catatan keuanga, pembukuan atau akuntansi yang harus
dikerjakan, tentu sesuai dengan perkembangan Koperasi itu
sendiri.
Secara ideal, ketentuan tentang akuntansi Koperasi su-
dah tersusun dalam PSAK 27 yaitu akuntansi untuk Koperasi.
Walaupun PSAK 27 ini sedang dalam proses penyempurnaan
menyesuaian standar akuntansi yang dberlakukan baru. Pa­
ling sederhana adalah catatan pengeluaran, pemasukan,
buku kas, buku barang.

2 Pertanyaan : ada Koperasi satu anggaran dasar dengan dua


pola yaitu syariah dan konvensional. Masalah selanjutnya
adalah masalah audit, Koperasinya syariah tapi yang muncul
adalah konvensional. Permasalahan ini harus kita selesaikan
bersama.

Penjelasan : kalau dalam satu anggaran dasar memuat pola


konvensional dan pola syariah, itu tidak jadi masalah. Seda-
lam dan seluas apa isi anggaran dasar, disesuaikan dengan
keperluan. Tetapi kalau yang dimaksud adalah perlakuan

- 87 -
(terutama perlakuan akuntansi) antara pola konvensional
de­ngan pola syariah, jawabannya, betul harus jelas dan ber-
beda. Sekali lagi bukan persoalan anggaran dasarnya, tetapi
perlakuan polanya.

3 Pertanyaan : sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 40 Un-


dang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 bahwa Koperasi dapat
meminta jasa audit kepada akuntan publik terhadap laporan
keuangan yang dikelola oleh pengurus Koperasi. Apakah ada
batasan terhadap lama beroperasinya Koperasi untuk dimin-
takan jasa audit dari akuntan publik.

Penjelasan : lingkup pertanyaan ini agar dikembalikan ke


pokok kepentingannya, yaitu berkaitan dengan penyelengga-
raan fungsi pengawasan. Pelaksana fungsi pengawasan itu,
dilakukan oleh pengawas, dan apabila perlu dapat meminta
bantuan jasa audit ke akuntan publik. Sepanjang penyeleng­
garaan dan hasil fungsi pengawasan tersebut, valid dan dapat
dipertanggung jawabkan, kemungkinan pengawasan dilaku-
kan sendiri secara internal. Sepanjang koperasi menganggap
perlu minta bantuan dari akuntan publik, silahkan di audit oleh
akuntan publik. Mengenai batasan waktu atau umur Koperasi,
tidak ada ketentuan yang mengatur batasan waktu.

4 Pertanyaan : ada ketentuan tentang audit independen bagi Ko-


perasi yang omzetnya di atas Rp 1 milyar. Padahal di provinsi
tertentu, belum ada akuntan publik dan harus ke provinsi lain,
tentu biaya menjadi tinggi, bagaimana solusinya ? Apakah
ada sanksi terhadap Koperasi yang telah lama beroperasi
dan omzetnya di atas Rp 1 milyar tapi belum pernah di audit
oleh akuntan publik ?.

Penjelasan : agar dipahami terlebih dahulu ketentuan audit


bagi Koperasi yang omzet pinjaman telah di atas Rp 1 milyar
(satu milyar) per tahun wajib diaudit oleh akuntan publik, seba-
gaimana termuat dalam Permen No 19/Per/M.KUKM/XI/2008

- 88 -
pasal 36, wajib dilaksanakan. Semua ini untuk menjaga trans-
paransi pengelolaan sekaligus kredibilitas Koperasi itu sendiri,
di mata anggota dan di mata mitra kerjanya. Dalam ketentuan
ini sebagai indikator adalah jumlah omzet pinjaman per tahun,
bukan waktu. Seandainya Koperasi yang bersangkutan maju
pesat, dalam jangka waktu relatif pendek telah memiliki omzet
pinjaman di atas Rp 1 milyar (satu milyar), maka wajib di audit
akuntan publik.
Mengenai ketidak beradaan akuntan publik di suatu
provinsi, hendaknya dapat diatasi melalui mekanisme ker-
jasama yang memungkinkan untuk itu.

5 Pertanyaan : pajak yang diberlakukan pada Koperasi, ternya-


ta menjadi beban untuk Koperasi, terlebih lagi untuk Koperasi
baru. Untuk SHU yang diterima oleh anggota juga dikenai pa-
jak. Mohon tanggapan masalah ini.

6 Pertanyaan : sebenarnya Koperasi dapat menerima penge-


naan pajak bagi Koperasi. Namun, dalam praktek pajak terse-
but dikenakan berkali-kali, dari anggota ke Koperasi kena pa-
jak, dari Koperasinya sendiri kena pajak ?

7 Pertanyaan : di harapkan Kementerian Koperasi dan UKM


memberikan formulasi atau cara lain untuk menghitung Pajak
PPh maupun PPN, mana yang memberikan pelayanan ke-
pada anggota, dan mana usaha yang berbisnis dengan Non
Anggota.

8 Pertanyaan : ada Koperasi untuk simpanan pokok dan sim-


panan wajib menjadi beban/biaya Koperasi, sehingga mem-
perkecil SHU, dengan maksud memperkecil perhitungan
pembayaran pajak atas perhitungan SHU dimaksud. Mohon
saran.

9 Pertanyaan : bagaimana peran pemerintah dalam perkem-


bangan Koperasi, yang saya tahu dalam hal pajak, Kopera-

- 89 -
si dan BUMN atau PT disamakan. Padahal tujuan Koperasi
beda dengan badan usaha lainnya?

Penjelasan : pertanyaan no 5, 6, 7, 8 dan 9 dijelaskan seka-


ligus. Penjelasan pertanyaan ini kita dekati dalam 2 (dua)
pendekatan, yaitu kepatuhan terhadap pajak, dan perlakuan
pajak kepada koperasi.
a. Kita dudukkan dulu, apa itu pajak. Mengutip Undang-
Undang No 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi
pasal 1 ayat 10 yang berbunyi “pajak daerah yang selanjutnya
disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memak-
sa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Sebagai
warga Negara, pengenaan pajak kepada Koperasi, sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pengalaman
selama penyelenggaraan bimbingan teknis perkoperasian,
pada dasarnya Koperasi patuh dan tidak keberatan tentang
ketentuan pajak. Persoalan yang muncul adalah terjadinya
penghitungan pajak yang dobel (berganda) dan besaran pe­
ngenaannya.
b. Segi kedua, berkaitan dengan pengenaan pajak ter­
hadap Koperasi. Dalam hal ini, memang perlu peninjauan
kembali terhadap besaran pengenaan pajak terhadap Ko­
perasi, bukan pembebasan pajak sebagaimana penjelasan di
atas. Masukan dari banyak Koperasi, sebenarnya Koperasi
tidak ada masalah tentang pengenaan pajak. Pokok masalah
yang timbul karena, dalam perhitungan menggunakan kai­
dah-kaidah yang tidak tepat, tidak mengakomodir hakekat or-
ganisasi Koperasi, dan sering terjadi pengenaan pajak yang
dobel.
c. Beberapa persoalan yang dinilai belum tepat, bahwa
di dalam organisasi Koperasi itu, walaupun disebutkan seba-
gai badan usaha, namun ada sisi-sisi khusus yang tidak da-

- 90 -
pat disamakan dengan badan usaha lain, seperti perseroan
terbatas. Apa yang dimaksud transaksi dan mengakibatkan
perpindahan kepemilikan, di Koperasi tidak mutlak seperti
itu. Sebagai contoh, pada Koperasi peternakan sapi perah.
Petani anggota yang menghasilkan produk susu, yang kemu-
dian di­serahkan ke Koperasi, ini bukan transaksi dan tidak
ada pemindahan kepemilikan. Hal ini berbeda, kalau Kopera-
si menjual pakan ternak ke anggota, ini transaksi dan terjadi
pemindahan kepemilikan. Kejadian-kejadian seperti ini yang
masih meleset dari pertimbangan pengenaan perpajakan.
d. Kementerian Koperasi dan UKM terus melakukan ko-
munikasi dan advokasi, berkaitan perlakuan perpajakan ke-
pada Koperasi.

- 91 -
RUMPUN 13: PENDIDIKAN DAN LATIHAN

1 Pertanyaan : pendidikan dan pelatihan bagi pengurus Kope­


rasi merupakan kebutuhan dalam memajukan Koperasi. Tapi
banyak Koperasi enggan melakukan pelatihan. Koperasi ha­
nya mau mengikuti pelatihan yang biayanya ditanggung oleh
Dinas KUKM.

Penjelasan : Mengenai pendidikan dan pelatihan perkopera-


sian, justru harus diingatkan bahwa itu merupakan salah satu
butir prinsip Koperasi “pendidikan perkoperasian”. Dalam arti,
lembaga Koperasi secara kelembagaan merupakan lembaga
yang memiliki nilai dan jiwa untuk mencerdaskan dan men-
didik anggotanya. Koperasi bukan semata-mata melakukan
usaha. Tetapi juga penting melakukan fungsi pendidikan.
Mendidik dan melatih anggota, agar memiliki ketrampilan
dalam berusaha, pengetahuan dalam menjalankan hak dan
kewajiban, pengetahuan dan kemauan untuk berkontribusi
kepada Koperasi, dan lain-lain. Prinsip pendidikan perkopera-
sian ini dalam praktek masih sering kurang diperhatikan atau
diabaikan oleh Koperasi.
Seharusnya dalam program kerja dari bagian SHU untuk
porsi pendidikan perkoperasian. Kalaupun saat ini, masih
kurang, menjadi tugas pembina untuk menggerakkan Kope­
rasi agar menjalankan prinsip pendidikan perkoperasian.

2
Pertanyaan : perlu tenaga/petugas lapangan Koperasi di Ka-
bupaten/Kota. Karena sumber daya manusia di Dinas KUKM
sangat terbatas. Supaya mereka menjadi ujung tombak da-
lam pembinaan Koperasi di Kab/kota.

Penjelasan : sangat setuju. Pengaktifan tenaga-tenaga teknis


lapangan berdasarkan pengalaman, memang efektif memban-
tu pembinaan perkoperasian di lapangan. Pada tahun 1980-

- 92 -
1990-an, waktu itu Departemen Koperasi dan PPK, memiliki
program Petugas Konsultasi Koperasi Lapangan (PKKL) dan
terbukti efektif.
Dalam era otonomi seharusnya pengaktifan tenaga-tena­
ga penyuluh Koperasi lapangan, atau dengan penamaan lain
harus menjadi urusan daerah. Sudah banyak pemerintah
daerah cq Dinas yang membidangi urusan koperasi dan UKM,
provinsi maupun kabupaten/kota memiliki dan menjalankan
program tenaga-tenaga penyuluh lapangan, tenaga pendam­
ping lapangan atau penamaan lain, sebagai program daerah
dengan pembiayaan dari masing-masing APBD. Kementerian
Koperasi dan UKM, menginisiasi kembali pengaktif­an tenaga-
tenaga penyuluh Koperasi lapangan.

- 93 -
RUMPUN 14: PEMBINAAN OLEH PEMERINTAH

1 Pertanyaan : bagaimana batas kewenangan pembina (pe-


merintah) dalam hal ada kasus-kasus seperti penggelapan di
Koperasi. Kita ditanya tanggung jawabnya selaku pihak yang
menerbitkan badan hukum?

Penjelasan : pisahkan antara kewenangan pemerintah dalam


pengesahan badan hukum Koperasi, dengan operasionalisa-
si Koperasi sebagai badan usaha. Perlu ditegaskan kembali,
Koperasi itu adalah lembaga private dimiliki oleh para ang-
gotanya. Sebagai lembaga private, Koperasi itu independen,
seperti badan usaha perseroan terbatas (PT) atau CV. Ko­
perasi bukan milik pemerintah. Dari sini menjadi jelas, seluruh
persoalan yang muncul ketika Koperasi menjalankan aktivi-
tasnya, merupakan urusan internal dan tangung jawab Kope­
rasi sebagai lembaga independen.
Untuk pertanyaan ini, gunakan beberapa rujukan seba-
gai acuan tentang kewenangan pemerintah daerah terhadap
pemberdayaan Koperasi. Pertama tentu mengacu pada Un-
dang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasi­
an, khususnya pasal 60 sampai dengan 64. Secara garis
besar, tugas pemerintah terhadap pemberdayaan Koperasi,
dilakukan melalui 3 (tiga) subyek yaitu : (a) menciptakan dan
mengembangkan iklim kondusif, (b) memberikan bimbingan
dan kemudahan (c) memberikan perlindungan. Namun juga
harus dipahami sebagaimana penjelasan pasal-pasal itu,
bahwa pemerintah dalam memberdayakan Koperasi, tidak
boleh mengganggu upaya kemandirian Koperasi.
Peran pemerintah bersifat fasilitasi dan advokasi, tidak in-
tervensi. Pengesahan akta pendirian Koperasi menjadi badan
hukum koperasi oleh pemerintah, tidak dapat dikaitkan de­
ngan kasus-kasus yang ada di Koperasi. Pengesahan badan
hukum Koperasi diterbitkan sesuai dan sepanjang memenuhi
ketentuan pendirian Koperasi.

- 94 -
2 Pertanyaan : Koperasi mau dibawa kemana? Karena kele-
mahan Koperasi pada regulasi, kemampuan SDM Koperasi
dan SDM pembina. Selain itu pemahaman antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah tidak nyambung, seperti No-
menklatur kedinasan yang berbeda-beda.

3 Pertanyaan : di daerah sering terjadi penggantian pejabat/


pembina, sehingga orang-orang yang ahli di Bidang Koperasi
boleh dikatakan tidak ada lagi. Bagaimana kalau ada pene­
gasan dari pihak Kementerian Koperasi dan UKM kepada
Kepala Daerah bahwa orang-orang yang trampil di bidang
Koperasi dikembalikan kepada Dinas Koperasi dan UKM.

Penjelasan : pertanyaan Nomor 2 dan 3 dijawab sekaligus.


Ada 2 (dua) pesan terkandung dalam pertanyaan ini, (a)
masalah kualitas SDM Koperasi dan SDM pembina (b) struk-
tur organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Untuk masalah pertama, kualitas SDM Koperasi berdasar-
kan fakta inventarisasi di lapangan, memang persoalan kuali-
tas SDM Koperasi menjadi hal prioritas. Anggota Koperasi
seharusnya menjadi motor penggerak, belum mampu mema-
hami hak dan kewajiban dan melakukan partisipasi aktif ke-
pada Koperasinya. Padahal, kemajuan Koperasi secara ideal,
ditentukan dan digerakkan oleh anggota. Ini fakta, dengan de-
mikian menjadi prioritas program pendidikan perkopersian.
Untuk masalah struktur organisasi kedinasan di daerah,
tentu Kementerian Koperasi dan UKM tidak dapat memak-
sakan. Kementerian Koperasi dan UKM terus menghimbau
kepala daerah, untuk memberikan perhatian terhadap urusan
Koperasi dan UKM, dapat dibentuk dalam satu kedinasan
tersendiri.

4 Pertanyaaan : batas kewenangan suatu provinsi, kabupaten/


kota untuk membina cabang Koperasi, yang badan hukum-
nya diterbitkan di wilayah lain. Belum ada payung hukum yang
jelas, terutama berkaitan apabila ada penyimpangan. Sebaik­

- 95 -
nya Kementerian KUKM memberikan batasan kewenangan
tersebut.

Penjelasan : untuk kantor cabang, kita dapat merujuk pada


Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 19/
Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Ke­
giatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, pasal 18 ayat 4
yang berbunyi pembukaan kantor cabang KSP/USP koperasi
tersebut wajib mendapatkan ijin dari pejabat yang berwenang
yang telah mengesahkan akta pendirian KSP/USP Koperasi,
setelah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang
di Kab/Kota di tempat kedudukan kantor cabang Koperasi
tersebut akan dibuka. Sehingga untuk pembinaan kantor ca-
bang Koperasi adalah pejabat yang berwenang di Kab/Kota
tempat kedudukan kantor cabang Koperasi tersebut dibuka.

5 Pertanyaan : bagaimana pola pembinaan dan pertanggung-


jawaban Koperasi, dimana Koperasi tersebut merupakan ca-
bang di daerah ?

Penjelasan : kita klarifikasi dahulu, apa yang dimaksudkan


pertanggung jawaban kantor cabang Koperasi? Jika yang
dimaksud pertanggung jawaban kantor cabang Koperasi se-
bagai organisasi Koperasi itu sendiri, maka ketentuan dan
mekanisme pertanggungjawabannya mengikuti ketentuan in-
ternal Koperasi itu sendiri. Kantor cabang Koperasi menyam-
paikan laporan pertanggungjawaban kepada Koperasinya.
Koperasi yang bersangkutan menyampaikan laporan, seperti
hasil ra­pat anggota tahunan ke Dinas yang membidangi urus­
an KUKM di lokasi keberadaan domisili Koperasi.
Namun untuk KSP, disamping laporan hasil RAT, juga Ko-
perasi memiliki kewajiban menyampaikan laporan keuangan
secara periodik bulanan, triwulan, semester dan tahunan
kepada Dinas yang membidangi urusan KUKM di lokasi ke-
beradaan domisili Koperasi.

- 96 -
6 Pertanyaan : agar diadakan kembali sosialisasi implementasi
Permenkop dan UKM, dan/atau Kepmenkop dan UKM yang
lebih teknis

Penjelasan : setuju. Sosialisasi berbagai Permen mau-


pun Kepmen dan juga Perda tentang perkoperasian, harus
terus dilakukan dan disebarluaskan ke seluruh daerah dan
kepada para pembina, antara lain melalui acara bimbingan
teknis Perkoperasian ini. Hal ini penting untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman para aparat/pembina Koperasi
di daerah. Acara bimbingan teknis Perkoperasian sekarang
ini merupakan langkah konkrit yang disosialisasikan oleh
Kementerian Koperasi dan UKM. Tentu setiap Perda, dapat
mengembangkan sendiri program-program sosialisasi atas
biaya daerah (APBD).
Dengan terus melakukan sosialisasi, dan terjadi perubah­
an dalam hal pemahaman, pengetahuan tentang kebijakan
dan regulasi perkoperasian, memberikan bekal memadai ke-
pada para pembina, dalam menyelenggarakan pembinaan
dan pencarian solusi berbagai permasalahan Perkoperasian
di lapangan.

7 Pertanyaan : terdapat 2 payung hukum yaitu Undang-Undang


Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan Perdasus
Gubernur, Jadi mana yang lebih mengikat atau lebih utama
diikuti ?
Penjelasan : kedua peraturan perundangan tersebut, tetap
harus menjadi acuan pemberdayaan Koperasi. Peraturan
per­undangan tentang Koperasi, diatur dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Berdasarkan
hierarki peraturan perundangan sesuai Undang-Undang No-
mor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Per­
undang-Undangan, maka posisi tertinggi adalah Undang-
Undang Dasar 1945, diikuti Undang-Undang atau Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU), Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah. Jadi,

- 97 -
tidak dan tidak boleh ada perbedaan antara perdasus tentang
Koperasi dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 ten-
tang perkoperasian.

