Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Penelitian Sains Volume 15 Nomer 1(D) 15108

Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi,


Sumatera Selatan

Heron Surbakti
Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan Indonesia

Intisari: Penelitian mengenai kondisi pasang surut dan arus di muara sungai Musi telah dilakukan pada bulan Februari
2007. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasang surut dan pola arus di muara sungai Musi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe pasang surut di lokasi penelitian bersifat tunggal. Berdasarkan hasil analisis
data terlihat bahwa saat pasang, arus cenderung bergerak kearah darat (sungai) sedangkan saat surut, arus bergerak
ke arah laut (Selat Bangka). Arus di lokasi penelitian lebih didominasi oleh arus pasang surut dengan nilai besaran
rata-rata arus pasang surut adalah 19.3 cm det−1. sedangkan rata-rata kecepatan arus residu sebesar 10.1 cm det−1.
Kata kunci: pasang surut, arus, Musi, arus pasut dan arus residu.

Abstract: The research about tide and tidal current in estuary of the river Musi had been done on February 2007.
The aim of the research was to know about characteristics of tidal and current patterns in estuary of the river Musi.
The results showed that the type of tide is a diurnal tide. Based on the results of data analysis showed that offshore flow
during ebb tide and inland flow during flood tide. The current at the study area is dominated by tidal currents with an
average magnitude of the tidal currents are 19.3 cm.s−1. , while the average residual current of 10.1 cm s−1.
Keywords: tide, current, Musi, tidal current, and residu current.

E-mail: heronsurbakti@gmail.com

Januari 2012

1 PENDAHULUAN residu di perairan muara Sungai Musi.

erairan pesisir muara Sungai Musi mempunyai


P peranan yang penting sebagai jalur transportasi
umum bila ditinjau dari aktifitas ekonomi. Di sisi
2 METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei


lain, daerah muara Sungai Musi merupakan daerah 2007 berupa pengambilan data serta dilanjutkan de-
yang mengalami proses sedimentasi tinggi akibat ngan analisis data terkait dengan pasang surut, arus
bermuaranya berbagai sungai yang membawa sedi- pasut dan residual. Data fluktuasi muka laut se-
men [1] . Jika dilihat dari batimetri, perairan pesisir lama 28 hari (1-28 Februari 2007) diperoleh dari Sta-
Banyuasin memiliki kedalaman yang bervariasi. Mor- siun Pandu Tanjung Buyut (104◦ 54’56.4” BT dan
fologi perairan terutama dibentuk oleh hasil endapan 02◦ 19’15.6” LS (Gambar 1) dengan interval data se-
sedimen dari sungai dengan sebaran yang dikontrol tiap jam. Alat pengukuran pasut menggunakan tipe
oleh pasang surut dan aktifitas arus. Konfigurasi dasar perekam grafis Kempton OTT R20. Kecepatan dan
laut mempengaruhi arah dan kecepatan arus, seba- arah arus diukur pada satu titik pengukuran yang
liknya arus memiliki pengaruh yang besar terhadap sama dengan pasang surut dengan menggunakan cur-
transpor sedimen [1] . rent meter dan dilakukan secara kontinu selama 320
Arus yang terjadi di perairan laut dapat dipisahkan jam dengan interval waktu tiap jam.
menjadi arus pasut dan arus residual, dimana peran Analisis data secara umum dibagi atas beberapa
arus pasut di daerah estuari cenderung lebih dominan bagian berdasarkan jenis data yang digunakan dalam
dibandingkan dengan arus residu. Untuk mengana- perhitungan dan kajian data. Analisis data pasang su-
lisis transpor sedimen di daerah muara Sungai Musi rut dilakukan dengan menggunakan Metode Admiralty
maka dinamika wilayah perairan estuari perlu dipa- untuk memperoleh nilai konstanta harmonik pasang
hami dengan baik yaitu dengan mengkaji pola arus di surut [2] .
perairan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah Data arus pengamatan yang diperoleh dari pengu-
untuk mengkaji dinamika arus pasang surut dan arus kuran current meter merupakan arus total. Arus to-


c 2012 FMIPA Universitas Sriwijaya 15108-35
Heron/Karakteristik Pasang Surut. . . Jurnal Penelitian Sains 15 1(D) 15108

Gambar 1: Lokasi Pengambilan Data

tal merupakan penjumlahan dari arus pasut dan arus dari laut dan hulu sungai sehingga mengakibatkan ter-
non pasut. Untuk memisahkan arus pasut dan arus jadinya penumpukan massa air di estuari dan akibat-
non pasut maka dilakukan pemisahan komponen ke- nya muka air laut akan semakin cepat mengalami ke-
cepatan untuk mendapatkan komponen Timur-Barat naikan. Sedangkan pada saat surut, massa air mening-
(u) dan komponen Utara-Selatan (v). Selanjutnya di- galkan estuari menuju laut, akan tetapi massa air
lakukan analisis harmonik untuk masing-masing kom- masih masuk ke estuari dari hulu sehingga waktu yang
ponen kecepatan arus. Analisis harmonik dilakukan dibutuhkan relatif lebih lama.
dengan metode IOS method menggunakan perangkat Hasil analisis harmonik pasut dengan Metode Ad-
lunak MIKE 21 Toolbox untuk mendapatkan kom- miralty, diperoleh sembilan konstanta harmonik un-
ponen arus pasut [3] . Keluaran dari analisis har- tuk amplitudo (A) dan beda fase (g) pada perairan
monik adalah komponen harmonik, komponen kecepa- sekitar Tanjung Buyut sebagaimana disajikan pada
tan arus pasut dan komponen kecepatan arus residu. Tabel 1. Pada Tabel 1 juga disajikan hasil peramalan
Selanjutnya dilakukan visualisasi dalam bentuk stick- dari Dishidros (Dinas Hidro-Oseanografi) pada bulan
plot arus total, arus pasut dan arus non pasut (residu). dan lokasi pengamatan yang sama. Amplitudo pa-
sut K1 (komponen diurnal tides akibat pengaruh bu-
lan dan matahari) pada Tabel 4.1 lebih besar (domi-
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
nan) dibanding komponen lainnya yakni 94 cm (per-
hitungan) dan 80 cm (Dishidros) sedangkan kompo-
3.1 Pasang Surut
nen terbesar kedua adalah O1 (komponen diurnal tides
Berdasarkan hasil analisis terhadap data pasut diper- akibat pengaruh bulan) sebesar 62 cm (perhitungan)
oleh variasi kisaran tunggang pasut antara 0.46 m dan 60 cm (Dishidros).
pada saat pasang perbani (Neap Tide) hingga 3.42 Secara umum hasil yang diperoleh dari perhitungan
m saat pasang purnama (Spring Tide). Berdasarkan amplitudo dan fase lebih tinggi dibandingkan dengan
data pengamatan yang diplot dalam grafik (Gam- hasil dari Dishidros. Hal ini disebabkan oleh jumlah
bar 2) terlihat terjadinya ketidaksimetrisan pasut saat data yang digunakan untuk analisis komponen relatif
menuju pasang tertinggi dan menuju surut terendah lebih pendek dibandingkan dengan Dishidros.
(tidal asimetris), dimana waktu yang dibutuhkan dari Tipe pasut pada lokasi penelitian adalah pasang
kondisi surut terendah menuju pasang tertinggi (9- tunggal (dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan
10 jam) jauh lebih cepat dibandingkan dengan waktu satu kali surut) dengan nilai bilangan Formzahl sebe-
yang dibutuhkan dari kondisi pasang tertinggi menuju sar 3,06. Tipe pasang surut yang diperoleh ini sesuai
surut terendah (14-15 jam). Dengan perkataan lain dengan beberapa penelitian lain sebelumnya tentang
terdapat perbedaan waktu selama 5 jam dari pasang tipe pasut pada perairan Indonesia, dimana pada
tertinggi menuju surut terendah dan dari surut teren- lokasi penelitian memiliki tipe pasang surut tunggal [4]
dah menuju pasang tertinggi. [5]
. Selanjutnya dijelaskan juga bahwa pasang surut di
Ketidaksimetrisan pasut ini merupakan suatu perairan ini merupakan rambatan pasang surut dari
fenomena yang umum ditemui di daerah muara sungai, Samudera Pasifik yang bertipe ganda melalui Laut
karena pada saat pasang terjadi pemasukan massa air Cina Selatan. Perambatan ini akan melewati daerah

15108-36
Heron/Karakteristik Pasang Surut. . . Jurnal Penelitian Sains 15 1(D) 15108

Gambar 2: Grafik tidal asimetri hasil pengukuran

Tabel 1: Kadar fenol total pada ekstrak


Komponen Pasut Z0 S0 M2 S2 N2 K2 O2 M4 MS4 K2 P1
A (cm)
Admiralty - 203.5 38 13 5 94 62 2 2 3 31
∗)
Dishidros 190 - 27 13 5 80 60 - - 4 23
g (◦ )
Perhitungan - - 169 123 276 211 285 349 321 123 211
∗)
Dishidros - - 160 127 203 204 274 - - 91 206
∗)
Buku Katalog Konstanta Pasang Surut, Dishidros 2007.

dangkal sehingga sistem resonansi di perairan dangkal ran arus berbalik (slack water ). Kecepatan arus pasut
akan mempengaruhi pola pasutnya [5] . pada masing-masing arah tersebut bervariasi dari ke-
cepatan nol pada saat slack water hingga mencapai
kecepatan maksimal pada saat MSL (mean sea level )
3.2 Arus [6]
.
Hasil pengukuran arus di lapangan diperoleh kecepa- Hasil pemisahan arus pasut serta non pasut (residu)
tan arus maksimum mencapai 0.9 m/s dan kecepa- pada Gambar 4 menunjukkan bahwa pola arus pasut
tan minimum 0 m/s. Hasil pengukuran arus kontinu memiliki arah yang teratur dan sama dengan pola arus
selama 320 jam di lokasi pengamatan dapat dilihat total pengukuran (Gambar 4a). Saat kondisi pasang,
pada Gambar 1a. Nilai positif pada Gambar 3a me- arus pasut bergerak masuk ke sungai sedangkan pada
nunjukkan arah utara sedangkan nilai negatif menun- saat kondisi surut, arus pasut bergerak menuju Se-
jukkan arah selatan. Pada saat kondisi pasang, massa lat Bangka (Gambar 4b). Kondisi yang berbeda di-
air cenderung bergerak menuju barat daya (masuk ke jumpai pada arus residu dimana arus residu memiliki
sungai) sedangkan pada saat kondisi surut, massa air pola yang kurang teratur (Gambar 4c). Rata-rata ke-
bergerak ke timur laut (menuju Selat Bangka). cepatan arus pengukuran 21.4 cm det-1, arus pasut
Berdasarkan hasil pemisahan komponen arus diper- sebesar 19.3 cm det-1 sedangkan rata-rata kecepatan
oleh bahwa komponen meridional atau komponen arus residu sebesar 10.1 cm det−1 .
utara-selatan (3b) lebih dominan dari pada kompo- Hasil pengukuran lapangan dan pemisahan arus pa-
nen zonal atau komponen timur-barat (Gambar 3c). sut serta arus residu menunjukkan bahwa kecepatan
Hal ini terlihat dari kisaran nilai komponen meridio- arus pada saat pasang purnama (Gambar 5) jauh lebih
nal yang lebih besar dibandingkan dengan komponen besar dan teratur polanya, sedangkan saat pasang per-
zonal pada Gambar 3b dan 3c. Kondisi ini disebabkan bani (Gambar 6) kecepatan arus cenderung melemah
karena lokasi pengambilan data yang terletak di seki- dengan pola yang kurang teratur. Kondisi ini dise-
tar muara Sungai Musi sehingga pola arus yang ter- babkan pada saat pasang pasang purnama, gaya pem-
jadi lebih didominasi oleh pola arus yang keluar masuk bangkit pasut cenderung menguat sehingga volume
Sungai Musi. Fenomena ini menunjukkan bahwa di air yang dipindahkan melalui arus jauh lebih besar
daerah muara sungai dimana arah aliran dibatasi oleh dibandingkan dengan kondisi saat pasang perbani se-
geometri kanal, arus akan cenderung bersifat berkeba- hingga kecepatan arus akan menjadi lebih tinggi.
likan atau reversing, sehingga arah aliran bergantian Secara umum berdasarkan gambaran hasil analisis
dalam arah yang hampir berlawanan serta adanya kon- data arus terlihat bahwa pola arus di lokasi penelitian
disi dimana kecepatan arus sangat kecil pada saat ali- lebih didominasi oleh arus pasut dengan nilai besaran

15108-37
Heron/Karakteristik Pasang Surut. . . Jurnal Penelitian Sains 15 1(D) 15108

Gambar 3: Stick plot arus pengukuran dan komponennya berdasarkan kondisi pasang surut. (a) Arus total, (b)
Komponen meridional, (c) Komponen zonal, (d) Pasang surut

arus pasut yang lebih besar dibandingkan dengan arus [6] Van Rijn, L., 1990, Principles of Fluid Flow and Surface
residu. Walaupun arus residual lebih kecil daripada Waves in Rivers, Estuaries, Seas, and Oceans, Aqua
Publications, The Netherlands
arus pasut, namun arus residual memiliki peran yang [7] Yanagi, T., 1983, Generation Mechanisms of Tidal
sangat penting dalam penyebaran suatu material di Residual Circulation, J. Oceanogr. Soc. Japan, 39:
perairan estuari [7,8] . 156-166
[8] Mandang I. dan T. Yanagi, 2008, Tide and Tidal Current
in the Mahakam Estuary, East Kalimantan, Indonesia,
4 KESIMPULAN Coast. Mar. Sci., 32(1): 1-8

Tipe pasang surut di lokasi penelitian adalah bertipe


tunggal dengan nilai bilangan Formzahl sebesar 3,06.
Pola arus yang diperoleh dari hasil pengukuran me-
nunjukkan bahwa pola arus pada saat pasang, massa
air cenderung memasuki muara dan sebaliknya saat
surut massa air meninggalkan muara. Berdasarkan
hasil analisis data arus terlihat bahwa arus di lokasi
penelitian lebih didominasi oleh arus pasut dengan ni-
lai besaran rata-rata arus pasut adalah 19.3 cm det−1 .
sedangkan rata-rata kecepatan arus residu sebesar 10.1
cm det−1 .

DAFTAR PUSTAKA
[1] [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001, Coastal
Zone Area Optimalisation Desain for Development of
Brakish-water Pond, SPL-OECF, Directorate General
Fisheries, Department of Fisheries and Marine Affair,
Jakarta
[2] Ongkosongo, O.S.R. dan Suyarso, 1989, Pasang Surut,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat
Pengembangan Oseanologi, Jakarta
[3] [DHI] Danish Hydraulic Institute, 2007, Tidal Analysis
and Prediction Module, Scientific Documentation, Coastal
Hydraulics and Oceanography, DHI Software
[4] Wyrtki, K., 1961, Physical Oceanography of the Southeast
Asian Waters, Naga Report, 2:1-195
[5] Pariwono, J.I., 1989, Pasang Surut di Indonesia, di dalam:
O.S.R. Ongkosono, Suyarso, editor, Pasang Surut, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI. Jakarta

15108-38
Heron/Karakteristik Pasang Surut. . . Jurnal Penelitian Sains 15 1(D) 15108

Gambar 4: Stickplot arus total dan arus pasut berdasarkan kondisi pasang surut.(a) Arus total (b) Arus pasut (c) Arus
residu (d) Pasang surut

Gambar 5: Stickplot arus berdasarkan kondisi pasang surut saat pasang purnama(a) Arus total (b) Arus pasut (c) Arus
residu (d) Pasang surut

Gambar 6: Stickplot arus berdasarkan kondisi pasang surut saat pasang perbani(a) Arus total (b) Arus pasut (c) Arus
residu (d) Pasang surut

15108-39

Anda mungkin juga menyukai