Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi saat ini, persaingan yang semakin ketat memberikan

pengaruh pada perdagangan bebas. Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) menyebabkan perusahaan di setiap negara khususnya di wilayah ASEAN

dihadapkan pada situasi persaingan global. Persaingan global ini memberikan

banyak pilihan kepada konsumen dalam meminta produk dan jasa yang

berkualitas tinggi. Meningkatkan intensitas persaingan dari pesaing menuntut

perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta

berusaha memenuhi harapan konsumen dengan cara memberikan kualitas barang

atau jasa yang lebih memuaskan daripada pesaing. Dengan demikian hanya

perusahaan yang berkualitas yang bisa bersaing dan dapat menguasai pasar.

Persaingan terjadi pada dunia perindustrian di Indonesia yang di akibatkan

oleh pasar global yang di tandai dengan masuknya perusahaan-perusahaan asing

ke dalam negeri yang mempunyai pengaruh yang cukup besar. Adapun dampak

positifnya yaitu mendatangkan investor-investor asing yang masuk ke daerah

tertentu di Indonesia, sedangkan dampak negatifnya adalah banyaknya pesaing-

pesaing baru di dunia perindustrian ditandai dengan bertambahnya perusahaan

makanan yang masuk dengan membuka cabang di Indonesia.

Dalam dunia perindustrian, sebagai salah satu bagiannya juga mengalami

hal yang sama. Organisasi/perusahaan yang dulu bersaing hanya pada tingkat

lokal, regional atau nasional kini harus pula bersaing dengan perusahaan-

1
2

perusahaan lainnya. Perusahaan yang serba modern memerlukan berbagai

wawasan, ilmu pengetahuan, dan teknologi dalam dunia usaha. Selain itu

dibutuhkan juga kinerja yang baik yang mampu bersaing dalam bidang produksi

maupun jasa. Kinerja dapat mempengaruhi persaingan dalam meningkatkan usaha

terhadap kemajuan suatu perusahaan. Dengan menggunakan sistem manajemen

yang baik dimana sistem manajemen ini dapat dijadikan sebagai alat untuk

meningkatkan kinerja perusahaan melalui kinerja karyawannya.

Manajemen kinerja adalah manajemen tentang menciptakan hubungan dan

memastikan komunikasi yang efektif sehingga memfokuskan pada apa yang

diperlukan oleh organisasi, manajer, dan pekerja untuk berhasil. Manajemen

kinerja adalah tentang bagaimana kinerja dikelola untuk memperoleh sukses.

Pengukuran kinerja merupakan suatu sistem yang mengevaluasi untuk

meningkatkan kemungkinan keberhasilan organisasi dalam menerapkan strategi,

yang dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat deviasi antara progress yang

direncanakan dengan kenyataan. Apabila terdapat deviasi berupa progres yang

lebih rendah daripada rencana, perlu dilakukan langkah-langkah untuk memacu

kegiatan agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai. Pentingnya faktor-faktor

penentu berbasis kinerja mengenai beberapa penelitian telah dilakukan untuk

menganalisis implementasi Total Quality Management berbasis kinerja. Salah

satu faktor yang mempengaruhi kinerja dengan cara memperbaiki kualitas dan

meningkatkan kinerja perusahaan (Total Quality Management).

Total Quality Management merupakan pendekatan dalam menjalankan

usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan


3

terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya (Tjiptono

dan Diana, 2013:4). Selain penerapan Total Quality Management, perusahaan

juga perlu menerapkan sistem manajemen sebagai mekanisme untuk memotivasi

dan mempengaruhi perilaku karyawan dalam berbagai cara yang memaksimalkan

kesejahteraan organisasi dan karyawan. Implikasi teknik Total Quality

Management harus diikuti pula dengan penerapan komplemen-komplemen dari

sistem manajemen. Adapun komplemen-komplemen tersebut adalah sistem

penghargaan dan sistem pengukuran kinerja. Implikasi dari hal tersebut ialah

penerapan Total Quality Management mengharuskan perusahaan mempunyai visi,

misi dan kemampuan untuk mengembangkan pasar yang sudah ada, serta dapat

mengantisipasi kebutuhan produk atau jasa yang akan datang, yang saat ini

mungkin belum ada sama sekali. Kreativitas dan kemampuan manajemen

menciptakan pasar yang akan datang inilah yang akan dapat menjamin

kelangsungan hidup perusahaan sebagai pemimpin atau pioner dalam pasar.

Pentingnya penerapan Total Quality Management untuk mengetahui tingkat

keberhasilan manajemen dalam menerapkan konsep tersebut. Keuntungan yang

tinggi merupakan tujuan umum dari setiap perusahaan, karena setiap perusahaan

untuk dapat mempertahankan hidupnya tergantung dari banyaknya keuntungan

yang didapat. Berdasarkan Total Quality Management, tolak ukur keberhasilan

usaha bertumpu pada kepuasan pelanggan atas barang atau jasa yang diterimanya.

Untuk dapat diperoleh dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan

dalam menghadapi persaingan bebas dan kompetitif, diperlukan suatu komitmen

perusahaan yang mengarah kepada kepuasan pelanggan, dimana mutu merupakan


4

faktor utama yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk

dan jasa.

Penelitian pada sektor berbasis kinerja konsumen merupakan variabel yang

sangat penting. Hasil penelitian yang di lakukan Said Alhudri dan Meyzi

Heriyanto (2015), bahwa Total Quality Management berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan. Dan hasil penelitian dari jurnal Cynthia N. Kumentas

(2013), dimana hasil penelitian menunjukkan dari ketiga variable Total Quality

Management, sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan yang

berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Namun berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Henny Zurika Lubis (2008) Berdasarkan penelitian yang dilakukan

disimpulkan bahwa penerapan Total Quality Management berpengaruh secara

signifikan terhadap kinerja manajerial.

Produk makroni merupakan salah satu potensi jenis industri yang paling

menonjol dari berbagai macam produk lainnya. Sepanjang tahun 2017 dalam

daftar peringkat jenis industri per kecamatan Cikoneng di Kabupaten Ciamis,

yang menduduki posisi pertama dalam daftar potensi industri perusahaan makroni

Tahun 2017 yaitu "UD. HARAPAN" pemiliknya Dahlan Riyadi dengan nilai

investasi Rp. 35.000, kapasitas produk/tahun 75 ton. Disusul pada peringkat kedua

oleh "P. MADANI" pemiliknya H. Ahmad Kardaya dengan nilai investasi Rp.

15.000, kapasitas produk/tahun 30 ton. Lalu peringkat ketiga oleh "CAP IKAN

TAWES" pemiliknya Didin Rojidin dengan nilai investasi Rp. 10.000, kapasitas

produknya/tahun 15 ton. Dan yang terakhir "DUA PUTRI" pemiliknya Arip


5

Rahman dengan nilai investasi Rp. 5.000, kapasitas produknya/tahun 15 ton.

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat dalam tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1
Daftar Peringkat Jenis Industri Perusahaan Makroni Tahun 2017 Menurut
Disperindag Kab. Ciamis

Nilai
Nama Kapasitas
Rank Investasi Satuan
Perusahaan/pemilik produksi/thn
industri
"UD. HARAPAN"
1 35.000 75 Ton
Dahlan Riyadi
"P. MADANI"
2 15.000 30 Ton
H. Ahmad Kardaya
"CAP IKAN
3 TAWES" 10.000 15 Ton
Didin Rojidin

"DUA PUTRI"
4 5.000 15 Ton
Arip Rahman
Sumber : Disperindag Kab.Ciamis

Dari tabel 1.1 menunjukan bahwa P. Madani mengenai daftar peringkat

jenis industri perusahaan makroni di Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis

menempati peringkat ke 2. Adapun permasalahan yang dihadapi diantaranya

mengalami penurunan konsumen setelah adanya pesaing-pesaing lainnya dan

memang karena pesanan dari konsumen dipasaran sedang tidak banyak atau bisa

dibilang sepi. Kondisi tersebut di perusahaan P.Madani, yaitu kurang

menambahkan berbagai varian rasa dan kurang menariknya dalam pengemasan

produk. Kemudian kurangnya fokus terhadap pelanggan dan kerja sama tim yang

belum sesuai menuju tujuan yang sama secara bersamaan. Serta kondisi tersebut

membuat konsumen lebih tertarik pada produk lain yang lebih menambahkan
6

inovasi-inovasi terbaru terhadap produknya dan mengakibatkan penurunan di

perusahaan P.Madani.

Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk menganalisis implementasi

Total Quality Management berbasis kinerja yang akhirnya dapat meningkatkan

keunggulan dalam persaingan, khususnya pada P.Madani Ciamis dengan judul

penelitian: Analisis Implementasi Total Quality Management (TQM) Berbasis

Kinerja Pada P.Madani Cikoneng Ciamis.

1.2 Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada Analisis Implementasi Total Quality

Management (TQM) Berbasis Kinerja Pada P.Madani Cikoneng Ciamis.

Adapun aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian adalah:

1. Total Quality Management pada perusahaan P.Madani meliputi

kepuasan konsumen untuk meningkatkan persaingan di pasaran, dengan

memberikan pelayanan yang baik, sehingga para konsumen akan loyal

terhadap perusahaan P.Madani.

2. Dalam kinerja perusahaan P.Madani di perlukan adanya peningkatan

yang signifikan, agar dapat meningkatkan daya saing dan efektif serta

efisien pada perusahaan P.Madani dan efektifitas serta efisiensi pada

perusahaan P.Madani.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada masalah pokok dalam latar belakang penelitian

diatas, maka peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Total Quality Management di P.Madani?


7

2. Bagaimana kinerja perusahaan pada perusahaan P.Madani?

3. Bagaimana Implementasi Total Quality Management berpengaruh

terhadap kinerja?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan pokok yang telah diajukan, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Untuk mengetahui penerapan Implementasi Total Quality Management

di P.Madani

2. Untuk mengetahui kinerja perusahaan pada perusahaan P.Madani

3. Untuk mengetahui Analisis Implementasi Total Quality Management

apakah berpengaruh terhadap kinerja

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan

secara praktis adalah sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan,

pengetahuan, informasi atau masukan terhadap mahasiswa, serta dapat memahami

lebih dalam tentang analisis Implementasi Total Quality Management berbasis

kinerja.

1.5.2 Manfaat Praktis

Kegunaan praktis merupakan kegunaan bagi pihak penulis maupun

perusahaan sebagai objek penelitian. Adapun kegunaan praktis yang diharapkan

dari hasil penelitian ini adalah:


8

1. Bagi Perushaan

Mengharapkan agar hasil penelitian ini akan dapat digunakan oleh pihak

perusahaan sebagai bahan masukan dan pertimbangan yang berarti

dalam melakukan kegiatan usaha selanjutnya.

2. Bagi Penulis

Dapat memperdalam pemahaman khusus tentang permasalahan yang

diteliti sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

3. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai tambahan

informasi dan tambahan pengetahuan yang sekiranya diperlukan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian pustaka

1.1.1 Ilmu Manajemen

1.1.1.1 Definisi Ilmu Manajemen

Menurut Siswanto (2011:7) menyatakan bahwa: “manajemen adalah ilmu

dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan. Manajemen sebagai

suatu ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan atau kesatuan

pengetahuan yang terorganisasi”. Batasan lain tentang ilmu yang dikemukakan

oleh Goode dan Hatt,1952 dikutip Siswanto (2011:7) bahwa: “ilmu merupakan

suatu cara menganalisis yang mengizinkan para ahlinya untuk menyatakan suatu

proposisi dalam bentuk berkualitas, yaitu apabila maka :

Siswanto (2011:9) menyatakan bahwa: “Manajemen sebagai suatu seni

bukan diartikan seni dalam arti formal yang biasa dihubungkan dengan seni

musik, sastra, tari, drama, patung, lukis, dan sebagainya”. Dengan demikian,

bukan berarti bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik harus menjadi seorang

seniman, atau seorang peimpin minimal harus menguasai salah satu cabang

kesenian seperti menari, menyanyi, dan melukis.

Adapun menurut Siswanto (2011:9) menyatakan bahwa:

Yang dimaksud seni di sini adalah seni dalam pengertian yang lebih luas

dan umum, yaitu merupakan keahlian, kemahiran, kemampuan serta keterampilan

dalam menerapkan prinsip, metode dan teknik dalam menggunakan sumber daya

9
10

manusia dan sumber daya alam (human and natural resources) secara efektif dan

efisien untuk mencapai tujuan.

1.1.1.2 Fungsi Manajemen

Koontz dan Weihrich, 1993 dikutip Solihin (2010:4-5) berpendapat

bahwa: “fungsi manajemen dikelompokkan ke dalam lima fungsi. Kelima fungsi

tersebut dilaksanakan secara simultan untuk menjamin tercapainya tujuan

perusahaan”.

Fungsi pertama, yang dijalankan oleh seorang manajer adalah planning

(perencanaan), yaitu suatu proses mengembangkan tujuan-tujuan perusahaan serta

memilih serangkaian tindakan (strategi) untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Perencanaan mencakup (a) menetapkan tujuan (b) mengembangkan berbagai

premis mengenai lingkungan perusahaan di mana tujuan-tujuan perusahaan

hendak dicapai (c) memilih arah tindakan (courses of action) untuk mencapai

tujuan-tujuan tersebut (d) merumuskan berbagai aktivitas yang diperlukan untuk

menerjemahkan rencana menjadi aksi (e) melakukan perencanaan ulang untuk

mengoreksi berbagai kekurangan dalam perencanaan tersebut.

Fungsi kedua adalah organizing (pengorganisasian). Pengorganisasian

adalah suatu proses di mana karyawan dan pekerjaannya saling dihubungkan

untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengorganisasian mencakup pembagian kerja

di antara kelompok dan individu serta pengkoordinasian aktivitas individu dan

kelompok. Pengorganisasian juga mencakup penetapan kewenangan manajerial.

Fungsi ketiga, staffing (pengisian staf), yaitu suatu proses untuk

memastikan bahwa karyawan yang kompeten dapat dipilih, dikembangkan dan


11

diberi imbalan untuk mencapai tujuan perusahaan. Penyusunan staf serta

manajemen sumber daya manusia yang efektif mencakup pula penciptaan iklim

kerja yang memuaskan karyawan.

Fungsi keempat, leading (memimpin). Memimpin adalah suatu proses

memotivasi individu atau kelompok dalam suatu aktivitas hubungan kerja (task

related activities) agar mereka dapat bekerja dengan sukarela (voluntarily) dan

harmonis dalam mencapai tujuan perusahaan.

Fungsi yang kelima yaitu controlling (pengendalian), yang merupakan

suatu proses untuk memastikan adanya kinerja yang efisien dalam pencapaian

tujuan perusahaan. Pengendalian mencakup (a) menetapkan berbagai tujuan dan

standar, (b) membandingkan kinerja sesungguhnya (yang diukur) dengan tujuan

dan standar yang telah ditetapkan, serta (c) mendorong keberhasilan dan

mengoreksi berbagai kelemahan.

Menurut Hasibuan ( 2009:40 ) bahwa fungsi manajemen terdiri dari :


a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah proses penentuan dan pedoman pelaksanaan dengan
memilih yang terbaik dari alternative yang ada.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
tujuan menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan
alat-alat yang diperlukan, menepatkan wewenang yang secara relative
didelegasikan pada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-
aktivitas tersebut.
c. Pengarahan
Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama
dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.
d. Pengendalian
Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
peruahaan agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.

Menurut Sunyoto ( 2013:4 ) bahwa fungsi manajemen adalah :


a. Perencanaan
12

Fungsi perencanaan meliputi penentuan program sumber daya manusia


yang akan membantu pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
b. Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian adalah membentuk organisasi dengan merancang
susunan dari berbagai hubungan antara jabatan, personalia dan faktor-
faktor fisik.
c. Pengarahan
Fungsi pengarahan adalah mengusahakan agar karyawan mau bekerja
secara efektif melalui perintah motivasi.
d. Pengendalian
Fungsi pengendalian adalah mengadakan pengamatan atau pelaksanaan
dan membandingkan dengan rencana dan mengoreksinya jika terjadi
penyimpanan atau jika perlu menyesuaikan kembali rencana yang telah
dibuat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka jelas bahwa berdasarkan

fungsinya manajemen terbagi atas perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pengarahan (directing) dan pengendalian (controlling).

1.1.2 Manajemen Strategis

1.1.2.1 Definisi Manajemen Strategis

Manajemen strategis adalah suatu rencana yang disusun dan dikelola dengan

memperhitungkan berbagai sisi dengan tujuan agar pengaruh rencana tersebut bisa

memberikan dampak positif bagi organisasi tersebut secara jangka panjang. Salah

satu fokus kajian dalam manajemen strategis ingin memberikan dampak

penerapan knsep strategis kepada perusahaan secara jangka panjang atau

sustainable termasuk dari segi ptofit yang stabil. Profit yang stabil dipengaruhi

oleh stabilitas penjualan yang terus mengalami pertumbuhan (constant growth).

Manajemen strategis (strategic management) menurut Wheelen dan Hunger,

(2004:2) menyatakan bahwa “serangkaian keputusan dan tindakan manajerial”.

Bila definisi ini dikaitkan dengan terminology manajemen, maka manajemen

strategis dapat pula didefinisikan sebagai : proses perencanaan, pengarahan


13

(directing), pengorganisasian dan pengendalian berbagai keputusan dan tindakan

strategis perusahaan dengan tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Definisi tersebut selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Strategi (strategy) dipahami bukan hanya sebagai “berbagai cara untuk

mencapai tujuan (ways to achieve ends) melainkan mencakup pula penentuan

berbagai tujuan itu sendiri. Sebagaimana dirumuskan oleh Chandler, strtategi

merupakan: “the determination of long-term goals of an enterprise and the

adoption of courses of action and the allocation of resources necessary for

carrying out these goals”. Strategi dipahami juga sebagai sebuah pola yang

mencakup di dalamnya baik strategi yang direncanakan (intended strategy dan

deliberate strategy) maupun strategi yang pada awalnya tidak dimaksudkan oleh

perusahaan (emerging strategy) tetapi menjadi strategi yang dipertimbangkan

bahkan dipilih oleh perusahaan untuk diimplementasikan (realized strategy).

2.1.2.2 Ruang Lingkup Manajemen Strategis

Secara umum ruang lingkup kajian manajemen strategis sangat luas baik dari

segi internal dan eksternal. Namun secara umum ruang lingkup kajian manajemen

strategis bergerak atas dasar pemahaman di bawah ini, yaitu:

a. Mengkaji dan menganalisis dampak penerapan manajemen

strategis kepada internal perusahaan khususnya pada perbaikan

yang bersifat sustainable (berkelanjutan).

b. Menempatkan konstruski manajemen strategis sebagai dasar

pondasi perusahaan dalam memutuskan setiap keputusan,

khususnya keputusan yang berhubungan dengan profit dan


14

ekspansi perusahaan. Artinya fokus kerja dalam pencapaian kedua

sisi tersebut mengacu kepada konstruksi manajemen strategis.

c. Menjadikan ilmu mananjemen strategis sebagai base thinking

dalam membangun berbagai rencana termasuk rencana produksi,

pemasaran, personalia, dan keuangan.

2.1.2.3 Pengaruh Manajemen Strategis Terhadap Kinerja

Banyak peneliti telah mengadakan penelitian untuk menentukan apakah

organisasi telah sungguh-sungguh menggunakan manajemen strategis. Secara

umum penelitian tersebut mengungkapkan bahwa manajemen strategis

memperbaiki kinerja lebih sering dibandingkan jika tanpa perubahan. Sebagai

contoh, dalam tinjauan terhadap 28 penelitian tentang perusahaan

pemanufakturan, 20 penelitian mengungkapkan kinerja yang lebih baik dengan

perencanaan formal, 5 penelitian mengungkapkan tidak ada perbedaan, dan 3

penelitian mengungkapkan perencanaan akan mengganggu kinerja. Meskipun

banyak perusahaan yang diteliti merupakan perusahaan besar, penelitian

menunjukan bahwa penggunaan manajemen strategis oleh perusahaan-perusahaan

berukuran menengah akan meningkatkan kinerja. Sebagai contoh, penelitian dari

perusahaan-perusahaan Belanda berukuran menengah menunjukan bahwa

profitabilitas secara langsung berhubungan dengan perkembangan posisi setiap

perusahaan di dalam tahap pengembangan yang dikemukakan oleh Gluck, dkk

(yakni perusahaan cenderung lebih dapat menghasilkan laba pada tahap keempat

manajemen strategis dibandingkan dalam tahap 3 sebelumnya).


15

Penelitian lebih lanjut menunjukan tercapainya kesesuaian antara

lingkungan organisasi dan strategi, struktur serta proses organisasi, berpengaruh

positif terhadap kinerja organisasi. Sebagai contoh, penelitian mengenai pengaruh

peraturan jalan raya di AS menunjukan bahwa jalan raya yang mengubah

strateginya sesuai dengan perubahan lingkungannya, memiliki kinerja yang lebih

dibandingkan dengan jalan raya yang tidak mengubah strateginya.

Meskipun demikian, manajemen strategis tidak selalu membutuhkan

proses formal untuk menjadi efektif. Penelitian-penelitian mengenai praktik-

praktik perencanaan dari organisasi-organisasi nyata, menunjukan bahwa nilai

riil suatu perencanaan strategis harus lebih mengarah ke orientasi pada masa

depan dari proses perencanaan itu sendiri dibandingkan hasil perencanaan-

perencanan strategis tertulis. Perusahaan-perusahaan kecil kadang-kadang

memiliki perencanaan yang informal dan tidak teratur. Presiden direktur dan

manajer puncak secara bersama-sama memecahkan isu-isu strategis dan

merencanakan langkah-langkah perusahaan selanjutnya.

Dalam perusahaan yang besar serta multidivisional, perencanaan

strategis dapat menjadi kompleks. Penelitian mengenai keputusan strategis

yang dibuat di 30 organisasi besar di Inggris menunjukan bahwa rata-rata

waktu yang digunakan dari awal penilaian situasi sampai dengan keputusan

akhir, kurang lebih 12 bulan. Karena ada sejumlah orang yang relative besar di

pengaruhi oleh keputusan strategis dalam perusahaan tesebut, maka dibutuhkan

suatu sistem formal yang lebih canggih untuk memastikan bahwa perencanaan

strategis akan menghasilkan kinerja yang sukses. Sebaiknya, manajemen


16

puncak menjadi terisolasi dari perkembangan dalam divisi-divisi, dan manajer-

manajer dibawahnya menjadi kehilangan arah terhadap misi perusahaan.

Dari bukti tersebut, kita menyimpulkan bahwa pengetahuan tentang

manajemen strategis sangat penting bagi kinerja bisnis yang efektif dalam

lingkungan yang berubah. Penggunaan perencanaan strategis dan pemilihan

latihan-latihan alternatif dari tindakan berdasarkan penilaian faktor-faktor

internal dan eksternal, merupakan bagian penting dari pekerjaan manajer.

2.1.3 Kajian variabel yang diteliti

2.1.3.1 Pengertian Total Quality Management (TQM)

Evolusi gerakan Total Quality Management di mulai dari masa studi

waktu dan gerak oleh Bapak Manajemen ilmiah Prederick Taylor pada 1920.

Berikut adalah pengertian mengenai TQM :

Menurut Hasmi (2009:1) :

Mendefinisikan bahwa TQM adalah filosofi manajemen yang mencoba


mengintegrasikan semua fungsi organisasi (pemasaran, keuangan,
desain, produksi, pelayanan konsumen dan sebagainya), terfokus untuk
memenuhi keinginan konsumen dan tujuan organisasi.

Menurut Dale (2011:26) :

“TQM adalah kerja sama saling menguntungkan dari semua orang

dalam organisasi dan dikaitkan dengan proses bisnis untuk menghasilkan nilai

produk dan pelayanan yang melampaui kebutuhan dan harapan konsumen”.

Menurut West-burnham dalam Syamsir Torang, (2013:202) :


17

“TQM adalah pelaksanaan fungsi organisasi secara holistik yang

diimplementasikan dalam pendekatan konsep mutu, kerja tim, produktivitas,

dan prestasi kerja”.

Menurut Syamsir Torang (2013:202) :

“TQM adalah suatu system manajemen yang menyangkut mutu sebagai

strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan konsumen dengan melibatkan

seluruh anggota organisasi”.

Menurut Tjiptono dan Diana (2013:4) :

“TQM merupakan pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba

memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya”.

Menurut Usman dalam Syamsir Torang, (2013:202) menjelaskan


bahwa :

TQM adalah budaya organisasi yang ditentukan dan didukung


pencapaian kepuasan konsumen secara terus menerus melalui system
yang berintegrasi yang terdiri dan bermacam alat, teknik dan pelatihan-
pelatihan. Tindakan perbaikan terus menerus dalam proses organisasi
diharapkan akan menghasilkan produk dan pelayanan yang bermutu
tinggi.

2.1.3.2 Prinsip-prinsip Total Quality Management (TQM)

Terdapat beberapa pandangan pakar tentang prinsip-prinsip total

quality management adalah kepuasan pelanggan, keterlibatan pekerja, dan

perbaikan kualitas berkelanjutan. Untuk itu perlu dilakukan benchmarking,


18

desain produk dan jasa, desain proses, pembelian, dan alat penyelesaian

masalah.

Pandangan lain menekankan pada aspek kerja sama, metode statistik,

pelatihan dan pendidikan, orientasi pada konsumen, kepeminpinan,

perencanaan strategik, tanggung jawab pekerja, dan perbaikan berkelanjutan.

Russel dan Taylor memperkenalkan prinsip bahwa kualitas menjadi prioritas

teratas yang bisa meningkatkan kinerja perusahaan, kepeminpinan untuk

kualitas menjadi isu strategis, kualitas menjadi tanggung jawab semua pekerja;

memfokuskan pada perbaikan kualitas berkelanjutan.

Sementara itu, Robbins mempunyai prinsip bahwa total quality

management memfokuskan pada customer, pelanggan eksternal dan internal.

Berkepentingan untuk continous improvement, kuallitas selalu dapat di

tingkatkan; verygood is not good enough. Perbaikan dalam kualitas dalam

semua hal yang dilakukan organisasi tidak hanya menyangkut produk akhir,

tetapi juga masalah delivery, kecepatan merespon keluhan, kesopanan

menjawab telepon, dan semacamnya; pengukuran secara akurat.

Menurut Hensler dan Brunell dalam Fandy Tjiptono dan Anastasia

Diana, (2009:14-15), ada empat prinsip utama dalam TQM. Keempat prinsip

tersebut adalah:

1. Kepuasan Pelanggan
19

Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas.

Kualitas tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-

spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh

pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan

pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk

dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga,

keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena segala aktivitas harus

dikoordinasikan untuk mempuaskan para pelanggan.

Kualitas yang dihasilkan perusahaan sama dengan nilai yang

diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para

pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan maka semakin puas

pula kepuasan pelanggan.

2. Respek Terhadap Setiap Orang

Dalam perusahaan yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan

dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kretivitas

tersendiri yang unik. Dengan demikian karyawan merupakan

sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu setiap

orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi

kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil

keputusan.

3. Manajemen berdasarkan fakta

Perusahaan kelas dunia berorientasi pada. Maksudnya bahwa setiap

keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada


20

perasaan (feeling). Ada dua konsep bahwa perbaikan tidak dapat

dilakukan pada semua aspek pada saat bersamaan, mengingat

keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu dengan

menggunakan data maka manajemen dan tim dalam organisasi

dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital.

4. Perbaikan Berkesinambungan

Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses

secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan

berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah siklus

PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri dari langkah-langkah

perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan

rencana, dan tindakan koretif terhadap hasil yang diperoleh.

2.1.3.3 Unsur-unsur Total Quality Management

Perbedaan Total Quality Management dengan pendekatan-pendekatan

lain dalam menjalankan usaha adalah komponen. Komponen Total Quality

Management memiliki sepuluh unsur. Goetsh dan Davis (dalam Fandy

Tjiptono dan Analisis Diana (2003:15-18) menerapkan komponen sepuluh

unsur utama yang akan dijelaskan sebagai berikut;

1. Fokus pada Pelanggan

Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang

disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal


21

berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses dan

lingkungaan yang berhubungan dengan produk atau jasa.

2. Obsesi terhadap Kualitas

Dengan kualitas yang telah diterapkan, organisasi harus

terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditemukan

tersebut. Berarti semua karyawan pada setiap level berusaha

melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif

“bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik”,

sehingga berlaku prinsip “good enough is never good enough”.

3. Pendekatan Ilmiah

Diperlukan untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses

pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan

dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Data diperlukan dan

dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark),

memantau prestasi dan melaksanakan perbaikan.

4. Komitmen Jangka Panjang

Sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar

penerapan Total Quality Management dapat berjalan dengan

sukses.

5. Kerjasama Tim

Kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik

antara karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga

pemerintah dan masyarakat sekitarnya.


22

6. Perbaikan Sistem secara berkesinambungan

Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan

proses-proses tertentu didalam suatu sistem/lingkungan. Karena

itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar

kualitas yang dihasilkan dapat meningkat.

7. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental.

Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar.

Dengan belajar, setiap orang dalam perusahan dapat

menningkatkan keterampilan teknis dan keahlian

profesionalnya.

8. Kebebasan yang terkendali

Kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan

tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan

terlaksana dengan baik. Pengendalian tersebut dilakukan

terhadap metode-metode pelaksanaan setiap proses tertentu.

Dalam hal ini karyawan yang melakukan standarisasi proses

dan mereka pula yang berusaha mencari cara untuk meyakinkan

setiap orang agar bersedia mengikuti prosedur standar tersebut.

9. Kesatuan tujuan

Dengan kesatuan tujuan maka setiap usaha dapat diarahkan

pada tujuan yang sama. Tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti
23

bahwa harus selalu ada persetujuan/kesepakatan antara pihak

manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.

10. Adannya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

Merupakan hal yang penting dalam penerapan Total Quality

Management. Usaha untuk melibatkan karyawan membawa 2

manfaat utama :

a. Meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan

yang baik, rencana yang lebih baik, atau perbaikan yang

lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan

pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan

dengan situasi kerja.

b. Meningkatkan “rasa memiliki” dan tanggungjawab atas

keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus

melaksanakannya. Pemberdayaan bukan sekedar berarti

melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka

dengan memberikan pengaruh yang sungguh-sungguh

berarti.

Sedangkan menurut penelitian yang diadopsi dari penelitian Huang dan

Yao (2002), Jabnoun dan Sedrani (2005), dan Smith (2005) unsur-unsur

empiris implementasi Total Quality Management meliputi:


24

1. Fokus pada Konsumen

Organisasi tanggap, memenuhi bahkan melampaui kebutuhan

dan harapan konsumen, serta mengembangkan komunikasi

dengan konsumen.

2. Komitmen manajemen

Adalah kemampuan manajemen menerapkan dan memandu visi

jangka panjang organisasi, menciptakan dan memelihara

lingkungan internal agar karyawan terlibat dalam mencapai

tujuan organisasi, ikut berpartisipasi, serta mengakuidan

menghargai prestasi karyawan di bidang kualitas.

3. Pelatihan

Adalah kemampuan organisasi untuk mengenali, melakukan

pelatihan dan pengembangan berbasis kualitas yang mengarah

pada multiskill.

4. Pemberdayaan karyawan

Adalah suatu proses untuk melibatkan karyawan pada semua

level organisasi dalam pemecahan masalah dan pembuatan

keputusan, serta pengakuan eksistensi karyawan.

5. Perbandinga kinerja

Studi banding berkesinambungan dan penerapan praktek-

praktek yang lebih baik dan mengarah pada keunguulan

kompetensi kinerja.
25

6. Penggunaan piranti statistik

Adalah serangkaian metodologi dan praktek perilaku yang

mengutamakan pengelolaan proses dalam pengertian aktivitas

daripada sekedar hasil.

2.1.3.4 Implementasi Total Quality Management

Dalam implementasi TQM, tidak ada satupun rumus, kiat, atau cara

tertentu yang berlaku universal dan dapat menghasilkan kesuksesan dalam

segala kondisi dan untuk semua organisasi. Setiap organisasi harus

mengadaptasi ide-ide dan teknik-teknik yang sesuai dengan situasi

organisasinya, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, budaya organisasi, dan

situasi bisnis yang digeluti organisasi tersebut.

Beberapa pakar kualitas telah mengemukakan cara

mengimplementasikan TQM berdasarkan pendekatan yang berbeda. Pertama

adalah pendekatan secara radikal yang dilakukan untuk memperbaiki metode

bisnis dan kebiasaan yang tidak perlu dan menjadikan perusahaan berubah

drastis.

Pendekatan lainnya adalah secara instrumental dilakukan oleh

perusahaan yang membangun kualitas secara gradual dan bertahap. Sebagian

besar implementasi TQM dewasa ini dilakukan secara insremental karena pada

hakekatnya merupakan pendekatan proses menuju perubahan kualitas kinerja.

Secara garis besar implemtasi TQM mencakup :


26

1. Manajemen puncak harus menjadikan TQM sebagai prioritas

utama organisasi, visi yang jelas dan dapat dicapai, menyusun

tujuan yang agresif.

2. Bagi organisasi dan setiap unit, dan terpenting menunjukkan

komitmen terhadap TQM melalui aktivitas mereka,

3. Budaya organisasi harus diubah sehingga setiap orang dan

setiap proses penyertakan konsep TQM. Organisasi harus

diubah paradigmanya, fokus pada konsumen, segala sesuatu

yang dikerjakan diselaraskan untuk memenuhi harapan

konsumen,

4. Kelompok kecil dikembangkan pada keseluruhan organisasi

untuk memahami kualitas, identifikasi keinginan konsumen,

dan mengukur kemajuan dan kualitas. Masing-masing

kelompok bertanggung jawab untuk mencapai tujuan mereka

sebagain bagian dari tujuan organisasi keseluruhan.

5. Perubahan dan perbaikan berkelanjutan harus

diimplementasikan, dipantau dan disesuaikan atas dasar hasil

analisis pengukuran.

Sedangkan menurut George dan Weimerskirch dalam Tjiptono dan

Anastasia (2003:343) menyatakan bahwa ada 6 fase utama dalam implementasi

TQM, yaitu:

1. Komitmen manajemen senior terhadap perubahan.


27

2. Penilaian sistem perusahaan, baik secara internal maupun eksternal.

3. Pelembagaan fokus pelanggan .

4. Pelembagaan TQM dalam perencanaan strategik, keterlibatan

manajemen proses, dan sistem pengukuran.

5. Penyesuaian dan perluasan tujuan manajemen guna memenuhi dan

melampaui harapan pelanggan.

6. Perbaikan atau penyempurnaan sistem.

Sementara Goetsch dan Davis dalam Tjiptono dan Anastasia,

(2003:343-349) memberikan klasifikasi fase implementasi yang lebih rinci dan

sistematis Fase implementasi TQM dikelompokan menjadi tiga fase, yaitu fase

persiapan, fase perencanaan, dan fase pelakasanaan. Masing-masing fase

terdiri atas beberapa langkah, dimana waktu yang dibutuhkan untuk setiap

langkah tergantung pada organiasasi yang menerapkannya.

1. Fase Persiapan

Sebelum langkah pertama dapat dimulai, syarat utama yang harus

dipenuhi dalam adanya komitmen penuh dari manajemen puncak atas waktu

dan sumber daya yang dibutuhkan.

a. Membentuk Total-Quality Steering Committee

b. Membentuk Tim

c. Pelatihan TQM

d. Menyusun Pernyataan Visi dan Prinsip Sebagai Pedoman

e. Menyusun Tujuan Umum


28

f. Komunikasi dan Publikasi

g. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

h. Identifikasi Pendukung dan Penolak

i. Memperkirakan Sikap Karyawan

j. Mengukur Kepuasan Pelanggan

2. Fase Perencanaan

a. Merencanakan Pendekatan Implementasi, kemudian

Menggunakan Siklus/Plan/Do/Adjust.

b. Identifikasi Proyek

c. Pelatihan Tim

3. Fase Pelaksanaan

a. Penggiatan Tim

b. Umpan Balik kepada Steering committee

c. Umpan balik dari pelanggan

d. Umpan balik dari karyawan

e. Memodifikasi Infrastruktur

Berdasarkan prinsip-prinsip dan prakondisi yang tepat, tahapan

implementasi berikutnya adalah menggunakan kepeminpinan (visionary

leadership) untuk mencapai visi masa depan organisasi dan bagaimana

melakukan program TQM yang tepat, mendesain proses perubahan yang

komprehensif, implementasi TQM dan kaitannya dengan sistem baru dan

legalitas kelembagaan. Kepemimpinan adalah elemen kunci keberhasilan

implementasi dalam skala yang besar. Pemimpin menunjukan kebutuhan dan


29

menyusun visi, mendefinisikan latar belakang, tujuan dan parameter TQM.

Pemimpin mempunyai presfektif jangka panjang dan harus mampu memotivasi

bawahan tertuju pada proses selama tahap awal jika ada penolakan dan

hambatan. Hal tersebut diperlukan dalam menegakkan kinerja organisasi yang

dilengkapi dengan TQM, memelihara dan memperkuat peningkatan kualitas

berkelanjutan.

Dalam mendesain proses perubahan komprehensif, pemimpin harus

mengetahui budaya organisasi yang ada (normma-norma, nilai-nilai, filosofi,

dan gaya kepemimpinan dalam semua level) untuk menjamin ketepatan TQM.

Implementasi TQM secara esensial melibatkan transformasi organisasi: diawali

dari operasi dengan cara baru, mengembangkan budaya baru, yang melibatkan

desain ulang sistem-sistem yang lain.

Sedangkan menurut Tjiptono dan Diana (2003:341-342), agar

implementasi TQM berjalan dengan sukses, perusahaan harus mempelajari

semua informasi yang tersedia, baik mengenai implementasi TQM yang harus

dihindari.

1. Jangan melatih semua karyawan sekaligus

2. Jangan tergesa-gesa menerapkan TQM dengan melibatkan terlalu

banyak orang dalam suatu tim.

3. Implementasi TQM tidak boleh didelegasikan

4. Jangan memulai implementasi bila manajemen belum benar-benar siap.


30

Untuk menjamin keberhasilan dalam mengimplementasikan TQM,

menurut Hardjosoedarmo (2004:57-59) terdapat langkah-langkah yang

harus dilakukan berurutan dan secara disiplin. Langkah-langkah tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Tanamkan satu falsafah kualitas.

2. Manajemen harus membimbing dan menunjukan kepemimpinan yang

bermutu.

3. Kalau perlu, adakan atau modifikasi terhadap sistem yang ada, agar

kondusif dengan tujuan total quality.

4. Dididik, latih dan berdayakan (empower) seluruh karyawan.

2.1.4 Manajemen Kinerja

2.1.4.1 Pengertian Manajemen Kinerja

Manajemen Kinerja adalah manajemen tentang menciptakan hubungan

dan memastikan komunikasi yang efektif. Manjemen kinerja memfokuskan

pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manjer, dan pekerja untuk berhasil.

Manajemen kinerja adalah tentang bagaimana kinerja dikelola untuk

memperoleh sukses.

Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan

pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun

sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil

kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung.


31

Menurut Amstrong dan Baron dalam Wibowo (2016:7) :

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat


dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, danmemberikan
kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya.

Terdapat beberapa pandangan para pakar tentang pengertian manajemen

kinerja. Menurut Bacal dalam Wibowo (2016:7) :

manajemen kinerja sebagai proses komunikasi yang dilakukan secara


terus-menerus dalam kemitraan antara karyawan dengan atasan
langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi kegiatan membangun
harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan
dilakukan. Proses komunikasi merupakan suatu sistem, memiliki
sejumlah bagian yang semuanya harus diikutsetakan, apabila manajemen
kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi manajer, dan
karyawan.

Menurut Bacal (2012:4) memberikan perumusan :

Manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang sedang berjalan,


dilakukan dengan kemitraan antara pekerja dan atasan langsung mereka,
yang menyangkut menciptakan harapan yang jelas dan saling pengertian
tentang pekerjaan yang harus dilakukan.

Berbeda dengan Bacal yang menekankan pada proses komunikasi,

menurut Amastrong, dalam Wibowo (2016:8) :

Manajemen kinerja sebagai sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih


baik dari organisasi, tim, dan individu dengan cara memahami dan
mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar, dan persyaratan-
persyaratan atribut yang disepakati.

Menurut Schwatt, dalam Wibowo (2016:10) :

Manajemen kinerja adalah sebagai gaya manjemen yang dasarnya adalah


komunikasi terbuka antara manajer dan karyawan yang menyangkut
32

peenerapan tujuan, memberikan umpan balik baik dari manajer kepada


karyawan maupun sebaliknya dari karyawan ke manajer, demikian pula
penilaian kinerja.

Di sini tampak bahwa Schwatt melihat manajemen kinerja hanya sebagai

salah satu gaya manajemen, namun dari sisi substansinya mirip dengan

pandangan Bacal sebagai suatu proses komunikasi.

Menurut Costello, dalam Wibowo (2016:10) menyatakan bahwa

“manajemen kinerja merupakan dasar dan kekuatan pendorong yang berada di

belakang semua keputusan organisasi, usaha kerja, dan alokasi sumber daya”.

2.1.4.2 Tujuan Manajemen Kinerja

Menurut Wibowo (2016:42) tujuan Manajemen Kinerja Pada dasarnya

tujuan performance management atau manajemen kinerja dapat dibagi menjadi

tiga, yaitu:

1. Tujuan Strategik
Tujuan strategik berhubungan dengan kegiatan pegawai sesuai
dengan tujuan organisasi. Pelaksanaan suatu strategi memerlukan
penjelasan mengenai hasil yang ingin dicapai, perilaku, karakteristik
pegawai yang diperlukan, pengembangan pengukuran, dan sistem
umpan balik bagi kinerja pegawai.
2. Tujuan Administratif
Tujuan administratif berhubungan dengan evaluasi kerja untuk
keperluan keputusan administratif, pengkajian, promosi, pemutusan
hubungan kerja, dan lain-lain.
3. Tujuan Pengembangan
Perfomance management juga bertujuan untuk melakukan
pengembangan kapasitas pegawai yang berpotensi di bidang
kerjanya, memberikan pelatihan bagi pegawai yang kinerjanya
kurang baik, serta penempatan pegawai pada posisi yang tepat.
33

Selain itu, menurut Wibowo (2016:43) terdapat beberapa tujuan khusus

dari performance management, yaitu:

1. Peningkatan kinerja secara berkelanjutan.


2. Peningkatan motivasi dan komitmen kerja pegawai.
3. Pengembangan kemampuan pegawai, peningkatan kepuasan kerja.
4. Pencapaian potensi diri yang bermanfaat bagi individu dan
perusahaan.
5. Peningkatan orientasi kerja kepada karyawan.
6. Pengembangan interaksi yang terbuka dan konstruktif antara
pekerja dan perusahaan.
7. Persiapan kerangka kerja untuk kesepakatan sasaran kerja.
8. Perhatian khusus pada atribut dan kompetensi yang diperlukan.
9. Mempersiapkan kriteria untuk melaksanakan pengukuran kinerja.
10. Menjadi dasar dalam memberikan imbalan.
11. Pemberdayaan pegawai.
12. Mempertahankan pegawai yang berkualitas.
13. Mendukung inisiatif manajemen yang berkualitas secara
komprehensif.
14. Mendemonstrasikan cara saling menghargai sesama karyawan.

2.1.4.3 Prinsip Dasar Manajemen Kinerja

Sebagai prinsip dasar menurut Wibowo (2016:12) dalam “manajemen

kinerja adalah menghargai kejujuran, memeberikan pelayanan, tanggung

jawab, dirasakan seperti bermain, adanya perasaan kasihan, adanya perumusan

tujuan, terdapat konsensus dan kerja sama, sifatnya berkelanjutan, terjadi

komunikasi dua arah dan mendapatkan umpan balik”.

1. Kejujuran

Kejujuran menampakkan diri dalam komunikasi umpan balik yang

jujur diantara manajer, pekerja, dan rekan kerja. Proses penilaian akan

memperluas pemahaman bawahan dengan cara mengajak mereka untuk

jujur menyatakan apa yang memotivasi mereka, apa yang mereka suka
34

dan tidak suka mengenai pekerjaan mereka, apa yang mereka inginkan

dan apa yang menjadi kepentingan mereka dan bagaimana mereka

harus dibantu.

Sebaliknya, manajer juga menceritakan kebenaran dalam hubungannya

dengan bawahan tentang apa yang disuka dan apa yang tidak disuka

mengenai pekerjaan mereka. Sehingga manajer mampu memahami

hambatan-hambatan para karyawan untuk mencapai kinerja yang

bagus.

2. Pelayanan

Yang dimaksud dengan pelayanan disini adalah bagaimana

memberikan pelayanan kepada para pekerja, seperti jika pekerja

mengalami kesulitan menyelesaikan pekerjaannya, maka manajer

membantu pekerja tersebut agar mampu menyelsaikan pekerjaannya

tersebut.

3. Tanggung jawab

Tanggung jawab merupakan prinsip dasar dalam mengembangkan

kinerja. Dengan memahami dan menerima tanggung jawab atas apa

yang mereka kerjakan dan yang tidak mereka kerjakan untuk mencapai

tujuan mereka. Dalam perspektif manajer, sudah menjadi tanggung

jawab manajer untuk memastikan keberhasilan bawahannya.

4. Bermain

Manajemen kinerja menggunakan prinsip bahwa bekerja sama dengan

bermain. Dengan menggunakan prinsip bermain, maka pekerjan yang


35

dikerjakan tidak akan menjadi beban, justru akan menyenangkan dan

menjadi semangat ketika mengerjakan pekerjaan tersebut.

5. Rasa kasihan

Makna rasa kasihan adalah seorang manajer memiliki sikap memahami

dan empati terhadap orang lain. Rasa kasihan seorang manajer akan

melupakan kesalahan di belakang dan akan memulai denhan sesuatu

yang baru.

6. Perumusan tujuan

Manajemen kinerja dimulai dengan melakukan perumusan dan

mengklarifikasi terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai organisasi.

7. Konsensus dan kerja sama

Manajemen kinerja mengandalkan pada kerja sama antara atasan dan

bawahan dari pada menekankan pada kontrol dan melakukan

pemaksaan.

8. Berkelanjutan

Manajemen kinerja merupakan proses yang sifatnya berlangsung secara

terus menerus, dan berkelanjutan.

9. Komunikasi dua arah

Manajemen kinerja memerlukan gaya menajemen yang bersifat terbuka

dan jujur serta mendorong teradinya komunikasi dua arah. Dengan

komunikasi dua arah, bawahan mudah memahami apa yang diinginkan

oleh atasannya. Sebaliknya, atasan lebih memahami apa yang terjadi

dan apa yang diinginkan oleh bawahan.


36

10. Umpan balik.

Umpan balik dalam hal ini berupa kemungkinan pengalaman dan

pengetahuan kinerja pada masa lalu, yang gunanya untuk meninjau

kembali perencanaan kinerja.

2.1.4.4 Manfaat Manajemen Kinerja

Menurut Wibowo (2016), perfomance management memberikan

manfaat bagi perusahaan secara keseluruhan, manajer, dan juga setiap individu

di dalam organisasi tersebut. Berikut penjelasannya;

1. Manfaat Bagi Perusahaan

a. Sebagai acuan untuk penyesuaian tujuan organisasi dengan tujuan tim


dan individu dalam memperbaiki kinerja pegawai.
b. Untuk meningkatkan komitmen kerja pegawai.
c. Untuk memperbaiki proses training dan pengembangan.
d. Untuk meningkatkan keterampilan pegawai.
e. Sebagai upaya perbaikan dan pengembangan secara berkesinambungan.
f. Sebagai upaya basis perencanaan karir karyawan.
g. Sebagai upaya mempertahankan karyawan berkualitas.
h. Untuk mendukung program perubahan budaya kerja.
i. Untuk mendukung inisiatif kualitas total dan pelayanan konsumen.

2. Manfaat Bagi Manajer

a. Untuk membantu upaya klasifikasi kinerja dan harapan perilaku.


b. Untuk memperbaiki kinerja tim dan individu pekerja.
c. Untuk menawarkan peluang memanfaatkan waktu secara berkualitas.
d. Sebagai upaya memberikan penghargaan non-finansial bagi karyawan.
e. Untuk membantu karyawan yang kinerjanya kurang baik.
f. Untuk pengembangan diri karyawan.
g. Sebagai pendukung kepemimpinan.
h. Untuk memotivasi dan pengembangan kerjasama tim.
i. Sebagai upaya membuat kerangka kerja untuk meninjau kembali
tingkat kompetensi dan kinerja.
37

3. Manfaat Bagi Seluruh Pegawai

a. Sebagai informasi peran dan tujuan karyawan.


b. Untuk mendorong dan mendukung kinerja karyawan.
c. Untuk membantu mengembangkan kinerja dan kemampuan karyawan.
d. Sebagai peluang untuk memanfaatkan waktu yang berkualitas.
e. Sebagai dasar objektivitas dan kejujuran dalam mengukur kinerja.
f. Untuk membantu agar pegawai fokus pada tujuan, rencana perbaikan,
dan cara bekerja.

2.1.4.5 Kriteria Keberhasilan Manajemen Kinerja

Keberhasilan kinerja akan membawa dampak positif terhadap hasil

kerja yang efektif yang mampu mencapai tujuan dari sebuah instansi

perusahaan. Oleh karenanya, instansi yang melakukan manajemen kinerja pada

perusahaannya akan mampu memperoleh kinerja yang efektif. Maka,

manajemen kinerja dapat dinyatakan berhasil apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1. Proses manajemen kinerja telah memungkinkan pengalaman dan

pengetahuan yang diperoleh individu dari pekerjaan dapat

dipergunakan untuk memodifikasi tujuan organisasi.

2. Proses penyelenggaraan manajemen kinerja dapat disesuaikan

dengan pekerjaan sebenarnya dari organisasi dan bagaimana

kinerja pada umumnya dikelola.

3. Manajemen kinerja dapat memberi nilai tambah dalam bentuk hasil

jangka pendek maupun pengembangan jangka panjang.

4. Proses manajemen kinerja berjalan secara transparan dan bekerja

secara jujur dan adil.


38

5. Pendapat stakeholder diperhatikan tentang seberapa baik skemanya

berjalan dan tindakan diambil sesuai keperluan untuk memperbaiki

berbagai proses. Jika perusahaan memperhatikan dan berusaha

memenuhi permintaan/kepentingan dari masing-masing

stakeholder, maka manejemen kinerja akan dapat berhasil.

2.1.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Kajian ini berguna untuk memberikan gambaran dan memperjelas

kerangka berfikir pembahasan. Disamping itu juga bertujuan untuk

mendapatkan bahan perbandingan dan acuan.makan dalam kajian ini peneliti

mencantumkan hasil penelitian terdahulu yang relevan mengenai Analisis

Implementasi Total Quality Management (TQM) berbasis Kinerja. Penelitian

terdahulu mengungkapkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian

sebelumnya yang relevan dan dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu Yang Relevan

No Nama Peneliti Hasil Persamaan Perbedaan


dan Judul Penelitian
Penelitian

1. Henny Zurika Berdasarkan Dua Perbedaan


Lubis (2008) penelitian variabel dalam
Pengaruh yang yang sama. penelitian
Total Quality dilakukan Sama-sama ini adalah
Management disimpulkan meneliti Lokasi
Terhadap bahwa TQM dan yang
Kinerja penerapan kinerja. diteliti
Manajerial TQM berbeda.
Dengan berpengaruh
Sistem secara
39

Pengukuran signifikan
Kinerj Sebagai terhadap
Variabel kinerja
Moderating manajerial,
artinya
(Studi Pada bahwa TQM
Perusahaan mempunyai
Manufaktur Di pengaruh
Kim). langsung
yang
signifikan
terhadap
kinerja
manajerial,
dimana bila
penerapan
TQM
meningkat
maka kinerja
manajerial
juga akan
meningkat,
dan
sebaliknya.
2 Cynthia N. Hasil Dua Perbedaan
Kumentas Penelitian variabel dalam
(2013) Menunjukkan yang sama. penelitian
Pengaruh Dari Ketiga Sama-sama ini Analisis
TQM, Sistem Variabel meneliti yang
Pengukuran TQM Sistem TQM dan digunakan
Kinerja Dan Pengukuran kinerja. berbeda
Penghargaan Kinerja Dan dan lokasi
Terhadap Sistem penelitian
Kinerja Penghargaan berbeda.
Manajerial yang
PT.Pos berpengaruh
Indonesia terhadap
Kinerja
Manajerial
hanya Sistem
Pengukukan
Kinerja

Sedangkan
TQM dan
Sistem
40

Penghargaan
tidak
berpengaruh
berhadap
Kinerja
Manajerial
pada PT. Pos
Indonesia
(Persero).
3. Suryati Eko Berdasarkan Dua Perbedaan
Putro (2010) hasil analsis variabel penelitian
data dalam yang sama. ini adalah
Pengaruh penelitian ini Sama-sama tahun
Total Quality menunjukkan meneliti penelitiann
Management bahwa TQM dan ya yang
Terhadap penerapan kinerja. berbeda.
Kinerja total quality
Manajerial management
Dengan berpengaruh
Sistem positif
Penghargaan terhadap
(Reward) kinerja
Sebagai manajerial.
Variabel Interaksi
Moderasi Total Quality
Management
dan sistem
reward
berpengaruh
terhadap
kinerja
manajerial.
4. Nastiti Mintje Berdasarkan Dua
(2013) penelitian di variabel
Pengaruh penelitian ini yang sama.
TQM, Sistem 1.Sistem Sama-sama
Penghargaan penghargaan meneliti
Dan Sistem berpengaruh TQM dan
Pengukuran signifikan kinerja.
Kinerja terhadap
Terhadap Kinerja
Kinerja Manajerial
Manajerial pada PT. Air
Pada PT. Air Manado.
Manado
2.Terdapat
41

pengaruh
yang tidak
signifikan
dari Total
Quality
Management
(TQM)
terhadap
Kinerja
Manajerial
pada PT. Air
Manado.

3.Sistem
Pengukuran
Kinerja
berpengaruh
signifikan
terhadap
Kinerja
Manajerial
Pada PT. Air
Manado.
5. Said Alhudri Total Quality Dua Perbedaan
dan Meyzi Management variabel dalam
Heriyanto yang yang sama. penelitian
(2015) diterapkan Sama-sama ini adalah
Pengaruh oleh PT. PLN meneliti Lokasi
Penerapan (persero) TQM dan yang
Total Quality Ranting kinerja. diteliti
Management Bangkinang berbeda.
(TQM) dapat diterim Dan tahun
Terhadap dengan penelitiann
Kinerja positif oleh ya berbeda.
Karyawan para
Pada PT. PLN karyawan,
(Persero) sesuai
Ranting dengan
Bangkinang hipotesis,
bahwa total
quality
management
berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
42

karyawan

yang dilihat
dari empat
total quality
management
yang telah
dilakukan
PT. PLN
(persero)
Ranting
Bangkinang
secara
keseluruhan
telah berjalan
degan baik.

2.2 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menggunakan penerapan TQM untuk menghasilkan

kinerja yang sebaik-baiknya dan diharapkan dengan adanya penerapan Total

Quality Management hendaknya membuat barang atau jasa yang terbaik

sehingga kepuasan konsumen terpenuhi. Karena kelangsungan hidup untuk

mendapatkan keuntungan suatu perusahaan ditentukan oleh

konsumen/pengunjung.

Adapun pengertian TQM (Total Quality Management) Menurut

Tjiptono dan Diana (2013:4) : “TQM merupakan pendekatan dalam

menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi

melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan

lingkungannya”.
43

Sedangkan Menurut Hasmi (2009:1) :

Mendefinisikan bahwa TQM adalah filosofi manajemen yang mencoba


mengintegrasikan semua fungsi organisasi (pemasaran, keuangan,
desain, produksi, pelayanan konsumen dan sebagainya), terfokus untuk
memenuhi keinginan konsumen dan tujuan organisasi.

Selanjutnya Menurut Dale (2011:26) :

“TQM adalah kerja sama saling menguntungkan dari semua orang

dalam organisasi dan dikaitkan dengan proses bisnis untuk menghasilkan nilai

produk dan pelayanan yang melampaui kebutuhan dan harapan konsumen”.

Adapun Menurut Usman dalam Syamsir Torang, (2013:202)

menjelaskan bahwa :

TQM adalah budaya organisasi yang ditentukan dan didukung


pencapaian kepuasan konsumen secara terus menerus melalui system
yang berintegrasi yang terdiri dan bermacam alat, teknik dan pelatihan-
pelatihan. Tindakan perbaikan terus menerus dalam proses organisasi
diharapkan akan menghasilkan produk dan pelayanan yang bermutu
tinggi.

Beberapa pengertian TQM diatas dapat disimpulkan bahwa TQM

merupakan semua fungsi organisasi untuk bekerja sama dengan melakukan

perbaikan teru menerus dan saling menguntungkan bagi semuanya, bagaimana

perusahaan dan karyawan nya meningkatkan kinerjanya untuk mendapatkan

pelayanan dan produk yang bermutu tinggi sehingga semua orang puas akan

hal tersebut.

Kemudian pengertian Kinerja menurut Amstrong dan Baron dalam

Wibowo (2016:7) :
44

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat


dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan
memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja
adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari
pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannya.

Sedangkan Menurut Bacal (2012:4) bahwa:

Manajemen kinerja adalah proses komunikasi yang sedang berjalan,


dilakukan dengan kemitraan antara pekerja dan atasan langsung
mereka, yang menyangkut menciptakan harapan yang jelas dan
saling pengertian tentang pekerjaan yang harus dilakukan.

Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa kinerja merupakan adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Kemuadian menurut Krawjeski and Ritzman (2006) dalam Munizu

(2010:185) bahwa :

Sejak tahun 1980-an TQM telah mendapat perhatian besar dari para
manajer, karena terbukti mampu meningkatkan kinerja perusahaan.
Total Quality Management (TQM) merupakan paradigma baru dalam
menjalankan bisnis yang berupaya memaksimumkan daya saing
organisasi melalui fokus pada kepuasan konsumen, keterlibatan
seluruh karyawan, dan perbaikan secara berkesinambungan atas
kualitas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa TQM (Total Quality

Management) memiliki keuntungan salah satunya adalah dapat meningkatkan

kinerja dalam suatu perusahaan.


45

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah :

MANAJEMEN

Manajemen adalah ilmu dan seni untuk


melakukan tindakan guna mencapai tujuan.
Manajemen sebagai suatu ilmu adalah
akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasi.

Menurut Siswanto (2011:7)

MANAJEMEN STRATEGIS

Manajemen Strategis adalah serangkaian


keputusan yang dapat berakibat dalam formulasi
dan implementasi dari strategi, yang dirancang
untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Wibowo (2016:71)

TQM (TOTAL QUALITY MANAGEMENT)

TQM merupakan pendekatan dalam


menjalankan usaha yang mencoba
memaksimumkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus-menerus atas
produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungannya.

Menurut Tjiptono dan Diana (2013:4).

KINERJA

Manajemen kinerja merupakan dasar dan


kekuatan pendorong yang berada di belakang
semua keputusan organisasi, usaha kerja, dan
alokasi sumber daya.

Menurut Costello, dalam Wibowo (2016:10).

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan

Menurut Sugiyono (2016:2) metode penelitian adalah : “Metode

penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

kualitatif. Berikut ini Sugiyono (2016:35) menyatakan bahwa :

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk


mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
variabel (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan
atau mencaei hubungan variabel satu sama lain.
Adapun definisi metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2016:9)

adalah sebagai berikut :

Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian


yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme/enterpretif, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Dari pemaparan diatas bahwa dalam penggunaan metode penelitian deskriptif

kualitatif diharapkan dalam prosesnya tidak terjadi kesalahan yang membuat

penelitian mendapatkan masalah yang serius sehingga menyebabkan penelitian

tersendat dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Dalam penelitian ini yang akan

diuji adalah penggunaan Analisis Implementasi Total Quality Management

46
47

(TQM) Berbasis Kinerja (Studi kasus pada perusahaan makanan di P.Madani

Cikoneng, Ciamis).

3.2 Desain Penelitian

Menurut Moh Nazir (2009:84) mendefinisikan desain penelitian sebagai

berikut : “Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Dalam penelitian ini nmenerapkan desain penelitian yang mencakup

proses-proses yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

mengidentifikasi masalah yang terjadi, menetapkan tujuan penelitian,

menyampaikan manfaat penelitian, menetapkan metode penelitian yang

digunakan, sumber dan teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan

pelaporan hasil penelitian.

Salah satu jenis penelitian kualitiatif adalah penelitian dengan metode atau

pendekatan Studi Kasus (Case Studies) menurut Creswell, dalam Sugiyono

(2016:39) menyatakan bahwa :

Studi kasus adalah meurupakan salah satu jenis penelitian kualitatif,


dimana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program,
kejadian, proses, aktifitas, terhadap satu atau lebih orang. Suatu kasus
terokat oleh waktu dan aktifitas dan peneliti melakukan pengumpulan data
secara mendetail dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan
data dan dalam waktu yang berkesinambungan.
Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif karena dalam

pengumpulan data disini menggunakan data primer dan sekunder,. Data primer

dapat diartikan sebagai data yang diperoleh langsung dari sumber asli yaitu yang
48

bersangkutan dengan orang dalam seperti manjer, kepala took, dan karyawan.

Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung

melalui media perantara. Desain penelitian dalam pengumpulan data yang

digunakan ini memungkinkan melakukan observasi langsung. Dengan

mengumpulkan beberapa fakta dari sumber yang ada.

3.3 Definisi dan Operasionalisasi Parameter

3.3.1 Definisi Parameter

Berdasarkan pernyataan diatas, maka definisi variabel dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Independen)

Menurut Sugiyono (2016:39) bahwa : “Variabel bebas adalah merupakan

variabel yang memperngaruhi atau yang menjadi sebab perubahanya atau

timbulnya variabel dependen (terikat)”. Adapaun variabel bebas dalam

penelitian ini adalah penggunaan analisis TQM Hansen (2009:17)

menyatakan bahwa :

TQM adalah singkatan dari (total quality management) yaitu suatu

perbaikan berkelanjutan yang mana hal ini adalah sesuatu yang mendasar

sifatnya bagi pengembangan proses manufaktur yang sempurna.

2. VariabelTerkait (Dependen)

Menurut Sugiyono (2016:39) adalah bahwa : “Variabel terkait merupakan

variabel yang diperngaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas”. Adapun variabel terkait dalam penelitian ini adalah


49

kinerja Bastian (2001:392) bahwa “kinerja adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi tersebut”.

3.3.2 Operasionalisasi Parameter

Menurut Walizer dan Weiner dalam Mushlihin (2013) :


Definisi operasional adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang
apa yang harus diamati dan bagaimana mengukur suatu variabel atau
konsep definisi operasional tersebut membantu kita untuk mengklasifikasi
gejala di sekitar ke dalam kategori khusus dari variabel. Sedangkan
definisi parameter adalah ukuran, kriteria, patokan, pembatasan, standar,
atau tolok ukur seluruh populasi dalam penelitian.
Operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian yang memerlukan

penjelasann. Operasional bersifat spesifik, rinci, tegas dan pasti yang

menggambarkan berbagai macam karakteristik variabel-variabel penelitian dan

hal-hal yang dianggap sangat penting untuk penelitian. Keterangan atau informasi

yang dapat menjelaskan diantaranya batas-batas atau bagian-bagian tertentu dari

suatu sistem. Adapun operasionalisasi parameter pada penelitian ini antara lain

sebagai berikut:

3.1 Tabel
Operasional Parameter
Variabel Konsep Parameter Pertanyaan Narasumber Teknik Teknik
Variabel Pengumpulan Analisis Data
Data
1. Analisis TQM adalah 1. Fokus 1. Bagaimana 1. Manager 1. Wawancara 1. Reduksi
TQM singkatan pada fokus P.Madani 2. Observasi Data
dari (total pelangg pelanggan 2. Karyawan 3. Dokumentasi 2. Display
quality an; pada P.Madani 4. Studi Pustaka Data
managemen 2. Kerja perusahaan 5. trianggulasi 3. Kesimpulan
t) yaitu sama P.Madani? /verifikasi
suatu tim 2. Bagaimana
perbaikan (teamw kerja sama
berkelanjuta ork); tim
n yang 3. Perbaik (teamwork)
mana hal ini an di
adalah sistem perusahaan
50

sesuatu secara P.madani?


yang berkesi 3. Bagaimana
mendasar nambun perbaikan
sifatnya gan; berkesinam
bagi bungan
pengemban yang
gan proses dilakukan
manufaktur P.madani?
yang
sempurna.
(Menurut
Hansen,
2009:17)
2.Kinerja Kinerja 1. Tujuan 4. Apa saja 1. Manager
adalah 2. Standar tujuan dari P.Madani
gambaran 3. Umpan P.Madani? 2. Karyawan
mengenai balik 5. Bagaimana P.Madani
tingkat standar
pencapaian perusahaan
pelaksanaan P.Madani?
tugas dalam sehingga
suatu tujuannya
organisasi, tercapai?
dalam upaya 6. Bagaimana
mewujudka umpan
n sasaran, balik dari
tujuan, misi pekerja di
dan visi P. Madani?
organisasi
tersebut.
Bastian
(2001:392)
Sumber : Hasil Olahan Penulis

3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Sumber Data

Arikunto (2010:129) mengemukakan bahwa : “Sumber data dalam penelitian

adalah subjek dari dari mana data dapat diperoleh”.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Yaitu data yang digunakan secara langsung dari tempat penelitian, yang

diperoleh langsung dari sumber asli, tanpa perantara. Data primer


51

diperlukan dengan cara wawancaea langsung dengan narasumber

diantaranya yaitu manajer P.Madani, dan karyawan P.Madani.

2. Data Sekunder

yaitu data yang telah diolah pihak lain yang diperoleh dari lembaga atau

instrument yang berhubungan dengan objek penelitian atau studi

kepustakaan.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2013:224) menyatakan bahwa : “Teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena

tujuan utama dari penelitian mendatakan data”.

1. Wawancara

Menurut Esterberg, dalam Sugiyono (2013:321) bahwa :

“Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

infoermasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikontruksikan makna dalam suatu topic tertentu”. Cara yang

dilakukan untuk menganalisis dan mengimplementasikan

penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data-data melalui

wawancara secara langsung dengan pihak perusahaan untuk

mengajukan pertanyaan yang akan dipertanyakan, berkaitan

dengan masalah yang sedang dihadapi di perusahaan saat ini.

Seperti pada Manager P.Madani, dan salah satu karyawan yang ada

di P.Madani untuk mendapatkan hasil wawancara yang lebih

sfesifik.
52

2. Pengamatan/Observasi

Sutrisno Hadi, dalam Sugiyono (2013:145) mengemukakan bahwa

“Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses

yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua

diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan”. Yang dilakukan pengamatan/Observasi disini yaitu

dengan cara mengamati langsung terhadap suatu aktivitas yang

dijalankan perusahaan terutama aktivitas yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti pada P.Madani

3. Dokumentasi

Sugiyono (2013:240) menyatakan bahwa :

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambaran, atau karya-karya

monumental dari seorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera,

biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar

misalnya foto,gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang

berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar,

patung, filem dan lain-lai. Studi dokumen merupakan pelengkap

dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif. Dokumentasi yang dilakukan disini yaitu

pengumpulan dokumen-dokumen yang merupakan tulisan

berbentuk uraian, gambar dan tulisan lainnya pada P.Madani.


53

4. Studi Keputsaka

Studi kepustaka adalah kegiatan untuk menghimpun data yang

relevan dengan permasalahan yang menjadi objek peneliti.

Penulisan ini bertujuan untuk memperoleh data sekunder. Data

tersebut dapat diperoleh missal dari buku-buku, karya ilmiah, tesis,

disertasi, ensiklopedia, internet, dan sumber-sumber lain.

5. Triangulasi

Sugiyono (2015:397) menyatakan bahwa : “Triangulasi diartiakan

sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah

ada”. Cara yang dilakukan penelitian ini yaitu menggabungkan

data yang dihasilkan dari semua sumber untuk menjadi satu.

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa

tahap, adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan disini peneliti mempersiapkan segala sesauatu

yang diperlukan sebelum melakukan kegiatan wawancara. Pertama

peneliti mengurus surat perizinan dari Fakultas Ekonomi Program

Studi Manajemen Universitas Galuh. Setelah mendapatkan surat izin,

peneliti menyampaikan surat tersebut kepada manager perusahaan

P.Madani yang menjadi objek peneliyian ini. Setelah mendapat izin,

maka peneliti melakukan kontak awal untuk membina kepercayaan

dengan pimpinan P.Madani dan hubungan saling percaya, lalu peneliti


54

menjelaskan tentang tujuan prosedur penelitian serta memastikan

pimpinan P.Madani dapat mengerti dan menyetujui sebagai informan.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan kegiatan wawancara berupa

pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan alat bantu berupa alat

perekam. Namun sebelum wawancara dilakukan, peneliti terlebih

dahulu membuat rencana wawancara yang berisi pertanyaan-

pertanyaan yang telah disusun berdasarkan tujuan penelitian. Rencana

wawancara berisi pertanyaan terbuka (open ended questioni) tentang

Penggunaan Analisis Implementasi TQM (total quality management)

berbasis kinerja. Adapun pengecekan ulang yang harus dilakukan

peneliti mengenai data yang didapatkan dari pimpinan kepada

karyawan P.Madani.

2. Tahap Pelaksanaan

Peneliti mempersiapkan lingkungan wawancara untuk memungkinkan

wawancara berlangsung dengan baik dan mengantisipasi hal-hal yang

mungkin dapat menganggu proses wawancara. Wawancara

dilaksanakan pada waktu dan tempat yang telah disepakati oleh

P.Madani. Kemudian peneliti memulai kegiatan wawancara dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telat dipersiapkan

sebelumnya.

3. Tahap Penutup

Peneliti mengakhiri wawancara dengan menyimpulkan atau

mengulang kembali garis besar hasil wawancara dan mengklarifikasi


55

informasi yang kurang jelas. Setelah semua topik peneliti memberikan

ucapan terima kasih kepada informan atas partisipasinya.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdam, dalam Sugiyono (2016:244)

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannyadapat di informasikan kepada

orang lain”.

3.5.1 Reduksi Data

Reduksi data dimaksudkan bahwa data yang diperoleh dari lapangan

jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.

Seperti telah dikemukakan, makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data

akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan

analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih lanjut, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

3.5.2 Display Data

Display data yang biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan
56

Huberman, dalam Sugiyono (2016:249) menyatakan bahwa : “The most frequent

form of display data for qualitative research data in the past has been narrative

text.” (Artinya yang paling sering digunakan untuk menyajikan dan dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks, yang bersifat naratif). Dengan mendisplay

data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3.5.3 Kesimpulan/Verifikasi

Langkah berikutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman dalam Sugiyono (2016:345) adalah sebagai berikut : “Penarikan

kesimpulan data verifikasi (conclusion drawing/verification). Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif yang diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada”. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek

yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual atau ineraktif, hipotesis atau teori.

Data display yang dikemukakan secara naratif telah didukung oleh data-data yang

mantap, maka dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

3.6.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada P.Madani yang berlokasi di Cikoneng, jalan

Gegempalan nomor 86 RT/RW 01/12 Dusun Cikanyere Desa Gegempalan

Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat.


57

3.6.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan mulai dari bulan November 2018 sampai

dengan bulan Agustus 2019. Sebagaimana dijelaskan pada Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2
Jadwal Penelitian
Tahun Tahun
2018 2019
No Kegiatan

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1. Pengajuan Judul

2. Penyusunan Usulan
Penelitian
3. Seminar Usulan
Penelitian
4. Pengumpulan Data

5. Pelaksanaan
Penelitian
6. Penyusunan Laporan
Hasil Akhir
7. Sidang Skripsi

Sumber: Data diolah oleh penulis


DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Strategis. Bandung : Penerbit Alfabeta.


Hartantyo, Hutomo Tri dan Ratihg Hendayani. Analisis Implementasi Total
Quality Management (Tqm) Dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan
Konsumen Dan Service Quality. Jurnal Manajemen Pemasaran, Volume 4
No. 2 Mei 2015.
Hunger, J.David. Wheelen, Thomas L. 2003. Manajemen Strategis.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Kumentas, Cynthia N. 2013. Pengaruh Tqm, Sistem Pengukuran Kinerja Dan
Penghargaan Terhadap Kinerja Manajerial PT. Pos Indonesia. Jurnal
EMBA, Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal. 796-805.
Mintje, Nastiti. 2013. Pengaruh Tqm, Sistem Penghargaan Dan Sistem
Pengukuran Kinerja Terhadap Kinerja Manajerial Pada Pt. Air Manado.
Jurnal EMBA, Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 52-62.
Murni, Afsia dan Titto Rohendra. 2012. Pengaruh implementasi Total Quality
Management (TQM) Terhadap Budaya Kualitas Universitas Widyatama.
Jurnal Ekonomi Insentif Kopwil 4, Volume 6 No,1, 10-18.
Musran Munizu. 2010. Praktik Total Quality Management (TQM) Dan
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan, VOL.12,NO.2, : halaman 185-194.
Putro, Suryati Eko. 2010. Pengaruh Total Quality Management Terhadap
Kinerja Manajerial Dengan Sistem Penghargaan (Reward) Sebagai
Variabel Moderasi. Media Mahardhika, Vol 8 No 3 Mei 2010.
Siswanto, H.B. 2011. Pengantar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.
Solihin, Ismail. 2012. Manajemen Strategik. Bandung : Penerbit Erlangga.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Tjiptono, Fandy. Diana, Anastasia. 2011. Total Quality Management.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Wibowo. 2016. Manajamen Kinerja. Jakarta : PT GRAPINDO PERSADA.

58

Anda mungkin juga menyukai