Brakiterapi berasal dari bahasa Yunani “brachy” yang berarti “dekat”, sehingga brakiterapi dapat
diartikan sebagai terapi jarak dekat.
Pada brakiterapi, sumber radiasi diletakkan di dalam atau sangat berdekatan dengan tumor,
sehingga akan didapatkan rasio yang tinggi antara jaringan tumor dengan jaringan normal yang
mendapatkan radiasi.
Intracavitary brachytherapy
Pada Intracavitary brachytherapy operator meletakan sumber radiasi dengan menggunakan
bantuan logam dan plastik dan dimasukan ke dalam tubuh seperti vagina, uterus, atau larink
yang meiradiasi dinding jaringan terdekat. Setelah dosis radiasi yang diberikan sudah tepat, alat
yang berisi isotop radioaktif diambil kembali.
Brakiterapi yaitu pemberian radiasi dimana sumber radiasi berada di dalam tumor, pada
brakiterapi dilakukan pemasangan aplikator seperti contoh gambar dibawah, aplikator terpasang
di daerah pelvis pada kanker mulut rahim, aplikator kemudian dihubungkan dengan kabel ,
sumber radiasi akan melewati kabel tersebut dan aplikator menuju ke target tumor
Perbedaan brakiterapi dengan radiasi eksterna, pada brakiterapi, area yang akan di radiasi jauh
lebih kecil sehingga hanya jaringan tumor yang akan memperoleh dosis radiasi yang tinggi, hal
tersebut memungkinkan pemberian dosis radiasi yang besar pada tumor namun jaringan sehat
sekitar tumor tetap aman
Kombinasi radioterapi dengan radiasi eksterna dan brakiterapi akan menghasilkan hasil
pengobatan yang maksimal, radiasi eksterna mematikan jaringan kanker serta penyebaran kanker
disekitar tumor primer dan juga mematikan penyebaran kanker pada kelenjer getah bening
disekitar tumor primer. Sedangkan pengobatan dengan brakiterapi memungkinkan mematikan
jaringan tumor dengan pemberian dosis radiasi yang besar pada tumor target tanpa menimbulkan
kerusakan pada jaringan sehat sekitar tumor.
Penggunaan brakiterapi berkembang sesaat setelah radium ditemukan. 4 Radium ditemukan oleh
Marie dan Pierre Curie tahun 1898 dan kemudian segera dipelajari efek biologisnya. 5 Dengan
radium, radiasi diberikan secara kontinyu dengan laju dosis yang rendah, dan dapat memakan waktu
harian hingga mingguan. Brakiterapi konvensional yang seperti ini disebut sebagai brakiterapi low
dose rate.4Pada awal tahun 1962, berkembang sebuah pendekatan baru brakiterapi. Sebuah
pesawat radiasi dapat menggerakan sumber radiasi ke dalam target radiasi dan kemudian
memberikan radiasi dalam waktu yang relatif singkat (kurang dari sejam). Dalam waktu yang singkat
tersebut sumber radiasi dapat memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi. Brakiterapi seperti ini
disebut sebagai brakiterapi laju dosis tinggi atau high dose rate (HDR) brachytherapy. 4Radiasi pada
brakiterapi diberikan secara berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu, dan proses
radiobiologis yang terjadi seperti repair, repopulation, reoxygenation, dan redistribution akan
mempengaruhi respon jaringan tumor dan jaringan normal terhadap radiasi, sehingga perbedaan
laju dosis juga akan mempengaruhi rasio terapeutik brakiterapi.
BRAKITERAPI HIGH DOSE RATE DAN LOW DOSE RATEMenurut International Commission on
Radiation Units and Measurements(ICRU) 38, terdapat tiga kategori brakiterapi. Brakiterapi laju
dosis rendah, atau Low dose rate (LDR), memiliki laju dosis 0,4 – 2 Gy / jam. Brakiterapi laju dosis
menengah, atau Medium dose rate (MDR) memiliki laju dosis 2 – 12 Gy / jam. Sedangkan brakiterapi
laju dosis tinggi, atau High dose rate (HDR) memiliki laju dosis lebih dari 12 Gy / jam, dan
pemberiannya harus dengan menggunakan remote afterloader.1 Bila dibandingkan dengan
brakiterapi laju dosis rendah atau low dose rate (LDR) brachytherapy, maka HDR memiliki beberapa
keuntungan:1.Optimisasi: dengan brakiterapi HDR, maka dapat dimungkinkan optimisasi dengan
inverse planning4 2.Imobilisasi dan stabilitas: durasi terapi HDR yang relatif singkat menghasilkan
stabilitas yang lebih baik terutama untuk aplikator intrakaviter3.Pasien rawat jalan: kebanyakkan
pasien HDR mendapatkan brakiterapi sebagai pasien rawat jalan, sehingga akan membuat pasien
merasa lebih nyaman dan juga secara ekonomi menguntungkan karena pasien tidak mengeluarkan
biaya untuk rawat inap.4.Lebih nyaman karena ukuran yang lebih kecil5.Prosedur intraoperatif:
brakiterapi HDR memungkinkan dilakukannya brakiterapi intraoperatif6.Keamanan radiasi:
brakiterapi HDR mengeliminasi paparan radiasi terhadap petugas penyinaran.Brakiterapi HDR juga
memiliki kerugian bila dibandingkan dengan brakiterapi LDR:1.Radiobiologi: dibandingkan dengan
LDR, maka terapi HDR memberikan rasio terapeutik yang lebih buruk. 4 2.Bahaya error / kesalahan:
prosedur yang lebih kompleks dengan brakiterapi HDR meningkatkan kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pemberian terapi dengan HDR3.Potensi terjadinya paparan dosis yang sangat tinggi
terhadap pasien dan operator ketika terjadi kegagalan retraksi dari sumber radiasi: sumber radiasi
HDR dapat memberikan paparan sebesar 7,4 Gy / menit pada kedalaman 1 cm terhadap
pasien.4.Sumber daya: terapi dengan HDR membutuhkan sumber daya yang lebih banyak, baik
personil maupun ekonomi. Untuk menggabungkan keuntungan dari kedua jenis laju dosis tersebut,
dicoba dikembangkan suatu teknik yang disebut sebagai pulsed dose rate (PDR) brachytherapy.PDR
dikembangkan untuk mendapatkan efek biologis yang menyerupai LDR tetapi juga mengambil
keuntungan teknologi dan optimisasi dari HDR. 1,6 Secara umum total dosis dan waktu yang
diperlukan PDR sama dengan LDR, namun radiasi diberikan dalam banyak fraksi kecil, biasanya
setiap 1 sampai dengan 4 jam.1 Perbedaan antara PDR dengan LDR menjadi minimal bila PDR
menggunakan dosis per fraksi yang kecil, antara 50 sampai dengan 60 cGy yang diulang setiap jam. 7
Jika waktu paruh repairjaringan sangat singkat atau kurang dari setengah jam, maka PDR akan
mengakibatkan kerusakan biologis lebih banyak dari LDR. 1,8 Pada kasus seperti ini maka total dosis
yang diberikan dapat diturunkan menjadi lebih rendah dari total dosis LDR dengan overall time yang
sama.
Radioterapi Brachiterapi
Brakiterapi adalah radiasi dalam jarak yang dekat. Kelebihan brakiterapi adalah efek
samping yang didapat pasien lebih sedikit dan waktu rehabilitasi biasanya lebih pendek. Sebelum
brakiterapi biasanya dilakukan prosedur sinar-x atau CT scan untuk mengetahui rencana
perawatan yang akan dilakukan.
Sumber radiasi berbentuk kabel, lempengan yang dimasukkan ke dalam tumor untuk
menyalurkan radiasi dengan dosis tinggi. Sumber radioaktif ini adalah iridium- 192 (HDR),
cesium-137 (LDR), iodine atau palladium.
2. Radiasi interstisial, pada jenis ini sumber radiasi langsung dimasukkan pada jaringan
tubuh dan diletakkan langsung pada tumor. “High dose rate brachytherapy” merupakan
jenis brakiterapi yang baru yang sangat populer belakangan ini. Sebuah mesin yang
memiliki sumber radiasi dengan aktivitas yang sangat tinggi, kemudian sumber itu
disalurkan melalui kateter ke organ yang ada di dekat tumor.
Brakiterapi adalah metode terapi dalam bidang medis dengan menempatkan sumber radioaktif
secara implantasi sementara atau tetap pada atau dekat jaringan sakit di dalam organ.
Brakiterapi adalah metode terapi radiasi dengan menempatkan sumber radiasi tertutup sedekat
mungkin ke jaringan abnormal atau ditanam didalamnya. Metode brakiterapi sudah lama diaplikasikan
untuk membunuh sel kanker seperti dalam kanker prostat. Sampai saat ini pemakaian seed radioisotop
masih jarang dilakukan di Indonesia kecuali menggunakan sumber radiasi laju dosis tinggi (HDR) secara
remote after loading system (sistem pemantauan jarak jauh setelah pemuatan) pada rumah sakit besar
di Jakarta dan Bandung. Kelangkaan penggunaan seed radioisotop karena biaya masih tinggi, dukungan
peralatan yang belum tersedia dan masih dilakukannya alternatif terapi yang lain. Untuk memberikan
kontribusi dalam terapi kanker maka dalam makalah ini diuraikan pembuatan seed brakiterapi yang
berisi Iodium-125 untuk terapi kanker prostat.
Metodologi pembuatan dilakukan dengan pelabelan bola-bola resin penukar ion dengan iodium-125,
pemasukan ke dalam mikro kapsul titanium, penutupan dengan pengelasan laser, pengujian kebocoran
dengan metode gelembung, pengukuran aktivitas keluaran, dan pengukuran profil dosis. Dalam
pembuatan seed radioisotop, pertama bola-bola resin penukar anion Amberlite IRA-402 berukuran Ø 0.5
mm ditandai dengan Iodium-125, bola resin radioaktif dimasukan ke dalam mikro kapsul berukuran Ø luar
1.0 mm x panjang 5.0 mm (Ø dalam 0,6 mm x panjang 3,0 mm). Mikro kapsul (seed) ini ditutup dengan las
laser lalu diuji kebocoran dengan metode gelembung pada 15 inHg. Hasil penandaan menunjukan
radioaktivitas bola resin yang diperoleh antara 1,0 s.d. 2,76 mCi, setelah seed diukur menggunakan dose
calibrator diperoleh radioaktivitas maksimum 4,77 mCi dan terakhir ditentukan profil radiasinya. Hasil
pembuatan seed Iodium-125 telah membuka peluang kerja sama dengan rumah sakit untuk
mengaplikasikannya pada terapi kanker prostat maupun kanker lain sebagai alternatif.
Terapi kanker payudara dan prostat menggunakan sumber radiasi laju dosis rendah. Seed I-125 sebagai
sumber radiasi ditanamkan (implantasi) ke dalam jaringan kanker. Sumber radiasi ini berukuran kecil,
panjangnya hanya 10 milimeter dengan diameter 1 milimeter. Penanganan kanker dengan seed I-125
tidak memerlukan rawat inap serta berdampak kecil terhadap sel-sel tubuh di sekitarnya.
Brakiterapi intracaviter pada karsinoma serviks uteri memungkinkan memberikan dosis yang tinggi pada
sentral tumor primer di serviks uteri untuk mendapatkan kontrol tumor lokal yang maksimal tanpa
melebihi dosis toleransi maksimal pada jaringan normal sekitar tumor. Hal ini dimungkinkan karena
uterus normal dan vagina bersifat relatif radioresisten, sehingga penurunan dosis yang tajam pada jarak
2 cm darisource radiactive didalam seviks dan uterus serta vagina akan melindungi jaringan normal
sekitar serviks yaitu rektum, vesika urinaria dan intestinum ileum.
Efek samping dari brakiterapi spesifik di area yang akan diobati. Karena brakiterapi memfokuskan radiasi
di area yang kecil, maka hanya area itulah yang akan dipengaruhinya.