Anda di halaman 1dari 12

HUMANITAS Vol. 12 No. 2 .

130-141 ISSN 1693-7236

PERAN POLA ASUH OTORITER TERHADAP KEMATANGAN EMOSI YANG


DIMODERATORI OLEH KESABARAN

Subhan El Hafiz, Abul A’la Almaududi


Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Jl. Limau II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
subhanhafiz@uhamka.ac.id

Abstract
Authoritarian Parenting style often judged as disturbing parenting style for development of
the children. However, some of research shown inconsistency which is the parenting style
also could give positive impact or have no effect. The purpose of this research was to exlpore
the role of authoritarian parenting style to the development of the emotional maturity that
expected to be moderated by patience competency. Participants of this research were 200
teenagers, 119 female and 81 male, who are study in Senior High School in Jakarta. Data
collected by Patience Competency questionnaire, Emotional Maturity questionnaire and
Parental Authority Questionnaire (PAQ). Data was analyzed through a moderator analysis.
The result showed that the patience competency does not significat play as moderator
variable to the authoritarian parenting style and teenager’s emotional maturity. Futher
analysis has proven that authoritarian parenting style and patience competency that was
conducted by mother might gave positive impact to teenager’s emotional maturity.

Keywords: authoritarian parenting style, emotional maturity, patience

Abstrak
Pola asuh otoriter seringkali dianggap sebagai pola asuh yang bisa mengganggu perkembangan
anak. Beberapa fakta penelitian menunjukkan hasil yang tidak konsisten, pola asuh otoriter
berdampak positif atau tidak ada berdampak terhadap perkembangan anak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peran pola asuh otoriter terhadap kematangan emosi anak
dengan harapan kompetensi kesabaran dapat berperan sebagai variabel moderator. Subjek
penelitian adalah remaja sebanyak 200 orang yang terdiri dari 119 orang perempuan dan
81 orang laki-laki yang bersekolah di Jakarta. Data dikumpulkan menggunakan instrument
kuisioner Kompetensi Kesabaran (KK), Kematangan Emosi (KE), dan Parental Authority
Questionnaire (PAQ). Data dianalisa menggunakan analisa moderator. Hasil penelitian tidak
menunjukkan peran kesabaran sebagai moderator terhadap kematangan emosi. Analisa lebih
lanjut menunjukkan bahwa kesabaran dan pola asuh ibu yang otoriter terbukti memberi
dampak positif terhadap kematangan emosi anak.

Kata Kunci: kematangan emosi, kesabaran, pola asuh otoriter


131

Pendahuluan orangtua cenderung tidak cocok pada masa


perkembangan remaja dimana anak remaja
Baumrind (1966) mengelompokkan
sudah memiliki kemampuan yang lebih
pola asuh orangtua ke dalam tiga kategori
matang dibandingkan masa kanak-kanak.
yaitu pola asuh otoriter, demokratis, dan
Adapun penggunaan kekuasaan orangtua
permisif. Pola asuh otoriter adalah pola
kepada anak remaja harus diimbangi dengan
asuh yang memberikan kesempatan
upaya memberikan penjelasan terkait dengan
pada anak untuk menentukan pilihannya
alasan dari peraturan tersebut.
dalam batas yang sudah ditentukan oleh
Penerapan pola asuh otoriter oleh
orang tua. Pola asuh otoriter cenderung
orangtua dengan mengontrol perilaku anak
menentukan apa yang harus dilakukan
berdasarkan standar yang sudah ditetapkan
atau dipilih anak adalah apa yang terbaik
oleh orangtua biasanya didorong oleh
menurut orangtuanya. Pola asuh permisif
motivasi ideologi. Pola asuh ini cenderung
cenderung memberi kebebasan kepada anak
mengontrol anak sebagaimana yang Tuhan
untuk menentukan apa yang terbaik bagi
harapkan terhadap anak. Hal inilah yang
dirinya (Baumrind, 1968,1991). Penelitian-
menyebabkan orang tua yang menjalankan
penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk
pola asuh otoriter tidak memberi ruang
mengungkap dampak tiap pola asuh terhadap
pada anak untuk menegosiasikan peraturan
perkembangan anak, menyimpulkan bahwa
karena aturan tersebut dianggap pedoman
pola asuh yang baik untuk perkembangan
dari Tuhan (Baumrind, 1996)
anak adalah pola asuh demokratis atau
Fakta penelitian terkait pola asuh
autoritatif, diantaranya penelitian yang
otoriter ternyata tidak selalu konsisten.
dilakukan oleh Baumrind (1991), Darling
Beberapa penelitian justru menunjukkan
& Steinberg (1993), dan Chao (2001). Hasil
bahwa pola asuh otoriter tidak berdampak
penelitian mengenai dampak dua pola asuh
terhadap perkembangan anak, baik positif
lainnya yaitu pola asuh demokratis dan
atau negatif. Begitu juga fakta penelitian
pola asuh permisif dan perkembangan anak
lain yang justru menunjukkan sebaliknya,
menunjukkan hubungan yang umumnya
yaitu pola asuh otoriter atau pola asuh yang
tidak konsisten. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh orang tua yang diasumsikan
dilakukan oleh Baumrind, 1991; Darling
otoriter ternyata memiliki dampak positif
& Steinberg, 1993 membuktikan bahwa
terhadap perkembangan anak (Blissett &
terdapat hubungan negative antara dua
Haycraft, 2008; Chao, 1994; Steinberg,
pola asuh tersebut dengan perkembangan
Lamborn, Darling, Mounts, & Dornbusch,
anak. Penelitian lain yang dilakukan oleh
1994).
Blissett & Haycraft, 2008; Chao, 1994)
Penelitian Steinberg, dkk (1994)
menunjukkan hasil sebaliknya, yaitu dua
membuktikan bahwa pola asuh demokratis
pola asuh tersebut memberikan manfaat
menunjukkan dampak yang lebih baik bagi
yang positif terhadap perkembangan anak
perkembangan anak dibanding pola asuh
Menurut Baumrind (1968) pola asuh
lainnya, yaitu otoriter dan neglected. Namun
otoriter masih bisa diterapkan untuk anak usia
demikian, analisa post hoc menunjukkan
awal namun tidak lagi cocok jika diterapkan
bahwa kesimpulan umum tersebut tidak
kepada anak yang sudah memasuki usia
otomatis menjadikan pola asuh otoriter
remaja. Pola asuh otoriter yang menggunakan
selalu berdampak negatif. Pada aspek-
kekuasaan untuk melegitimasi peraturan dari
aspek tertentu, pola asuh otoriter bahkan
Peran Pola Asuh Otoriter terhadap Kematangan Emosi yang Dimoderatori oleh Kesabaran 132

memberikan dampak yang sama positifnya bukan sebagai konstruk yang berdiri
dengan pola asuh demokratis. sendiri sebagaimana konstruk psikologi
Penelitian yang dilakukan di China yang lain. Menurut Schnitker (2010) yaitu
justru menunjukkan fakta sebaliknya, yaitu kecenderungan untuk menunggu dengan
pola asuh otoriter memberi dampak yang tenang dalam menghadapi frustrasi,
positif terhadap perkembangan anak. Chao kesulitan, atau penderitaan. Konsep
(2001) mengatakan bahwa pola asuh otoriter kesabaran sudah lama dianggap sebagai
berdampak negatif pada anak dari keluarga karakter positif dan aspek penting dalam
Eropa-Amerika namun pola asuh ini justru kesejahteraan seseorang (well-being).
memberi dampak positif pada keluarga Walaupun demikian, penelitian tentang
Cina-Amerika. Dalam artikelnya yang lain, peran kesabaran masih sangat minim.
Chao (1994, 2000) berkeyakinan bahwa Menurut El Hafiz dkk. (2013)
pendekatan dari orangtua, terutama ibu, kesabaran terdiri dari tiga unsur utama,
memberi dampak yang lebih positif terhadap yaitu menahan, bertujuan kebaikan, dan taat
perkembangan anak apabila diasuh dengan aturan. Menahan dilakukan sebagai respon
pola asuh otoriter. awal dimana individu akan menahan emosi,
Inkonsistensi hasil penelitian terkait pikiran, perkataan, maupun perilakunya
pola asuh otoriter ini menjadi dasar bahwa baik dalam kondisi sedih maupun senang
dibutuhkan variabel tertentu yang dapat selama hal itu diyakini sebagai hal yang
menerangkan efek dari pola asuh otoriter baik. Proses menahan ini juga dilakukan
terhadap perkembangan anak. Variabel ini sebagai proses yang aktif, artinya menahan
akan dapat menjelaskan bahwa dampak perkataan, misalnya, bukan karena larangan
negatif atau positif dari pola asuh otoriter atau tekanan tapi karena pilihan untuk
tergantung kondisi variabel yang menjadi menahan perkataan tersebut jika kata yang
perantaranya. Variabel yang diharapkan akan diucapkan akan lebih baik apabila tidak
menjadi variabel moderator terkait pola asuh disampaikan pada saat itu.
otoriter dan dampak pada perkembangan Konstruk kesabaran ini dibangun dari
anak adalah kesabaran, hal ini mengacu pada kajian tafsir terhadap ayat yang memuat kata
penelitian pada remaja yang menunjukkan “Sabar” dalam kitab suci umat Islam. Secara
adanya peran kesabaran sebagai mediator khusus, metode analisa tafsir ini melakukan
dari pengaruh yang positif antara religiusitas analisa terhadap tafsir al Misbah yang
dan kemampuan negosiasi konflik integratif dilakukan oleh Quraish Shihab. Metode
(El Hafiz & Nuramalina, 2015). Analisa Tafsir merupakan metode untuk
Kesabaran didefisikan sebagai membangun konstruk psikologi terhadap
kemampuan menahan emosi, pikiran, konsep-konsep agama yang diajarkan dalam
perkataan, dan perilaku yang dilakukan kitab suci (Pratiwi & El Hafiz, 2015).
dengan tujuan kebaikan serta tidak melanggar Kesabaran memiliki beberapa dimensi
aturan. Konsep kesabaran merupakan yang dapat menentukan tinggi rendahnya
implementasi nilai sabar dalam Islam yang kesabaran seseorang. Dimensi ini berbeda
dikonstruk menggunakan metode analisa dengan unsur kesabaran sebagaimana yang
tafsir (El Hafiz, Mundzir, Pratiwi, Rozi, dijelaskan sebelumnya. Dimensi sabar
2013). Dudley (2003) menjelaskan sabar dapat menentukan apakah kesabaran yang
(patience) sebagai sesuatu yang berlawanan dijalankan orang tersebut tinggi atau rendah,
dengan ketidaksabaran (impatience) namun sedangkan unsur kesabaran berfungsi untuk
133

