Komite Audit
Komite Audit
governance pada entitas-entitas bisnis. Pada mulanya memang diwajibkan hanya pada
perusahaan yang terdaftar di bursa efek untuk menjaga kepercayaan pasar terhadap kinerja
keuangan dan kepatuhan perusahaan tersebut, saat ini karena dirasa manfaatnya semakin
diperlukan, Komite Audit malah sudah banyak juga dibentuk di entitas Usaha Kecil Menengah
dan Koperasi (UKMK) dan organisasi nir laba. Perkembangan ini membuktikan bahwa fungsi
pengawasan yang diemban Komite Audit terbukti memberikan nilai tambah bagi
entitas/organisasi tersebut.
Latar Belakang
Securities and Exchange Commission (SEC), atau pengawas pasar modal-nya Amerika,
pertama sekali mendukung konsep Komite Audit ini sekitar tahun 1940 sebagai tanggapan atas
permintaan direksi non-eksekutif beberapa emiten yang meminta dibentuk Komite Audit yang
terdiri dari direktur non-eksekutif yang bertugas untuk menominasikan dan memilih auditor
eksternal dan menentukan parameter dalam perikatan dengan auditor eksternal tersebut. Untuk
diketahui di Amerika menganut one tear system dimana direksi dan komisaris ada dalam satu
organ, yang membedakannya adalah perannya sebagai eksekutif atau non-eksekutif. Beberbeda
dengan di Indonesia yang menganut two tear system dengan memisahkan organ direksi dan
komisaris.
Gerakan Komite Audit semakin membumi di Amerika sekitar tahun 1960-an sampai
1970-an, selanjutnya semakin diterima luas sebagai kendaraan yang tepat sebagai pengawas
keuangan di tahun 1980-an. Pada tahun 1967, The American Institute of Certified Public
yang mendorong emiten dan perusahaan publik untuk membentuk Komite Audit yang
komposisi seluruhnya bukan dari direksi. Selanjutnya pada tahun 1976, Kongres Amerika
melakukan debat terbuka atas undang-undang yang akan diperlukan bagi perusahaan publik
untuk membentuk Komite Audit yang terdiri dari direktur independen. Meski gagal melewati
RUU ini, Kongres mendorong pembentukan komite ini secara sukarela dengan
memberlakukan Foreign Corrupt Practices Act (FCPA). Reformasi lainnya adalah, FCPA
mendeteksi pembayaran ilegal dan melaporkan pembayaran tersebut kepada dewan direksi.
Akhirnya pada tahun 1978, bursa efek New York (NYSE) mewajibkan semua perusahaan yang
Pada tahun 1985, the National Commission on Fraudulent Financial Reporting (the
perusahaan publik membentuk Komite Audit yang seluruh komposisinya terdiri dari luar
direksi. Komisi Treadway telah dipuji oleh Kongres, SEC dan organisasi lainnya di atas telah
Pada tahun 1989, National Association of Securities Dealers (NASD) mulai mewajibkan
Menurut penjelasan Pasal 121 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseoran Terbatas (UUPT), komite audit merupakan salah satu jenis komite yang
Yahya Harahap dalam bukunya Hukum Perseroan Terbatas (hal. 479) menjelaskan
bahwa yang berwenang membentuk komite adalah Dewan Komisaris. Haknya ada pada Dewan
Komisaris. Sifatnya fakultif, yakni dapat dibentuk. Bukan bersifat imperatif. Terserah
sepenuhnya kepada kebijakan dan pertimbangan Dewan Komisaris. Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) atau direksi tidak berwenang mencampuri pembentukannya karena benar-
benar merupakan “hak otonomi” Dewan Komisaris. Karena kewenangan pembentukan komite
(dalam hal ini komite audit) ada di Dewan Komisaris, maka Komite bertanggung jawab
1. Komite Audit
2. Komite Renumerasi
3. Komite Nominasi
Hal serupa disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Kerja Komite Audit (“Peraturan OJK 55/2015”), Komite Audit adalah komite yang
dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu
Untuk Perseroan Terbatas yang bukan emiten atau perusahaan publik memang tidak
wajib membentuk komite audit. Akan tetapi, perlu diketahui, jika perusahaan Anda adalah
Pernyataan Pailit (“Peraturan OJK 26/2017”), Emiten adalah pihak yang melakukan
Penawaran Umum.[4] Sedangkan Perusahaan Publik adalah perseroan yang sahamnya telah
dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor paling
sedikit Rp3 miliar atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan
Komite Audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari
Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik.[6] Komite Audit
Komite Audit bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.[8]
Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Emiten atau
Perusahaan Publik kepada publik dan/atau pihak otoritas antara lain laporan keuangan,
proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan Emiten atau
Perusahaan Publik;
yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan imbalan jasa;
mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor internal;
dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi
Menelaah dan memberikan saran kepada dewan komisaris terkait dengan adanya
Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi emiten atau perusahaan publik.
Jadi berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komite audit adalah
komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Pembentukan komite audit ini sifatnya
sepenuhnya kepada kebijakan dan pertimbangan dewan komisaris. Namun, khusus bagi emiten
Di Indonesia, keberadaan Komite Audit dimulai sejak tahun 2001 melalui Surat Edaran
Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal, sekarang berubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan
(OJK)) No: SE-03/PM/2000 yang berisi himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap
Emiten. Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) selanjutnya mengeluarkan surat
No: Kep. 339/BEJ/07-2001 mengenai kewajiban perusahaan tercatat untuk memiliki Komite
Audit serta jumlah keanggotaan dari komite itu sendiri. Pada tahun 2003, keberadaan Komite
Audit untuk BUMN diatur melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-
MBU/2002 yang berisi bahwa dalam membantu Komisaris/Dewan Pengawas, Komite Audit
bertugas :
Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan
Intern maupun Auditor Eksternal sehingga dapat dicegah pelaksanaan dan pelaporan
saham;
2004 mengeluarkan Peraturan Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan
Kerja Komite Audit yakni dalam bagian 1.b mengenai definisi Komisaris Independen adalah
Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau
Perusahaan Publik;
Komisaris, Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik;
Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan
di Indonesia, Salah satu perusahaan Korea, Samsung, mendirikan Komite Audit pada tahun
2000. Komite Audit di dalam perusahaan Samsung adalah sebuah komite yang bertugas di
bawah Direksi yang mengawasi dan mendukung manajemen agar dapat memaksimalkan nilai
perusahaan melalui checks and balances. Komite Audit terdiri dari tiga directors (direktur),
lebih dari dua pertiga di antaranya harus berasal dari independent directors. Sesuai dengan
Meminta laporan tentang status usaha Perseroan dan menyelidiki aset perusahaan;
Perusahaan memberikan hak kepada anggota Komite Audit berikut dengan peraturan:
Beritikad baik;
Pada tanggal 7 Desember 2012, Bapepam dan LK telah menerbitkan satu peraturan yaitu
Peraturan Nomor IX.I.5, lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-
643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Penerbitan
peraturan ini menyempurnakan sekaligus mencabut Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-
dan kewenangan Komite Audit dalam membantu pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan
Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam Peraturan ini diatur mengenai
ketentuan umum, struktur dan keanggotaan, persyaratan keanggotaan, masa tugas, tugas dan
tanggung jawab, wewenang, rapat, dan pelaporan Komite Audit, serta sanksi.
Beberapa pokok penyempurnaan yang diatur dalam peraturan dimaksud antara lain:
Kewajiban untuk memiliki piagam Komite Audit (audit committee charter) dan
Pengaturan mengenai pelaksanaan rapat Komite Audit secara berkala paling kurang
satu kali dalam 3 (tiga) bulan, jumlah quorum peserta rapat, pengambilan keputusan
Komite Audit kepada Bapepam dan LK, yang juga wajib dimuat dalam laman (website)
dalam perusahaan. Sehingga diperlukan suatu mekanisme komunikasi antara Komite Audit
dengan berbagai pihak, dengan kata lain semakin lancar komunikasi akan semakin meningkat
kinerja dari pengendalian perusahaan. Hal ini sejalan dengan kerangka GCG (Good Corporate
informasi yang kuat. Selain itu peran dan tanggung jawab Komite Audit dalam segi Corporate
conduct perusahaan, memahami semua permasalahan yang dapat mempengaruhi baik kinerja
Piagam Komite Audit menjadi landasan dan legitimasi bekerjanya Komite Audit dalam
organisasi. Oleh karena itu biasanya dipublikasikan di website organisasi tersebut sebagai
simbol bahwa organisasi tersebut telah menjalankan tata kelola perusahaan yang baik.
Dalam piagam ini diatur kewenangan yang dimiliki Komite Audit untuk melakukan atau
mengizinkan penyelidikan dalam setiap hal dalam ruang lingkup tanggung jawab yang
ditunjuk organisasi
Mencari informasi apapun yang diperlukan oleh karyawan, yang semuanya diarahkan
untuk bekerja sama dengan permintaan Komite Audit atau pihak eksternal.
Bertemu dengan pejabat perusahaan, auditor eksternal, atau penasihat luar lainnya yang
diperlukan.
Komposisi audit komite juga diatur dalam piagam ini, biasanya terdiri minimal tiga orang
dan tidak lebih dari lima orang, termasuk asalnya dari dalam atau luar organisasi. Setiap
anggota komite haruslah independen dalam hal keuangan, minimal satu orang haruslah ahli
dalam bidang keuangan seperti yang didefinisikan oleh undang-undang dan peraturan yang
berlaku.
Biasanya dalam piagam ini juga diatur rapat minimum yang harus dilakukan oleh Komite
Audit. Termasuk didalamnya cara pengambilan keputusan rapat. Juga diatur rapat-rapat dengan
Terakhir diatur mengenai tugas dan tanggung jawab Komite Audit, bisanya dan tidak
mitra internal audit, menunjuk dan mengawasi proses audit oleh eksternal audit, pelaporan
secara regular kepada dewan komisaris dan pemegang saham, dan tanggung jawab lainnya.
Dalam konteks perusahaan, Komite Audit adalah sebuah komite yang dibentuk oleh
Dewan Komisaris. Dalam hal ini Komite Audit membantu Dewan Komisaris untuk memenuhi
tanggung jawab pengawasannya, yang meliputi penelaahan atas laporan tahunan auditan dan
laporan keuangan, penelahaan terhadap proses pelaporan keuangan dan sistem pengendalian
internal, serta pengawasan atas proses audit. Dalam kapasitasnya, Komite Audit bertanggung
jawab untuk membuka dan memelihara/menjaga komunikasi antara Komite Audit dengan
Dewan Komisaris, Direksi, unit audit internal, akuntan independen dan manajer keuangan.
Dilihat dari sisi keanggotaan, Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan
memiliki tanggung jawab dalam hal pengawasan. Auditing and Assurance Standards
Practice menyebutkan bahwa Direksi memiliki tanggung jawab dalam mengawasi perusahaan
yang diatasnamakan oleh pemegang saham dan para pemangku kepentingan. Perusahaan yang
memiliki jumlah direksi lebih banyak pada umumnya membentuk komite dari beberapa direksi
agar dapat menggunakan waktunya dengan baik dan membantu dalam hal penanganan untuk
area yang kompleks dan/atau khusus seperti laporan dan audit keuangan, compliance,
membuat rekomendasi untuk suatu tindakan kepada keseluruhan direksi, dengan kata lain
Selain membantu dalam hal pengawasan perusahaan, Komite Audit memiliki peran
penting untuk membantu direksi dalam hal pemenuhan GCG. Direksi sendiri dibutuhkan untuk
menyatakan laporan keuangan dan catatan-catatan yang mengikuti standar akuntansi serta
memberikan pandangan yang benar dan adil terhadap posisi dan performa keuangan dari
sebuah perusahaan. Direksi akan menentukan peran dari Komite Audit yang melibatkan
Audit eksternal;
Audit internal;
kecurangan.
Komite Audit juga dapat membantu Direksi dalam memfasilitasi penentuan keputusan
melalui:
Memfasilitasi komunikasi terbuka antara anggota dewan dan senior management, risk
direksi dapat menggunakan waktunya untuk permasalahan lain yang lebih penting.
Komite Audit harus bekerja secara independen terhadap pihak manajemen dan bebas dari
segala bentuk pengaruh yang negatif. Anggota dari Komite Audit harus tidak memiliki
kekuasaan eksekutif, fungsi manajemen, atau pendelegasian tanggung jawab entitas keuangan.
Komite Audit bersama Dewan Komisaris membutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang
proses manajemen risiko terintegrasi yang dikenal dengan nama enterprise risk management
bagi perusahaan. ERM dalam bisnis meliputi metode dan proses yang digunakan oleh
organisasi untuk mengelola risiko dan menangkap peluang yang terkait dengan pencapaian
tujuan mereka. ERM menyediakan kerangka kerja untuk manajemen risiko, yang terkait
dengan tugas dan tanggung jawab Komite Audit diantaranya mengidentifikasi peristiwa
tertentu atau keadaan yang berdampak pada pencapaian tujuan organisasi (risiko dan peluang),
menilai mereka dalam hal kemungkinan dan besarnya dampak, menentukan strategi respon,
dan memantau kemajuan yang dapat menjadi pertimbangan saat akan ada penentuan
keputusan. Dengan mengidentifikasi dan proaktif dalam menangani risiko dan peluang,
perusahaan dapat melindungi dan menciptakan nilai bagi para pemangku kepentingan,
Keterkaitan antara ERM yang diterapkan pada perusahaan dengan tugas dan peranan
Komite Audit pada umumnya tertera pada piagam Komite Audit masing-masing organisasi.
Salah satu perusahaan Indonesia yang bergerak pada bidang produksi dan distribusi suku
cadang kendaraan bermotor yaitu ASTRA Otoparts, pada piagam komite audit perusahaan
tersebut menyebutkan bahwa peran dan tanggung jawab Komite Audit adalah untuk membantu
Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan mereka dan untuk memberikan
masukan kepada manajemen Astra Otoparts melalui Dewan Komisaris . Peran tersebut antara
termasuk hal-hal yang ditentukan dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal untuk memastikan semua risiko
terhadap hukum pasar modal yang ada dan peraturan terkait lainnya, memeriksa potensi
kebijakan akuntansi, melakukan analisis bersama auditor eksternal pada rencana audit
dan ruang lingkup audit untuk audit tahunan, temuan audit tahunan dan pendapat
Bersama dengan Kepala Internal Audit, menganalisis rencana audit internal dan
memastikan bahwa Perseroan mematuhi Kode Etik, dan melakukan analisis Pedoman
pekerjaan audit untuk memastikan kecukupan ruang lingkup kerja dan pemanfaatan
Mengembangkan hubungan baik dengan Direksi, Internal Audit, dan auditor eksternal
Hal ini sejalan dengan prinsip, kerangka pikir, dan proses manajemen risiko pada ISO
31000. Prinsip yang tertera pada masing-masing piagam Komite Audit perusahaan akan
menjadi semacam komitmen bagi perusahaan tersebut untuk menjalankan sistem dari
manajemen risiko. Sedangkan bentuk implementasi dari manajemen risiko bagi Komite Audit
itu sendiri terdapat pada piagam Komite Audit masing-masing perusahaan yang termasuk
didalamnya adalah peran, tanggung jawab, dan tugas komite tersebut yang tidak lain adalah
proses dari manajemen risiko bagi Komite Audit itu sendiri dalam menghadapi tantangan dan
persoalan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan pada usaha pencapaian tujuan
bersama.
Dalam praktiknya Satuan Pengawas Internal (SPI) sering kehilangan “taring” dalam
menjalankan tugasnya. Auditee sering sekali tidak mau bekerjasama dengan auditor internal,
demikian juga jika terjadi temuan, maka temuan itu sering sekali tidak ditindak lanjuti oleh
Meski organisasi SPI berada langsung dibawah direksi, namun posisi struktural itu
acapkali masih sering diabaikan oleh manajemen sendiri karena “ke-tidak independenan-nya”
di dalam organisasi. Untuk mengatasi hal ini, maka didalam piagam Komite Audit harus diatur
bahwa Komite Audit harus bermitran dengan SPI. Dimulai dari pengengasan rencana kerja
tahunan internal audit, laporan temuan serta rekomendasi kepada manajemen harus direview
terlebih dahulu oleh Komite Audit. Jika ada beberapa temuan yang tidak ditindaklanjuti
manajemen, maka Komite Audit dapat melakukan eskalasi untuk mengatasinya, termasuk
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Komite Audit memiliki peran yang
sangat besar bagi organisasi. Dimulai dari kebutuhan dibentuknya Komite Audit karena
memang diperlukan organ khusus yang mengawasi pengelolaan organisasi terutama dalam hal
internal, meskipun auditor internal telah diberikan posisi yang pantas di “leher” nya direktur
utama, tetapi tetap saja independensi dan “taring” auditor internal masih dirasa kurang, oleh
karena itu biasanya auditor internal bermitra dengan Komite Audit dalam setiap tugas dan
laporan temuannya. Demikian juga dengan auditor eksternal, Komite Audit berperan sejak
dalam penunjukan mereka, pengawasan pekerjaan mereka, sampai pada pelaporan laporan
Keahlian spesifik yang dimiliki oleh Komite Audit khususnya dalam bidang akuntansi
dan keuangan menjadi faktor penentu bagi berjalannya proses pengawasan tersebut, oleh
karena itu untuk dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi, ada baiknya Komite Audit
diisi oleh para professional handal dibidangnya. Tidak hanya kompeten, tetapi juga
independen, itulah yang diperlukan bagi proses pengawasan. Hal ini membuka peluang yang
begitu bagi para professional untuk mengemban amanah sebagai komite audit. Kedepannya
peran Komite Audit semakin dibutuhkan di seluruh Organisasi, oleh karena itu semakin
Dasar hukum:
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 Tahun 2015 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit;
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 26 /POJK.04/2017 tentang Keterbukaan Informasi
Bagi Emiten Atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit.
Keterangan:
[1] Pasal 121 ayat (2) UUPT
[2] Penjelasan Pasal 121 ayat (1) UUPT
[3] Pasal 2 Peraturan OJK 55/2015
[4] Pasal 1 angka 1 Peraturan OJK 26/2017
[5] Pasal 1 angka 2 Peraturan OJK 26/2017
[6] Pasal 4 Peraturan OJK 55/2015
[7] Pasal 5 Peraturan OJK 55/2015
[8] Pasal 9 Peraturan OJK 55/2015
[9] Pasal 10 Peraturan OJK 55/2015
DAFTAR PUSTAKA
https://akuntansiterapan.com/2016/03/28/peran-komite-audit-memberikan-nilai-tambah-bagi-
organisasi/
http://crmsindonesia.org/publications/keberadaan-komite-audit-di-indonesia-serta-peran-dan-
kontribusi-mereka-dalam-penerapan-enterprise-risk-management-erm-di-perusahaan/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt59b74357b8ac6/tugas-dan-tanggung-jawab-
komite-audit-perusahaan