Anda di halaman 1dari 2

HALAMAN 9: PROFIL CABANG

Isi: 1 (satu) halaman dengan foto (kompleks sekolah Al-Irsyad Bandung)

Judul: BANDUNG: CABANG BARU YANG MELESAT

Dilihat dari kelahirannya, Cabang Al-Irsyad Al-Islamiyyah Kota Bandung tergolong cabang
muda, baru lahir di tahun 1985. Bandingkan dengan banyak cabang lain yang sudah lahir
sebelum Indonesia merdeka, bahkan tak lama setelah Al-Irsyad dilahirkan di Jakarta pada 1914.
Namun, dalam soal aktifitas, cabang Bandung seperti lari meninggalkan cabang-cabang lama
yang jauh lebih tua.

Eksistensi Al-Irsyad Al-Islamiyyah di Bandung diawali dengan dibentuknya Badan Koordinator


(BADKO) Pelajar Al-Irsyad Jawa Barat pada 1982. Setelah badan otonom Pelajar Al-Irsyad
dihapus di Muktamar Al-Irsyad 1985, muncullah Cabang Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Kota Bandung pada tahun itu pula, dengan dimotori oleh kaum muda (mahasiswa).

Saat awal berdirinya di tahun 1985, Al-Irsyad Bandung diketuai oleh mahasiswa, masing-masing
Afif bin Afif (1985-1988 dan 1988-1991) dan Husni Abbad (1991-1994). Keduanya mahasiswa
asal Cirebon yang kuliah di Bandung. Kemudian oleh Hasan Umar Syawie (1997-2000), Drs.
Hamid Balfas (2000-2003 & 2003-2008) dan Ir. Husein Abud Attamimi (2008-2013 & 2013 &
2018).

Di awal berdirinya sampai 1994, saat dipimpin oleh mahasiswa Irsyadi, dimana pengurus dan
anggotanya terbatas pada mahasiswa, mereka tak punya sekretariat tetap, hingga bergerak dari
satu rumah kos ke rumah kos lainnya yang menjadi sekretariat. Pada saat itu aktivitas
Perhimpunan masih sangat terbatas. Di bidang dakwah ada pengajian dan kursus bahasa Arab, di
bidang sosial ekonomi dilakukan pembagian zakat dan donor darah, dan di bidang pendidikan
berupa bimbingan tes serta penerbitan buletin Ulinuha sebagai media komunikasi antar anggota
Al-Irsyad Bandung.

Atas dukungan berbagai pihak, termasuk Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah, akhirnya Al-
Irsyad Bandung berhasil memiliki kantor sekretariat tetap pada 1997, di atas lahan seluas 1300
m2 di Jln Cikutra 205A, yang mereka beli setahun sebelumnya. Di atas tanah itu dibangun pula
empat lokal kelas untuk TK dan Madrasah Al-Qur’an dengan sistem qiroati.

Namun, meski masih muda usia dan masih sedikit asetnya, Bandung telah dipercaya untuk
menjadi penyelenggara Muktamar Al-Irsyad Al-Islamiyyah ke-37 pada 3-6 Juli 2000 yang
pembukaanya dilakukan oleh Presiden Abdurrahman Wahid di Istana Negara. Ini untuk pertama
kali dalam sejarah, Muktamar Al-Irsyad dibuka oleh kepala negara. Bagi Bandung sendiri,
penetapan sebagai tempat Muktamar ke-37 sangat monumental. “Ini kebanggaan tersendiri bagi
seluruh warga Al-Irsyad Bandung, punya arti dan makna khusus bagi gerakan Al-Irsyad di
Bandung. Dan itu tak mungkin kami lupakan,” kata Husein Abud, ketua PC Al-Irsyad Bandung.

Sejak berdirinya RQ (Raudhatul Qur’an) pada 18 Agustus 1998 dilanjutkan dengan TK Islam
Terpadu pada 16 Juli 2001 telah disambut oleh mayarakat dengan positif. Animo masyarakat
untuk mendaftarkan anaknya di perguruan Al-Irsyad sangat tinggi. Dan untuk memenuhi
tuntutan masyarakat, dibangunlah pula gedung SDIT Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang diresmikan
pada 1 Juli 2005.

Saat ini Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bandung sudah punya dua kompleks sekolah di lokasi yang
berdekatan. Untuk TK IT dan SDIT kelas 1 s/d 3 berlokasi di lahan baru di Jl. Al-Irsyad
(belakang Hotel Bumi Kitri Bandung). Sedangkan bangunan lama di Jl. Cikutra No. 205-A
ditempati untuk SDIT kelas 4 s/d 6, RQ/MQ serta Sekretariat PC Kota Bandung dan PW Jawa
Barat. Sampai tahun 2016 ini, SD IT Al-Irsyad Al-Islamiyyah Kota Bandung telah meluluskan 6
angkatan dengan jumlah lulusan 239 siswa.

Selain sekolah formal, Al-Irsyad Bandung juga saat ini mengelola pengajian tafsir Qur’an dan
hadits setiap minggu serta pendidikan tajwid dan tahfidz Qur’an bagi orang tua murid. *

Anda mungkin juga menyukai