menentukan apakah menahan seseorang kondisi emosinya. Pada level selanjutnya


termasuk dalam kesabaran atau tidak. adalah keterbukaan emosi (emotional
Dimensi kesabaran terdiri dari optimis, openness) dimana individu dapat berbagi
pantang menyerah, konsisten, tidak perasaannya dengan sikap yang tepat.
mengeluh, memaafkan, dan mencari ilmu Level yang lebih tinggi adalah asertifitas
untuk mendapatkan alternatif solusi (El emosi (Emotional Assertiveness), individu
Hafiz, dkk., 2013). Keenam dimensi ini yang menghargai dan mengeksperesikan emosi
menjadi indikator tinggi atau rendahnya untuk menerima kebutuhan dan keinginan
kesabaran seseorang. Semakin tinggi berbagai kondisi emosi. Satu level dibawah
kesabaran seseorang maka akan semakin level tertinggi adalah pemahaman emosional
baik pelaksanaan dari keenam dimensi (Emotional Understanding). Pada tahap ini
tersebut dan sebaliknya. Kekurangan salah individu dapat memahami sebab akibat
satu dimensi kesabaran ini tidak menjadikan dari emosi yang bertanggung jawab dan
individu menjadi tidak memiliki kesabaran sebaliknya serta segala aspek dalam dirinya
namun menurunkan tingkat kesabaran. yang berkaitan dengan reaksi emosi tersebut
Kematangan emosi merupakan (Kapri & Rani, 2014).
salah satu komponen utama untuk menilai Konsep yang juga relevan dengan
keberhasilan menghadapi gejolak masa kematangan emosi adalah diferensiasi
remaja karena kematangan emosi yang emosi (emotional differentiation) yaitu
paling baik adalah memahami berbagai kemampuan untuk memisahkan pikiran
kondisi emosi dan akibatnya namun tetap dan perasaan dan dapat memilih untuk
bisa otonom dalam mengambil keputusan dibimbing oleh intelektual atau emosional
dengan tidak terlalu terpengaruh oleh dalam pengambilan keputusan (Licht &
emosinya (Kapri & Rani, 2014). Dengan Chabot, 2006). Kapri & Rani (2014) level
demikian, kematangan emosi juga menjadi terteinggi dari kematangan emosi adalah
dasar untuk menilai bahwa seseorang sudah kemampuan untuk tidak dikendalikan oleh
memasuki periode masa dewasa. emosi dalam pengambilan keputusan.
Menurut Kapri & Rani (2014) level Kesabaran dapat menjadi mediator
kematangan emosi ada 6 (enam) dimana level pola asuh otoriter terhadap kematangan emosi
terendah adalah tanggungjawab emosional individu karena pola asuh yang berasal dari
dasar (basic emotional responsibility) dan orang tua tidak akan serta merta mengubah
paling tinggi adalah kemandirian emosi kondisi psikologis anak apabila tidak
(emotional detachment). Pada level pertama, melalui penilaian anak terhadap perlakukan
tanggungjawab emosional dasar, individu orangtua tersebut. Kemampuan anak dalam
harus menyadari untuk menerima emosinya menilai perlakuan orangtua terhadap dirinya
dengan tidak menyalahkan aspek eksternal. juga disumbang oleh tingkat kesabaran anak
Pada level paling tinggi, individu dapat tetap tersebut. Anak yang memiliki kemampuan
mengambil keputusan dengan tepat tanpa kesabaran yang baik diharapkan akan
pengaruh dari kondisi emosinya pada saat mampu menilai perlakuan orangtua pada
itu, baik emosi positif maupun emosi negatif. dirinya, walaupun dalam bentuk pola asuh
Level kematangan emosi yang otoriter, sebagai sesuatu yang baik dan hal
berada diantara keduanya adalah kejujuran itu justru akan menyebabkan anak semakin
emosional (emotional honesty) yaitu kondisi matang emosinya.
dimana individu memahami dan menerima
Peran Pola Asuh Otoriter terhadap Kematangan Emosi yang Dimoderatori oleh Kesabaran 134

Baumrind (1966) juga menjelaskan bahwa individu yang menahan emosi,


bahwa pola asuh otoriter bukanlah kondisi pikiran, perkataan, atau perilaku untuk
yang membuat anak dipaksa melakukan tujuan yang baik adalah kebaikan maka
sesuatu tanpa tujuan atau alasan yang jelas. besar kemungkinan juga mampu menerima
Pola asuh otoriter merupakan pola asuh pola asuh otoriter ini.
orangtua yang menempatkan diri sebagai Beberapa penelitian yang
orang yang paling mengerti kebutuhan menunjukkan pola asuh otoriter bermanfaat
anaknya sehingga dirinya merasa pantas terhadap perkembangan anak (Steinberg,
untuk memaksakan peraturan tertentu pada dkk., 1994; Chao, 1994; 2000; 2001)
anak untuk dijalankan. Pada beberapa aspek, jelas menunjukkan bahwa pola asuh ini
hal ini wajar karena orang tua memang berdampak secara relatif terkait dengan pada
memiliki lebih banyak pengalaman daripada budaya. Pada budaya Eropa dan Amerika
anak sehingga mencoba memaksakan pola asuh otoriter cenderung berdampak
peraturan pada anak. negatif, sedangkan pada budaya Asia pola
Salah satu penelitian terkait pola asuh otoriter lebih banyak berdampak
asuh menunjukkan bahwa perkembangan positif. Lain halnya dengan budaya Afrika
anak menjadi lebih positif konsep dirinya yang tidak terlihat hubungan antara pola
dalam bidang akademik jika orang tua asuh otoriter terhadap perkembangan anak.
menjalankan pola asuh otoriter (Steinberg, Kesabaran yang merupakan
dkk. 1994). Penelitian ini juga secara khusus implementasi nilai sabar besar kemungkinan
menjelaskan bahwa pola asuh jika dilihat lebih banyak diajarkan pada budaya Asia.
dari aspek etnis, maka pola asuh yang biasa Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh
dijalankan dalam etnis afro-amerika tidak Schwartz (2006) bahwa negara-negara
berpengaruh sama sekali dengan konsep asia lebih menekankan pada nilai-nilai
diri anak dalam bidang akademis. Hasil lain yang berorientasi pada lingkungan sekitar/
dari penelitian Steinberg, dkk. (1994) juga masyarakat (embeddedness) daripada
menunjukkan bahwa pola asuh demokratis nilai yang berorientasi pada diri sendiri
dan pola asuh otoriter sama-sama memiliki (autonomy). Berdasarkan penjelasan ini
dampak yang positif terhadap gangguan pada dapat dipahami bahwa kesabaran yang
masa remaja seperti alkohol dan narkoba. merupakan implementasi nilai Sabar secara
Penelitian Chao (1994) menunjukkan umum lebih berorietasi keharmonisan sosial
bahwa pola asuh otoriter yang dijalankan daripada pemenuhan kebutuhan diri sendiri
di China memberi dampak positif terhadap karena dalam kesabaran seseorang dituntut
perkembangan anak dan hal itu lebih untuk menahan pemenuhan kebutuhan
banyak disebabkan karena keberhasilan dirinya dalam menjaga relasinya dengan
ibu dalam mengajarkan ideologi pada anak. orang sekitar dan dia tetap meyakini bahwa
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Baumrind perilaku menahan tersebut lebih baik daripada
(1996) terkait pola asuh otoriter yaitu orang bersegera memenuhi kebutuhannya.
tua menjalankan pola asuh tersebut dalam Walaupun secara khusus perlu dikaji
rangka memenuhi tuntutan ideologi dimana perbedaan nilai sabar dalam budaya yang
orangtua sedang menerapkan aturan yang menekankan pada komunal dan budaya
merepresentasikan aturan Tuhan maka pola yang menekankan pada personal, namun
asuh otoriter menjadi tepat dalam konteks penjelasan Schwartz (2006) dapat menjadi
ini. Kesabaran yang diyakini secara ideologi acuan bahwa dalam budaya timur, Asia,
135

umumnya kesabaran akan lebih dimaknai akan meningkatkan kematangan emosinya.


sebagai nilai yang bersifat embeddedness Pada individu dengan kesabaran rendah, pola
daripada nilai yang bersifat autonomy. asuh otoriter orangtua akan menurunkan
Dengan demikian, sabar menjadi salah tingkat kematangan emosinya.
satu nilai yang besar kemungkinan selalu
diajarkan dalam masyarakat budaya Asia Metode Penelitian
daripada budaya Eropa dan Amerika.
Nisbett, Peng, Choi, & Norenzayan Subjek penelitian sebanyak 200 orang
(2001) menjelaskan nilai sabar dalam remaja, terdiri dari 119 orang perempuan
budaya Asia akan lebih relevan dibanding dan 81 orang laki-laki yang bersekolah
budaya Eropa dan Amerika. Penelitian pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat
tersebut menjelaskan bahwa dalam kultur Atas (SLTA disalah satu SLTA di Jakarta.
Asia, terutama Asia Timur, individu lebih Pemilihan subjek dilakukan secara acak
banyak menggunakan model berpikir yang dengan model cluster random sampling
holistik, yaitu melihat sebuah masalah yaitu menentukan sample berdasarkan unit/
dari setiap aspek dan mempertimbangkan element yang menjadi sample (Neuman,
berbagai akibat pada masing-masing aspek 2000). Cluster yang dijadikan sebagai
tersebut. Secara khusus, masyarakat Asia unit untuk sampling pada penelitian ini
Timur lebih sedikit menggunakan model adalah tingkat kelas, yang terdiri dari kelas
berfikir kategorisasi, logika formal, dan sepuluh, kelas sebelas, dan kelas dua belas.
argumentasi dialektika. Berdasarkan cluster tersebut, maka kelas
Sebagaimana konsep kesabaran yang yang dijadikan subjek adalah kelas 10-12
dijelaskan oleh El Hafiz dkk (2013) bahwa yang tiap tingkat dipilih dua kelas yang
konsep ini menuntut individu untuk menahan menjadi samplenya dan instrumen penelitian
dirinya namun tetap memperhatikan disebarkan pada seluruh siswa di kelas
lingkungan sekitar, misalnya taat aturan tersebut.
dan memaafkan. Kesabaran juga dapat Instrumen penelitian ini terdiri dari
dilakukan karena memperhatikan kebutuhan instrumen Kuisioner Kompetensi Kesabaran
orang lain sehingga individu tersebut dari El Hafiz, dkk. (2013), Parental Authority
menahan dirinya, misalnya menahan diri Questionnaire (PAQ) dari Buri (1991) dan
untuk tidak makan di tempat umum agar Chabot Emotional Differentiation (CED)
orang lain tidak merasa terganggu dengan Scale dari Licht & Chabot (2006). Instrumen
perilakunya. Hal ini menunjukkan bahwa Kompetensi Kesabaran (KK) disusun oleh
kesabaran kemungkinan besar banyak El Hafiz, dkk (2013) yang terdiri dari 20
diimplementasikan dalam konsteks budaya (dua puluh) aitem. Namun aitem yang diskor
Asia sebagaimana penjelasan Nisbett, dkk hanya 13 (tiga belas) sebagaimana hasil
(2001) terhadap model berpikir masyarakat analisa instrumen yang sudah dilakukan
Timur dan Barat. pada penelitian sebelumnya. Selain tiga
Berdasarkan penjelasan di atas, aitem yang tidak diskor sebagai pengecoh,
hipotesa dalam penelitian ini adalah pola asuh empat aitem lain yang tidak diskor
otoriter akan mempengaruhi kematangan merupakan bagian untuk menentukan sabar
emosi remaja apabila dimoderatori oleh atau tidaknya seseorang, sedangkan bagian
kesabaran. Individu yang memiliki tingkat yang di skor adalah bagian yang menentukan
kesabaran tinggi, pola asuh otoriter orangtua tinggi rendahnya kesabaran seseorang El
Peran Pola Asuh Otoriter terhadap Kematangan Emosi yang Dimoderatori oleh Kesabaran 136

Hafiz, dkk (2012). emosi menggunakan diadaptasi dari CED


Instrumen Pola Asuh Otoriter karena menurut teori Bowen (1978 dalam
(PAO). Instrumen pola asuh otoriter dalam Licht & Chabot, 2006) kemampuan
penelitian ini berasal dari PAQ yang disusun melakukan diferensiasi emosi merupakan
oleh Buri (1991) terdiri mengukur tiga pola konsep yang paling kritis dalam kematangan
asuh berdasarkan persepsi anak terhadap perkembangan individu. Dengan demikian,
pola asuh orangtuanya yang terdiri dari 30 individu yang memiliki kemampuan
(tiga puluh) aitem. Masing-masing pola asuh diferensiasi emosi baik diasumsikan
terdiri dari 10 (sepuluh) aitem yang dalam memiliki kematangan emosi yang juga baik.
penelitian ini hanya diskor sepuluh aitem Berdasarkan hasil analisa data
yang mengukur pola asuh otoriter karena terhadap instrument penelitian, terlihat
sesuai dengan tujuan penelitian. Tiap pola bahwa setiap instrument penelitian cukup
asuh kemudian dibagi ke dalam pola asuh reliabel sebagai alat pengumpul data dengan
ayah dan pola asuh ibu, sehingga secara nilai reliabilitas α cronbach, 0.646 untuk KE,
keseluruhan terdapat 20 (dua puluh) aitem 0.686 untuk KK, 0.723 untuk PAO ibu, dan
pola asuh otoriter karena menurut Buri 0.742 untuk PAO ayah. Hal ini menunjukkan
pola asuh ayah maupun pola asuh ibu dapat pada instrumen pengumpulan data dapat
dipisah masing-masing perannya terhadap digunakan dalam penelitian ini.
perkembangan anak.
Instrumen Kematangan Emosi (KE). Hasil dan Pembahasan
Instrumen untuk mengukur kematangan

Tabel 1
Analisa Instrumen Penelitian
KE PAO Ayah PAO Ibu α Rata-rata SD
KE - 0.646 74.85 10.25
PAO Ayah -0.122 - 0.742 41.20 9.63
PAO Ibu -0.017 0.611*** - 0.723 41.80 9.32
KK 0.402*** 0.024 -0.062 0.686 72.84 7.95
Catatan:
- *** α < 0.001, ** α < 0.01, * α < 0.05
- KE: Kematangan Emosi, PAO: Pola Asuh Otoriter, KK: Kompetensi Kesabatan, SD:
Standar Deviasi

Berdasarkan hasil analisa data menjelaskan bahwa pola asuh otoriter tidak
dapat diketahui bahwa kematangan emosi selalu berdampak negatif, terutama untuk
tidak memiliki hubungan yang signifikan anak yang berasal dari Asia karena adanya
dengan pola asuh otoriter orangtua, baik perbedaan nilai budaya (lih. Schwartz, 2006;
ayah maupun ibu. Hal ini menujukkan Steinberg, dkk., 1994; Chao, 1994; 2000;
bahwa asumsi pola asuh otoriter akan 2001)
berdampak negatif pada perkembangan Sebelum melakukan analisa moderator
kematangan emosi remaja tidak terbukti. untuk pengujian hipotesa penelitian, maka
Data awal ini sesuai dengan penelitian yang terlebih dahulu dipastikan bahwa hubungan
137

antar variabel memenuhi persyaratan untuk 0.140, α<0.05 dan KK B=0.522, α<0.001).
dilakukan uji moderator. Salah satu syarat Berdasarkan hasil analisa regresi linier,
untuk dilakukan uji moderator adalah model ini cocok untuk mendeskripsikan
variabel independen tidak berkorelasi bahwa pola asuh ayah secara bersama-sama
dengan varibel dependen. Dari data korelasi berinteraksi dengan kesabaran anak akan
didapat hasil bahwa korelasi PAO Ayah mempengaruhi kematangan emosi.
maupun PAO Ibu tidak signifikan dengan Model yang sama juga cukup cocok
nilai α>0.05 sebagaimana yang diharapkan. untuk pola asuh otoriter dari ibu, namun
Hasil analisis menujukkan bahwa demikian sumbangan pola asuh ibu dalam
terdapat hubungan positif yang signifikan model kedua dengan B=0.008 ternyata tidak
antara kompetensi kesabaran dan cukup signifikan (α>0.2). Individu dengan
kematangan emosi (0.402, α<0.001), hal ini kesabaran yang baik, maka pola asuh otoriter
menunjukkan bahwa kesabaran diharapkan ibu tidak terlalu signifikan mempengaruhi
dapat menjadi variabel moderator dari pola perkembangan kematangan emosi anak
asuh otoriter orangtua terhadap kematangan remaja (secara positif atau negatif). Namun
emosi. Dasar untuk melakukan analisa demikian, jika melihat hasil korelasi antara
moderator terhadap korelasi tersebut cukup pola asuh otoriter ayah dan ibu yang
kuat karena diharapkan sumbangan dari signifikan, maka hal ini mendorong untuk
kesabaran dapat mempengaruhi dampak dilakukan analisa tambahan yaitu melihat
dari pola asuh otoriter orangtua terhadap pola asuh otoriter ayah, pola asuh otoriter
perkembangan kematangan emosi anak ibu, dan kesabaran sebagai tiga variabel
yang akan dijelaskan pada hasil analisa independen untuk melihat pengaruhnya
moderator pada tahap berikutnya. terhadap kematangan emosi anak remaja.
Berdasarkan hasil analisa data
penelitian, baik pada dampak pola asuh
ayah terhadap kematangan emosi, maupun
pola asuh ibu terhadap kematangan emosi
anak terbukti berpengaruh apabila terdapat
kompetensi kesabaran pada diri anak
tersebut. Namun demikian jika melihat
pada interaksi antara kesabaran dengan
pola asuh otoriter orangtua, ayah maupun
ibu, kesabaran tidak bisa menjadi variabel
moderator terhadap pola asuh otoriter
orangtua terhadap kematangan emosi (PAO
Ayah x KK, α>0.2 dan PAO Ibu x KK α>0.2).
Walaupun hipotesa moderator dari
kesabaran tidak terbukti signifikan namun
berdasarkan analisa dapat dilihat sumbangan
yang signifikan dari pola asuh orangtua
terhadap kematangan emosi. Kesabaran
memberi pengaruh positif signifikan
terhadap kematangan emosi apabila dilihat
dari pola asuh otoriter ayah (PAO Ayah, B=-
Peran Pola Asuh Otoriter terhadap Kematangan Emosi yang Dimoderatori oleh Kesabaran 138

Tabel 2
Analisa Moderator
Prediktor B SE B β R2
Variabel Dependen: Kematangan Emosi
Ayah
Step 1
PAO Ayah_MC -0.140 0.069 -.0.132* 0.179***
KK_MC 0.522 0.083 0.405***
Step 2
PAO Ayah _MC -0.140 0.069 -.0.132* 0.179***
KK_MC 0.522 0.083 0.405***
KK_MC x PAO Ayah_MC 0.001 0.009 0.009
Ibu
Step 1
PAO Ibu_MC 0.008 0.072 0.008 0.162***
KK _MC 0.519 0.084 0.402***
Step 2
PAO Ibu_MC 0.009 0.072 0.008 0.162***
KK _MC 0.518 0.085 0.402***
KK_MC x PAO Ibu_MC 0.000 0.10 -0.002
Catatan:
- *** α < 0.001, ** α < 0.01, * α < 0.05
- PAO: Pola Asuh Otoriter, KK: Kompetensi Kesabatan, SE: Standar Error, MC: Mean
Centered

Berdasarkan hasil analisis data dengan B=0.536 (α<0.001). Sebaliknya, pola asuh
melihat ketiga konsep tersebut sebagai otoriter ayah memberi sumbangan negatif
variable yang independen, ditemukan bahwa terhadap kematangan emosi dengan B=-
bahwa pola asuh otoriter ayah, pola asuh 0.233 (α<0.01).
otoriter ibu, dan kesabaran terbukti secara Berdasarkan hal analisa ini maka
signifikan mempengaruhi perkembangan dapat dibuat rumusan untuk memprediksi
kematangan emosi anak remaja. Ketiganya tingkat kematangan emosi secara signifikan
secara bersama-sama memberi sumbangan (R2=0.192, F=15.475, α<0.001). Hasil
secara signifikan terhadap kematangan analisa ini dapat dilihat pada tabel 3. Adapun
emosi anak remaja. Pola asuh otoriter rumus untuk mengukur kematangan emosi
ayah memberi pengaruh negatif terhadap berdasarkan hasil analisa ini adalah: KE =
kematangan emosi, sedangkan pola asuh 38.845 + 0.536 KK + 0.157 PAO Ibu – 0.233
otoriter ibu dan kesabaran memberi PAO Ayah
pengaruh positif terhadap kematangan
emosi anak. Pola asuh otoriter ibu memberi
sumbangan positif terhadap kematangan
emosi anak dengan B=0.157 (α<0.1).
Kesabaran memberi sumbangan positif
terhadap kematangan emosi dengan
139

Tabel 3
Analisa Moderator
Prediktor B SE B β R2 F
Variabel Dependen:
Kematangan Emosi
Konstanta 38.845 6.966 *** 0.192*** 15.475
PAO Ibu 0.157 0.90 0.142+
PAO Ayah -0.233 0.87 -0.219**
KK 0.536 0.83 0.416***
Catatan:
- *** α < 0.001, ** α < 0.01, * α < 0.05, + α < 0.1
- PAO: Pola Asuh Otoriter, KK: Kompetensi Kesabatan, SE: Standar Error, MC: Mean
Centered

Hasil analisa tambahan ini dapat untuk bisa menilai pola asuh otoriter yang
menjelaskan secara lebih rinci bagaimana diterapkan oleh ibu menjadi lebih positif.
pengaruh pola asuh otoriter orang tua Begitu juga jika kita melihat hasil
terhadap perkembangan anak. Kesabaran penelitian Chao (1994) di China yang
dapat turut meningkatkan kematangan emosi menunjukkan bahwa pola asuh otoriter
bersama-sama dengan pola asuh otoriter yang dijalankan di China memberi
ibu. Disaat yang sama, pola asuh ayah akan dampak positif bagi perkembangan anak
mereduksi kematangan emosi anak remaja. karena berdasarkan penelitian tersebut
Jika mengacu pada penelitian penanaman idologi merupakan faktor yang
Steinberg, dkk. (1994), hasil penelitian sangat penting dalam membentuk karakter
ini dapat menjelaskan secara lebih rinci positif anak dan harus dilakukan dengan
bagaimana relevansi pola asuh otoriter model yang otoriter. Penelitian ini dapat
terhadap perkembangan anak. Berdasarkan menjelaskan secara lebih detail pada bagian-
penelitian ini, Pola asuh otoriter dapat bagian yang menyebabkan pola asuh otoriter
memberikan pengaruh secara relatif terhadap berdampak positif atau berdampak negatif
kematangan emosi. Pola asuh otoriter dari pada perkembangan anak. Budaya Indonesia
ibu dapat memberi dampak yang positif dimana ada pembagian peran pengasuhan
dan sebaliknya pola asuh otoriter dari ayah ayah dan ibu terhadap anak dapat menjadi
akan memberi dampak yang negatif bagi pembeda dampak yang dirasakan oleh anak.
kematangan emosi. Berdasarkan perbedaan tersebut dapat
Berbanding terbaliknya pengaruh pola dimungkinkan pola asuh yang dijalankan
asuh otoriter ayah dan ibu, kemungkinan ibu yang umumnya lebih permisif dan
dikarenakan budaya Indonesia terkait hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan pola asuh tersebut. Hubungan ayah ibu perlu lebih tegas dalam pola asuhnya.
dan anak yang umumnya tidak terlalu dekat Sebaliknya pola asuh ayah mungkin terlalu
dibanding hubungan anak dengan ibu dapat otoriter dimana ayah umumnya mengambil
menjadi salah satu faktor penyebabnya (Elia, peran sebagai penegak aturan maka pola
2000). Intensitas interaksi anak yang lebih asuh tersebut perlu dikendurkan agar tidak
tinggi dengan ibu pada kultur Indonesia memberi dampak negatif. Dengan demikian,
dapat menjadi salah satu faktor bagi anak kerjasama antar kedua orangtua untuk saling
Peran Pola Asuh Otoriter terhadap Kematangan Emosi yang Dimoderatori oleh Kesabaran 140

melengkapi pola pengasuhan masing-masing dari anak pada orangtuanya.


menjadi penting dalam perkembangan anak.
Daftar Pustaka
Simpulan
Ayuningtyas, D. (2013). Orientasi Pola
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Pengasuhan Anak Usia Dini Pada
disimpulkan bahwa kesabaran tidak Keluarga Militer di Asrama Kodam
berperan sebagai variabel moderator antara Kelurahan Jatingaleh Candisari
pola asuh otoriter dengan kematangan Semarang. Indonesian Journal of
emosi namun memberikan pengaruh yang Early Childhood Education Studies,
signifikan bersama pola asuh otoriter 2(1), 1-7.
orangtua terhadap kematangan emosi.
Baumrind, D. (1966). Effects of authoritative
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
parental control on child behavior.
pola asuh otoriter tidak selalu berdampak
Child development, 37 (4) 887-907.
negatif bagi perkembangan kematangan
emosi anak. Pola asuh otoriter dapat Baumrind, D. (1968). Authoritarian
menjadi pola asuh yang bermanfaat bagi vs. authoritative parental control.
kematangan emosi anak apabila pola asuh Adolescence, 3(11), 255-272
tersebut diterapkan oleh ibu dan sebaliknya
Baumrind, D. (1991). Effective parenting
jika diterapkan oleh ayah apabila diterapkan
during the early adolescent transition.
secara bersama-sama. Kesabaran anak dapat
Family transitions (ed. Cowan &
membantu untuk mengatasi dampak negatif
Hetherington), 2, 111-163.
dari pola asuh otoriter ayah dan disaat yang
sama menguatkan pola asuh otoriter ibu. Baumrind, D. (1991). The influence
Berdasarkan penelitian ini maka pola asuh of parenting style on adolescent
otoriter dari ibu tidak perlu dianggap sebagai competence and substance use. The
sesuatu yang berbahaya bagi perkembangan Journal of Early Adolescence, 11(1),
anak karena pola asuh ini terbukti memberi 56-95.
manfaat positif terhadap kematangan emosi
Blissett, J., & Haycraft, E. (2008). Are
anak remaja jika diterapkan oleh ibu.
parenting style and controlling feeding
Sebaliknya, jika pola asuh itu diterapkan
practices related?.  Appetite, 50(2),
oleh ayah maka perlu didukung dengan
477-485.
kesabaran anak dan pola asuh yang juga
otoriter dari ibu. Orang tua tetap perlu Buri, J. R. (1991). Parental authority
melatihkan kemampuan sabar pada anak questionnaire. Journal of personality
agar dampak negatif dari pola asuh otoriter assessment, 57(1), 110-119.
dapat dihindari dan diperoleh dampak positif Chao, R. K. (1994). Beyond parental control
dari pola asuh otoriter tersebut. Meskipun and authoritarian parenting style:
demikian, diperlukan kajian lain untuk Understanding Chinese parenting
membuktikan peran dari intensitas interaksi through the cultural notion of training.
kesabaran sebagai variabel moderator dari Child development, 65(4), 1111-1119.
pola asuh otoriter orang tua. Intensitas
interaksi dapat menyebabkan pola kelekatan Chao, R. K. (2000). The parenting of
tertentu atau pola ketergantungan tertentu immigrant Chinese and European
141

American mothers: Relations between theoretically and psychometrically


parenting styles, socialization goals, sound instrument for measuring
and parental practices. Journal of Bowen’s intrapsychic aspect of
Applied Developmental Psychology, differentiation. Journal of marital and
21(2), 233-248. family therapy, 32(2), 167-180.
Chao, R. K. (2001). Extending research on Nisbett, R. E., Peng, K., Choi, I., &
the consequences of parenting style Norenzayan, A. (2001). Culture and
for Chinese Americans and European systems of thought: holistic versus
Americans. Child development, 72(6), analytic cognition. Psychological
1832-1843. review, 108(2), 291.
Darling, N., & Steinberg, L. (1993). Pratiwi, L., & El Hafiz, S. (2015). Metode
Parenting style as context: An “Analisa Tafsir” dalam Rangka
integrative model. Psychological Membangun Teori Psikologi dari
bulletin, 113(3), 487. Integrasi Epistemologi. Jurnal Ilmiah
Penelitian Psikologi: Kajian Empiris
Dudley, K. C. (2003). Empirical development
& Non-Empiris, 1(1). H. 57-63
of a scale of patience. Doctoral
Dissertation. West Virginia University Schnitker, S. A. (2010). An examination
of patience and well-being. Doctoral
El Hafiz, S., Munszir, I., Pratiwi, L., Rozi,
Dissertation. University of California
F. (2013). Sabar (Patience) as New
Psychological Construct in The Schwartz, S. H. (2006). A theory of cultural
10th Biennial Conference of Asian value orientations: Explication and
Association of Social Psychology, applications. Comparative sociology,
Yogyakarta, August 21 -24. 5(2), 137-182.
Elia, H. (2000). Peran ayah dalam mendidik Steinberg, L., Lamborn, S. D., Darling,
anak. Veritas, 1, 105-113. N., Mounts, N. S., & Dornbusch,
S. M. (1994). Over-time changes in
Kapri, U. C., & Rani, N. (2014). Emotional
adjustment and competence among
Maturity: Characteristics and Levels.
adolescents from authoritative,
International Journal of Technological
authoritarian, indulgent, and neglectful
Exploration and Learning (IJTEL),
families. Child development, 65(3),
3(1), 359-361.
754-770.
Licht, C., & Chabot, D. (2006). The Chabot
Emotional Differentiation Scale: A

Anda mungkin juga menyukai