Anda di halaman 1dari 68

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadlirat Ilahi Rabbi, dengan perkenan-Nya,


Diktat Kuliah PENGANTAR FARMASI Edisi Revisi, dapat diselesaikan.
Diktat Kuliah ini merupakan kumpulan makalah yang ditujukan untuk
membantu mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Farmasi, khususnya mengenai
topik-topik yang perlu difahami dalam mengenal Kefarmasi baik dari aspek filsafat
ilmu, teknologi, profesi dan akademis.
Diktat Kuliah ini bukan merupakan sumber ajar utama, dan untuk itu mahasiswa
diharapkan dapat menggali lebih jauh mengenai kefarmasian tidak saja terpaku kepada
buku teks, tetapi kepada sumber-sumber lain yang senantiasa melakukan ‘updating’
kefarmasian seperti jurnal, majalah ilmiah, dan tentunya sumber-sumber yang dapat
di’browsing’ dari internet.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di bagian akademik atas
kontribusi literatur dalam kelengkapan penulisan diktat ini.
Terakhir, penulis berharap semoga diktat kuliah ini dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa dalam upay mengantarkan kepada keilmuan Farmasi.

Garut, 12 Juni 2015


Penulis,

Setiadi Ihsan

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 1
BAB I
TINJAUAN FARMASI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN*)
Setiadi Ihsan
Dosen Farmasi, F-MIPA, UNIGA

Dalam bahasa Indonesia kata “Ilmu” dan “pengetahuan” seringkali ditemukan dalam kata
majemuk “ilmu pengetahuan”. Dalam bahasa Inggris, “Ilmu” mempunyai padanan kata
“science” sedangkan pengetahuan adalah “knowledge”. “Ilmu pengetahuan” sendiri merujuk
kepada padanan kata “science” dalam bahasa Inggris. Kadang science juga sering dituliskan
padanan katanya dalam bahasa Indonesia, yaitu: sains, sementara “pengetahuan”
dipadankan dengan pengalaman.

Dalam bab ini kita akan membahas Ilmu pengetahuan yang menjadi pengantar kepada
tinjauan farmasi sebagai sebuah sain. Untuk sampai ke pembahasan tersebut, terlebih dahulu
kita akan membahas mengenai “Definisi” yang berguna dalam menjelaskan sebuah konsep
tentang nama, benda, atau obyek.

1. Definisi
Menjelaskan sebuah konsep tentang nama, benda atau obyek yang kita temui adalah hal
yang gampang-gampang susah. Satu contoh misalnya, konsep tentang “kursi”. Kalau kita
bertanya apa itu kursi dan kita menjawabnya atau menjelaskannya bahwa kursi adalah
tempat duduk, maka kita akan bertanya dengan konsep benda lain yang dapat kita
fungsikan sebagai tempat duduk, misal “lantai” atau “meja”. Lantas ketika kita
memberikan konsep kursi sebagai tempat duduk, apakah kursi sama dengan lantai atau
meja yang bisa juga berfungsi sebagai tempat duduk?
Penjelasan terhadap sebuah konsep inilah yang kita namakan sebagai “definisi”.

Beragam penjelasan atau pengertian yang dinyatakan oleh para pakar bahasa dalam
sebuah kamus bahasa.
Satu contoh misalnya kita dapat menemukan pengertian definisi di situs Wikipedia,
definisi diartikan sebagai berikut:
Definisi adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasanya
lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Ada berbagai jenis

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 2
definisi, salah satunya yang umum adalah definisi perkataan dalam kamus (lexical
definition).

Ada juga yang mengartikan bahawa definisi adalah suatu batasan atau arti, bisa juga
dimaknai kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri
utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi dinyatakan sebagai rumusan tentang
ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi.
Pakar bahasa lain memberikan penjelasa definisi sebagai uraian pengertian yang
berfungsi membatasi objek, konsep, dan keadaan berdasarkan waktu dan tempat
suatu kajian.

Melihat pengertian definisi itu sendiri, di antara pakar bahasa, walaupun masing-masing
mempunyai alasan yang kuat, tidak sepakat dalam satu penjelasan. Hal ini mendasari kita
untuk tidak ragu membuat dan berlatih dalam menyusun sebuah definisi, sebagai upaya
dalam menjelaskan sebuah konsep, baik berupa nama, benda atau objek.

A. Unsur Penyusun Definisi


Untuk suatu arti/makna dari sebuah konsep/kata apakah serta merta kita
menyebutnya sebagai definisi? Pertanyaan ini dapat kita jawab setelah mengetahu
jenis-jenis definisi menurut para pakar bahasa,
Definisi terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama adalah kata/konsep/istilah yang sedang
dijelaskan atau diberikan ciri-ciri khusus ataupun diberikan makna. Bagian ini disebut
definiendum. Selanjutnya, di dalam definisi tersebut harus terdapat bagian berupa
unsur kata, frasa, atau kalimat yang berfungsi menguraikan pengertian, yang lazim
disebut definiens.

Pilihan kata tersebut ialah di mana definiens dimulai dengan kata benda,
didahului kata adalah.
Misalnya kalimat:
Cinta adalah perasaan setia, bangga, dan prihatin dan kalimat Mahasiswa
adalah pelajar di perguruan tinggi.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 3
Yang kedua, definiens dimulai dengan selain kata benda umpamanya kata kerja atau
didahului kata yaitu.
Sebagai contoh:
Setia yaitu merasa terdorong untuk mengakui, memahami, menerima,
menghargai, menghormati, mematuhi, dan melestarikan.
Kemudian, definiens juga diharuskan memberi pengertian rupa atau wujud diawali
kata merupakan, seperti kalimat:
Mencintai merupakan tindakan terpuji untuk mengakhiri konflik.

Adapun yang terakhir ialah bahwa definiens merupakan sebuah sinonim yang
didahului kata ialah. Misalnya:
Pria ialah laki-laki.

B. Syarat-Syarat suatu Definisi:


Dalam merumuskan definisi ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan supaya
definisi yang dirumuskan itu baik dan betul-betul mengungkapkan pengertian yang
didefinisikan secara jelas dan mudah dimengerti. Syarat-syarat definisi secara umum
dan sederhana ada lima syarat, yaitu:
1. Sebuah definisi harus menyatakan ciri-cir yang hakiki dari sesuatu yang
didefinisikan
2. Tidak boleh berputar-putar
3. Jangan terlalu luas dan terlalu sempit
4. Tidak dinyatakn secara negatif
5. Tidak dinyatakan dalam kalimat atau bahasa yang kabur pengertiannya atau
bahasa kiasan.

Syarat-syarat di atas biasanya digunakan dalam Definisi formal atau disebut juga
definisi terminologis, yaitu definisi yang disusun berdasarkan logika formal yang
terdiri tiga unsur. Struktur definisi ini berupa "kelas", "genus", "pembeda"
(deferensiasi). Ketiga unsur tersebut harus tampak dalam definiens. Struktur formal
diawali dengan klarifikasi, diikuti dengan menentukan kata yang akan dijadikan
definiendium, dilanjutkan dengan menyebut genus, dan diakhiri dengan
menyebutkan kata-kata atau deskripsi pembeda. Pembeda harus lengkap dan
menyeluruh sehingga benar-benar menunjukkan pengertian yang sangat khas dan

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 4
membedakan pengertian dari kelas yang lain. Contoh kalimat yang merupakan definisi
formal adalah Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.
Lihat perbandingannya:
a) Manusia adalah orang yang berakal budi (salah)  penggunaan sinonim
b) Manusia adalah insan yang berakal budi (salah)  penggunaan sinonim dan
kiasan
c) Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna (benar)
d) Manusia adalah bagaikan hewan yang tidak pernah merasa puas (salah),
kata bagaikan dalam kalimat ini merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan
dalam definisi formal kiasan
e) Pendidikan kewarganegaraan "tidak lain" adalah pembinaan pelajar agar
menjadi warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam
masyarakat, baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun
warga negara. (salah) penggunaan kata negative: “tidak lain”
f) Pendidikan kewarganegaraan adalah pembinaan pelajar agar menjadi
warganegara yang baik sehingga mampu hidup bersama
dalam keluarga, masyarakat, dan negara. (benar)

C. Klasifikasi Definisi
Secara umum definisi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu: Definisi
nominalis, Definisi realis dan Definisi praktis

1. Definisi Nominalis
Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih
umum dimengerti. Jadi, sekadar menjelaskan kata sebagai tanda, bukan
menjelaskan hal yang ditandai. Definisi nominalis terutama dipakai pada
permulaan sesuatu pembicaraan atau diskusi. Definisi nominalis ada 6 macam,
yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi etimologik, definisi semantik,
definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
Dalam membuat definisi nominalis ada 3 syarat yang perlu diperhatikan, yaitu:
i. Jika sesuatu kata hanya mempunyai sesuatu arti tertentu harus selalu
diikuti menurut arti dan pengertiannya yang sangat biasa,
ii. Jangan menggunakan kata untuk mendefinisikan jika tidak tahu artinya
secara tepat

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 5
iii. Jika arti sesuatu istilah menjadi objek pembicaraan maka harus tetap
diakui oleh kedua pihak yang berdebat.

2. Definisi Realis /Definisi Formal


Definisi Realis ialah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh sesuatu istilah.
Jadi, bukan sekadar menjelaskan istilah, tetapi menjelaskan isi yang dikandung
oleh suatu istilah. Definisi realis ada 2 macam, yaitu:
i. Definisi Esensial
Definisi esensial, yakni penjelasan dengan cara menguraikan bagian-bagian
dasar yang menyusun sesuatu hal, yang dapat dibedakan antrra definisi
analitik dan definisi konotatif. Definisi analitik, yakni penjelasan dengan
cara menunjukkan bagian-bagian sesuatu benda yang mewujudkan
esensinya. Definisi konotatif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan
isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan
diferensia. contoh: Psikologi berasal dari kata "psyche" berarti jiwa, dan
"logos" berarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa.
ii. Definisi Deskriptif.
Definisi deskriptif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat
yang dimiliki oleh hal yang didefinisikan yang dibedakan atas dua hal,
definisi aksidental dan definisi kausal. Definisi aksidental, yakni penjelasan
dengan cara menunjukkan jenis dari halnya dengan sifat-sifat khusus yang
menyertai hal tersebut, Definisi kausal, yakni penjelasan dengan cara
menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi atau terwujud. Hal ini berarti
juga memaparkan asal mula atau perkembangan dari hal-hal yang ditunjuk
oleh suatu term.
iii. Definisi praktis
Adalah penjelasan tentang sesuatu hal ditinjau dari segi kegunaan atau
tujuan, yang dibedakan atas 3 macam, definisi operasional, definisi
fungsional, dan definisi persuasif.
 Definisi operasional, yakni penjelasan suatu term dengan cara
menegaskan langkah-langkah pengujian khusus yang harus
dilaksanakan atau dengan metode pengukuran serta menunjukkan
bagaimana hasil yang dapat diamati.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 6
 Definisi fungsional, yakni penjelasan sesuatu hal dengan cara
menunjukkan kegunaan atau tujuannya.
 Definisi persuasif, yakni penjelasan dengan cara merumuskan suatu
pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain. Definisi persuasif
pada hakikatnya merupakan alat untuk membujuk atau teknik untuk
menganjurkan dilakukannya perbuatan tertentu.

Berikut ini kita akan tinjau pengertian kedua kata ilmu dan pengetahuan menurut beberapa
pakar, Sbb:

2. PENGETAHUAN (KONWLEDGE):

Terdapat beberapa pengertian/definisi mengenai Pengetahuan, antara lain:


 Hubungan antara obyek dan subyek (JAMES K. FEIBLEMAN)
 Kesatuan subyek yang mengetahui dan obyek yang diketahui. Suatu kesatuan dalam
mana obyek dipandang oleh subyek sebagai yang diketahuinya (DR. M.J LENGEVELD)
 Pengetahuan yang didapat dari pengalaman (PENGETAHUAN PENGALAMAN =
PENGETAHUAN), MOH. HATTA.

JENIS PENGETAHUAN
Ada banyak cara untuk mengelompokkan pengetahuan manusia. Dari sudut pandang
penyelidikan sosial barangkali cara yang paling relevan adalah cara bagaimana pengetahuan
itu diperoleh. Henle (1969:11-12) menyebutkan lima cara yang berbeda untuk ”mengetahui”,
yaitu secara manusiawi, ilmiah, filosofis, matematis dan teologis. Dia juga mengatakan bahwa
kelima cara untuk ”mengetahui” ini amatlah berbeda, sehingga kelima cara tersebut
membuahkan disiplin formal yang berbeda pula.

Boulding (1978:171-172) menyarankan adanya tiga macam pengetahuan manusia:


pengetahuan populer, pengetahuan literer (pustaka) dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan
populer adalah pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari; pengetahuan ini
mungkin atau mungkin pula tidak berdasarkan suatu jenis pengujian, baik dengan pengalaman
pribadi maupun pengalaman orang lain. Yang lebih abstrak adalah pengetahuan imajinasi atau
literer yang tidak mungkin dapat dicek dan diuji seperti halnya pengetahuan populer, tetapi

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 7
pengetahuan ini tetap hidup terus karena realitas simbolis; pengetahuan literer diciptakan
dalam proses abstraksi di mana kenyataan-kenyataan yang penting disaring dari pengalaman
manusia dan digunakan untuk menggambarkan kemampuan manusia yang potensial. Jenis
pengetahuan yang ketiga adalah pengetahuan ilmiah yang telah memperoleh sukses luar
biasa, dengan cara memadukan pengujian, yang merupakan ciri pengetahuan populer, dengan
penyusunan teori, yang merupakan ciri pengetahuan literer. Aktivitas utama ilmu
pengetahuan empiris, kata Boulding, adalah deskripsi dan pengujian, dan hasilnya adalah
pengembangan pengetahuan.

Walaupun ada kemungkinan bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang akan
membuat kehidupan lebih buruk, dan bukannya lebih baik (konflik nuklir, yang dimungkinkan
oleh pengetahuan fisika nuklir, adalah suatu contoh peristiwa kehidupan yang memburuk
karena hasil pengetahuan), Boulding mengemukakan bahwa hasil yang ditimbulkan oleh
kemajuan pengetahuan adalah adanya peningkatan kondisi manusia. Disamping itu, ia juga
mengatakan bahwa pertumbuhan pengetahuan adalah proses evaluasi, dan sekali hal itu
dimulai ia tidak akan mundur lagi. Dengan demikian, menurut pendapat Boulding,
pengetahuan mungkin dapat menyelamatkan kita, sedangkan tidak adanya pengetahuan
mungkin membawa kita kepada kehancuran.
Pengelompokan lain mengenai jenis Ilmu Pengetahuan adalah Sbb:
 Max Scheler (Tafsir dari J.B.A.F Mayorpolak)
o PENGETAHUAN TEOLOGIS o PENGETAHUAN TENTANG DUNIA
o FILOSOFIS LAHIR
o PENGETHUAN TENTANG YANG o PENGETAHUAN TEKNIS
LAIN, BAIK KOLEKTIF ATAUPUN o PEGETAHUAN ILMIAH
INDIVIDUAL

 Prof . DR. H.M. Rasyidi (tingkatan pengetahuan):


o PENGETAHUAN TENTANG  PENGETAHUAN TENTANG FIKIRAN
BENDA (MIND) DIRI SENDIRI
o PENGETAHUAN TENTANG  PENGETAHUAN TTG NILAI-NILAI DAN
FIKIRAN (MIND) ORANG LAIN UNIVERSAL (KULIAH)
 PENGETAHUAN TENTANG TUHAN

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 8
 H. Endang Saepudin Anshari, M.A
 PENGETAHUAN BIASA  PENGETAHUAN FILOSOFIS
 PENGETAHUAN ILMIAH  PENGETAHUAN THEOLOGIS

Betapa beragamnya buah pemikiran mengenai pengetahuan, namun pada hakekatnya upaya
manusia dalam memperoleh pengetahuan didasarkan kepada tiga masalah pokok:
 Apa yang ingin kita ketahui?
 Bagaimana cara kita memeperoleh pengetahuan?; dan
 Apakah nilai (manfaat) pengetahua tersebut bagi kita?

2. ILMU (SCIENCE, SCIRE)


Beberapa pendapat pakar mengenai pengertian Ilmu:

 Pengetahuan yang paling eksak yang diverifikasi secara cermat dan bersifat umum
yang dapat diperoleh manusia
 General konsesus dari masyarakat yang terdiri dari para scientist (PROF. DR. A.
BAIQUNI)
 Ilmu adalah yang empiris,rasional, general dan kumulatif da keempat-empatnya
serentak (RALPH ROSS & ERNEST VAN DEN HAAG)

CIRI-CIRI ILMU:
 Sistematis, rasional, empiris, umum dan kumulatif
 Memiliki metode sebagai cara yang tetap dalam mengumpulka,memformulasi, dan
menganalisis data, sehingga ilmu dapat dikembangkan dan dipelajari.

3. NILAI (VALUE) dan FALSAFAH:


Nilai:
Aturan-aturan, norma-norma yang digunakan untuk mengukur dan menilai sejauh mana
tingkah laku dan perbuatan manusia itu dapat dikatakan benar-salah, baik-buruk, sesuai-
tidak sesuai atau boleh-tidak boleh dilakukan..

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 9
HUBUNGAN ILMU-NILAI:
ADA TIGA PENDIRIAN:
1. Ilmu harus bebas nilai (POPSITIVISME & FILSAFAT ANALITIS)
2. Ilmu tidak harus bebas nilai, bahkan harus dikendalikan di bawah kontrol nilai idiologis
(IDEOLOGIS)
3. Ilmu harus memiliki hubungan relatif-relasional dengan nilai

FALSAFAH
Istilah falsafah (filsafat) mengandung berbagai pengertian, namun dalam bahasan ini
mengambil pengertian yang diberikan Jujun S. Suria Sumantri (Ilmu dalam Presfektif),
filsafat diartikan sebagai suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara
berfikir yang mengupas sesuatu dengan sedalm-dalamnya.
Ilmu dengan ciri kegiatan berfikir sistematik tidak dapat dipisahkan dengan filsafat.
Falsafah menanyakan segala sesuatu dari kegiatan berfikir kita dari awal sampai akhir.
Seperti yang dinyatakan Socrates (salah seorang filsuf Yunani), Tugas falsafah yang
sebenarnya bukanlah menjawab pertanyaan kita namun mempertanyakan jawaban
yang diberikan.
Lalu apakah hubungan filsafat dengan ilmu?

HUBUNGAN ILMU DENGAN FILSAFAT


Di atas telah disebutkan dasar manusia mencari dan menggali ilmu pengetahuan yang
bersumber kepada tiga pertanyaan. Ciri ilmu pengetahuan yang telah disebutkan pada
dasarnya akan memberikan jawaban atas ketiga pertanyaan yang telah diajukan di atas.
Sementara filsafat ,memepelajari masalah ini sedalam-dalamnya dan hasil pengkajianya
merupakan dasar bagi eksistensi ilmu. Untuk mengingatkan ketiga pertanyaan itu adalah:

 Apa yang ingin kita ketahui?


 Bagaimana cara kita memeperoleh pengetahuan?; dan
 Apakah nilai (manfaat) pengetahua tersebut bagi kita?

Pertanyaan pertama di atas merupakan dasar pembahasan dalam filsafat dan biasa
disebut dengan ONTOLOGI, pertanyaan kedua juga merupakan dasar lain dari filsafat,
disebut dengan EPISTEMOLOGI dan terakhir merupakan landasan lain dari filsafat yang
disebut dengan AXIOLOGI.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 10
Ketiga hal di atas merupakan landasan bagi filsafat dalam membedah setiap jawaban dan
seterusnya membawa kepada hakekat buah pemikiran tersebut. Hal ini juga berlaku untuk
ilmu pengetahuan, kita mempelajari ilmu ditinjau dari titik tolak yang sama untuk
mendapatkan gambaran yang sedalam-dalamnya.

ASPEK PENINJAUAN ILMU


1. ONTOLOGIS (MASALAH APA)
Apakah yang ingin kita ketahui? Atau apakah yang menjadi bidang telaah suatu ilmu?
2 Macam Obyek Ilmu:
 Obyek material, seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan obyek penyelidikan
suatu ilmu
 Obyek Forma, obyek materia yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga
membedakan ilmu yang satu dengan yang lainya.
Pembagian lain adalah:
1. Ilmu Pengetahuan Alam
2. Ilmu Pengetahuan Manusia

Sebagai ilustrasi alam semesta merupakan objek material, dan objek forma-nya dapat
berupa manusia, hewan, tumbuha dan material lain yang ada di alam semesta.
Sehingga secara objek forma kita mempunyai beberapa disiplin ilmu pengetahuan
dengan cabang-cabangnya. Missal dalam ilmu eksakta terdapat ilmu tetang materi:
biologi, fisika, kimia, geologi dll. Demikian juga dalam disiplin ilmo social ada beberpa
bidang keilmuan seperti sejarah, ekonomi, dll.

Ilmu pengetahuan sendiri sangat bersandar akan fakta empiris. Fakta empiris, yaitu:
fakta yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan mempergunakan
pancainderanya, merupakan objek yang dipelajari oleh ilmu pengetahuan. Di luar hal
yang diebutkan di atas adalah di luar jangkauan ilmu pengetahuan.

Mengenai objek empiris ini, dibangun dengan tiga asumsi:


1. Obyek-obyek tertentu mempunyai kesamaan/keserupaan satu sama lain, misal
dalam hal bentuk, struktur, sifat dsb.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 11
Dari hal inilah timbul KLASIFIKASI. Klasifikasi merupakan pendekatan keilmuan
pertama terhadap objek-objek yang ditelaahnya dan TAXONOMI merupakan
cabang keilmuan yang pertama sekali berkembang.
Konsep ilmu lain yaitu PERBANDINGAN (KOMPARATIF) DAN KUANTIFIKASI hanya
dimungkinkan dengan adanya klasifikasi ini.
2. Suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
Hal ini sering disebut dengan kelestarian relatif. Kelesatrian relatif dalam jangka
waktu tetentu ini memungkinkan kita untuk melakukan pendekatan keilmuan
terhadap obyek yang sedang diselidiki.
3. Asumsi terakhir, determinasi
Dengan anggapan tiap gejala materi bukan terjadi dengan secara kebetulan tetapi
gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan-urutab
kejadian yang sama.
Determinasi dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang.
Statisitika merupakan metode yang menyatakan hubungan peluang antara gejala-
gejala dalam penelaahan keilmuan. Statistika mempunyai peranan yang
menentukan dalam persyaratan-persyaratan keilmuan sesuai dengan asumsi ilmu
tentang alam. Tanpa statistika hakekat lmu akan sangat berlainan.

2. EPISTEMOLOGIS (BAGAIAMANA)
Epistemologis, adalah teoi pengetahuan, membahas secara mendalam segenap
proses yang terlihat dalam usaha kita memeperoleh pengetahuan.
Dalam prespektif keilmuan metode ini sering dipadankan dengan metode keilmuan
(metode ilmiah). Metode ilmiah ini dapat dikatatakan koreksi atas metode
sebelumnya yang berkembang yaitu RASIONALISME DAN EMPIRISME.

Mengenai empirisme telah disinggung sebelumnya. Sedangkan rasionalisme adalah


adanya anggapan bahwa manusia tidak mempelajari apapun, ia hanya
mengingat/teringat apa yang telah dia ketahui. Semua prinsip-prinsip dasar dan
bersifat umum sebelumnya sudah ada dalam fikiran manusia. Pengalaman indera
paling banyak hanya dapat merangsang ingatan dan membawa kesadaran terhadap
pengetahuan yang selama ini sudah ada dalam pikiran manusia.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 12
METODE ILMIAH
Metode lmiah dapat dirumuskan ke dalam proses di bawah ini:
1. Kesadaran dan Perumusan masalah
2. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan
3. Penyusunan dan klasifikasi data
4. Perumusan hipotetis
5. Deduksi dan hipotesis
6. Tes dan pengujian kebenaran (verifikasi) dari hipotesa

Berikut ini adalah tinjauan beberapa pakar mengenai metode ilmiah

Francis Bacon:
 Observasi  Explanning
 Measuring  Verifying

Elgein F. Hunt:
 Observasi  Generalisasi
 Perumusan Masalah  Perumusan hipotesa
 Mengumpulkan dan mengklasifikasi data  Mengadakan testing dan verifikasi

Saefuddin Anshori:
 Koleksi data dan fakta  hipotesa
 Observasi  verifikasi
 seleksi data & fakta  evaluasi
 klasifikasi  perumusan teori
 interpretasi  perumusan dalil atau hokum ilpeng
 generalisasi

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 13
3. AKSIOLOGIS (UNTUK APA)
Untuk menjelaskan pertanyaan apa kegunaan ilmu itu bagi kita?
Hal ini jelas akan menjadi pertanyaan yang akan terus-menerus diajukan. Apalagi
dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kaitannya dengan
kesejahteraan manusia.

Fungsi Ilmu Pengetahuan (menurut pandangan para pakar)


Prof. Herberty J. Muller:
Standar Ilmiah suatu kebenaran tentunya bukanlah satu-satunya standar, namun
standar ini penting untuk mencapai kebenaran yang sesuai dengan pembacaan,
kenyataan dan sejarah

Sir Richard Gregori:


Ilmu pengetahuan bukan untuk dimaksudkan untuk mendirikan atau merobohkan
satu bagian tertentu dari kepercayaan atau iman, tetapi hanya untuk menguji dengan
kritis apa saja yang datang kepadanya di dalam dunia wajar dan untuk mengakui
dengan jujur.

Descartes:
Mempelajari ILMU PENGETAHUAN supaya bagaimana membedakan antara benar dan
palsu hingga sejelas-jelasnya

Drs. R.B.S FUDYARTANTA:


 Fungsi deskriptif  Fungsi Prediksi
 Fungsi Pengembangan  Fungsi Kontrol

Simpulan: Ilmu pengetahuan dipersembahkan untuk kebutuhan hidup manusia di


dalam berbagai bidangnya

Namun sebagai renungan ada baiknya saya kutipkan pernyataan sang maestro di
bidang fisika nuklir, Albert Einstein:
“ …….. Mengapa ilmu yang amat indah ini, yang menghemat kerja dan membikin
hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sedikit sekali kepada kita….”

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 14
C. CABANG ILMU PENGETAHUAN

Pada Zaman purba dan pertengahan berdasarkan artios liberalis, ilmu pengetahuan dibagi
dalam 2 bagian:
1. Trivium (3 bagian)
a. Gramatika
b. Dialektika
c. Rhetorica
2. Quadrivium
a. Aritmetica c. Musica
b. Gemmtrica d. Astronomia

Pembagian secara Modern, menurut Stuart Chase, The Power Study of Mankind,:
1. Natural Science
 Biologi  Farmasi  Ilmu alam
 Antropologi fisik  Pertanian  Ilmu teknik
 Kedokteran  Ilmu pasti  Geologi
 Dan lain sebaginya

2. Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan
 Hukum  Sosiologi  Ilmu pendidikan
 Ekonomi  Antropologi budaya dan  Publisitik dan
 Ilmu jiwa social social jurnalistik
 Ilmu bumi social  Ilmu sejarah  Dan lain sebagainya
 Ilmu politik

3. Humaniora
 Ilmu agama  Seni
 Filsafat  jiwa
 Bahasa  Dan lain sebagainya

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 15
D. SIKAP ILMIAH
Prof. Harsojo:
 Obyektivitas  Sikap Skeptif  Kesderhananaan
 Sikap Serba Relatif  Kesabatran  Sikaptidak Memihak pada Etik
Intelektual

Stuart Chase:
 Pemeriksanaan yang keras terhadap teori-teori oleh sarjana terdahulu dan kini
(Emosi dan Prasangka harus dibuang)
 Suasana Ragu yang kuat (Saya keliru!!!)
 Ramalan berupa kemugkinan (bukan kemutlakan)
 Tidak ada pemecahan yang tertutup
 Tak ada rahasia

D. POSTULAT, ASUMSI, HIPOTESA DAN TEORI


Berkaitan dengan metode ilmiah ada beberapa istilah yang sering digunakan yaitu: postulat,
asumsi, hipotesa, dan teori. Berikut ini uraian singkat mengenai stilah-istilah tersebut.

POSTULAT
Postulat disamakan dengan aksioma, Aksioma ialah perjanjian tetap,tetapi dibuat semau-
maunya sebagai dasar sesuatu dalam ilmu pasti (ensiklopedi Indonesia).
Aksioma adalah dalil yang dianggap benar, meskipun kebenarannya tak dapat dibuktikan
(filsafat, version)
Misal : dalil tentang adanya tuhan dalam filsafat Kant: Adanya Tuhan merupakan postulat
yang perlu, supaya hidup manusia berlakuk secara susila.

Prof. Harsojo, menuliskan Postulat Ilmu pengetahuan Sbb:


 Dunia itu ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia itu benar ada.
 Dunia empiris dapat diketahui oleh manusia melalui panca indera
 Fenomena-fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu sama lain secara kausal

Sementara itu DR. Mohammad Noor Nabi, Guru Besar pada Aligarh Muslim University,
menerangkan bahwa konsep dasar menegnai science adalah:

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 16
1. Percaya akan keseluruhan homogenitas alam
2. Percaya akan keseragaman hukum alam
3. Percaya akan nilai-nilai perorangan

Postulat ilmu penegatahuan di atas, menjelaskan bila hal itu ditiggalkan maka tidak akan dapat
menunjukkan ilmu penegatahuan secara umum.

ASUMSI
Asumsi atau anggapan dasar adalah anggapan yang sudah dianggap benar yang tidak
diragukan lagi, terutama oleh si penyelidik itu sendiri. Asumsi itu sendiri adlah titik tolak
segala pandangan kegiatan yang dihadapi oleh si penyelidik.

Syoberg dan Nett (1968:14) memberikan ciri ilmu pengetahuan sebagai ”pendekatan
terhadap pengetahuan yang jauh lebih berdisiplin dan lebih didasarkan pada sejumlah asumsi
yang diakui sebagai ”butir-butir kepercayaan” oleh mereka yang menerapkannya. Diantara
pasal-pasal kepercayaan yang paling penting adalah sebagai berikut [hal. 13]:
1. Bahwa ada peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang kembali atau mengikuti
urutan tertentu.
2. Bahwa pengetahuan lebih utama daripada kebodohan.
3. Bahwa ada jalinan komunikasi yang berdasarkan atas impresi indera, antara ilmuwan dan
kenyataan luar (apa yang disebut ”asumsi empiris”).
4. Bahwa ada hubungan sebab-akibat di dalam tatanan fisik maupun sosial.
5. Ada juga sejumlah asumsi tertentu mengenai ’”pengamat”:
a. Bahwa pengamat didorong untuk mendapatkan pengetahuan dengan maksud untuk
memperbaiki keadaan manusia.
b. Bahwa pengamat mempunyai kemampuan untuk secara konseptual menghubungkan
pengamatan dan arti yang melekat pada peristiwa-peristiwa.
c. Bahwa masyarakat akan mendukung pengamatan dalam mencari pengetahuan
(Syoberg dan Nett, 1968:23-24)

Sumber Asumsi:
 Pertama mengambil dari Postulat, yaitu kebenaran a priori, yaitu dalil yang dianggap
benar walaupun kebenarannya tidak dapat dibuktkan. Kebenaran yang diterima
sebelumya secara mutlak.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 17
 Kedua, mengambil dari teori sarjana/ahli terdahulu, yang kebenarannya tidak
disangsikan lagi oleh masyrakat, terutama oleh si penyelidik itu sendiri

HIPOTESA
Hypo (kurang); Thesis (kesimpulan pendapat)
Adalah suatu jawaban duga yang dianggap besar kemungkinan untuk menjadi jawaban yang
benar.
Hipotesa dapat dikatakan sebagai teori sementara sehubungan dengan hipotesa ini adalah
tahapan sebelum diambil kesimpulan berupa teori.

TEORI
Teori adalah Hypothesa yang sudah menjadi thesa (Winarno Surachmad, DR), karena sudah
terbuktikan kebenarannya di atas batu ujian empiris, riset dan eksperimental.

BATAS DAN RELATIVITAS ILMU PNGETAHUAN


H. Endang Saefudin Anshori, MA dalam bukunya Ilmu, Filsafat dan Agama, mengambil
kesimpulan dari pendapat para pakar menegnai batas dan relativitas ilmu penegtahuan
Sbb:
 Tidak semua persoalan (yang dipersoalkan oleh) manusia dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan
 Nilai kebenaran ilmu pengetahuan adalah positif (sampai saat ini) dan relatif (tidak
mutlak)
 Masalah-masalah yang di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan, yang
dengan demikian tidak dapat dijawab oleh ilmu penegatahun, diserahkan kepada
filsafat

SUMBER PUSTAKA:
 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Prespektif, Kompilasi tulisan, Yayasan Obor Indonesia
dan LEKNAS-LIPI, Gramedia, Jakarta, 1983
 H. Endang Saefudin Anshari, , Cet VII, Bina Ilmu, Surabaya, 1987
 Drs, Agraha Suhandi, Sejarah Pemikiran Modern, Fak. Satra Univ. Padjadjaran, 1994
 Drs, Agraha Suhandi, Filsafat Sebagaui Seni untuk Bertanya, Fak. Satra Univ. Padjadjaran,
1995

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 18
BAB II
LINTASAN SEJARAH KEFARMASIAN

PENDAHULUAN
Sejarah kefarmasian di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sejarah tradisi
pengobatan di dunia. Tradisi ini telah berjalan ribuan tahun bahkan
diperkirakan telah bersamaan dengan keberadaan manusia di alam semesta.
Pengetahuan tabib dan pengobatan berkembang di Yunani, Mesir, Cina, India
dan berbagai wilayah di Asia (1).

Pada awalnya kemampuan mengobati dan meracik obat dipegang oleh satu
orang dan praktiknya tidak didasarkan atas pengetahuan anatomi,
farmakologi dan ilmu farmasi lainnya. Ilmu Pengobatan dijalankan secara
spekulatif, dipengaruhi oleh tahyul dan perdukunan (occultism). Di Yunani
pada saat itu, pendeta dianggap orang yang mampu menjaga kesejahteraan
rohani da jasmani rakyat. Lambat laun peran ini diambil tabib, yang
memperoleh ilmu pengobatan secara intuitif dan empiris(1).

Pada tahun 400 SM berdiri sekolah kedokteran dengan alumninya yang


terkenal, Hippocrates. Hippocrates merasionalisasikan ilmu pengobatan dan
meningkatkan profesi tabib pada taraf etik yang tinggi. Kemuduian muncul
tokoh Yunani lain bernama Galenus (Cladius Galen), 200-129 SM, seorang ahli
meracik obat dari sari pati tumbuhan, sehingga keterampilan meraci obat dari
sari pati tumbuhan ini kemudian dikenal dengamn istilah Galenika (1). Galen
inilah yang menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja obat
yang merupakan bahasan utama dalam Farmakologi.

Selanjutnya Ibnu Sina 980-1037 telah menulis beberapa buku metode


pengumpulan dan penyimpanan obat serta cara pembuatan obat, seperti: pil,
dan sirup serta memadukan pengetahuan pengobatan dari berbagai Negara
seperti Yunani, India, Persia, Mesir, cina dan Arab.

Pada tahun 1240 Kaisar Frederick II mengeluarkan maklumat untuk


memisahkan ilmu farmasi dan kedokteran, sehingga masing-masing ahli
mempunyai kesadaan, standar etik, pengetahuan dan keterampilan sendiri.
Dengan maklumat ini maka keahlian farmasi menjadi profesi resmi yang
terpisah dari kedokteran, namun tetap mempunyai tujuan yang sama
menolong orang sakit dan meningatkan kesehatan manusia (1).

Johan Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek


farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan. Percobaan pada
hewan ini merupakan prosedur uji praklinik yang sampai sekarang
merupakan persyaratan sebelum obat diujicobakan secara klinis kepada
manusia.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 19
Tahun 1847, Institut Farmakologi untuk pertama kali didirikan oleh Rudolp
Bucheim (1820-1879) di Universitas Dorpat (Estonia).

Sejarah Farmasi modern dimulai tahun 1897, saat Felix Hoffmann menemukan
cara menambahkan dua atom ekstra carbon dan lima atom ekstra hidrofen ke
dalam ekstrak (sari pati) kulit kayu Willow sehingga menghasilkan
Acetylsalicylic acid (astosal) yang selanjutnya dikenal dengan aspirin. Untuk
mengembangkan profuk ini didirikan perusahaan farmasi modern pertama di
dunia, yaitu Bayer (The economist, Februari 1988, diambil dari Format Industri
Farmasi Indonesia, Amir Hamzah Apne)

Pengaruh Arab dan Islam

FARMASI Arab ataupun lebih khusus lagi dikenali sebagai saydanah


merupakan satu bentuk profesi yang agak asing dibanding kedokteran sejak
awal abad ke-19 lagi. Ini adalah pertama kali dalam sejarah, farmasi laksanakan
secara terpisah dari profesi kesehatan yang lain. Aspek dan pengaruh Arab ini
selalunya tidak dinyatakan dalam kebanyakan penulisan barat tentang sejarah
kedokteran dan farmasi. Sedangkan pada hakikatnya pencapaian sains dan
budaya dunia Arab begitu banyak mempengaruhi profesi serta sumbangan
pustaka farmasi di barat yang wujud sehingga hari ini (4).

Dalam abad yang ke-19 kedai-kedai farmasi mulai dibangun dan jumlahnya
mulai meningkat di kota-kota seperti Baghdad serta sekitarnya. Kebanyakan
kedai ini adalah kepunyaan perseorangan dan banyak pula di antara mereka
yang mempunyai ilmu tentang farmasi baik dari segi mencuci, menyimpan
ataupun mengawetkan obat-obatan. Rumah sakit-rumah sakit di negara ini
bukan saja mempunyai farmasinya sendiri, tetapi juga obat-obatan jenis sirup,
salep dan bentuk sediaan farmasi lain dapat dihasilkan secara agak besar-
besaran. Tempat-tempat ini juga sering dikunjungi oleh pegawai-pegawai
yang dilantik oleh kerajaan (Muhtasib) ataupun pembantunya untuk
menentukan bahwa obat-obatan yang dikeluarkan adalah suci, baik dan tepat
dari segi kandungan dan ukurannya. Ini bertujuan untuk memastikan produk
tersebut dapat dicegah dari berbagai penipuan dan melindungi orang banyak
apabila menggunakannya (4).

Perkembangan yang berlaku pada ketika itu bolehlah dianggap sebagai satu
fasa sejarah Islam yang paling kaya dengan perkembangan intelektual.
Keadaan ini berlarutan hingga empat abad lamanya. Garis panduan tentang
meteria medika serta arahan untuk farmasi bekerja dan mengurus kedainya
berkembang dengan pesat. Ini dapat dilihat dengan adanya beberapa
cendiakiawan yang berperanan membentuk asosiasi farmasi ketika itu.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 20
Beberapa tokoh Farmasi dalam dunia Islam

YUHANNA B. MASAWAYAH (777-857)

 Penulisan termasyhur:al-Mushajjar al-Kabir menguraikan


tentang penyakit serta pengobatannya.
 Mengenalkan penggunaan tumbuhan untuk
meningkatkan pertahanan tubuh.
 Pada zamannya lahir istilah seperti al-Saydanani dan al-
Saydalani yang berkaitan dengan sandalwood.

ABU HASAN ALI B. SAHL RABBAN AL-TABARI (808)

 Penulisan termasyhur: Syurga Hikmah- mengupas tentang


prilaku manusia, kosmologi, embriologi dan psikoterapi,
kebersihan, pemakanan dan penyakit serta
pengobatannya.
 Beliau memperkenalkan terapeutik setiap obat yang
digunakan mengikut kasus-kasus tertentu.

SABUR B. SAHL

 Penulisan termasyhur: al-Agradadhin meliputi resep


kedokteran tentang kaedah dan teknik meracik obat,
tindakan farmakologi dan dosis-dosis serta cara
penggunaannya.
 Menulis formula pertama dalam sejarah Islam yang
terdapat dalam al-Agradadhin di mana hampir 200 tahun
formula ini dijadikan panduan oleh ahli-ahli farmasi di
seluruh dunia Islam.

PERKEMBANGAN BIDANG FARMASI DI EROPA

SELEPAS runtuhnya kekaisaran Romawi, perkembangan kedokteran dan


farmasi masih agak gelap. Tidak banyak kemajuan dibandingkan dengan apa
yang telah dipelajari di dunia Arab dan Islam sebelumnya. Malah Eropa
kembali kepada cara-cara pengobatan lama yang berasaskan kepada tahyul
dan kepercayaan kuno. Perkembangan sains baru seperti mana yang telah
berlaku dalam dunia Arab dan Islam tidak langsung kentara dan agak
terpencil. Namun terdapat satu golongan pendeta yang agak berminat untuk
menggali khazanah ilmu lama yang tersimpan dalam gereja-gereja. Salah
seorang dalam golongan ini dikenali sebagai Cassiodarus. Di dalam satu dari
gereja yang didirikannya, pendeta tersebut mengkaji dan menyalin manuskrip

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 21
lama. Disinilah mereka mulai berkenalan dengan penulisan kedokteran
terdahulu. Kemudian muncul beberapa gereja yang turut menjalani aktivitas
yang sama, baik dalam bahasa Latin, Yunani maupun Arab. Melalui ini,
terbitlah kesusteraan dalam bahasa lain seperti Inggeris kuno, Perancis dan
Jerman di samping memberi sumbangan kepada farmasi melalui penanaman
taman-taman herba.

Walau bagaimanapun, sikap orang-orang barat tentang farmasi dan terapi


obat-obatan berubah dengan begitu kentara sekali ketika penulisan-penulisan
orang Arab dan Yunani mulai tersebar luas di Eropa Barat secara menyeluruh.

Di Kota Montpellier, Perancis sekitar tahun 1180 terdapat satu ikrar yang
dikenakan kepada sekumpulan ahli-ahli farmasi pada ketika itu. Ikrarnya
berkaitan dengan aktivitas ahli farmasi dalam mengawasi obat-obatan. Di Itali
juga antara tahun 1231 dan 1240, Kaisar Frederick II mengeluarkan suatu
maklumat (Contitutiones) yang dikenal sebagai Magna Carta Farmasi. Ini
semua menampakkan susunan serta aturan yang mulai timbul dalam
mengarahkan bidang farmasi pada masa itu.

Dalam konstisusi itu juga menetapkan fungsi ahli farmasi, kaitannya dengan
ahli kedokteran serta tanggungjawab moral mereka. Contitutiones itu akhirnya
meliputi keseluruhan Eropa dalam usaha melindungi orang awam, di mana
kedai dan bidang farmasi dikenakan pengawasan resmi seperti yang dilakukan
di dunia Arab-Islam. Kedai-kedai farmasi di Eropa pada masa itu telah
menampakkan pengaruh Arab walaupun nama panggilannya berlainan.
Bahan-bahan yang dijual terdiri dari berbagai jenis, tidak tergantung kepada
materia medika Yunani, Roman atau Arab saja. Terdapat juga beberapa jenis
racikan lain yang dikembangkan dari dongeng maupun sihir barat pada zaman
itu.

Pada saat itu, berdiri persatuan-persatuan farmasi di mana ahli kedokteran dan
ahli farmasi bergabung secara bersama. Ada juga kesatuan yang ahli farmasi
dengan pedagang rempah. Mereka lebih lebih dikenal dengan nama panggilan
yang berbeda seperti apothecarius, especiador, especier, speziale, spicer maupun
pepper.

Di Inggris mereka bergabung dengan penjual lada hitam dan rempah-rempah


dan dikenali sebnagai "Company of Grocers". Tujuannya adalah supaya masing-
masing dapat mewujudkan monopoli di sebuah bandar sekaligus melindungi
perniagaan mereka dari segi pemantauan harga serta mutu barang yang dijual.
Ia juga bertujuan mengawasi pelatihan serta menetapkan peraturan bagi siapa
yang ingin melibatkan diri di dalam bidang tersebut. Di Itali misalnya pada
pertengahan abad ke-14, kesatuan farmasi dimonopoli untuk lebih kurang 200
barang termasuk buku dan lilin. Ini menunjukkan betapa sukarnya mencari
nafkah melalui urusan perniagaan obat-obatan.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 22
Pada tahun 1617 terbentuklah Persatuan Ahli Apoteker atau Society of
Apothecaries. Dalam dua abad yang kemudian, pemisahan di antara kedokteran
dan farmasi pula berlaku. Serentak dengan itu golongan yang dikenali sebagai
druggist dan chemist mulai berperanan aktif sebagai ahli obat-obatan. Mereka
ini kemudiannya menjadi pemborong dan akhirnya pedagang obat-obatan.
Pada pertengahan abad yang ke-18, satu organisasi baru di bawah naungan
Pharmaceutical Society pula diwujudkan. Dengan itu wujudlah farmasi sebagai
satu disiplin khasnya di Inggris dan Eropa.

Pemisahan farmasi dengan kedokteran dan menjadikannya satu bidang


disiplin tersendiri memang telah diduga. Satu-satunya peristiwa yang
mangarah kepada perkembangan tersebut adalah karya seorang yang bernama
Paracelsus. Beliau merupakan seorang ahli kedokteran, ahli falsafah, ahli kimia
dan ahli nujum Swiss pada abad yang ke-16. Sumbangan terbesarnya adalah
mengutarakan beberapa prinsip baru tentang jasad manusia yang jauh lebih
tepat dibanding dengan teori sebelumnya. Paracelsus memberi pengertian
baru kepada pemahaman penyakit dan terapi menggunakan obat-obatan.

Berbagai racikan mengeni obat mulai berkembang, seperti tingtur dan ekstrak.
Paracelsus juga memperkenalkan logam-logam seperti logam berat: raksa,
plumbum, kuprum emas dan besi sebagai bahan obat melalui pendekatan serta
teknik ekstraksi yang berlainan. Ia juga mempunyai hubungan yang dekat
dengan Budaya Arab-Islam melalui pendalaman beliau dalam bidang kimia.

Walaupun Paracelsus telah meninggal dunia (1541 M), namun pengaruhnya


tetap kuat dan menggeser pengaruh Galen(ik).

Perkembangan lain yang perlu diketahui adalah terbitnya buku panduan


farmasi (sekarang dikenal dengan monogram Farmakope). Salah satunya
didasarkan atas hasil tulisan Saladin (Ilmuwan Arab), misalnya Lumen
apothercariocum (`Cahaya Kedai Apoteker') yang dicetak di Itali pada tahun
1492. Buku ini kemudian diperluaskan menjadi Luminare majus oleh seorang
ahli farmasi bernama Jacobus Manliis de Bosco.

Luminare majus ini lebih banyak digunakan dan sekarang lebih dikenal sebagai
`farmakopia,' (Farmakope), kadangkala dipanggil dengan nama dispensatorium
(tetapi ia tidak popular lagi). Ini merupakan hasil kerja baik individu maupun
sekelompok penulis ataupun organisasi farmasi serta kedokteran.

Farmakopia pertama adalah Dispensorium pharmacopolarium. Penggunaan


farmakopia hingga hari ini menjadi suatu yang dibutuhkan dalam bidang
farmasi, khususnya untuk formulasi obat.

Mulai abad ke-19, yang disertai dengan kepesatan pencapaian sains dan
teknologi secara umum, bidang farmasi terus berkembang. Malah berbagai
bidang keahlian mulai diperkenalkan seperti bidang kimia farmasi,
farmakognosi, farmakologi dan mikrobiologi. Berikutnya timbulnya revolusi

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 23
industri di Eropa juga memunculkan bidang baru seperti teknologi farmasi
atau farmasi industri.

Bidang-bidang keahlian di atas salaing berkaitan dan bersama-sama dengan


pengetahuan sains serta kedokteran terus menyokong farmasi sebangai satu
bidang profesial. Semua bidang keahlian ini hingga sekarang merupakan
keahlian inti yang dikembangkan oleh setiap Perguiruan Tnggi Farmasi,
termasuk di Indonesia.

SEJARAH KEFARMASIAN INDONESIA.

Untuk mengetahui perkembangan kefarmasian di Indonesia, berikut ini kami


kutip (tanpa edit) artikel dari Mantan Dirjen POM Indonesia, DR. Midian Sirait.

Pengetahuan Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih


"muda" dan baru dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan.
Pada zaman penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda
maupaun masa pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia
pertumbuhannya sangat lambat dan profesi farmasi masih belum dikenal
secara luas oleh masyarakat.

Sampai Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tenaga-tenaga farmasi


Indonesia pada umumnya terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah relatif
sangat sedikit. Tenaga-tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya
berasal dari Denmark, Austria, Jerman dan Belanda.

Disekitar perang kemerdekaan, kefarmasian di Indonesia mencatat sejarah


yang sangat berarti yakni dengan didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di
Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung pada tahun 1947.

Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan pada masa perang


kemerdekaan ini pada kenyataannya mempunyai andil yang besar bagi
perkembangan sejarah kefarmasian pada masa-masa berikutnya.

Dewasa ini, kefarmasian di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dengan


dimensi yang cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan
dukungan teknologi yang cukup modern, telah mampu memproduksi obat
dalam jumlah yang besar dengan jaringan distribusi yang cukup luas. Sebagian
besar (90%) kebutuhan obat nasional, telah dapat dipenuhi oleh industri
farmasi dalam negeri. Demikian pula peranan profesi farmasi dalam pelayanan
kesehatan telah semakin berkembang dan sejajar dengan profesi-profesi
kesehatan lainnya.

1. Pada zaman penjajahan sampai perang kemerdekaan.


Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada dasarnya diawali dengan
pendidikan asisten apoteker pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Pendidikan asisten apoteker semulai dilakukan ditempat kerjanya yaitu

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 24
di apotek oleh apoteker yang mengelola dan memimpin sebuah apotek.
Setelah calon asisten apoteker telah bekerja dalam jangka waktu tertentu
di apotek dan dianggap memenuhi syarat, maka diadakan ujian
pengakuan yang diselenggarkan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Menurut catatan yang ada, asisten apoteker Warga Negara Belanda
lulusan Indonesia yang pertama adalah pada tahun 1906 yang diuji di
Surabaya. Warga Negara Indonesia asli tercatat sebagai lulusan pertama
pada tahun 1908 yang diuji di Surabaya dan lulusan kedua terjadi pada
tahun 1919 yang diuji di Semarang.

Dari buku Verzameling Voorschriften tahun 1936 yang dikelurkan oleh


DVG dapat diketahui bahwa Sekolah Asisten Apoteker didirikan dengan
Surat Keputusan Pemerintah tanggal 7 Oktober 1918 nomor 38, yang
kemudian diubah dengan surat keputusan tanggal 28 Januari 1923 nomor
15 (Stb. no.50) dan 28 Juni 1934 nomor 45 (Stb 392) dengan nama "Leergang
voor de opleiding van apotheker-bedienden onder den naam van apothekers-
assistenschool".

Peraturan ujian asisten apoteker dan persyaratan izin kerja diatur dalam
surat keputusan Kepala DVG tanggal 16 Maret 1933 nomor 8512/F yang
kemudian diubah lagi dengan surat keputusan tanggal 8 September 1936
nomor 27817/F dan tanggal 6 April1939 nomor 11161/F.
Dalam peraturan tersebut antara lain dinyatakan bahwa persyaratan
untuk menempuh ujian asisten apoteker ialah harus berijazah Mulo
Bagian B, surat keterangan bahwa calon telah melakukan pekerjaan
kefarmasian secara terus menerus selama 20 bulan dibawah pengawasan
seorang apoteker di Nederland atau di Indonesia yang memimpin sebuah
apotek atau telah mengikuti pendidikan asisten apoteker di Jakarta.
Dengan adanya peraturan itu pula maka ujian hanya diselenggarakan di
Jakarta, tidak lagi di Surabaya dan Semarang. Setelah didirikan Sekolah
Asisten Apoteker tersebut, lulusan asisten apoteker sedikit meningkat
rata-rata 15 orang setahun bahkan pada tahun 1941 tercatat lulusan
asisten apoteker sebanyak 23 orang. Sebelum dibentuk sekolah tersebut
setahun rata-rata hanya 5 orang yang kesemuanya berasal dari
pendidikan praktek di apotek.

Disekitar tahun 1930-an ditetapkan beberapa peraturan perundang-


undangan kefarmasian yang cukup penting antara lain :

1. Undang Undang Obat Bius tanggal 12 Mei 1927 (ST 1927 No. 278)
diubah dengan St 1949 No. 335.
2. Ordonansi Loodwit tanggal 21 Desember 1931 nomor 28 (Stb. 509).
3. Ordonansi Pemeriksaan Bahan Bahan Farmasi tanggal 12
Desember 1936 No. 19 (Stb No. 660).

Pada masa penjajahan Hindia Belanda sampai perang kemerdekaan


jumlah pabrik farmasi maupun apotek sangat sedikit sekali.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 25
Pabrik farmasi yang tercatat pada periode itu antara lain ialah Pabrik Kina
dan Instituut Pasteur yang memproduksi sera dan vaksin, keduanya di
Bandung serta Pabrik Obat Manggarai di Jakarta. Sedangkan apotek pada
umumnya hanya terdapat di Jawa dan beberapa kota besar di Sumatera.
Pada tahun 1937 jumlah apotek di seluruh Indonesia tercatat 76 apotek.
Fungsi apotek pada periode itu disamping melakukan peracikan dan
penyerahan obat melakukan pula produksi dan distribusi obat.

Pada sekitar perang Dunia Ke II terutama ketika invasi Jepang sudah


mendekati Indonesia, tenaga-tenaga apoteker banyak yang melarikan diri
ke Australia sehingga mengakibatkan banyak apotek kehilangan
pimpinan.

Adanya kenyataan ini maka pada tahun 1944 Gubernur Jenderal Hindia
Belanda mengeluarkan suatu peraturan yang memberikan hak kepada
seorang dokter untuk memimpin sebuah apotek yang ditinggalkan
apotekernya, disamping peraturan apotek - dokter yang telah ada yang
memperbolehkan seorang dokter untuk membuka apotek - dokter di
daerah yang belum mempunyai apotek.

Pada zaman pendudukan Jepang mulaii dirintis pendidikan tinggi


farmasi di Indonesia dan dapat diresmikan pada tanggal 1 April 1943
dengan nama Yakugaku sebagai bagian dari Jakarta Ika Daigaku. Pada
tahun 1944 Yakugaku diubah menjadi Yaku Daigaku. Setelah Jepang
kalah perang dengan sekutu dan diproklamasikannya kemerdekaan
Negara Republik Indonesia, pendidikan tinggi farmasi ini bubar dan
segenap mahasiswanya berjuang untuk menegakkan kemerdekaan dan
kedaulatan negara yang baru diproklamasikannya. Sementara itu pada
tahun 1944, pemerintah pendudukan Jepang melakukan pendidikan
asisten apoteker dengan masa pendidikan selama 8 bulan dan siswa
berasal dari lulusan SMP. Sampai waktu pemerintahan Jepang jatuh telah
dihasilkan dua angkatan dengan jumlah yang sangat sedikit.

Disekitar perang kemerdekaan yakni pada tanggal 27 September 1946


dibuka Perguruan Tinggi Ahli Obat di Klaten yang kemudian menjadi
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang ada dewasa ini. Satu
tahun kemudian yakni pada tanggal 1 Agustus 1947 di Bandung
diresmikan jurusan Farmasi dari Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam
Universitas Indonesia yang kemudian menjadi Departemen Farmasi ITB
sekarang ini. Kedua Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan
pada masa perang kemerdekaan ini dalam perkembangan kefarmasian di
Indonesia selanjutnya mempunyai peranan yang penting.

Pada masa perang kemerdekaan ini terutama menjelang penyerahan


kedaulatan ada beberapa peraturan perundang-undangan kefarmasian
yang penting antara lain ialah:

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 26
 Reglement DVG Stb No. 228 (merupakan perubahan Reglement DVG
Stb 1882 No. 97).
 Ordonansi Bahan Bahan Berbahaya tanggal 9 Desember 1949 No. 377.
 Undang Undang Obat Keras tanggal 22 Desember 1949 (Stb No. 419).

2. Periode setelah perang kemerdekaan sampai dengan tahun 1958.

Pada periode ini jumlah tenaga farmasi terutama tenaga asisten apoteker
mulaii bertambah dalam jumlah relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di
Jakarta dibuka SAA Negeri (Republik) yang pertama, dengan jangka
waktu pendidikan selama 2 tahun. Lulusan angkatan pertama dari SAA
ini tercatat sekitar 30 orang. Sementara itu jumlah apoteker juga
mengalami peningkatan baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri
maupun lulusan dari dalam negeri. Pada tanggal 5 September 1953 Bagian
Farmasi Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Farmasi UGM untuk
pertama kali menghasilkan 2 orang apoteker. Sekitar satu setengah tahun
kemudian Bagian Farmasi Institut Teknologi Bandung menghasilkan
apoteker pertama yakni pada tanggal 2 April 1955.

Dikarenakan kekurangan tenaga Apoteker, pada tahun Pmerintah


mengeluarkan Undang Undang nomor 3 tentang Pembukaan Apotek.
Sebelum dikeluarkannya Undang Undang nomor 3 tersebut untuk
membuka apotek boleh dilakukan dimana saja dan tidak diperlukan izin
dari Pemerintah. Dengan adanya Undang Undang nomor 3 maka
Pemerintah dapat menutup kota kota tertentu untuk mendirikan apotek
baru karena jumlahnya sudah dianggap cukup memadai. Izin pembukaan
apotek hanya diberikan untuk daerah-daerah yang belum ada atau belum
memadai jumlah apoteknya. Undang Undang nomor 3 tersebut
kemudian diikuti keluarnya Undang Undang nomor 4 tahun 1953 tentang
Apotek Darurat yang membenarkan seorang asisten apoteker untuk
memimpin sebuah apotek.

Undang Undang tentang Apotek Darurat ini sebenarnya harus berakhir


pada tahun 1958 karena ada klausul yang termaktub dalam Undang
Undang tersebut yang menyebutkan bahwa Undang Undang tersebut
tidak berlaku lagi 5 tahun setelah apoteker pertama dihasilkan oleh
Perguruan Tinggi Farmasi di Indonesia. Tetapi karena lulusan apoteker
ternyata sangat sedikit, Undang Undang Apotek Darurat tersebut
diperpanjang sampai tahun 1963 dan perpanjangan tersebut berdasarkan
surat keputusan Menteri Kesehatan tanggal 29 Oktober 1983 nomor
770/Ph/63/b.

Pada periode ini, terutama sekitar tahun 1955 tercatat beberapa sejarah
kefarmasian yang cukup penting yakni lahirnya Ikatan Apoteker
Indonesia sebagai hail Muktamar ke I yang diselenggarkan pada tanggal

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 27
17-18 Juni 1955 di Jakarta. Pada tahun itu pula tepatnya pada tanggal 19-
23 Desember 1955 di Kaliurang Yogyakarta diselenggarakan Konferensi
Antar Mahasiswa Farmasi seluruh Indonesia yang pertama dan
melahirkan MAFARSI. Perkembangan lain dalam dunia pendidikan
farmasi ialah berdirinya Jurusan Farmasi UNPAD pada tahun 1957.

Menurut data yang ada pada tahun 1955 jumlah apoteker tercatat 108
orang, asisten apoteker 1218 orang, apotek 131 dan Pabrik Obat sebanyak
7 pabrik, Pada tahun 1958 jumlah tersebut bertambah menjadi : apoteker
132 orang, asisten apoteker 1613 orang, apotek 146 dan pabrik obat
sebanyak 18 pabrik.

3. Periode tahun 1958 sampai dengan 1967.

Pada periode ini meskipun upaya untuk memproduksi obat telah banyak
dirintis, pada kenyataannya industi-industri farmasi menghadapai
hambatan dan kesulitan yang cukup berat antara lain kekurangan devisa
dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang
dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah atau
mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri. Pada periode ini
terutama antara tahun 1960-1965 karena kesulitan devisa dan keadaan
ekonomi yang suram, industri farmai di dalam negeri hanya dapat
berproduksi sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu
penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari
impor. Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan
baik maka banyak terjadi kasus kasus bahan baku maupun obat jadi yang
tidak memenuhi persyartan standar.

Di sekitar tahun 1960-1965 beberapa peraturan perundang undangan


yang penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh
Pemerintah antara lain ialah :

1. Undang Undang nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok Pokok


Kesehatan.
2. Undang Undang nomor 10 tahun 1961 tentang Barang.
3. Undang Undang nomor 7 tahun 1963 tentang Farmasi.
4. Undang Undang nomor 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek.

Pada periode ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah
kefarmasian di Indonesia yakni berakhirnya Apotek Dokter dan Apotek
Darurat. Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan tanggal 8 Juni 1962
nomor 33148/Kab/176 antara lain ditetapkan :

a. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek dokter.


b. Semua izin Apotek Dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal
1 Januari 1963.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 28
Sedangkan berakhirnya Apotek Darurat ditetapkan dengan Surat
Keputusan Menteri tgl 29 Oktober 1963 nomor 770/Ph/63/b yang isinya
antara lain:

a. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan Apotek


Darurat.
b. Semua izin Apotek Darurat di ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan
tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Februari 1964.
c. Semua izin Apotek Darurat di Ibukota Daerah Tingkat II dan kota
kota lainnya dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.

Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang Undang Pokok Kesehatan


telah dibentuk Lembaga Farmasi Nasional (SK Menkes tanggal 11 Juli
1963 nomor 39521/Kab/199).
Dengan demikian pada waktu itu ada dua instansi Pemerintah
dibidang kefarmasian yakni Direktorat Urusan Farmasi dan LFN.
Direktorat Urusan Farmasi (semula Inspektorat Farmasi) pada tahun
1967 mengalami pemekaran organisasi menjadi Direktorat Jenderal
Farmasi.

Pada periode 1958-1967 tenaga farmasi baik apoteker maupun asisten


apoteker semakin meningkat jumlahnya. Pada periode ini telah
didirikan lagi 5 jurusan / Fakultas Farmasi Negeri dan bebearpa
Fakultas Farmasi Swasta. Pada tahun 1966 setelah pecah
pemberontakan G.30.S PKI jumlah apoteker diseluruh Indonesia
tercatat 1011 orang, AA sebanyak 5180 orang, apotek 585 dan Industri
Farmasi 109 pabrik.

4. Periode Orde Baru.

Pada masa pemerintahan Orde Baru ini Stabilitas politik, ekonomi dan
keamanan yang telah semakin mantap sehingga pembangunan di segala
bidang telah dapat dilaksanakan dengan lebih terarah dan terencana.
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral pembangunan Nasional,
secara bertahap telah dapat ditingkatkan sejak Repelita I hingga Repelita III
ini dengan hasil hasil yang cukup menggembirakan.

Keberhasilan pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan pada


sisi lain mempunyai dampak positif terhadap perkembangan kefarmasian
di Indonesia. Industri farmasi secara bertahap sejak Repelita I sampai
dewasa ini telah dapat tumbuh dan berkembang secara mantap dengan
jaringan distibusi yang cukup luas. Pada periode Orde Baru pula,
pengaturan, pengendalian dan pengawasan dibidang kefarmasian telah
dapat ditata dan dilaksanakan dengan lebih baik.

Sampai tahun pertama Repelita I, sebagian besar (80%) kebutuhan obat


nasional kita masih sangat tergantung pada impor. Keadaan ini jelas tidak

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 29
menguntungkan dan mempunyai dampak negatif terhadaap upaya
peningkatan derajat kesehatan rakyat. Oleh karena itu kebijaksanaan obat
pada pelita I dititikberatkan pada produksi obat jadi dalam negeri dengan
membuka kesempatan investasi, baik modal dalam negeri maupun modal
asing. Dengan adanya kebijaksanaan ini maka pada akhir Repelita I industri
farmasi dalam negeri dapat tumbuh dengan peningkatan produksi yang
cukup besar sehingga ketergantungan akan impor dapat dikurangi.

5. Farmasi di era Reformasi (versi penulis)


Untuk mengetahui kondisi dunia farmasi di era REFORMASI, khususnya
perkembangan di sektor Industri Farmasi, mahasiswa dapat membacanya
lebih dalam dalam buku: Format Industri Farmasi Indonesia yang ditulis
oleh Amir Hamzah Pane.

Sumber Pustaka:

1. Amir Hamzah Pane, Format Industri Farmasi Indonesia, Gabungan Perusahaan Farmasi
Indonesia, 2000
2. DR, Midian Sirait, diambil dari Pengantar Buku Gema Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun
1980 tentang apotek, Dirjen POM
3. Kutipan tulisan Prof. Dzulkifli Abdul Razak, Perkembangan Farmasi di Eropah dan Barat,
Pusat Racun Negara, USM, Malaysia
4. Kutipan tulisan Prof. Dzulkifli Abdul Razak, PerkembanganSejarah Awal Farmasi
Pengaruh Arab dan Islam, Pusat Racun Negara, USM, Malaysia

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 30
Nina... Bobo... Oh Nina bobo..

Bagi nt yg dilahirkan dr keluarge bahagie pasti pernah dinyanyiin senadung di atas. Kalo
merasa belum pernah denger? Mudah2an karena lupe aje...
Bobo alias tidur adalah sunatulloh, kebutuhan qte sebagai manusia. Slepas kite
beraktivitas, semua otot lurik kita perlu istirahat, ya kecuali otot ga sadar kite alias otot
polos, dengan sunatulloh jg die mah ga pernah ngerasa cape... Bayangin kalo otot polos di
paru, ljantung, usus, dll berhenti. Wassalam, dech...

Melalui aktiviti yg satu ini, qte juge dapat mengembara ke dunia lain, dunia mimpi. Bagi
yg memasuki usia perjaka alias puber, ada pengalaman ‘dahsyat’ yg didapet dari kegiatan
ini. Mimpi... ada yg mengatakan sekesar bunga tidur, tapi mimpi juga diduga sebagai
kesadaran lain dari kehidupan nyata, maka..e ada yg berusaha menghubungkan mimpi
dengan peramalan.

Poin-nya adalah tidur merupakan penyeimbang dari sebuah aktivitas, so kalo msh
inga cerita tentang belajar jangan lupa juga tidur yg cukup, ya...! (SI)

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 31
BAB III
SISTEM PENDIDIKAN FARMASI

Pendahuluan: Pendidikan Tinggi Farmasi d Indonesia

Pendidikan Tinggi Farmasi di Indonesia dirintis pada zaman Jepang, yakni


denganYakugaku pada 1 April 1943, sebagai bagian dari Djakarta Ika Daigaku
(sekolah dokter). Tahun berikutnya Yakugaku diubah namanya menjadi Yaku
Daigaku. Namun perguruan tinggi ini segera bubar setelah proklamasi
dikumandangkan, karena mahasiswanya lebih terpanggil untuk berjuang
mempertahankan kemerdekaan

Tanggal 27 September 1946, di Klaten, dibukalah perguruan tinggi farmasi


yang pertama dalam negara Republik Indonesia dengan peralatan yang berasal
dari Jakarta yang diungsikan oleh mahasiswa-mahasiswa kedokteran dan
farmasi. Walau tenaga pengajar dan peralatan yang terbatas namun semangat
mahasiswa dan staf pengajarnya amat tinggi. Kuliah dan praktikum Zoologi
dan Botani dilangsungkan di bagian belakang Rumah Sakit Tegaljoso,
sedangkan praktikum Kimia dan Fisika masing-masing dilangsungkan di
Laboratorium Pasteur di Klaten dan di SMA Kotabaru (Yogya), praktikum
reseptur diadakan di Solo karena di sana ada 2 orang apoteker (di Klaten tidak
ada apoteker sedangkan di Yogya ada seorang apoteker yakni Drs. Jap Tjwan
Bing tetapi sibuk dengan urusan politik).

Di Bandung, sejak 2 Agustus 1947 telah berdiri Jurusan Farmasi dari Fakultas
Ilmu Pengetahuan Alam (FIPIA) Universitas Indonesia. Kelak, jurusan Farmasi
ini menjadi Bagian Farmasi Departemen Kimia-Biologi ITB.

Perguruan tinggi di Klaten dihidupkan kembali setelah penyerahan


kedaulatan tetapi lokasinya dipindahkan ke Yogyakarta, di gabungkan dengan
Universitas Gadjah Mada. Tahun 1957 menyusul dibuka jurusan Farmasi F-
MIPA UNPAD dan tahun 1963 Fakultas Farmasi UNAIR dan Jurusan Farmasi
UNHAS, 1964 dan 1965 dibuka Jurusan Farmasi di UI dan UNAND.

Saat ini pendidikan farmasi di perguruan tinggi sudah berkembang dengan pesat. Secara
kuantitas di penghujung abad 20, bermunculan program studi (PS) Farmasi yang dibuka
oleh perguruan tinggi swasta (PTS). PTS yang membuka PS Farmasi saat ini berjumlah
23 dan di PTN sejumlah 8 PS Farmasi.

PS Farmasi di UNIGA mencatatkan dirinya sebagai PS pertama yang dibuka oleh PTS
di daerah Jawa Barat dan Banten. Di Jawa Barat saja saat ini telah berdiri PS farmasi
sebanyak 8 PS, yaitu: Sekolah Farmasi ITB (Setingkat Fakultas), Fakultas Farmasi
UNPAD, PS Farmasi F-MIPA, UNIGA, Sekolah Tinggi Farmasi (STF) UNJANI, STF
Ujung Berung, SFFI Buah Batu, STIFAR-Bogor dan PS Farmasi, FMIPA UNISBA.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 32
A. Sitem Pendidikan di Perguruan Tinggi

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Sementara itu Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan
yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Sistem Pendidikan khususnya jenjang pendidikan S-1 akan menjadi topik dalam
pembicaraan mengenai Sistem Pendidikan Farmasi. Dalam UU No 20/2003,
disebutkan bahwa Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan.

Berbicara mengenai SISTEM, seperti halnya sistem lain, katakanlah sistem pencernaan,
ia mempunyai sekurangnya tiga aspek, yaitu: masukan (input), proses dan keluaran
(output). Makanan, dalam sistem pencernaan merupakan komponen input dari sistem
pencernaan, proses penghancuran makanan oleh gigi, salivasi oleh cairan saliva di
mulut, enzimasi dan pelunakan makanan yang terjadi di lambung, penyerapan makanan
oleh jonjot usus halus dan akhirnya pengeluaran sisa makanan melalui colon, adalah
serangkaian process yang dilakukan oleh sistem pencernaan dengan output berupa
faeces.

Demikian halnya dengan sistem pendidikan Farmasi program Strata pertama (S-1) di
F-MIPA UNIGA. Ia mempunyai tiga aspek/komponen yang dibicarakan di atas, yaitu
input, proses dan output.

Sebuah system modelling yang sederhana dapat digambarkan Sbb:

MASUKAN
MASUKAN PROSES
PROSES KELUARAN
KELUARAN

fEEDbACK sYSTEM

Dari gambar di atas kita dapat melihat ada tiga aspek pembentuk (komponen) suatu
system , yaitu: masukan, proses dan keluaran. Keberlangsungan system tersebut juga
ditentukan suatu mekanisme umpan balik (feedback system) yang senantiasa
mengoreksi suatu keluaran terhadap masukan dan sisi proses.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 33
Dalam tulisan ini, aspek masukan (input) akan dibahas mengenai input utama berupa
mahasiswa khusunya mengenai persyaratan dan seleksi calon mahasiswa serta
pembahasan kurikulum. Pada aspek proses akan dibahas mengenai kegiatan
pendidikan yang terangkum dalam kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dan
terakhir pembahasan mengenai keluaran (output) akan banyak diarahkan kepada
pembahasan kompetensi lulusan dan hasil dari kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi,
yaitu: Pendidikan & pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Sistem pendidikan yang digambarakan dengan model di atas, harus dapat menjawab
adanya perubahan pada aspek input (mahasiswa) yaitu lulusan (sarjana) yang memiliki
kemampuan untuk suatu tujuan yang dikembangkan oleh jenjang pendidikan dari
program studinya.

LANDASAN, KARAKTER DAN TUJUAN PENDIDIKAN


Pendidikan Farmasi di FMIPA UNIGA didasarkan kepada Undang-undang yang
berlaku di negara Republik Indonesia, yaitu:
 UU No. 2 tahun 1989 yang telah direvisi oleh UU terbaru No 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional
 UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan; dan
 SK Dirjen Dikti No. 173/ D/O/1998, berupa izin operasional Program Studi S-
1 Farmasi, F-MIPA UNIGA

Dalam pasal 2 UU NO. 20/2003 disebutkan bahwa dasar dari pendidikan adalah
Pancasila dan UUD 1945.

Semenatara itu karakter dari pendidikan S-1 Farmasi adalah:


 Penyediaan tenaga ahli Farmasi
 Memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga ahli kesehatan di bidang Farmasi

Adapun tujuan pendidikan sarjana Farmasi adalah:


Menghasilkan lulusan dengan kriteria:
 Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia
 Berjiwa pengabdian tinggi pada umat manusia
 Menguasai dasar ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Farmasi
 Memberikan kontribusi secara aktif di masyarakat dengan melakukan
pengenalan, pengamatan dan pemecahan masalah secara ilmiah di bidang
farmasi khususnya dan di bidang kesehatan pada umumnya.

Sementara itu Tujuan pendidikan nasional diatur dalam pasal 3, UU NO. 20 tahun
2003, yaitu:
Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 34
ASPEK MASUKAN
Aspek masukan dalam system pendidikan antara lain dapat disebutkan adalah:
 Mahasiswa
 Kurikulum
 Sumber Daya Manusia (dosen, laboran, staf akademik, keuangan dll); dan
 Sarana-Prasarana (perkuliahan dan alat bantunya, Laboratorium praktikum &
penelitian serta peralatannya, perpustakaan, dan sarana lainnya)

Dalam pembahasan aspek masukan ini hanya akan dibahas dua aspek masukan yaitu:
mahasiswa dan kurikulum.
A. Mahasiswa
Mahasiswa sebagai peserta didik seharusnya merupakan stakeholder utama dalam
penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi. Paradigma lama yang
menempatkan mahasiswa sebagai objek mestinya sudah ditinggalkan dan sudah
saatnya mahasiswa dianggap sebagai subjek dalam sistem pendidikan. Maksudnya
mahasiswa sudah semestinya banyak terlibat dalam penentuan proses
penyelenggaran pendidikan.

Persyaratan sebagai peserta dalam pendidikan Farmasi adalah:


 Lulusan Sekolah Menengah Umum atau sederajat atau Sekolah Menengah
Farmasi dan sekolah menengah kejuruan lain yang relevan
 Persyaratan lainnya adalah persyaratan yang terkait dengan kegiatan
pendidikan di bidang Farmasi yaitu persyaratan kesehatan (jasmani-rohani)
serta bukan ‘penderita’ buta warna.

Penerimaan calon mahasiswa yang memenuhi persyaratan ditentukan dengan


sistem seleksi mahasiswa, untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) biasanya
dilakukan seleksi secara nasional dalam bentuk Ujian Seleksi Mahasiswa dengan
standar test yang telah dilakukan oleh sebuah Tim Kerja Nasional. Sementara untuk
Perguruan Tinggi/Universitas swasta (sebut saja PTS), mekanisme dan bentuk
seleksi diserahkan kepada perguruan tinggi masing-masing.

Hal yang perlu dicermati bahwa standar penerimaan antara PTN dan PTS tentunya
tidaklah sama. Hal ini ditentukan oleh beberapa variable, seperti:
 Jumlah calon peminat/pendaftar
 Kapasitas (daya tampung) per PTN/PTS
 Kualitas lulusan (mis. Jumlah lulusan yang telah diserap dunia kerja)
 Biaya kuliah
 Brand Image (citra) dari PTN/PTS

Dari ketiga variable di atas yang paling menentukan dalam kualitas (standar)
penerimaan adalah aspek brand image suatu PTN/PTS. Saat ini rata-rata PTN,
dengan pengalaman yang dimiliki masih mempunyai citra yang bagus. Beberapa
PTS sudah menunjukan citra yang bagus, namun kebanyakan masih di bawah
standar PTN. Sebenarnya untuk ukuran ‘citra’ atau performance suatu PTN/PTS
khususnya di tingkat program studi dapat diukur dari system AKREDITASI.
Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 35
Sebagai contoh PS Farmasi yang diadakan oleh suatu PTN/PTS yang mempunyai
akreditasi ‘A’ sudah dapat dikatakan mempunyai citra yang bagus. Inilah yang
akhirnya mendongkrak kualitas INPUT system pendidikan khususnya dari aspek
MAHASISWA.

Sementara itu variabel lain biasanya dapat di’cover’ oleh variabel yang telah
dibahas di atas yaitu CITRA atau BRAND yang telah terbentuk.

B. KURIKULUM FARMASI UNIGA 2003/2004

Dalam UU No. 20/Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum


didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Sementara itu dalam Buku Pedomana Akademik F-MIPA UNUIGA, Kurikulum
pendidikan tinggi diartikan sebagai seperangkat mata kuliah/bahan ajar yang
disajikan dan digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar suatu program studi.

Kurikulum suatu program studi terdiri dari :


1. Kurikulum inti, yaitu kelompok bahan pelajaran yang dirumuskan dan berlaku
nasional.
2. Kurikulum lokal/institusional, yaitu kelompok bahan pelajaran yang
ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan memperhatikan
keadaan dan kebutuhan lingkungan serta menjadi ciri khas perguruan tinggi
tertentu.

Perancangan dan penyelenggaraan program pendidikan akan memberikan hasil


yang sebaik-baiknya, apabila terdapat kesamaan konsep tentang kurikulum pada
segenap civitas academica.
Kurikulum bukan hanya merupakan acara pengajaran akan tetapi adalah
segenap upaya terorganisasi yang dilakukan untuk menyelenggarakan
dharma pendidikan yang dituangkan dalam program-program studi formal.
Kurikulum meliputi pula proses belajar mengajar, cara penilaian keberhasilan dan
penetapan kelulusan, serta peraturan pendidikan dan ketentuan tentang
penyelenggaraannya.
Perbaikan kurikulum yang menyangkut peningkatan mutu pendidikan harus
ditangani baik pada tingkat makro maupun mikro secara bersinambung dan dikaji
kembali secara berkala.

Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan tertinggi berkewajiban untuk


melestarikan, mengajarkan dan mengembangkan ilmu, serta berperan sebagai unsur
penggerak perkembangan bangsa.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mengemban peran penting dalam


pembangunan sistim pendidikan tinggi, Universitas Garut / Jurusan Farmasi
berkewajiban untuk mengembangkan dan menjaga mutu pendidikan.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 36
Para sarjana yang dihasilkannya perlu dibekali dengan landasan pengetahuan yang
lebar dan dasar yang kuat (untuk dapat ikut memberikan kepeloporan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia).

Untuk itu Kurikulum Farmasi UNIGA Tahun 2006 ini merupakan penyempurnaan
dari kurikulum sebelumnya (tahun 2003/2004) yang diharapkan dapat memberikan
arahan yang jelas terhadap visi-misi serta tujuan yang telah ditetapkan.

B.1 Azas dan Tujuan Kurikulum

Kurikulum mengusahakan terbentuknya manusia pembangun yang ahli di bidang


kesarjanaannya dan diarahkan ke pengembangan bakat serta kemampuan manusia
hingga tingkat yang setinggi-tingginya, tanpa melepaskan fitrahnya sebagai
manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila.

Dalam kurikulum terdapat penekanan pada pembinaan kemampuan berpikir, agar


para lulusan mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang baru
dan sulit secara kompeten dan inovatif.
Berkenaan dengan itu perlu dilakukan pembinaan sikap ilmiah serta kebiasaan
belajar yang baik sedini mungkin.

Kurikulum disusun sedemikian rupa sehingga mahasiswa berkemampuan normal


yang bekerja keras dapat menyelesaikan program studinya dalam waktu yang
ditentukan. Mahasiswa yang sangat berbakat diberi kesempatan untuk mengikuti
kuliah tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Kurikulum juga merupakan kontrak
spiritual antara mahasiswa dan perguruan yang berpijak pada azas-azas berikut :
i) Mahasiswa bertanggung jawab untuk memanfaatkan kesempatan
mengikuti program pendidikan dengan sebaik-baiknya, dan
menghindarkan pemborosan.
ii) Mahasiswa diberi kesempatan mengikuti pendidikan untuk
mengembangkan potensi dan keahlian sebagai individu dan anggota
masyarakat. Potensi dan keahlian itu merupakan modal untuk
mengembangkan peran selanjutnya sebagai anggota masyarakat.
iii) Universitas/Jurusan memberikan, motivasi, bimbingan, kesempatan dan
kemudahan yang sebaik-baiknya kepada mahasiswa untuk mencapai cita-
cita pendidikan mereka.

B.2 Arah, Sifat dan Struktur Kurikulum

Pendidikan menunjang terbentuknya manusia seutuhnya, yang mampu mengenali


dan menangani masalah yang dihadapinya.
Kurikulum, yang merupakan cara untuk mencapai tujuan pendidikan itu,
merangsang rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencari kebenaran serta
menanamkan kebiasaan untuk senantiasa memanfaatkan sumberdaya alam secara
optimal bagi kesejahteraan bangsa, negara dan umat manusia. Di samping itu,
kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan dan daya pikirnya dengan penuh, memupuk sifat kepemimpinan yang
bertanggung jawab, serta membentuk lulusan yang memiliki komitmen terhadap
cita-cita pembangunan nasional.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 37
Pendidikan seumur hidup adalah strategi terbaik dalam menghindarkan diri dari
keusangan secara dini dalam kehidupan masa kini yang maju dan berubah dengan
pesat. Berkenaan dengan itu diutamakan penguasaan dasar-dasar ilmu dan
pembinaan sikap ilmiah yang dapat menunjang proses belajar seumur hidup itu.

Kurikulum direncanakan dengan wawasan ke masa depan, agar para lulusan


mampu menangani berbagai masalah yang muncul pada zamannya dengan keahlian
dan pengalamannya. Untuk itu kurikulum ditujukan pada penguasaan pengetahuan
dan kemampuan dasar yang kokoh dalam disiplin ilmu yang lentur, baik dalam
struktur maupun substansinya.

Kelenturan dalam struktur kurikulum dicerminkan oleh adanya jalur pilihan dalam
program studi dan oleh matakuluah pilihan. Matakuliah pilihan dapat digunakan
untuk memenuhi minat mahasiswa, menjajagi arah atau pokok bahasan baru dalam
satu program studi, atau melakukan perubahan parsial sebelum ada perubahan atau
penyempurnaan kurikulum.

Nama dan isi matakuliah perlu sesuai dengan kelaziman tatanan keilmuan universal,
agar dapat dikomunikasikan dengan mudah kepada masyarakat dan lembaga di
dalam dan luar negeri. Pencantuman daftar pustaka sebagai sumber rujukan dalam
proses mengajar suatu matakuliah harus mencerminkan aktualitas dan sifat
mutakhir.

Muatan Lokal (institusional) menjadi perhatian penting selain kurikulum inti


(nasional) Farmasi mengingat potensi dan karakter perguruan tinggi serta potensi
dari daerah tempat PT itu berdiri.
Untuk Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA UNIGA, pengembangan dan
pendalaman Kimia Bahan Alam menjadi fokus dalam mata kuliah muatan local
mengingat kekayaan alam (bahari dan agraris) di Kabupaten Garut merupakan
assets yang mesti dikembangkan dalam kaitannya dengan pemanfaatan di dunia
Farmasi dan kesehatan.

Sementara itu tugas akhir pada tahap pendidikan sarjana berfungsi untuk
memperkenalkan metodologi penelitian, membina kemampuan mahasiswa dalam
memecahkan masalah, atau membina ketrampilan dalam suatu teknik tertentu.
Tugas akhir juga memberikan pemahaman menyeluruh kepada lulusan tentang
bidangnya, yang selama pendidikannya disajikan secara terpisah-pisah dalam
berbagai matakuliah. Agar lulusan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya,
maka tujuan, ruang lingkup serta tatacara melaksanakan tugas akhir dinyatakan
dengan jelas dan rinci untuk setiap program studi.

Beban akademik mahasiswa (dinyatakan dalam satuan kredit semester, SKS) dan
penyebarannya dalam acara kurikulum harus disusun sedemikian, sehingga
mahasiswa normal yang bekerja keras dapat menyelesaikan studi dengan hasil yang
baik dalam batas waktu yang wajar. Hal ini berarti bahwa beban akademik maupun
jumlah matakuliah per semester harus mencerminkan beban nyata mahasiswa.
Jumlah matakuliah yang terlalu banyak dalam satu semester akan memperlebar
rentang perhatian dan dengan demikian menambah beban nyata.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 38
Kurikulum mengarahkan terciptanya dan terpeliharanya jalinan antara lembaga
pendidikan tinggi dan masyarakat, terutama masyarakat produksi di luar perguruan
tinggi.
Jalinan dengan masyarakat merupakan wahana komunikasi informasi ilmiah dan
teknologi mutakhir yang dapat membantu peran serta perguruan tinggi dalam proses
alih ilmu dan teknologi. Dengan organisasi dan pengolahan yang baik, jalinan itu
juga membuka kesempatan bagi perluasan landasan sumberdaya untuk penelitian
dan pendidikan di perguruan tinggi. Interaksi dengan masyarakat akan merangsang
dan mendorong perguruan tinggi untuk meningkatkan penguasaan ilmu-ilmu dasar
sebagai landasan pengembangan ilmu terapan.

B.3 Ketentuan Umum Kurikulum 2006


a. Kurikulum Inti didasarkan pada yang dikeluarkan Asosiasi Perguruan Tinggi
Farmasi Indonesia
b. Jumlah minimum SKS untuk menyelesaikan studi tidak berubah, yaitu 144
SKS).
c. Mata kuliah teori dan praktikum dijadikan satu penilaiaan dengan bobot SKS
secara terpisah.
d. Penulisan jumlah SKS untuk mata kuliah yang ada praktikumnya adalah X (Y),
di mana X merupakan teori dan (Y) untuk bobot SKS praktikum.
e. Dikembangkan jalur mata kuliah pilihan, yaitu 3 mata kuliah pilihan masing-
masing 2 SKS yang tersebar di semester 5, 6 dan 7. (terlampir mata kuliah
pilihan)
f. Mahasiswa diperbolehkan mengambil mata kuliah pilihan sesuai dengan minat
yang disediakan dalam masing-masing semester seperti diterangkan di atas.
g. Periode semester 1 sampai dengan semester 6 disebut dengan tahap sarjana
muda dan semester 7 ke atas disebut tahap sarjana.
h. Tugas Akhir dimulai pada tahap sarjana yaitu di semester 7 untuk Tugas Akhir
I dan semester 8 untuk Tugas Akhir II.
i. Tugas Akhir I merupakan masa bimbingan yang berisikan studi kepustakaan
dan ditutup dengan seminar Pustaka.
j. Persyaratan untuk dapat mengikuti Tugas Akhir I adalah telah lulus Tahap
Sarjana Muda dengan kriteria tidak terdapat nilai E dan maksimum nilai D
sebanyak 12 SKS.
k. Tugas Akhir II merupakan masa kegiatan penelitian yang dilanjutkan dengan
seminar Tugas Akhir (kolokium) dan diakhiri dengan penyusunan Buku Tugas
Akhir.
l. Kegiatan Tugas Akhir diakhiri dengan Seminar Tugas Akhir dengan bobot 1
SKS.
m. Ujian Sidang Sarjana dilakukan setelah selesai penyusunan buku Tugas akhir
yang dilakukan yang diadakan untuk menentukan kelulusan mahasiswa.

B.4 Jenis Mata Kuliah


Jenjang Sarjana (Strata 1) mempunyai beban studi 144 SKS, dengan
pengelompokan jenis mata kuliah sbb:
1) Berdasarkan Muatan , terbagi atas:
a) Kurikulum Nasional (72,92%)
b) Kurikulum Institusional (27.08%)

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 39
2) Berdasarkan Sifat, terbagi atas:
a) Wajib (85.83%)
b) Pilihan (14.17%)
3) Berdasarkan system Kelompok Bidang Keahlian (KBK)
a. Mata Kuliah Pengembanagn Kepribadian (MPK)  4,86%
Tujuannya yaitu mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi luhur, berkepribadian
manptap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan
b. Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK) 31,94%
Tujuannya yaitu memeberikan landasan penguasaan ilmu dan
kletermapuilan tertentu.
c. Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB)  2.78 %
Tujuannya yaitu memebentuk sikap dan perilaku yang diperlukan
seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar
ilmu dan keterampilan yang dikuasai.
d. Mata Kuliah Keahlian Penunjang (MKKP) 10-20%
Tujuannya yaityu menghasilakan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarakan dasar
ilmu dan keterampilan yang dikuasai.
e. Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB)  4.17%
Tujuannya yaitu memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai
dengan pilihan keahlian dalam berkarya.

Untuk setiap kelompok mata kuliah di atas dapat dilihat pada buku Pedoman
Akdemik F-MIPA UNGA.
Dari Setiap mata kulah di atas akan disusun silabus, yaitu tinjauan instruksional
umum yaitu skema pengajaran pada suatu mata kuliah tertentu atau garis besar suatu
wacana ilmiah/bahan ajar yang disampaikan oleh dosen dalam suatu perkuliahan.

ASPEK PROSES
Sistem Pendidikan Nasional menurut UU No 20/2003 mengatur pengelolaan
pendidikan tinggi diserahkan secara otonomi kepada kebijakan perguruan tinggi
masing-masing (psl 50 ayat 6). Sementara itu dalam pasal 51 (2) disebutkan bahwa
pengelolaan satuan pendidikan tnggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi,
akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan.

Kinerja pengelolaan perguruan tinggi inilah yang menjadi penilaian lembaga akreditasi
(seperti Badan Akreditasi Nasional-BAN) yang menjadi objek penilaian. Dalam
Panduan pengisian Borang Akreditasi yang dikeluarkan oleh BAN disebutkan adanya
sembilan dimensi yang menjadi kelayakan yaitu:
1. Kelayakan (appropriateness), merupakan tingat ketepatan unsur input, proses,
keluaran maupun tujuan program ditinjau dari ukuran ideal secara normal
2. Kecukupan (adequacy), menunjukkan tingkat ketercapaian persyaratan
ambang yang diperlukan untuk penyelenggaraan suatu program
3. Relevansi (relevancy), merupakan tingkat keterkaitan tujuan maupun hasil/
keluaran program pendidikan dengan kebutuhan masyarakat di lingkungannya
maupun secara global

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 40
4. Suasana akademic (academic athmosphere), merujuk pada iklim yang
mendukung interaksi antara dosen dan mahasiswa, anatara sesama mahasiswa,
maupun antara sesama dosen untuk mengoptimalkan proses pembelajaran
5. Efesiensi (effeciency), merujuk pada tingkat pemanfaatan masukan
(sumberdaya) yang digunakan untuk proses pembelajaran
6. Keberlanjutan (sustainability), menggambarkan keberlangsungan
penyelenggaraan program yang mencakup ketersediaan masukan, aktivitas
pembelajaran, maupun pencapaian hasil yang optimal
7. Selektivitas (selectivity), menunjukkan bagaimana penyelenggaraan program
memilih unsur masukan, aktivitas proses pembelajaran, mauun penentuan
prioritas hasil/keluaran berdasarkan pertimbangan kemampuan/kapasiatas yang
dimiliki
8. Produktivitas (productivity), menunjukkan tingkat keberhasilan proses
pembelajaran yang dilakukan dalam memanfaatkan masukan
9. Efektivitas (effectivity) adalah tingkat kletercapaian tujuan program yang telah
ditetapkan yang diukur dari hasil (keluaran ) program

Kesembilan dimensi di atas juga sekaligus menunjukkan kualitas komprehensif dari


Perguruan tinggi dalam tujuannnya menghasilkan lulusan (output) yang berkualitas
sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing.

Dalam perguruan tinggi dikenal tiga fungsi perguruan tinggi yang lebih dikenal dengan
TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI, yang terdiri dari:
Penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Ketiga tugas/fungsi pokok perguruan tinggi ini meupakan “proses” sebenarnya dalam
sistem pendidikan di perguruan tinggi.
 Tugas pertama, pendidikan adalah penyelenggaraan proses pembelajaran
sebagaimana yang terdapat dalam muatan kurikulum dapat terlaksanan dengan
baik yang didukung dengan sarana-prasarana dalam memenuhi tujuan
pendidikan (program studi).
 Penelitan, tugas berikutnya dari perguruan tinggi adalah sebagai budaya
akademis civitas akademi kampus dalam berkarya dan berkontribusi kepada
masyarakat luas dengan bentuk penelitian yang menghasilkan metode/produk
yang bermanfaat bagi masyarakat.
 Terakhir, tugas pengabdian kepada masyarakat, adalah bagaimana
seharusnya kampus dapat dirasakan keberadaannya oleh masyarakat dalam
pemecahan masalah yang ada di masyarakat khsusunya yang berada di sekitar
ampus.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 41
Bila dipadukan sembilan dimensi di atas dengan model sistem yang telah
digambarkan sebelumnya dapat dilihat deskripsinya Sbb:

•Kelayakan
•Kecukupan
•Relevansi
•Suasana Akademik
•Efesiensi

MASUKAN
MASUKAN KELUARAN
PROSES
PROSES
•Sumber Daya: Feed Back
Dana
Manusia Tridharma:
Sarana-Prasaran • Pendidikan •Lulusan
•Kurikulum • Penelitian •Produk/Metode
•Mahasiswa • Pengabdian •Social Benefits

Bila kita kembalikan kepada definisi sistem pendidikan nasional, maka pertanyaan
sekarang adalah sejauh mana serangkaian komponen (masukan, proses dan keluaran)
dapat berinteraksi dan berjalan semestinya dalam rangka pencapaian tujuannaya.

Seperti uraian di atas bahwa proses yang berjalan dalam sistem pendidikan tinggi
tercermin dari kegiatan tri dharma perguruan tinggi secara simultan, tidak timpang,
dengan demikian tujuan dari sistem pendidikan dapat tercapai.

Dari satu aspek tri dharma perguruan tinggi, pendikan (u/ ps farmasi) contohnya dapat
diimplementasikan dari suasana akademik yang berlangsung. Bagaimana kegiatan
pembelajaran (perkuliahan, praktikum dan kegiatan ekstra lainnya) dapat berjalan
dengan baik dengan harmonisasi hubungan anartara dosen-mahasiswa, sesama
mahasiswa dan sesama dosen demikian juga hubungan dosen-mahasisa-tenaga
akademik lainnya.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 42
Ukuran keberhasilan kegiatan pendidikan adalah bagaimana lulusan yang dihasilkan
dapat dirasakan manfaatnya oleh users baik industri, instansi pemerinatahan, rumah
sakit, apotek dan masyarakat umumya.

ASPEK KELUARAN
Setelah kita sedikitnya mengetahui aspek masukan (input), dan proses, selanjutnya akan
dibahas aspek terakhir, yaitu keluaran (output). Seperti telah disebutkan bahwa aspek
output adalah sejauhmana keberhasilan kegiatan tridharma perguruan tinggi yang salah
satunya ditentukan oleh kualitas KURIKULUM dapat berhasil dengan baik.

Sebagai ukuran keberhasilan, misal dari aktivitas pendidikan telah digambarkan


sebelumnya. Bagaimana dengan penelitian dan pengabdian?
Sebelum membahas permasalahan di atas, marilah kita mengenal apa yang disebut
dengan ENAM Pilar Pekerjaan Kefarmasian

ENAM PILAR PEKERJAAN KEFARMASIAN

No Pilar Pekerjaan User/Pengguna Tingkat Lulusan


I PENGADAAN Industri S1/Profesi/S2/S3
1. Produksi
2. Pengendalian Mutu
3. Penelitian/Pengembangan
4. Manajemen
II DISTRIBUSI Pedagang Besar S1/Apoteker/S2
Farmasi, Apotek,
Grosir, Instalasi
FARMASI
III PELAYANAN S1/Apoteker
1. Farmasi Rumah Sakit Rumah Sakit
2. Farmasi komunitas Apotek
IV PENGAWASAN Badan POM, S1/Apoteker/S2/S3
1. Pengaturan Departemen
2. Pembakuan Kesehatan,
3. Sertifikasi Asosiasi Farmasi
4. Pengawasan Mutu
V PENELITIAN Lembaga S1/Apoteker/S2/S3
Penelitian di
Pemerintahan,
Industri, kampus
independen
VI AKADEMISI Perguruan S1/Apoteker/S2/S3
Tinggi, SMU,
SMF

Dengan demkian Kompetensi Perguruan Tinggi Farmasi harus dapat


menyiapkan lulusan (sarjana) Farmasi sebagai:
 Pharmaceuticals Engineers
 Regulatory Pharmacist

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 43
 Paharmaco economist
 Researchers (clinical, pharmaceuticals and others)
 Socio Pharmacist
 Products developer dan
 Practice Management

Sebuah perguruan tinggi tentunya sangat suakar untuk mencapai kompetensi-


kompetensi di atas. Untuk itu dimensi SELEKTIVITAS, yaitu bagaimana
penyelenggaraan program memilih unsur masukan, aktivitas proses pembelajaran,
mauun penentuan prioritas hasil/keluaran berdasarkan pertimbangan
kemampuan/kapasiatas yang dimiliki, sangat diperlukan.
Sebagai contoh lulusan Farmasi F-MIPA sesuai dengan visi-misi yang dikembangkan
ke arah pengembangan produk bahan alam tentunya harus menguasai
keahlian/kompetensi yang terkait dengan bidang FITOFARMAKA (sebelumnya
dikenal dengan obat tradisional) seperti penelitian, farmakologi, socio-economy dan
regulasi.

SUMBER PUSTAKA:
 Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
 Pedoman Akdemik F-MIPA UNIGA
 Standar Kompeetensi Farmasis Indonesia, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia-
ISFI
 Farmasi Industri Menyonsong Tatanan Baru, Djoko Sujono, artikel
 Panduan Pengisian Borang Akreditasi, Badan Akreditasi Nasional-BAN, Maret
2001

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 44
Mirror...mirror on the wall? Siapa yg paling cantik di jagad ini?

Pernah denger kalimat di atas? ..A..ha, kalo nt pade belum pernah denger, berarti
kaga suka dongeng…
Padahal hidup adalah episode-episode dongeng. Kapan Indonesia Merdeka?
Tahun berapa berlangsungnya perang Diponegoro? Siapa Presiden RI pertama?
Berapa lame kite dijajah Walanda? Kapan tragedi Semanggi berlangsung?
Dimana olimpiade I diselenggarakan? Kapan Anda Lahir? Siapa orang tua
Anda? Dan seabreg kabar2 alias informasi terdahulu adalah episode kehidupan
ini. Sejarah orang melek bilang...
Eittt! Apa hubungannya dengan cerita tentang cermin? Kalo Msh belum ngerti,
maka...eee! Bercermin donk...! he..he..
Kalo dah ngerti, ya sudah jangan baca lanjutan dongeng ini... Dongeng masa lalu
ibarat sebuah cermin bagi kita. Dengan jujur dia akan berceloteh, Siapa diri kita?
Apa prestasi kita? Apa kejelekan kita? Kurang Apa Kita? Kenapa aku ditolak
ama si Inem? Kenapa aku hanya dapat nilai C? Dst...Dst....

Dari dongeng kita harusnya belajar sesuatu, mengevaluasi hasil kerje kite...Dan
mempersiapkan lebih baik di waktu yg akan dateng. Tidak useh qte berkecil hati,
murung dan bersedih dengan apa2 yg telah dihasilkan even itu sebuah kegagalan
(incl. Dalam bercinta..he2...). Bangkit dan perbaiki diri kite.... Karena cermin
selalu objektif... kecuali satu hal, DIRI QTE DI MUKA CERMIN SELALU
KELIHATANM PALING GANTENG!!! ITU MODAL, BUNG!!! (SI)

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 45
Bab IV

Pengantar Ilmu Farmasi

Kamus Webster mendefinisikan farmasi sebagai seni atau praktis penyediaan,


pengawasan, pencampuran dan pendistribusian obat-obatan".

Kata Farmasi sendiri berasal dari asal kata farmakon (Latin) yang berarti
racun. Dalam pengelompokan ilmu pengetahuan, Stuart Chase, dalam
bukunya The Power Study of Mankind menempatkan Farmasi sebagai
bagian dari natural science.

Pembagian ilmu pengetahuan menurut Stuart Case telah dibahas dalam Bab I
mengenai Pengatar ilmu pengetahuan. Dari gambaran tersebut diperoleh
informasi bahwa Farmasi tergolong kepada Natural Sciences (Ilmu-ilmu alam).

Sumbangan dunia farmasi terhadap dunia kesehatan sangatlah besar dengan


ditemukannya berbagai obat dan sistem pengobatan yang rasional dengan
mengutamakan unsur keselamatan pasien.

Tanggungjawab yang dipikul oleh ahli farmasi menjadi semakin penting


dengan pengembangan obat-obat baru hasil penyelidikan oleh para saintis.
Tanggungjawab ini khusus berkaitan dengan penggunaan obat secara rasional
dan perlindungan masyarakat daripada kemudaratan obat-obatan semasa
menggunakannya.

Bidang kajian Farmasipun semakin berkembang, Selain bidang yang telah


dibahas sebagai bidang kajian di perguruan tinggi farmasi seperti bidang kimia
farmasi, biologi farmasi, farmakologi, teknologi farmaseutik dan farmasi
klinikal juga farmasi telah meluaskan kajiannya kepada bidang farmasi sosial
yang melibatkan statistik, kemahiran komunikasi, farmako ekonomi, farmako
epidemiologi, farmako informatik, perundangan, etika dan kebijakan.

Tepat tidaknya penempatan Farmasi sebagai natural science seperti yang


diutarakan di atas akan kita lihat dari aspek-aspek yang melingkupi Farmasi
sebagai sebuah displin ilmu, yaitu aspek ontology, epistomologi dan aksiologi.

Aspek Kajian Farmasi

Dari aspek ontology, objek yang dibahas dalam bidang farmasi sangatlah luas
melibatkan dukungan displin ilmu lain seperti biologi, kimia, botani, fisika,
sosial, ekonomi, hukum dan perundangan, seni serta matematika sebagai alat
komunikasi (bahasa) ilmu pengetahuan.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 46
Melihat kaitan-kaitan imu yang bertautan dengan farmasi dapat dikatakan
bahwa farmasi tidak dapat dilepaskan dengan ilmu lainnya dari tiga kelompok
besar: Natural science, ilmu-ilmu kemsyarakatan dan humaniora.

Dari ilmu botani yang merupakan cabang dari biologi dikembangkan


pembahasan lebih lanjut mengenai sistematika dan morfologi tumbuhan,
anatomi dan fisiologi tumbuhan. Kedua bahasan tersebut akan menunjang
kepada penggalian tumbuh-tumbuhan sebagai obat baik dari identifikasi
tanaman obat, kandungan kimia dan metode pemisahannnya. Bidang Farmasi
dengan dasar ilmu botani ini dikembangkan lebih lanjut dalam ilmu
farmakognosi, bahan alam farmasi dan fitokimia.

Sementara biologi sendiri menjadi dasar bagi pembahasan dalam dunia


farmasi menyangkut, anatomi dan fisiologi manusia, , mikrobiologi,
parasitologi, farmakologi dan bioteknologi.

Kimia sebagai ilmu dasar (basic science) juga merupakan penunjang utama bagi
ilmu farmasi. Beberapa reaksi kimia dipelajari secara mendalam terkait dengan
proses pembuatan obat dan reaksi obat dalam tubuh. Kimia dasar membekali
ilmu keahlian dasar seperti kimia analisis, kimia organik, kimia fisik dan
biokimia. Dari bidang yang dikategorikan keahlian dasar tersebut akan
dipelajari lebih lanjut dalam bidang farmasi berupa Kimia Farmasi Analisis,
Kimia Medisinal, dan kimia klinik.

Smentara itu Fisika, seperti halnya ilmu kimia menjadi dasar bagi pembahasan
di bidang Farmasi khususnya dengan teknologi farmasi yang menyangkut
sediaan dan formulasi senyawa obat. Bidang bahasan di Farmasi yang terkait
dengan fisika sebagai ilmu dasar adalah Farmasetika, Bio Farmasi, Farmako
kinetik, Teknologoi Farmasi (liquid, semi solid dan solida).

Sementara itu bidang ilmu lainnya seperti ilmu sosial, ekonomi, antropologi
dan hukum merupakan ilmu-ilmu yang tidak dapat dilepaskan dari bidang
kajian Farmasi. Antropologi sangat terkait dengan perkembangan obat dan
pengobatan modern. Ilmu sosial telah melahirkan apa yang disebut daengan
farmasi sosial demikian pula ekonomi (farmako ekonomi). Semenatara ilmu
hukum (dan perundangan) sangat erat dengan bidang kajian farmasi terutama
dalam hubungannya yang mengatur profesi farmasis (apoteker) dan produksi
serta distribusi obat.
Bila disimpulkan objek bidang farmasi adalah meliputi:
1. Produk
a. Penelitian
b. Pengadaan
c. Pengawasan (Quality Qontrol)
d. Distribusi
e. Pengembangan produk
2. Pasien/Pengguna
a. Pelayanan Apotik

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 47
b. Pelayanan Rumah sakit

Kajian-kajian mengenai NATURAL SCIENCE pada dasarnya membekali calon


farmasis dalam membuat suatu produk yang bermutu. Dan penggalian terhadap ilmu-
ilmu kemasyarakatan dan humaniora pada intinya mempersiapkan farmasis untuk
termapil dalam mengadakan pelayanan terhdap pasien/pengguna produk farmasis.

Dari aspek epistemology, metode yang digunakan dalam pembahasan ilmu


farmasi menggunakan metode ilmiah yang bercirikan pada observasi,
pengukuran, penjelasan dan verifikasi. Dengan berkembanganya ilmu farmasi
seperti farmasi sosial dan farmasi ekonomi maka metode kajian farmasi akan
bertambah sesuai dengan telaah dan model masalah yang dihadapi.

Aspek terakhir adalah, aspek aksiologi. Ilmu Farmasi dimaksudkan untuk membantu
manusia tidak saja dalam mencarikan senyawa obat yang efektif dalam mencegah dan
melawan penyakit tapi juga telah berkembang pada perawatan tubuh seperti kosmetik,
dan kesehatan reproduksi, seperti alat-alat atau bahan kontrasepsi.
Dengan kata lain tujuan bidang Farmasi adalah mengadakan pelayanan FARMASI
YANG BERMUTU dan PRIMA.
Yang dimaksud bermutu adalah sesuai dengan standar dan kepuasan masyarakat.
Sementara pelayanan yang PRIMA adalah bersikap responsive dan hasilnya melebihi
harapan pengguna/pelanggan.

Sementra itu outcome bidang farmasi adalah berupa pengelolaan terapi obat yang
berjalan dengan optimal dan peningkatan kualitas hidup pasien atau pengguna.

Dasar Keilmuan
Dasar keilmuan farmasi dapat dibedakan menjadi
1. Ilmu-Ilmu Dasar
a. Matematika
b. Fisika
c. Kimia
d. Biologi
e. Dll
2. Ilmu Dasar Keahlian
a. Kimia Fisik
b. Kimia Organik
c. Biokimia Umum
d. Morfologi dan sistematika tumubuhan
e. Anatomi Fisiologi manusia
f. dll
3. Ilmu Keahlian Farmasi
a. Mikrobiologi Farmasi
b. Farmakognosi-Fitokimia
c. Teknologi Sediaan Farmasi
d. Farmakologi
e. Imunologi
f. Kimia Farasi
g. Kimia Medisinal

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 48
h. Teknologi Pangan
i. Kosmetik
j. Dll

4. Ilmu Penunjang
a. Ilmu-ilmu social kemasyarakatan
b. Peraturan dan Perundangan
c. Etika
d. Management
e. Dll

Bidang Keahlian FARMASI

Kelompok Bidang keahlian (KBK) di farmasi atau disebut juga unit bidang
ilmu farmasi, didasarkan kepada keterkaitan masing-masing bidang kajian.
Adapun dalam praktik di perguruan tinggi biasanya juga diperhitungkan
variabel sumber daya manusia dan kelengkapan laboratorium sebagai basis
pengembangan KBK.

Ada empat kelompok bidang keahlian/pembidangan di FARMASI seperti


yang diterapkan di Institut Teknologi Bandung dan Farmasi Universitas
Padjdjaran BANDUNG , yaitu:
1. KBK Kimia Farmasi
2. KBK Farmakologi
3. KBK Framakognosi-Fitokimia
4. KBK Teknologi Farmasi

Pembagian di atas memang tidak baku dan masih ada beberapa penggolongan
seperti yang diterapkan di Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada:
1. KBK Biologi Farmasi
2. KBK Kimia Farmasi
3. KBK Farmasetika

Hal ini juga berbeda dengan yang dikembangkan di Universitas Kebangsaan Malaysia,
yang telah mengadopsi bidang keahlian yang relatif baru seperti Farmasi Rumah sakit,
Farmasi Sosial dan Pemerintahan :

1. Farmasi Hospital
2. Farmasi Komuniti
3. Industri Farmaseutikal
4. Akademia
5. Lain-lain (peraturan dan perundangan, farmasi sosial dan ekonomi, dll)

Di jurusan Farmasi F-MIPA, UNIGA sendiri pembagian telaah farmasi


meliputi:
1. KBK Farmakologi-Teknologi Farmasi
2. KBK Kimia Farmasi dan Farmakognosi-Fitokimia.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 49
Untuk lebih dalam mengenai kajian kefarmasian akan dibahas lebih lanjut
dalam bab tersendiri: pengenalan KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN (KBK)
Farmasi.

Kalo ada yg bilang bhw ini


gambar lalat, saya kasih tahu,
salahhhh!. Ini gambar lebah,
lho....

An-Nahl, ampe dibuatkan judul


surat tersendiri dalam kitab suci,
lho...

Pasti krn ada hal yg spesial dari


lebah ini.

Obat, ya... ini yg paling populer,


dalam lebah terkandung
mujarobat untuk banyak sekali
penyakit....

Bahkan terapi alternatif sekarang adalah berupa ‘sengat lebah’.


Kehidupan sosial lebah adalah kodel masayarakat gotong royong. Masih inga..? wkt SD
dulu kita dikasih dongeng bahwa gotong royong adalah ciri KHAS budaya Indonesia? Apa
masih seperti dongeng gotong royongkah, masyarakat kite sekarang? Dalam masayarakat
lebah telah dikenal JOB DESCRIPTION, pembagian tugas. Hebatnya tanpa buku manual
prosedur, mereka dengan sadar dan ikhlas mengerti akan tugasnya masing2. Ada lebah yg
digelari sang pengumpul atau infantrinya, penjaga, produsen madu dan tentunye ada yg
duduk maniz tetapi punya POWER, adalah Sang Ratu... Bagaimana ia cari makan? Sangat
higienes dan bergizi? Ia dapatkan dari tepung sari bunga-bunga indah. Dan Apa yg dia
hasilkan, MADU...! Berbahayakah mereka, TIDAK! Namun powernya, jatidirinya akan
muncul ketika mereka merasa DISERANG dan DIINTIMIDASI...

Dongeng lebah, adalah inspirasi bagi manusia sebagai makhluk sosial yang saat ini sudah lupa akan
jatidirinya, BERMANFAAT BAGI LINGKUNGAN dimana kite BERADE.... (SI)

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 50
BAB V

KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN

Dalam Bab sebelumnya telah dibahas mengenai Farmasi dari prespektif


keilmuan (akademis). Telah diperkenalkan beberapa pengelompokkan bidang
keahlian Farmasi dengan sebutan Kelompok Bidang Keahlian atau Unit Bidang
Ilmu. Juga dalam Bab terdahulu telah dikenal bidang kerja kefarmasian
meliputi dua hal utama, yaitu yang berkaitan dengan:
1. Produk
a. Penelitian
b. Pengadaan
c. Pengawasan (Quality Qontrol)
d. Distribusi
e. Pengembangan produk
2. Pasien/Pengguna
a. Pelayanan Apotik
b. Pelayanan Rumah sakit

Sebeum dilanjutkan kepada bahasan mengenai kelompok bidang keahlian,


saya mengajak saudara untuk mengenal peran/fungsi Farmasi dan lingkup
kerjanya, untuk itu dapat dilhat dari skema di bawah ini.

ORIENTASI PELAYANAN FARMASI

Produk Pasien

•Produksi •Penanganan Produk •Farmasi rumah sakit


•Farmasi komunitas
•Industri Farmasi •Pengembangan •Informasi •Manajemen Nakes
•Manajemen Farmasi
•Suplai •Sistem informasi
•Akademic research •Tenaga kesehatan
•Kontrol Produk
•Distribusi

Terapi obat berjalan optimal


Peningkatan kualitas hidup

Gambar 1: Pelayanan Farmasi

Dari gambar di atas kita dapat melihat dua orientasi layanan kefarmasian
adalah PRODUK dan PASIEN. Sisi produk dapat berupa obat, makanan dan
kosmetik. Dan dari sisi pasien dapat diperluas kepada orang sehat dengan
tujuan penggunaan produk sebagai pencegahan penyakit.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 51
Dari aspek produk, mulai dari riset sampai dengan pendistribusian dan
pengembangan produk, sedikitnya melibatkan tiga aspek (pihak), yaitu:
1. Industri Farmasi
2. Akademia (Perguruan Tinggi)
3. Manajemen

Demikian juga dari aspek pasien/pengguna, beberapa factor pendukung


diperlukan adalah:
1. Rumah sakit
2. komunitas (social)
3. Pelatihan Nakes; dan
4. Sistem informasi

Dari factor-faktor pendukung tugas kefarmasian ini akan melahirkan kompetensi


keahlian yang perlu dikuasai oleh seorang farmasi.

Sebagai contoh:
Pelayanan farmasi kepada komunitas telah melahirkan bidang keahlian
FARMASI KOMUNITAS di mana pelayanan dan asuhan kefarmasian
(Pharmaceuticals care) menjadi pokok bahasan utama.
Tujuan Pelayanan Farmasi itu sendiri adalah pelayanan farmasi yang bermutu
dan prima dengan outcome :
1. Terapi obat berjalan optimal; dan
2. Peningkatan kualitas hidup pasien (pengguna)

Untuk itu Farmasi Komunitas sekurang-kurangnya ditopang oleh beberapa kahlian


yang menunjang kepada pharmaceuticals care, yaitu:
1. Manajemen Farmasi (termasuk komunikasi)
2. Farmasi Klinik
3. Produksi (teknologi) Farmasi

Ketiga bidang keahlian di atas harus menjadi kompetensi bagi farmasis yang akan
bertugas dalam Farmasi Komunitas.

Skema dari pelayanan Farmasi komunitas dapat digambarkan seperti pada Gambar. 2
berikut ini:

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 52
PELAYANAN DAN ASUHAN KEFARMASIAN
Fungsi Farmasi (PHARMACEUTICAL CARE)

Tugas Farmasi

•Pelayanan farmasi yang bermutu (efektif,


Tujuan YanFar
efesien & aman) dan prima

•Terapi obat berjalan optimal


Out come Yanfar
•Peningkatan kualitas hidup pasien

Gambar2. Pelayanan dan Asuhan Kefarmasian

Hal serupa juga berlaku untuk factor-faktor pendukung yang lain baik
terhadap PRODUK dan PASIEN akan melahirkan bidang-bidang keahlian
Farmasi.

Dalam bab sebelumnya telah diperkenalkan beberapa bidang keahlian yang


dianut oleh beberapa perguruan tinggi. Bidang keahlian di atas tentunya
disesuaikan dengan visi-misi yang dikembangkan dan diemban oleh
perguruan tinggi masing-masing dalam kaitannya sebagai salah satu factor
pedukung dalam orientasi kefarmasian.

Khusus untuk di FMIPA-UNIGA, secara formal menganut dua bidang


keahlian, yaitu:
1. KBK Farmakologi-Teknologi Farmasi
2. KBK Kimia Farmasi dan Farmakognosi-Fitokimia.

Pembagian KBK ini lebih didasarkan kepada keterbatasan sumber daya


manusia dan fasilitas Laboratorium yang ada. Namun dalam prakteknya dari
dua bidang keahlian ini dijabarkan ke dalam empat bidang keahlian, yaitu:

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 53
1. KBK Kimia Farmasi
2. KBK Farmakologi
3. KBK Framakognosi-Fitokimia
4. KBK Teknologi Farmasi

Adapun bidang keahlian lain, seperti:


a. Farmasi Komunitas
b. Farmasi Industri
c. Farmasi Rumah Sakit
d. Farmasi Ekonomi
e. Farmasi Sosial; dan
f. Farmasi Pemerintahan
Akan diperdalam dalam studi profesi Apoteker.

Keterkaitan masing-masing bidang keahlian akan diuraikan lebih lanjut dalam


bab berikutnya mengenai Studi Farmasi Program S-1 di F-MIPA UNIGA.

Berikut ini adalah uraian masing-masing bidang keahlian:


1. Kimia Farmasi
Dalam bidang ini dibahas berbagai reaksi-reaksi kimia, metode identifikasi dan
analisis senyawa obat, sintesis senyawa obat, hubungan struktur kimia dengan efek
obat. Dalam kelompok ini juga berbagai analisis di luar obat seperti
makanan/pangan dan kosmetik termasuk mikrobiologi analisis merupakan bidang
kajian dari Kimia Farmasi.
Bidang keahlian dasar seperti Kimia Dasar, Kimia analisis, Biokimia
dan Kimia organic merupakan penunjang kajian kimia farmasi.

2. Farmakologi
Dalam bidang farmakologi dibahas interaksi obat dengan tubuh
meliputi kajian aktivitas obat, farmako dinamik, farmakokinetik,
biotransformasi dan interaksi obat. Dalam pembagiannya farmakologi
terbagi dalam dua bahasan yaitu Farmakologi sistem organ dan
farmakologi terapi.
Anatomi fisiologi manusia, Biologi Sel dan kimia dasar merupakan
keahlian dasar yang menunjang dalam pembahasan KBK Farmakologi.

3. Farmakognosi-Fitokimia (Biologi Farmasi)


Farmakognosi-fitokimia disebut juga dengan biologi farmasi erat
hubungannya dengan kajian terhadap tumbuhan dan bahan alam
lainnya sebagai bahan obat. Dalam bidang ini dibahas cara-cara
memproduksi bahan baku obat dari bahan alam, biosintesis seyawa
alam, metode pemisahan dan isolasi bahan alam serta analisis aspek
biologi dan kimia yang bermanfaat sebagai obat.
Bidang keahlian dasar yang menunjang terhadap kajian bidang bilogi
farmasi adalah biologi, sistematika, morfologi dan fisiologi tumbuhan
serta Ilmu Kimia .

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 54
4. Teknologi Farmasi
Teknologi Farmasi atau pharmaceuticals membahas sediaan obat mulai dari proses
pembuatan, pemilihan bahan baku dan teknologi sediaan obat, quality qontrol serta
analisis senyawa obat dengan mementingkan factor kemanan, kualitas dan
rasionalitas. Bidang keahlian dasar yang menunjang keahlian ini adalah: Fisika
dasar, kimia fisik, farmasi fisik, dll.

5. Farmasi Rumah Sakit


Farmasi Rumah Sakit bertanggungjawab dalam pembekalan dan
pengurusan semua aspek yang berkaitan dengan penggunaan obat bagi
pasien. Dalam hal ini termasuk farmasi klinikal yang bertanggung
jawab dalam memonitor obat-obatan terapeutik, penyediaan nutrisi
parenteral, konseling pasien dan lain-lain. Misi Farmasi Rumah Sakit
ialah untuk memastikan seluruh masyarakat memperoleh produk
farmaseutikal dan produk pemelihara kesehatan yang berkualitas,
aman termasuk penyuluhan mengenai penggunaannya secara rasional.
Pemberian terapi obat secara optimum kepada semua pasien akan
memastikan pemeliharaan kesihatan yang berkualiti tinggi.

6. Farmasi Komunitas
Farmasi komunitas melayani masyarakat dalam hal penggunaan obat-
obatan ber’resep’ atau tanpa resep kepada pasien atau pelanggan.
Aktiviti professional ahli farmasi komunitas juga melibatkan konseling
kepada pasien semasa melepaskan obat- obatan ber’resep’ atau tanpa
resep. Praktik sistem pengobatan di kebanyakan negara adalah
berlainan. Di negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Indonesia
dan India, proses mempreskripsi obat dan pendistribusian obat adalah
berlainan. Pasien akan berjumpa doktor di klinik untuk mendapatkan
diagnosis, nasihat serta preskripsi obat, dan kemudian bertemu ahli
farmasi komuniti untuk mendapatkan obat yang berkenaan. Di
Indonesia proses pengdiagnosan penyakit, mempreskripsi dan
pelepasan obat dilakukan oleh doktor di klinik-klinik. Dalam hal ini,
ahli farmasi komuniti hanya menumpukan aktiviti perniagaan mereka
kepada penjualan obat-obatan tanpa preskripsi. Dalam pada itu, mereka
juga menjual obat-obatan tradisional dan alternatif, bahan-bahan
kosmetik, bahan-bahan penjagaan bayi dan peralatan kesehatan
(contoh: alat kontrasepsi, termometer, dll).

7. Industri Farmaseutikal
Industri Farmasi dalam arti sempit Fabrik Obat adalah berupa
perusahaan nasional dan multinasional. Industri farmasi merupakan
salah satu industri yang paling banyak menghadapi persaingan
perniagaan. Kemampuan untuk bersaing banyak bergantung kepada
pembangunan produk-produk baru. Di dalam proses pembangunan
produk-produk farmaseutikal, ahli farmasi dengan pengetahuan dan
kemahirannya memainkan peranan yang sangat penting. Aktivitas
utama ahli farmasi di industri farmasi adalah seperti berikut:

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 55
o Penelitian dan pengembangan (R&D)
o Quality Qontrol
o Pendaftaran Obat dan permohonan (Perizinan)
o Pengujian klinikal dan pengawasan obat di pasaran
o Penjualan dan pemasaran
o Dll

8. Lain-lain

Lingkup lain dari kajian Farmasi adalah berkembang sesuai dengan kemajuan
di bidang farmasi dan peraturan di sebuah negara. Bidang Farmasi sangat erat
dengan peraturan dan undang-undang yang melingkupi dari objek kajiannnya
dalam hal ini obat, mulai dari bahan baku proses produksi, pemasaran,
pengawasan termasuk penentuan harga obat. Untuk itu bidang kajian Farmasi
akan dan sedang berkembang seprti kajian dari aspek sosial (farmasi sosial),
ekonomi (farmasi ekonomi) dan peraturan serta kebijakan (farmasi
permintahan).

SUMBER PUSTAKA

Kurikulum Farmasi UNIGA Th. 2006

Pengkhususan Dalam Farmasi: Farmasi Hospital dan Sumbangannya


Dalam Kesihatan,artikel tulisan Prof. Madya Rahmat Awang, Pusat Racun
Negara, USM

Peranan Ahli Farmasi Dalam Kesihatan, artikel, Dr. Mohamed Izham


Mohamed Ibrahim, Pusat Racun Negara, USM

Pendidikan Profesi Farmasi Indonesia yang diperlukan untuk Pelayanan da


Asuhan kefarmasian, artikel Masrial Mahyudin

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 56
Siapa yg tahu bunyi ‘kokok’ ayam jantan?

Kukuruyuk…. Kah? Atau Kongkorongoooooooooookkk… kah? Atau Priyuuuukkkkk


priyukkk… kah?

Tiga-tiganya betul. Apapun yg kita gambarkan tentang bunyi kokok ayam jantan, ya
sumbernya sama dari Ayam Jantan.

Tapi karena sosio-budaya di mana tempat kita tinggal maka yg keluar dari mulut kite seolah2
berbeda.

Sering kite dalam menyikapi perbedaan selalu mengedepankan emosi, ashobiah dan
fanatisme. “Poko..e pendapat gua yg bener, yg laen salah…!”….” Poko..e kata gua gitu! Ya…
gitu..!” wuelehhh..wuelehhh emang dunia milik sendiri, Bung? Dan kite2 ini nyewa dari
Bung?

Dalam kehidupan akademis tidak ada sikap ‘poko..e’, egois dan arrogant. Untuk saat ini satu
teori disepakati adalah hal yang bener, belum tentu besok2 masih bener... Skeptis (Ragu, tidak
serta merta percaya) boleh dan harus! Namun itu adalah sebagai upaya agar kita mencari tahu
yang lebih dalem....

Nah...Sing penting dari ayam, kita juga dapat blajar seperti halnya dari lebah...
Memelihara ayam (dulu) sangatlah mudah. Pagi2 dikeluarin dari kandang, maka ayam kita
akan cari makan jauh2 dari rumah qte. Dan sore dateng lagi ke kandang dengan tembolok
yang sudah penuhhhhh.

So... Nilainya adalah Rezeki harus dijemput dan gak ada tuch istilah nganggur...

(SI)

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 57
Bab VI

Tinjauan Obat:
Sejarah, Syarat, Penggolongan, Jenis dan Cara
Pemakaian serta Informasi Obat

Obat yang telah lama digunakan adalah obat yang berasal dari tanaman. Orang
terdahulu dengan prinsip coba-coba (trial and error) mendapatkan
pengalaman dengan berbagai macam akar, daun dan batang tumbuh-
tumbuhan untuk mengobati pberbagai penyakit. Pengetahuan tersebut secara
turun-temurun berlangsung sehingga dimana-mana dikenal pengobatan
rakyat, sebagaimana halnya pengobatan tradisional (jamu) di Indonesia.

Dari aspek histories tidak semua obat dimulai dengan suatu riwayat
penyembuhan. ‘Kurare’ asal mualanya digunakan sebagai racun panah untuk
masyarakat Afrika dan Amerika Selatan. Begitu pula untuk obat kanker
nitrogen mustard, semula hanya berupa gas racun (gas mustard) yang
digunakan pada Peranag Dunia I.

Obat-obat yang beasal dari tumbuh-tumbuhan diguankan sebagai rebusan


atau ekstrak yang khasiatnya berbeda-beda tergantung dari asal tanaman dan
proses pembuatannya. Hal ini mengundang ahli kimia untuk mulai
mengisolasi zat berkhasiat (zat aktif) dari tumbuh-tumbuhan. Dari serangkaian
penelitian ini dihasilkan zat aktif seperti: efedrin dari tanaman Ma Huang
(Faphedra vulgaris), atroput (Atropa beladona), morfin atau candu dari Papaver
semniferum dan digoksin dari Digoksin lanata.

Dan semenjak itu maka berkembanglah usaha mensistesis obat (obat sintesis)
dalam jumlah yang besar. Termasuk dalam hal antibiotic dengan antibiotik
pertama berupa penisilin yang ditemukan oleh Alexander Flemming.

Obat (sintesis) saat ini sudah menjadi barang yang penting dalam hidup ini.
Menggunakan obat, yang paling sederhana sekali pun, mungkin lebih rumit
dari yang Anda bayangkan. Misalnya, beberapa obat harus diminum pada
waktu sebelum makan, yang lainnya setelah waktu makan. Beberapa obat

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 58
dapat membuat Anda mengantuk, sementara lainnya membuat Anda sulit
tidur. Alkohol atau kafein, obat lain, makanan tertentu, atau merokok juga
dapat mempengaruhi cara kerja obat. Dan beberapa obat mempunyai efek
samping yang hampir tidak kelihatan atau sedikit mengganggu; efek samping
lainnya mungkin memerlukan pertolongan medis.

Sebagian besar orang memerlukan obat pada suatu saat dalam hidupnya, baik
itu obat yang dijual bebas (tanpa resep dokter) atau obat yang diresepkan oleh
dokter, dokter gigi, atau ‘diresepkan’ perawat, atau petugas kesehatan lainnya.
Namun berkembang dengan meningkatnya pengetahuan dan kesejahteraan
masyarakat, saat ini (penggunaan) obat telah menuju trend sebagai gaya hidup.

Salah satu definisi menyebutkan bahwa Obat adalah senyawa kimia yang
berfungsi untuk mencegah (preventif), meningkatkan kesehatan/kebugaran
(promotif) dan menyembuhkan penyakit (kuratif).
Dalam bahasan ini kita akan mengenal beberapa aspek obat ditinjau dari
persyaratan, informasi yang dikandung, penggolongan dan jenis sediaan serta
cara (rute) pemberian . Penjelasan beberapa aspek yang dimaksud diatas akan
disampaikan secara sigakat sebagai pengantar dalam memahami obat yang
menjadi topik utama dalam disiplin utama kefarmasian.

A. SYARAT SUATU OBAT


Sebagaimana telah didefinisikan, obat adalah sediaan farmasi yang
mengandung senyawa kimia tertentu yang berfungsi untuk mencegah
(preventif), meningkatkan kesehatan/kebugaran (promotif) dan
menyembuhkan penyakit (kuratif).
Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi oleh suatu obat, yaitu:
1. Obat harus berkhasiat atau mempunyai efek, efek yang dimaksud
adalah ketiga fungsi obat dalam definisi di atas yaitu tujuan preventif,
promotif dan kuratif. Efek yang dimaksud di atas adalah efek utama.
Karena selain efek utama obta juga mempunyai khasiat lain yang
muncul bersamaan atau menyertai efek utamanya (dalam pemberian
dosis normal/efektif).

2. Obat harus mempunyai mutu atau karakter. Sediaan Farmasi berupa


obat haruslah diketahui senyawa kimianya (zat aktifnya) dengan suatu
metode identifikasi dan karakterisasi. Sebagai contoh parasetamol, para
asset aminofenol, dia mempunyai rumus kimia dan rumus bangun
yang khas tidak dipunyai oleh senyawa kimia lian.
H

N OCCH3

OH
Rumus Bangun dari parasetamol (para aetamino fenol)

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 59
3. Obat harus aman ketika digunakan. Keamanan suatu obat biasanya
dinyatakan dengan suatu bilangan yang disebut Indeks Terapi yaitu
perbandingan antara Dosis Letal (DL50) dan Dosis Efektif 50 (DE50) .
Dosis Efektif 50 (DE50) adalah dosis yang menghasilkan efek pada 50%
hewan percobaan . Semakin besar nilai indeks terapi maka semakn
aman obat itu digunakan.

B. PENGGOLONGAN OBAT DI INDONESIA


Obat-obat yang beredar di pasaran Indonesia, digolongkan oleh Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM) dalam empat
penggolongan umum, yaitu :
1. Obat narkotika
2. Obat keras
3. Obat bebas terbatas
4. Obat bebas.
Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap
peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi
tanda pada kemasannya pada bagian kemasan yang segera terlihat.

1. OBAT NARKOTIKA
Narkotik adalah:
 Bahan-bahan yang tertera pada penjelasan jenisnya dibawah ini
 Garam-garam dan turunan dari morfina dan kokaina
 Bahan lain baik alamiah maupun sintesis yang dapat menggantikan
fungsi morfina dan kokaina
 Campuran dan sediaan yang mengandung bahan yang disebutkan di
atas.

Kemasan obat golongan ini ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya


+
terdapat palang ( ) berwarna merah. Obat narkotika bersifat adiksi dan
penggunaannya diawasi dengan ketat, sehingga obat golongan narkotika
hanya dapat diperoleh dengan resep dokter yang asli (tidak dapat
menggunakan kopi resep). Contoh dari obat narkotika antara lain: Opium,
coca, ganja/marijuana, morfin, heroin, dan lain sebagainya. Dalam bidang
kedokteran, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius
dan analgetika/obat penghilang rasa sakit.

Penggolongan
Penggolongan obat Narkotik adalah:
Golongan I
Contoh: Opium mentah, Opium masak, daun koka, tanaman pavafer
somniferum L, tanaman ganja, Asatordfina, dll
Golongan II
Contoh: Morfin, Opium, Fethidin, Tabalom, Tilidina, Trimeperidina, garam-
garam dan narkotik dari golongan yang disebut di atas.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 60
Golongan III
Contoh: Asetidihidrokodeina, Dekstropropoksifena, Dhidrokodeina, Kodeina,
Nikokodeina, Propiram, dll.

2. OBAT KERAS
Adalah obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan teknik yang
mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan,
mendesinfeksikan dan lain-lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan
maupun tidak.

Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat


huruf K berwarna merah yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna
hitam. Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep
dokter. Obat-obat yang umumnya masuk ke dalam golonggan ini antara lain
obat jantung, obat darah tinggi/antihipertensi, obat darah
rendah/antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, dan beberapa obat
ulkus lambung.

Penggolongan Obat ini digolongkan kepada :


 Golongan I
 Golongan II

3. OBAT BEBAS TERBATAS


Obat bebas terbatas adalah obat yang penggunaannya khusus diperuntukkan
kepada masyarakat dalam jumlah yang disesuaikan pada kondisi pasien yang
tidak membahayakan penggunaanya bagi pasien itu sendiri dengan petunjuk
dan aturan pakai.

Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan tepi
lingkaran berwana hitam. Obat-obat yang umumnya masuk ke dalam
golongan ini antara lain obat batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit
dan penurun panas pada saat demam (analgetik-antipiretik), beberapa
suplemen vitamin dan mineral, dan obat-obat antiseptika, obat tetes mata
untuk iritasi ringan. Obat golongan ini masih termasuk obat keras tapi dapat
dibeli tanpa resep dokter, sehingga penyerahannya pada pasien hanya boleh
dilakukan oleh Asisten Apoteker Penanggung jawab.

4. OBAT BEBAS
Obat bebas ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi lingkaran
berwarna hitam. Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral,
obat gosok, beberapa analgetik-antipiretik, dan beberapa antasida.
Obat golongan lainnya adalah: PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah obat yang dapat mempengaruhi syaraf pusat yang bekerja
merangsang otak t secara berkesinambungan apabila digunakan tidak sesuai
dengan aturannya.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 61
Contoh:
DMNP, LSD, Mescaline, Amphetamin, Phenobarbital, Etiptamina, Psilosibina,
Alprazolam, dll.

Selain istilah diatas dikenal juga istilah: obat paten, obat generic, merk dagang,
dan OTC (over the counter).

C. INFORMASI OBAT
Apa saja yang terkandung dalam informasi OBAT?
Peran Farmasis dalam informasi obat ini adalah setidaknya meberikan
penjelasan mengenai aspek-aspek informasi obat untuk EFEKTIVITAS dan
KEAMANAN dalam pengobatan/penggunaannya.
Informasi Obat yang dituliskan dalam etiket suatu obat adalah:

a. Indikasi
Indikasi adalah kondisi pasien dimana obat itu digunakan, misal
parasetamol mempunyai indikasi nyeri, sakit kepala, nyeri otot.
b. Kontraindikasi
Kebalikan dari indikasi, kontra indiokasi adalah kondisi dimana obat itu
tidak boleh digunakan, missal untuk parasetamol tidak boleh digunakan
pada kondisi pasien yang mempunyai gangguan fungsi hati.
c. Mekanisme Kerja
Bagaimana obat sehigga dapat mengurangi atau menghilangkan sakit atau
gangguan pada tubuh? Ditemukan bahwa obat ada yang bekerja secara
spesifik ada juga yang bekerja secara non specifik. Obat yang bekerja secara
non spesifik, missal bekerja karena pada dosis yang besar. Sementara tu
untuk obat yang berkerja secara spesifik, obat biasanya berinteraksi dengan
bagian biologi aktif yang disebut dengan reseptor (tempat bekerjanya
siuatu obat). Mekanisme kerja suatu obat adalah menerangkan bagaimana
interaksi obat itu dengan reseptor-reseptor dalam tubuh atau proses-proses
biokimia ataupun biofisika yang mendasari aktivitas suatu obat..
Misalkan parasetamol bekerja pada reseptor nyeri.

d. Cara Pemakaian
Cara pemakaian adalah aturan pemakaian yang seharusnya dilakukan oleh
pasien pada saat menggunakan obat. Biasanya menyangkut besaran dosis,
lama waktu pemakaian dan bagaimana rute pemberiannya.

e. Efek samping
Efek dari suatu obat yang menyertai efek utama. Misal untuk asetosal
(aspirin), sebagai obat analgetik dengan indikasi berupa nyeri, aspirin juga
dapat mengakibatkan pendarahan pada lambung. Jadi yang dikatakan
sebagai efek utama adalah menghilangkan rasa nyeri (sebagai efek yang
diharapkan), dan pendarahan terhadap lambung merupakan efek samping.
Beberapa efek samping memerlukan perhatian medis, sementara yang
lainnya tidak

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 62
f. Interaksi Obat
Penggunnaan tetrasiklin (antibiotik) mesti dihindari bersamaan dengan
mengkonsumsi calsium (misal dari air susu) karena absorpsi tetrasiklin
akan tergangu (berkurang) akibat adanya ion Ca2+ dari susu.

g. Dosis
Pemberian dosis obat yang cukup merupakan syarat dalam penggunaan
obat. Satuan dosis biasannya digunakan dalam satuan berat (mg) yang
didasarkan kepada bobot badan orang dewasa 70 Kg (?). Pemberian dosis
yang cukup berarti pemberian dosis sedemikian rupa mencapai efek yang
diharapkan.

D. JENIS OBAT DAN CARA PEMAKAIAN


Obat sebagai Sediaan farmasi dirancang dalam bentuk yang disesuaikan
dengan mekanisme dan tempat obat bekerja.
Mekanisme kerja obat yang dimaksud apakah obat digunakan secara sistemik
ataupun non sistemik (local). Dalam penggunaan sistemik, obat akan melalui
system peredaran darah. Sementara untuk tujuan local, obat atau senyawa
obat tidak sempat melalui system peredaran darah kita.

Tempat pemakaian dapat digolongkan ke dalam dua tempat, yaitu:


1. Pada kulit atau mukosa
2. Pada organ dalaman (parenteral)
Tabel berikut ini memperlihatkan hubungan tempat pemakaian, rute
pemberian dan jenis sediaan obat.

Tempat Pemakian Rute Pemberian Jenis Sediaan


1 Pemakaian pada
kulit/mukosa
 Kulit Epikutan Larutan, suspensi,
emulsi (cream), busa,
salep, pasta, plester
 Mukosa mulut dan Bukal, lingual, sub Tablet, pastiles, air
lidah lingual kumur
 Mukosa lambung Per oral (enteral) Tablet, drage, kapsul,
dan usus larutan, suspensi,
emulsi, suppositoria,
kapsul rectal, salep
 Mukosa rectum rektal suppositoria, kapsul
rectal, salep
 Mukosa hidung nasal Tetes, salep, spray
 Epitel bronchus dan Inhalasi Aerosol, inhalasi
alveolar
 Konjungtiva Konjungtival Tetes mata, salep mata,
cairan mata

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 63
 Mukosa organ Intravaginal, Ovula, salep, batang
kelamin dan saluran intrauretal
urin

2 Pada organ dalaman


(parenteral)
a Tanpa suatu proses
absorpsi
 Ke dalam jantung Intrakardinal Larutan suntik
 Ke dalam arteri Itrarterial Larutan suntik
 Ke dalam vena Intravena Larutan suntik ,
lar. Infus
 Ke dalam kantung Intralumbar Larutan suntik
lumbar
 Ke dalam ruang Intratekal Larutan suntik
serebrospinal
b Melalui suatu proses
absorpsi
 Ke dalam kulit Intrakutan Larutan suntik
 Di Bawah kulit Intrakutan Larutan suntik ,
implantasi
 Ke dalam otot Intramuskular Larutan suntik
 Ke dalam rongga Intraperitoneal Larutan suntik ,
perut lar. Infus

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa bentuk sediaan farmasi itu dapat


berupa:
Tablet, kaplet, kapsul, larutan injeksi, emulsi, suspensi, implantasi,
suppsitoria, ovulat, aerosol, spray, dll

Rute Pemberian Obat


a) Oral
Pemberian obat melalui mulut (peroral) adalah cara yang paling lazim,
karena sangat praktis, mudah dan aman. Namun tidak semua obat dapat
diberikan peroral, misalnya obat yang dapat merangsang (emetin,
aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin,
insulin, oksitosin)

b) Sublingual
Obat dikunyah halus dan ditaruh di bawah lidah (sublingual), berlangsung
resorpsi oleh selaput lendir setempat ke vena lidah yang sangat banyak.
Keuntungannya obat langsung masuk ke dalam peredaran darah tanpa
melalui hati dulu. Digunakan untuk menginginkan efek yang pesat dan

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 64
lengkap, seperti untuk serangan angina (salah satu gangguan jantung),
asma atau migraine.

c) Inhalasi
Cara inhalasi yaitu larutan obat yang disemprotkan ke dalam mulut dengan
alat aerosol. Semprotan obat dihirup dengan udara dan resorpsi terjadi oleh
mukosa mulut, tenggorokan dan saluran nafas.

d) Nasal (intra nasal)


Intranasal (melalu hidung), digunakan tetes hidung, biasanya untuk pilek
dengan menciutkan mukosa yang bengkak (efedrin, klisometozaln dsb)
kadang-kadang untuk efek sistemik (vasopresin dan kortikosteroid)

e) Rectal
Pemberian obat melalui rectum (anus) digunakan bila obat tidak dapat
dugunakan secara oral karena dapat merangsang atau dirusak oleh asam
lambung. Biasanya dalam bentuk suppositoria.

f) Intra muskular
Adalah injeksi langsung ke dalam bagian otot relaksasi, yang meliputi otot
gluteal, deltoid, trisep, pectoral, dan vastus lateralis
Rute pemberian ini dipakai sebagai rute pemberian parenteral untuk
sediaan kerja diperlama yang dibuat dengan pembawa air atau minyak atau
suspensi.

g) Intravena
Injeksi secra intreavena adalah injeksi atau infus yang lansung ke dalam
vena.
Pemberian sediaan parenteral secara intravena biasanya dlakukan dalam
hal:
 Menjamin penyampaian dan distribusi obat dalam keadaan hipotenal
atau syok
 Mengembalikan dengan segera kesetimbangan elektrolit dan cairan
tubuh
 Mendapatkan efek farmakologi yang segera, khsusunya keadaan darurat
 Pengobatan infeks yang serius
 Pemberian nutrisi yang kontinyu
 Mencegah komplikasi yang dapat terjadi jika diberikan melalui rute
parenteral lainnya

h) Subkutan
Dilakukan ke dalam jaringan yang longgar di bawah klulit (DERMIS)
Pemberian obat secara injeksi subkutan biasanya dilakuan jika obat tidak
dapat diberikan secara oral, tetapi diharapkan bekerja lebih perlahan
dibandingan dengan cara pemberian secara intravena dan intramuskular

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 65
i) Hipodermoklisis
Adalah pemberian suatu sediaan larutan injeksi dalam jumlah besar (infus)
melalu rute sub kutan. Biasanya dilakukan jika absorpsi dengan kecepatan
rendah diinginkan jika tidak ada vena yang cocok dapat dipakai (pada bayi
atau orang lanjut usia)

j) Intraperitoneal
Injeksi yang dilakukan ke dalam rongga peritoneal dengan jarum atau
kateter, atau penyuntikan langsung ke dalam organ-organ abdominal
seperti hati, ginjal atau kandung kemih.

k) Intraarterial
Injeksi intaraarterial adalah injeksi yang dilakukan langsung ke dalam
arteri (pembuluh nadi) yang akan memebawa obat langsung ke organ
sasaran. (cukup berbahaya)

l) Intra artikular
Injeksi ini dilakukan ke dalam kantong sinovial dari sejumlah persendian
yang dapat dicapai. Beberapa antibiotik, lidokain dan ester kortikosteroid
dapat diberikan melaluli rute ini untuk pengobatan infeksi, rasa nyeri dan
inflamasi.

m) Intrakardiak
Injeksi intrakardiak adalah injeksi yang dilakukan langsung ke dalam bilik-
bilik jantung. Pemakaian rute ini tidak direkomendasikan, kecuali pada
kasus-kasus khusus seperti berhentinya jantung.

n) Intrasisternal
Injeksi yang dilakukan langsung ke dalam rongga sisternal sekeliling dasar
otak. Biasanya untuk tujuan diagnostik. Hal ini berbahaya, dapat
menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.

o) Intraderma/kutan
Injeksi dlakuakn ke dalam kulit. Sejumlah zat diagnostik, antigen (misalnya
tuberculin) dan vaksin (smallpox) diberikan melalui ruute ini.

p) Intralesional
Injeksi yang dilakukan langsung ke dalam atau sekitar luka, yang biasanya
terdapat pada kult. Rute pemberian ini dilakukan bila diinginkan efek local
yang kuat.

q) Intra-okular
Injeksi yang dilakukan ke dalam mata, yang dapat meliputi 3 macam
(daerah): ruang anterior, intravitreal dan retrobulbar. Biasanya digunakan
untuk pongobatan infeksi.

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 66
r) Intrapleural
Injeksi yang dilakukan ke dalam rongga selaput dada (single injection).

s) Intratekal
Injeksi intratekal dilakukan langsung ke dalam kantong lumbar, yang
terletak pada ujung kaudal dari spinal cord. (tujuan diagnopstik)

t) Intrauterin
Injeksi yang dilakukan ke dalam uterus pada keadaan hamil. Hal ini
ditempuh untuk tujuan aborsi atau dagnostik.

u) intraventrikular
Injeksi/infus intraventrikular adalah injeksi yang dilakukan ke dalam
rongga-rongga sisi otak (missal pada pengobatan meningitis jamur dengan
amfoterisin B atau pengobatan sel-sel leukemia yang masu dengan
metotreskat)

DAFTAR PUSTAKA
1. Dinamika Obat, E. Mutschler, (terjemahan), Penerbit ITB, 1991
2. Teknologi Farmasi Sediaan Steril, Dikat Kuliah, Laboratorium Teknologi
Sediaan Steril, Jurusan Farmasi, F-MIPA, ITB.
3. Obat-Obat Penting, Drs Tan Hoak Tjay & Drs K. Rahardja, 1986
4. Pengkhususan Dalam Farmasi: Farmasi Hospital dan Sumbangannya
Dalam Kesihatan, Prof. Madya Rahmat Awang, Pusat Racun Negara,
(artikel), USM, Malaysia
5. Peranan Ahli Farmasi Dalam Kesihatan, Dr. Mohamed Izham Mohamed
Ibrahim, Pusat Racun Negara, (artikel), USM, Malaysia
6. Pendidikan Profesi Farmasi Indonesia yang diperlukan untuk Pelayanan dan
Asuhan Kefarmasian, Masrial Mahyudin, (artikel)

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 67
Ada yg tahu tema gambar di atas ini?
Suwerr.. 2 Minggu, Aku jg ga tahu... Untuk itu Kabari aku sebuah informasi prihal
gambar di atas....

*) Catatan Kuliah Pengantar Farmasi, Untuk Lingkungan Sendiri di Farmasi, F-MIPA UNIGA 68

Anda mungkin juga menyukai