Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERSAINGAN USAHA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Syariah

Disusun Oleh:

1. Sri Wahyuni indrawati/105721116723


2. Dewsi Azharina/105721116823
3. Difa Safitri/105721117023

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Para pelaku usaha tidak dapat menghindari persaingan. Untuk mendapatkan simpati dari
pelanggan dan membuat produknya menjadi incaran pelanggan, bisnis harus bersaing.
Produk yang bagus, murah, dan penuh inovasi telah dihasilkan oleh persaingan bisnis ini,
yang telah diincar oleh konsumen untuk dibeli karena dapat diandalkan dan berkualitas tinggi
dibandingkan dengan produk lain dalam kategori ini.
Jika persaingan usaha ini tidak diawasi, tindakan yang tidak sehat dari pelaku usaha dapat
menyebabkan kerusakan masyarakat.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dibentuk oleh UU untuk mengawasi bagaimana
para pelaku usaha bersaing dalam menghasilkan produk dan memastikan kompetisi yang
sehat, yang diharapkan akan menghasilkan efisiensi perekonomian. Kami juga ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua orang yang telah memberikan kritik dan
saran untuk pembuatan makalah ini.

Kendari, 08 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar belakang ...........................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah...................................................................................................... 4
1.3 Tujuan pembahasan................................................................................................... 4
BAB II PERSAINGAN USAHA............................................................................................. 5
2.1 Pengertian persaingan usaha.................................................................................... 5
2.2 Tujuan pengaturan persaingan usaha...................................................................... 5
BAB III MENGUKUR DAN MENEGAKAN PERSAINGAN USAHA............................. 6
3.1 Komisi pengawas persaingan usaha......................................................................... 6
3.2 Tindakan yang dilarang ;pasar, alat ukur persaingan usaha .................................... 6
3.3 Penerapan pendekatan “ PER SE ILLEGAL” dan “RULE OF REASON”
dalam hukum persaingan . 6
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................. 7
4.1 Simpulan................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sifat dasar manusia adalah persaingan untuk mendapatkan perhatian dari pihak
yang dituju. Frase "homo homini lupus" dapat digunakan untuk menggambarkan
persaingan antara manusia.
Sifat dasar manusia tanpa dibatasi oleh etika dan norma akan menyebabkan
malapetaka bagi manusia sendiri, menyebabkan ketidakharmonisan dalam masyarakat,
yang pada gilirannya akan menyebabkan musnahnya umat manusia.
Dalam dunia bisnis, persaingan antara pelaku usaha selalu ada. Tujuan
persaingan adalah untuk menarik perhatian pelanggan, sehingga pelanggan ingin membeli
barang atau jasa yang diproduksi oleh pesaing.
Ini masih merupakan persaingan antar pelaku usaha yang wajar. Namun, jika
persaingan tersebut dilakukan dengan cara yang tidak adil, maka akan menyebabkan
kompetitor mengalami kerugian, bahkan mungkin hancur atau bangkrut. Jika kompetitor
hancur atau bangkrut, tidak akan ada lagi pesaing di pasar yang bersangkutkan, yang akan
memungkinkan bisnis monopoli di pasar tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah itu persaingan usaha itu?
2. Apakah tujuan persaingan usaha?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui konsep tentang persaingan usaha
2. Mengetahui tujuan persaingan usaha

BAB II
PERSAINGAN USAHA

2.1 Pengertian Persaingan Usaha


Dinamika kompetitif yang terjadi antara berbagai entitas bisnis di pasar untuk
memperebutkan pelanggan, pangsa pasar, dan sumber daya yang terbatas dikenal sebagai
persaingan usaha. Ini adalah ciri khas dari lingkungan ekonomi di mana bisnis berusaha
untuk memperoleh keunggulan kompetitif dan mempertahankan posisi mereka di pasar.
Persaingan usaha pada dasarnya mencakup serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh bisnis dalam upaya untuk menarik pelanggan, mempertahankan
keunggulan atas pesaing, dan memperluas pangsa pasar. Ini termasuk inovasi produk,
penentuan harga yang kompetitif, pemasaran yang efektif, diferensiasi produk atau
layanan, dan upaya untuk meningkatkan efisiensi operasi.
Selain itu, persaingan usaha juga dapat mencakup kombinasi berbagai faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi bisnis, seperti kebijakan dan taktik pesaing,
peraturan pemerintah, perubahan tren pasar, dan tingkat permintaan konsumen.
Tergantung pada skala operasi dan pasar target perusahaan, persaingan usaha dapat
lokal, regional, atau global. Hal ini berarti bahwa perusahaan harus terus memantau
lingkungan bisnis mereka dan mengubah strategi mereka untuk mengantisipasi perubahan
di pasar.
Persaingan usaha menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi,
inovasi, dan efisiensi dalam ekonomi yang dinamis dan terus berubah. Persaingan usaha
dapat menyebabkan tekanan dan kesulitan bagi bisnis, tetapi juga memberikan kesempatan
untuk membuat produk baru, menetapkan standar kualitas yang lebih tinggi, dan
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan.
Dengan meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya, memperluas pilihan
konsumen, dan mendorong inovasi dan pertumbuhan jangka panjang, persaingan usaha
yang fair dan berkeadilan di pasar yang sehat dapat menciptakan lingkungan yang
menguntungkan bagi konsumen, bisnis, dan ekonomi secara keseluruhan.
2.2 Tujuan Persaingan Usaha
Tujuan persaingan usaha mencakup banyak hal yang menjadi perhatian
perusahaan saat mempertahankan dan memperkuat posisi mereka di pasar.

1. Menciptakan Nilai Tambah untuk Konsumen: Salah satu tujuan utama persaingan usaha
adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menyediakan produk
atau layanan yang berkualitas, inovatif, dan sesuai dengan preferensi mereka. Untuk
memperoleh keunggulan kompetitif di pasar, perusahaan berusaha untuk menciptakan
nilai tambah bagi konsumen.

2. Meningkatkan Pangsa Pasar: Perusahaan berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar


mereka dengan menarik pelanggan baru, memperluas cakupan geografis, atau menjangkau
segmen pasar yang belum tergarap. Dengan meningkatkan pangsa pasar, perusahaan dapat
mempertahankan posisi mereka dan meningkatkan potensi pertumbuhan mereka.

3. Menghasilkan Keuntungan yang Maksimal: Salah satu tujuan utama setiap perusahaan
adalah untuk memperoleh keuntungan. Persaingan usaha mendorong bisnis untuk
mengurangi biaya dan meningkatkan pendapatan untuk mencapai tingkat keuntungan yang
paling tinggi. Ini termasuk menggunakan strategi harga yang tepat, mengelola biaya
operasional, dan meningkatkan efisiensi rantai pasokan.

4. Mengembangkan Inovasi: Persaingan usaha mendorong perusahaan untuk terus


berinovasi dalam produk, proses, dan model bisnis mereka. Ini termasuk membuat produk
baru, teknologi baru, atau metode baru untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan
lebih baik.

5. Meningkatkan Kualitas Produk dan Layanan: Meningkatkan kualitas produk dan


layanan yang ditawarkan kepada konsumen adalah salah satu tujuan persaingan usaha.
Dengan meningkatkan kualitas, bisnis dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan
membangun citra merek yang kuat di pasar.

6. Menciptakan Keunggulan Kompetitif: Karena persaingan usaha, perusahaan harus


mencari cara untuk mendapatkan keunggulan yang membedakan mereka dari pesaing
mereka. Ini bisa mencakup efisiensi operasional yang tinggi, pelayanan pelanggan yang
luar biasa, inovasi teknologi, atau produk yang unik.

7. Memelihara Kestabilan dan Pertumbuhan Perusahaan: Perusahaan berusaha untuk


menciptakan lingkungan yang memungkinkan mereka untuk berkembang secara
berkelanjutan dan memperkuat posisi mereka di pasar dalam jangka panjang.
BAB III

MENGUKUR DAN MENEGAKKAN PERSAINGAN USAHA

3.1 Komisi Pengawas Persaingan Usaha


Sebagai lembaga yang dibentuk khusus untuk mengawasi pelaksanaan Undang-
undang Antimonopoli di Indonesia, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
melakukan berbagai tugas dan kewenangan.
Pasal 35 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 menjelaskan tanggung jawab KPPU, yaitu:

a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan praktek monopoli


dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan
Pasal 16.
b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang
dapat mengakibatkan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24.
c. Memeriksa apakah ada penyalahgunaan posisi dominan yang dapat menyebabkan
praktek monopoli atau persaingan usaha yang tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal
25 hingga 28.
d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal
36.
e. Memberikan rekomendasi dan pertimbangan tentang kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
f. Menciptakan pedoman dan publikasi yang berkaitan dengan undang-undang ini.
g. Memberikan laporan rutin kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat tentang hasil
kerja komisi.

