Anda di halaman 1dari 17

Komite Audit memegang peran penting dalam menciptakan good corporate

governance pada entitas-entitas bisnis. Pada mulanya memang diwajibkan hanya pada

perusahaan yang terdaftar di bursa efek untuk menjaga kepercayaan pasar terhadap kinerja

keuangan dan kepatuhan perusahaan tersebut, saat ini karena dirasa manfaatnya semakin

diperlukan, Komite Audit malah sudah banyak juga dibentuk di entitas Usaha Kecil Menengah

dan Koperasi (UKMK) dan organisasi nir laba. Perkembangan ini membuktikan bahwa fungsi

pengawasan yang diemban Komite Audit terbukti memberikan nilai tambah bagi

entitas/organisasi tersebut.

Latar Belakang

Securities and Exchange Commission (SEC), atau pengawas pasar modal-nya Amerika,

pertama sekali mendukung konsep Komite Audit ini sekitar tahun 1940 sebagai tanggapan atas

permintaan direksi non-eksekutif beberapa emiten yang meminta dibentuk Komite Audit yang

terdiri dari direktur non-eksekutif yang bertugas untuk menominasikan dan memilih auditor

eksternal dan menentukan parameter dalam perikatan dengan auditor eksternal tersebut. Untuk

diketahui di Amerika menganut one tear system dimana direksi dan komisaris ada dalam satu

organ, yang membedakannya adalah perannya sebagai eksekutif atau non-eksekutif. Beberbeda

dengan di Indonesia yang menganut two tear system dengan memisahkan organ direksi dan

komisaris.

Gerakan Komite Audit semakin membumi di Amerika sekitar tahun 1960-an sampai

1970-an, selanjutnya semakin diterima luas sebagai kendaraan yang tepat sebagai pengawas

keuangan di tahun 1980-an. Pada tahun 1967, The American Institute of Certified Public

Accountants (AICPA), atau Ikatan Akuntan Publiknya-nya Amerika, mengeluarkan kebijakan

yang mendorong emiten dan perusahaan publik untuk membentuk Komite Audit yang

komposisi seluruhnya bukan dari direksi. Selanjutnya pada tahun 1976, Kongres Amerika
melakukan debat terbuka atas undang-undang yang akan diperlukan bagi perusahaan publik

untuk membentuk Komite Audit yang terdiri dari direktur independen. Meski gagal melewati

RUU ini, Kongres mendorong pembentukan komite ini secara sukarela dengan

memberlakukan Foreign Corrupt Practices Act (FCPA). Reformasi lainnya adalah, FCPA

mensyaratkan diperlukannya pengendalian akuntansi internal yang dirancang untuk

mendeteksi pembayaran ilegal dan melaporkan pembayaran tersebut kepada dewan direksi.

Akhirnya pada tahun 1978, bursa efek New York (NYSE) mewajibkan semua perusahaan yang

terdaftar untuk memiliki Komite Audit.

Pada tahun 1985, the National Commission on Fraudulent Financial Reporting (the

Treadway Commission) didirikan untuk mengatasi kecurangan pelaporan keuangan. Pada

tahun 1987, Komisi Treadway mengeluarkan laporannya, merekomendasikan bahwa semua

perusahaan publik membentuk Komite Audit yang seluruh komposisinya terdiri dari luar

direksi. Komisi Treadway telah dipuji oleh Kongres, SEC dan organisasi lainnya di atas telah

membuat kontribusi yang signifikan terhadap pengurangan kecurangan pelaporan keuangan.

Pada tahun 1989, National Association of Securities Dealers (NASD) mulai mewajibkan

semua perusahaan yang terdaftar di Nasdaq untuk membentuk Komite Audit.

Setelah itu Komite Audit diterima umum di Amerika, selanjutnya semakin

mempengaruhi negara-negara lainnya untuk melakukan hal yang sama.

Pembentukan Komite di Perusahaan

Menurut penjelasan Pasal 121 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseoran Terbatas (UUPT), komite audit merupakan salah satu jenis komite yang

dibentuk oleh Dewan Komisaris.

Yahya Harahap dalam bukunya Hukum Perseroan Terbatas (hal. 479) menjelaskan

bahwa yang berwenang membentuk komite adalah Dewan Komisaris. Haknya ada pada Dewan
Komisaris. Sifatnya fakultif, yakni dapat dibentuk. Bukan bersifat imperatif. Terserah

sepenuhnya kepada kebijakan dan pertimbangan Dewan Komisaris. Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS) atau direksi tidak berwenang mencampuri pembentukannya karena benar-

benar merupakan “hak otonomi” Dewan Komisaris. Karena kewenangan pembentukan komite

(dalam hal ini komite audit) ada di Dewan Komisaris, maka Komite bertanggung jawab

kepada Dewan Komisaris.[1]

Komite tersebut antara lain:[2]

1. Komite Audit

2. Komite Renumerasi

3. Komite Nominasi

Hal serupa disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 55/POJK.04/2015 Tahun 2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan

Kerja Komite Audit (“Peraturan OJK 55/2015”), Komite Audit adalah komite yang

dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu

melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris.

Untuk Perseroan Terbatas yang bukan emiten atau perusahaan publik memang tidak

wajib membentuk komite audit. Akan tetapi, perlu diketahui, jika perusahaan Anda adalah

emiten atau perusahaan publik, maka wajib memiliki Komite Audit.[3]

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 26 /POJK.04/2017 tentang

Keterbukaan Informasi Bagi Emiten Atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan

Pernyataan Pailit (“Peraturan OJK 26/2017”), Emiten adalah pihak yang melakukan

Penawaran Umum.[4] Sedangkan Perusahaan Publik adalah perseroan yang sahamnya telah

dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor paling

sedikit Rp3 miliar atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah.[5]


Tugas Komite Audit

Komite Audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari

Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik.[6] Komite Audit

diketuai oleh Komisaris Independen.[7]

Komite Audit bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya.[8]

Dalam menjalankan fungsinya, Komite Audit memiliki tugas dan tanggung

jawabpaling sedikit meliputi:[9]

 Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Emiten atau

Perusahaan Publik kepada publik dan/atau pihak otoritas antara lain laporan keuangan,

proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan Emiten atau

Perusahaan Publik;

 Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang

berhubungan dengan kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik;

 Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara

manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya;

 Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai penunjukan Akuntan

yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan imbalan jasa;

 Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan

mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor internal;

 Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen risiko yang

dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi

pemantau risiko di bawah Dewan Komisaris;


 Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan

emiten atau perusahaan publik;

 Menelaah dan memberikan saran kepada dewan komisaris terkait dengan adanya

potensi benturan kepentingan emiten atau perusahaan publik; dan

 Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi emiten atau perusahaan publik.

Jadi berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komite audit adalah

komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu

melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Pembentukan komite audit ini sifatnya

fakultif, yaini dapat dibentuk, bukan bersifat imperatif (keharusan)sehingga terserah

sepenuhnya kepada kebijakan dan pertimbangan dewan komisaris. Namun, khusus bagi emiten

atau perusahaan publik, wajib memiliki komite audit.

Komite Audit di Indonesia

Di Indonesia, keberadaan Komite Audit dimulai sejak tahun 2001 melalui Surat Edaran

Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal, sekarang berubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan

(OJK)) No: SE-03/PM/2000 yang berisi himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap

Emiten. Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) selanjutnya mengeluarkan surat

No: Kep. 339/BEJ/07-2001 mengenai kewajiban perusahaan tercatat untuk memiliki Komite

Audit serta jumlah keanggotaan dari komite itu sendiri. Pada tahun 2003, keberadaan Komite

Audit untuk BUMN diatur melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-

MBU/2002 yang berisi bahwa dalam membantu Komisaris/Dewan Pengawas, Komite Audit

bertugas :
 Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan

Intern maupun Auditor Eksternal sehingga dapat dicegah pelaksanaan dan pelaporan

yang tidak memenuhi standar;

 Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen

perusahaan serta pelaksanaannya;

 Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap

informasi yang dikeluarkan BUMN, termasuk brosur, laporan keuangan berkala,

proyeksi/forecast dan informasi keuangan lainnya yang disampaikan kepada pemegang

saham;

 Mengindentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris/Dewan Pengawas;

 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris/Dewan Pengawas sepanjang

masih dalam lingkup tugas dan kewajiban Komisaris/Dewan Pengawas berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kemudian, Bapepam melalui suratnya Nomor: Kep-29/PM/2004 tanggal 24 September

2004 mengeluarkan Peraturan Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan

Kerja Komite Audit yakni dalam bagian 1.b mengenai definisi Komisaris Independen adalah

anggota Komisaris yang:

 Berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik;

 Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau

Perusahaan Publik;

 Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan Publik,

Komisaris, Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik;

 Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan

dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik.


Keberadaan Komite Audit merupakan sebuah fenomena global yang tidak hanya terjadi

di Indonesia, Salah satu perusahaan Korea, Samsung, mendirikan Komite Audit pada tahun

2000. Komite Audit di dalam perusahaan Samsung adalah sebuah komite yang bertugas di

bawah Direksi yang mengawasi dan mendukung manajemen agar dapat memaksimalkan nilai

perusahaan melalui checks and balances. Komite Audit terdiri dari tiga directors (direktur),

lebih dari dua pertiga di antaranya harus berasal dari independent directors. Sesuai dengan

hukum dan peraturan yang relevan , Komite Audit berwenang untuk:

 Mengaudit usaha bisnis Perusahaan;

 Meminta laporan tentang status usaha Perseroan dan menyelidiki aset perusahaan;

 Menerima laporan dari Direksi;

 Menyelidiki anak Perusahaan;

 Meminta untuk menghentikan tindakan yang melanggar hukum dan peraturan;

 Meminta pertemuan rapat umum pemegang saham;

 Merekomendasikan kandidat auditor eksternal.

Dalam rangka menjaga independensi dan check-and-balance bagi Komite Audit,

Perusahaan memberikan hak kepada anggota Komite Audit berikut dengan peraturan:

 Beritikad baik;

 Menyelidiki dan melaporkan kepada rapat umum pemegang saham;

 Menyelidiki dan melaporkan kepada Dewan;

 Mempersiapkan Laporan Hasil Audit;

 Mempersiapkan dan mengirim Laporan Audit;

 Bekerja di bawah undang-undang Audit Eksternal Perusahaan Efek.

Pada tanggal 7 Desember 2012, Bapepam dan LK telah menerbitkan satu peraturan yaitu

Peraturan Nomor IX.I.5, lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-
643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Penerbitan

peraturan ini menyempurnakan sekaligus mencabut Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-

29/PM/2004 tanggal 24 September 2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan

Kerja Komite Audit.

Penyempurnaan Peraturan ini dimaksudkan untuk meningkatkan independensi, peran

dan kewenangan Komite Audit dalam membantu pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan

Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam Peraturan ini diatur mengenai

ketentuan umum, struktur dan keanggotaan, persyaratan keanggotaan, masa tugas, tugas dan

tanggung jawab, wewenang, rapat, dan pelaporan Komite Audit, serta sanksi.

Beberapa pokok penyempurnaan yang diatur dalam peraturan dimaksud antara lain:

 Penegasan pengertian Komite Audit dan Komisaris Independen dan independensinya

dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab;

 Kewajiban untuk memiliki piagam Komite Audit (audit committee charter) dan

pemuatannya pada website Emiten atau Perusahaan Publik;

 Penambahan dan penyempurnaan persyaratan keaggotaan, tugas dan tanggung jawab,

serta wewenang Komite Audit;

 Pengaturan mengenai pelaksanaan rapat Komite Audit secara berkala paling kurang

satu kali dalam 3 (tiga) bulan, jumlah quorum peserta rapat, pengambilan keputusan

yang dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat, dan risalah rapat, termasuk

penuangan adanya perbedaan pendapat (dissenting opinions); dan

 Pengaturan mengenai sistem pelaporan terkait informasi pengangkatan/ pemberhentian

Komite Audit kepada Bapepam dan LK, yang juga wajib dimuat dalam laman (website)

bursa dan/ atau laman (website) Emiten atau Perusahaan Publik.


Komite Audit pada umumnya memiliki akses langsung dengan setiap unsur pengendalian

dalam perusahaan. Sehingga diperlukan suatu mekanisme komunikasi antara Komite Audit

dengan berbagai pihak, dengan kata lain semakin lancar komunikasi akan semakin meningkat

kinerja dari pengendalian perusahaan. Hal ini sejalan dengan kerangka GCG (Good Corporate

Governance) sendiri yang memiliki kandungan permintaan disclosure (pengungkapan)

informasi yang kuat. Selain itu peran dan tanggung jawab Komite Audit dalam segi Corporate

Governance adalah berupa pengawasan terhadap proses corporate governance di perusahaan,

memastikan bahwa manajemen puncak mempromosikan budaya yang kondusif bagi

tercapainya good corporate governance, memonitor kepatuhan terhadap code of

conduct perusahaan, memahami semua permasalahan yang dapat mempengaruhi baik kinerja

keuangan maupun non-keuangan perusahaan (Alijoyo, 2004).

Audit Committee Charter

Piagam Komite Audit menjadi landasan dan legitimasi bekerjanya Komite Audit dalam

organisasi. Oleh karena itu biasanya dipublikasikan di website organisasi tersebut sebagai

simbol bahwa organisasi tersebut telah menjalankan tata kelola perusahaan yang baik.

Dalam piagam ini diatur kewenangan yang dimiliki Komite Audit untuk melakukan atau

mengizinkan penyelidikan dalam setiap hal dalam ruang lingkup tanggung jawab yang

dimilikinya, termasuk di dalamnya untuk:

 Menunjuk, memberikan kompensasi, dan mengawasi pekerjaan auditor eksternal yang

ditunjuk organisasi

 Menyelesaikan perbedaan yang ada antara management dengan auditor eksternal

terkait dengan pelaporan keuangan

 Menyetujui penunjukan perikatan jasa audit dan non audit


 Menyewa penasihat independen, akuntan, atau orang lain untuk menyarankan

pembentukan panitia atau membantu dalam melakukan penyelidikan.

 Mencari informasi apapun yang diperlukan oleh karyawan, yang semuanya diarahkan

untuk bekerja sama dengan permintaan Komite Audit atau pihak eksternal.

 Bertemu dengan pejabat perusahaan, auditor eksternal, atau penasihat luar lainnya yang

diperlukan.

Komposisi audit komite juga diatur dalam piagam ini, biasanya terdiri minimal tiga orang

dan tidak lebih dari lima orang, termasuk asalnya dari dalam atau luar organisasi. Setiap

anggota komite haruslah independen dalam hal keuangan, minimal satu orang haruslah ahli

dalam bidang keuangan seperti yang didefinisikan oleh undang-undang dan peraturan yang

berlaku.

Biasanya dalam piagam ini juga diatur rapat minimum yang harus dilakukan oleh Komite

Audit. Termasuk didalamnya cara pengambilan keputusan rapat. Juga diatur rapat-rapat dengan

auditor internal, auditor eksternal atau pihak-pihak lain yang diperlukan.

Terakhir diatur mengenai tugas dan tanggung jawab Komite Audit, bisanya dan tidak

terbatas pada: review laporan keuangan, mempertimbangkan efektifitas pengendalian internal,

mitra internal audit, menunjuk dan mengawasi proses audit oleh eksternal audit, pelaporan

secara regular kepada dewan komisaris dan pemegang saham, dan tanggung jawab lainnya.

Komite Audit Sebagai Bagian Organ Dewan Komisaris Dan

Pemenuhan GCG Bagi Perusahaan Di Indonesia.

Dalam konteks perusahaan, Komite Audit adalah sebuah komite yang dibentuk oleh

Dewan Komisaris. Dalam hal ini Komite Audit membantu Dewan Komisaris untuk memenuhi

tanggung jawab pengawasannya, yang meliputi penelaahan atas laporan tahunan auditan dan
laporan keuangan, penelahaan terhadap proses pelaporan keuangan dan sistem pengendalian

internal, serta pengawasan atas proses audit. Dalam kapasitasnya, Komite Audit bertanggung

jawab untuk membuka dan memelihara/menjaga komunikasi antara Komite Audit dengan

Dewan Komisaris, Direksi, unit audit internal, akuntan independen dan manajer keuangan.

Dilihat dari sisi keanggotaan, Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan

Komisaris dan dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.

Disamping membantu Dewan Komisaris, Komite Audit membantu Direksi yang

memiliki tanggung jawab dalam hal pengawasan. Auditing and Assurance Standards

Boards pada bukunya yang berjudul Audit Committees: A Guide to Good

Practice menyebutkan bahwa Direksi memiliki tanggung jawab dalam mengawasi perusahaan

yang diatasnamakan oleh pemegang saham dan para pemangku kepentingan. Perusahaan yang

memiliki jumlah direksi lebih banyak pada umumnya membentuk komite dari beberapa direksi

agar dapat menggunakan waktunya dengan baik dan membantu dalam hal penanganan untuk

area yang kompleks dan/atau khusus seperti laporan dan audit keuangan, compliance,

manajemen risiko, keberlangsungan, kesehatan, dan keamanan perusahaan. Komite juga

membuat rekomendasi untuk suatu tindakan kepada keseluruhan direksi, dengan kata lain

menyimpan sejumlah tanggung jawab untuk pengambilan keputusan.

Selain membantu dalam hal pengawasan perusahaan, Komite Audit memiliki peran

penting untuk membantu direksi dalam hal pemenuhan GCG. Direksi sendiri dibutuhkan untuk

menyatakan laporan keuangan dan catatan-catatan yang mengikuti standar akuntansi serta

memberikan pandangan yang benar dan adil terhadap posisi dan performa keuangan dari

sebuah perusahaan. Direksi akan menentukan peran dari Komite Audit yang melibatkan

pemantauan dan pengawasan terhadap:


 Laporan perusahaan, termasuk laporan keuangan eksternal;

 Audit eksternal;

 Audit internal;

 Manajemen risiko dan pengendalian internal;

 Compliance and ethics;

 Aktivitas lainnya yang berupa pencegahan, menghalangi, menemukan, dan melaporkan

kecurangan.

 Komite Audit juga dapat membantu Direksi dalam memfasilitasi penentuan keputusan

melalui:

 Memfasilitasi komunikasi terbuka antara anggota dewan dan senior management, risk

and compliance manager, auditor internal serta eksternal;

 Memfokuskan dalam permasalahan dalam Piagam Komite Audit sehingga keseluruhan

direksi dapat menggunakan waktunya untuk permasalahan lain yang lebih penting.

Komite Audit harus bekerja secara independen terhadap pihak manajemen dan bebas dari

segala bentuk pengaruh yang negatif. Anggota dari Komite Audit harus tidak memiliki

kekuasaan eksekutif, fungsi manajemen, atau pendelegasian tanggung jawab entitas keuangan.

Komite Audit bersama Dewan Komisaris membutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang

proses manajemen risiko terintegrasi yang dikenal dengan nama enterprise risk management

agar dapat melakukan pemantauan risiko secara efektif.

Peran Komite Audit dalam Penerapan Enterprise Risk


Management.
Komite Audit tidak lepas dari konteks penerapan Enterprise risk management (ERM)

bagi perusahaan. ERM dalam bisnis meliputi metode dan proses yang digunakan oleh

organisasi untuk mengelola risiko dan menangkap peluang yang terkait dengan pencapaian

tujuan mereka. ERM menyediakan kerangka kerja untuk manajemen risiko, yang terkait
dengan tugas dan tanggung jawab Komite Audit diantaranya mengidentifikasi peristiwa

tertentu atau keadaan yang berdampak pada pencapaian tujuan organisasi (risiko dan peluang),

menilai mereka dalam hal kemungkinan dan besarnya dampak, menentukan strategi respon,

dan memantau kemajuan yang dapat menjadi pertimbangan saat akan ada penentuan

keputusan. Dengan mengidentifikasi dan proaktif dalam menangani risiko dan peluang,

perusahaan dapat melindungi dan menciptakan nilai bagi para pemangku kepentingan,

termasuk pemilik, karyawan, pelanggan, regulator, dan masyarakat secara keseluruhan.

Keterkaitan antara ERM yang diterapkan pada perusahaan dengan tugas dan peranan

Komite Audit pada umumnya tertera pada piagam Komite Audit masing-masing organisasi.

Salah satu perusahaan Indonesia yang bergerak pada bidang produksi dan distribusi suku

cadang kendaraan bermotor yaitu ASTRA Otoparts, pada piagam komite audit perusahaan

tersebut menyebutkan bahwa peran dan tanggung jawab Komite Audit adalah untuk membantu

Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan mereka dan untuk memberikan

masukan kepada manajemen Astra Otoparts melalui Dewan Komisaris . Peran tersebut antara

lain dijabarkan sebagai berikut:

 Memberikan pendapat profesional yang independen kepada Dewan Komisaris

berkaitan dengan laporan Direksi yang disampaikan kepada Dewan Komisaris,

termasuk hal-hal yang ditentukan dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).

 Mengidentifikasi masalah atau hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris

termasuk informasi keuangan yang akan dikeluarkan Perseroan seperti laporan

keuangan dan proyeksi dan informasi keuangan lainnya.

 Menelaah independensi dan obyektivitas auditor eksternal, meninjau kecukupan

pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal untuk memastikan semua risiko

yang penting telah dipertimbangkan.


 Menganalisis efektivitas pengawasan internal Perusahaan, meninjau kepatuhan

terhadap hukum pasar modal yang ada dan peraturan terkait lainnya, memeriksa potensi

kesalahan, kesalahan atau penyimpangan dalam melaksanakan keputusan yang dibuat

dalam pertemuan Direksi, dan menganalisis pelaksanaan paket kompensasi bagi

Direksi dan Dewan Komisaris.

 Membahas dengan Direktur Keuangan perubahan Perseroan yang signifikan dalam

kebijakan akuntansi, melakukan analisis bersama auditor eksternal pada rencana audit

dan ruang lingkup audit untuk audit tahunan, temuan audit tahunan dan pendapat

auditor diberikan, dan kecukupan sistem pengendalian internal Perseroan.

 Bersama dengan Kepala Internal Audit, menganalisis rencana audit internal dan

lingkup pekerjaan dan temuan audit, melakukan pengendalian internal Perseroan,

memastikan bahwa Perseroan mematuhi Kode Etik, dan melakukan analisis Pedoman

Dasar Audit Internal.

 Bersama dengan Audit Internal dan Eksternal Auditor, menganalisis koordinasi

pekerjaan audit untuk memastikan kecukupan ruang lingkup kerja dan pemanfaatan

yang efektif dari sumber daya audit.

 Mengembangkan hubungan baik dengan Direksi, Internal Audit, dan auditor eksternal

secara terpisah untuk membahas masalah yang memerlukan perhatian khusus.

Meninjau dan Merevisi Komite Pedoman Dasar Audit secara tahunan.

Hal ini sejalan dengan prinsip, kerangka pikir, dan proses manajemen risiko pada ISO

31000. Prinsip yang tertera pada masing-masing piagam Komite Audit perusahaan akan

menjadi semacam komitmen bagi perusahaan tersebut untuk menjalankan sistem dari

manajemen risiko. Sedangkan bentuk implementasi dari manajemen risiko bagi Komite Audit

itu sendiri terdapat pada piagam Komite Audit masing-masing perusahaan yang termasuk

didalamnya adalah peran, tanggung jawab, dan tugas komite tersebut yang tidak lain adalah
proses dari manajemen risiko bagi Komite Audit itu sendiri dalam menghadapi tantangan dan

persoalan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan pada usaha pencapaian tujuan

bersama.

Mitra Auditor Internal

Dalam praktiknya Satuan Pengawas Internal (SPI) sering kehilangan “taring” dalam

menjalankan tugasnya. Auditee sering sekali tidak mau bekerjasama dengan auditor internal,

demikian juga jika terjadi temuan, maka temuan itu sering sekali tidak ditindak lanjuti oleh

manajemen karena bersifat korektif terhadap diri manajemen sendiri.

Meski organisasi SPI berada langsung dibawah direksi, namun posisi struktural itu

acapkali masih sering diabaikan oleh manajemen sendiri karena “ke-tidak independenan-nya”

di dalam organisasi. Untuk mengatasi hal ini, maka didalam piagam Komite Audit harus diatur

bahwa Komite Audit harus bermitran dengan SPI. Dimulai dari pengengasan rencana kerja

tahunan internal audit, laporan temuan serta rekomendasi kepada manajemen harus direview

terlebih dahulu oleh Komite Audit. Jika ada beberapa temuan yang tidak ditindaklanjuti

manajemen, maka Komite Audit dapat melakukan eskalasi untuk mengatasinya, termasuk

melalui mekasinisme rapat komisaris.

Nilai Tambah yang diberikan Komite Audit

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Komite Audit memiliki peran yang

sangat besar bagi organisasi. Dimulai dari kebutuhan dibentuknya Komite Audit karena

memang diperlukan organ khusus yang mengawasi pengelolaan organisasi terutama dalam hal

keuangan. Selanjutnya dalam proses pengawasannya diperlukan counterpart bagi auditor

internal, meskipun auditor internal telah diberikan posisi yang pantas di “leher” nya direktur

utama, tetapi tetap saja independensi dan “taring” auditor internal masih dirasa kurang, oleh
karena itu biasanya auditor internal bermitra dengan Komite Audit dalam setiap tugas dan

laporan temuannya. Demikian juga dengan auditor eksternal, Komite Audit berperan sejak

dalam penunjukan mereka, pengawasan pekerjaan mereka, sampai pada pelaporan laporan

keuangan, termasuk didalamnya jika terjadi dispute/perbedaan dengan manajamen, maka

Komite Audit harus tampil sebagai penengah.

Keahlian spesifik yang dimiliki oleh Komite Audit khususnya dalam bidang akuntansi

dan keuangan menjadi faktor penentu bagi berjalannya proses pengawasan tersebut, oleh

karena itu untuk dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi, ada baiknya Komite Audit

diisi oleh para professional handal dibidangnya. Tidak hanya kompeten, tetapi juga

independen, itulah yang diperlukan bagi proses pengawasan. Hal ini membuka peluang yang

begitu bagi para professional untuk mengemban amanah sebagai komite audit. Kedepannya

peran Komite Audit semakin dibutuhkan di seluruh Organisasi, oleh karena itu semakin

dibutuhkan juga para profesional untuk mengemban amanah itu.

Dasar hukum:
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 Tahun 2015 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit;
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 26 /POJK.04/2017 tentang Keterbukaan Informasi
Bagi Emiten Atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit.

Keterangan:
[1] Pasal 121 ayat (2) UUPT
[2] Penjelasan Pasal 121 ayat (1) UUPT
[3] Pasal 2 Peraturan OJK 55/2015
[4] Pasal 1 angka 1 Peraturan OJK 26/2017
[5] Pasal 1 angka 2 Peraturan OJK 26/2017
[6] Pasal 4 Peraturan OJK 55/2015
[7] Pasal 5 Peraturan OJK 55/2015
[8] Pasal 9 Peraturan OJK 55/2015
[9] Pasal 10 Peraturan OJK 55/2015
DAFTAR PUSTAKA

https://akuntansiterapan.com/2016/03/28/peran-komite-audit-memberikan-nilai-tambah-bagi-

organisasi/

http://crmsindonesia.org/publications/keberadaan-komite-audit-di-indonesia-serta-peran-dan-

kontribusi-mereka-dalam-penerapan-enterprise-risk-management-erm-di-perusahaan/

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt59b74357b8ac6/tugas-dan-tanggung-jawab-

komite-audit-perusahaan

Anda mungkin juga menyukai