DISUSUN OLEH :
B. ETIOLOGI
Menurut Huda dan Hardhi, (2013) penyebab kelahiran bayi berat badan lahir
rendah yaitu :
1. Prematur Murni
Prematur Murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut
juga neonatus preterm atau BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya persalinan premature atau BBLR adalah :
a. Faktor ibu :
1) Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
4) Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluhdarah (perokok).
5) Primigravidarum: ibu yang pertama kali hamil
6) Usia ibu < 20 tahun.
b. Faktor kehamilan
1) Faktor janin
Seperti cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda, anomaly
congenital.
2) Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.
2. Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan
menjadi dua yaitu :
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sampai janin lahir. Faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR
pada dismatur adalah :
1) Faktor ibu (HT, GGK, perokok, DM, toksemia, dan hipoksia ibu)
2) Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis, infark plasenta, insersi tali
pusat).
3) Faktor janin (kelainan kromosom, gamelli, cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan)
4) Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.
E. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilanya, yaitu tidak mencapai 2500
gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sIstem reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu
akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit
besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun
sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan,abortus,cacat bawaan,BBLR,anemia pada bayiyang dilahirkan, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara
bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar.
PATHWAY
BBLR
Dikontinuitas
Ketidakefektifan pola pemberian ASI
nafas
Respon Psikologis
misintrepretaai ibu
Kurang terpapar
informasi
Ansietas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/ mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
2. Hematocrit : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau hemoragik prenatal)
3. HB : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolysis berlebihan)
4. Destrosix : tetes glukosa perrtama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
5. Pemantauan elektrolit : biasanya dalam batas normal pada awalnya
6. Pemeriksaan analisa gas darah (Amin huda, hardhi 2016).
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan BBLR menurut Proverawati, (2010) dalam Bekti (2017) :
1) Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam inkubator
2) Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan
istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator maka
suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35∘C dan untuk bayi dengan BB
2-2,5 kg adalah 34∘C. bila tidak ada inkubator hanya dipakai popok untuk
memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan,
kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
3) Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju.
Sebelum memasukan bayi kedalam inkubator. Inkubator terlebih dahulu
dihangatkan sampai sekitar 29,4∘ C untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan 32,2∘ C
untuk bayi yang lebih kecil.
4) Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box.
5) Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
a) Mencuci tangan sampai kesiku dengan sabun dan air mengalir selama 2
menit.
b) Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah memegang
bayi.
6) Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk membantu
terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan utama,
dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glucose 5% yang
steril untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
H. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Biodata klien : nama, tempat lahir, jenis kelamin.
Orang tua : nama ayah / ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan dan alamat.
b) Riwayat kesehatan :
1) Riwayat antenatal :
a. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, HT, gizi buruk,
merokok, ketergantungan obat-obatan, DM, penyakit
kardiovaskuler dan paru.
b. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital.
c. Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir.
d. Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
e. Kala II :persalinan dengan tindakan pembedahan, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem
pusat pernafasan.
2) Riwayat post natal :
a. Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua (0-
3), asfiksia berat (4-6), asfiksia sedang (7-10) asfiksia ringan.
b. Berat badan lahir : preterm atau BBLR < 2500 gram, untuk aterm
2500 gram, LK kurang atau lebih dari normal (34-36)
c. Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan
absorbsi gastrointestinal, muntah, aspirasi, kelemahan menghisap
sehingga perlu diberikan cairan parenteral atau personde sesuai
dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan,
kalori dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
d. Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonates adalah BAB :
frekuensi, jumlah, konsisten. BAK : frekuensi dan jumlah.
e. Latar belakang sosial budaya kebudayaan yang berpengaruh
terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, obat-obatan jenis
psikotropika, kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
dan kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantangan makanan
tertentu.
f. Hubungan psikologis. sebaiknya segera setelah bayi baru lahir
dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi
memungkinkan.
g. Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah
dan hanya merintih. kesadaran neonates dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala
dapat menunjukan kondisi neonatos yang baik.
h. Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik
apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal
pada tubuh bayi n (36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140
x/m), untuk respirasi normal pada bayi (40-60 x/m), sering pada
bayi post asfiksia berat respirasi sering tidak teratur.
i. Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna
biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
j. Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.
k. Mata : warna konjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding konjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukan refleksi terhadap cahaya.
l. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat
penumpukan lender.
m. Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
n. Telinga : perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.
o. Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
p. Thorak : bentuk simetris, terdapat tarikan intercostals, perhatikan
suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari
100x/m.
q. Abdomen : bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah
ascus costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut
buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus timbul 1-2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI tract belum
sempurna.
r. Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak
adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
s. Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah
kelainan letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates
perempuan lihat labia mayir dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
t. Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja, frekwensi buang air
besar serta warna dari feces.
u. Ekstremitas : warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan
adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan
jari-jari tangan serta jumlahnya.
v. Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.
2. Masalah Keperawatan dan data pendukung
dyspnea
- Otot menelan
BBLR
lemah
- Membrane
mukosa pucat otak
- Serum albumin
turun
Defisit nutrisi
DO : - tidak efektif
- peningkatan area
permukaan Permukaan tubuh relative lebih
tubuh terhadap luas
rasio berat badan
DO : -
5 DS : BBLR Ansietas
- merasa khawatir
dengan akibat Respon psikologis
dari kondisi yang misintrepretasi ibu
dihadapi
- DO :
Kurang terpapar informasi
- Tampak gelisah,
tegang
ansietas
3. Diagnosa keperawatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik edisi 1 cetakan III (revisi). Jakarta Selatan :
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik edisi 1 cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik edisi 1 cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis edisi Revisi Jilid
1. Jogjakarta : MediAction
Bekti 2017