3.2 Tindakan Yang Dilarang ;Pasar, Alat Ukur Persaingan Usaha


Pasar dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan apakah hukum
persaingan usaha dilanggar atau tidak. Dalam konteks persaingan usaha, setiap lokasi
dapat dianggap sebagai pasar karena pasar merupakan tempat di mana para pihak
melakukan transaksi.
Perjanjian yang dilarang, kegiatan atau tindakan yang dilarang, dan posisi dominan adalah
beberapa tindakan yang dilarang pelaku usaha di pasar tersebut oleh Undang-Undang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU Nomor 5 Tahun
1999).
Selanjutnya, kita akan membahas tindakan yang dilarang menurut Undang-undang Nomor
5 tahun 1999 secara menyeluruh:

1. Perjanjian yang Dilarang


a. Oligopoli:
Dari perspektif ekonomi, oligopoli dapat didefinisikan sebagai struktur pasar yang
memiliki karakteristik berikut: 1. Sedikit perusahan dengan banyak pembeli; 2. Produk
yang homogen atau unik; dan 3. Pasar yang sulit dimasuki karena banyaknya hambatan
untuk masuk.
Pasal 4 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tidak memberikan definisi yang
jelas tentang apa yang dimaksud dengan "oligopoli" secara yuridis. Namun, secara tersirat,
kata "oligopoli" didefinisikan sebagai penguasaan dalam produksi dan/atau pemasaran
barang dan jasa yang dapat menyebabkan praktik monopoli atau persaingan tidak sehat
antara beberapa perusahaan yang bekerja sama melalui perjanjian. Larangan oligopoli ini
secara keseluruhan melanggar hukum.
Menurut ayat (2), jika dua atau lebih pelaku usaha atau kelompok usaha menguasai
produksi atau pemasaran satu jenis barang atau jasa secara bersama-sama, mereka
dianggap melakukan tindakan oligopoli. Ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam
Pasal 4 menunjukkan bahwa: 1. Ada dua atau lebih pelaku usaha atau kelompok usaha
yang menguasai produksi atau pemasaran satu jenis barang atau jasa.

2. Memiliki pangsa pasar lebih dari 75%.


3. Memiliki barang atau jasa yang serupa yang tidak tersedia di pasar.
4. Terdapat hambatan untuk memasuki bisnis sehingga tidak ada persaingan.
b. Pembagian Wilayah
Perjanjian untuk melakukan pembagian wilayah juga dilarang oleh Pasal 9
Undang-
undang Nomor 5 tahun 1999. Kriteria pembagian wilayah /market division berdasarkan
Pasal 9 adalah :
1. Dilakukan oleh pelaku usaha baik selevel maupun tidak selevel ( horizontal
maupun vertical).
2. Bertujuan meniadakan persaingan diantara mereka dalam hal distribusi maupun
pemasaran produk barang dan jasa.
3. bertujuan menciptakan pemasok tunggal disuatu daerah atau pasar tertentu
sehingga sangat potensial menimbulkan monopoli.

Pemboikotan
Pemboikotan yang secara tegas dilarang oleh Pasal 10 Undang-undang Nomor 5
tahun 1999 adalah pemboikotan yang dilakukan dengan perjanjian. Padahal sebetulnya
boikot dapat dilakukan oleh pelaku tunggal, tanpa adanya perjanjian. Berdasarkan
ketentuan Pasal 10 , pemboikotan dapat berwujud dalam dua bentuk :
1. Perjanjian horisontal (antar pelaku usaha ) yang potensial menghalangi pelaku
usaha lain memproduksi barang yang sama untuk tujuan pasar dalam maupun luar
negeri (pasal 10 ayat (1)
2. perjanjian horisontal guna menolak menjual setiap barang atau jasa dari pelaku
usaha lain ( Pasal 10 ayat (2).

3.3 Penerapan Pendekatan “PER SE ILLEGAL” Dan “RULE OF REASON” Dalam


Hukum Persaingan
Selama bertahun-tahun, kedua pendekatan per se illegal dan rule of reason telah
digunakan untuk menilai apakah tindakan tertentu dari pelaku bisnis melanggar
Undang-Undang Persaingan Usaha. Pendekatan rule of reason adalah pendekatan yang
digunakan oleh lembaga otoritas persaingan usaha untuk menilai hasil dari perjanjian
atau kegiatan usaha tertentu untuk menentukan apakah perjanjian atau kegiatan tersebut
menghambat atau mendukung persaingan, dalam tertulis. Penetapan harga secara
kolusif dan pengaturan harga penjualan kembali adalah dua contoh tindakan yang
dianggap per se illegal.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat menggunakan kedua pendekatan yang memiliki perbedaan ekstrim
tersebut. Sebagai contoh, pasal-pasalnya mengandung kata-kata "yang dapat mengakibatkan"
dan "patut diduga", yang menunjukkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
menentukan apakah suatu tindakan dapat mengakibatkan praktik monopoli yang menghambat
persaingan.
Dalam kasus di mana istilah "dilarang" tidak disertai dengan anak kalimat "yang dapat
mengakibatkan...", metode per se illegal biasanya digunakan. Akibatnya, pemeriksaan
terhadap berbagai undang-undang bisnis, seperti kartel (Pasal 11) dan praktek monopoli
(Pasal 17), dianggap menggunakan pendekatan rule of reason, sementara pemeriksaan
terhadap perjanjian penetapan harga (Pasal 5) dianggap menggunakan pendekatan per se
ilegal.

Penerapan Per Se Illegal Atau Rule of Reason Secara Alternatif: Karena


perbedaan metode antara per se illegal dan rule of reason sangat besar, sebagian besar
keputusan pengadilan menempatkan posisi di antara kedua perspektif tersebut. Namun,
sebagian besar pengamat dan keputusan pengadilan berasumsi bahwa pendekatan per se
illegal serta Penerapan Per Se Illegal Atau Rule of Reason Secara Alternatif
Meskipun ada perbedaan yang jelas antara tindakan ilegal secara eksklusif dan aturan
akal sehat, keduanya dapat bekerja sama dan tidak bertentangan satu sama lain. Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, menggunakan metode secara eksklusif ilegal lebih singkat
daripada mengikuti logika.
Karena tidak ada kejelasan mengenai kapan pendekatan rule of reason akan diterapkan atau
per se illegal, karena tidak semua perilaku yang membatasi (restrictive conduct) secara
inheren bersifat anti persaingan. Oleh karena itu, pengadilan dapat menggunakan
kewenangannya untuk memilih pendekatan yang paling sesuai berdasarkan kasus-kasus yang
dievaluasi.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pelaku usaha adalah setiap individu atau badan usaha, baik badan hukum maupun bukan
badan hukum, yang didirikan atau berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum Republik Indonesia, baik secara individu maupun bersama-sama melalui perjanjian
untuk menjalankan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Produsen barang atau jasa berusaha untuk menarik perhatian konsumen sehingga mereka
ingin membeli barang atau jasa tersebut. Dari sudut pandang ekonomi, persaingan usaha
dibagi menjadi persaingan murni dan persaingan sempurna. Salah satunya bisa murni dan
sempurna, dan yang lainnya bisa murni tetapi tidak sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Amran, Nen, 1998, Pendekatan Analisis Ekonomi Terhadap Pengembangan Sistim
Hukum Nasional Dalam Rangka Globalisasi, Bapenas – FH Unpad, Bandung.
Anonim, 2003, Cetak Biru Pembaharuan Mahkamah Agung RI, Mahkamah Agung, RI,
Jakarta.
Anderson Jr, Thomas J, 1958, Our Competitive System and Public Poliicy, Cincinnati,
South Western Publishing Company. Azhari, M. Tahir, 1992, Negara Hukum, Bulan
Bintang, Jakarta.
Arinanto, Satya dan Ninuk Triyanti (ed), 2009, Memahami Hukum, Rajawali Press,
Jakarta. Badrulzaman, Mariam Darus, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai