Anda di halaman 1dari 8

Menciptakan Keunggulan Kompetitif UKM Jamur Kelapa Sawit Riau

Renyah

Henny Indrawati
Universitas Riau, Pekanbaru, 28293, Indonesia

Telp: + 62-813-65937093

Surel: henny.indrawati@lecturer.unri.ac.id
Abstrak. Perkembangan daya saing suatu usaha tidak dapat dihindari, termasuk pada usaha
kecil menengah (UKM). Daya saing mengkatalisasi peluang dan memicu ancaman baik yang
datang dari dalam maupun luar perusahaan, yang secara signifikan akan mempengaruhi
stabilitas bisnis. Oleh karena itu, setiap pemilik UKM harus menciptakan keunggulan kompetitif.
Penelitian ini berkonsentrasi pada pembentukan keunggulan kompetitif UKM pada perusahaan
kelapa sawit renyah di provinsi Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah agar para pemilik UKM
dapat menciptakan keunggulan kompetitif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
wawancara, dan kuesioner yang dikumpulkan dari pemilik. Sampel purposive diambil
berdasarkan kriteria usaha telah berjalan selama 5 tahun. Ada 225 sampel yang diambil. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UKM jamur
kelapa sawit crispy harus mampu meningkatkan kinerja pemasaran agar tercipta keunggulan
bersaing. Selain itu, pemilik harus lebih meningkatkan keterampilan wirausaha, berorientasi
pasar, lebih cepat dalam mengadopsi teknologi, dan memperluas calon mitra bisnis.

Kata kunci : keunggulan kompetitif, kinerja pemasaran, kewirausahaan dan orientasi pasar,
adopsi teknologi, mitra bisnis

1. pengantar
Usaha kecil dan menengah (UKM) berpengaruh positif di negara berkembang seperti
Indonesia karena ciri utamanya yaitu bisnis padat karya [1] Mereka bisa ditemukan
hampir di semua lokasi terutama di pedesaan, tergantung bahan baku lokalnya juga.
sebagai pemasok utama stok dan fasilitas kebutuhan primer bagi masyarakat
berpenghasilan rendah [2, 3]. Kontribusi usaha kecil dan menengah terhadap produk
domestik bruto Indonesia meningkat dari 57,85% menjadi 60,34% dalam lima tahun
terakhir. Dari keseluruhan usaha di Indonesia, UMKM memiliki proporsi 99,99% atau
setara dengan 56,54 juta usaha dalam jumlah [4]. Di Eropa, 99% bisnisnya adalah UKM
[5]. Itu juga ada di Selandia Baru di mana 99% perusahaan adalah UKM [6]. Di Riau, dari
278 ribu usaha, 98,66% berskala kecil dan menengah, dan hanya 1. 34% adalah
perusahaan skala menengah dan besar. Setiap tahun, UKM naik 5-10 persen [7]. Namun
pertumbuhan mereka harus selalu didorong untuk mempercepat kesejahteraan
masyarakat dan mengembangkan perekonomian daerah, karena keberhasilan UMKM
berpengaruh langsung terhadap pembangunan ekonomi khususnya di negara
berkembang [8, 9, 10, 11].
Sebuah usaha kecil menengah jamur kelapa sawit renyah merupakan salah satu
UKM yang ada di Provinsi Riau. Perusahaan ini mengambil bahan baku lokal sebagai
bahan produksinya; jamur tumbuh di tandan kosong minyak sawit. Data mencatat
bahwa Riau adalah provinsi penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia [12]. Produksi
tandan buah segar sebesar 1.792.481 ton pada tahun 2000 meningkat menjadi
8.721.148 ton pada tahun 2017. Peningkatan tersebut menyebabkan bertambahnya
limbah tandan kosong kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur.
Ini merupakan potensi bagi pengusaha jamur renyah kelapa sawit untuk meningkatkan
produksinya dengan memanfaatkan jamur yang tumbuh pada tandan kosong.
Selain kemungkinan untuk meningkatkan produksi, pengusaha jamur kelapa sawit
crispy harus menjaga stabilitas bisnis dan meningkatkan kinerja perdagangan dengan
membangun keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif hanya dapat dimiliki jika
UKM menawarkan produk yang berkualitas dengan harga yang lebih murah
dibandingkan kompetitor, memberikan pelayanan yang prima, memiliki ciri khas, dan
sulit ditiru oleh yang lain [13]. Perusahaan juga harus melakukan investasi pada inovasi
untuk mendapatkan keunggulan produk dari pesaing lainnya. Sumber keunggulan
kompetitif ini sebagian besar berasal dari berbagai kegiatan seperti perancangan
produk, proses pembuatan, pemasaran, dan distribusi.
Berdasarkan observasi peneliti, keunggulan kompetitif usaha jamur kelapa sawit
renyah tersebut masih rendah. Sebagian besar pemilik belum menerapkan inovasi
teknologi baru terutama dalam kemasan produk. Hal ini kemungkinan terjadi karena
kurangnya jaringan usaha dan kemampuan mendapatkan informasi, tidak mampu
beradaptasi dengan teknologi mutakhir, serta belum proaktif dalam memanfaatkan
peluang pasar. Untuk alasan tersebut, pemilik harus mendesain produk seunik mungkin
untuk mengungguli pesaing.
Banyak peneliti telah mempelajari kegagalan dan keberhasilan UKM dalam
memperoleh keunggulan bersaing. Kunci penentu utama UKM dalam mencapai
perbedaannya di Jamaika adalah kemampuan untuk mengembangkan produk yang tak
tergantikan dan fleksibilitas dalam mengadopsi teknologi canggih [14]. Untuk
menegaskan kembali, perusahaan harus terus melakukan inovasi untuk memperoleh
keunggulan bersaing di pasar. Sebuah UKM harus memiliki orientasi kewirausahaan
yang berkualitas seperti proaktif, fleksibel, agresif, dan berani mengambil resiko [15]. Di
Iran ditemukan bahwa keterampilan pemasaran memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keunggulan bersaing [16]. Oleh karena itu, UKM wajib memiliki orientasi pasar.
Selain itu, mitra bisnis dapat membantu membangun keunggulan kompetitif [17].
Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
karena secara khusus fokus pada usaha jamur kelapa sawit renyah di Provinsi Riau
dengan kinerja pemasaran sebagai variabel interveningnya. Kinerja pemasaran sebagai
variabel intervening digunakan karena UKM diharapkan memperoleh keunggulan
bersaing melalui pertumbuhan penjualan, pelanggan, dan laba. Dari hasil penelitian ini
dapat ditemukan kegiatan dan upaya peningkatan keunggulan bersaing bagi pemerintah
daerah dan usaha renyah jamur kelapa sawit. Sejalan dengan peningkatan keunggulan
kompetitif tersebut, diharapkan perekonomian daerah juga semakin membaik dan citra
positif tentang komoditas lokal di Provinsi Riau pun terbangun.
2. Kerangka Teoritis
a. Keunggulan kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah perspektif pelanggan terhadap produk dan layanan
sebagai nilai kualitatif tertinggi karena tidak ada yang dapat menawarkan produk
atau layanan serupa (unik) [18, 19]. Jika digandakan, akan dikenakan biaya lebih
tinggi, seperti biaya pengetahuan, biaya cicilan, atau memiliki lisensi atau
perlindungan paten. Keunggulan kompetitif juga merupakan strategi yang
menguntungkan bagi perusahaan yang bekerja sama untuk bersaing secara efektif
dalam pasar yang sama. Keunggulan kompetitif diharapkan dapat membantu dalam
memperoleh keuntungan, meningkatkan pangsa pasar dan kepuasan pelanggan
serta membantu pemeliharaan bisnis [20].
b. Kinerja Pemasaran
Kinerja pemasaran merupakan suatu proses dalam memberikan pelayanan terbaik
kepada konsumen untuk memperoleh keuntungan [21]. Jika konsumen puas,
mereka biasanya akan membeli kembali produk dan membantu untuk mendukung
fitur terbaik produk kepada orang lain. Kinerja pemasaran diukur dari unit yang
dibeli (peningkatan volume penjualan), perkembangan konsumen, dan keuntungan.
Semakin baik kinerja pemasaran suatu perusahaan, semakin mudah memperoleh
keunggulan bersaing [22].
c. Orientasi Wirausaha
Orientasi kewirausahaan dapat mempengaruhi keunggulan bersaing suatu
perusahaan [23]. Orientasi kewirausahaan adalah preferensi untuk berusaha
menjadi yang pertama dalam inovasi produk pasar, mengambil risiko, dan proaktif
dalam mengungguli pesaing. Orientasi kewirausahaan berdampak positif terhadap
keunggulan bersaing [24]. Namun demikian, orientasi kewirausahaan tersebut tidak
berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing [25]. Namun, hal itu
cenderung berimplikasi positif terhadap kinerja pemasaran [23, 25, 26, 27]. Terdapat
korelasi antara variabel orientasi kewirausahaan, inovasi, dan new entry dan korelasi
ini disebut triadic connect [28]. Kewirausahaan dan inovasi adalah dua konsep yang
secara teratur berkorelasi dengan peningkatan kinerja perusahaan sebagai sumber
keunggulan kompetitif [29, 30, 31, 32, 33].
d. Orientasi Pasar
Orientasi pasar juga berpengaruh positif terhadap keunggulan kompetitif suatu
bisnis [23], namun tidak berkorelasi dengan kinerja bisnis [34]. Keunggulan
kompetitif sebagai sistem pendukung peningkatan kinerja pemasaran dapat dicapai
melalui bisnis yang berorientasi pasar [22]. Berorientasi pasar adalah sudut pandang
fundamental bagi perusahaan terkait dengan peningkatan persaingan global dan
perubahan kebutuhan konsumen; Oleh karena itu, suatu perusahaan perlu terus
mengupdate berita dan informasi pasar [35]. Orientasi pasar juga dipandang sebagai
budaya bisnis dimana suatu organisasi berkomitmen untuk secara kreatif
menciptakan nilai yang unggul bagi konsumen dan menghasilkan kinerja yang unggul
bagi perusahaan itu sendiri sehingga pada akhirnya dapat mengarah pada
peningkatan keunggulan bersaing [31].
e. Adopsi Teknologi
Teknologi memiliki peran sentral untuk kesuksesan UKM dan berkorelasi positif
dengan kemantapan bisnis [36]. Keterlambatan suatu UKM dalam mengadopsi
teknologi maju dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kapasitas sumber daya
manusia, pembiayaan, pemasaran, dukungan pemerintah, dan keunggulan bersaing
[37, 38, 39]. Selanjutnya, beberapa hal lain seperti kemampuan memperoleh dan
menyerap informasi, kemampuan menyetujui dan mengoperasikan teknologi terkini,
kecepatan menyesuaikan teknologi baru, kemampuan memodifikasi teknologi yang
dimiliki, dan kemampuan merespon perubahan kualitas atau gaya konsumen
berdasarkan teknologi. diamati untuk mengukur tingkat adopsi teknologi [40].
Menghadapi persaingan global dan perdagangan internasional membutuhkan adopsi
teknologi untuk mencapai kinerja pemasaran dan keunggulan kompetitif [41].
f. Mitra bisnis
Hubungan yang baik dengan mitra bisnis membawa dampak khusus pada
keunggulan kompetitif suatu perusahaan [43]. Mitra bisnis yang berkembang dengan
baik dapat meningkatkan kinerja bisnis [31]. Jumlah ketersediaan sumber daya
merupakan masalah utama yang dihadapi oleh UKM yang merintis bisnis barunya
[44]. Bertemu dengan rekan bisnis atau mitra yang setuju dengan persyaratan bisnis
dapat menciptakan keunggulan kompetitif [17, 43]. Rekan juga bisa memediasi
strategi akuisisi sumber daya untuk inovasi produk dari keunggulan kompetitif [31,
45].
3. Metodologi Penelitian
Penelitian survei ini dilakukan di Kabupaten Siak, Pelalawan dan Kampar, Provinsi Riau,
Indonesia. Kabupaten-kabupaten ini dipilih karena merupakan daerah-daerah yang
banyak terdapat usaha jamur kelapa sawit renyah. Metode purposive sampling
dilakukan pada orang-orang yang telah menjalankan usaha minimal 5 tahun. Total ada
225 sampel.
Data primer yang diperlukan untuk penelitian adalah pertanyaan dan pernyataan
yang berkaitan dengan variabel penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Perkebunan, dan Badan Pusat Statistik.
Pengukuran variabel penelitian didasarkan pada persepsi responden terhadap seluruh
indikator variabel yang dibangun pada model. Data dianalisis dengan analisis sub-
struktur jalur 1 dan 2 dengan menggunakan software SPSS, versi 21.
4. Hasil dan Diskusi
Sebelum dilakukan analisis substruktur jalur data 1 dan 2 dilakukan pengukuran skor
rata-rata untuk setiap variabel penelitian seperti pada Tabel 1 Tabel 1 menunjukkan
kinerja pemasaran memiliki nilai rata-rata kriteria tinggi yaitu 9,80. Jumlah tersebut
dihitung dari tingkat pertumbuhan penjualan, jumlah konsumen, dan perkembangan
keuntungan. Sebagian besar usaha jamur renyah kelapa sawit mengalami peningkatan
dalam hal perdagangan, perkembangan konsumen dan keuntungan setiap tahunnya.
Kinerja pemasaran merupakan faktor yang lazim digunakan untuk menilai dampak dari
strategi yang diterapkan oleh suatu perusahaan karena berkaitan dengan upaya
memahami, menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyajikan nilai kepada konsumen.
Keunggulan kompetitif berada pada tingkat rata-rata dengan 7,70 rata-rata. UKM jamur
kelapa sawit crispy ini memang memiliki ciri khas tersendiri; produknya terbuat dari
jamur yang tumbuh di tandan pohon palem. Namun pemasarannya masih terbatas pada
kantin sekolah, toko kecil, pedagang, atau langsung diantar ke konsumen sesuai
pesanan. Selain itu, kemasannya juga simpel dan kurang menarik. Jenis plastik yang
digunakan untuk membungkus produk adalah polyethilen (PE). Jika jenis plastik ini
digunakan untuk mengemas produk berminyak, gemuk bisa bocor dari bungkusnya dan
akan menempel pada produk.
Tabel 1. Skor rata-rata variabel penelitian

