Anda di halaman 1dari 117

ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI

PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM


NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL : ASAM
OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP
LAJU PELEPASAN APMS

AFINA F A
051111074

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA


DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI

PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM


NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL : ASAM
OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP
LAJU PELEPASAN APMS

AFINA F A
051111074

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA


DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi saya


dengan judul “Pengaruh Kadar Asam Oleat Pada Sistem NLC Dengan
Lipid Setil Alkohol : Asam Oleat Dibandingkan dengan SLN
Terhadap Laju Pelepasan APMS” untuk dipublikasikan atau
ditampilkan di internet, digital library Perpustakaan Universitas
Airlangga atau media lain untuk kepentingan akademik sebatas dengan
Undang- Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya


buat dengan sebenarnya.

Surabaya, September 2015

Afina F. A
NIM.05111074

ii

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Afina F. A

Nim : 05111074

Fakultas : FARMASI

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya


tulis dengan judul :

Pengaruh Kadar Asam Oleat Pada Sistem NLC Dengan Lipid Setil
Alkohol : Asam Oleat Dibandingkan dengan SLN Terhadap Laju
Pelepasan APMS

Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila


dikemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau
hasil plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa
pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Surabaya, September 2015

Afina F. A
NIM.051111074

iii

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

Lembar Pengesahan

PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM


NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL: ASAM
OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP
LAJU PELEPASAN APMS

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi


pada
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2015

Oleh :

AFINA F A
NIM : 051111074

Skripsi ini telah disetujui


oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Serta

Prof. Dr.Widji Soeratri, DEA, Apt. Dr. Noorma Rosita, Apt., M.Si
NIP. 195110061977092001 NIP. 196512251991022001
iv

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-
Nya sehingga diselesaikannya penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh
Kadar Asam Oleat Pada Sistem NLC Dengan Lipid Setil Alkohol:
Asam Oleat Dibandingkan dengan SLN Terhadap Laju Pelepasan
APMS” untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Selama penyelesaian skripsi ini dukungan dan dorongan yang
diberikan sangat membantu dalam menghadapi masalah dan hambatan
yang ada. Pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :

1. Prof. Dr. Widji Soeratri, DEA, Apt. selaku pembimbing utama


yang telah meluangkan waktu untuk membimbing
2. Dr. Noorma Rosita, M.Si selaku pembimbing serta yang telah
memberikan mencurahkan waktu dan ilmu yang sangat
bermanfaat selama proses pengerjaan skripsi
3. Dr. Tristiana Erawati, M.Si. dan Dr. Dwi Setyawan, M.
Si.,selaku dosen penguji yang memberikan banyak masukan
4. Prof Dr. Tutuk Budiati M.S. Apt. selaku dosen wali yang telah
banyak membimbing saya selama empat tahun ini
5. Seluruh dosen dan staff Departemen Farmasetika Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga
6. Rekan-rekan SLN-NLC APMS ’15 (M. Kemal Indra, Nur
Sukma Aini R, Fransisca Dita M, Angguni A. S) yang telah
bekerjasama dan sangat banyak membantu dalam proses
pengerjaan skripsi
v

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

7. Teman- teman Lab Farmasetika beserta kakak-kakak S2 (Mbak


Ushie, Mbak Nurul, Mbak Karin, dan Mas Teguh)
8. Teman- teman kelas C 2011 (CTM) yang teristimewa Natasha
Era, Meida Ayu, Alfiah Rizqi, Naili Uswatun, dan Anggita Dian.
Terima kasih atas semangat yang diberikan
9. Oktavia Indah Ambarsari sebagai sejawat terkasih, atas
dukungan, bantuan, dan kebersamaan selama masa kuliah
10. Dewi, Nubila, Najmah, Glaveria, Riska, Shafitri, dan Imroatus
sebagai sahabat terkasih dan penopang dibalik layar
11. Andre Maulana, kakak dan sahabat terbaik yang selalu berbagi
dan menasihati.
12. Kedua orang tua tercinta, Moh Rumli dan Lutfiyah, atas
pengertian, pengorbanan dan kasih sayang dalam mendidik saya
13. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dibidang farmasi. Terima kasih atas segala kritik dan saran
yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

Surabaya, September 2015

Penulis,

vi

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

RINGKASAN

PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM NLC


DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL : ASAM OLEAT
DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP LAJU
PELEPASAN APMS

AFINA F. A.

Nanostructured Lipid Carrier (NLC) merupakan sistem


penghantaran obat baru hasil pengembangan dari Solid Lipid
Nanoparticle (SLN) dimana keduanya memiliki banyak keistimewaan.
Konsep NLC dikembangkan untuk memperbaiki beberapa permasalahan
yang timbul pada sistem SLN yaitu jumlah penjerapan obat yang terlalu
rendah, keluarnya obat dari sistem selama penyimpanan, dan kandungan
air yang terlalu tinggi pada dispersi SLN (Müller et al., 2002).
Pada penelitian ini dibuat sistem SLN dan NLC dengan kadar lipid
10% yang terdiri dari lipid setil alkohol dan asam oleat. APMS digunakan
sebagai model obat yang dijerap dalam sistem SLN dan NLC. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas sistem SLN dan
NLC dalam hal ini laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC pada
setiap formula. Sistem SLN tidak mengandung asam oleat dan sistem
NLC dibuat dengan perbedaan rasio setil alkohol : asam oleat 9,5:0,5; 9:1;
dan 8,5;1,5. Penggunaan asam oleat sebagai minyak dalam NLC berperan
penting dalam menurunkan proses kristalisasi dan meningkatkan
penurunan modifikasi keteraturan kristal asam stearat, serta merupakan
faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pelepasan bahan aktif dalam
sistem NLC (Woo et al., 2014).
Sistem SLN dan NLC dibuat dengan cara panas menggunakan
metode High Shear Homogenization. Evaluasi karakteristik yang
dilakukan pada sistem SLN dan NLC adalah pemeriksaan organoleptis,
ukuran partikel, pH, viskositas, dan efisiensi penjebakan. Pada
pemeriksaan ukuran partikel sistem NLC dengan kadar asam oleat
tertinggi (1,5%) memiliki ukuran partikel terkecil yaitu 1347,03 ± 196,01
nm pada formula base dan 276,8 ± 49,43 nm pada formula dengan
APMS. SLN memiliki ukuran paling besar yaitu 2267,67 ± 222,72 nm
vii

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

pada formula base dan 2336,4 ± 1118,203 nm pada formula dengan


APMS. pH seluruh formula berada pada rentang 3,96-4,13. Adapun nilai
viskositas seluruh formula berada pada rentang 800-1200 cps. Efisiensi
penjebakan terbesar terdapat pada formula NLC-APMS dengan kadar
asam oleat terbesar (1,5%) yaitu 27.60± 0.4229 % dan terkecil adalah
SLN-APMS 13.463 ± 0.2953.
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran laju pelepasan (flux)
APMS dari sistem SLN dan NLC menggunakan perangkat uji disolusi
Apparatus 5-Paddle Over disk. Berdasarkan hasil analisis data
menggunakan statistik ANOVA satu arah diperoleh harga laju pelepasan
(flux) keempat formula tidak memiliki perbedaan bermakna.

viii

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRACT

EFFECTS OF OLEIC ACID IN NLC SYSTEM WITH CETYL


ALCOHOL : OLEIC ACID AS LIPID COMPARED WITH SLN
SYSTEM ON RELEASE PROFILE OF PMCA

AFINA F A

Nanostructured lipid carriers (NLC) was the second generation of Solid


Lipid Nanoparticles (SLN) that was developed by mixing solid lipid and
liquid lipids. This concept has some advanteges such as giving more
modulation of drug release, increasing drug loading and prevent its
leakage. In this study, p-methoxycinnamic (PMCA), cetyl alcohol (CA)
and oleic acid (OA) was used as lipids that aimed to investigate the
influence of increasing OA ratio on release of PMCA from SLN and
NLCs system. Tween 80 was used as surfactant and propylene glycol as
co-surfactant. SLN and NLC were prepared by hot High Shearing
Homogenization (HSH) technique. SLN and NLC were evaluated on
particle size, pH, viscosity, and entrapment efficiency (EE). NLC with
highest OA (1,5%) hs the smallest particle size 1347,03 ± 196,01 nm for
NLC base 276,8 ± 49,43 nm for NLC-PMCA. EE was significantly
influenced by OA content. NLC-PMCA with 1,5% OA has the highest EE
(27.60± 0.4229 %). The release study of SLN-PMCA and NLC-PMCA
were evaluated using USP dissolution Aparatus 5-Paddle Over Disk.
Based on statistical analysis using ANOVA One Way, it showed there
were no significant differences between flux of SLN-PMCA and NLCs-
PMCA with different content of OA.

Keyword : NLC, SLN, Drug Release, Oleic Acid (OA), Cetyl Alcohol
(CA), Drug release

ix

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
RINGKASAN ........................................................................................ VII
ABSTRACT ............................................................................................ IX
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. XII
DAFTAR TABEL ................................................................................ XIV
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... XV
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
2.1 Nanostructured Lipid Carriers (NLC) ......................................... 6
2.1.1 Kelebihan dan kekurangan ...................................................... 6
2.1.2 Komponen penyusun ............................................................... 7
2.1.3 Teknik pembuatan ................................................................... 8
2.1.4 Karakterisasi NLC ................................................................. 11
2.2 Pelepasan ................................................................................... 14
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan........................ 17
2.2.2 Uji pelepasan ......................................................................... 18
2.3 Asam p-Metoksisinamat ............................................................ 19
2.4 Setil alkohol ............................................................................... 20
2.5 Asam oleat ................................................................................. 21
2.6 Tween 80.................................................................................... 21
2.7 Propilenglikol ............................................................................. 23
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ................................................. 25
3.1 Uraian Kerangka Konseptual ..................................................... 25
3.2 Kerangka Konseptual ................................................................. 28
BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 29
4.1 Bahan Penelitian ........................................................................ 29
4.2 Alat Penelitian............................................................................ 29
4.3 Prosedur Penelitian .................................................................... 30
4.3.1 Analisis kualitatif bahan penelitian ....................................... 32
4.3.2 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH
4,2 ± 0,2 .............................................................................................. 33
4.3.3 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat .... 34
4.3.4 Pembuatan NLC .................................................................... 36
4.3.5 Uji homogenitas dan perolehan kembali APMS dalam sistem
SLN dan NLC ..................................................................................... 39
x

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

4.3.6 Uji karakteristik NLC ............................................................ 39


4.3.7 Uji pelepasan APMS dari sistem NLC .................................. 41
4.4 Analisis Data .............................................................................. 44
4.4.1 Perhitungan parameter pelapasan APMS dari sistem NLC ... 44
4.4.2 Analisis statistika ................................................................... 45
BAB V HASIL PENELITIAN................................................................ 46
5.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian ................................... 46
5.1.1 Pemeriksaan kualitatif APMS................................................ 46
5.1.2 Pemeriksaan kualitatif setil alkohol ....................................... 48
5.1.3 Pemeriksaan kualitatif asam oleat ......................................... 49
5.2 Penentuan kurva baku APMS .................................................... 51
5.2.1 Kurva baku dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ............. 51
5.2.2 Kurva baku dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 ........... 53
5.3 Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan terhadap serapan APMS
55
5.4 Hasil uji homogenitas dan peroleh kembali APMS dalam sistem
SLN maupun NLC .................................................................................. 56
5.5 Penentuan Karakteristik Sistem SLN-NLC APMS .................... 56
5.5.1 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS .... 56
5.5.2 Hasil pengukuran ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS . 57
5.5.3 Hasil pengukuran polydispersity index (pi) ukuran partikel
sistem SLN-NLC APMS .................................................................... 58
5.5.4 Hasil pengukuran pH sistem SLN-NLC ................................ 60
5.5.5 Hasil penentuan viskositas sistem SLN-NLC ........................ 60
5.5.6 Hasil penentuan efisiensi penjebakan sistem SLN-NLC APMS
61
5.6 Hasil Uji Pelepasan APMS dari Sistem SLN-NLC ................... 62
5.6.1 Penentuan profil pelepasan .................................................... 62
5.6.2 Hasil perhitungan laju pelepasan (fluks) apms dari sistem
SLN-NLC ........................................................................................... 62
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................... 65
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 70
7.1 Kesimpulan ................................................................................ 70
7.2 Saran .......................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 71

xi

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Tipe struktur NLC (Mäder, 2006) ....................................... 14
Gambar 2. 2 Struktur Asam p-Metoksisinamat ........................................ 19
Gambar 2. 3 Struktur Setil Alkohol ......................................................... 20
Gambar 2. 4 Struktur Asam Oleat ............................................................ 21
Gambar 2. 5 Struktur Tween 80 ............................................................... 22
Gambar 2. 6 Struktur Propilenglikol ........................................................ 23

Gambar 3. 1 Skema Kerangka Konseptual .............................................. 28

Gambar 4. 1 Skema Kerja Penelitian ....................................................... 31

Gambar 5. 1 Hasil pemeriksaan spektra IR APMS .................................. 46


Gambar 5. 2 Spektra IR APMS berdasarkan pustaka............................... 47
Gambar 5. 3 Termogram DTA APMS ..................................................... 47
Gambar 5. 4 Hasil pemeriksaan spektra IR setil alkohol ......................... 48
Gambar 5. 5 Spektra IR setil alkohol berdasarkan pustaka ...................... 49
Gambar 5. 6 Termogram DTA setil alkohol ............................................ 49
Gambar 5. 7 Hasil pemeriksaan spektra IR asam oleat ............................ 50
Gambar 5. 8 Spektra IR asam oleat berdasarkan pustaka ........................ 50
Gambar 5. 9 Profil serapan larutan baku kerja APMS pada larutan dapar
asetat pH 4,2 ± 0,2 ........................................................................... 52
Gambar 5. 10 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar asetat pH
4.2 ± 0.2........................................................................................... 52
Gambar 5. 11 Profil serapan larutan baku kerja APMS dalam larutan
dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 ............................................................... 53
Gambar 5. 12 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar fosfat pH
7.4 ± 0.05......................................................................................... 54
Gambar 5. 13 Serapan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2, APMS, SLN
base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar
asetat pH 4,2 ± 0,2 ........................................................................... 55
Gambar 5. 14 Serapan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, APMS, SLN
base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar
fosfat pH 7,4 ± 0,05 ........................................................................ 55

xii

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

Gambar 5. 15 Diagram ukuran partikel sistem SLN dan NLC APMS


dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat) .................................... 58
Gambar 5. 16 Diagram homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC
APMS dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat) ........................ 59
Gambar 5. 17 Diagram efisiensi penjebakan sistem SLN dan NLC APMS
......................................................................................................... 61
Gambar 5. 18 Kurva hubungan antara waktu (menit) dan jumlah
kumulatif APMS yang lepas dari sistem SLN maupun NLC .......... 63
Gambar 5. 19 Histogram laju pelepasan APMS dari sistem SLN maupun
NLC ................................................................................................. 64

xiii

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR TABEL
Tabel IV. 1 Larutan Baku Kerja APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,234
Tabel IV. 2 Larutan Baku Kerja APMS dalam Dapar Fosfat pH 7,2 ± 0,05
......................................................................................................... 35
Tabel IV. 3 Formulasi Sistem NLC ......................................................... 36

Tabel V. 1 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel APMS ........................... 47


Tabel V. 2 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel setil alkohol .................. 48
Tabel V. 3 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel asam oleat ..................... 50
Tabel V. 4 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar
asetat pH 4.2 ± 0.2 pada panjang gelombang maksimum 304,0 nm52
Tabel V. 5 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar
fosfat pH 7.4 ± 0.05 pada panjang gelombang maksimum 285,0 nm
......................................................................................................... 54
Tabel V. 6 Hasil perolehan kembali APMS dalam sistem SLN-NLC
dengan lipid setil alkohol:asam oleat .............................................. 56
Tabel V. 7 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS
dengan lipid setil alkohol:asam oleat .............................................. 57
Tabel V. 8 Ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS .............................. 58
Tabel V. 9 Homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS......... 59
Tabel V. 10 pH sistem SLN-NLC APMS ................................................ 60
Tabel V. 11 Viskositas sistem SLN-NLC APMS .................................... 60
Tabel V. 12 Efisiensi Penjebakan Sistem SLN-NLC APMS ................... 61
Tabel V. 13 Hasil Uji HSD Efisiensi Penjerapan ..................................... 62
Tabel V. 14 Laju pelepasan APMS dalam sistem SLN-NLC .................. 63
Tabel V. 15 Hasil uji ANOVA satu arah laju pelepasan APMS dari sistem
SLN dan NLC.................................................................................. 64

xiv

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Sertifikat Analisis APMS ................................................ 74


LAMPIRAN 2 Sertifikat analisis Asam Oleat ......................................... 75
LAMPIRAN 3 Sertifikat Analisis Setil Alkohol ...................................... 76
LAMPIRAN 4 Sertifikat Analisis Tween 80 ........................................... 77
LAMPIRAN 5 Sertifikat Analisis Propilenglikol .................................... 78
LAMPIRAN 6 Sertifikat Analisis Natrium Asetat................................... 79
LAMPIRAN 7 Sertifikat Analisis Asam Asetat Glasial .......................... 80
LAMPIRAN 8 Sertifikat Hasil Uji Viskositas Sistem SLN-NLC APMS 81
LAMPIRAN 9 Tabel Efisiensi Penjebakan ............................................. 82
LAMPIRAN 10 Hasil Uji pelepasan APMS dari Sistem SLN dan NLC . 83
LAMPIRAN 11 Data Hasil Pengolahan Statistik ANOVA Satu Arah .... 97
LAMPIRAN 12 Tabel Hasil Pengukuran Ukuran Partikel Rata-Rata
Sistem SLN-NLC APMS .............................................................. 100
LAMPIRAN 13 Tabel Hasil Pengukuran pH sediaan SLN-NLC APMS
....................................................................................................... 101

xv

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nanostructured Lipid Carrier (NLC) merupakan sistem
penghantaran obat baru hasil pengembangan dari Solid Lipid
Nanoparticle (SLN) dimana keduanya memiliki banyak keistimewaan.
Kedua sistem ini memberikan sifat adesif yang sangat berperan penting
dalam menimbulkan sifat oklusifitas, efek hidrasi pada kulit, peningkatan
absorbsi dan penetrasi aktif, serta efek pelepasan terkendali. Konsep NLC
dikembangkan untuk memperbaiki beberapa permasalahan yang timbul
pada sistem SLN yaitu jumlah penjerapan obat yang terlalu rendah,
keluarnya obat dari sistem selama penyimpanan, dan kandungan air yang
terlalu tinggi pada dispersi SLN (Müller et al., 2002). NLC memberikan
fleksibilitas yang lebih baik dalam memodulasi pelepasan obat,
meningkatkan jumlah penjerapan obat, dan menghindari kebocoran
penjerapan. Pada NLC, campuran lipid padat dan lipid cair menghasilkan
bentuk padat pada suhu kamar hingga suhu 40ºC. (Souto and Müller,
2007). Selain itu, sistem nanopartikel dengan ukuran partikelnya yang
sangat kecil terbukti memiliki kemampuan dalam mempertahankan
stabilitas fisika dan kimia dari bahan aktif dan menjamin kontak antara
bahan aktif dan kulit dan penetrasi bahan aktif ke dalam kulit. (Li and Ge,
2012).
Sifat-sifat bahan yang digunakan dalam penyusunan sistem NLC
sangat berpengaruh pada karakter fisika kimia, stabilitas, dan pelepasan
yang diperoleh. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
2

pemilihan fase lipid yang akan digunakan, diantaranya jarak titik lebur,
morfologi kristal, viskositas, dan polaritas (Qian et al., 2011).
Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan karakterisasi sistem
SLN-APMS dimana SLN dengan lipid setil alkohol dapat menghasilkan
efektifitas penjerapan 68,54% dan ukuran partikel 119,25 nm, sementara
SLN yang dibuat dari lipid asam stearat memiliki efektifitas penjerapan
58,8% dan ukuran partikel dalam rentang 575-2107 nm (Rahmawan et al.,
2012).
APMS merupakan salah satu konstituen yang terkandung dalam
minyak atsiri dalam rimpang kering tanaman kencur (Kaempferia
galanga) yang dilaporkan memiliki aktivitas analgesik dan antiinflamasi
(Vittalrao et al., 2011). Mekanisme kerja APMS sebagai antiinflamasi
adalah melalui hambatan enzim sikolooksigense (COX) 1 dan 2 (Ekowati
dan Diyah, 2010). Sebagai antiinflamasi, profil pelepasan prolonged
release diharapkan dapat meningkatkan efektivitas APMS. Pada
penelitian ini, dilakukan penjerapan APMS dalam sistem penghantaran
SLN dan NLC yang keduanya memiliki perbedaan pada ada tidaknya
lipid cair. Danya lipid cair/minyak dalam sistem NLC diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas penjerapan APMS di dalam matriks lipid
sehingga dapat memberikan profil pelepasan prolonged release yang
lebih optimal.
Salah satu lipid cair yang telah sering digunakan dalam kombinasi
matriks lipid NLC adalah asam oleat. Penggunaan asam oleat sebagai
minyak dalam NLC berperan penting dalam menurunkan proses
kristalisasi dan meningkatkan penurunan modifikasi keteraturan kristal
asam stearat, serta merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kecepatan pelepasan bahan aktif dalam sistem NLC. Perbedaan titik lebur
antara lipid padat dan lipid cair menyebabkan proses kristalisasi lipid

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
3

padat terjadi lebih awal dan menyebabkan lipid cair berada pada bagian
luar matriks bersama bahan obat dan membentuk drug-enrich shell yang
dapat memicu profil pelepasan segera (Hu et al., 2005). Selain itu,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Woo et al., (2014), hasil
analisis Differential Scanning Calorimetry (DSC) menunjukkan
keberadaan asam oleat pada matriks asam stearat dapat mengacak
susunan kisi kristal yang mengakibatkan penurunan derajat keteraturan
kristal dan hal tersebut berakibat pada peningkatan efisiensi penjerapan.
Selain lipid padat dan lipid cair, komponen penyusun sistem NLC
adalah emulgator. Dalam memilih emulgator harus memperhatikan
tegangan antarmuka, kinetika adsorbsi, kemampuan dalam menginterfensi
pertumbuhan kristal dan nukleasi, serta kemampuan dalam mencegah
agregasi partikel (Qian et al., 2011). Seluruh jenis surfaktan non ionik
memiliki potensi kecil dalam menimbulkan sensitivitas kulit oleh karena
itu jenis surfaktan ini sangat direkomendasikan untuk penggunaan dermal
(Kovacevic et al., 2011). Salah satu contoh surfaktan non ionik yang
aman dan sering digunakan dalam sediaan farmasi adalah tween 80.
Untuk meningkatkan stabilitas droplet yang dihasilkan,
penggunaan kosurfaktan sangat bermanfaat. Propilenglikol merupakan
salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai kosurfaktan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Loo et al., (2012), NLC dengan
propilenglikol menghasilkan ukuran partikel lebih kecil, memiliki
persentase peningkatan hidrasi kulit lebih besar, dan menurunkan
Transepidermal Water Loss (TEWL) daripada NLC tanpa propilenglikol.
Sementara menurut Chanana and Sheth dalam Loo et al. (2012) bahwa
propilenglikol dalam emulsi membantu menurunkan ukuran partikel dan
meningkatkan stabilitas fisika disebabkan oleh peningkatan viskositas
emulsi. Keuntungan penggunaan propilenglikol, selain dapat berfungsi

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4

sebagai kosurfaktan, propilenglikol juga dapat berfungsi sebagai


enhancer. Kombinasi antara sistem NLC yang memiliki sifat oklusif
dengan enhancer yang dapat memodifikasi stratum korneum sebagai
barier kulit yang utama, merupakan cara yang menjanjikan dalam
penghantaran obat melalui kulit (Vitorino et al., 2013).
Profil pelepasan obat merupakan suatu parameter penting untuk
desain dan evaluasi suatu sistem penghantaran obat (Mühlen et al., 1997).
Modifikasi profil pelepasan obat sebagai fungsi dari matriks lipid, kadar
surfaktan, dan parameter produksi dapat mungkin dilakukan untuk
mendapatkan profil pelepasan yang diinginkan. Dengan mengetahui
pengaruh faktor-faktor tersebut profil pelepasan obat dari NLC dapat
dibuat menjadi pelepasan tertunda, pelepasan dipercepat, atau keduanya
jika diinginkan terdapat dosis inisial pada penggunaan obat (Müller et al.,
2000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hu et al. (2005),
konsentrasi asam oleat di bawah 15% dalam kombinasi bersama asam
stearat pada sistem NLC merupakan faktor utama yang mempengaruhi
profil pelepasan obat pada tahap awal pelepasan, sementara konsentrasi
asam oleat 30% merupakan konsentrasi optimal yang dapat memberikan
efisiensi penjerapan 69,95% dengan kapasitas muatan 3,5%.
Berdasarkan uraian tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan
uji pelepasan pada sistem penghantaran Solid Lipid Nanoparticle (SLN)
dan Nanostructured Lipid Carrier (NLC) dengan kadar lipid 10% terdiri
dari setil alkohol dan asam oleat dengan rasio yang berbeda. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kadar asam oleat pada profil
peleasan APMS dari sistem SLN dan NLC. Sebagai surfaktan digunakan
Tween 80 dan sebagai kosurfaktan digunakan propilenglikol. Dengan
kombinasi tersebut, diharapkan terbentuk sistem NLC yang dapat melepas
APMS dalam dua fase, yaitu pelepasan segera dan pelepasan diperlama

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5

(Müller et al., 2002) sehingga efektifitas APMS sebagai analgesik anti-


inflamasi dapat ditingkatkan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh kadar asam oleat pada pelepasan APMS dari
sistem SLN maupun NLC dengan kadar lipid 10% yang terdiri dari setil
alkohol : asam oleat (10:0; 9,5:0,5; 9:1; dan 8,5:1,5), tween 80, dan
propilenglikol?

1.3 Tujuan Penelitian


Menentukan parameter pelepasan APMS dari sistem SLN maupun
NLC dengan kadar lipid 10% yang terdiri dari setil alkohol : asam oleat
(10:0; 9,5:0,5; 9:1; dan 8,5:1,5), tween 80, dan propilenglikol.

1.4 Manfaat Penelitian


Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar
pertimbangan ilmiah dalam pengembangan formulasi sediaan topikal
APMS dengan sistem penghantaran NLC sehingga dapat meningkatkan
efektifitas APMS sebagai analgesik antiinflamasi.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nanostructured Lipid Carriers (NLC)


Nanostructured Lipid Carriers (NLC) adalah sistem penghantaran
dimana partikel lipid parsial-kristal berjari-jari ≤100 nm tersebar dalam
fase air yang mengandung pengemulsi, sebagai sistem penghantaran yang
potensial dan memiliki beberapa keuntungan dalam keadaan tertentu bila
dibandingkan dengan sistem koloid lainnya (Tamjidi et al., 2013).
Matriks NLC merupakan campuran molekul lipid spasial yang
berbeda, biasanya campuran lipid padat dan cair, yang membuat susunan
kristal matriks yang lebih tidak sempurna untuk mengakomodasi molekul
obat lebih dari SLN dan tetap dalam wujud padat pada suhu kamar meski
mengandung lipid cair/minyak (Chen et al., 2010). Sistem NLC
membentuk sebuah platelet padat dengan minyak yang nampak diantara
platelet padat dan lapisan surfaktan (Mäder, 2006).

2.1.1 Kelebihan dan kekurangan


Sebagai sistem penghantaran obat, NLC memiliki beberapa
kelebihan diantaranya :
1. Struktur NLC (tipe imperfection, amorf, dan multiple) dapat
mengakomodasi lebih banyak obat dan menurunkan resiko kebocoran
selama penyimpanan dibandingkan dengan SLN (Zhuang et al.,
2010).
2. Memberikan perlindungan terhadap bahan-bahan yang labil secara
kimia dengan mencegah degradasi kimia.
3. Menurunkan jumlah air dalam partikel emulsi.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
7

4. NLC dengan ukuran partikelnya yang kecil menjamin kontak antara


bahan aktif dan menjamin penetrasi obat kedalam kulit (Li and Ge,
2012).
5. Membentuk lapisan tipis pada permukaan kulit sehingga memiliki
efek controlled ucclusion dan skin hidration.
6. Meningkatkan biovailabilitas bahan aktif di kulit dan dapat
membentuk skin targeting sistem.
7. Memberikan stabilitas fisika untuk formulasi topikal (Müller et al.,
2007).

2.1.2 Komponen penyusun


a. Lipid Padat dan Lipid Cair
Istilah lipid secara umum digunakan untuk struktur trigliserida,
gliserida, asam lemak, steroid, dan lilin (Mäder, 2006). Manfaat
penggunaan lipid sebagai sistem penghantaran obat untuk rute topikal
adalah sifat lipid yang dapat ditoleransi dengan baik , menurunkan
resiko iritasi lokal, dan memiliki toksisitat yang rendah. Pada sistem
NLC, digunakan kombinasi lipid padat (lemak) dan lipid cair
(minyak) yang termasuk dalam kategori Generally Recognized as
Safe Status (GRAS) seperti tristearin, campuran mono-, di-, dan
triasilgliserol, asam lemak, dan beeswax (Souto and Müller, 2007).
Adanya minyak atau lipid cair pada sistem NLC ini memberikan
kelebihan sistem NLC dalam hal penjebakan obat karena pada
umumnya bahan obat lebih larut dalam minyak daripada lipid padat
(Tamjidi et al., 2013) dan adanya minyak dapat menurunkan
keteraturan kisi kristal matriks lipid disebabkan oleh perbedaan
panjang rantai karbon lipid pada dan minyak (Souto and Müller,
2007).

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
8

b. Emulgator
Beberapa jenis emulgator yang telah banyak digunakan untuk
membentuk sistem NLC adalah jenis poloxamer, polisorbat, lesitin,
dan asam empedu. Diketahui bahwa kombinasi emulgator dapat
menurunkan aglomerasi partikel secara signifikan (Mäder, 2006).
Jenis emulgator dapat mempengaruhi kecepatan pelepasan obat
dalam sistem NLC. Pada penelitian yang dilakukan oleh Chen et al.,
(2010) menunjukkan bahwa sistem NLC yang menggunakan
emulgator soybean phosphatidylcholine (SPC) memberikan
pelepasan yang lebih lambat dibanding dengan Myverol, sementara
untuk efektivitas penjebakan, Myverol memberikan penjebakan yang
lebih besar dibanding SPC. Penggunaan Polyhidroxy surfactant
sebagai emulgator pada konsentrasi 1% (b/b) dapat menghasilkan
diameter partikel rata-rata 200 nm dan kecenderungan kristalisasi
partikel meningkat sejalan dengan peningkatan panjang rantai
hidrofilik jenuh dari surfaktan. (Kovacevic et al., 2011).

2.1.3 Teknik pembuatan


a. High Shear Homogenization and Ultrasound
Metode ini merupakan teknik dispersi yang mudah dan paling
sering digunakan. Pada metode ini leburan lipid didispersikan pada
fase air pada suhu yang sama dengan pengadukan mekanik atau
sonikasi (Singhal et al., 2011). Terdapat pengaruh kecepatan
pengadukan, waktu emulsifikasi, dan kondisi pendinginan terhadap
ukuran partikel dan nilai zeta potensial. Peningkatan kecepatan
pengadukan lebih berpengaruh pada nilai Polydispersity Index (PI)
dibanding pada penurunan ukuran partikel. Dengan metode ini,

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
9

kualitas dispersi masih kurang baik karena masih dijumpai


mikropartikel dan untuk penggunaan metode ultrasound, terdapat
kemungkinan kontaminasi logam (Mäder, 2006).
b. High Pressure Homogenization
Metode High Pressure Homogenization menggunakan
tekanan tinggi (100-2000 bar) untuk mendorong lipid cair melalui
celah sempit. Pada umumnya konsentrasi lipid yang digunakan 5
sampai 10%. Pada metode ini digunakan shear stress dan cavitation
sebagai gaya yang dapat merubah pertikel menjadi ukuran submikron.
Terdapat dua pendekatan dalam proses pembentukan sistem NLC
menggunakan metode HPH, yaitu Hot Homegenization Technique
dan Cold Homegenization Technique. Pada kedua teknik ini, pertama
obat dilarutkan atau didispersikan pada lipid yang dileburan pada
suhu 5-10º C diatas titik leburnya.
Pada Hot Homegenization Technique, bahan aktif yang telah
didispersikan pada lelelah lipid didispersikan pada larutan surfaktan
encer pada suhu yang sama dengan pengadukan menggunakan high
shear device seperti Ultra-Turrax sehingga membentuk pre-emulsi
lalu dihomogenkan menggunakan piston gap homogenizer untuk
membentuk nanoemulsi o/w panas dan didinginkan pada suhu kamar.
Pada suhu kamar, lipid akan mengalamai rekristalisasi dan
membentuk nanopartikel. Pada Cold Homegenization Technique
terdapat perbedaan cara pendinginan dengan Hot Homegenization
Technique. Pada Cold Homogenization Technique, leburan lipid yang
telah berisi bahan aktif didinginkan secara cepat menggunakan es
atau nitrogen cair. Keuntungan dari teknik ini adalah untuk mencegah
degradasi bahan aktif oleh panas, partisi obat ke dalam fase air

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
10

selama proses homogenisasi, dan mengurangi paparan panas terhadap


sampel (Singhal et al., 2011).
c. Microemulsion Technique
Pada metode ini campuran lipid dileburkan terlebih dahulu
kemudian bahan aktif dimasukkan kedalam leburan lipid. Pada suhu
yang sama, siapkan campuran air, surfaktan, dan kosurfaktan untuk
membentuk fase air dan kemudain fase air dimasukkan ke dalam
leburan lipid dengan pengadukan sedang. Untuk menghasilkan
mikroemulsi dibutuhkan perbandingan yang tepat dari setiap bahan
yang digunakan. Mikroemulsi yang telah terbentuk kemudian
didispersikan ke dalam fase air dengan perbanding mikroemulsi
panas dan fase air (1:25 – 1:50) dengan kecepatan pengadukan
sedang (Singhal et al., 2011).
d. Solvent Emulsification-Evaporation Technique
Pada metode ini, bahan-bahan lipofilik dan bahan aktif yang
hidrofob dilarutkan dalam pelarut organik yang tidak campur dengan
air (contoh : sikloheksana, diklorometana, toluena, dan kloroform)
kemudian larutan tersebut diemulsifikasikan ke dalam fase air
menggunakan High Speed Homogenizer untuk meningkatkan
efisiensi emulsifikasi, emulsi yang terbentuk dilewatkan pada
microfluidizer. Tahap akhir adalah penguapan pelarut organik dengan
pengadukan mekanik pada suhu kamar sehingga diperoleh presipitasi
lipid nanopartikel (Singhal et al., 2011).
e. Solvent Emulsification-Diffusion Technique
Pada metode ini, pelarut yang digunakan adalah pelarut yang
campur sebagian dengan air, misalnya : benzil alkohol, butil laktat,
etil asetat, dll. Pada awalnya, baik pelarut maupun air harus dalam
keadaan jenuh untuk menjamin keseimbangan termodinamik dari

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
11

kedua cairan. Leburan lipid kemudian dilarutkan dalam air jenuh


pelarut organik (fase organik/ fase internal) dan kemudian
diemulsifikasi ke dalam pelarut organik jenuh air yang mengandung
emulgator dengan diaduk menggunakan magnetic stirrer sehingga
membentuk sistem emulsi o/w, emulsi ini kemudian diencerkan
dengan air (1:5-1:10) agar pelarut berdifusi ke dalam fase air dan
kemudian terjadi agregasi lipid nanopartikel. Kondisi ini dilakukan
pada suhu kamar atau suhu dibawah kelarutan lipid dengan kecepatan
pengadukan yang dipertahankan konstan. Tahap akhir adalah proses
penghilangan pelarut dengan vacuum distillation atau lyophilization
(Singhal et al., 2011).

2.1.4 Karakterisasi NLC


Karakterisasi lipid dalam sistem NLC sangat penting dilakukan
untuk mengetahui adanya perubahan sifat lipid yang dipengaruhi oleh
parameter pembuatan atau adanya interaksi dengan bahan-bahan
pembentuk sistem dan bahan aktif. Parameter penting dalam karakterisasi
NLC adalah ukuran partikel, bentuk partikel, jenis modifikasi lipid, dan
derajat kristalisasi Modifikasi lipid dan derajat kristalisasi sangat
berhubungan dengan penjebakan obat dan kecepatan pelepasan (Mäder,
2006).

2.1.4.1 Ukuran partikel NLC


Ukuran partikel NLC dapat diamati dengan menggunakan
beberapa alat seperti Photon correlation spectroscopy (PCS), Laser
Diffraction (LD), Atomic force microscopy (AFM), dan Transmission
Electron Microscopy (TEM), Scanning Electron Microscopy (SEM),
Scanning Tunneling Microscopy (STM) dan Freeze Fracture Electron

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
12

Microscopy (FFEM). PCS dan LD menggunakan prinsip efek hamburan


cahaya yang digunakan untuk menghitung ukuran partikel. Perhitungan
yang tidak pasti dapat terjadi pada partikel yang berbentuk nonspheric.
Kedua metode ini memiliki keterbatasan dalam pengkuran partikel
dengan populasi ukuran partikel yang berbeda. Sementara TEM dapat
mengukur ukuran partikel secara langsung. (Mäder, 2006).

2.1.4.2 Morfologi partikel NLC


Untuk mengetahui morfologi partikel NLC, dapat digunakan
Transmission Electron Microscopy (TEM) yang mampu memenunjukkan
mikrostruktur seperti misel, kristalin, emulsi, dan nanopartikel (Hou et al.,
2003). Selain TEM, dapat digunakan Scanning Electron Microscopy
(SEM). Metode SEM dilakukan dengan cara mengencerkan sampel
dengan aqua destilata kemudian diletakkan pada plat alumunium yang
telah dilapisi pita karbon pada kedua sisinya dan dikeringkan dalam
desikator. Sampel kemudian dilapisi emas agar terkonduksi dan diamati
pada tegangan 25kV (Vitorino et al., 2011). Pada penelitian sebelumnya,
diketahui morfologi partikel SLN-APMS dengan lipid setil alkohol
berbentuk spheric sementara lipid asam stearat berbentuk oval
(Rahmawan et al., 2012).

2.1.4.3 Efisiensi penjebakan


Efesiensi penjebakan atau entrapment efficiency (Ee) adalah
presentase bahan aktif yang terjebak di dalam partikel lipid. Untuk bahan
aktif yang bersifat lipofilik biasanya memiliki nilai Ee antara 90-98%.
Pada penelitian sebelumnya, diketahui efisiensi penjebakan APMS dalam
sistem SLN dengan lipid setil alkohol adalah 68,54% (Rahmawan et al.,
2012).

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
13

entrapment efficiency (Ee) dan Drug Loading Capacity (L) dapat


dihitung dengan persamaan berikut :

= 100%


= 100%

Keterangan :
Wa : Jumlah obat yang ditambahkan ke dalam sistem
Ws : Jumlah bahan obat bebas dalam supernatan
Wl : Jumlah lipid yang digunakan dalam sistem

2.1.4.4 Tipe NLC (Muller et al., 2002)


Terdapat tiga tipe NLC yang dipengaruhi oleh proses pembuatan
dan komposisi campuran matriks lipid yang terbentuk. Tiga tipe tersebut
yaitu :
a. The Imperfect Type
Tipe ini dapat mengakomodasi lebih banyak bahan aktif karena
susunan matriksnya yang tidak sempurna. Tipe ini dapat diperoleh dengan
cara mencampur lipid padat dengan sejumlah kecil minyak. Disebabkan
oleh perbedaan panjang rantai antara asam lemak dan campuran mono-,
di-, dan triasilgliserol tipe NLC ini tidak dapat membentuk struktur kristal
yang teratur (Souto and Müller, 2007).
b. The Amorphous Type
Tipe ini diperoleh dengan mencampur lipid khusus yang tidak
mengalami rekristalisasi lagi setelah homogenisasi dan pendinginan
seperti hydroxyoctacosanylhydroxystearate dan isopropyl myristate. Lipid
ini mampu membentuk partikel lipid yang amorf yang dapat menghindari
terjadinya rekristalisasi dan menurunkan kebocoran obat karena matriks
lipid mempertahankan bentuk α-polimorfisme (Souto and Müller, 2007).

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
14

c. The multiple type


Tipe ini hampir sama dengan emulsi w/o/w yang pada tipe ini
terdiri dari minyak dalam lipid padat dalam dispersi air dimana matriks
lipid padat mengandung nanokompartemen tipis dari minyak. Tipe ini
dapat diperoleh dengan cara mencampur lipid padat dengan jumlah
minyak yang tinggi. Tipe NLC dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2. 1 Tipe struktur NLC (Mäder, 2006)

2.2 Pelepasan
Profil pelepasan obat merupakan suatu parameter penting
untuk desain dan evaluasi suatu sistem penghantaran obat (Mühlen
et al., 1997). Pelepasan obat dari partikel lipid terjadi secara difusi
dan bersamaan dengan degradasi partikel lipid dalam tubuh (Mäder,
2006; Dubey, 2012). Modifikasi profil pelepasan obat sebagai fungsi
dari matriks lipid, kadar surfaktan, dan parameter produksi dapat
mungkin dilakukan untuk mendapatkan profil pelepasan yang
diinginkan. Dengan mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut
profil pelepasan obat dari NLC dapat dibuat menjadi pelepasan
tertunda, pelepasan dipercepat, atau keduanya jika diinginkan
terdapat dosis inisial pada penggunaan obat (Müller et al., 2000).

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
15

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mühlen et al.


(1997) profil pelepasan bahan obat dari matriks lipid dapat diatur
berdasarkan sifat dasar lipid, suhu produksi, dan konsentrasi
surfaktan yang digunakan. Suhu yang tinggi dan konsentrasi
surfaktan yang tinggi dapat menghasilkan profil pelepasan segera
(brust release). Kelarutan bahan obat dalam fase air pada suhu
kamar juga mempengaruhi profil pelepasan obat. Saat kelarutan obat
pada fase air menurun selama proses pendinginan, obat akan
mengalami re-partisi ke dalam fase lipid yang juga mengalami
penurunan suhu, inti partikel lipid yang mengalami kristalisasi
selama pendinginan tidak dapat menampung obat, sehingga obat
akan berada pada permukaan partikel lipid dan akan menghasilkan
pelepasan segera (brust release).
Pada sistem NLC dimana terdapat penambahan lipid cair
pada sistem, memiliki kelebihan dalam hal penjebakan akibat
penurunan modifikasi keteraturan kisi kristal dan karena bahan obat
pada umumnya memiliki kelarutan yang lebih besar pada lipid
cair/minyak dibandingkan lipid padat. Kapasitas penjebakan yang
tinggi lebih baik ini juga dapat menghasilkan profil pelepasan
prolonged release (Chen et al., 2010).
Pada sistem NLC ini obat dapat memiliki dua pelepasan yaitu
kelarutan pada fase air untuk bahan obat yang tidak terjerap matriks,
dan mekanisme difusi untuk bahan obat yang terjebak matriks lipid.
Untuk bahan bahan obat yang terlepas dari fase air, pelepasannya
bergantung terhadap kelarutannya dalam fase air, maka persamaan
yang digunakan untuk menentukan jumlah obat yang terlepas adalah
persamaan Noyes and Witney :

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
16

= . ( − )………………………………………….(1)

Dimana dC/dt adalah jumlah obat yang terlepas per satuan


waktu, K adalah konstanta pelepasan orde satu, C adalah kadar obat
yang terlarut, dan Cs adalah kelarutan bahan obat.
Pelepasan bahan aktif dari matriks menggunakan persamaan
yang dikembangkan oleh Higuchi berdasarkan hukum Fick pertama
dan kemudian diterapkan untuk difusi obat padat yang terdispersi
dalam bentuk matriks yang homogen.

Persamaan dari Hukum Higuchi :


/
= [ (2 − ) . ] ………………………………(2)

. . /
= …………………………………………...(3)

Berdasarkan persamaan (3) tersebut jumlah obat yang lepas


adalah sebanding dengan akar kuadrat A (jumlah obat dalam
matriks), Cs adalah kelarutan obat dalam matriks, dan t adalah
waktu. Laju pelepasan dQ/dt dari persamaan diatas dapat
digambarkan dengan membuat kurva hubiungan antara Q (jumlah
obat yang terlepas per satuan waktu) dan √ (waktu). Slope yang
diperoleh merupakan fluks pelepasan yang menujukkan banyaknya
obat yang lepas per satuan waktu. Laju pelepasan dQ/dt dapat diatur
kecepatannya dengan meningkatkan Cs (kelarutan obat) (Sinko and
Singh, 2011).

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
17

2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi profil
pelepasan obat dalam sistem NLC, yaitu:
1. Jenis lipid dan afinitas bahan aktif terhadap pembawa
Komposisi matriks lipid yang berbeda akan menghasilkan
profil pelepasan yang berbeda. Setiap jenis lipid memiliki susunan
kristal dan modifikasi kristal, titik lebur, nilai hydrophilic
lypophilic balance (HLB) yang berbeda. Hal tersebut
menyebabkan afinitas bahan aktif yang akan dijebak menjadi
berbeda untuk setiap jenis lipid yang berbeda (Dubey, 2012).
Semakin besar afinitas pembawa terhadap bahan obat maka
semakin kecil pelepasan dari pembawa. Sebaliknya, obat yang
memiliki afinitas kecil terhadap pembawa maka jumlah obat yang
dilepaskan juga semakin besar (Sinko and Singh, 2011).
2. Kelarutan bahan aktif dalam lipid
Kelarutan bahan obat merupakan penentu pelepasannya dari
sediaan, dan ketika kelarutan obat bergantung pada pH, maka
adanya perubahan pH lingkungan menyebabkan perubahan
kelarutan obat dan merubah pula mekanisme pelepasannya
(Badaway and Hussain, 2007).
3. Ukuran partikel sistem koloid
Ukuran partikel suatu sistem koloid merupakan faktor
krusial pada pelepasan bahan obat selain faktor di dalam
partikelnya (Dubey, 2012). Semakin besar ukuran partikel sistem,
maka jarak difusi yang perlu ditempuh molekul bahan aktif
terlepas dari sistem semakin besar, sehingga pelepasan dapat
diperlambat.
4. Viskositas

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
18

Viskositas mempengaruhi mobilitas atau kemudahan


pergerakan bahan aktif untuk terlepas dari pembawa. Semakin
viskus sediaan, akan semakin besar hambatan pelepasan yang
berakibat semakin lama waktu difusi bahan aktif, begitu pula
sebaliknya (Anggraeni et al., 2012).

2.2.2 Uji pelepasan (Waghmare, 2012)


Terdapat dua metode uji pelepasan obat secara in vitro, yaitu :
a. Tabung Dialisis
NLC ditempatkan dalam tabung dialysis prewashed yang
dapat ditutup kedap udara. Tabung didialisis dalam media disolusi
yang sesuai pada suhu kamar , sampel dikeluarkan dari media
disolusi pada interval waktu yang sesuai, disentrifugasi dan
dilakukan analisis kadar obat menggunakan metode analisis yang
sesuai (spektrofotometri UV-VIS, HPLC, dll). Kondisi sink perlu
dijaga dalam media disolusi. Kekurangan metode ini adalah
kurangnya pengenceran langsung sistem SLN atau NLC oleh
media disolusi.
b. Franz Diffusion Cell
Sistem SLN atau NLC ditempatkan dalam chamber donor dari
Franz Diffusion Cell dan ditutup menggunakan membran selofan,
kemudian didialisis menggunakan media disolusi yang sesuai
(simulasi cairan lambung/usus/plasma) pada suhu kamar. Sampel lalu
dikeluarkan dari media disolusi pada interval waktu yang sesuai dan
dilakukan analisis kadar obat menggunakan metode instrumental
yang sesuai. Kondisi sink media perlu dipertahankan.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
19

2.3 Asam p-Metoksisinamat


Asam p-Metoksisinamat (APMS) merupakan senyawa aktif hasil
hidrolisis dari etil p-Metoksisinamat (EPMS) yang berasal dari ekstrak
tanaman Kampferia galanga atau kencur
Nama Kimia : 4-Methoxy cinnamic acid, 4-Methoxycinnamate, P-
Hidroxy Methyl Cinnamate, P-Methoxy cinnamic acid.
Rumus molekul :CH2OC6H4CH=CHCO2H
Rumus Bangun :

Gambar 2. 2 Struktur Asam p-Metoksisinamat

Pemerian : kristal jarum berwarna putih


BM : 178,1846
Titik didih : 317ºC (Chemical dictionary)
Titik Lebur : 173-175 ºC
Log P : 2,68
pKa : 4,04
Stabilitas : stabil dalam suhu ruangan dan tekanan normal.
APMS merupakan bentuk aktif dari EPMS dan mempunyai
aktivitas analgesic dan antiinflamasi (Vittalrao, 2011). Mekanisme kerja
APMS sebagai analgesic antiinflamasi adlaah dengan hambatan pada
enzim siklooksigenase 1 dan 2 (COX-1 dan COX-2) (Umar, 2012).

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
20

2.4 Setil alkohol (Rowe et al., 2009)


Sinonim : Alcohol cetylicus; 1-hexadecanol; n-hexadecyl alcohol
Nama kimia : Hexadecan-1-ol
Berat Molekul : 242.44
Rumus Molekul : C16H34O
Rumus Bangun :

Gambar 2. 3 Struktur Setil Alkohol

Pemerian : merupakan substansi dari lilin, berbentuk serpihan


putih, granul, kubus, memiliki karakter bau yang menyengat dan tidak
berasa.
Titik didih : 316-344ºC
Titik lebur : 45-52 ºC
Densitas : 0,908 g/cm3
Kelarutan : mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan
meningkat dengan peningkatan suhu, praktis tidak larut dalam air, pada
saat melebur dapat campur dengan lemak, parafin padat atau cair dan
isoporpil miristat.
Viskositas : ≈ 7 mPa s (7 cP) pada 50 ºC
Stabilitas dan penyimpanan : setil alkohol stabil dengan adanya
asam, basa, cahaya, atau udara, tidak berubah menjadi tengik. Disimpan
dalam wadah tertutup rapat dan tempat yang kering.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
21

2.5 Asam oleat (Rowe et al., 2009)


Sinonim : 9,10-octadecenoic acid; asam cis-9-octadecenoat;
Acidum oleicum; Crodolene; Crossential 094; Emersol; Glycon.
Nama kimia : (Z)-9-Octadecenoic acid
Berat Molekul : 282.47
Rumus Molekul : C18H34O2
Rumus Bangun :

Gambar 2. 4 Struktur Asam Oleat

Pemerian : minyak dengan warna kekuningan hingga coklat


pucat, minyak lipid dengan bau dan rasa menyerupai lemak.
Titik didih : 286 ºC pada 13.3 kPa (100 mmHg) (mengalami
dekomposisi pada 80–100 ºC)
Titik lebur : 13-14 ºC
Densitas : 0,895 g/cm3
Kelarutan : campur dengan benzene, kloroform, etanol (95%),
eter, heksana, minyak atsiri, dan fixed oil, praktis tidak larut dalam air.
Viskositas : 26 mPa s (26 cP) pada 25 ºC
Stabilitas dan penyimpanan : dengan adanya paparan udara, asam
oleat secara bertahap mengabsorbsi oksigen, warna semakin gelap, dan
bau semakin menyengat, pada tekanan atmosfer, akan mengalami
dekomposisi jika dipanaskan pada suhu 80–100 ºC.

2.6 Tween 80 (Rowe et al., 2009)


Sinonim : Polisorbat 80

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
22

Nama kimia : Polyoxyethilene 20 sorbitan mono oleate


Berat Molekul : 1310
Rumus Molekul : C64H124O26
Rumus Bangun :

Gambar 2. 5 Struktur Tween 80

Pemerian : mempunyai bau khas dan rasa pahit yang hangat, pada
suhu 25 ºC berwarna kuning.
Titik didih 149 ºC
Kelarutan : mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan etil
asetat, tidak larut dalam paraffin cair dan minyak lemak.
Viskositas : 425 mPa s pada 25 ºC
Stabilitas dan penyimpanan : stabil terhadap elektrolit, asam, dan
basa lemah, terjadi saponifikasi dengan adanya asam atau basa kuat.
Merupakan ester asam oleat yang sensitiv terhadap oksidasi. Bersifat
higroskopis dan apabila akan digunakan, harus diukur kandungan airnya
dan dikeringkan bila perlu. Dapat membentuk peroksida bersama
surfaktan polioksietilen lainnya. Disimpan dalam wadah tertutup rapat
dan ditempat yang kering dan sejuk.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Radomska and
Dobrucki (2000) tween 80 pada sistem NLC dengan lipid cair Epicurone

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
23

135 secara signifikan memiliki viskositas yang lebih rendah dibandingkan


dengan sistem NLC dengan tween 60.
2.7 Propilenglikol (Rowe et al., 2009)
Sinonim :1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-
hydroxypropanol; methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-
diol; propylenglycolum
Nama kimia : 1,2-Propanediol
Berat Molekul : 76,09
Rumus Molekul : C3H8O2
Rumus Bangun :

Gambar 2. 6 Struktur Propilenglikol

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, berasa


manis, sedikit berasa pahit menyerupai gliserin
Titik didih : 188ºC
Titik lebur : -59 ºC
Densitas : 1.038 g/cm3 pada 20ºC
Kelarutan : campur dengan aseton, kloroform, etanol (95%),
gliserin, dan air; larut pada 6 bagian eter; tidak campur dengan minyak
mineral dan fixed oil, namun dapat melarutkan beberapa minyak esensial.
Tegangan permukaan : 40,1mN/m (40.1 dynes/cm) pada 25 ºC
Viskositas : 58,1 mPa s (58,1 cP) pada 20 ºC

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
24

Stabilitas dan penyimpanan : pada suhu dingin, propilenglikol stabil pada


wadah yang tertutup rapat, namun pada suhu tinggi dan keadaan terbuka,
dapat menyebabkan oksidasi menghasilkan propionaldehid, asam laktat,
asam piruvat, dan asam asetat. Secara kimia stabil ketika dicampur
dengan etanol (95%), gliserin, atau air; larutan dalam air dapat
disterilisasi dengan autoklaf.
Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa propilenglikol dapat
mempengaruhi ukuran partikel NLC dan stabilitas fisika. NLC dengan
penambahan propilenglikol memiliki ukuran partikel yang lebih kecil
(188,40 ± 2,72 nm) dibandingkan NLC tanpa propilenglikol (193 ±
1,33 nm) yang berakibat pada peningkatan stabilitas fisika NLC (Loo et
al.,2012).

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Uraian Kerangka Konseptual


NLC sebagai generasi baru dari SLN merupakan sistem lipid
nanopartikel yang menggabungkan lipid padat dan lipid cair sebagai
pembawa. Adanya lipid cair pada sistem NLC dapat menurunkan
keteraturan kisi kristal dari matriks lipid yang terbentuk sehingga NLC
memiliki kelebihan dalam hal mengakomodasi lebih banyak obat dan
menurunkan resiko kebocoran selama penyimpanan (Souto and Müller,
2007; Zhuang et al., 2010). Efektifitas penjerapan yang baik pada NLC
dapat menghasilkan profil pelepasan prolonged release dan meningkatkan
stabilitas bahan obat, selain itu penggunaan lipid sebagai sistem pembawa
dapat ditoleransi dengan baik oleh kulit sehingga dapat menurunkan
resiko iritasi selama penggunaan (Souto and Müller, 2007).
Sifat-sifat bahan yang digunakan dalam penyusunan sistem NLC
sangat berpengaruh pada karakter fisika kimia, stabilitas, dan profil
pelepasan NLC yang dibuat. Profil pelepasan obat merupakan suatu
parameter penting untuk desain dan evaluasi suatu sistem penghantaran
obat (Mühlen et al., 1997). Profil pelepasan obat merupakan fungsi dari
matriks lipid, kadar surfaktan, dan parameter pembuatan. Dengan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi profil pelepasan obat,
dapat dilakukan modifikasi profil pelepasan dengan mengubah faktor-
faktor tersebut (Müller et al., 2000). Selain itu untuk mendapatkan
pelepasan yang optimal, kelarutan bahan aktif dalam pembawa harus
diperhatikan, dimana bahan aktif harus mendekati kelarutan jenuhnya
(Donovan and Flanagan, 1996).
25

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
26

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hu et al. (2005)


dan Woo et al. (2014), Penggunaan asam oleat sebagai minyak dalam
NLC berperan penting dalam menurunkan proses kristalisasi dan
meningkatkan penurunan modifikasi keteraturan kristal asam stearat, serta
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pelepasan bahan
aktif dalam sistem NLC. Perbedaan titik lebur antara lipid padat dan lipid
cair menyebabkan proses kristalisasi lipid padat terjadi lebih awal dan
menyebabkan lipid cair berada pada bagian luar matriks bersama bahan
obat dan membentuk drug-enrich shell yang dapat memicu profil
pelepasan segera. Konsentrasi asam oleat di bawah 15% dalam kombinasi
bersama asam stearat pada sistem NLC merupakan faktor utama yang
mempengaruhi profil pelepasan obat pada tahap awal pelepasan,
sementara konsentrasi asam oleat 30% merupakan konsentrasi optimal
yang dapat memberikan efisiensi penjerapan 69,95% dengan kapasitas
muatan 3,5%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar asam
oleat pada karakter dan profil pelepasan NLC-APMS dengan lipid setil
alkohol dan asam oleat yang terbentuk dengan mengubah kadar asam
oleat pada empat formulasi yaitu 0%; 0,5%; 1%; dan 1,5% asam oleat
dari total emulsi. Lipid padat setil alkohol, pada penelitian sebelumnya
diketahui bahwa setil alkohol dapat menghasilkan efektivitas penjerapan
yang lebih besar dan ukuran partikel yang lebih kecil daripada SLN yang
dibuat dari lipid asam stearat (Rahmawan et al., 2012). Untuk
meningkatkan stabilitas droplet yang dihasilkan, digunakan Tween 80
sebagai surfaktan dan propilenglikol sebagai kosurfaktan. Dalam
formulasi sistem ini terdapat tiga bahan yang dapat berfungsi sebagai
enhancer yaitu Tween 80, propilenglikol, dan asam oleat sehingga dapat
meningkatkan penetrasi bahan aktif melalui stratum korneum. Sebagai

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
27

model obat, digunakan Asam p-Metoksisinamat (APMS) yang akan


dijerap dalam sistem NLC untuk meningkatkan efektifitasnya sebagai
analgesik antiinflamasi dengan profil pelepasan dua fase, yaitu brust
release dan prolonged release.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
28

3.2 Kerangka Konseptual

Nanostructured Lipid Carrier (NLC)

Metode pembuatan Komponen Penyusun

Kosurfaktan : Lipid Surfaktan :


Propilenglikol Tween 80

Lipid cair : Lipid padat :


Asam Oleat Cetil Alkohol

- Penurunan keteraturan kisi


kristal
- Menurunkan tegangan
permukaan
- Bentuk polimorfisme

Karakter Sistem NLC

- Efektifitas penjebakan
- Kapasitas penjebakan
- Ukuran partikel

Profil pelepasan

Meningkatkan efektivitas obat

Gambar 3. 1 Skema Kerangka Konseptual

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Bahan Penelitian


Bahan-bahan yang digunakan dalam penlitian ini bila tidak
dinyatakan lain, memiliki kemurnian pharmaceutical grade, antara
lain asm p-metoksisinamat, setil alkohol, asam oleat, tween 80,
propilenglikol, etanol pro analisis, dan aquadest. Dapar asetat pH 4,2
± 0,2 dibuat dari C2H4O2 (asam asetat glasial) dan C2H3NaO2
(Natrium asetat anhidrat) pro analisis. Dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05
dibuat dari Na2HPO4 (Narium fosfat dibasa) dan NaH2PO4 (natrium
fosfat monobasa) pro analisis.

4.2 Alat Penelitian


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
Ultra-Turax High Shear Homogenizer, One Fourier Transform
Infrared (FTIR), Spektrometer Perkin Elmer Instrument, Differential
Thermal Analysis (DTA), DelsaTM Nano Submicron Particle Size
and Zeta Potential Dynamic Light Scattering, pH meter, Double
Beam UV Spectrophotometer Shimadzu UV-1800, rangkaian alat uji
disolusi (pengaduk bentuk paddle) Erweka Tipe DT 820, sel difusi
dengan membran selofan, magnetik stirrer, hot plate Dragon Lab
MS H-Pro, neraca analitik, penangas air, dan alat-alat gelas.

29

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
30

4.3 Prosedur Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris
dengan tujuan menentukan pengaruh kadar asam oleat (0%; 0,5%;
1%; 1,5%) pada pelepasan APMS dari sistem NLC.
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah melakukan
analisis kualitatif bahan penelitian, yaitu APMS, setil alkohol, dan
asam oleat. Kemudian dilakukan pembuatan kurva baku APMS
dalam larutan dapar asetat 4,2 ± 0,2 dan dalam larutan dapar fosfat
7,4 ± 0,05. Tahap selanjutnya adalah pembuatan sistem NLC, yang
kemudian diuji karakteristiknya dan uji pelepasan APMS dari sistem
NLC. Penentuan uji pelepasan dilakukan dengan mengamati nilai
serapan APMS pada panjang gelombang maksimum menggunakan
spektrofotometri UV-Vis, sehingga diperoleh nilai serapan yang
kemudian digunakan untuk mengetahui profil dan laju pelepasan
(fluks) APMS dari sistem NLC. Dilakukan replikasi sebanyak tiga
kali. Tahap akhir merupakan analisis data menggunakan one way
ANNOVA.
Skema kerja dapat dilihat pada gambar 4.1

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
31

Pemeriksaan kualitatif bahan penelitian

Pembuatan Kurva Baku APMS :


Dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 dan larutan
dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05

Pembuatan sistem SLN-NLC dengan lipid 10%

Formula I : Formula III : Formula IV : Formula V :


SLN-APMS NLC-APMS NLC-APMS NLC-APMS
dengan lipid setil dengan Asam dengan asam oleat dengan asam oleat
alkohol oleat 0,5 % 1% 1,5 %

Uji Karakteristik sistem NLC : Uji Pelepasan :


- Organoleptis - Pengukuran APMS yang terlepas dari
- Ukuran partikel sistem NLC
- Viskositas - Perhitungan jumlah kumulatif APMS yang
- Efisiensi Penjebakan terlepas dari sistem NLC
- pH - Perhitungan laju pelepasan (fluks) APMS
yang terlepas dari sistem.

Analisis Data

Gambar 4. 1 Skema Kerja Penelitian

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
32

4.3.1 Analisis kualitatif bahan penelitian


Pemeriksaan kualitatif bahan penelitian meliputi APMS, setil
alkohol, dan asam oleat. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan sertifikat
analisis srta pemeriksaan berikut:
1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual meliputi
pemeriksaan bentuk, warna, dan bau. Hasil yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan sertifikat analisis.
2. Spektra serapan inframerah
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan teknik pellet
KBr pada panjang gelombang (λ) 400-4000 cm-1. Sebanyak 1 mg zat
digerus dengan 100 mg serbuk KBr kering kemudian
ditekan/dikompresi dengan penekan hidrolik yang dilengkapi dengan
alat penarik uap air agar diperoleh lempeng tipis yang ditembus
cahaya. Lempeng dipindai pada panjang gelombang 400-4000 cm-1.
Spektra inframerah yang diperoleh dari sampel dibandingkan dengan
spektra inframerah dari pustaka (Depkes RI, 1995).
3. Pemeriksaan suhu lebur
Penentuan suhu lebur dilakukan dengan alat Differetial
Thermal Analysis (DTA). Bahan ditimbang 3-5 mg dan dimasukkan
ke dalam sample pan, kemudian ditutup. Sample pan kemudian
dimasukkan dalam sample holder. Sebagai sample pan digunakan
Alumunium crucible dengan suhu maksimal 350ºC. Program
pemanasan dijalankan dengan laju 5ºC/menit, waktu kesetimbangan
setelah suhu awal melebur tercapai. Hasil pengujian suhu lebur yang
diperoleh dibandingkan dengan pustaka (Depkes RI, 1995: O’Neil
2001).

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
33

4.3.2 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH


4,2 ± 0,2
a. Pembuatan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2
Untuk penentuan efisiensi penjebakan digunakan larutan
dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 yang dibuat dengan menambahkan 368
mL asam asetat 0,2 M (diperoleh dengan mengencerkan 11,5 mL
asam asetat glasial dalam 1 L aqua bebas CO2) ke dalam 132 mL
Na asetat 0,2 M (diperoleh dengan melarutkan 16,4 gram Na
asetat anhidrat dalam 1 L aqua bebas CO2) kemudian
ditambahkan 5,8 gram NaCl dan selanjutnya ditambahkan
aquadest hingga volum 1 L.
b. Pembuatan larutan baku induk APMS 100 ppm
Ditimbang dengan seksama 10,0 mg APMS, dilarutkan
dalam 10,0 mL etanol kemudian ditambahkan larutan dapar
asetat pH 4,2 ± 0,2 sampai volume 100,0 mL pada labu ukur dan
dikocok sampai homogen.
c. Pembuatan larutan baku kerja APMS
Dibuat larutan baku kerja PAMS melalui pengenceran
larutan baku induk APMS dengan larutan dapat asetat pH 4,2 ±
0,2 sehingga diperoleh larutan baku kerja dengan konsentrasi
0,15; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0 dan 12,0 ppm. Larutan ini kemudian
digunakan untuk menentukan panjang gelombang maksimal
APMS dan membuat kurva baku. Digunakan larutan blanko
dapar asetat pH 4,2 ± 0,2.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
34

Tabel IV. 1 Larutan Baku Kerja APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2
Kadar APMS Volume Larutan Baku Volume akhir Pengenceran
dalam Larutan Induk yang Dipipet dengan Dapar Asetat pH 4,2 ±
(μg/mL) (mL) 0,2
1,0 0,5 50,0
2,0 0,5 25,0
4,0 1,0 25,0
5,0 0,5 10,0
8,0 2,0 25,0
12,0 3,0 10,0

d. Penentuan panjang gelombang maksimal


Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan menggunakan larutan
baku kerja APMS konsentrasi 2,0 dan 12,0 μg/mL. nilai absorbsi
tiap-tiap konsentrasi diamati dengan spektrofotomtri UV-VIS pada
rentang panjang gelombang 200-400 nm. Sebagai blanko digunakan
dapar asetat pH 4,2 ± 0,2. Panjang gelombang maksimum adalah
panjang gelombang dengan serapan maksimum.
e. Penentuan persamaan kurva baku
Kurva baku dibuat dengan melakukan pengukuran larutan baku kerja
pada panjang gelombang maksimum terhadap blanko yang berisi
media solusi. Dari hasil pengamatan dibuat kurva serapan vs kadar,
kemudian dibuat perssamaan regresi y= bx + a (kadar sebagai aksis
dan serapan sebagai ordinat). Linieritas ditunjukkan dengan harga r,
dikatakan linier bila harga r yang diperolah lebih besar dari nilai r
tabel.

4.3.3 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat


a. Pembuatan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05
Sebagai media difusi digunakan larutan dapar fosfat pH 7,4 ±
0,05 yang dibuat dengan menambahkan 50,0 mL NaH2PO4 0,2 M

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
35

(diperoleh dengan melarutkan 27,589 gram NaH2PO4 dalam 1 L


aqua bebas CO2) ke dalam 450,0 mL NaH2PO4 0,1 M (diperoleh
dengan melarutkan 14,196 NaH2PO4 dalam 1 L aqua bebas CO2)
dan ditambahkan aquadest hingga volume 1 L.
b. Pembuatan larutan baku induk APMS 100 ppm
Ditimbang dengan seksama 10,0 mg APMS, dilarutkan
dalam 10,0 mL etanol kemudian ditambahkan larutan dapar
fosfat pH 7,2 ± 0,05 sampai volume 100,0 mL pada labu ukur
dan dikocok sampai homogen.
c. Pembuatan larutan baku kerja APMS
Dibuat larutan baku kerja APMS melalui pengenceran
larutan baku induk APMS dengan larutan dapat fosfat pH 7,2 ±
0,05 sehingga diperoleh larutan baku kerja dengan konsentrasi
0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10; 12,0; 15,0; 20,0 dn 30,0 μg/mL.
Larutan ini kemudian digunakan untuk menentukan panjang
gelombang maksimal APMS dan membuat kurva baku.
Digunakan larutan blanko dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05.

Tabel IV. 2 Larutan Baku Kerja APMS dalam Dapar Fosfat pH 7,2 ± 0,05
Kadar APMS Volume Larutan Baku Volume akhir Pengenceran
dalam Larutan Induk yang Dipipet dengan Dapar Asetat pH 4,2 ±
(μg/mL) (mL) 0,2
0,5 0,5 100,0
1,0 0,5 50,0
2,0 0,5 25,0
4,0 1,0 25,0
6,0 3,0 50,0
8,0 2,0 25,0
10,0 1,0 10,0
12,0 3,0 25,0
15,0 15,0 100,0
20,0 2,0 10,0

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
36

d. Penetuan panjang gelombang maksimum


Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan
menggunakan larutan baku kerja APMS konsentrasi 2,0 dan 12,0
μg/mL. nilai absorbsi tiap-tiap konsentrasi diamati dengan
spektrofotomtri UV-VIS pada rentang panjang gelombang 200-
400 nm. Sebagai blanko digunakan dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05.
Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang
dengan serapan maksimum.
e. Penentuan persamaan kurva baku
Kurva baku dibuat dengan melakukan pengukuran larutan
baku kerja pada panjang gelombang maksimum terhadap blanko
yang berisi media solusi. Dari hasil pengamatan dibuat kurva
serapan vs kadar, kemudian dibuat perssamaan regresi y= bx + a
(kadar sebagai aksis dan serapan sebagai ordinat). Linieritas
ditunjukkan dengan harga r, dikatakan linier bila harga r yang
diperolah lebih besar dari nilai r tabel.

4.3.4 Pembuatan NLC


a. Formulasi sistem NLC

Tabel IV. 3 Formulasi Sistem NLC


Konsentrasi Formula
Bahan Fungsi
I II III IV
APMS Bahan aktif 8,7 %* 8,7 % 8,7 % 8,7 %
Setil alkohol Lipid padat 10 % 9,5 % 9% 8,5 %
Asam oleat Lipid cair - 0,5 % 1% 1,5 %
Tween 80 Surfaktan 12 % 12 % 12 % 12 %
propilenglikol Ko- 20 % 20 % 20 % 20 %
surfaktan
Dapar asetat Fase air Ad 40 Ad 40 Ad 40 Ad 40
mL mL mL mL
Keterangan : *% b/v

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
37

b. Cara pembuatan NLC


NLC-APMS dibuat dengan melebur lipid pada suhu 60ºC
menggunakan hot plate dalam gelas beker, kemudian
ditambahkan APMS sambil diaduk perlahan dengan
menggoyang-goyangkan beker hingga APMS larut. Lalu
ditambahkan tween 80 panas, kemudian diaduk dengan Ultra-
Turax High Shear Homogenizer dengan kecepatan 3200 rpm
selama 2 menit pada suhu 60 ± 0,5ºC. Setelah ditambahkan
propilenglikol panas dan diaduk lagi dengan kecepatan dan
waktu yang sama, lalu ditambahkan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2
panas hingga volum 20,0 mL. setelah itu dilakukan High Shear
Homogenization selama 8 menit dengan kecepatan 24000 rpm.
Tahap selanjutnya adalah tahap pendinginan yang dilakukan
dengan cara memindahkan emulsi tersebut dari High Shear
Homogenizer ke aats hot plate, kemudian diaduk menggunakan
magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm hingga mencapai
suhu kamar. Tahap akhir adalah penimbangan NLC yang
diperoleh untuk mengetahui berat akhir NLC. Skema pembuatan
sistem SLN maupun NLC dapat dilihat pada gambar 4.2.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
38

Setil Alkohol + Asam Oleat Dapar asetat pH 4,2 ± 0,2

Lelehkan pada suhu 60ºC di atas


hot plate

+ APMS (asam p-Metoksi sinamat)


Panaskan pada
suhu 70 ºC di
+ Tween 80 panas (70 ± 0,5 ºC) atas hot plate

Aduk dengan Ultra-Turax


Homogenizer 3400 rpm selama 2’
dengan suhu 90 ± 0,5 ºC)

+ Propilenglikol panas (70 ± 0,5 ºC)

Aduk dengan Ultra-Turax


Homogenizer 3400 rpm selama 2’
dengan suhu 70 ± 0,5 ºC)

Fase lipid + Dapar asetat panas pH 4,2 ±


0,2 ad 40,0 mL

High Shear Homogenization selama 8’


dengan kecepatan 24000 rpm

Pre-emulsi
Aduk menggunakan magnetic
stirrer 500 rpm hingga
mencapai suhu kamar
NLC-APMS

Gambar 4. 2 Skema Pembuatan NLC dengan Metode High Shear


Homogenization

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
39

4.3.5 Uji homogenitas dan perolehan kembali APMS dalam sistem


SLN dan NLC
Uji homogenitas dan perolehan kembali dilakukan dengan
menimbang 50,0 mg sediaan SLN atau NLC APMS pada gelas beker,
kemudian ditambahkan 1 mL etanol dan ±5 mL dapar asetat. Campuran
tersebut kemudian disonikasi selama 30 menit untuk merusak sistem SLN
dan NLC sehingga baik APMS yang terjebak dalam matrik maupun yang
berada pada fase air dapat terlarut. Setelah disonikasi, ditambahkan dapar
asetat pH 4,2 ± 0,2 ad tepat tanda dalam labu ukur 25,0 mL. larutan
disaring menggunakan kertas saring, kemudian dpipet 5,0 mL dan
diencerkan kembali ad 25,0 mL dalam labu ukur 25,0 mL. hasil
pengenceran disaring menggunakan milipore. Larutan yang telah disaring
kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 200-400 nm. Serapan yang diperoleh dikonversikan menjadi
kadar dengan memasukkan ke dalam persamaan garis regresi yang telah
diperoleh dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2. Dilakukan tiga kali
repliasi untuk setiap sediaan kemudian dihitung nilai simpangan baku dan
% KV nya.

4.3.6 Uji karakteristik NLC


1. Pemeriksaan organoleptis NLC
Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual
meliputi pemeriksaan warna, bau, dan konsistensi SLN.
2. Pemeriksaan ukuran NLC
Pemeriksaan ukuran partikel rata-rata dan distribusi
ukuran partikel NLC dilakukan dengan menggunakan
DelsaTM Nano. Sistem NLC yang diencerkan menggunakan
aqua bebas CO2 kemudian dimasukkan dalam kuvet dan

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
40

dilakukan pengamatan pada sudut 165º dan suhu 25ºC. Data


yang dihasilkan merupakan ukuran partikel yang dihitung
dari fluktuasi rata-rata intensitas hamburan cahaya.
3. Penentuan pH
Penetuan pH dilakukan menggunakan alat pH meter
dengan cara sebagai berikut : pH meter dikalibrasi
menggunakan larutan dapar standar pH 4,0 lalu elektroda
dibersihkan dan dikeringkan. Ditimbang 1 gram NLC lalu
diencerkan dengan 9 mL aqua bebas CO2, diaduk
menggunakan magnetic stirrer sampai homogen. Kemudian
elektroda dimasukkan ke dalam NLC yang telah diencerkan,
terakhir amati dan catat angka yang ditunjukkan oleh pH
meter.
4. Penentuan viskositas
Penentuan viskositas dilakukan untuk melihat
kekentalan NLC yang dihasilkan akibat pengaruh
penambahan bahan lain seperti surfaktan dan akibat pengaruh
metode pembuatan. Pengukuran viskositas dilakukan
menggunakan alat viscometer Brookfiled Cone and Plate
dengan kecepatan putar 20 rpm. sejumlah sampel
dimasukkan ke dalam gelas kemudian dicelupi rotor yang
sesuai. Alat dijalankan dan amati angka yang tertera pada
skala.
5. Uji efisiensi penjebakan
Uji efisiensi penjebakan dilakukan dengan menimbang
100 mg dspersi NLC yang diencerkan dengan 10,0 mL dapar
asetat pH 4,2 ± 0,2 dan ditempatkan pada tabung kaca,
kemudian disentrifugasi selama 45 menit dengan kecepatan

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
41

1000 rpm. Supernatant diambil dan dianalisis dengan


spektrofotometer untuk mengetahui APMS yang tidak
terjebak. Selanjutnya kadar APMS yang tidak terjebak dalam
sistem NLC (Cf) dihitung dengan persamaan kurva baku.
Jumlah bahan aktif yang terjebak dalam NLC (DE = Drug
Entrapment) dihitung dengan rumus :

(%) = 100%

Ct adalah konsentrasi awal APMS yang digunakan


dalam membuat suspensi. Selanjutnya dihitung rata-rata dan
harga simpangan baku efisiensi penjebakan APMS dalam
sistem NLC.

4.3.7 Uji pelepasan APMS dari sistem NLC


a. Pembuatan media disolusi
Media disolusi yang digunakan adalah dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05.
Cara pembuatan dapar fosfat adalah dengan menambahkan 50,0 mL
NaH2PO4 0,2 M (diperoleh dengan melarutkan 27,589 gram NaH2PO4
dalam 1 L aqua bebas CO2) ke dalam 450,0 mL NaH2PO4 0,1 M
(diperoleh dengan melarutkan 14,196 NaH2PO4 dalam 1 L aqua bebas
CO2) dan ditambahkan aquadest hingga volume 1 L.
b. Penyiapan membran difusi
Membran difusi yang digunakan dalam uji pelepasan APMS dari
sistem NLC ini adalah membran selofan. Cara preparasinya adalah
dengan menggunting membran sesuai ukuran disk kemudian direndam

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
42

dengan aquadest satu malam (± 12 jam). Sesaat sebelum digunakan,


membran ditiriskan sampai tidak ada air yang menempel.

c. Perangkat alat uji pelepasan


Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam laju pelepasan
APMS dari sistem NLC adalah rangkaian alat uji disolusi Hanson-
Research SR-6 yang dilengkapi dengan sel difusi serta pengaduk
berbentuk paddle.
Sel difusi terbuat dari bahan stailess steel berbentuk silinder pipih.
Tempat penampung sampel mempunyai garis tengah 2,9 cm dengan tebal
0,4 cm. sebagai pengaman untuk mencegah kebocoran, sel difusi
dilengkapi dengan karet penyekat berbentuk ring sebagai penghubung
antara tempat sampel dengan penghubungnya.
d. Penyiapan sel difusi
Gelas arloji dan sudip ditimbang dalam kondisi kosong kemudian
NLC-APMS ditimbang ± 2 gram. Selanjutnya sel difusi diisi dengan
NLC-APMS dan permukaannya diratakan dengan sudip. Menimbang
kembali gelas arloji dan sudip beserta sisa NLC-APMS, kemudian
dihitung jumlah NLC-APMS yang masuk pada sel difusi. Diatasnya
dipasang ring penyekat dari karet unutk mencegah kebocoran, lalu diklem
dengan lempengan sel yang lain dnegan rapat.
e. Pengukuran APMS yang terlepas dari sistem SLN dan NLC
Sel difusi yang telah berisi NLC-APMS dimasukkan dalam tabung
uji disolusi yang berisi larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebanyak 500
mL. suhu percobaan diatur pada 32ºC ± 0,5 ºC, paddle diputar dengan
kecepatan 100 rpm. Larutan sampel diambil sebanyak 5,0 mL
menggunakan spuit injeksi pada waktu 0, 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120,
180, 240, 300, 360, 420, 480, 540, 600 dan 660 menit. Setiap

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
43

pengambilan sampel diganti dengan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05


dengan jumlah dan suhu yang sama. Cuplikan diamati serapannya
menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang
maksimum APMS sesuai penentuan panjang gelombang maksimum
APMS dalam dapar fosfat. Konsentrasi APMS dalam cuplikan dihitung
dengan menggunakan persamaan regresi kurva baku APMS dalam dapar
fosfat pH 7,4 ± 0,05. Untuk memperhitungkan pengenceran 5,0 mL media
pelepasan, kadar terukur dikoreksi dengan persamaan Wurster :


= + ( )

Keterangan :
Cn : Kadar sebenarnya setelah dikoreksi
C’n : Kadar terbaca (hasil perhitungan dari nilai serapan sample yang tebaca
pada spektrofotometer dalam ppm)
Cs : kadar terbaca dari sampel sebelumnya
Vs : Volume sampel
Vm : Volume media

f. Penentuan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari sistem


SLN dan NLC
Penentuan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari sistem NLC
per satuan luas membran (μg/cm2) tiap waktu diperoleh dari konsentrasi
(μg/mL) yang diperoleh setiap waktu ditambah koreksi Wurster kemudian
dikalikan dengan jumlah media (500 mL) dan selanjutnya dibagi luas
permukaan membran.
g. Penentuan profil pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC
Dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif APMS yang
terlepas per satuan luas membran (μg/cm2) terhadap akar waktu (menit1/2)
dari setiap sistem NLC.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
44

h. Penentuan kecepatan pelepasan (fluks) APMS dari sistem SLN


dan NLC
Dari gambar profil pelepasan APMS yang dihasilkan, ditentukan
keadaan steady state terlebih dahulu, selanjutnya dibuat persamaan regresi
pada daerah steady state tersebut. Berdasarkan hukum difusi Higuchi,
slope dari persamaan regresi tersebut merupakan kecepatan pelepasan
(fluks) APMS dari sistem NLC. Kondisi steady state adalah kondisi
dimana membran berada dalam keadaan jenuh atau proses difusi sudah
berjalan konstan.

4.4 Analisis Data

4.4.1 Perhitungan parameter pelapasan APMS dari sistem NLC


a. Penentuan Jumlah Kumulatif APMS yang Terlepas dari Sistem
NLC
Penentuan jumlah kumulatif APMS yang terlepas per satuan luas
membran tiap waktu (μg/cm2), dihitung dari konsentrasi yang diperoleh
setiap waktu (μg/mL) ditambah faktor koreksi Wurster kemudian
dikalikan dengan jumlah media (500 mL) dan selanjutnya dibagi luas
permukaan membran. Langkah berikutnya dibuat kurva hubungan antara
jumlah kumulatif APMS yang terlepas (μg/cm2) terhadap akar waktu
(menit1/2).
b. Penentuan profil pelepasan APMS dari sistem NLC
Profil pelepasan APMS pada suhu 32ºC ± 0,5 ºC merupakan rerata
hubungan antara jumlah APMS yang terlepas (μg/cm2) vs akar waktu
(menit1/2). Data diperoleh dari replikasi tiga kali pengamatan.
c. Penentuan kecepatan pelepasan (fluks) APMS dari sistem NLC

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
45

Dari kurva yang dihasilkan antara jumlah kumulatif APMS yang


terlepas (μg/cm2) vs akar waktu (menit1/2) jika mengikuti persamaan linier
maka fluks ditentukan dengan menghitung slope dari persamaan garis
linier. Namun, jika kurva yang dihasilkan mengikuti persamaan non linier,
maka fluks ditentukan dengan menghitung area dibawah kurva pelepasan
APMS. Area dibawah kurva dihitung menggunakan rumus trapesium.

4.4.2 Analisis statistika


Harga laju pelepasan (Fluks) APMS dianalisis dengan statistika
menggunakanmetode analisis varian (ANOVA) satu arah untuk
mengetahui apakah ada perbedaan fluks yang bermakna antara sistem
SLN dan NLC. Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai harga F hitung
yang kemudian dibandingkan dengan F table dan dilakukan uji HSD
(Honestly Significant Difference).

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian


Untuk memastikan bahwa bahan-bahan pembentuk sistem SLN
maupun NLC memiliki kemurnian yang sesuai dengan pustaka, maka
dilakukan pemeriksaan kualitatif APMS, setil alkohol, dan asam oleat
untuk kemudian dibandingkan dengan pustaka. Uji kualitatif tersebut
terdiri dari organoleptis, profil spektra inframerah, dan termogram DTA.

5.1.1 Pemeriksaan kualitatif APMS


Hasil pemeriksaan spektra IR dan suhu lebur APMS dapat dilihat
pada gambar 5.1, gambar 5.2 dan 5.3. Berdasarkan hasil pemeriksaan
kualitatif APMS yang dapat dilihat pada table V.1, spektra APMS
dibandingkan dengan spektra IR APMS dari pustaka, terlihat bahwa
APMS yang digunakan dalam penelitian memberikan serapan beberapa
gugus pada bilangan gelombang yang sesuai dengan rentang dalam
pustaka, begitu juga hasil pemeriksaan suhu lebur menggunakan DTA
yang sesuai dengan suhu lebur dalam pustaka.

Gambar 5. 1 Hasil pemeriksaan spektra IR APMS

46

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
47

Gambar 5. 2 Spektra IR APMS berdasarkan pustaka


(www.sigmaaldrich.com)

Gambar 5. 3 Termogram DTA APMS

Tabel V. 1 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel APMS


Pemeriksaan Pengamatan Pustaka
Organoleptis Serbuk berwarna putih Serbuk berwarna putiha)
Suhu Lebur 174,1oC 173 – 175oCb)
Identifikasi spektra Bilangan gelombang (cm-1) Bilangan gelombang (cm-1)c):
inframerah :
Gugus :
-C=O 1687,19 1640-1820
-C-O 1116,29;1191,27;1217,22 1110-1300
1254,31
-C=C alkena 1623,23 1600-1650
-C=C aromatik 1598,20 1475-1600
O-H karboksilat 2847,18 2400 – 3400
Keterangan :
a) Pustaka berdasarkan sertifikat analisis yang didapatkan
b) Chemicalland21.com
c) Fessenden & Fessenden, 1999

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
48

5.1.2 Pemeriksaan kualitatif setil alkohol


Hasil pemeriksaan spektra IR setil alkohol dan spektra IR
berdasarkan pustaka dapat dilihat pada gambar 5.4, gambar 5.5, dan
gambar 5.6. Berdasarkan kualitatif setil alkohol yang dapat dilihat pada
table V.2, terlihat bahwa setil alkohol yang digunakan dalam penelitian
memberikan serapan beberapa gugus pada bilangan gelombang yang
sesuai dengan rentang dalam pustaka, namun suhu lebur setil alkohol
berbeda 0,8 oC dari rentang yang terdapat dalam pustaka.

Tabel V. 2 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel setil alkohol


Pemeriksaan Pengamatan Pustaka (Rowe et al., 2009)
Organoleptis Butiran berwarna putih Butiran berwarna putih
Suhu Lebur 53,8oC 47-53 oC
Identifikasi spektra Bilangan gelombang (cm-1) : Bilangan gelombang (cm-1):
inframerah
Gugus :
-C=O 1686,27 1640-1820
-C-O 1116,31; 1172,28; 1191,30; 1110-1300
1217,29; 1254,28; 1288,33
-C=C alkena 1622,29 1600-1650
-C=C aromatik 1512,30; 1598,28 1475-1600
O-H karboksilat 2848,27; 2971,26 2400 – 3400
O-H alkohol 3466,26 3400 – 3650

Gambar 5. 4 Hasil pemeriksaan spektra IR setil alkohol

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
49

Gambar 5. 5 Spektra IR setil alkohol berdasarkan pustaka


(sdbs.db.aist.go.jp)

Gambar 5. 6 Termogram DTA setil alkohol

5.1.3 Pemeriksaan kualitatif asam oleat


Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif asam oleat yang dapat
dilihat pada table V.3, asam oleat yang digunakan dalam penelitian
memberikan serapan beberapa gugus pada bilangan gelombang yang
sesuai dengan rentang dalam pustaka. Hasil pemeriksaan spektra IR asam
oleat dan spektra IR berdasarkan pustaka dapat dilihat pada gambar 5.7
dan gambar 5.8.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
50

Tabel V. 3 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel asam oleat


Pemeriksaan Pengamatan Pustaka
Cairan kental berwarna Cair berwarna kekuningan
Organoleptis
kuning kecoklatan coklat.
Identifikasi spektra IR Bilangan gelombang (cm-1) : Bilangan gelombang (cm-1)a):
Gugus :
-C=O 1737,18 1640-1820
-C-O 1171,32 1110-1300
-C=C alkena 1640,30 1600-1650
-C=C aromatik 1473,18 1475-1600
O-H karboksilat 2917,20 2400 – 3400
Keterangan :
a) Fessenden & Fessenden, 1999

Gambar 5. 7 Hasil pemeriksaan spektra IR asam oleat

Gambar 5. 8 Spektra IR asam oleat berdasarkan pustaka


(sdbs.db.aist.go.jp)

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
51

5.2 Penentuan kurva baku APMS


Penentuan kurva baku APMS dilakukan dalam dua larutan yaitu
larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sebagai fase air pada sistem SLN mapun
NLC dan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebagai media uji pelepasan.

5.2.1 Kurva baku dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2


Kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ini
digunakan untuk perhitungan kadar dalam uji homogenitas dan efisiensi
penjebakan sistem SLN dan NLC. Tahapan penentuan kurva baku APMS
dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 µ= 0,998 adalah dengan menentukan
panjang gelombang maksimum APMS dan kemudian penentuan kurva
baku APMS.

5.2.1.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum dalam


dapar asetat pH 4,2 ± 0,2
Panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar asetat pH
4,2 ± 0,2 ditentukan dengan melakukan scanning seperti pada gambar 5.9
terhadap larutan baku kerja APMS pada kadar 1 ppm dan 12 ppm.
Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum APMS
diperoleh panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar asetat 304,0
nm.

5.2.1.2 Hasil Penentuan kurva baku APMS dalam larutan dapar


asetat pH 4.2 ± 0.2
Kurva baku APMS diperoleh dari hasil pengukuran serapan
larutan baku kerja APMS dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2 dengan
berbagai kadar pada panjang gelombang maksimum APMS dalam larutan
dapar asetat (304,0 nm). Hasil pengukuran larutan baku kerja APMS
dapat dilihat pada tabel V.4. Berdasarkan hasil perhitungan gabungan dari

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
52

tiga kali replikasi diperoleh persamaan regresi y= 0.1348x - 8.429 x10-3


dengan koefisien korelasi 0.9998.

APMS 12 ppm

APMS 1 ppm

Gambar 5. 9 Profil serapan larutan baku kerja APMS pada larutan dapar
asetat pH 4,2 ± 0,2

Tabel V. 4 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar
asetat pH 4.2 ± 0.2 pada panjang gelombang maksimum 304,0 nm
Kadar (ppm) Serapan
0,1563 0,018
1,0200 0,128
2,0400 0,264
4,0800 0,536
6,1200 0,817
8,1600 1,094
12,2400 1,641

1.5
serapan

1 y = 0.1348x - 0.0084
R² = 1
0.5

0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000
kadar (ppm)
Gambar 5. 10 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar asetat pH
4.2 ± 0.2

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
53

5.2.2 Kurva baku dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05


Tahapan penentuan kurva baku APMS dalam dapar fosfat pH 7,4
± 0,05 adalah dengan menentukan panjang gelombang maksimum APMS
dan kemudian penentuan kurva baku APMS.

5.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum


Panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar asetat
ditentukan dengan melakukan scanning terhadap larutan baku kerja
APMS pada kadar 0,5 ppm dan 15 ppm yang berbeda pada panjang
gelombang 200-400 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum
APMS diperoleh panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar
fosfat 285,0 nm seperti yang terlihat pada gambar 5.11

APMS 15ppm

APMS 0.5ppm

Gambar 5. 11 Profil serapan larutan baku kerja APMS dalam larutan


dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
54

5.2 Hasil penentuan kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat
pH 7.4 ± 0.05
Kurva baku APMS diperoleh dari hasil pengukuran serapan
larutan baku kerja APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05
dengan kadar 0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10,0; 12,0; 5,0; 20,0; 30,0 ppm
pada panjang gelombang maksimum APMS dalam larutan dapar fosfat
(285,0 nm). Berdasarkan hasil perhitungan gabungan dari tiga kali
replikasi diperoleh persamaan regresi y = 0.11610x + 0.0285 dengan
koefisien korelasi 0.99895.

Tabel V. 5 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar
fosfat pH 7.4 ± 0.05 pada panjang gelombang maksimum 285,0 nm
Kadar (ppm) Serapan
0.505 0.0530
1.010 0.1090
2.020 0.2350
4.040 0.4780
6.060 0.7430
8.080 0.9700
10.100 1.2280
12.120 1.5010
15.150 1.8390
20.200 2.4310

3
serapan

2
y = 0.115x + 0.020
1 R² = 0.994

0
0 10 20 30 40
kadar (ppm)
Gambar 5. 12 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar fosfat pH
7.4 ± 0.05

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
55

5.3 Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan terhadap serapan


APMS
Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan terhadap serapan APMS
dilakukan dengan scanning panjang gelombang dapar asetat pH 4,2 ±
0,2, larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, APMS dalam dapar asetat pH 4,2
± 0,2, APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, SLN base, NLC
base, SLN APMS, serta NLC APMS.

Gambar 5. 13 Serapan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2, APMS, SLN


base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar asetat
pH 4,2 ± 0,2

Gambar 5. 14 Serapan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, APMS, SLN


base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar fosfat
pH 7,4 ± 0,05

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
56

Berdasarkan hasil scanning panjang gelombang, diketahui


bahwa bahan-bahan yang digunakan pada sistem SLN maupun NLC tidak
mempengaruhi serapan APMS pada panjang gelombang maksimalnya.

5.4 Hasil uji homogenitas dan peroleh kembali APMS dalam


sistem SLN maupun NLC

Tabel V. 6 Hasil perolehan kembali APMS dalam sistem SLN-NLC


dengan lipid setil alkohol:asam oleat
Formula Rata-rata Perolehan % KV
kembali ± SB (%)
(10:0)-APMS 114,48 ± 1,16 1,02
(9,5:5)-APMS 105,94 ± 1,48 1,40
(9:1)-APMS 104, 38 ± 0,18 0,17
(8,5:1,5)-APMS 102,46 ± 1,25 1,22

Dari keempat formula, berdasarkan table V.6 diatas uji


homogenitas APMS berada pada rentang 102,46-114,48% kadar yang
memenuhi persyaratan penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan jadi
yaitu 80-120% (ICH Harmonised Tripartite Guidline, 2005) dan memiliki
nilai %KV 0,18-1,48% yang menunjukkan proses pembuatan sistem SLN
maupun NLC memiliki presisi yang baik.

5.5 Penentuan Karakteristik Sistem SLN-NLC APMS


Dilakukan penentuan karakteristik SLN-APMS maupun NLC-
APMS berupa orgnaoleptis, ukuran partikel, pH, viskositas, serta efisiensi
penjebakan.

5.5.1 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS


Hasil pemerikasaan organoleptis sistem SLN-APMS dan NLC-
APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.7 berikut.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
57

Tabel V. 7 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS


dengan lipid setil alkohol:asam oleat
Pengamatan
Formula
Warna Bau Konsistensi
Setengah padat,
(10:0)-Base Putih Tidak berbau
kental
Setengah padat,
(9,5:5)- Base Putih Tidak berbau
kental
(9:1)- Base Putih Tidak berbau Setengah padat, encer
(8,5:1,5)- Base Putih Tidak berbau Setengah padat, encer
Setengah padat,
(10:0)-APMS Putih Tidak berbau
kental
Setengah padat,
(9,5:5)-APMS Putih Tidak berbau
kental
Putih Setengah padat,
(9:1)-APMS Tidak berbau
kekuningan kental
Putih Setengah padat,
(8,5:1,5)-APMS Tidak berbau
kekuningan kental

Berdasarkan hasil pemeriksaan organoleptis, pada formula SLN


maupun NLC base, semakin tinggi kadar asam oleat, semakin encer
konsistensi sediaan, dan pada penamban APMS, terjadi perubahan warna
menjadi putih kekuningan pada peningkatan jumlah asam oleat pada
sistem NLC.

5.5.2 Hasil pengukuran ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS


Hasil pemerikasaan ukuran partikel sistem SLN-APMS dan
NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.8 dan
gambar 5.15. berdasarkan pengukuran partikel menggunakan Delsa Nano,
semakin tinggi kadar asam oleat dalam rasio lipid, semakin kecil ukuran
partikel matriks lipid.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
58

Ukuran partikel rata-rata (nm) 4500


4000
3500
3000
2500
2000
Base
1500
1000 APMS
500
0
(10:0) (9,5:0,5) (9:1) (8,5:1,5)
SLN dan NLC kadar lipid 10% (setil alkohol:asam
oleat)

Gambar 5. 15 Diagram ukuran partikel sistem SLN dan NLC APMS


dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat)

Tabel V. 8 Ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS


Formula Rerata ukuran partikel ± SB %KV
Base 2267,67 ± 222,72 9,82
SLN
APMS 2336,4 ± 1118,203 47,86
Base 2896,56 ± 1539,54 53,15
NLC (95:5)
APMS 1620,36 ± 289,78 17,88
Base 1482,6 ± 231,89 15,64
NLC (90:10)
APMS 338,1 ± 7,35 2,17
Base 1347,03 ± 196,01 14,55
NLC (85:15)
APMS 276,8 ± 49,43 17,86

5.5.3 Hasil pengukuran polydispersity index (pi) ukuran partikel


sistem SLN-NLC APMS
Hasil pemerikasaan homogenitas ukuran partikel sistem SLN-
APMS dan NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel
V.9 berikut dan gambar 5.16. berdasarkan gambar 5.16 terlihat pada

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
59

peningkatan kadar asam oleat, baik pada formula SLN maupun NLC
mengalami penurunan nilai PI yang menunjukkan distribusi ukuran
partikel yang semakin homogen.

Tabel V. 9 Homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS


Formula PI ± SB %KV
Base 0,633 ± 0,028 4,47
SLN
APMS 0,759 ± 0,213 28,05
Base 0,768 ± 0,259 33,83
NLC (95:5)
APMS 0,596 ± 0,049 8,30
Base 0,474 ± 0,03 6,68
NLC (90:10)
APMS 0,155 ± 0,002 1,84
Base 0,476 ± 0,052 10,95
NLC (85:15)
APMS 0,157 ± 0,021 13,98

1.2
Polydispersity Index (PI)

0.8

0.6
Base
0.4 APMS
0.2

0
(10:0) (9,5:0,5) (9:1) (8,5:1,5)
SLN-NLC kadar lipid 10% (setil alkohol:asam oleat)

Gambar 5. 16 Diagram homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC


APMS dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat)

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
60

5.5.4 Hasil pengukuran pH sistem SLN-NLC


Hasil pemerikasaan pH sistem SLN-APMS dan NLC-APMS
pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.10 berikut:

Tabel V. 10 pH sistem SLN-NLC APMS


Formula PI ± SB %KV
Base 4.08 ± 0.094 0.518
SLN
APMS 4.12 ± 0.037 1.499
Base 4.12 ± 0.412 0.237
NLC (95:5)
APMS 4.13 ± 0.041 1.648
Base 4.12 ± 0.068 0.988
NLC (90:10)
APMS 3.97 ± 0.009 2.304
Base 4.09 ± 0.061 0.915
NLC (85:15)
APMS 3.96 ± 0.021 1.016

5.5.5 Hasil penentuan viskositas sistem SLN-NLC


Hasil penentuan viskositas formula SLN dan NLC APMS dapat
dilihat pada tabel V.11 berikut:

Tabel V. 11 Viskositas sistem SLN-NLC APMS


Formula Viskositas (cps)
SLN-APMS 982,4
NLC (95:5) –APMS 1170
NLC (90:10) –APMS 1105
NLC (85:15) –APMS 801,9

Pada tabel V.11 dapat dilihat bahwa NLC(8,5:1,5) dengan kadar


asam oelat tertinggi memiliki nilai viskositas yang paling rendah, dan
NLC (9,5:0,5) dengan kadar asam oelat terendah memiliki viskositas yang
paling tinggi.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
61

5.5.6 Hasil penentuan efisiensi penjebakan sistem SLN-NLC


APMS
Hasil pemerikasaan ukuran partikel sistem SLN-APMS dan
NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.12.
Berdasarkan hasil uji HSD pada table V.13 dan histogram pada gambar
5.15 diketahui terdapat perbedaan efektivitas penjerapan yang signifikan
dari setiap formula. Semakin tinggi kadar asam oleat, semakin tinggi
efisiensi penjebakannya.

Tabel V. 12 Efisiensi Penjebakan Sistem SLN-NLC APMS


Rata-Rata EP ± SB
Formula % KV
(%)
SLN-APMS 13.463 ± 0.2953 2.19
NLC (95:5)-APMS 17.15 ± 0.3730 2.17
NLC (90:10)-APMS 18.39 ± 0.0890 0.48
NLC (85:15)-APMS 27.60± 0.4229 1.53

30
Efisiensi Penjebakan (%)

25
20
15
10
5
0
SLN-APMS NLC (95:5)- NLC (90:10)- NLC (85:15)-
APMS APMS APMS
formula

Gambar 5. 17 Diagram efisiensi penjebakan sistem SLN dan NLC APMS

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
62

Tabel V. 13 Hasil Uji HSD Efisiensi Penjerapan


Hasil Uji HSD untuk derajat kepercayaan (α)
Sampel N 0.05
1 2 3 4
SLN 3 1.34633
NLC95 3 1.71457
NLC90 3 1.83927
NLC85 3 2.79457
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

5.6 Hasil Uji Pelepasan APMS dari Sistem SLN-NLC


Hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari
masing-masih formula dalam dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 dapat dilihat
selengkapnya pada lampiran. Hasil profil uji pelepasan dari keempat
formula kemudian dibandingkan dalam bentuk grafik dan dihitung laju
pelepasan (flux) APMS dari masing-masing formula. Nilai flux keempat
formula kemudian dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dengan uji
HSD untuk mengetahui apakah ada perbedaan flux yang signifikan antara
keempat formula.

5.6.1 Penentuan profil pelepasan


Perbanding profil pelepasan sistem SLN-APMS maupun NLC-
APMS dapat dilihat pada gambar 5.17.

5.6.2 Hasil perhitungan laju pelepasan (fluks) apms dari sistem


SLN-NLC
Hasil Perhitungan Laju pelepasan APMS dalam sistem SLN dan
NLC dapat dilihat pada tabel V.14. Berdasarkan hasil uji HSD pada table
V.15, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada flux

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
63

dari keempat formula karena nilai signifikan level (0,285) lebih besar dari
0,05.

1200

1000
Jumlah kumulatif/cm2 (µg/cm2)

800
NLC(85:15)-APMS
600
NLC(90:10)-APMS

400 NLC(95:5)-APMS

200 SLN-APMS

0
0 200 400 600 800
-200

-400
Waktu (menit)

Gambar 5. 18 Kurva hubungan antara waktu (menit) dan jumlah


kumulatif APMS yang lepas dari sistem SLN maupun NLC

Tabel V. 14 Laju pelepasan APMS dalam sistem SLN-NLC


Rata-rata laju pelepasan
Formula % KV
± SB (µg/cm2.menit)
SLN-APMS 1,2758 ± 0,0562 4,4071
NLC (95:5)-APMS 1,2296 ± 0,0918 7,4701
NLC (90:10)-APMS 1,4101 ± 0,0823 5,8382
NLC (85:15)-APMS 1,2538 ± 0,1272 10,14811

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
64

Laju Pelepasan (µg/cm2.menit) 1.6


1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
(10:0) (9,5:5) (9:1) (8,5:1,5)
Formula

Gambar 5. 19 Histogram laju pelepasan APMS dari sistem SLN maupun


NLC

Tabel V. 15 Hasil uji ANOVA satu arah laju pelepasan APMS dari sistem SLN
dan NLC
Rata-rata
Jumlah kuadrat df kuadrat F Sig.
Antar grup .059 3 .020 1.509 .285
Dalam grup .104 8 .013
Total .162 11

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB VI
PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris


yang bertujuan untuk membandingkan efektivitas sistem SLN dan NLC
dalam hal ini laju pelepasan APMS sebagai model obat dari sistem SLN
dan NLC dengan kadar lipid 10% pada setiap formula. Sistem SLN tidak
mengandung asam oleat dan sistem NLC dibuat dengan perbedaan rasio
setil alkohol : asam oleat.
Tahap awal penelitian ini adalah melakukan uji kualitatif APMS,
setil alkohol, dan asam oleat untuk mengetahui kemurnian ketiga bahan
tersebut melalui pemeriksaan organolpetis, spektra IR dan suhu lebur
untuk kemudian dibandingkan dengan pustaka. Berdasarkan hasil
pemeriksaan kualitatif organoleptis, spektra IR, maupun suhu lebur, baik
APMS, setil alkohol, maupun asam oleat memiliki karakteristik yang
sesuai dengan pustaka. Adapun perbedaan suhu lebur pada setil alkohol
yang digunakan dalam penelitian ini yang suhu leburnya lebih tinggi
0,8 C dari rentang pustaka, hal ini dapat disebabkan oleh kemurnian
bahan setil alkohol yang digunakan. Setil alkohol juga mengandung
stearil alkohol yang memiliki jumlah atom C lebih banyak sehingga dapat
meningkatkan suhu leburnya (Rowe et al., 2009)
Tahap selanjutnya adalah pembuatan sistem SLN maupun NLC
dengan cara panas menggunakan metode High Shear Homogenization
dengan alat Ultra-Turrax pada kecepatan 24000 rpm selama 8 menit
terbagi dalam empat cycle. Suhu pemanasan sangat penting diperhatikan
selama proses pembuatan untuk menghindari pemanasan berlebihan yang
dapat menurunkan stabilitas obat maupun sediaan akibat proses oksidasi.
65

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
66

Pada penetapan kadar APMS dalam uji homogenitas,


perhitungan efisiensi penjebakan, dan uji pelepasan, digunakan metode
spektrofotometri UV-VIS yang diawali dengan penentuan panjang
gelombang maksimal dan penetapan kurva baku. Penentuan panjang
gelombang maksimal dan pembuatan kurva baku APMS dilakukan dalam
larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sebagai fase air dan larutan dapar fosfat
pH 7,4 ± 0,05 sebagai media pada uji pelepasan. Kurva baku APMS
dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 digunakan untuk penetapan kadar
APMS pada uji homogenitas dan efisiensi penjebakan sistem SLN dan
NLC. Adapapun kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ±
0,05 digunakan untuk penetapan kadar APMS yang terlepas pada uji
pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC. Dari hasil penentuan
panjang gelombang maksimal, diperoleh panjang gelombang maksimal
(λ) APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 304,0 nm sementara
dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 diperoleh panjang gelombang
maksimal (λ) 285,0 nm. Perbedaan panjang gelombang maksimal APMS
dalam kedua larutan dapar tersebut disebabkan oleh adanya gugus OH
sebagai gugus auksokrom pada struktur asam asetat yang dapat
menggeser serapan maksimal APMS ke arah yang lebih panjang atau
disebut pergeseran batokromik (Pavia et al., 2009). Adapun persamaan
garis dari kedua kurva baku telah memenuhi persayratan linearitas.
Untuk memastikan bahwa bahan tambahan tidak mengganggu
serapan APMS, dilakukan pemeriksaan pengaruh bahan tambahan pada
serapan APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sebagai fase air
sistem dan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebagai media pada uji
pelepasan. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa bahan
penyusun sistem SLN maupun NLC tidak memberikan serapan APMS
pada panjang gelombang maksimalnya.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
67

Pada setiap pembuatan formula dilakukan tiga kali replikasi


untuk menjamin repetabilitas proses pembuatan yang ditunjukkan oleh
nilai simpangan baku atau %KV pada penetapan kadar APMS dalam
sediaan. Dari keempat formula, kadar APMS berada pada rentang 102,46-
114,48% kadar yang memenuhi persyaratan penetapan kadar bahan aktif
dalam sediaan jadi yaitu 80-120% (ICH Harmonised Tripartite Guidline,
2005) dan memiliki nilai %KV 0,18-1,48% yang menunjukkan proses
pembuatan sistem SLN maupun NLC dianggap memiliki repetabilitas
yang baik.
Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah penentuan
karakteristik sistem SLN maupu NLC meliputi pemeriksaan organoleptis,
ukuran partikel, pH, viskositas, dan efisiensi penjebakan. Pada
pemeriksaan organoleptis yang terdiri dari warna, bau, dan konsistensi,
dari keempat formula, terjadi penurunan konsistensi pada sistem NLC
base dengan rasio setil alkohol : asam oleat 9:1 dan 8,5:1,5. Hal ini dapat
disebabkan oleh peningkatan jumlah asam oleat sebagai lipid cair yang
dapat menurunkan keteraturan kisi kristal yang berakibat pada penurunan
titik lebur sistem NLC (Souto and Müller, 2007). Penurunan titik lebur
berbanding lurus dengan penurunan konsistensi suatu zat dari padat
menuju cair, oleh karena itu, peningkatan kadar asam oleat menurunkan
konsistensi sistem NLC. Sementara pada sistem NLC-APMS dengan
rasio setil alkohol : asam oleat 9:1 dan 8,5:1,5 memiliki warna putih
kekuningan dibanding formula lain yang berwarna putih. Perbedaan
warna ini dapat disebabkan oleh jumlah asam oleat yang berwarna kuning
lebih tinggi dibandingkan dengan formula lainnya.
Berdasarkan hasil pengukuran ukuran partikel rata-rata, SLN dan
NLC base terjadi penurunan ukuran partikel sebanding dengan
peningkatan jumlah asam oleat. Namun pada sistem SLN dan NLC

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
68

dengan APMS, SLN dengan APMS memiliki ukuran partikel yang lebih
besar dibandingkan dengan basenya. Pada sistem NLC dengan APMS,
terjadi penurunan ukuran partikel sebanding dengan peningkatan jumlah
asam oleat. Hal ini dapat mengalami proses pelarutan dalam asam oleat
karena APMS larut dalam pelarut organik (Bovine Metabolome Database,
2015). Sementara pada seluruh formula, diperoleh pH pada rentang 3,95-
4,13 yang memenuhi rentang pH sediaan maupun rentang pH kulit 4,00-
6,00 (Zlotogorski, 1987).
Penentuan efisiensi penjebakan APMS dalam sistem SLN
maupun NLC dilakukan dengan metode sentrifugasi. Berdasarkan analisis
statistik menggunakan ANOVA satu arah, terdapat perbedaan efisiensi
penjebakan secara bermakna dari keempat formula, semakin tinggi kadar
asam oleat semakin besar efisiensi penjebakannya. Formula NLC dengan
rasio setil alkohol : asam oleat 8,5:1,5 memiliki nilai efisiensi penjebakan
tertinggi yaitu 27.60 ± 0.4229% dan formula SLN memiliki efisiensi
penjebakan terendah yaitu 13.463 ± 0.2953%. Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya adalah asam oleat pada sistem yang
berfungsi sebagai lipid cair yang dapat menurunkan keteraturan kisi
kristal setil akohol sehingga dapat memuat bahan obat lebih banyak
(Zuang et al., 2010), selain itu asam oleat juga dapat melarutkan APMS
sehingga jumlah APMS yang terjebak dalam matriks lipid lebih besar
dibandingkan dengan sistem SLN yang tidak mengandung asam oleat.
Setelah penentuan karakteristik dilakukan, dilanjutkan dengan
uji pelepasan sistem SLN maupun NLC pada keempat formula. Uji
pelepasan dilakukan dengan tiga kali replikasi pada masing-masing
formula. Pada uji pelepasan keempat formula diperoleh jumlah kumulatif
APMS yang terlepas tidak berbeda bermakna dan berada pada rentang 32-
44%. Pada penelitain ini diketahi bahwa nilai efisiensi penjebakan APMS

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
69

dalam matriks lipid berada pada rentang 13-28% sehingga APMS yang
berada di fase air sekitar 72-87%, hal ini menujukkan bahwa obat yang
terlepas selama 720 menit dari keempat formula masih berasal dari fase
luar, yaitu fase air.
Berdasarkan hasil analisis statistik ANOVA satu arah, diketahui
tidak terdapat perbedaan bermakna pada laju pelepasan (flux) dari
keempat formula. Secara teori, laju pelepasan suatu obat dipengaruhi oleh
ukuran partikel, viskositas (Sinko and Singh, 2011), dan efisiensi
penjebakan obat dalam matriks lipid. Berdasarkan hukum difusi Fick II,
luas permukaan partikel berbanding lurus dengan jumlah obat yang
berdifusi (Sinko and Singh, 2011), semakin kecil ukuran partikel semakin
besar luas permukaannya sehingga jumlah yang berdifusi semakin besar.
Pada penelitian ini diperoleh ukuran partikel menurun seiring dengan
bertambahnya jumlah asam oleat, namun penurunan ukuran partikel ini
tidak memberikan pengaruh pada laju pelepasan APMS dari keempat
formula.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah afinitas bahan obat
dengan bahan pembawa. Semakin besar afinitas pembawa terhadap bahan
obat maka semakin kecil pelepasan dari pembawa. Sebaliknya, obat yang
memiliki afinitas kecil terhadap pembawa maka jumlah obat yang
dilepaskan juga semakin besar (Sinko and Singh, 2011). Adanya asam
oleat dalam penyusun matriks lipid menyebabkan afinitas APMS dalam
lipid lebih besar sehingga menghambat pelepasan.
Uji pelepasan pada penelitian ini merupakan hasil yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga afinitas APMS dalam asam
oleat dapat menghilangkan pengaruh ukuran partikel matriks lipid.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC
yang dengan kadar lipid 10% terdiri dari setil alkohol : asam oleat (10:0;
9,5:0,5; 9:1; dan 8,5:1,5), tween 80, dan propilenglikol selama 720 menit
disimpulkan bahwa peningkatan jumlah asam oleat belum mempengaruhi
laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC.

7.2 Saran
Perlu dilakukan uji pelepasan APMS yang lebih lama untuk
mengetahui pengaruh peningkatan jumlah asam oleat pada laju pelepasan
APMS dari sistem SLN dan NLC.

70

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR PUSTAKA

Bhaskar, K., Anbu, J., Ravichandiran, V., Venkateswarlu, V., & Rao, Y.
M. 2009. Lipid Nanoparticle for TranSBermal Delivery of Flurbiprofen:
Formulation, In Vitro, Ex Vivo and In Vivo Studies. BioMed Central ,
p.1-15.
Chen, C. C., Tsai, T. H., Huang, Z. R., & Fang, J. Y. 2010. Effects of
Lipophilic Emulsifiers on The Oral Administration of Lovastatin from
Nanostructured Lipid Carriers: Physicochemical Characterization and
Pharmacokinetics. European Journal of Pharmaceutics and
Biopharmaceutics Vol.74 , p.474-482.
Donovan, M. D., & Flanagan, D. R. 1996. Bioavailability of Disperse
Dosage Forms. In H. A. Lieberman, M. M. Rieger, & G. S. Banker,
Pharmaceutical Dosage Form: Disperse Sistem 2nd (pp. 315-370).
Marcel Dekker, Inc.
Dubey, A., P., P., & J., V. K. 2012. Nanostructured Lipid Carriers: A
Novel Topical Drug Delivery Sistem. International Journal of
PharmTech Research Vol.4 No.2 , p.705-714.
Hu, F. Q., Jiang, S. P., Du, Y. Z., Ye, Y. Q., & Zeng, S. 2005. Preparation
and Characterization of Stearic Acid Nanostructured Lipid Carriers by
Solvent Diffusion Method in An Aqueous Sistem. Colloids and Surfaces
B: Biointerfaces , p.167-173.
Kovacevic, A., Savic, S., Vuleta, G., Keck, C. M., & Müller, R. H. 2011.
Polyhydroxy Surfactants for The Formulation Of Lipid Nanoparticles
(SLN nad NLC): Effect on size, Physical Stability and Particle Matrix
Structure. International Journal of Pharmaceutics , p.163-172.
Li, B., & Ge, Z. Q. 2012. Nanostructured Lipid Carrier Improve Skin
Permeation and Chemical Stability of Idebenone. AAPS PharmSci Tech
Vol.13 No.1 , p.276-283.
Loo, C. H., Basri, M., Ismail, R., Lau, H. N., Tejo, B. A., Kanthimathi, M.
S., et al. 2013. Effect of Compositions in Nanostructured Lipid Carriers
(NLC) on Skin Hydration and Occlusion. International Journal of
Nanomedicine , p.13-22.
Mäder, K. 2006. Solid Lipid Nanoparticles as Drug Carriers. In V. P.
Torchilin, Nanoparticulate as Drug Carrier (pp. 187-205). London:
Imperial College Press.
Mühlen, A. Z., Schwarz, C., & Mehnert, W. 1997. Solid Lipd
Nanoparticles (SLN) for Controlled Drug Delivery-Drug Release nad
Release Mechanism. European Journal of Pharmaceutics and
Biopharmaceutics Vol.45 , p.149-155.

71

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
72

Müller, R. H., Mäder, K., & Gohla, S. 2000. Solid Lipid Nanoparticles
(SLN) for Controlled Drug Delivery- A Review of The State of The Art.
European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics , p.161-177.
Müller, R. H., Petersen, R. D., Hommos, A., & Pardeike, J. 2007.
Nanostructured Lipid Carriers (NLC) in Cosmetic Dermal Products
Vol.59. Advanced Drug Delivery Reviews , p.522-530.
Müller, R. H., Radtke, M., & Wissing, S. A. 2002. Solid Lipid
Nanoparticles (SLN) and Nanostructured Lipid Carriers (NLC) in
Cosmetic and Dermatological Preparation. Advance Drug Delivery
Reviews , p.S131-S155.
Qian, C., Decker, E. A., Xiao, H., & McClements, D. J. 2012. Solid Lipid
Nnao Particles : Effect of Carrier Oil and Emulsifier Type on Phase
Behavior and Physical Stability. J Am Oil Chem Soc , p.17-28.
Radomska, Radomska, A., & Dobrucki, R. 2000. The Use of Some
Ingredients for Microemulsion Preparation Containing Retinol and Its
Ester. International Journal of Pharmaceutics , p.131-134.
Rahmawan, T. G., Rosita, N., & Erawati, T. 2012. Characterisation of
Solid Lipid Nanoparticles p-Methoxycinnamic Acid (SLN-APMS)
Formulated With Different Lipid Component: Stearic Acid and Cetyl
Alcohol . PharmaScientia Vol.1 No.1 , p.16-20.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th Edition. London: Pharmaceutical Press.
Singhal, G. B., Patel, R. P., Prajapati, B. G., & Patel, N. A. 2011. Solid
Lipid Nanoparticles and Nano Lipid Carriers: As Novel Solid Lipid
Based Drug Carrier. International Research Journal of Pharmacy Vol.2 ,
p.40-52.
Sinko, P. J., & Singh, Y. 2011. Martin's Physical Pharmacy and
Pharmaceutical Science- Physical Chemical and Biopharmaceutical
Principle in The Pharmaceutical Science 6th Edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business.
Souto, E. B., & Müller, R. H. 2007. Lipid Nanoparticles (Solid Lipid
Nanoparticle and Nanosturctured Lipid Carriers) for Cosmetic, Dermal,
and Transdermal Aplication. In D. Thassu, M. Deleers, & Y. Pathak,
Nanoparticulate Drug Delivery Sistem (pp. 213-229). New York:
Informa Healthcare USA, Inc.
Tamjidi, F., Shahedi, M., Varshosaz, J., & Nasirpour, A. 2013.
Nanostructured Lipid Carriers (NLC): A potential delivery Sistem for
Bioactive Food Molecules. Innovative Food Science and Emerging
Technologies Vol.19 , p.29-43.
Umar, M. I., Asmawi, M. Z., Sadikun, A., Atangwo, I. J., Yam, M. F.,
Altaf, R., et al. 2012. Bioactivity-Guided Isolation of Ethyl-p-

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
73

methoxycinnamate, an Anti-Inflammatory Constituent, from Kaempferia


Galanga L. Extract. Molecules Vol.17 , p.8720-8734.
Vitorino, C., Alves, L., Antunes, F. E., Sousa, J. J., & Pais, A. C. 2013.
Design of Dual Nanostructired Lipid Carrier Formulation Based on
Physicochemical, Rheological, and Mechanical Properties. J. Nanopart
Res , p.1-14.
Vitorino, C., Carvalho, F. A., Almeida, A. J., Sousa, J. J., & Pais, A. C.
2011. The Size of Solid Lipid Nanoparticles: An Interpretation from
Experimental Design. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces Vo.84 ,
p.117-130.
Vittalrao, M. A., Shanbag, T., Kumari, M., Bairy, K. L., & Shenoy, S.
2011. Evaluation of Antiinflammatory And Analgesic Activities of
Alcoholic Extract of Kaempferia Galanga in Rats. Indian J Physiol
Pharmacol Vol.55 No.1 , p.13-24.
Waghmare, A. S., Grampurohit, N. D., Gadhave, M. V., Gaikwad, D. D.,
& Jadhav, S. L. 2012. Solid Lipid Nanoparticles: A Promising Drug
Delivery Sistem. International Research Journal of Pharmacy Vol.3
No.4 .
Woo, J. O., Misran, M., Lee, P. F., & Tan, L. P. 2014. Development of a
Controlled Release of Salicylic Acid Loaded Stearic Acid-Oleic Acid
Nanoparticles in. The Scientific Worl Journal , p.1-10.
Zhuang, C. Y., Li, N., Wang, M., Zhang, X. N., Pan, W. S., Peng, J. J., et
al. 2010. Preparation and Characterization of Vinpocetine Loaded
Nanstructured Lipd Carriers (NLC) for Improved Oral Bioavailability.
International Journal of Pharmaceutics Vol.394 , p.179-185.

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Lampiran 1. Sertifikat Analisis APMS

74

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
75

LAMPIRAN 2
Lampiran 2. Sertifikat analisis Asam Oleat

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
76

LAMPIRAN 3
Lampiran 3. Sertifikat Analisis Setil Alkohol

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
77

LAMPIRAN 4
Lampiran 4. Sertifikat Analisis Tween 80

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
78

LAMPIRAN 5
Lampiran 5. Sertifikat Analisis Propilenglikol

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
79

LAMPIRAN 6
Lampiran 6. Sertifikat Analisis Natrium Asetat

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
80

LAMPIRAN 7
Lampiran 7. Sertifikat Analisis Asam Asetat Glasial

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
81

LAMPIRAN 8
Lampiran 8. Sertifikat Hasil Uji Viskositas Sistem SLN-NLC APMS

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
82

LAMPIRAN 9
Lampiran 9. Tabel Efisiensi Penjebakan
Efisiensi Penjebakan
Formula Rata-Rata ± SB % KV
1 2 3
SLN-APMS 13.877 13.307 13.206 13.463 ± 0.2953 2.19
NLC (95:5)-APMS 17.660 16.991 16.786 17.15 ± 0.3730 2.17
NLC (90:10)-APMS 18.513 18.300 18.365 18.39 ± 0.0890 0.48
NLC (85:15)-APMS 27.046 28.069 27.699 27.60± 0.4229 1.53

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
83

LAMPIRAN 10
Lampiran 10. Hasil Uji pelepasan APMS dari Sistem SLN dan NLC
1. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas
Formula I replikasi 1

Jumlah Jumlah
Kadar Koreksi wurster
Waktu Serapan kumulatif/volum Kumulatif/cm2
(ppm) (ppm)
media (µg/500ml) (µg/cm2)

5 0.205 1.512 1.512 756 114.545


10 0.204 1.503 1.51812 759.06 115.009
15 0.215 1.599 1.62915 814.575 123.420
30 0.256 1.956 2.00214 1001.07 151.677
45 0.288 2.234 2.2997 1149.85 174.220
60 0.344 2.722 2.81004 1405.02 212.882
90 0.413 3.322 3.44326 1721.63 260.853
120 0.47 3.775 3.92948 1964.74 297.688
150 0.53 4.376 4.56823 2284.115 346.078
180 0.48 3.932 4.16799 2083.995 315.757
210 0.68 5.629 5.90431 2952.155 447.296
240 0.72 6.003 6.33834 3169.17 480.177
300 0.83 6.96 7.35537 3677.685 557.225
360 0.80 6.664 7.12897 3564.485 540.073
420 0.94 7.883 8.41461 4207.305 637.470
480 1.05 8.84 9.45044 4725.22 715.942
540 1.15 9.719 10.41784 5208.92 789.230
600 1.26 10.685 11.48103 5740.515 869.775
660 1.37 11.651 12.55388 6276.94 951.052
720 1.27 10.764 11.78339 5891.695 892.681

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
84

Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula I


replikasi 2

Jumlah Jumlah
Kadar Koreksi
Waktu Serapan kumulatif/volum Kumulatif/cm2
(ppm) wurster (ppm)
media (µg/500ml) (µg/cm2)

5 0.137 0.920 0.920 460.183 69.725


10 0.031 -0.002 0.007 3.514 0.532
15 0.068 0.320 0.329 164.513 24.926
30 0.136 0.912 0.924 462.021 70.003
45 0.197 1.443 1.464 732.028 110.913
60 0.222 1.660 1.696 848.031 128.490
90 0.338 2.670 2.722 1361.118 206.230
120 0.35 2.774 2.853 1426.686 216.165
150 0.444 3.592 3.699 1849.608 280.244
180 0.473 3.845 3.988 1993.766 302.086
210 0.522 4.271 4.452 2226.218 337.306
240 0.565 4.645 4.869 2434.693 368.893
300 0.661 5.481 5.751 2875.674 435.708
360 0.785 6.560 6.885 3442.678 521.618
420 0.897 7.535 7.926 3962.859 600.433
480 0.969 8.161 8.628 4313.849 653.613
540 1.073 9.067 9.614 4807.224 728.367
600 1.173 9.937 10.575 5287.718 801.169
660 1.091 9.223 9.961 4980.570 754.632
720 1.357 11.538 12.368 6184.215 937.002

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
85

2. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas


Formula I replikasi 3

Jumlah Jumlah
Kadar Koreksi
Waktu Serapan kumulatif/volum Kumulatif/cm2
(ppm) Wurster (ppm)
media (µg/500ml) (µg/cm2)

5 0.061 0.259 0.259 129.460 19.615


10 0.064 0.285 0.288 143.810 21.789
15 0.121 0.781 0.787 393.277 59.587
30 0.184 1.329 1.343 671.334 101.717
45 0.182 1.312 1.339 669.278 101.406
60 0.257 1.965 2.004 1002.208 151.850
90 0.335 2.644 2.703 1351.458 204.766
120 0.395 3.166 3.252 1625.772 246.329
150 0.457 3.705 3.823 1911.401 289.606
180 0.517 4.228 4.382 2191.025 331.973
210 0.571 4.698 4.894 2447.150 370.780
240 0.638 5.281 5.524 2762.195 418.514
300 0.758 6.325 6.622 3310.792 501.635
360 0.905 7.604 7.964 3982.104 603.349
420 0.999 8.423 8.858 4429.178 671.088
480 1.119 9.467 9.987 4993.483 756.588
540 1.201 10.181 10.795 5397.650 817.826
600 1.308 11.112 11.828 5914.175 896.087
660 1.406 11.965 12.792 6396.192 969.120
720 1.435 12.217 13.164 6582.213 997.305

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
86

3. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas


Formula II replikasi 1

Jumlah Jumlah
Kadar Koreksi
Waktu Serapan kumulatif/volum Kumulatif/cm2
(ppm) wurster (ppm)
media (µg/500ml) (µg/cm2)

5 0.04 0.076 0.076 38.077 5.769


10 0.046 0.128 0.129 64.567 9.783
15 0.11 0.685 0.687 343.712 52.078
30 0.178 1.277 1.286 643.048 97.432
45 0.187 1.356 1.377 688.599 104.333
60 0.213 1.582 1.617 808.518 122.503
90 0.315 2.470 2.521 1260.292 190.953
120 0.337 2.661 2.737 1368.375 207.329
150 0.43 3.470 3.573 1786.379 270.664
180 0.474 3.853 3.990 1995.202 302.303
210 0.53 4.341 4.516 2258.159 342.145
240 0.584 4.811 5.030 2514.850 381.038
300 0.804 6.725 6.993 3496.258 529.736
360 0.877 7.361 7.695 3847.552 582.962
420 0.895 7.517 7.925 3962.685 600.407
480 0.947 7.970 8.453 4226.556 640.387
540 1.189 10.076 10.639 5319.495 805.984
600 1.276 10.833 11.497 5748.466 870.980
660 1.299 11.034 11.805 5902.720 894.351
720 1.294 10.990 11.872 5936.129 899.414

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
87

4. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas


Formula II replikasi 2

Jumlah Jumlah
Kadar Koreksi
Waktu Serapan kumulatif/volum Kumulatif/cm2
(ppm) wurster (ppm)
media (µg/500ml) (µg/cm2)

10 0.098 0.581 0.581 290.470 44.011


15 0.13 0.859 0.865 432.626 65.549
30 0.184 1.329 1.344 671.910 101.805
45 0.162 1.138 1.166 582.822 88.306
60 0.213 1.582 1.621 810.444 122.795
90 0.265 2.034 2.089 1044.637 158.278
120 0.333 2.626 2.701 1350.718 204.654
150 0.372 2.966 3.067 1533.562 232.358
180 0.406 3.262 3.393 1696.345 257.022
210 0.462 3.749 3.913 1956.342 296.416
240 0.507 4.141 4.342 2170.909 328.926
300 0.685 5.690 5.932 2966.199 449.424
360 0.768 6.412 6.712 3355.831 508.459
420 0.765 6.386 6.750 3374.837 511.339
480 0.804 6.725 7.153 3576.480 541.891
540 0.939 7.900 8.395 4197.574 635.996
600 1.115 9.432 10.006 5002.959 758.024
660 1.143 9.676 10.344 5171.965 783.631
720 1.202 10.189 10.954 5477.089 829.862

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
88

5. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas


Formula II replikasi 3

Jumlah Jumlah
Kadar Koreksi
Waktu Serapan kumulatif/volum Kumulatif/cm2
(ppm) wurster (ppm)
media (µg/500ml) (µg/cm2)

10 0.064 0.285 0.285 142.51 21.59


15 0.101 0.607 0.610 304.95 46.20
30 0.123 0.799 0.807 403.72 61.17
45 0.2 1.469 1.486 742.78 112.54
60 0.266 2.043 2.075 1037.33 157.17
90 0.358 2.844 2.896 1447.90 219.37
120 0.371 2.957 3.037 1518.69 230.10
150 0.457 3.705 3.815 1907.71 289.04
180 0.487 3.966 4.114 2056.78 311.63
210 0.486 3.958 4.145 2072.26 313.98
240 0.595 4.906 5.133 2566.38 388.84
300 0.803 6.717 6.992 3496.05 529.70
360 0.866 7.265 7.608 3803.78 576.33
420 0.872 7.317 7.732 3866.22 585.79
480 1.177 9.972 10.460 5230.04 792.43
540 1.224 10.381 10.969 5484.43 830.97
600 1.265 10.738 11.430 5714.75 865.87
660 1.266 10.746 11.546 5772.79 874.66
720 1.319 11.208 12.114 6057.16 917.75

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
89

6. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas


Formula III replikasi 1

Jumlah Jumlah
Kadar Koreksi
Waktu Serapan kumulatif/volum Kumulatif/cm2
(ppm) wurster (ppm)
media (µg/500ml) (µg/cm2)

10 -0.158 -1.647 -1.647 -823.54 -124.77


15 -0.133 -1.430 -1.446 -722.98 -109.54
30 -0.052 -0.725 -0.755 -377.65 -57.22
45 -0.002 -0.289 -0.327 -163.69 -24.80
60 0.04 0.076 0.035 17.62 2.67
90 0.138 0.929 0.889 444.46 67.34
120 0.197 1.443 1.412 705.85 106.94
150 0.291 2.261 2.244 1122.11 170.01
180 0.356 2.826 2.833 1416.27 214.58
210 0.422 3.401 3.435 1717.61 260.24
240 0.486 3.958 4.026 2013.12 305.01
300 0.598 4.933 5.041 2520.28 381.86
360 0.748 6.238 6.395 3197.69 484.49
420 0.866 7.265 7.485 3742.37 567.02
480 1.017 8.579 8.872 4435.79 672.09
540 1.112 9.406 9.784 4892.09 741.22
600 1.256 10.659 11.132 5565.75 843.29
660 1.337 11.364 11.943 5971.53 904.77
720 1.394 11.860 12.553 6276.39 950.96

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
90

7. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas


Formula III replikasi 2

Jumlah Jumlah
Koreksi
Waktu Serapan Kadar (ppm) kumulatif/volum Kumulatif/cm2
wurster (ppm)
media (µg/500ml) (µg/cm2)

10 -0.218 -2.169 -2.169 -1084.63 -164.33


15 -0.127 -1.377 -1.399 -699.48 -105.98
30 -0.073 -0.907 -0.943 -471.38 -71.42
45 -0.033 -0.559 -0.604 -301.86 -45.73
60 0.028 -0.028 -0.078 -39.20 -5.94
90 0.1 0.598 0.548 273.96 41.51
120 0.178 1.277 1.233 616.38 93.39
150 0.241 1.826 1.794 896.92 135.89
180 0.299 2.330 2.317 1158.44 175.52
210 0.356 2.826 2.836 1418.13 214.86
240 0.431 3.479 3.517 1758.63 266.46
300 0.539 4.419 4.492 2246.00 340.30
360 0.645 5.342 5.459 2729.37 413.54
420 0.772 6.447 6.617 3308.73 501.32
480 0.865 7.256 7.491 3745.67 567.52
540 0.982 8.275 8.582 4291.09 650.16
600 1.097 9.275 9.666 4832.89 732.25
660 1.21 10.259 10.742 5371.00 813.78
720 1.156 9.789 10.375 5187.31 785.95

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
91

8. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas


Formula III replikasi 3

Jumlah Jumlah
Kadar Koreksi
Waktu Serapan kumulatif/volum Kumulatif/cm2
(ppm) wurster (ppm)
media (µg/500ml) (µg/cm2)

10 -0.125 -1.360 -1.360 -679.93 -103.02


15 -0.096 -1.107 -1.121 -560.54 -84.93
30 -0.003 -0.298 -0.323 -161.37 -24.45
45 -0.056 -0.759 -0.787 -393.50 -59.62
60 0.058 0.233 0.198 98.78 14.96
90 0.147 1.007 0.974 487.23 73.82
120 0.204 1.503 1.481 740.31 112.16
150 0.274 2.113 2.105 1052.44 159.46
180 0.341 2.696 2.709 1354.56 205.23
210 0.402 3.227 3.267 1633.49 247.49
240 0.456 3.697 3.769 1884.61 285.54
300 0.56 4.602 4.711 2355.66 356.91
360 0.665 5.516 5.671 2835.59 429.63
420 0.787 6.577 6.788 3394.07 514.25
480 0.794 6.638 6.915 3457.41 523.85
540 1 8.431 8.774 4387.04 664.70
600 1.111 9.397 9.824 4912.22 744.27
660 1.235 10.477 10.998 5498.81 833.15
720 1.321 11.225 11.851 5925.43 897.79

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
92

9. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas


Formula IV replikasi 1

Jumlah Jumlah
Kadar Koreksi
Waktu Serapan kumulatif/volum Kumulatif/cm2
(ppm) wurster (ppm)
media (µg/500ml) (µg/cm2)

10 0.035 0.033 0.033 16.31 2.47


15 0.062 0.268 0.268 133.97 20.29
30 0.136 0.912 0.915 457.33 69.29
45 0.184 1.329 1.342 670.76 101.63
60 0.229 1.721 1.746 873.23 132.30
90 0.3 2.339 2.382 1190.80 180.42
120 0.354 2.809 2.875 1437.48 217.80
150 0.421 3.392 3.486 1743.09 264.10
180 0.462 3.749 3.877 1938.46 293.70
210 0.512 4.184 4.350 2174.79 329.51
240 0.573 4.715 4.922 2461.16 372.90
300 0.652 5.403 5.657 2828.51 428.56
360 0.761 6.351 6.660 3329.85 504.52
420 0.664 5.507 5.879 2939.50 445.37
480 0.786 6.569 6.996 3497.93 529.99
540 1.021 8.614 9.107 4553.40 689.91
600 1.079 9.119 9.698 4848.86 734.67
660 1.112 9.406 10.076 5038.06 763.34
720 1.305 11.086 11.850 5924.95 897.72

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
93

10. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas


Formula IV replikasi 2

Jumlah Jumlah
Kadar Koreksi
Waktu Serapan kumulatif/volum Kumulatif/cm2
(ppm) wurster (ppm)
media (µg/500ml) (µg/cm2)

10 0.031 -0.002 -0.002 -1.08 -0.16


15 0.036 0.041 0.041 20.65 3.13
30 0.138 0.929 0.929 464.73 70.41
45 0.198 1.451 1.461 730.47 110.67
60 0.254 1.939 1.963 981.41 148.70
90 0.342 2.705 2.748 1374.05 208.19
120 0.426 3.436 3.506 1753.11 265.62
150 0.502 4.097 4.202 2101.01 318.33
180 0.567 4.663 4.809 2404.35 364.29
210 0.632 5.228 5.421 2710.52 410.68
240 0.69 5.733 5.978 2989.05 452.88
300 0.808 6.760 7.062 3531.21 535.03
360 0.944 7.944 8.314 4156.83 629.82
420 0.862 7.230 7.679 3839.71 581.77
480 1.091 9.223 9.745 4872.38 738.24
540 1.261 10.703 11.317 5658.27 857.31
600 1.371 11.660 12.381 6190.47 937.95
660 1.35 11.477 12.315 6157.38 932.93
720 1.59 13.566 14.518 7259.16 1099.87

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
94

11. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas


Formula IV replikasi 3

Jumlah Jumlah
Kadar Koreksi
Waktu Serapan kumulatif/volum Kumulatif/cm2
(ppm) wurster (ppm)
media (µg/500ml) (µg/cm2)

10 0.024 -0.063 -0.063 -31.54 -4.78


15 0.077 0.398 0.398 198.77 30.11
30 0.13 0.859 0.863 431.39 65.36
45 0.198 1.451 1.463 731.60 110.84
60 0.239 1.808 1.835 917.27 138.98
90 0.329 2.591 2.636 1317.96 199.69
120 0.409 3.288 3.358 1679.04 254.40
150 0.477 3.879 3.983 1991.39 301.72
180 0.569 4.680 4.822 2411.14 365.32
210 0.614 5.072 5.261 2630.36 398.54
240 0.672 5.577 5.816 2908.11 440.62
300 0.808 6.760 7.056 3527.81 534.51
360 0.926 7.787 8.150 4075.10 617.44
420 1.023 8.631 9.072 4536.15 687.29
480 1.152 9.754 10.281 5140.66 778.88
540 1.03 8.692 9.317 4658.54 705.83
600 1.233 10.459 11.171 5585.37 846.26
660 1.248 10.590 11.406 5702.94 864.08
720 1.26 10.694 11.616 5808.11 880.01

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
95

12. Tabel hasil perhitungan laju pelepasan (flux) APMS


Formula Flux Rata-rata SB % KV
1a 1.2138
SLN APMS 1b 1.2636 1.275767 0.056225 4.407129
1c 1.3499
2a 1.2727
NLC(95:5) APMS 2b 1.102 1.229667 0.091858 7.470121
2c 1.3143
3a 1.5265
NLC(90:10) APMS 3b 1.3552 1.410133 0.082326 5.838202
3c 1.3487
4a 1.1067
NLC(85:15) APMS 4b 1.4171 1.2538 0.127237 10.14811
4c 1.2376

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga

13. Tabel hasil Perhitungan %APMS yang terlepas dari sistem SLN dan NLC selama 720 menit

Berat Jumlah
Jumlah Kumulatif pada % terlepas
Sediaan APMS APMS yg
%Recovery APMS total jam ke-12 dari dalam
dalam Disk dalam disk terlepas (µg)
(µg) (µg/cm2) disk
(µg) (µg)

1826600 15891.42 110.28 17525.06 892.68 5891.688 33.619


1829900 15920.13 110.28 17556.72 937 6184.2 35.224
1923600 16735.32 110.28 18455.71 997.3 6582.18 35.665
1852300 16115.01 110.49 17805.47 899.41 5936.106 33.339
1900000 16530 110.49 18263.99 830.71 5482.686 30.019
1898600 16517.82 110.49 18250.53 917.76 6057.216 33.189
1905700 16579.59 104.38 17305.77 949.59 6267.294 36.215
1912000 16634.4 104.38 17362.98 784.71 5179.086 29.828
2026400 17629.68 104.38 18401.86 895.55 5910.63 32.120
2104100 18305.67 102.46 18755.98 897.7 5924.82 31.589
2196800 19112.16 102.46 19582.31 1099.71 7258.086 37.064
2095300 18229.11 102.46 18677.54 879.81 5806.746 31.089

96

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
97

LAMPIRAN 11
Lampiran 11. Data Hasil Pengolahan Statistik ANOVA Satu Arah
1. Flux

ANOVA
flux
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .059 3 .020 1.509 .285
Within Groups .104 8 .013
Total .162 11

Multiple Comparisons
flux
Tukey HSB
95% Confidence Interval
Mean Lower Upper
(I) sampe (J) sampe Difference (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound
NLC 85 NLC 90 -.1563333 .0929596 .391 -.454023 .141356
NLC 95 .0241333 .0929596 .993 -.273556 .321823
SLN -.0219667 .0929596 .995 -.319656 .275723
NLC 90 NLC 85 .1563333 .0929596 .391 -.141356 .454023
NLC 95 .1804667 .0929596 .285 -.117223 .478156
SLN .1343667 .0929596 .509 -.163323 .432056
NLC 95 NLC 85 -.0241333 .0929596 .993 -.321823 .273556
NLC 90 -.1804667 .0929596 .285 -.478156 .117223
SLN -.0461000 .0929596 .958 -.343789 .251589
SLN NLC 85 .0219667 .0929596 .995 -.275723 .319656
NLC 90 -.1343667 .0929596 .509 -.432056 .163323
NLC 95 .0461000 .0929596 .958 -.251589 .343789

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
98

2. Efisiensi Penjebakan

ANOVA
EP
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 342.788 3 114.263 1.150E3 .000
Within Groups .795 8 .099
Total 343.583 11

Multiple Comparisons
flux
Tukey HSD
95% Confidence Interval
(J) Mean
(I) sampe sampe Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
NLC 85 NLC 90 -.1563333 .0929596 .391 -.454023 .141356
NLC 95 .0241333 .0929596 .993 -.273556 .321823
SLN -.0219667 .0929596 .995 -.319656 .275723
NLC 90 NLC 85 .1563333 .0929596 .391 -.141356 .454023
NLC 95 .1804667 .0929596 .285 -.117223 .478156
SLN .1343667 .0929596 .509 -.163323 .432056
NLC 95 NLC 85 -.0241333 .0929596 .993 -.321823 .273556
NLC 90 -.1804667 .0929596 .285 -.478156 .117223
SLN -.0461000 .0929596 .958 -.343789 .251589
SLN NLC 85 .0219667 .0929596 .995 -.275723 .319656
NLC 90 -.1343667 .0929596 .509 -.432056 .163323
NLC 95 .0461000 .0929596 .958 -.251589 .343789

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
99

3. % APMS Terlepas dari sistem SLN dan NLC

ANOVA
Terlepas
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 11.805 3 3.935 .602 .632
Within Groups 52.264 8 6.533
Total 64.070 11

Multiple Comparisons
Dependent Variable:Terlepas
95% Confidence
Interval
(J) Mean Lower Upper
(I) sampel sampel Difference (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound
Tukey NLC 85 NLC 90 .526333 2.086948 .994 -6.15681 7.20948
HSB
NLC 95 1.065000 2.086948 .954 -5.61814 7.74814
SLN -1.588667 2.086948 .870 -8.27181 5.09448
NLC 90 NLC 85 -.526333 2.086948 .994 -7.20948 6.15681
NLC 95 .538667 2.086948 .993 -6.14448 7.22181
SLN -2.115000 2.086948 .747 -8.79814 4.56814
NLC 95 NLC 85 -1.065000 2.086948 .954 -7.74814 5.61814
NLC 90 -.538667 2.086948 .993 -7.22181 6.14448
SLN -2.653667 2.086948 .604 -9.33681 4.02948
SLN NLC 85 1.588667 2.086948 .870 -5.09448 8.27181
NLC 90 2.115000 2.086948 .747 -4.56814 8.79814
NLC 95 2.653667 2.086948 .604 -4.02948 9.33681

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
100

LAMPIRAN 12
Lampiran 12. Tabel Hasil Pengukuran Ukuran Partikel Rata-Rata Sistem
SLN-NLC APMS
Diameter
Rerata diameter
Formula replikasi rata-rata PI %KV
(nm) ± SB
(nm)
1 2053,3 0,593
2267,67 ±
Base 2 2497,9 0,652 9,82
222,72
3 2251,8 0,654
SLN
1 1727,7 0,664
2336,4 ±
APMS 2 1654,6 0,560 47,86
1118,203
3 3626,9 1,055
1 1499,8 0,463
2896,56 ±
Base 2 2642,6 0,743 53,15
1539,54
NLC 3 4547,3 1,098
(95:5) 1 1295,2 0,528
1620,36 ±
APMS 2 1851,3 0,643 17,88
289,78
3 1714,6 0,619
1 1522,9 0,433
Base 2 1691,7 0,510 1482,6 ± 231,89 15,64
NLC 3 1233,2 0,480
(90:10) 1 346,4 0,159
APMS 2 335,5 0,155 338,1 ± 7,35 2,17
3 332,4 0,152
1 1199,3 0,404
1347,03 ±
Base 2 1272,4 0,525 14,55
196,01
NLC 3 1569,4 0,500
(85:15) 1 315,1 0,143
APMS 2 221,0 0,188 276,8 ± 49,43 17,86
3 294,3 0,140

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A


ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
101

LAMPIRAN 13
Lampiran 13. Tabel Hasil Pengukuran pH sediaan SLN-NLC APMS
Rata-rata pH
Formula Replikasi pH %KV
± SB
1 4,08
4.08 ± 0.094
Base 2 4,19 2.304
3 3,96
SLN
1 4,15
APMS 2 4,16 4.12 ± 0.037 0.915
3 4,07
1 4,18
Base 2 4,11 4.12 ± 0.412 1.016
NLC 3 4,08
(95:5) 1 4,13
APMS
2 4,08 4.13 ± 0.041 0.988
3 4,18
1 4,15
Base 2 4,03 4.12 ± 0.068 1.648
NLC 3 4,19
(90:10) 1 3,96
APMS 0.237
2 3,98 3.97 ± 0.009
3 3,98
1 4,13
1.499
Base 2 4,00 4.09 ± 0.061
NLC 3 4,13
(85:15) 1 3,98
APMS
2 3.96 3.96 ± 0.021 0.518
3 3.93

Skripsi Pengaruh kadar asam.... Afina F.A

Anda mungkin juga menyukai