8 Pertanyaan : berkaitan dengan kebijakan kantor pelayanan


perijinan satu atap. Bagi unit simpan-pinjam yg menerbitkan
izin simpan-pinjam, apakah izin ini dapat dikeluarkan oleh
kantor pelayanan satu atap, karena di daerah kami masing-
masing Dinas diminta menginventarisir perijinan untuk masuk
dalam pelayanan perijinan satu atap. atau tetap di Dinas
KUKM ?

Penjelasan : agar menyesuaikan perkembangan yang ber-


laku sekarang ini, kebijakan mengenai pelayanan perijinan
satu atap, memiliki maksud bagus, yaitu efisiensi, kemudahan
dan transparansi proses perijinan usaha. Perbedaanya ada-
lah cara penerbitannya. Selama ini, ijin-ijin usaha dilakukan
dan diterbitkan di setiap kantor yang berkepentingan. De­ngan
pelayanan satu atap, teknis penerbitan lokasinya disatukan
sehingga tidak boros waktu, energi. Teknis administratif per­
ijinan itu sendiri, masih tetap, hanya tempatnya saja yang
disatukan.

9 Pertanyaan : kita telah membina dan melakukan sentuhan


yang sangat intensif seperti merawat bayi kepada Koperasi.
Namun hasilnya belum maksimal. Apa kiat kita untuk mem-
bangkitkan semangat mereka ?

Penjelasan : ini adalah pembinaan Koperasi seperti biasa.


Kemajuan Koperasi sangat tergantung dari kemampuan SDM
pengurus, pengawas, pengelola untuk mampu menjalankan
fungsinya, serta aktivitas anggota dalam berkontribusi dan
berpartisipasi kepada Koperasinya. Antara satu Koperasi de­
ngan Koperasi lain, tentu tingkat kemajuannya berbeda. Kita
yakin, di daerah Saudara ada Koperasi yang relatif maju, ke-
napa Koperasi ini dapat maju !

- 98 -
Kiat pengembangan Koperasi, tentu dorong setiap unsur
dan organ di dalam Koperasi berfungsi optimal. Peran pem-
bina, Dinas KUKM memberikan dukungan, pemberdayaan
melalui antara lain, pelatihan, bantuan manajemen, bantuan
permodalan dan kebutuhan-kebutuhan lain, asal tidak me-
matikan kemandirian Koperasi. Belajar dari pengalaman atau
benchmaking dari koperasi maju, yang ada di daerah yang
sama, atau di daerah lain, dapat membangkitkan spirit sekali-
gus sebagai inspirasi.

10 Pertanyaan : Agar disusun kembali bunga rampai peraturan


perundangan tentang perKoperasian. Karena sekarang ini
mencari “file” peraturan perundangan perkopersian, terutama
yang lama namun masih valid, sangat sulit!

Penjelasan : usulan untuk menyusun bunga rampai, kami per-


hatikan.

11 Pertanyaan : ada Koperasi yang berkembang ingin meman-


faatkan aset Koperasi yang mati suri. Dimana kewenangan
kita?

Penjelasan : cermati terlebih dahulu, kalau kejadian yang


dipertanyakan ini mengarah ke semacam penguasaan sepi-
hak, tentu tidak benar. Koperasi yang kuat tidak dapat melaku-
kan penguasaan sepihak kepada Koperasi yang lemah. Dalam
kejadian ini, ada mekanisme yang cocok untuk penyelesai­
an yaitu penggabungan atau peleburan. Arahkan ke proses
penggabungan atau peleburan (lihat penjelasan rumpun pem-
benahan Koperasi tidak aktif, butir 13 sampai dengan 17).

- 99 -
diterbitkan tahun 2011 oleh;
Direktorat Pengolahan dan Penyediaan Informasi
Direktorat Jenderal Komunikasi dan Informasi Publik
Kementerian Komunikasi dan Informatika

- 100 -

Anda mungkin juga menyukai