Ti Variabel Berarti Kategori


da
k
1 Keunggulan kompetitif 7.70 Moderat
2 Kinerja Pemasaran 9.80 Tinggi
3 Orientasi Wirausaha 10.10 Tinggi
4 Orientasi Pasar 9.70 Tinggi
5 Adopsi Teknologi 9.80 Moderat
6 Mitra bisnis 10.40 Moderat

Hasil analisis jalur disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa orientasi
kewirausahaan, orientasi pasar, adopsi teknologi, mitra bisnis, dan kinerja pemasaran
berpengaruh signifikan secara langsung maupun tidak langsung terhadap keunggulan
bersaing. Orientasi pasar berpengaruh langsung paling signifikan terhadap kinerja
pemasaran sebesar 0,768. Sedangkan mean untuk business partner secara langsung
mempengaruhi keunggulan bersaing hanya 0,557. Secara implisit, orientasi pasar
berpengaruh paling besar terhadap keunggulan bersaing yaitu 0,365. Orientasi pasar
dalam penelitian ini berada pada level tinggi dengan mean 9,70. Artinya, pengusaha
jamur kelapa sawit crispy sebagian besar telah menetapkan prinsip berorientasi pasar
dalam menjalankan usahanya. Pengemasannya sudah sesuai dengan permintaan
pelanggan. Selanjutnya,
Dari Tabel 2, persamaan substruktur 1 dan 2 disusun sebagai berikut:
Sub-struktur 1: Y1 = 0,360X1 + 0,768X2 + 0,255X3 + 0,308X4 + e1
Sub-struktur 2: Y2 = 0,327X1 + 0,475Y1 + 0,557X4 + e2

Meja 2. Hasil Uji Hipotesis

Tid Hipotesa Koefisien Nilai-P Catatan


ak Jalur
H1 Orientasi Wirausaha Kinerja 0,360 0,000 Penting
Pemasaran
H2 Orientasi Pasar  Kinerja 0.768 0,000 Penting
Pemasaran
H3 Adopsi teknologi Kinerja 0.255 0,000 Penting
Pemasaran
H4 Mitra bisnis Pemasaran 0.308 0,000 Penting
Performa
H5 Orientasi Wirausaha 0,372 0,000 Penting
Keunggulan kompetitif
H6 Mitra bisnisKompetitif 0,557 0,000 Penting
keuntungan
H7 Kinerja Pemasaran  0.475 0,000 Penting
Keunggulan kompetitif
H8 Orientasi Wirausaha  Kinerja 0.171 0,000 Penting
Pemasaran  Keunggulan Mediasi
kompetitif
H9 Orientasi Pasar Pemasaran 0,365 0,000 Penting
Performa Kompetitif Mediasi
keuntungan
H1 Adopsi teknologi 0,052 0,000 Penting
0 Kinerja Pemasaran Mediasi
Keunggulan kompetitif
H1 Mitra bisnisPemasaran 0,265 0,000 Penting
1 Performa Kompetitif Mediasi
keuntungan

Hasil penelitian menemukan bahwa orientasi pasar dan mitra bisnis merupakan dua
faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja pemasaran dan keunggulan bersaing.
Aspek yang paling tidak berpengaruh adalah adopsi teknologi. Menghadapi
perdagangan yang kompetitif di seluruh dunia membutuhkan teknologi canggih. Siklus
produksi dapat dipersingkat dengan mengaplikasikan teknologi sehingga dapat lebih
menguntungkan bagi perusahaan [42]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor
variabel adopsi teknologi berada pada level sedang dengan mean 9,8. Hal ini
menandakan bahwa para penjual sudah dapat memperoleh informasi terkait teknologi
baru baik dari media sosial maupun pemerintah daerah. Meski demikian, sangat
disayangkan mereka belum mampu mengimplementasikan teknologi canggih tersebut
karena keterbatasan anggaran dan minimnya kemampuan. Keterlambatan pemilik UKM
dalam mengadopsi teknologi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keterbatasan
sumber daya manusia, permodalan, masalah pemasaran, dan dukungan pemerintah [37,
38, 39]. Bahkan, teknologi juga bisa digunakan untuk mempromosikan produk secara
online yang sedang menjadi trend saat ini. Oleh karena itu, wajar jika bisnis yang tidak
memanfaatkan teknologi dengan baik membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
berkembang. Oleh karena itu, untuk menciptakan keunggulan bersaing, UKM jamur
renyah kelapa sawit harus meningkatkan pemanfaatan teknologinya dengan
mengembangkan kompetensi sumber daya manusia baik pemilik maupun pekerja. Juga
perlu menambah akses modal untuk mengatasi persoalan mahalnya biaya adopsi
teknologi. Teknologi memiliki peran sentral untuk kesuksesan UKM dan berkorelasi
positif dengan kemantapan bisnis [36].
5. Kesimpulan
Keunggulan kompetitif terwujud ketika kinerja bisnis melebihi pesaingnya. Keunggulan
kompetitif diperoleh dengan mencari aspek-aspek berbeda yang akan lebih dihargai
oleh konsumen dan tidak dapat dengan mudah ditiru oleh pesaing lainnya. Oleh karena
itu, diperlukan pengurangan biaya dalam penyediaan produk atau jasa dan perbaikan
terus menerus terhadap nilai yang diberikan kepada konsumen. Selain itu, pemerintah
diharapkan dapat mendukung UMKM jamur renyah kelapa sawit, tidak hanya sebagai
penyedia teknologi tetapi juga sebagai pihak yang melakukan pembinaan dan
pembinaan dalam pemanfaatan teknologi. Terakhir, pemerintah juga diharapkan dapat
memfasilitasi permodalan atau pembiayaan bagi UKM untuk mengatasi masalah biaya
teknologi.
Pengakuan
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi atas dana yang diberikan melalui hibah penelitian PSN-
I pada tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai