OLEH
NIM 13.042
Diajukan kepada
Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program D-3
OLEH
SISKA ANDITA KRISTINA
NIM 13.042
NIM : 13.042
Apabila ternyata didalam naskah KTI ini dapat dibuktikan terdapat unsur-
unsur PLAGIASI, saya bersedia KTI ini digugurkan dan gelar akademik yang
telah saya peroleh (A.Md.,Si) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (UU NO 20 Tahun 2003, Pasal 25 Ayat 2 dan
pasal 70).
ABSTRAK
Kata Kunci : Apel afkir, CMC-Na, Mutu fisik, Penerimaan Volunteer, Selai
Lembaran
Apel afkir (subgrade) merupakan buah apel hasil sortasi yang kurang
dimanfaatkan.Pada penelitian ini akan dilakukan pengolahan apel afkir menjadi
selai lembaran.Untuk membentuk lembaran selai, ditambahkan CMC-Na sebagai
bahan pengental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi
konsentrasi CMC-Na terhadap mutu fisik dan penerimaan volunteer selai apel
lembaran. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental yang menggunakan 3
formulasi dengan konsentrasi CMC-Na yang berbeda-beda yaitu 2,5%, 5%, dan
7,5%. Penelitian ini terdiri dari dua tahap.Pertama yaitu pembuatan selai apel
lembaran, Kedua pengujian mutu fisik dan penerimaan volunteer. Data hasil
penelitian dianalisa dengan metode regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan
semakin tinggi konsentrasi CMC-Na dapat meningkatkan nilai tekstur, nilai warna
dan dapat menurunkan kadar air selai apel lembaran. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah variasi konsentrasi CMC-Na sebesar 2,5%, 5%, dan 7,5% CMC-Na
memberikan pengaruh terhadap mutu fisik, selai apel lembaran. Hasil penerimaan
volunteer selai apel lembaran dengan variasi konsentrasi penambahan CMC-Na
termasuk dalam kategori suka sehingga selai apel lembaran dapat diterima oleh
masyarakat. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang penggunaan bahan
hidrokoloid yang lain dalam formulasi selai apel lembaran untuk meningkatkan
elastisitas dan plastisitas selai yang dihasilkan.
i
Kristina,A.Siska.2016. The Effect Of Varied CMC-Na Conncentration With
Physical Qualit And Volunteer Admissions Of Apple (Malus Sylvesitris
Mill) Slice Jam. Scientific Of Paper. The Academy Pharmaceutcal Analyst
and Food Putra Indonesia Malang. Advisor : Dra. Wahyu Wuryandari,
M.Pd
ABSTRACT
Key words: afkir apple, CMC-Na, physical quality, volunteer reception, Slice jam
ii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang
Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
Penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
2. Ibu dan bapak tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril
laporan karya tulis ilmiah di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra
Indonesia Malang.
7. Bapak dan Ibu dosen di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra
iii
8. Teman kos sanan G.1 dan teman seperjuangan angkatan 2013 di Akademi
Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang yang tidak mungkin
9. Freeant bond-bond yang tidak pernah lupa atas dukungan dan selalu
Penulis menyadari bahwa laporan Karya Tulis Imiah ini masih jauh dari
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan
Karya Tulis Imiah ini bermanfaat dan dapat memberikan tambahan informasi
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTRA LAMPIRAN ........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah ................................................. 5
1.5 Definisi Istilah Penelitian dan Daftar Singkatan ......................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 Tinjauan Tanaman Apel ................................................................................ 7
2.1 Tinjauan Tentang Selai ................................................................................ 11
2.3 Tinjauan Tentang Selai Lembaran .............................................................. 12
2.4 Tinjauan Selai Apel Lembaran .................................................................... 14
2.5 Bahan Tambahan pada Pembuat Selai Apel Lembaran ............................... 15
2.6 Proses Pembuatan Selai ............................................................................... 21
2.7 Analisa Mutu Selai Apel lembaran .............................................................. 22
2.8 Kerangka Konsep ........................................................................................ 31
2.9 Hipotesis ...................................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32
3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................ 32
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 33
v
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................... 33
3.4 Definisi Operasional Variabel ................................................................... 33
3.5 Alat dan Bahan ........................................................................................... 35
3.6 Prosedur Penelitian .................................................................................... 35
3.7 Analisa Data .............................................................................................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 40
4.1 Pembuatan Selai Apel Lembaran................................................................. 40
4.2 Hasil Pengujian Mutu Fisik Selai Apel Lembaran ...................................... 42
4.3 Hasil Organoleptis dan Pengujian Volunteer Selai Apel lembaran ............. 50
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 55
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 55
5.2 Saran .......................................................................................................... 55
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................... 56
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 60
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan gizi dalam 100 gram Buah Apel ....................................... 10
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh variasi konsentrai CmC-Na terhadap nilai a* ........ 46
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh variasi konsentrasi CMC-Na terhadap nilai b*...... 47
Gambar4.5 Grafik Pengaruh variasi konsentrasi terhadap kadar air selai apel
lembaran ................................................................................................................ 49
viii
DAFTRA LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman apel merupakan salah satu tanaman buah yang banyak tumbuh
tahap yang sangat penting dalam proses pemeliharaan tanaman apel, penjarangan
buah adalah suatu proses pengurangan buah pada tanaman apel yang berbuah
lebat yang bertujuan untuk mendapatkan kualitas buah yang tinggi (berukuran
Pada saat pemanenan tidak selalu buah apel habis terjual, karena pada
setiap kali panen buah apel juga dapat menghasilkan buah yang berkualitas baik
dan apel afkir (subgrade). Apel berkualitas baik merupakan buah yang lolos
sortasi serta memiliki kualitas bagus dan sering diperjualkan dengan harga yang
relatif mahal, Sedangkan Apel afkir (subgrade) adalah buah apel yang masih
layak konsumsi akan tetapi buah ini termasuk buah sortiran dikarenakan pada
umumnya apel afkir (subgrade) terlihat kurang menarik, bentuk buahnya tidak
kuat pada buah apel dapat mencegah dan merendam aktivitas radikal bebas.
1
2
Daya antioksidan pada buah apel berasal dari senyawa bioaktif yang terkandung
didalam buah apel diantarannya yaitu serat pangan dalam bentuk pektin sekitar
15-20% dan kulit apel berkisar 4-7%, asam askorbat 5,00mg, vitamin A 24 RE,
fosfor 10g, zat besi 1,30mg serta kandungan lain seperti tanin, boron, flavonoid
dalam buah apel, yang memiliki daya antioksidan paling tinggi adalah Quercetin.
(Cempaka,dkk.,2014).
Buah apel afkir dan apel hasil penjarangan memiliki kandungan sama
dengan apel berkualitas baik, akan tetapi apel afkir (subgrade) dan apel hasil
penjarangan ini memiliki nilai jual yang rendah dan kurang menguntungkan.
Sehingga untuk meningkatkan nilai jual buah apel afkir dan apel hasil penjarangan
pengolahan pangan berbahan dasar apel yang beredar dimasyarakat saat ini adalah
kripik apel, manisan apel, dan minuman sari apel. Selain itu, buah apel juga dapat
Selai merupakan produk makanan yang kental atau setengah padat, yang
terbuat dari campuran 45 bagian berat buah dan 55 bagian berat gula (Suryani A,
2004). Menurut Food and Drug Administrasion (FDA) dalam Fahrudin 1997,
mendifinisikan selai sebagai produk olahan buah-buahan, baik berupa buah segar,
3
buah beku, buah kaleng maupun ketigannya yang berbentuk kental atau setengah
padat (Fahrudin,1997).
Produk selai yang saat ini beredar dipasaran masih dalam bentuk pasta,
dan tidak praktis penggunaannya. Melihat hal tersebut maka perlu dilakukan cara
baru untuk merubah bentuk pasta dibuat dalam selai yang berbentuk lembaran
dengan tekstur yang tidak cair atau terlalu lembek (Darmawan,dkk.,2013). Selai
lembaran merupakan modifikasi bentuk selai yang mulanya semi padat (agak cair)
proses pembuatan selai buah harus menggunakan buah yang mengandung pektin
dan asam yang cukup untuk menghasilkan selai yang baik. Akan tetapi,
kandungan pektin pada buah saja tidak cukup dalam pembentukan lembaran selai
sehingga perlu adannya penambahan bahan hidrokoloid lain agar lebih plastis dan
tidak lengket. Adapun bahan hidrokoloid yang akan digunakan pada penelitian
polisakarida atau selulosa yang memiliki kelarutan yang baik dalam air panas dan
dapat membentuk gel. CMC digunakan dalam bentuk garam natrium Carboxy
pembentuk gel untuk mendapatkan tekstur yang lebih baik. Pemilihan CMC
sebagai bahan tambahan dalam pembuatan selai ini didasari berdasarkan sifatnya
yang baik dalam mengikat air lebih besar dan mempunyai kemampuan dalam
tidak terjadi pemisahan apabila produk selai tersebut disimpan dalam waktu yang
4
lama. Selain itu, CMC juga dapat memperbaiki dan meningkatkan tekstur
(Hudaida,dkk.,2010).
tentang pemanfaatan buah apel dalam pembuatan selai apel lembaran dengan
adalah :
1. Apakah ada pengaruh variasi konsentrasi CMC-Na 2.5%, 5%, dan 7.5 %
adalah
1. Untuk mengetahui ada pengaruh variasi konsentrasi CMC-Na 2.5%, 5%, dan
Ruang lingkup penelitian ini adalah pembuatan selai apel lembaran yang
ditambahkan CMC-Na dengan variasi konsentrasi 2,5%; 5%; 7,5% dalam 100g
buah apel serta pengujian mutu fisik dengan uji tektur, uji warna dan uji kadar air
pada produk selai apel lembaran, pengujian organoleptis yang meliputi rasa,
selai lembaran tidak dilakukan pengujian total padatan terlarut, uji cemaran logam
1. Selai buah merupakan produk olahan semi basah yang dapat dioleskan dan
2. Selai lembaran merupakan hasil modifikasi selai yang mulanya semi padat
4. Mutu fisik adalah penilaian fisik suatu produk berdasarkan kualitas yang
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Apel dalam ilmu botani disebut Malus Sylvestris Mill. Apel
merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan
iklim tropis dan dapat tumbuh dengan baik didataran tinggi dengan ketinggian
Tanaman apel di Indonesia ini telah ditanam mulai dari tahun 1934 dan dapat
berbuah dengan baik hingga saat ini. Daerah sentral produksi apel yang terbesar
dan juga telah membudidayakan tanaman apel sejak tahun 1950 khususnya
profinsi Jawa Timur diantaranya yaitu Batu, Poncokusumo dan Pasuruan (Irawan
Deni, 2007).
sebagai berikut :
Divisi : Magnoliophyta
Bangsa : Rosales
7
8
Suku : Rosaceae
Marga : Malus
Dalam buah apel terdapat bermacam-macam varietas yang lain dan memiliki
Rome beauty, Anna, Wangli, Princess Noble, golden delicious, red delicious dan
grany smith dan masih banyak yang lainnya. (Irawan Deni, 2007).
a. Akar
Pohon apel yang berasal dari biji dan anakan akan membentuk akar tunggal,
yaitu akar yang tumbuhnnya lurus atau vertical kedalam tanah yang keras.
Kedalaman dan luas penyebaran akar sangat tergantung pada kesuburan dan
tekstur tanah. Sedangkan batang bawah yang kebanyakan berasal dari steak dan
rundukan tunas akar yang berkembang baik adalah akar cabang atau akar rambut
b. Batang
Pohon apel berkayu keras dan cukup kuat, cabang-cabangnnya yang dibiarkan
atau tidak dipangkas akan tumbuh lurus dan tidak beranting, kulit kayunnya tebal
(Soelarso,1997).
9
c. Daun
Daun apel dibagi menjadi enam kategori yakni oval, broadly oval, narrow oval,
acute, dan narrow acute. Permukaan daun bisa datar atau bergelombang. Sisi daun
ada yang melipat kebawah dan ada yang melipat keatas. Bagian bawah daun apel
d. Bunga
Bunga apel bertangkai pendek, menghadap ke atas, bertanda dan pada tiap
Buah apel terbagi menjadi 15 bagian, mulai dari kulit sampai bijinnya, kelima
belas bagian itu berbeda setiap jenisnnya, bentuk buah yang berbeda-beda tersebut
dipengaruhi oleh iklim dan tanah tempat tumbuhnnya tanaman tersebut. ada
delapan macam bentuk buah apel yaitu flat, flat-round, round, round –conical,
Sumber : (Soelarso,1997).
10
Bentuk biji juga berbeda-beda, ada yang berbentuk panjang dengan ujung
meruncing, berujung tumpul dan bentuk yang ketiga yaitu berbentuk pertengahan
antara bentuk yang pertama dan yang kedua. Warna buah tergantung dari
Buah Apel mempunyai beberapa kandungan gizi yang terdapat dalam tabel
sebagai vitamin A dan antioksidan yang berguna bagi tubuh, pektin pada kulit dan
buah apel salah satu jenis serat yang bersifat larut dalam air, pektin dalam buah
11
apel dapat sebagai antikolestrol karena dapat mengikat asam empedu yang
kanker paru hingga 50%; Quercetin dipercaya dapat melindungi tubuh dengan
cara mencegah proses pengoksidasi lemak; Asam elagat sebagai obat antikanker
indeks glikemik yang rendah hal ini berarti bahwa kadar gula alami yang terdapat
dalam apel tidak mempengaruhi naiknya gula darah. Kandungan tanin dalam buah
apel dapat mencegah infeksi saluran kencing, kerusakan gigi (Sufrida ,dkk., 2012).
Selai buah adalah produk makanan semi basah yang dapat dioleskan, yang
dibuat dari pengolahan buah –buahan, gula dengan atau tanpa penambahan bahan
pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diijinkan (Badan Standart Nasional
Indonesia 3746:2008).
Selai sebagai produk olahan buah-buahan, baik berupa buah segar, buah
beku, buah kaleng maupun campuran ketiganya dalam proporsi tertentu terhadap
gula (sukrosa) dengan atau tanpa penambahan air. Proporsinya adalah 45% bagian
berat buah dan 55% bagian berat gula. Campuran yang dihasilkan kemudian
65% (Adheina,2012).
12
Selai merupakan jenis makanan olahan yang berasal dari sari buah atau
pelengkap pada roti tawar atau sebagai bahan pengisi pada roti manis, kue nastar
atau sebagai pemanis pada minuman seperti yogurt dan es krim ((Lies, 2001)
Selai lembaran merupakan hasil modifikasi selai semi padat (gel) menjadi
bentuk lembaran yang padat dengan ukuran seukuran roti tawar dan menyerupai
Selai lembaran merupakan salah satu jenis bentuk olahan yang berbentuk
lembaran dengan ketebalan sekitar 0,5 cm dan dibuat dari hancuran daging buah
bahan lain seperti pati, agar-agar, gom arab, sodium metabisulfit, tepung glukosa,
asam sitrat, karagenan, pektin, CMC dapat memberikan tekstur yang lebih baik,
karena bahan pengemulsi, pemantap dan pengental seperti : agar, asam alginat,
lesitin, dekstrin, gelatin, pektin, gum arab, pati asetat dan Carboxy methyl
produk makanan sehingga tidak terjadi pemisahan antara fase terdispersi dan fase
pendispersi apabila produk makanan tersebut disimpan dalam waktu yang lama
(Indriyati,2008).
Hal yang membedakan selai lembaran dengan selai oles adalah tekstur yang
lebih padat dan kompak, selai lembar lebih praktis dan lebih mudah dalam
Selai apel lembaran adalah produk olahan selai yang dibuat dari buah apel
yang diolah dengan penambahan bahan-bahan tambahan yang lain sehingga dapat
membentuk lembaran.
2.5.1 Air
mempengaruhi mutu makanan yang dihasilkan. Jenis air yang digunakan berbeda-
beda tergantung dari jenis bahan yang diolah. Air yang digunakan harus
rasa serta tidak menganggu kesehatan dan tidak menyebabkan kebusukan bahan
pangan yang diolah. Air (H20) merupakan komponen pentig dalam bahan
kerenyahan produk akhir serta cita rasa makanan. Air berperan sebagai pembawa
bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan bahan
tersebut. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan
pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan
makanan terjadi dalam medium air yang ditambahkan atau yang berasal dari
bahan itu sendiri (Winarno, Kimia Pangan dan Gizi, 2004). Reaksi pembentukan
gel memerlukan air sebagai penentu tingkat keberhasilan produk yang diinginkan
(Muryanti,2011)
2.5.2 Gula
Menurut istilah umum gula adalah jenis karbohidrat yang sering digunakan
sebagai pemanis, tetapi dalam industry pangan biasanya gula untuk menyatakan
16
sukrosa, gula diperoleh dari bit atau tebu. Gula merupakan hasil olahan dari tebu
komposisi gula ini memiliki suatu rasa manis yang khas dan sangat berbeda.
Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu
manitol, honey, high fructose syrup, molase), konsentrasi, suhu serta sifat
menghasilkan rasa manis saja meskipun sifat ini penting. Beberapa fungsi gula
yaitu sebagai bahan penambah rasa, bahan perubah warna (Wisnu Cahyadi,2012).
Gula juga dapat menyempurnakan rasa asam dan cita rasa lainnya dan juga
memberikan kekentalan. Daya larut yang tinggi dari gula, mampu mengurangi
kelembaban relatif dan daya mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan
gula dipakai dalam pengawetan bahan pangan (Sulardjo dan Agus Santoso, 2012).
tekstur, penampakan dan flavor yang ideal, selain itu, dalam pembuatan selai gula
Perbandingan gula terhadap berat buah yang digunakan dalam pembuatan selai
adalah 45 bahan buah :55 gula (Yuliani Hr,2011). Jika dalam pembuatan selai
kurang dalam penambahan gula maka akan menghasilkan gel yang kurang kuat,
(Wisnu Cahyadi,2012).
17
mengandung tiga gugus karboksil, selain itu ada satu gugus hidroksi yang terikat
pada atom karbon yang ada di tengah. Asam sitrat termasuk dalam golongan asam
organik, berbentuk kristal dan berwarna putih. Asam sitrat merupakan salah satu
zat aditif kimia yang banyak digunakan dalam proses pengawetan, Zat aditif kimia
adalah substansi gizi yang ditambahkan ke dalam makanan dalam jumlah tertentu
berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat memiliki sifat antara lain: mudah
larut dalam air, spiritus, dan etanol, tidak berbau, rasannya sangat asam, serta jika
dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang selanjutnya akan terbakar sampai
dapat mengkomplekskan ion tembaga yang dalam hal ini berperan sebagai katalis
dalam reaksi pencoklatan. Selain itu asam sitrat juga dapat menghambat
menjadi inaktif. Asam sitrat berfungsi sebagai pemberi rasa asam, pencegah
18
kristalisasi gel, dan penjernih gel yang dihasilkan. Asam sitrat juga dapat
Dalam pembuatan selai Asam sitrat digunakan untuk membentuk kondisi asam
Zat pewarna makanan adalah zat warna yang dicampurkan kedalam makanan.
pewarna makanan adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau
untuk memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama
proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang tidak berwarna
ditemukan zat warna sintetis, karena penggunaannya lebih praktis dan harganya
lebih murah. (Wisnu Cahyadi,2012). Adapun beberapa zat pewarna sintetik yang
Zat pewarna yang digunakan dalam pembuatan selai ini adalah zat
2.5.5 Konjak
Konjak atau yang disebut konjak manan atau konyaku adalah polisakarida
lebih dari 75%. Warna tepungnya putih sampai krem atau kecoklatan.
larut dalam air panas atau air dingin, kekentalannya tinggi dengan pH antara 4,0
sampai 7,0, berfungsi sebagai bahan pembentuk gel, pengental, emulsifier dan
mempunyai sinergisme dengan karaginan dalam hal sifat kekuatan gel dan
Carboxy Methyl Cellulose adalah turunan dari selulosa dan sering dipakai
dalam industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang baik. Struktur CMC
(Carboxyl Methyl Cellulose) merupakan rantai polimer yang terdiri dari unit
molekul sellulosa. Setiap unit anhidroglukosa memiliki tiga gugus hidroksil dan
Sifat dan fungsi CMC adalah sebagai berikut : Mudah larut dalam air
membentuk lapisan, bersifat stabil terhadap lemak dan tidak larut dalam pelarut
organik, baik sebagai bahan penebal, sebagai zat inert, bersifat sebagai pengikat.
Berdasarkan sifat dan fungsinya tersebut maka CMC dapat digunakan sebagai
bahan aditif pada produk minuman dan juga aman untuk dikonsumsi, CMC
mampu menyerap air yang terkandung dalam udara dimana banyaknya air yang
terserap dan laju penyerapannya bergantung pada jumlah kadar air yang
mengandung tidak kurang dari 65% dan tidak lebih dari 9,5% natrium (Na)
berwarna putih sampai krem, mudah terdispresi dalam air membentuk larutan
koloidal, tidak larut dalam etanol dalam eter dan dalam larutan organik.
Sortasi dilakukan untuk memilih bahan yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Buah yang digunakan adalah buah yang sudah masak. Proses
(Muryanti,2011)
2. Penghancuran
dalam blender dan ditambahkan air sesuai dengan perbandingan yang ditentukan.
dilakukan hingga daging buah halus untuk mengurangi endapan pada bubur buah
yang dihasilkan. Lalu disaring untuk menghasilkan bubur buah yang baik
(Muryanti,2011)
3. Pemasakan
Sebelum dimasak bubur buah ditambah dengan bahan lain seperti gula,
pewarna dan asam sitrat dimasak dengan api sedang, kemudian bahan hidrokoloid
ditambahkan setelah itu dimasak kembali hingga mendidih, lalu api dikecilkan
dan ditambah bahan penstabil lalu terus dimasak sambil diaduk. Pemanasan
4. Pencetakan
Adonan selai yang telah masak didinginkan hingga suhu 40 0C, setelah itu
selai ini agar produk sama rata dan lebih praktis dalam pengolahan.
22
Kemudian selai di potong –potong sesui ukuran, dikeluarkan dari cetakan dan
dikemas (Muryanti,2011)
Pengujian mutu selai lembaran yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
pengujian organoleptis, uji tekstur, uji warna dan kadar air dalam selai apel
lembaran.
pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adannya rangsangan yang
penilaian konsumen terhadap produk yang akan diuji. Pengujian organoleptis ini
meliputi warna, bentuk, rasa, dan aroma dari selai lembar apel. Untuk
mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel bertindak sebagai
instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas
menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi
anggota panel disebut panelis. Dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam
1. Panel Perseorangan
Penel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik
yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang sangat
intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan
23
dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi,
2. Panel Terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi. Panelis
mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.
3. Panel Terlatih
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik.
Untuk menjadi terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan. Panelis
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan
jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak terlatih hanya
tetapi tidak boleh digunakan dalam. untuk itu panel tidak terlatih biasanya dari
24
orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama dengan panelis wanita
(Soekarto,1985).
6. Panel Konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada target
pemasaran komoditi.Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat
7. Panel Anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10
produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen,es krim dan sebagainya.
terhadap produk yang dinilaidengan alat bantu gambar seperti boneka snoopy
yang sedang sedih, biasa atau tertawa. Keahlian seorang panelis biasanya
diperoleh melalui pengalaman dan latihan yang lama. Dengan keahlian yang
diperoleh itu merupakan bawaan sejak lahir, tetapi untuk mendapatkannya perlu
melihat secara langsung bentuk yang dihasilkan oleh selai apel lembaran meliputi
rasa, warna, aroma dan tekstur sehingga seorang panelis dapat memberikan
dan terdapat skor pada masing-masing jawaban apabila jawaban A ( sangat suka)
maka skor 4, apabila jawaban B ( suka ) maka skor 3, apabila jawaban C (kurang
25
suka) maka skor 2, apabila jawaban D ( tidak suka ) maka skor 1, dan apabila
jawaban E ( sangat tidak suka ) maka skor 0. Untuk mengetahui apakah selai apel
lembaran dapat diterima oleh volunteer , maka dapat dihitung dengan rumus :
N=
Keterangan :
sifat fisik dengan menggunakan suatu instrument. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui mutu fisik dari produk yang dibuat. Dalam pengujian mutu fisik selai
Warna merupakan sebuah nama yang muncul atas segala aktivitas pada retina
mata. Jika cahaya mencapai retina, meekanisme saraf mata menanggapi, salah
satunya member sinyal warna. Warna merupakan refleksi dari cahaya. Selain itu,
warna adalah hal penting bagi banyak makanan, baik bagi makanan yang tidak
pangan warna merupakan daya tarik utama sebelum konsumen mengenal dan
menyukai sifat-sifat lainnya. Warna pada produk pangan dapat diukur secara
kuantitatif menggunakan alat modern yang disebut color reader. Instrumen ini
terdiri atas ujung reseptor (A), sebuah layar dan 4 buah tombol. 3 tombol adalah
target, lab, dan Lch yang terletak dibawah layar pada sisi samping alat. 1 tombol
terletak paa sisi atas alat yang berfungsi sebagai tombol start saat penembakan
warna putih, abu-abu, dan hitam. Nilai L berkisar antara 0-100. Semakin tinggi
campuran merah-hijau. Nilai +a dari 0-60 untuk warna merah, -a dari 0-(-60)
untuk warna hijau. b atau Yellowness menyatakan warna kromatik campuran biru-
kuning. Nilai +b dari 0-60 untuk warna kuning, -b dari 0-(-60) untuk warna biru
(Safitri Desi,2014).
27
reader.
d. Tombol target : tombol ini ditekan saat sampel ditempalkan pada reseptor.
e. Layar hasil : berfungsi sebagai tempat hasil pembacaan warna oleh reseptor
f. Tombol sistem L,a,b dan Lch : metode yang dipakai untuk pembacaan
Cara kerja alat ini adalah ditempalkan pada sampel, yang akan diuji
lampu menyala dan akan memunculkannya dalam bentuk angka dan kemudian
komponen dan unsur struktur ditata dan digabungkan menjadi mikro dan makro
struktur. Pernyataan struktur ini keluar dalam segi aliran dan deformasi. Tekstur
makanan dapat dievaluasi dengan uji mekanika (metode instrumen) atau dengan
analisis secara pengindraan. Tekstur merupakan segi penting dari mutu makanan,
kadang-kadang lebih penting dari pada bau rasa dan warna. Tekstur paling penting
pada makanan lunak dan makanan renyah. Ciri yang paling sering diacu adalah
kekerasan, kekohesifan, dan kandungan air. Terdapat tiga golongan ciri tekstur,
yaitu ciri mekanis, geometris dan ciri lain yang berkaitan terutama dengan air dan
Pengukuran tekstur telah menjadi salah satu faktor terpenting dalam industri
menguji dan mengukur tekstur, memberikan keleluasaan bagi pihak industri untuk
menetapkan standar kualitas baik dari segi pengepakan atau pengemasan maupun
kerapuhan bahan pangan dapat dilihat berdasarkan faktor mekanik, geometris, dan
kekerasan, kekenyalan, dan daya lengket suatu bahan pangan. Parameter sekunder
tekstur menggunakan alat Tensile Stregth. Tensile Stregth merupakan salah satu
alat pengujian tekstur yang dapat mengetahui kekuatan bahan untuk menahan
gaya (N) tekanan atau tarikan persatuan luas (kg/cm 3) (Lestari, D W, 2013).
29
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,
Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan dapat
dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya yaitu cara titrasi, destilasi dan
minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan , dimana nilai
1. Air bebas, air ini terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan inter-granular dan
2. Air yang terikat secara lemah, air ini teradsorbsi pada pemukaan koloid
makromolekuler seperti protein, pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga
terdispersi diantara kolloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada
dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air
bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air bebas
3. Air dalam keadaan terikat kuat, air ini membentuk hidrat. Ikatannya bersifat
ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku
Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat membantu terjadinya proses
bahkan oleh aktivitas serangga perusak. Jumlah air bebas dalam bahan pangan
Metode pengujian kadar air yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian
menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan.
Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahan cara ini adalah:
Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama
dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain.
Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat
Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya
menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan. Maka
dapat dilakukan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan
diperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya (Sudarmadji,
2003).
31
BUAH APEL :
Pengolahan menjadi
Selai lembaran
CMC –Na
Proses Pengujian :
2.9 Hipotesis
H0 = Tidak ada pengaruh variasi konsentrasi CMC-Na sebesar 2,5%, 5% dan 7,5%
;
BAB III
METODE PENELITIAN
fisik, dan penerimaan volunteer selai apel lembaran. Adapun parameter uji yang
dilakukan dalam penelitian ini diantarannya yaitu uji mutu fisik meliputi tekstur,
uji warna, serta uji kadar air dan uji penerimaan volunteer.
Proses penelitian ini dimulai dengan melakukan persiapan alat dan bahan
yang akan digunakan, pembuatan bubur apel, pembuatan selai lembaran apel
makanan, konjak dan CMC dengan variasi konsentrasi yang berbeda-beda setiap
formulasi.
Selai apel lembaran yang sudah dibuat kemudian dievaluasi mutu fisik,
sehingga dari evaluasi tersebut akan diketahui sediaan tersebut apakah sudah
sesuai standart atau belum. Selanjutnnya juga dilakukan uji volunteer untuk
semua data hasil evaluasi terkumpul kemudian dilakukan analisis data dan
32
33
Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang akan kita
lakukan. pupulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Selai Apel
lembaran.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai atau karakteristiknya kita ukur
dan yang nantinya kita pakai untuk menduga karakteristik dari populasi. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian Selai apel lembaran dengan
Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang dan Laboratorium pengujian mutu
Variabel merupakan suatu kriteria atau cirri-ciri tertentu yang digunakan untuk
menyatakan sesuatu yang dapat diamati atau diukur. Definisi operasional variabel
melakukan pengukuran dari variable yang diteliti. Dalam penelitian ini terdiri atas
34
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan factor-faktor yang
mempengaruhi hasil analisa. Variable bebas dalam penelitian ini adalah variasi
konsentrasi CMC-Na sebesar 2,5%, 5% dan 7,5% per 100g apel dalam formulasi
pembuatan selai apel lembaran. Variabel terikat adalah variable yang nilianya
tergantung dari variable bebas. Variable terikat dalam penelitian ini adalah hasil
3.5.1 Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah: beaker glass, gelas ukur,
neraca digital, mortil, stamper, kertas saring, termometer, loyang, kertas loyang,
kertas kue, timbangan, pisau, baskom, blender, oven, seperangkat alat masak, alat
3.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah apel, gula, konjak,
bijinya
2. Sampel selai apel lembaran yang akan diamati dimasukkan pada cawan
4. Alat Color reader dikalibrasi terlebih dahulu dan dicatat hasil kalibrasi
1. Disiapkan sampel selai apel lembaran dan formulir penilaian pada panelis
2. Diberikan sampel selai apel lembaran dan formulir penilaian pada panelis
5. Diambil kembali formulir penilaian yang telah selesai diisi oleh panelis
menggunakan rumus
N= x 100%
Keterangan :
volunteer)
b) Suka nilainya 51 ≤ x ≤ 75
3.6.7 Pengujian Kadar Air Selai Apel Lembaran Cara Pemanasan (AOAC
1970)
dan ditimbang
2. Di timbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak 2-5 gram dalam botol
3. Di keringkan dalam oven pada suhu 100-105oC selama 3-5 jam terhantung
secara deskripitif. Data hasil penelitan analisa kadar air dibandingkan dengan SNI
nomer 3764:2008. Data hasil penelitian analisa tekstur, analisa warna dan analisa
kadar air dianalisa data menggunakan metode regresi linier untuk melihat
pengaruh variasi konsentrasi CMC-Na terhadap mutu fisik dan kimia selai apel
Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang dan Laboratorium Fakultas Teknik
lembaran, pengujian mutu fisik yang meliputi uji warna dan uji tekstur, pengujian
mutu kimia yang meliputi uji kadar air dan Pengujian organoleptis berdasarkan
penerimaan volunteer
Buah apel merupakan salah satu buah yang kaya akan kandungan gizi dan daya
antioksidan yang cukup sehingga buah apel sangat bermanfaat bagi tubuh. Pada
penelitian kali ini akan dilakukan pengolahan buah apel menjadi selai. Selai buah
dapat dibuat dari berbagai macam buah, akan tetapi biasannya buah yang
digunakan adalah jenis buah yang mengandung pektin dan asam yang cukup
Buah apel yang akan digunakan disortasi terlebih dahulu. sortasi bertujuan
untuk memisahkan antara buah apel yang busuk atau yang tidak layak digunakan.
buah apel dicuci hingga bersih untuk menghilangkan kotoran yang masih
buah apel ini bertujuan untuk memudahkan proses pemasakan buah apel.
40
41
Penambahan gula pasir pada pembuatan selai sangat berperan penting dalam
pembentukan kekentalan pada tekstur selai. gula juga berfungsi sebagai pemanis.
Menurut Winarno (1970) Asam sitrat merupakan salah satu senyawa kimia
Penambahan asam sitrat pada selai apel lembaran bertujuan untuk mencegah
kristalisasi sukrosa, asam sitrat juga dapat menghambat pencoklatan pada buah
Pada pembuatan selai asam sitrat digunakan sebagai pencegah reaksi oksidasi
(Cahyadi,2012). Selain itu, asam sitrat juga dapat berfungsi sebagai pengawet
karena pada pH rendah (kurang dari 4,6) mikroorganisme akan sulit tumbuh dan
untuk memberikan efek warna yang menarik pada produk selai apel lembaran
yang dihasilkan dan menutupi pencoklatan warna yang disebakan oleh rekasi
Selain bahan-bahan tersebut dalam pembuatan selai apel lembaran juga perlu
penambahn bahan hidrokolid salah satunnya yaitu tepung konjak. Tepung konjak
berfungsi dalam pembentuk gel pada pembuatan selai apel lembaran agar
Berdasarkan hasil observasi dengan penambahan tepung konjak saja tidak cukup
sebagai bahan peningkat kekentalan sehingga, selai yang dihasilkan tidak lembek
pada pembuatan selai lembar tepung ampas tahu. Konsentrasi penambahan CMC-
Na yang digunakan pada penelitian kali ini sebesar 2,5%, 5%, dan 7,5%.
penerimaan volunteer selai apel lembaran. Tahap akhir dari pembuatan selai apel
lemberan.
fisik dengan menggunakan suatu instrument. Pada penelitian ini pengujian mutu
fisik selai apel lembaran meliputi uji warna dan uji tekstur.
Prinsip dasar Tensile Strength adalah menentukan tingkat kekerasan selai apel
lembaran dengan menahan gaya (N) tekanan / tarikan pada bahan melalui pisau
kerapuhan suatu sampel (DeMan,1997). Selai apel lembaran yang semakin keras
Nilai tekstur akan mempengaruhi kenampakan, cita rasa, aroma dan kadar air
pada produk tersebut. Hasil pengamatan tekstur pada selai apel lembaran dapat
C memiliki nilai tekstur lebih tinggi yaitu 10.60 N, pada formulasi B sebesar
14
12 y = 1,8x - 2,0333
Nilai Tekstur (N)
10 10,6
R² = 0,8999
8 8,7
6
4
2 1,6
0
0 2 4 6 8
konsentrasi CMC-Na (%)
selai apel lembaran. Dari gambar 4.1 tersebut didapatkan nilai r 2 sebesar 0.899
sehingga diperoleh nilai r sebesar 0.948. Hal ini, menunjukkan ada hubungan
sangat kuat antara variasi konsentrasi CMC-Na terhadap nilai tekstur. Dari grafik
terlihat bahwa gradient garis atau arah persamaan garis bernilai positif sehingga,
nilai tektur dari selai apel lembaran. Hal ini, disebabkan oleh sifat dari
44
molekul yang kaku dan tahan terhadap tekanan, ikatan silang tersebut memperkuat
Warna penting bagi banyak makanan, baik bagi makanan yang tidak diproses
memegang peran penting dalam keterterimaan makanan. Selain itu warna dapat
warna dilakukan dengan menggunakan alat color reader. Prinsip dari alat ini yaitu
reseptor warna yaitu L,a* dan b*dengan menggunakan metode Hunter. Hasil
pengamatan warna pada selai apel lembaran dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah
ini.
Berdasarkan hasil pengujian warna yang didapat pada tabel 4.4 diatas didapatkan
45
nilai kecerahan (L) pada masing-masing formulasi yaitu formulasi C yaitu 39,8%,
40,5
40
39,8
39,5 y = 0,5x + 36,2
hasil uji L
39 R² = 0,9586 39
38,5
38
37,5
37,3
37
0 2 4 6 8
variasi konsentrasi CMC-Na
selai apel lembaran. Dari gambar 4.2 tersebut didapatkan nilai r 2 sebesar 0.958
sehingga diperoleh nilai r sebesar 0,978. Hal ini, menunjukkan ada hubungan
sangat kuat antara variasi konsentrasi CMC-Na terhadap nilai kecerahan (L). Dari
grafik terlihat bahwa gradient garis atau arah persamaan garis bernilai positif
meningkatkan nilai kecerahan (L). Warna cerah yang dihasilkan oleh selai apel
pembuatan selai apel lembaran. sifat dari hidrokoloid yang dapt menyerap air
b. Nilai (a*)
kemerahan- kehijauan warna suatu bahan. Menurut John M, deMan (1997) Acuan
warna untuk Nilai +a* antara 0-60 menghasilkan warna merah, nilai –a* dari 0-(-
60) menhasilkan warna hijau. Berdasarkan hasil pengujian warna yang didapat
pada tabel 4.4 diatas didapatkan nilai a* pada masing-masing formulasi yaitu
14
12 12,5
Nilai warna a*
10
8
6 6,7
4 y = -0,6x + 10,633
3,7
R² = 0,1124
2
0
0 2 4 6 8
variasi konsentrasi CMC-Na
lembaran. Dari gambar 4.3 tersebut didapatkan nilai r 2 sebesar 0,112 dan nilai r
0,334. Hal ini, menunjukkan hubungan sangat lemah antara variasi konsentrasi
CMC-Na terhadap nilai a*. Dari grafik terlihat bahwa gradient garis atau arah
c. Nilai (b*)
kekuningan sampai kebiruan warna suatu bahan. Menurut John M, deMan 1997
Acuan warna untuk nilai +b* dari 0-60 menghasilkan warna kuning, sedangkan -
b* dari 0-(-60) menghasilkan warna biru. Berdasarkan hasil pengujian warna yang
didapat pada tabel 4.4 diatas didapatkan nilai b* pada masing-masing formulasi
yaitu pada formulasi A sebesar 21,3; formulasi B 22,3; dan pada formulasi C 25.
26
25 25
y = 0,74x + 19,167
hasil nilai (b*)
24 R² = 0,9343
23
22,3
22
21,3
21
20
0 2 4 6 8
konsentrasi CMC-Na
terhadap nilai a* selai apel lembaran. Dari gambar 4.4 tersebut didapatkan nilai r 2
0,934 dan nilia r sebesar 0,966. Hal ini, menunjukkan ada hubungan sangat kuat
antara variasi konsentrasi CMC-Na terhadap terhadap nilai b*. Dari grafik terlihat
bahwa gradient garis atau arah persamaan garis bernilai positif sehingga, semakin
yang dihasilkan.
48
ini terjadi karena efek pencoklatan yang makin intensif dengan penggunaan buah
apel pada kadar gula yang tinggi diduga sebagai factor penyebab yang dapat
persentase kandungan air dalam selai apel lembaran. Kadar air yang terlalu tinggi
biak sehingga akan mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada
produk. Selain itu, kadar air dalam bahan pangan juga ikut menentukan kesegaran
dan daya awet atau umur simpan produk pangan tersebut (Sudarmadji,dkk.,2003).
Bahan pangan yang memiliki kadar air yang relatif tinggi akan cenderung
mengalami kerusakan yang lebih cepat dibandingkan dengan bahan pangan yang
memiliki kadar air lebih rendah. Kadar air juga dipengaruhi oleh total padatan,
semakin rendah kadar air maka semakin tinggi total padatan (Buckle.,dkk, 1987).
Adapun hasil pengujian kadar air selai lembar apel dapat dilihat pada tabel 4.3
dibawah ini.
Berdasarkan hasil pengujian kadar air yang didapat pada tabel 4.5 diatas
kadar air lebih rendah yaitu 16,66%, pada formulasi B sebesar 22,6% sedangkan
pada formulasi A memiliki nilai kadar air tertinggi yaitu 26,42%. Menurut SNI
(3764:2008) kadar air selai lembaran maksimal adalah 35% (BSN, 2008). Artinya
kadar air selai lembaran pada penelitian ini masuk dalam persyaratan yang
ditentukan.
30
25
% Kadar Air
20
15
10 y = -1,952x + 31,677
R² = 0,9824
5
0
0 2 4 6 8
variasi konsentrasi CMC-Na
mengetahui pengaruh variasi konsentrasi CMC-Na terhadap kadar air selai apel
lembaran. Dari gambar 4.5 tersebut didapatkan nilai r 2 sebesar 0.982 sehingga
diperoleh nilai r sebesar 0,991. Hal ini,menunjukkan ada hubungan sangat kuat
antara variasi konsentrasi CMC-Na terhadapkadar air selai apel lembaran. Dari
grafik terlihat bahwa gradient garis atau arah persamaan garis bernilai negatif
(CMC-Na), yang memungkinkan interaksi lebih banyak dengan air melalui ikatan
50
maka ikatan hidrogen yang berikatan dalam air semakin banyak pula. (Putra,G.H,
2012).
dan rasa (Soekarnto,1985). Pengujian organoleptis pada selai apel lembaran ini
didasarkan pada pengujian secara hedonik atau tingkat kesukaan panelis terhadap
produk selai apel lembaran yang dihasilkan. Hasil pengamatan organoleptis dan
penerimaan volunteer produk selai apel lembaran dapat dilihat pada tabel 4.4 dan
Tabel 4. 4 Hasil analisa organoleptis Selai Apel Lembaran dengan variasi konsentrasi
penambahan CMC-Na
Kenyal dan
Aroma khas buah
2 B (5%) Hijau tidak terlalu Manis
apel kurang kuat
lembek
selai apel lembaran yang dibuat masih disukai oleh panelis. Menurut Sukanto
(1985) jika diperoleh data rata-rata 51<x≤75 maka dapat dikategorikan suka pada
a. Warna
pangan warna merupakan daya tarik utama sebelum konsumen mengenal dan
terhadap parameter warna diperoleh nilai 76% untuk formulasi A, 77% Formulasi
B, 71% untuk Formulasi C dan rata-rata dari hasil tersebut yaitu 74,66% yang
berarti warna dari selai apel lembaran yang dihasilkan disukai oleh panelis.
formulasi A menghasilkan warna hijau lebih pekat dari formulasi B dan C. Hal
menyerap air. Semakin tinggi konsentrasi yang ditambahkan maka kepekatan dari
b. Tesktur
Tesktur memiliki peranan yang tak kalah penting dengan parameter yang
tertarik oleh sebuah tesktur terlebih dahulu. Tekstur merupakan salah satu sifat
bahan atau produk yang dapat dirasakan melalui sentuhan kulit (perabaan dengan
(deMan,1997).
52
Dari hasil penerimaan panelis terhadap parameter tekstur diperoleh nilai 66%
untuk formulasi A, 77% formulasi B dan 58 % pada formulasi C dan rata-rata dari
hasil tersebut yaitu 67 % yang berarti tekstur dari selai apel lembaran disukai oleh
panelis. Pada formulasi B menghasilkan nilai rata-rata 77% dengan hasil tekstur
tidak lengket dan tidak keras, pada formulasi A memiliki tekstur sedikit lengket
dan pada formulasi C menghasilkan tekstur yang keras sehingga panelis lebih
menyukai formulasi B.
didispersikan kedalam air, kemudian akan terjadi proses hidrasi molekul air
melalui pembentukan ikatan hidrogen, dimana molekul air akan tejebak didalam
struktur molekul kompleks tersebut dan akan terbentuk massa gel yang kenyal.
Hal ini juga didukung oleh penelitian Hudaida.,dkk (2010) yang menyatakan
selai nanas. Tesktur yang diharapkan pada produk selai lembaran memiliki tesktur
yang tidak lembek, berbentuk lembaran yang tidak mudah patah (Indriyati,2008).
Maka untuk meningkatkan keplastisan dari selai apel lembaran perlu dilakukan
penggunaan bahan hidrokoloid lain sehingga selai yang dihasilkan lebih plastis.
c. Aroma
Aroma atau bau merupakan suatu sifat sensori yang menentukan kelezatan
suatu produk pangan yang dihasilkan. Dari hasil penerimaan panelis terhadap
parameter aroma diperoleh nilai 69% formulasi A, 71% formulasi B dan 69%
pada formulasi C dan rata-rata hasil tersebut yaitu 69,66% yang berarti panelis
menyukai aroma dari selai apel lembaran. Hasil pembuatan selai apel lembaran
53
menghasilkan aroma khas buah apel. Aroma khas buah apel ini disebabkan karena
bahan dasar utama pembuatan selai apel lembaran ini menggunakan buah apel
tanpa penambahan essence sehingga aroma khas buah apel lebih dominan.
(thickness) pada produk pangan sehingga akan mengurangi aroma dari produk
d. Rasa
Rasa merupakan sifat sensori yang dinilai oleh indera pengecap (lidah).
Menurut Winarno (2004) rasa dari bahan makanan merupakan penilaian dominan
dari konsumen, namun setiap orang mempunyai penilaian yang berbeda terhadap
rasa dari suatu produk makanan. Hasil pembuatan selai apel lembaran
menghasilkan rasa manis. Rasa manis pada selai apel lembaran ini disebabkan
adannya kandungan gula pada buah apel itu sendiri yang menghasilkan rasa
manis. Hal tersebut didukung Menurut DeMan, (1997) kandungan gula total pada
buah apel 14,5% ( glukosa 1,17, fruktosa 6,04, sukrosa 3,78, pati 1,5 dan selulosa
dapat meningkatkan cita rasa pada bahan makanan. Rasa manis pada gula tersebut
Dari hasil Penerimaan panelis terhadap parameter rasa diperoleh nilai 70%
untuk fomulasi A, 80% formulasi B dan 69% untuk formulasi C. Rata-rata dari
hasil tersebut yaitu 73% yang bearti panelis menyukai rasa dari selai apel
konsentrasi yang tinggi diperkirakan dapat mengurangi rasa khas buah dari selai
apel lembaran yang dihasilkan sehingga mempengaruhi penurunan nilai rasa pada
formulasi C.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
CMC-Na terhadap mutu fisik, kimia dan penerimaan volunteer selai apel
5.1.1 Ada pengaruh variasi konsentrasi CMC-Na 2,5%, 5%, dan 7,5% terhadap
5.2 Saran
55
DAFTAR RUJUKAN
Arga, Anisa. 2012. Studi Pembuatan Fruit Leather Mangga-Rosella. Skripsi tidak
diterbitkan, Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Hasanud: Makasar
Badan Standar Nasional Indonesia. 2008. SNI 3746:2008. Selai Buah. Jakarta:
BSN
Buckle dkk. 1987. Ilmu Pangan. Terjemah Hari Purnomo dan Adiono. Jakarta: UI
Press
56
57
Firdaus, Adurrozaq dan Sri Winarti.2010. Stabilitas Warna Merah Ekstrak Bunga
Rosela untuk Pewarna Makanan dan Minuman, Jurnal Teknologi Pertanian
Harini, S. 2010. Karakterisasi Pektin Kasar dari Apel (Malus Sylvestris Mill)
Kualitas Subgrade (Kajian Varietas dan Tingkat Kematangan). Skripsi.
tidak diterbitkan .Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya:
Malang.
Hartanto,1994.PengawetanBuah-Buahan.Bandung:PenerbitAngkasa(online)
books.google.co.id diakses 27 desember 2015
Putra, Gideon Hindarto. 2012. Pembuatan Beras Analog Berbasis Tepung Pisang
Goroho (Musa Acuminate) Dengan Bahan Pengikat Carboxymethyl
Celluloce (CMC). Jurnal Ilmiah. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sam Ratulangi
58
Subagyo, Purwo dan Zubaidi Achmad. 2010. Pemungutan Pektin dari Kulit dan
Amapas Apel Secara Ekstraksi. Jurnal.Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri
Sufrida Y, Iriansyah, Edi J dan Mufatis W. 2012. Khasiat dan Manfaat Apel.
Agromedia (online) books.google.com diakses 27 desember 2015
Sulardjo dan Agus Santoso. 2012. Pengaruh Konsentrasi Gula Pasir Terhadap
Kualitas Jelli Buah Rambutan. Fakultas Teknologi Hasil Pertanian
UNWIDHA. Klaten
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
60
61
Buah apel
Disortasi , dibersihkan
, Dipotong dan
dipisahkan dari biji
Hasil
Di blender
bubur apel
Selai apel
Proses pengujian :
Hasil Selai apel
- pengujian tekstur lembaran
- Pengujian warna
- pengujian Kadar Air
- pengujian volunteer
62
Nama :
Umur :
Tanggal pemberian :
dihasilkan oleh peneliti yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur
b. Sebelum dan setelah mencicipi satu sampel harap meminum air putih
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
63
sebelum penambahan
Penambahan tepung konjak Penambahan CMC-Na
CMC-Na
pembentukan lembaran
Hasil Selai Lembaran
65
formulasi A
Perhitungan :
a. N % Warna = x 100%
formulasi B
Perhitungan :
= x 100% = 77%
formulasi C
Perhitungan :
= x 100% = 71%
jumblah
Warna Aroma rasa tekstur nilai
Warna Pearson Correlation 1 .560(**) .637(**) .607(**) .816(**)
Sig. (2-tailed) .004 .001 .001 .000
N 25 25 25 25 25
Aroma Pearson Correlation .560(**) 1 .424(*) .818(**) .840(**)
Sig. (2-tailed) .004 .035 .000 .000
N 25 25 25 25 25
Rasa Pearson Correlation .637(**) .424(*) 1 .610(**) .802(**)
Sig. (2-tailed) .001 .035 .001 .000
N 25 25 25 25 25
Tekstur Pearson Correlation .607(**) .818(**) .610(**) 1 .903(**)
Sig. (2-tailed) .001 .000 .001 .000
N 25 25 25 25 25
jumlah Pearson Correlation
.816(**) .840(**) .802(**) .903(**) 1
nilai
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 25 25 25 25 25
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)