Anda di halaman 1dari 1

Peresepan Puyer Pada Anak, Rasionalkah?

Oleh: Ika Puspita Sari, M.Si, PhD, Apt


Sumber: MEDISINA, Edisi 32/Vol. VIII/Oktober – Desember 2018

Abstrak

Praktek peracikan sudah dimulai sejak dahulu yang dilakukan karena tidak
tersedianya obat yang sesuai dengan penyakit pasien. Sekarang peracikan obat masih
dilakukan dengan alas an obat komersial tidak tersedia, penyesuaian dosis, meningkatkan
kepatuhan pasien dan untuk memudahkan dalam penggunaan obat. Peracikan resep masih
diijinkan sepanjang diresepkan oleh dokter yang berlisensi dan diracik oleh
apoteker/farmasis berlisensi, namun control kualitas peracikan yang masih belum
memadai sehingga memerlukan pedoman peracikan obat (personel terlatih, ruang
memadai, prosedur, peralatan yang sesuai, pelabelan yang teapt dan wadah yang sesuai).
Di Indonesia, kemampuan meracik obat bagi seorang apoteker tidak diragukan lagi,
namun, standar ruang racikan, presedur dan peralatan masih menjadi masalah. Di Negara
maju, peracikan dilakukan di dalam Laminar Air Flow Hood (LAF) dan menggunakan APD
(alat pelindung diri) serta menggunakan bahan yang disebut bulk drug substance bukan
tablet yang terdapat bahan lain yang belum diperhitungkan.
Stabilitas obat racikan berbeda dengan stabilitas obat masih dalam keadaan utuh di
dalam kemasan primernya. Tanggal kadaluarsa (expired date) menunjukan batas waktu
penggunaan obat setelah di produksi pabrik, sedangkan Beyond Use Date (BUD) adalah
batas waktu penggunaan obat setelah diracik. Racikan yang tidak mengandung air BUD
tidak lebih dari 25% waktu yang tersisa dari masing-masing obat atau 6 bulan, dipilih yang
paling singkat dan untuk racikan yang mengandung air tidak lebih dari 14 hari (suhu 15 -
25 derajat celcius).
Inkompatibilitas juga menjadi pertimbangan dalam peracikan obat, inkompatibilitas
yang dapat terjadi diantaranya perubahan fisika dan kimia pada saat obat tersebut diracik
(contoh dapat menyebabkan racikan menjadi higroskopis). Cara pembuatan pulveres/
puyer dengan menggunakan blender perluh dilakukan penelitian lebih banyak apakah
penggunaan blender untuk membuat pulveres aman bagi senyawa aktif.
Menurut 15 penelitian di puskesmas di balik papan menunjukan bahwa tidak
tercapainya keseragaman bobot dan syarat ukuran partikel/derajat halus pada 2
puskesmas begitu juga penelitian yang dilakukan di 16 apotek di depok, selain itu factor
kebersihan peralatan masih belum seragam.
Peresepan racikan pada pasien anak perlu mempertimbangkan banyak factor agar
diperoleh efek farmakologi yang diinginkan dapat optimal. Diperlukan komunikasi antara
dokter anak dengan apoteker untuk menghasilkan resep racikan yang rasional dan
terjamin.

Abstrak dibuat oleh :


Abdul Manaf, S. Farm., Apt
NIP. 198811252010011004
Tanggal 9 Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai