Anda di halaman 1dari 10

SATUAN PENYULUHAN

MIKROSEFALUS PADA ANAK

Oleh:

Kelompok 3 b

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
SATUAN ACARAPENYULUHAN

PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM

Judul : Mikrosefalus
Pokok Bahasan : Mikrosefalus
Sub Pokok 1. Pengertian Mikrosefalus
Bahasan
2. Klasifikasi Mikrosefalus
3. Etiologi Mikrosefalus
4. Tanda dan Gejala Mikrosefalus
5. Pentalaksanaan Mikrosefalus
6. Pencegahan Mikrosefalus
Sasaran : Ibu dan Anak
Hari / Tanggal : Kamis, 29 Januari 2020
Waktu : 40 Menit
Tempat : Poli Anak RSUD dr. Haryoto Lumajang
Penyaji : Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Jember

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit, diharapkan ibu dapat
mengerti tentang penyakit Mikrosefalus

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit , diharapkan ibu mampu :
- Menyebutkan pengertian Mikrosefalus
- Menyebutkan klasifikasi Mikrosefalus
- Menyebutkan minimal 5 etiologi Mikrosefalus
- Menyebutkan tanda dan gejala mikrosefalus
- Menyebutkan penataksanaan Mikrosefalus
- Menyebutkan pencegahan
C. Materi
1. Menyebutkan pengertian Mikrosefalus
2. Menyebutkan klasifikasi Mikrosefalus
3. Menyebutkan etiologi Mikrosefalus
4. Menyebutkan tanda dan gejala mikrosefalus
5. Menyebutkan penataksanaan Mikrosefalus
6. Menyebutkan pencegahan Mikrosefalus

D. Media
1. LCD
2. Leaflet
3. Pantum (alat peraga)
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / Tanya Jawab

F. Kegiatan penyuluhan
No Acara Waktu Kegiatan Penyuluhan Evaluasi
1 Pembukaan 5 menit  Membuka kegiatan  Menjawab
dengan mengucapkan salam,
salam. mendengarkan
 Memperkenalkan diri. dengan seksama
 Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan.
 Menyebutkan materi
yang akan diberikan.
2 Pelaksanaan 20 menit  Menjelaskan tentang  Mendengarkan
pengertian dan
mikrosefalus memperhatikan.
 Menyebukan
klasifikasi
mikrosefalus
 Menyebutkan etiologi
mikrosefalus
 Menyebutkan tanda
dan gejala
mikrosefalus
 Menyebutkan
penataksanaan
mikrosefalus
 Meneyebutkan
pencegahan
mikrosefalus
3 Diskusi 10 menit  Memberi kesempatan  Peserta
pada peserta untuk mengajukan
mengajukan pertanyaan.
pertanyaan.  Penyaji
 Penyaji memberikan memberikan
pertanyaan kepada pertanyaan
peserta bertujuan untuk kepada peserta
mengetahui tingkat yang hadir.
pemahaman peserta.
4 Penutup 5 menit  Menyimpulkan hasil  Peserta
penyuluhan. menjawab
 Memberikan saran- salam.
saran.
 Memberikan salam dan
meminta maaf bila ada
kesasalahan.
 Mengucapkan
terimakasih atas
perhatian dan
mengucapkan salam.
G. Pengorganisasian Kegiatan
1. Moderator :
2. Penyaji : 1. Purwanti Nurfita Sari
2. Uswatun Hasanah
3. Notulen :
4. Fasilitator :
MATERI

1. Pengertian Mikrosefalus
Mikrosefalus adalah kelainan otak dengan ukuran kepala lebih kecil dari
ukuran kepala rata-rata berdasarkan umur dan jenis kelamin. Kepala
dikatakan lebih kecil jika ukuran lingkar kepala kurang dari 42 cm.
Mikrosefalus adalah kondisi yang sangat langka di mana otak tidak
tumbuh pada tingkat yang diharapkan dan fisik hasil di lingkar kepala anak
yang lebih kecil dari biasanya.

2. Klasifikasi Mikrosefalus
a. Mikrosefalus Primer (hadir sejak lahir) seringkali tidak memiliki gejala-
gejala yang terkait.
b. Mikrosefalus sekunder (berkembang kemudian) dapat memiliki berbagai
gejala tergantung pada kondisi yang menyebabkan gangguan tersebut

3. Penyebab Mikroosefalus
a. Kelainan genetik
b. Kekurangan oksigen setelah paparan kelahiran dan kehamilan
c. Narkoba dan alkohol.
d. Infeksi ibu saat hamil
e. Gangguan metabolisme, pertumbuhan gizi atau nutrisi
f. Penyakit otak yang nyuata (kondisi setelah lahir/post natal)
g. Akibat penyakit atau pengaruh sebelujm lahir (pre-natal) yang tidak
diketahui
h. Akibat kelainan kromosommal.
i. Gangguan saat kehamilan (gestational disorders)
j. Gangguan pasca psikiatrik/gangguan jiwa berat (post –psychiatrik
disorsers
k. Pengaruh lingkungan
4. Tanda dan Gejala Mikrosefalus
Kepala lebih kecil dari pada normal, sekunder akibat jaringan otak yang
tidak tumbuh. Kadang-kadang ubun-ubun besar terbuka dan kecil.
Didapatkan retardasi mental. Mungkin didapatkan pula gejala motorik berupa
diplegia spastik, hemiplegia dan sebagainya. Terlambat bicara dan kadang-
kadang didapatkan kejang. Tampilan kasus mikrosefallus yang khas adalah
tulang frontal dan fosa anterior yang kecil. Gejala yang muncul pada bayi:
a. Keterbelakangan mental
b. Tertunda fungsi motorik dan bicara
c. Kelainan wajah
d. Perawakan pendek (pendek tidak tinggi)
e. Hiperaktif
f. Kejang
g. Kesulitan bergerak dan keseimbangan tubuh
h. Kelainan neurologis

5. Penatalaksanaan Mikrosefalus
Belum ditemukan pengobatan untuk menyembuhkan mikrosefalus
sehingga ukuran kepala penderitanya bisa kembali normal. Langkah
penanganan hanya bertujuan untuk mendeterksi dini mikrosefalus, untuk
membantu perkembangan fisik dan perilaku, serta mengatasi kejang pada
bayi penderita mikrosefalus. Beberapa bentuk penanganan bagi bayi penderita
mikrosefalus adalah:
a. Ukur lingkar kepala secara rutin selama masa pertumbuhan bayi atau anak
b. Segera periksa ke tenaga kesehatan jika terdapat kelainan ukuran kepala
bayi atau anak
c. Segera ke tenaga kesehatan jika terjadi masalah pada pertumbuhan fisik
dan bicara bayi atau anak sehingga dapat diberi arahan dan penanganan
yang tepat oleh ahli spesialis.
d. Segera ketenaga keehatan jika bayi atau anak mengalami kejang dan
minum obat sesuai anjuran tenaga kesehatan untuk mengontrol gejala
kejang dan hiperaktif, serta untuk meningkatkan fungsi saraf dan otot.

6. Pencegahan Mikosefalus Selama Masa Kehamilan


Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan ibu hamil agar janin
tidak menderita mikrosefalus adalah:
a. Selalu menjaga kebersihan tangan
b. Mengonsumsi makanan sehat seperti lauk pauk, sayur, buah-buahan dan
susu, tidak mengkonsumsi makanan yang mentah, tidak memasak
makanan terlalu masak, hindari makan makanan yang instan dan
mengkonsumsi vitamin sesuai anjuran tenaga kesehatan pada masa
kehamilan.
c. Hindari virus yang dibawa oleh nyamuk yang dapat menyebabkan
mikrosefalus dengan cara melakukan 3 M + yaitu menguras tempat
penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur barang
bekas dan tidur menggunakan kelambu atau lotion anti nyamuk.
d. Hindari makanan yang banyak mengandung bahan kimia dan asap rokok
e. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol, merokok dan tidak
menggunakan narkoba selama masa kehamilan
f. Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, M. 2010. Kejadian Bayi Lahir Dengan Kelainan Kongenital.


Universitas Diponegoro Semarang

Maharani, TK. 2013, Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian


Kelainan Kongenital Sistem Urogenital pada Neonatus. FK, Undip,
Semarang.

Manuaba, I.B.G. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk


Pendidikan Bidan. Edisi 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai