KEHAMILAN NORMAL
1. Pengertian (Definisi) Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahir. Lama kehamilan
normal 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terahir (HPHT).
2. Anamnesis 1. Haid yang terhenti
2. Mual dan muntah pada pagi hari
3. Ngidam
4. Sering buang air kecil
5. Pengerasan dan pembesaran payudara
6. Puting susu lebih hitam
Pada trimester 1
1. LLA> 33 cm, maka diduga obesitas, memiliki risiko
preeklampsia dan diabetes maternal, memiliki risiko melahirkan
bayi dengan berat badan lebih
2. LLA< 23 cm, maka diduga undernutrisi atau memiliki penyakit
kronis, biasanya memiliki bayi yang lebih kecil dari ukuran
normal
3. Keadaan muka diperhatikan adanya edema palpebra atau pucat,
mata dan konjungtiva dapat pucat,kebersihan mulut dan gigi
dapat terjadi karies dan periksa kemungkinan pembesaran
kelenjar tiroid.
4. Pemeriksaan payudara: puting susu dan areola menjadi lebih
menghitam.
5. Pemeriksaan dada:perhatikan suara paru dan bunyi jantung ibu
6. Pemeriksaan ekstremitas: perhatikan edema dan varises
Pemeriksaan obstetrik :
1. Abdomen:
a. Observasi adanya bekas operasi.
b. Mengukur tinggi fundus uteri.
c. Melakukan palpasi dengan manuever Leopold I-IV.
d. Mendengarkan bunyi jantung janin (120-160x/menit).
2. Vulva/vagina
a. Observasi varises, kondilomata, edema, haemorhoid atau
abnormalitas lainnya. B
b. Pemeriksaan vaginal toucher: memperhatikan tanda-tanda
tumor.
c. Pemeriksaan inspekulo untuk memeriksa serviks,tanda-tanda
infeksi, ada/tidaknya cairan keluar dari osteum uteri.
Medikamentosa
1. Memberikan zat besi dan asam folat (besi 60 mg/hari dan folat
250 mikogram 1-2 kali/hari), bila Hb<7,0 gr/dl dosis ditingkatkan
menjadi dua kali. Apabila dalam follow up selama 1 bulan tidak
ada perbaikan, dapatdipikirkan kemungkinan penyakit lain
(talasemia, infeksi cacing tambang, penyakit kronis TBC)
2. Memberikanimunisasi TT (Tetanus Toxoid) apabila pasien
memiliki risiko terjadinya tetanus pada proses melahirkan dan
buku catatan kehamilan.
Pada Ibu yang riwayat imunisasi tidak diketahui, pemberian
sesuai dengan tabel di berikut ini.
Dosis booster dapat diberikan pada ibu yang sudah pernah diimunisasi.
Pemberian dosis booster 0,5 ml IM dan disesuaikan degan jumlah
vaksinani yang telah diterima sebelumnya. Sesuai dengan tabel di
berikut ini.
Tabel 14.5 Pemberian TT untuk ibu yang sudah pernah imunisasi
Pernah Pemberian dan selang waktu minimal
1 kali TT2, 4 minggu seteleah TT1 (pada kehamilan)
2 kali TT3, 6 bulan setelah TT2 (pada kehamilan, jika selang
waktu minimal terpenuhi)
3 kali TT4, 1 tahun setelah TT3
4 kali TT5, 1 tahun setelah TT4
5 kali Tidak Perlu lagi
9. Edukasi 1. Persiapan persalinan, meliputi: siapa yang akan menolong
persalinan, dimana akan melahirkan, siapa yang akan membantu
dan menemani dalam persalinan, kemungkinan kesiapan donor
darah bila timbul permasalahan, metode transportasi bila
diperlukan rujukan, dukungan biaya.
2. Pentingnya peran suami dan keluarga selama kehamilan dan
persalinan.
3. Jika ibu merasakan tanda – tanda bahaya kehamilan, harus di
waspadai dan segera mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat.
Tanda bahaya yang wajib diwaspadai :
a. Sakit kepala yang tidak biasanya
b. Keluarnya darah dari jalan lahir
c. Terjadi gangguan penglihatan
d. Pembengkakan pada wajah / tangan
e. Mual dan muntah yang berlebihan
f. Demam
g. Gerakan janin yang tidak biasanya atau cenderung tidak
bergerak
4. Keluarga diajak untuk mendukung ibu hamil secara psikologis
maupun finansial, bila memungkinkan siapkan suami siaga
5. Dukung intake nutrisi yang seimbang bagi ibu hamil.
6. Dukung ibu hamil untuk menghentikan pemberian ASI bila
masih menyusui.
7. Dukung memberikan ASI eksklusif untuk bayi yang nanti
dilahirkan.
8. Siapkan keluarga untuk dapat menentukan kemana ibu hamil
harus dibawa bila ada perdarahan, perut dan/atau kepala terasa
sangat nyeri, dan tanda-tanda bahaya lainnya, tulis dalam buku
pemeriksaan alamat rujukan yang dapat dituju bila diperlukan.
9. Dengan pasangan ibu hamil didiskusikan mengenai aktifitas
seksual selama kehamilan. Aktifitas seksual biasa dapat
dilakukan selama kehamilan, posisi dapat bervariasi sesuai
pertumbuhan janin dan pembesaran perut. Kalau ibu hamil
merasa tidak nyaman ketika melakukan aktifitas seksual,
sebaiknya dihentikan.
Aktifitas seksual tidak dianjurkan pada keadaan:
a. Riwayat melahirkan prematur
b. Rriwayat abortus
c. Perdarahan vagina atau keluar duhtubuh
d. Plasenta previa atau plasenta letak rendah
e. Serviks inkompeten
10. Prognosis 1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam
11. Tingkat Evidens I II III IV
12. Tingkat Rekomendasi ABCD
13. Telaah Klinis SMF Penyakit Kandungan
14. Indikator
15. Kepustakaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
ABORTUS KOMPLIT
1. Pengertian (Definisi) Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan,dan sebagai batasan digunakan kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram.
Abortus komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Anamnesis Abortus komplit
a. Perdarahan sedikit
b. Nyeri perut atau kram ringan
c. Mulut rahim sudah tertutup
d. Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
Faktor Risiko
1. Faktor Maternal
a. Penyakit infeksi
b. Kelainan hormonal, seperti hipotiroidisme
c. Gangguan nutrisi yang berat
d. Penyakit menahun dan kronis
e. Alkohol, merokok dan penggunaan obat-obatan
f. Anomali uterus dan serviks
g. Gangguan imunologis
h. Trauma fisik dan psikologis
2. Faktor Janin Adanya kelainan genetik pada janin
3. Faktor ayah Terjadinya kelainan sperma
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik
1. Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
2. Penilaian tanda-tanda syok
3. Periksa konjungtiva untuk tanda anemia
4. Mencari ada tidaknya massa abdomen
5. Tanda-tanda akut abdomen dan defans musculer
Medikamentosa
1. Penatalaksanaan farmakologis Dosis tunggal sefalosporin
golongan II atau III dapat diberikan intravena sebelum perbaikan
dilakukan (untuk ruptur perineum yang berat).
2. Manajemen Ruptur Perineum:
a. Alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan jalan
lahir
• Retractor Weislander’s
• Forceps gigi (fine & strong)
• Needle holder (small and large)
• Forceps Allis (4)
• Forceps arteri (6)
• Gunting Mitzembaum
• Gunting pemotong jahitan
• Spekulum Sims
• Retraktor dinding samping dalam vagina
• Forceps pemegang kasa
b. Bahan-bahan yang diperlukan untuk perbaikan jalan lahir
Tampon
Kapas besar
Povidon Iodine
Lidocain 1% (untuk ruptur perineumderajat I-II)
Benang catgut / Asam poliglikolik (Dexon, David&Geck
Ltd, UK) / Poliglaktin 910 (Vicryl, Ethicon Ltd,
Edinburgh, UK)
Ruptur perineum harus segera diperbaiki untuk meminimalisir risiko
perdarahan, edema, dan infeksi. Manajemen ruptur perineum untuk
masing-masing derajatnya, antara lain sebagai berikut :
Robekan perineum derajat 1 Robekan tingkat I mengenai mukosa
vagina dan jaringan ikat, tidak perlu dilakukan penjahitan.
Penjahitan robekan perineum derajat 2
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Pastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap Lignokain atau
obat-obatan sejenis
3. Suntikan 10 ml Lignokain 0.5% di bawah mukosa vagina, di
bawah kulit perineum dan pada otot-otot perineum. Masukan
jarum pads ujung laserasi dorong masuk sepanjang luka mengikuti
garis tempat jarum jahitnya akan masuk atau keluar.
4. Tunggu 2 menit. Kemudian area dengan forsep hingga pasien
tidak merasakan nyeri.
5. Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan benang 2-0, lihat ke
dalam luka untuk mengetahui letak ototnya (penting untuk
menjahit otot ke otot agar tidak ada rongga di dalamnya).
6. Carilah lapisan subkutis persis dibawah lapisan kulit, lanjutkan
dengan jahitan subkutikuler kembali keatas vagina, akhiri dengan
simpul mati pada bagian dalam vagina
7. Potong kedua ujung benang dan hanya sisakan masing-masing 1
cm. 8. Jika robekan cukup luas dan dalam, lakukan colok dubur
dan pastikan tidak ada bagian rektum terjahit.
Gejala klinis
1. Muntah yang hebat
2. Mual dan sakit kepala terutama pada pagi hari (morning sickness)
3. Nafsu makan turun
4. Beratbadan turun
5. Nyeri epigastrium
6. Lemas
7. Rasa haus yang hebat
8. Gangguan kesadaran
Kriteria Rujukan
1. Ditemukan gejala klinis dan ada gangguan kesadaran (tingkat 2
dan 3).
2. Adanya komplikasi gastroesopagheal reflux disease (GERD),
ruptur esofagus, perdarahan saluran cerna atas dan kemungkinan
defisiensi vitamin terutama thiamine.
3. Pasien telah mendapatkan tindakan awal kegawatdaruratan
sebelum proses rujukan.
9. Edukasi 1. Memberikan informasi kepada pasien, suami, dan keluarga
mengenai kehamilan dan persalinansuatu proses fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah usia kehamilan 4 bulan.
3. Hindari kelelahan pada ibu dengan aktivitas berlebihan.
4. Memperhatikan kecukupan nutrisi ibu, dan sedapat mungkin
mendapatkan suplemen asam folat di awal kehamilan.
10. Prognosis Prognosis umumnya bonam dan sangat memuaskan jika dilakukan
penanganan dengan baik. Namun jika tidak dilakukan penanganan yang
baik pada tingkat yang berat, kondisi ini dapat mengancam nyawa ibu dan
janin.
Ad vitam: Bonam; Ad functionam: Bonam; Ad sanationam: Bonam
11. Tingkat Evidens I II III IV
12. Tingkat Rekomendasi ABCD
13. Telaah Klinis SMF Penyakit Kandungan
14. Indikator
15. Kepustakaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PRE-EKLAMPSIA
1. Pengertian (Definisi) Pre-eklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan di atas 20
minggu yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon
maternal terhadap adanya inflamasi spesifik dengan aktivasi endotel
dan koagulasi.
2. Anamnesis Keluhan
1. Pusing dan nyeri kepala
2. Nyeri ulu hati
3. Pandangan kurang jelas
4. Mual hingga muntah
Faktor Risiko
1. Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan penyakit
mikrovaskular (antaralain : diabetes melitus, hipertensi kronik,
gangguanpembuluhdarah)
2. Sindrom antibody antiphospholipid (APS)
3. Nefropati
4. Faktor risiko lainnya dihubungkan dengan kehamilan itu
sendiri, dan faktor spesifik dari ibu atau janin.
a. Umur > 40 tahun
b. Nullipara dan Kehamilan multipel
5. Obesitas sebelum hamil
6. Riwayat keluarga pre-eklampsia dan eklampsia
7. Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pada pre-eklampsia ringan:
a. Tekanan darah 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20
minggu
b. Tes celup urin menunjukkan proteinuria +1 atau
pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil > 300
mg/24 jam
2. Pada pre-eklampsia berat:
a. Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20
minggu
b. Tes celup urin menunjukkan proteinuria +2 atau
pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil > 5g/24
jam
c. Atau disertai keterlibatan organ lain:
• Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis
mikroangiopati
• Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran
kanan atas
• Sakit kepala, skotoma penglihatan
• Pertumbuhan janin terhambat, oligohidroamnion
• Edema paru atau gagal jantung kongestif
• Oligouria (<500cc/24 jam), kreatinin > 1.2 mg/dl
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjangyang telah dilakukan.
5. Diagnosis Kerja Pre-Eklampsia
6. Diagnosis Banding Hipertensi gestasional, Hipertensi Kronik, Hipertensi Kronik dengan
superimposed preeklampsia
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Penatalaksanaan Non Medikamentosa 1. Pre-eklampsia ringan a. Dapat di rawat jalan
dengan pengawasan dan kunjungan antenatal yang lebih sering. b.
Dianjurkan untuk banyak istirhat dengan baring atau tidur miring.
Namun tidak mutlak selalu tirah baring c. Diet dengan cukup protein
dengan rendah karbohidrat, lemak dan garam secukupnya. d.
Pemantuan fungsi ginjal, fungsi hati, dan protenuria berkala 2. Pre-
eklampsia berat Segera melakukan perencanaan untuk rujukan segera
ke Rumah Sakit dan menghindari terjadi kejang dengan pemberian
MgSO4. Medikamentosa 1. Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan
antenatal: tekanan darah, berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh,
ukuran uterus dan gerakan janin.
9. Edukasi 1. Memberikan informasi mengenai keadaan kesehatan ibu hamil
dengan tekanan darah yang tinggi.
2. Melakukan edukasi terhadapa pasien, suami dan keluarga jika
menemukan gejala atau keluhan dari ibu hamil segera
memberitahu petugas kesehatan atau langsung ke pelayanan
kesehatan
3. Sebelum pemberian MgSO4, pasien terlebih dulu diberitahu akan
mengalami rasa panas dengan pemberian obat tersebut.
4. Suami dan keluarga pasien tetap diberi motivasi untuk melakukan
pendampingan terhadap ibu hamil selama proses rujukan
10. Prognosis Prognosis pada umumnya dubia ad bonam baik bagi ibu maupun janin.
11. Tingkat Evidens I II III IV
12. Tingkat Rekomendasi ABCD
13. Telaah Klinis SMF Penyakit Kandungan
14. Indikator
15. Kepustakaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
Gejala klinis
1. Demam disertai menggigil
2. Dapat disertai demam > 38 0 C
3. Mialgia
4. Nyeri didaerah payudara
5. Sering terjadi di minggu ke–3 dan ke–4 postpartum, namun dapat
terjadi kapan saja selama menyusui
Faktor Risiko
1. Primipara
2. Stress
3. Tehnik menyusui yang tidak benar, sehingga proses pengosongan
payudara tidak terjadi dengan baik. (menyusui hanya pada satu
posisi)
4. Penghisapan bayi yang kurang kuat, dapat menyebabkan statis dan
obstruksi kelenjar payudara.
5. Pemakaian bra yang terlalu ketat
6. Bentuk mulut bayi yang abnormal (ex: cleft lip or palate), dapat
menimbulkan trauma pada puting susu.
7. Terdapat luka pada payudara.
8. Riwayat mastitis sebelumnya saat menyusui.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
2. Pemeriksaan payudara
a. Payudara membengkak
b. Lebih teraba hangat
c. Kemerahan dengan batas tegas
d. Adanya rasa nyeri
e. Unilateral
f. Dapat pula ditemukan luka pada payudara
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis klinis dapat di tegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan
fisik.
Berdasarkan tempatnya, mastitis dapat dibedakan menjadi 3 macam,
antara lain :
1. Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae.
2. Mastitis ditengah payudara yang menyebabkan abses ditempat itu.
3. Mastitis pada jaringan dibawah dorsal kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara payudara dan otot-otot dibawahnya.
5. Diagnosis Kerja Mastitis
6. Diagnosis Banding -
7. Pemeriksaan -
Penunjang
8. Penatalaksanaan Non Medikamentosa
1. Ibu sebaiknya tirah baring dan mendapat asupan cairan yang lebih
banyak
2. Sampel ASI sebaiknya dikultur dan diuji sensitivitas.
3. Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas
Medikamentosa
1. Berikan antibiotika
a. Kloksasilin 500 mg per oral per 6 jam selama 10-14 hari
b. ATAU Eritromisin 250 mg per oral 3 x 1 sehari selama10
hingga 14 hari
2. Analgetik parasetamol 3x500 mg per oral
3. Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
9. Edukasi 1. Memberikan pengetahuan akan pentingnya ASI dan mendorong
ibu untuk tetap menyusui,
2. Menyusui dapat dimulai dengan payudara yang tidak sakit.
3. Pompa payudara dapat di lakukan pada payudara yang sakit jika
belum kosong setelah bayi menyusui.
4. Ibu dapat melakukan kompres dingin untuk mengurangi bengkak
dan nyeri.
5. Ibu harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk
menghindari infeksi yang tidak diinginkan.
10. Prognosis Prognosis pada umumnya bonam.
11. Tingkat Evidens I II III IV
12. Tingkat Rekomendasi ABCD
13. Telaah Klinis SMF Penyakit Kandungan
14. Indikator
15. Kepustakaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
INVERTED NIPPLE
1. Pengertian (Definisi) Bentuk puting susu datar atau terlalu pendek akan menemui kesulitan
dalam menyusui bayi.
2. Anamnesis Keluhan
1. Kesulitan ibu untuk menyusui bayi
2. Puting susu tertarik
3. Bayi sulit untuk menyusui
3. Pemeriksaan Fisik Adanya puting susu yang datar atau tenggelam dan bayi sulit menyusui
pada ibu.
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan tidak
memerlukan pemeriksaan penunjang.
Medikamentosa
1. Memberikan tablet Parasetamol tiap 4–6 jam untuk
menghilangkan nyeri.
2. Pemberian Lanolin dan vitamin E 3. Pengobatan terhadap monilia
9. Edukasi 1. Tetap memberikan semangat pada ibu untuk tetap menyusui jika
nyeri berkurang.
2. Jika masih tetap nyeri, sebagian ASI sebaiknya diperah.
3. Tidak melakukan pembersihan puting susu dengan sabun atau zat
iritatif lainnya.
4. Menggunakan bra dengan penyangga yang baik.
5. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusui sampai ke kalang
payudara dan susukan secara bergantian di antara kedua payudara.
Gejala klinis
1. Bau
2. Gatal (pruritus)
3. Keputihan
4. Dispareunia
5. Disuria
Faktor Risiko
1. Pemakai AKDR
2. Penggunaan handuk bersamaan
3. Imunosupresi
4. Diabetes melitus
5. Perubahan hormonal (misal : kehamilan)
6. Penggunaan terapi antibiotik spektrum luas
7. Obesitas.
78. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya iritasi, eritema atau edema pada
vulva dan vagina. Mungkin serviks juga dapat tampak eritematous.
79. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang.
Vaginitis harus dicari penyebabnya, dengan menilai perbedaan tanda dan gejala dari
masing-masing penyebab, dapat pula dengan menilai secara mikroskopik cairan
vagina.