Anda di halaman 1dari 30

KONSEP MEDIS

BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( B B L R )

A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gr .
Bayi baru lahir resiko tinggi adalah neonatus tampa memperhatikan usia
gestasi atau berat badan lahir yang mempunyai kemungkinan morbiditas atau
mortalitas yang lebih besar dari rata-rata karena kondisi atau situasi yang
tumpang tindih pada keadaan normal suatu kejadian yang dikaitkan dengan
kelahiran dan penyesuaian pada keberadaan ekstrauterin.

B. Klasifikasi BBLR
1. Klasifikasi Menurut Ukuran
 BBLR adalah bayi yang dengan dengan berat badan kurang dari 2500
g tampa memperhatikan usia gestasi.
 Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir
ekstrem rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
1000 g
 Berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1500 g
 Berat badan lahir sangat rendah sedang adalah bayi yang lahir dengan
berat badan antara 1501 -2500 g
 Berat badan sesuai dengan usia gestasi adalah bayi yang lahir dengan
berat badan diantara persentil ke-10 dan ke-90 pada kurva
pertumbuhan intrauterin

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
 Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi adalh bayi
yang lahir dengan berat badan berada dibawah persentil ke-10 pada
kurva pertumbuhan intra uterin
 Retardasi pertumbuhan intrauterin (intrauterine growth retardation
[IUGR]) ditemukan pada bayi yang pertumbuhan intrauterinnya
mengalami retardasi (terkadang digunakan sebagai istilah yang lebih
deskriptif untuk bayi kecil ubtuk usia gestasi).
 Bayi besar untuk usia gestasi adalah bayio yang berat badan lahirnya
berada diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
2. Klasifikasi Menurut Usia Gestasi
 Bayi prematur (praterm) adalah bayi yang lahir sebelum gestasi
minggu ke-37 , tampa memperhatikan berat badan
 Bayi full–term adalah bayti yang lahir antara awal minggu ke-38
sampai akhir gestasi minggu ke-42, tampa memperhatikan berat badan
lahit
 Bayi postmatur (postterm) adalah bayi yang lahir setelah minggu ke-
42 dari usia gestasi tampa memperhatikan berat badan lahir.
3. Klasifikasi Menurut Mortalitas
 Lahir hidup adalah kelahiran dimana neonatus memanifestasikan
adanya denyut jantung, pernapasan, atau menunjukan gerakan volunter
tanpa memperhatikan usia geatasi
 Kematian janin adalah kematian janin setelah gestasi 20 minggu dan
sebelum persalinan dengan tidak adanya tanda-tanda kehidupan
setelah lahir
 Kematian neonatus adalah kematian yang terjadi dalam 27 hari
pertama kehidupan, kematian neonatus dini terjadi pada minggu
pertama kehidupan, kematian neonatus akhir terjadi pada 7 sampai 27
hari

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
 Mortalitas perinatal adalah menggambarkan jumlah total janin dan
neonatus awal yang meninggal per 100 kelahiran hidup
 Kematian postnatal adalah kematian yang terjadi pada hari ke-28
sampai 1 tahun

C. Penyebab BBLR
Masa gestasi < dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan
masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan- sesuai untuk masa
kehamilan.
Penyebab :
1. Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan
psikologi. Penyakit lainnya ialah nefritis akut, diabetes mellitus,
infeksi akut atau tindakan operatif dapat merupakan factor etiologi
premature.
b. Usia
Angka kejadian premature tinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun
dan pada multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia ibu antara 26 – 35 tahun.
c. Keadaan social ekonomi
Keadan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan social – ekonomi rendah, hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang.
2. Faktor Janin
Hidramnion,kehamilan ganda umumnya akan mengakibatkan bayi lahir
rendah.
Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-
UIM 2012
D. Manifestasi Klinis
 Berat badan < 2500 gr
 Panjang badan < 45 cm
 Lingkar dada < 35 cm,lingkar kepala < dari 33 cm
 Masa gestasi < 37 minggu
 Frekuensi pernafasan bervariasi terutama pada hari–hari
pertama,walaupun demikian bila frekuensi nafas terus meningkat atau
selalu diatas 60x/menit harus Waspada terhadap kemunkinan terjadinya
penyakit membrane hialin (syndrome gangguan pernafasan idiopatik)
atau gangguan pernafasan karena sebab lain.
 Kepala relative lebih besar daripada badan.
 Kulit tipis transparan,lanugo banyak, lemak subkutan kurang.
 Oksifikasi tengkorak sedikit,ubun – ubun dan sutura lebar.
 Genetalia im matur, desensus testikulorum biasanya belum sempurna.dan
labia minora belum tertutup sempurnaoleh labia mayora.
 Rambut biasanya tipis,halus dan teranyam,sehingga sulit terlihat satu
persatu.
 Tulang rawan dan daun telinga belum cukup sehingga elastisitas daun
telinga masih kurang.
 Jaringan mamae belum sempurna, demikian pula putting susu belum
terbentuk dengan baik.
 Tangis lemah
 Pernafasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnue
 Otot masih hipotoniksehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai
dalam abduksi, sendi lutut dan sendi kaki fleksi dan kepala menghadap
kesatu jurusan.
 Tonic neck reflks biasanya lemah,refleks moro (+), refleks mengisap dan
menelan belum sempurna demikian pula refleks batuk.
Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-
UIM 2012
 Bila lapar biasanya menangis, gelisah,aktifitas bertambah; bila dalam
waktu 3 hari tanda kelaparan tidak terdapat kemungkinan besar bayi
menderita infeksi atau perdarahan intracranial.
 Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang menjadi lebih nyata
sesudah 24 – 48 jam.
 Kulit tampak mengkilat dan licin,terdapat piting edema dapat berubah
sesuai perubahan posisi, edema biasanya berhubungan dengan DM dan
toksemia gravidarum.

E. Penyakit Bayi Prematur


Semua penyakit pada neonatus dapat mengenai bayi premature,tetapi ada
beberapa panyakit tertentu yang terutama terdapat pada bayi premature,hal ini
isebabkan oleh factor pertumbuhan ,misalnya belum cukup surkatan terbentuk
pada penyakit membrane hialin, berikut ini diuraikan beberapa penyakit yang
ada hubungannya dengan prematuritas :
1. Sindrome gangguan Pernafasan Idiopatik
Disebut juga membrane hialin karena pada stadium terakhir akan
terbentuk membrane hialin yang melapisis alveolus paru.
2. Pneumonia Aspirasi
Sering ditemukan pada premature,karena refleks menelan dan batuk belum
sempurna, penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan yang baik.
3. Perdarahan Intrventrikuler
Perdarahan spontan diventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh
karena anoksia otak, biasanya terjadi bersaman dengan pembentukan
membrane hialin pada paru.
4. Fibroplasia Retrolental
Penyakit ini terutama ditemukan pada bayi premature dan disebabkan oleh
gangguan oksigen yang berlebihan, dengan menggunakan oksigen dalam

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
konsentrasi tinggi,akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah
retina,kemudian setelah bayi bernafas dengan udara biasa lagi, pembuluh
darah ini akan mengalami vasodilatasi yang selanjutnya akan disusul
dengan proliferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur. Kelainan ini
biasanya terjadi pada bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg dan telah
mndapat oksigen dengan konsentrasi tiggi ( > dari 40 % ). Stadium akut
penyakit ini dapat terlihat pada umur 3 – 6 minggu dalam bentuk dilatasi
arteri dan vena retina,kemudian diikuti oleh pertumbuhan kapiler baru ini
tumbuh kearah korpus vitreus dan lensa. Selanjutnya akan terjadi edema
ada retina dapat terlepas dari dasarnya dan eadan ini merupakan keadaan
yang ireversibel.
5. Hiperbillirubinemia
Bayi premature lebih sering mengalami hiperbilirubinemia dibanding
dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan factor kematangan hepar
sehingga konjugasi billirubin indirek menjadi billirubin direk belum
sempurna.
Pada dasarnya ikterus yang ditemukan pada bayi lahir dapat merupaka
gejala fisiologis (terdapat pada 25 -50% neonatus cukup bulan dan lebih
tinggi pada neonatus kurang bulan), ikterus fisiologis ialah ikterus yang
timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologi,
kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai
potensial menjadi kernickicterus .

Ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologis adalah :


1. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
2. Ikterusdengan kadar billirubin melebihi 12,5 mg, pada neonatus cukup
bulan dan 10 mg pada neonatus kurang bulanIkterus dengan
penimngkatan billirubin lebih dari 5 g%/hari
3. Ikterus yang menetap setelah 2 minggu pertama

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
4. Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik ,infeksi
atau keadaan patologis lain yang telah diketahui
5. Kadar billirubin direk melebihi 1 mg%

Mengatasi Hiperbillirubinemia :
1. Mempercepat proses konjugasi, misalnya dengan pemberian fenobarbital,
obat ini bekerja sebagai enzyme inducer sehingga konjugasi dapat
dipercepat.
2. Melakukan dekomposisi billirubin dengan fototerapi / terapi sinar
Cara kerja terapi sinar :
Terapi sinar dengan mempergunakan kekuatan 400 – 500 nanometer
secara invitro dapat menimbulkan dekomposisi billirubin dari suatu
senyawaan tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol
yang mudah larut dalam air.Perubahan kimia tersebut terjadi karena
adanya oksidasi dari billirubin indirek sehingga pada terpi sinar perubahan
yang terjadi pada ikterus tersebut adalah akibat fotooksidasi, para ahli lain
menyatakan bahwa terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerasi
billirubin indirek yang mudah larut dalam plasma dan lebih mudah
diekskresi oleh hati.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
ASUHAN KEPERAWATAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( B B L R )

A. Pengkajian
1. Riwayat kehamilan
Mulai HPHT – umur kehamilan < 37 minggu
 Ibu menderita : hipertensi (toksemia gravidarum), kelainan jantung, DM,
penyakit menular.
 Riwayat obstetric kurang baik
 Kehamilan multigravida dengan jarak kelahiran < 2 tahun
 Umur ibu < 20 tahun dan < 35 tahun
 Nutrisi ibu kurang
 Pemeriksaan / pengawasan antenatal tidak teratur.
2. Penentuan usia kehamilan
Usia kehamilan < 37 minggu , dengan pemeriksaan
 Kepala relative lebih besar dari pada badan
 Kulit tipis transparan, lanugo dan verniks caseosa banyak, lemak
subkutan kurang
 Oksifikasi tengkorak sedikit, ubun – ubun dan sututra lebar
 Tulang rawan dan daun telinga belum matur sehingga kurang elastis
 Gusi : makroglosia
 Jaringan mamae belum sempurna, demikian pula puting susu belum
terbentuk dengan baik
 Posisi masih posisi fetal (dekubitus lateral)
 Lipatanbawah kaki lebih sedikit.
 Pergerakan kurang dan masih lemah (tonus otot kurang)
 Bayi laki-laki  Desensus testikulorum
Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-
UIM 2012
 Bayi perempuan  klitoris dan labia minora belum tertutup labia
mayora.
3. Pemeriksaan fisik
Antropometri: Berat badan < 2500 gr, panjang badan < 45 cm, lingkar dada
< 30 cm,lingkar kepala < 33 cm.
4. Neurosensori Pemeriksaan Refleks
a. Tubuh panjang, kurus, lemah dengan perut agak gendur
b. Ukuran kepala besar dengan hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin
mudah digerakkan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.
c. Edema kelopak mata umum terjadi, mungkin merapat (tergantung usis
gestasi).
d. Refleks moro : komponen pertama dari refleks morro ekstensi lateral dari
ekstremitas atas dengan membuka tangan tampak pada gestasi minggu ke
– 28, komponen kedua fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar
yang tampak pada usia gestasi minggu ke 32.
e. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara 24 – 37 minggu.
f. Refleks roting terjadi dengan baik pada gestasi 32 minggu, koordinasi
refleks untuk mengisap, menelan dan berfnafas biasanya terbentuk pada
gestasi minggu ke 32.
g. Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputar.
5. Sistem pernafasan
a.Frekuensi pernafasan bervariasi/belum teratur terutama pada hari – hari
pertama, pernafasan diagfragmatik intermiten atau periodic (40 – 60
x/m).
b. Sering terjadi apnue
c.Refleks batuk lemah
d. Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal
atausubsternal atau berbagai derajat sianosis mungkin ada.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
e.Adanya bunyi “ampeles” pada auskultasi, menandakan Respirasi Distress
Syndrome (RDS).
6. Sirkulasi
a.Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang dapat berubah sesuai
perubahan posisi menjadi lebih nyata sesuadah 24 – 48 jam.
b. Kulit tampak mengkilat dan licin
c.Pembuluh darah kulit banyak terlihat
7. Makanan / cairan
a.Refleks menelan masih lemah (kurang )
b. Refleks mengisap masih lemah
c.Kesulitan menyusui
8. Eliminasi
a.Urine Pada bayi 24 jam I < 15 – 20 cc, 26 hari < 200 cc ( fungsi
pemekatan urine lemah).
b. Mekonium (+)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d imanuritas paru neuromuskuler, penmurunan
energi, dan keletihan.
2. Termoregulasi tidak efektif b/d kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
3. Resiko tinggi infeksi b/d pertahan imunologis yang kurang
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ( resiko tinggi ) b/d
ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit.
5. Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan b/d karakteristik
fisiologis imatur dari bayi dan atau imaturitas atau penyakit.
6. Resiko tinggi cedra karena peningkatan tekanan intrakranial b/d sistem
syaraf pusat imatur dan respon stress fisiologis.
7. Nyeri b/d prosedur, diagnosis, tindakan
Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-
UIM 2012
8. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelahiran preterm,
lingkungan NICU tidak alami, perpisan dari orang tua.
9. Perubahan proses keluarga b/d krisis situasi/maturasi, kurang pengetahuan
( kelahiran bayi preterm dan atau sakit ), gangguan proses kedekatan orang
tua.
10. Antisifasi berduka b/d kelahiran bayi beresiko tinggi yang tidak
diperkirakan, prognosis kematian, atau kematian bayi.

C. Intervensi Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d imanuritas paru neuromuskuler, penmurunan
energi, dan keletihan.
 Sasaran : Pasien menunjukan oksigenasi yang adekuat
 Hasil yang diharapkan :
a. Jalan nafas tetap paten
b. Pernapasan memberikan oksigenasi dan pembuasan CO2 yang adekuat
c. Frekuensi dan pola nafas dalan batas yang sesuai dengan usia dan
berat badan
d. Gas darah arteri dan keseimbangan asam basa dalam batas normal
sesuai usia pasca konsepsi
e. Oksigenasi jaringan adekuat
No Intervensi Rasional
1 Kaji frekwensi pernapasan dan pola Membantu dalam membedakan
pernapasan, perhatikan adanya periode perputaran pernapasan
apnea dan perubahan frekwensi normal dari serangan apneik
jantung tonus otot dan warna kulit sejati, yang terutama sering
berkenaan dengan prosedur atau terjadi sebelum gestasi minggu
perawatan. Lakukan pemantauan ke 30.
jantung dan peranapasan yang

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
kontinyu.
2 Isap jalan napas sesuai kebutuhan Menghilangkan mukus yang
menyumbat jalan napas
3 Tinjau ulang riwayat ibu terhadap Magnesium sulfat dan narkotik
obat – obatan yang dapat menekan pusat pernapasan dan
memperberat depresi pernapasan aktivitas SSP.
pada bayi.
4 Posisikan bayi pada abdomen atau Posisi ini dapat memudahkan
posisi terlentang dengan gulungan pernapasan dan menurunkan
popok dibawah bahu untuk episode apneik khususnya pada
m6enghasilkan sedikit hiperekstensi. adanya hipoksia, asidosis
metabolik atau hiperkapnia.
5 Berikan rangsang taktil yang segera Merangsang SSP untuk
( mis : gosokkan punggung bayi ) meningkatkan gerakan tubuh
bila terjadi Apnea. Perhatikan dan kembalinya pernapasan
adanya sianosis, bradikardia atau spontan.
hipotonia.
6 Tempatkan bayi pada matras yang Gerakan memberikan
bergolombang. rangsangan, yang dapat
menurunkan kejadian apneik.
7 Pantau pemeriksaan laboratorium Hipoksia, asidosis metabolik,
(GDA, glukosa serum, elektrorit, hiperkapnia, hipoglikemia,
kultur, dan kadar obat) sesuai hipokalsemia, dan sepsis dapat
indikasi meperberat serangan apneik.

8 Beri oksigen sesuai indikasi. Perbaikan kadar oksigen dan


karbon dioksida dapat
meningkatkan fungsi

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
pernapasan.
9 Posisikan untuk pertukaran udara Posisi ini menghasilkan
yang optimal: tempatkan pada posisi perbaikan oksigenasi,
telungkup bila mungkin. pemberian makan ditoleransi
dengan lebih baik, dan lebih
mengatur pola tidur / istrahat.
10 Tempatkan pada posisi terlentang Untuk mencegah adanya
dengan leher sedikit ekstensi dan penyempitan jalan nafas.
hidung menghadap keatap dalam
posisi “mengedus.
11 Hindari hiperekstensi leher Karena akan mengurangi
diameter trakea.
12 Observasi adanya penyimpangan Untuk menghilangkan mukus
dari fungsi yang diinginkan, kenali yang terakumulasi dari
tanda-tanda dari distres, mis ; nasofaring, trakea, dan selang
mengorok, sianosis, pernapasan endotrakheal.
cuping hidung, apnea. Dan lakukan
penghisapan.
13 Lakukan penghisapan seperlunya Penghisapan secara rutin dapat
berdasarkan pengkajian (mis ; menyebabkan bronkospasme,
auskultasi dada, bukti penurunan bradikardia, karena stimulasi
oksigenasi, peninfkatan kepekaan saraf vagal, hipoksia dan
bayi) serta hindari penghisapan peningkatan tekanan
secara rutin. intrakranial,
mempredisposisikan bayi pada
hemoragi intraventrikel.
14 Gunakan tehnik pengisapan yang Penghisapan yang tidak tepat
tepat. dapat menyebabkan infeksi,

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
kerusakan jalan nafas,
pnemotoraks, dan hemoragik
intra ventrikel.
15 Gunakan tehnik penghisapan dua Asisten dapat memberikan
orang. hiperoksigenasi dengan cepat
sebelum dan setelah insersi
kateter.
16 Lakukan perkusi, vibrasi, dan Untuk memudahkan drainasi
drainase postural sesuai dengan secret.
ketentuan.
17 Hindari penggunaan posisi Posisi ini menyebabakan
trendelenburg selama penggantian peningkatan TIK dan
popok, tinggikan bayi sedikit menurunkan kapasitas paru
dibawah pinggul dan jangan akibat dari gravitasi yang
mengangkat kaki dan tungkai. mendorong organ kearah
diagfragma.
18. Gunakan posisi semi-telungkup atau Untuk mencxegah aspirasi pada
miring. bayi dengan mukus berlebihan
atau yag sedang diberi makan.
19. Pertahankan suhu lingkungan yang Untuk menghemat pernggunaan
netral. O2.

2. Termoregulasi tidak efektif b/d kontrol suhu yang imatur dan


penurunan lemak tubuh subkutan.
 Sasaran : Pasien mempertahankan suhu tubuh stabil
 Hasil yang diharapkan : Suhu akxila bayi tetap dalam rentang normal
untuk usia pascakonsepsi.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
No Intervensi Rasional
1. Tempatkan bayi dalam inkubator, Untuk mempertahankan suhu
penghangat radian atau pakaian tubuh stabil.
hangat dalam keranjang terbuka.
2. Pantau suhu aksila pada bayi yang Mengetahui fungsi vital organ-
tidak stabil. organ tubuh terutama termostat
regulator suhu tubuh.
3. Atur unit servokontrol atau kontrol Untuk mempertahankan suhu
suhu udara sesduai kebutuhan. kulit dalam rentang termal yang
dapat diterima.
4. Gunakan pelindung panas pelastik Untuk menurunkan kehilangan
bila tepat. panas.
5. Periksa suhu bayi dalam hubunganya Untuk kehilangan panas radian
dengan suhu ambien dan suhu unit langsung.
pemanas.
6. Monitor suhu bayi Fluktuasi suhu tubuh pada bayi
a. Jika suhu dibawah normal : sering terjadi, dengan
 Selimuti dengan 2 selimut. mengenali suhu tubuh (panas
 Pasang tutup kepala. atau dingin) maka akan dapat
b. Jika suhu di atas normal : dihindari terjadinya komplikasi
 Lepaskan selimut. hypothermia atau
 Lepaskan tutup kepala. hyperthermia.

7. Keringkan setiap bagian untuk Kehilangan panas pada bayi


mengurangi evaporasi Kurangi dan terjadi sangat cepat,
hindarkan sumber – sumber peningkatan suhu 10 C suhu
kehilangan panas pada bayi seperti tubuh akan kehilangan 12 cc /

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
a. Evaporasi. jam. Dengan intervensi tersebut
 Saat mandi, sipakan maka dapat direncanakan
lingkungan yang hangat. dengan baik hala-hal yang
b. Konveksi perlu diperhatikan untuk
 Hindari aliran udara mengurangi sumber-sumber
(pendingin udara, jendela, kehilangan panas pada bayi.
kipas angin) yang langsung
mengenai bayi.
c. Konduksi
 Hangatkan seluruh barang-
barang dan bahan-bahan
untuk perawatan (baju,
sprei, dll).
 Kurangi benda-benda
diruangan yang menyerap
panas (logam).
d. Radiasi
 Pertahan suhu ruangan.

3. Resiko tinggi infeksi b/d pertahan imunologis yang kurang


 Sasaran : Pasien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi nosokomial
 Hasil yang diharapkan : bayi tidak menunjukan tanda infeksi
nosokomial.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
No Intervensi Rasional
1. Kaji factor-factor yang dapat Untuk menentukan intervensi
membawa infeksi, seperti : yang akan diberikan pada bayi.
Tindakan non steril.
Pengunjung yang banyak
Lingkungan kotor dll.
- Posisi saat memberi minum
2. Pastikan bahwa semua pemberi Untuk meminimalkan pemajanan
perawatan mencuci tangan sebelum pada organisme infekstif.
dan setelah mengurus bayi.
3. Pertahankan tindakan tekhnik Meminimalkan dan membunuh
antiseptik dalam setiap tindakan bakteri, jamur dan untuk
(seperti : sterilisasi alat dan desinfeksi mencegah infeksi akibat
). kontaminasi nasokomial.

4. Pisah bayi-bayi yang mengalami Mengurangi risiko penularan


penyakit infeksi. penyakit pada bayi lain.

5. Rawat bekas tali pusat dengan Mencegah masuknya kuman dan


menggunakan bethadine dan berkembangnya bakteri oleh
dibungkus dengan kasa steril. karena media yang lembab.

6. Lindungi bayi yang mengalami defisit Mengurangi kontak dengan agen


imun dari infeksi : penyebab infeksi dan sumber
Instruksikan pengunjung untuk infeksi.
cuci tangan sebelum mendekati
bayi.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
Batasi pengunjung bila
memungkinkan.
Batasi alat-alat infasif (IV, NGT,
specimen Lab dll) untuk yang
benar-benar perlu saja.

7. Kurangi kerentanan individu terhadap Nutrisi yang baik, daya tahan


infeksi seperti : pertahankan masukan tubuh meningkat dan infeksi
nutrisi ASI dan PASI. tidak terjadi.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) b/d


ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit.
 Sasaran : Pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat, dengan masukan
kalori untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, dan
menunjukan penambahan berat badan yang tepat.
 Hasil yang diharapkan :
1. Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
2. Bayi menunjukan penambahan berat badan yang mantap (kira-kira
20 sampai 30 gr/hari) pada saat pasca akut penyakit.
No Intervensi Rasional
1. Kaji pola minum bayi dan kebutuhan- Untuk menentukan berapa
kebutuhan nutrisi. kebutuhan nutrisi bayi perhari
Kaji volume, durasi dan upaya atau kebutuhan minum (cc/
selama pemberian minum, kaji KgBb ) sehingga dapat diberikan
respon bayi. nutrisi sesuai dengan
Kaji masukan kalori/nutrisi kebutuhannya dengan tidak
yang lalu, kenaikan/penurunan terlepas dari intervensi yang lain

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
BB selalu dicatat yang dapat meningkatkan
kenaikan berat badan bayi.
2. Ajarkan pada orang tua tentang Setelah pulang nanti orang tua
tehnik-tehnik pemberian Asi/Pasi tidak kaku dan sudah terbiasa
yang efektif. memberikan Asi/Pasi pada bayi,
dan mengerti kapan bayi sudah
mulai haus : misal pada saat
menangis.
3. Berikan pemberian makan/nutrisi Mengadaptasikan bayi dengan
dengan proses adaptasi secara putting susu supaya tidak
bergantian ASI- PASI (sesuai keb. bigung, dan melatih reflek
Perhari X BB : Pemberian susuai mengisap yang baik. Mengetahui
umur masa kehamilan. kenaikan BB bayi dan
keefektifan pemberian nutrisi
baik asi maupun Pasi dan
mengetahui Jumlah pemasukan.
4. Timbang BB bayi sebelum dan Untuk megetahui seberapa
sesudah makan. banyak asupan nutrisi yang
masuk.
5. Pertahankan cairan parenteral atau
nutrisi parenteral total sesuai instruksi
6. Pantau adanya tanda-tanda intoleransi
terhadap terapi parenteral total
terutama protein dan glukosa.
7. Kaji kesiapan bayi untuk menyusu
pada payudara ibu, khususnya
kemampuan untuk mengkoordinasi
menelan dan pernapasan.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
8. Susukan bayi pada payudara ibu bila Untuk memenimalkan resiko
penghisapan kuat serta menelan dan aspirasi
refleks muntah ada (biasanya pada
usia gestasi 35 sampai 35 minggu).
9. Ikuti protokol unit untuk Untuk menghindari intoleransi
meningkatkan volume dan kontrasi pemberian makan.
formula.
10 Gunakan pemberian makan orogastrik Karena makan dengan ASI dapat
bila bayi mudah lelah atau mengalami mengakibatkan penurunan berat
penghisapan, refleks muntah atau badan.
menelan yang lemah.
11 Bantu ibu mengelurkan ASI Untuk menciptakan dan
mempertahankan laktasi sampai
bayi dapat menyusui ASI.

5. Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan b/d karakteristik


fisiologis imatur dari bayi dan atau imaturitas atau penyakit
 Sasaran : Pasien menunjukan status hidrasi adekut
 Hasil yang diharapkan : Bayi menunjukan bukti homeostatis
No Intervensi Rasional
1. Pantau dengan ketat cairan dan
elektrolit dengan terafi yang
meningkatkan kehilangan air tak kasat
mata (insensible water loss [IWL])
mis : Fototerfi, pengehangat radian.
2. Implementasikan strategi untuk
meminimalkan IWL, seperti penutup
plastik peningkatan kelembaban

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
ambien
3. Pastikan masukan cairan
oral/parenteral adekuat.
4. Kaji status hidrasi (mis. Turgor kulit,
tekanan darah, edema, BB, membran
mukosa, berat jenis urine, elektrolit,
fontanel).
5. Atur cairan parenteral dengan ketat Untuk menghindari dehidrasi,
hidrasi berlebihan, atau
ekstravasasi.
6. Hindari pemberian cairan hipertonik Untuk mencegah beban
(mis ; obat tidak diencerkan, infus berlebihan pada ginjal imatur
glukosa terkonsentrasi). dan vena yang rapuh.
7. Pantau keluaran urine dan nilai Untuk bukti dehidrasi atau
laboratorium. hidrasi berlebihan (keluaran
urine adekuat 1-2 ml/jam).

6. Resiko tinggi cedra karena peningkatan tekanan intrakranial b/d sistem


syaraf pusat imatur dan respon stress fisiologis.
 Sasaran : Pasien menujukan tekanan intrakranial normal (kecuali jika
peningkatan TIK berhubungan dengan panyeki bayi) dan tidak ada bukti
hemoragi intraventrikel (kecuali jika terdapat kodisi sebelumnya).
 Hasil yang diharapkan : bayi tidak menunjukan tanda-tanda
peningkatan TIK dan hemoragik intraventrikuler.
No Intervensi Rasional
1. Kurangi stimulasi lingkungan Karena respon strees khususnya
peningkatan tekanan darah
meningkatan resiko peningkatan

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
TIK.
2. Tetapkan suatu rutinitas yang Untuk menghilangkan atau
memberikan periode tidur/istrahat meminimalkan strees.
tampa gangguan.
3. Atur (kumpulkan) perawatan selama Untuk meminimalkan gangguan
jam bangun yang normal sebanyak tidur dan kebisingan intermiten
mungkin. yang sering.
4. Tutupi inkubator dengan kain serta Untuk menurunkan sinar dan
tempat tanda “jangan ganggu“ menyandarkan orang lain pada
didekatnya. periode istrahat bayi.
5. Hindari bicara keras dan ketawa
6. Batasi jumlah pengunjung dan staf
didekat bayi pada sekali waktu.
7. Hindari kebisingan yang keras dan
tiba-tiba seperti menjatuhkan benda,
membuang sampah, menutup pintu
dan lemari, matikan radio, TV dll
8. Kenali tanda-tanda strees fisik dan Untuk melakukan intervensi
stimulasi yang berlebihan. yang tepat dewngan segera.
9. Hindari obat hipertonik dan cair Karena meningkatkan aliran
darah serebral.
10 Tinggikan kepala di tempat tidur Untuk menurunkan TIK
11 Pertahankan oksigenasi yang adekuat Karena hipoksia akan
meningkatkan aliran darah
serebral dan TIK.
12 Hindari membalik miring kepala Untuk membatasi aliran darah
dengan tiba-tiba. arteri karotis dan oksigensi yang
adekuar ke otak.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
7. Nyeri b/d prosedur, diagnosis, tindakan
 Sasaran : Klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun
 Hasil yang diharapkan : tanda-tanda pada bayi minimal atau tidak ada
No Intervensi Rasional
1 Kaji efektifitas tindakan nyeri Beberapa tindakan mis.
nonfermakologis. Mengayun dapat meningkatan
distres pada bayi.
2 Kenali bahwa bayi tampa
memperhatikan usia gestasi,
merasakan nyeri.
3 Gunakan tindakan nyeri
nonfarmakologis seperti : ubah posisi,
membendong, melindungi, menimang,
mengayun, memaikan musik dll.
4 Anjurkan orang tua untuk memberi
tindakan kenyamanan bila mungkin.
5 Diskusikan kepeda keluarga tentan
kekhawatiran mereka terhadap nyeri
bayi.

8. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelahiran preterm,


lingkungan NICU tidak alami, perpisan dari orang tua
 Sasaran pasien ( keluarga ) : pasien mencapai pertumbuhan dan
perkembangan potensial normal.
 Hasil yang diharapkan : bayi menunjukan penambahan BB mantap saat
nelewati fase akut penyakit.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
No Intervensi Rasional
1 Berikan nutrisi optimal Untuk menjamin perubahan BB
yang mantap dan pertumbuhan
otak.
2 Berikan periode istrahat yang teratur Untuk menurunkan penggunakan
tanpa gangguan. kalori dan O2 yang tidak perlu.
3 Kenali adanya tanda-tanda stimulasi Membiarkan pada bayi untuk
berlebihan (flaksiditas, menguap, istrahat.
membelalak, memalingkan wajah
dengan aktif, peka rangsang,
menangis).
4 Tingkatkan interaksi orang tua bayi Karena merupakan hal yang
esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal.

9. Perubahan proses keluarga b/d krisis situasi / maturasi, kurang


pengetahuan (kelahiran bayi preterm dan atau sakit), gangguan proses
kedekatan orang tua.
 Sasaran : 1
Pasien (keluarga) mendapat informasi tentang kemajua bayi.
 Hasil yang diharapkan : bayi menunjukan penambahan BB mantap saat
Orang tua mengekpresikan perasaan dan kekhawatiran mengenai bayi
dan prognosis, serta menunjukan pemehamana dan keterlibatan dalam
perawatan.
No Intervensi Rasional
1 Prioritas informasi Untuk membantu orang tua
memahami aspek paling penting
dalam perawatan, tanda

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
perbaikan, atau penyimpanan
pada kondisi bayi.
2 Dorong orang tua untuk mengajukan Untuk menciptakan rasa percaya
pertanyaan mengenai status bayi serta
menjawab pertanyaan dengan benar.
3 Dorong ibu dan ayah untuk Sehinggga merekan mendapat
berkunjung unit kesehatan dengan informasi tentang kemajuan
sering. bayi.
4 Tekankan aspek postif dan status bayi Untuk mendorong rasa
pengharapan.

 Sasaran pasien (keluarga) : 2


Pasien atau keluarga menunjukan perilaku kedekatan yang positif
 Hasil yang diharapkan :
1. Orang tua mengunjungi bayi segera setelah kelahiran dan pada intervl
sering.
2. Orang tua berhubungan positif dengan bayi (mis. Memangil bayi dengan
namanya, melihat dan menyentuh bayi).
3. Orang tua memberikan perawatan untuk bayi dan menunjukan sikap
nyaman dan hubungan dengan bayi.
4. Orang tua mengidentifikasi tanda-tanda stress atau keletihan pada bayi.
No Intervensi Rasional
1 Dorong kunjungan orang tua sesegera Agar proses kedekatan dimulai
mungkin. sesegera mungkin.
2 Dorong keluarga agar melakukan hal- Kedekatan orang tua terhadap
hal sebagai berikut : bayi akan menumbuhkan
- Mengunjungi bayi dengan sering kedekatan yang erat antara
- Menyentuh mengendong, dan keduanya.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
merawat bayi
- Bersikap aktif dalam perawatan
bayi
- Membawa pakaian untuk
memakainya
- Waspadai tanda ketegangan dan
strees pada orang tua
- Izinkan orang tua untuk
menghabiskan waktu sendiri
bersama bayi
- Bantu orang tua untuk
mendemotrasikan tehnik-tehnik
perawatan bayi

 Sasaran pasien (Saudara Kandung) : 3


Pasien ( saudara kandung ) menunjukan perilaku kedekatan yang positif
 Hasil yang diharapkan :
1. Saudara kandung mengunjungi bayi di NICU atau ruang perawatan
2. Saudara kandung menunjukan pemahaman tentang penjelasan
3. Saudara kandung mendapatkan benda yang berhubungan dengan bayi
No Intervensi Rasional
1 Dorong saudara kandung untuk
mengunjungi bayi bila mungkin.
2 Jelaskan lingkungan, kejadian, Untuk menyiapkan merekan
penampilan bayi, dan mengapa bayi untuk berkunjung.
dapat pulang kerumah.
3 Berikan foto bayi bila saudara tidak

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
dapat berkunjung.

 Sasaran pasien ( keluarga ) : 4


Pasien ( keluarga ) siap untuk perawatan diruamah
 Hasil yang diharapkan :
1. Keluarga menunjukan kemampuan melakukan perawatan untuk bayi
2. Anggota keluaraga menyebutkan bagaimana dan kapan
menghubungi pelayanan yang tersedia
3. anggota keluarga mengenali petingnya tindak lanjut perawatan
medis
No Intervensi Rasional
1 Kaji kesiapan keluarga untuk merawat Untuk mempermudah transisi
bayi. orang tua kerumah bersama bayi.
2 Ajarkan tehnik perawatan bayi dan
observasi yang diperlukan.
3 Dorong dan fasilitas keterlibatan Untuk mendapatkan dukungan
dengan kelompok pedukung orang tua secara terus menerus.
atau rujuk kekelompopk yang tepat.

10. Antisifasi berduka b/d kelahiran bayi beresiko tinggi yang tidak
diperkirakan, prognosis kematian, atau kematian bayi.
 Sasaran Pasien ( keluarga ) : 1
pasien atau keluarga mengakui kemungkinan kematian anak dan
menunjukan perilaku berduka yang sehat.
 Hasil yang diharapkan : keluarga mendiskusiskan kenyataan kematian
dan menunjukan sikap realistis.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
No Intervensi Rasional
1 Beri kesempatan keluarga untuk
mengendong bayi mereka sebelum
kematia dan bila mungkin ada
ditempat pada saat kematian terjadi.
2 Dukung keputusan keluarga untuk
menghentikan pemberian dukungan
hidup.
3 Berikan kesempatan pada keluarga
untuk melihat, menyentuh,
mengendong, merawat, memeriksa .
4 Biarkan tubuh bayi tetap ditempat
untuk beberapa jam untuk memberi
kesempatan pada keluarga untuk
melihat kematian bayi.
5 Anjurkan pada keluarga agar memberi
nama bila mereka melakukannya.
6 Dentifikasi sumber-sumber untuk
memebtu pengaturan pemakaman.

 Sasaran Pasien ( keluarga ) : 2


Pasien ( keluarga ) mendapat dukungan emosi dan fisik yang adekuat
 Hasil yang diharapkan :
1. Keluarga berduka atas kematian bayi dengan tepat
2. Keluarga menunjukan perilaku berduka dipengaruhi budaya dan
social yang tepat.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
No Intervensi Rasional
1 Selalu ada keluarga ubtuk
memberikan dukungan.
2 Berikan dukungan religius yang tepat.
3 Diskusikan penyakit bayi dan
kematianya dengan keluarga
Bicara dengan keluarga secara terbuka
dan jujur tentang pengatura
pemakaman.
4 Berikan kesempatan kepada keluarag
untuk menghubungi unit bila mereka
mempunyai pertanyaan mengenai
penyakit bayi dan kematiannya.
5 Dapat menghubungi keluarga setelah
kematian.
6 Rujuk keluarga pada pendukung yang
tepat untuk mendapat dukungan terus
menerus.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E. 2000. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.


Klaus dan Fanaroff. 1998. Penatalaksanaan Neonatus Resiko tInggi Edisi 4.
Jakarta : EGC.
Sacharin, Rosa M. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
1989. Perawatan Bayi Dan Anak Edisi 1. Jakarta : Depkes RI.

Karmila, S.Kep Profesi-Pendidikan Ners/FIK-


UIM 2012

Anda mungkin juga menyukai