Anda di halaman 1dari 13

1 Artikel Penelitian

3 OBAT OFF-LABEL PADA PASIEN PEDIATRI RAWAT JALAN:


4 PENELITIAN OBSERVASI RETROSPEKTIF DI RSUD Dr. H. ABDUL
5 MOELOEK LAMPUNG
6

7 Cheri Fadilah Aulia Dera1, Nurma Suri1,2


8 1
Program Studi Farmasi Universitas Tulang Bawang, Lampung, Indonesia
9 2
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Indonesia
10

11 OFF-LABEL MEDICATION USE IN PEDIATRIC OUTPATIENTS: A RETROSPECTIVE


12 OBSERVATIONAL STUDY AT Dr. H. ABDUL MOELOEK HOSPITAL IN LAMPUNG

13

14 Cheri Fadilah Aulia Dera1, Nurma Suri1,2


15 1
Program Study of Pharmacy Tulang Bawang University, Lampung, Indonesia
16 2
Hospital Psychiatric of Lampung Province,Lampung, Indonesia
17

18

19

20 Korespondensi:
21 Cheri Fadilah Aulia Dera
22 [Afiliasi Penulis Korespondensi]
23 cherifadilah@gmail.com , 08978994161
24
25 OBAT OFF-LABEL PADA PASIEN PEDIATRI RAWAT JALAN:
26 PENELITIAN OBSERVASI RETROSPEKTIF DI RSUD Dr. H. ABDUL
27 MOELOEK LAMPUNG
28

29 Abstrak
30
31 Obat yang diresepkan untuk bayi dan anak-anak tidak tersedia dalam bentuk sediaan yang
32 dikehendaki, hal ini mengakibatkan peresepan obat off-label paling banyak terdapat pada
33 pasien pediatri. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran penggunaan obat off-
34 label di Poli Anak RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Periode Januari - Juni
35 2019. Penelitian menggunakan metode deskriptif observasional dengan pengambilan sampel
36 dilakuan secara simple random sampling dan pengumpulan data secara retrospektif. Data
37 diidentifikasi menggunakan literatur brosur obat, Pusat Informasi Obat Nasional (PIO Nas),
38 British National Formulary for Children (BNF), dan Formularium Spesialistik Ilmu
39 Kesehatan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang digolongkan berdasarkan
40 Anatomical Therapeutical Chemical (ATC). Pada penelitian diperoleh hasil penggunaan obat
41 yaitu 393 obat. Prevalensi peresepan obat off-label pada pasien pediatri dalam penelitian ini
42 terdapat 19,60% dengan peresepan obat off-label usia adalah yang terbanyak (16,29%). Obat
43 sistem kardiovaskular, seperti kaptopril, lisinopril dan ramipril, merupakan golongan obat
44 terbanyak yang diresepkan secara off-label. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu masih
45 terdapat penggunaan obat off-label pada pasien pediatri di Poli Anak RSUD Dr. H. Abdul
46 Moeloek Provinsi Lampung Periode Januari – Juni Tahun 2019.
47
48 Kata Kunci : Obat off-label, Pediatri, Rawat Jalan
49

50 OFF-LABEL MEDICATION USE IN PEDIATRIC OUTPATIENTS: A


51 RETROSPECTIVE OBSERVATIONAL STUDY AT Dr. H. ABDUL
52 MOELOEK HOSPITAL IN LAMPUNG
53 Abstract
54 Many drugs are prescribed for infants and children but are not available in desired dosage
55 form, so the off-label drug use is most prevalent in pediatric outpatients. The study aims to
56 show the prevalence of off-label drug use in pediatric outpatients at Dr. H. Abdul Moeloek
57 Lampung Hospital Period January – June 2019. This research was an observational
58 descriptive study with simple random sampling and retrospective sampling methods. Data
59 were identified using a drug brochure, Britsh National Formulary for Children (BNF), and
60 Specialist Health Science Formulary from the Indonesian Pediatrician Association (IDAI)
61 classified according to Anatomical Therapeutical Chemical (ATC). The amount of drug use
62 in this research was 393 drugs. The prevalence of off-label drug use in pediatric patients in
63 this study was 19.60% which off-label age was the highest (16.29%). Cardiovascular drugs
64 such as captopril, lisinopril and ramipril were the most often prescribed off-label drug. The
65 conclusion in this study is that there has been an off-label drug use in pediatric patients at
66 the pediatric poly Dr. H. Abdul Moeloek Lampung Hospital Period January- June 2019.
67
68 Key Word : off-label drug, outpatients, pediatric
69 Pendahuluan
70 Pada informasi pelabelan obat data khasiat dan keamanan pada populasi pasien pediatri
71 terbatas. Hal ini disebabkan uji klinik di populasi khusus, salah satunya pasien pediatri tidak
72 dilakukan dengan pertimbangan adanya risiko yang tinggi dan adanya pertimbangan etik jika
73 uji klinis menggunakan populasi tersebut sebagai sampel (1). Kondisi klinis yang berisiko
74 meningkatkan keparahan atau mengancam jiwa pasien menjadi faktor seorang tenaga medis
75 memberikan terapi diluar informasi yang ada pada label obat. Jika obat yang diberikan tidak
76 berdasarkan atas informasi pelabelan obat yang ditetapkan oleh lembaga berwenang
77 didefinisikan sebagai obat off-label (2).
78 Penggunaan obat off-label melibatkan resep obat yang diberikan untuk indikasi,
79 penggunaan dosis atau bentuk sediaan obat yang belum disetujui oleh lembaga berwenang (1)
80 (2). Pustaka lain membagi kategori penggunaan off-label dengan kategori berbeda, yaitu
81 pemberian obat untuk usia, dosis, rute, dan indikasi yang berbeda dengan rekomendasi yang
82 tercantum dilabel sesuai dengan persetujuan yang diberikan oleh lembaga berwenang (3).
83 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah lembaga yang berwenang memberikan
84 izin di Indonesia.
85 Data memperlihatkan adanya peningkatan efek samping obat 2,53%-19,9% pada
86 penggunaan obat off-label pada pasien pediatri yang tidak merujuk kepada informasi pada
87 label izin edar yang diberikan oleh pihak berwenang (3). Penelitian prospektif di India dan
88 UK memberikan hasil adanya peningkatan efek samping pada peresepan obat off-label (6)
89 (7). Pada pasien pediatri di rumah sakit tersier di UK¸ khususnya pada pasien onkologi, efek
90 samping meningkat pada penggunaan obat off-label (8). Pada pasien pediatri di ruang ICU di
91 Rumah Sakit USA yang memperoleh terapi fentanyl secara off-label mengalami peningkatan
92 frekuensi terjadinya penekanan sistem pernafasan (9). Hal ini memperlihatkan, penggunaan
93 terapi yang tidak berdasarkan bukti-bukti ilmiah memberikan risiko yang tinggi untuk
94 timbulnya reaksi obat yang tidak diharapkan (6)(7)(8). Namun, pemberian obat off-label
95 bukan berarti tidak diperbolehkan (2).
96 Obat off-label dapat diresepkan jika terdapat bukti efektivitas yang setara dengan tetap
97 memperhatikan faktor keamanan serta adanya rasio biaya-manfaat lebih besar kepada
98 manfaat yang dihasilkan (10)(11). Evaluasi pada penggunaan obat off-label pada kelompok
99 pasien pediatri perlu dilakukan, terutama penggunaan yang telah dilakukan dalam jangka
100 panjang. Hasil evaluasi penggunaan obat tersebut merupakan salah satu pendekatan ilmiah
101 untuk dijadikan rujukkan saat obat off-label dipilih untuk digunakan dalam terapi (11)(12).
102 Selain itu, informasi terkait evaluasi penggunaan obat off-label menjadi bahan rujukan untuk
103 penelitian lebih lanjut terkait manfaat dan keamanan obat dan bahan rujukan dalam
104 pembuatan kebijakan oleh lembaga berwenang (2).
105 Penelitian sistematik review yang dilakukan terkait penggunaan obat off-label di
106 Indonesia, yaitu di Jakarta, Bandung, Sleman, Mataram dan Banjarmasin memperlihatkan
107 hasil bahwa peresepan obat off-label umum diberikan pada pasien pediatri(13). Persentase
108 peresepan obat off-label di Indonesia berada dalam rentang 32,6-89,9%. Pseudoefedrine
109 hidroklorida dan triamsinolon asetonid merupakan obat yang banyak diresepkan secara off-
110 label (13). Penelitian terkait penggunaan obat off-label pada pasien pediatri di Provinsi
111 Lampung belum dilakukan hingga saat ini. Gambaran penggunaan obat Off-Label pada
112 pasien Pediatri di Provinsi Lampung perlu dilakukan sebagai informasi, evaluasi dan bahan
113 masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien pediatri.
114
115 Metode
116 Penelitian dilakukan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada bulan
117 Oktober 2019. Penelitian merupakan penelitian deskriptif observasional menggunakan
118 metode retrospektif menggunakan rekam medis dan resep periode Januari – Juni tahun 2019.
119 Perhitungan data untuk jumlah sampel minimal dihitung dengan tingkat kesalahan yang
120 dikehendaki 0,1 menggunakan rumus slovin. Sampel dipilih secara simple random sampling
121 setelah memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien usia 1 bulan sampai 12 tahun dengan atau
122 tanpa penyakit komplikasi dan pasien memperoleh terapi obat, sedangkan kriteria eksklusi
123 adalah rekam medik pasien yang tidak lengkap.
124 Data yang diperoleh diidentifikasi berdasarkan penggolongan obat menggunakan literatur
125 PIO Nas, Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia
126 (IDAI), FDA (Food Drug Administration), BNF (British National Formulary) for Children.
127 ATC (The Anatomical Therapeutic Chemical). Data dianalisis untuk mendapatkan data
128 terkait pola pengguunaan obat, karakteristik pasien yang memperoleh obat off-label,
129 persentase kejadian penggunaan obat off-label serta jenis obat yang digunakan secara off-
130 label. Izin etik penelitian diperoleh dari dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Universitas
131 Malahayati dengan kelaikan etik (Ethical Clearence) No. 577/EC/KEP-UNMAL/X/2019
132
133 Hasil
134 Subjek Penelitian
135 Populasi penelitian sebanyak 940 pasien anak dengan rentang usia 1 bulan - 12 tahun.
136 Pada penelitian, terdapat 280 sampel yang masuk ke dalam kriteria inklusi dan 160 sampel
137 dieksklusi disebabkan tidak mendapat terapi obat dan rekam medik yang tidak lengkap,
138 sehingga diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 120 sampel.
139
140 Karakteristik Data Pasien
141 Berdasarkan tabel 1 diperoleh jumlah pasien laki-laki sebanyak 56% dan pasien
142 perempuan sebanyak 44%. Pada karakteristik usia, pasien dengan rentang usia 6 - 12 tahun
143 memiliki jumlah yang paling tinggi yaitu sebanyak 42%, diikuti dengan rentang usia 2 – 6
144 tahun sebanyak 35% dan rentang usia 1 bulan – 2 tahun sebanyak 23%. Diagnosa terbanyak
145 adalah SNRS sebanyak 20% (24 kasus), epilepsi sebanyak 12,5% (15 kasus), anemia
146 sebanyak 8,33% (10 kasus), hipertiroid sebanyak 6,67% (8 kasus), dan ASD dan ISPA
147 sebanyak 5,85% (masing-masing 7 kasus).
148
149 Pola Penggunaan Obat
150 Berdasarkan hasil penelitian terdapat 393 jenis obat yang diresepkan. Merujuk pada sistem
151 klasifikasi ATC, jenis obat diklasifikasikan kedalam 12 golongan. Klasifikasi obat dapat
152 dilihat pada gambar 1. Penggunaan obat golongan analgesik antipiretik merupakan obat yang
153 paling banyak digunakan yaitu sebanyak 17,05%. Antipiretik yang digunakan yaitu
154 parasetamol dan ibuprofen. Penggunaan obat golongan sistem kardiovaskuler dan sistem
155 pernafasan menempati urutan kedua dan ketiga, yaitu berturut-turut sebanyak 16,29% dan
156 14%.
157
158 Persentase Penggunaan Obat Off-Label
159 Berdasarkan hasil analisis diperoleh jumlah penggunaan obat off-label sebesar 19,60% dan
160 obat on-label sebesar 80,40% (Tabel 2). Persentase penggunaan obat off-label usia
161 merupakan persentase terbanyak, yaitu 16,29% (64 kasus), diikuti dengan off-label indikasi
162 sebanyak 2,81% (11 kasus) dan off-label dosis sebanyak 0,5% (2 kasus). Pada penelitian ini
163 tidak ditemukan penggunaan obat off-label rute pemberian.
164 Merujuk kepada kategori obat berdasarkan ATC yang dikeluarkan WHO, kelompok obat
165 yang banyak digunakan secara off-label adalah obat golongan sistem kardiovaskular
166 sebanyak 54,54% (42 kasus), obat sistem pernafasan sebanyak 36,36% (28 kasus) dan obat
167 sistem pencernaan dan metabolism sebanyak 9,09% (7 kasus). Obat terbanyak yang
168 digunakan secara off-label adalah obat kaptopril sebanyak 28 kasus, salbutamol sebanyak 18
169 kasus dan lisinopril sebanyak 11 kasus.
170
171 Pembahasan
172 Persentase penggunaan obat off-label pada hasil penelitian ini ada 19,60% dengan
173 penggunaan off-label usia merupakan penggunaan terbanyak, yaitu 16,29%. Berdasarkan
174 kepada sistem klasifikasi ATC, obat golongan sistem kardiovaskular yaitu kaptopril,
175 lisinopril dan ramipril adalah golongan obat yang banyak diresepkan secara off-label. Obat
176 golongan sistem pernafasan, yaitu salbutamol, deksametason dan setirizin serta obat saluran
177 pencernaan dan metabolisme, yaitu omeprazole dan domperidone juga diresepkan secara off-
178 label pada penelitian ini.
179 Penggunaan obat off-label pada penelitian ini termasuk rendah jika dibandingkan dengan
180 penggunaan obat off-label di daerah Indonesia lainnya dan termasuk tinggi jika dibandingkan
181 dengan penggunaan pada negara lain. Hasil literature review menggunakan sampel 31
182 penelitian di Asia, Australia, Eropa dan Amerika dalam rentang tahun 2007-2017
183 memperlihatkan penggunaan obat off-label pada pasien pediatri berada pada rentang 3,2-
184 59%, dengan penggunaan terbanyak pada pasien neonatal (14). Penggunaan obat off-label di
185 India berada diatas rentang yang ada, yaitu mencapai 70% dengan penggunaan obat off-label
186 terbanyak adalah obat sistem pernafasan. Pada penelitian sistematik riview yang difokuskan
187 di Indonesia, penggunaan obat off-label pada pasien pediatri memperlihatkan hasil
188 penggunaan obat off-label berada dalam rentang 32,6-89,9% dengan peresepan obat off-label
189 terbanyak di Sleman sebesar 89,9% (13).
190 Peresepan obat off-label bukan sesuatu yang ilegal, namun tidak selalu dapat dibenarkan.
191 Keterbatasan data terkait dosis, efikasi dan keamanan obat pada kelompok usia anak menjadi
192 alasan terbesar penggunaan obat off-label dalam pemberian pelayanan kesehatan. Faktor yang
193 dikhawatirkan dalam penggunaan obat off-label adalah timbulnya efek samping. Beberapa
194 penggunaan obat off-label memperlihatkan timbulnya efek samping yang tidak diharapkan,
195 seperti demam, diare dan ruam (13). Penggunaan obat off-label yang tinggi menjadi suatu
196 yang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehubungan dengan tingkat keamanan dan
197 efektifitas pemilihan obat sehingga dapat menjamin keamanan pasien (ensuring patient
198 safety). Evaluasi tekait penggunaan jenis obat off-label dapat dijadikan sumber data spesifik
199 untuk dijadikan sumber informasi penggunaaan terapi berdasarkan bukti.
200 Kaptopril merupakan salah satu obat yang banyak diresepkan secara off-labe pada
201 kategori usia. Kaptopril merupakan obat antihipertensi golongan Angiostensin Converting
202 Enzyme (ACE) Inhibitors yang bekerja dengan cara menghambat konversi angiotensin I
203 menjadi angiotensin II (15). Keamanan dan efektivitas penggunaan kaptopril pada anak-anak
204 tidak tertera pada label obat. Beberapa uji coba telah menunjukkan adanya kemanjuran klinis
205 (16). Hal ini sejalan dengan sebuah studi uji klinis prospektif terhadap 73 anak yang diobati
206 dengan kaptopril menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah yang signifikan (17).
207 Lisinopril disetujui untuk hipertensi pada pasien pediatri oleh FDA pada tahun 2003.
208 Lisinopril aman dan ditoleransi dengan baik dalam empat minggu percobaan tanpa efek
209 samping yang serius (16). Keamanan dan efektivitas penggunaan lisinopril hingga saat ini
210 pada anak-anak tidak tertera pada label obat. Penggunaan obat off-label usia lainnya yaitu
211 ramipril, sebuah studi menyatakan bahwa belum adanya data mengenai kemanjuran yang
212 dipublikasikan untuk ramipril (18).
213 Dalam penelitian ini, deksametason digunakan pada anak usia satu tahun. Pada anak,
214 penggunaan kortikosteroid dapat menghambat pertumbuhan dan dapat mempengaruhi
215 pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan dosis
216 efektif terendah. Pemberian berselang sehari dapat membatasi efek penurunan perkembangan
217 anak (15).
218 Menurut informasi resmi obat atau brosur obat, penggunaan setirizine terbatas pada anak
219 usia 12 tahun. Berdasarkan BNFC, penggunaan setirizine tidak dilisensikan pada anak usia
220 kurang dari 2 tahun (20). Jika merujuk kepada IONI, penggunaan pada anak dibawah 2 tahun
221 tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter (22). Setirizine diindikasikan untuk mengobati
222 rinitis alergi, obat ini direkomendasikan untuk anak-anak dengan ekstrapolasi dari data
223 farmakologis dan klinis pada orang dewasa. Penyerapan, distribusi dan metabolisme pada
224 anak-anak berbeda dari orang dewasa. Perbedaan terkait usia pada anak-anak ada dalam
225 kemampuan untuk memetabolisme, menyerap, mengeluarkan dan mengubah obat-obatan,
226 oleh karena itu kemanjuran dan keamanan dapat berpengaruh (23). Sebuah studi menyatakan
227 bahwa penggunaan setirizine efektif pada anak-anak dengan penyakit alergi (24).
228 Golongan obat sistem pencernaan dan metabolisme jarang digunakan secara off-label,
229 pada penelitian ini omeprazole, domperidone dan asam ursodeoksikolat digunakan secara off-
230 label. Omeprazol merupakan obat golongan penghambat pompa proton yang berfungsi untuk
231 pengobatan jangka pendek tukak lambung (15). Menurut infomasi resmi obat, belum ada
232 pengalaman pemakaian omeprazol pada anak-anak. Namun hanya omeprazol yang dapat
233 digunakan pada anak untuk pengobatan gastroesophageal reflux  disease (GERD). Sebuah
234 studi menyatakan dari lima proton pump inhibitors (PPI) di Eropa, hanya satu, omeprazol
235 yang memiliki indikasi untuk pasien pediatri yang menunjukkan tingkat bukti klinis yang
236 memuaskan untuk penggunaan pada anak dengan rentang usia yang tidak tercakup dalam
237 indikasinya (25).
238 Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa obat sistem pernafasan yaitu salbutamol dan
239 deksametasone adalah obat yang sering digunakan secara off-label(6)(19)(14). Setirizin
240 adalah jenis obat sistem pernafasan lainnya yang digunakan secara off-label dalam penelitian
241 ini. Salbutamol merupakan obat golongan agonis β2 yang berfungsi untuk mengatasi asma.
242 Salbutamol tidak dilisensikan untuk digunakan pada anak dengan usia dibawah 2 tahun
243 secara oral (20). Hal ini dikarenakan penggunaan salbutamol pada anak kurang dari 2 tahun
244 belum diketahui keamanannya. Penggunaan salbutamol paling efektif digunakan dengan cara
245 inhalasi, karena pemberian secara inhalasi memiliki efek lebih cepat dan dosis yang
246 diperlukan juga lebih rendah daripada pemberian secara oral (15).
247 Salbutamol merupakan obat golongan agonis β2 yang berfungsi untuk mengatasi asma
248 (20). Pada penelitian ini salbutamol bukan digunakan untuk pengobatan asma, akan tetapi
249 ditujukan untuk gangguan pernafasan tanpa gejala sesak. Sebuah studi melakukan uji klinis
250 prospektif secara acak terkontrol double-blind untuk membandingkan salbutamol oral untuk
251 mengobati batuk akut pada orang dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
252 perbedaan signifikan antara subyek dengan skor keparahan batuk. Terdapat efek yang muncul
253 secara signifikan pada subyek yaitu “kegoyahan” dan “kegugupan” yang dilaporkan oleh
254 subyek (21).
255 Domperidon bekerja pada chemoreseptor trigger zone, obat ini digunakan untuk
256 menghilangkan mual dan muntah akut pada orang dewasa, terutama yang disebabkan oleh
257 terapi sitotoksik. Penggunaan domperidon pada anak terbatas pada mual dan muntah akibat
258 sitotoksik atau radioterapi (15). Pada penelitian ini domperidon digunakan untuk mual
259 muntah karena demam. Sebuah studi acak double-blind melakukan uji coba keamanan dan
260 kemanjuran domperidon pada anak. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pemberian
261 domperidon dengan dosis rendah (0,25 mg/kg hingga dosis maksimum 10 mg) pada pasien
262 anak dengan mual/muntah dan dehidrasi tidak membuat lebih banyak anak bebas muntah
263 (26).
264 Pada kategori off-label dosis, peresepan obat Asam Ursodeoksikolat diresepkan secara
265 off-label. bekerja untuk mengurangi penjenuhan kolesterol empedu dengan cara mengurangi
266 sekresi kolesterol dan meningkatkan sekresi asam empedu. Aturan pakai obat ini adalah 8-10
267 mg/kg bobot badan perhari dalam 2 atau 3 dosis terbagi (15). Sebuah studi menyatakan
268 bahwa asam ursodeoksikolat efektif untuk digunakan pada bayi dan anak-anak dalam
269 meningkatkan aliran empedu. Dosis yang direkomendasikan untuk bayi dan anak-anak
270 berdasarkan uji klinis adalah 5 hingga 30 mg/kg/hari, diberikan dalam dua atau tiga dosis
271 terbagi (27). Namun dalam penelitian ini penggunaan obat asam ursodeoksikolat diberikan
272 sebanyak 2 kali sehari dengan dosis 250 mg yang berarti dalam sehari pasien tersebut
273 mengkonsumsi 500 mg.
274 Obat off-label tidak terbatas hanya terkait dengan ketidaktepatan tenaga medis dalam
275 memberikan terapi, namun juga keterlibatan beberapa elemen didalamnya. Penelitian lebih
276 lanjut dengan menspesifikkan pada tiap jenis obat off-label sangat diperlukan sebagai sumber
277 data utama. Data yang ada untuk tiap obat dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pihak
278 industri farmasi untuk dapat dicantumkan pada label obat. Pemerintah memiliki peran dalam
279 pengembangan regulasi sehubungan dengan ketercukupan informasi obat untuk penggunaan
280 pada pediatri.
281
282 Keterbatasan Penelitian
283 Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan secara retrospektif sehingga adanya
284 keterbatasan dalam mengakses data. Selain itu, tidak adanya diskusi lebih lanjut bersama
285 dokter menyebabkan tidak diketahuinya pertimbangan dalam penggunaan obat off-label.
286
287 Simpulan
288 Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa persentase obat yang digunakan
289 off-label pada pasien pediatri adalah 19,60% yang terdiri dari off-label usia sebesar 16,29%,
290 off-label indikasi 2,81%, off-label dosis 0,50%. Obat golongan sistem kardiovaskular adalah
291 golongan obat yang banyak diresepkan secara off-label.
292
293 Ucapan Terima Kasih
294 Ucapan terimakasih disampaikan kepada Universitas Tulang Bawang Lampung dan Rumah
295 Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
296
297 Pendanaan (Wajib)
298 Penelitian ini tidak didanai oleh sumber hibah manapun
299
300 Konflik Kepentingan (Wajib)
301 Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat potensi konflik kepentimgan dengan penelitian,
302 kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel ini
303
304 Daftar Pustaka
305 1. Kemenkes. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1120 Tahun 2008 Tentang Registrasi
306 Obat. Jakarta: Menteri Kesehatan; 2008.
307 2. Christopher M.Wittich., Chirtopher M. Burkle. WLL. Ten Common Questions (and
308 Their Answers) About Off-label Drug Use. Mavo Clin Pro [Internet]. 2012;10:982–90.
309 Available from:
310 https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0025619612006830
311 3. Mason J, Pirmohamed M, Nunn T. Off-label and unlicensed medicine use and adverse
312 drug reactions in children: A narrative review of the literature. Eur J Clin Pharmacol.
313 2012;68(1):21–8.
314 4. Fernandez E, Perez R, Hernandez A, Tejada P, Arteta M, Ramos JT. Factors and
315 mechanisms for pharmacokinetic differences between pediatrie population and adults.
316 Pharmaceutics. 2011;3(1):53–72.
317 5. Ivanovska V, Rademaker CMA, Van Dijk L, Mantel-Teeuwisse AK. Pediatric drug
318 formulations: A review of challenges and progress. Pediatrics. 2014;134(2):361–72.
319 6. Saiyed MM, Lalwani T, Rana D. Is off-label use a risk factor for adverse drug
320 reactions in pediatric patients? A prospective study in an Indian tertiary care hospital.
321 Int J Risk Saf Med. 2015;27(1):45–53.
322 7. Parker AM, Lord RK, Needham DM. Adverse drug reactions and off-label and
323 unlicensed medicines in children: a nested case-control study of inpatients in a
324 pediatric hospital. BMC Med [Internet]. 2013;11(1):1. Available from: BMC Medicine
325 8. Bellis JR, Kirkham JJ, Nunn AJ, Pirmohamed M. Adverse drug reactions and off-label
326 and unlicensed medicines in children: A prospective cohort study of unplanned
327 admissions to a paediatric hospital. Br J Clin Pharmacol. 2014;77(3):545–53.
328 9. A. K, Gerold T. Wharton, Debbie Avant. Serious Adverse Events Associated with Off-
329 Label Use of Azithromycin or Fentanyl in Children in Intensive Care Units: A
330 Retrospective Chart Review. Physiol Behav. 2016;176(1):100–106.
331 10. Larissa S, Borges RN, Rodrigues EM, Pessoa CV, Bruna K, Torres N. Review Article
332 Off Label Use of Drug in Pediatrics : A Systematic Review. J Chem Pharm Res.
333 2018;10(1):180–4.
334 11. Andrade SRA, Santos PAN de M, Andrade PHS, da Silva WB. Unlicensed and off-
335 label prescription of drugs to children in primary health care: A systematic review. J
336 Evid Based Med. 2020;13(4):292–300.
337 12. Hafeez M, Bukhari NI, Abbas N, Hussain K, Hussain A, Saleem Z. Use of off-label
338 and unlicensed drugs in pediatric patients: A longitudinal prevalence survey from
339 Lahore, Pakistan. Trop J Pharm Res. 2019;18(10):2197–201.
340 13. Ilma DL, Endriastuti NE. Off-Label Pediatric Drug Use In Indonesia: A Systematic
341 Review. Unimma J. 2020;6(1):39–50.
342 14. Allen HC, Garbe MC, Lees J, Aziz N, Miller JL, Johnson P, et al. Off-Label
343 Medication use in Children, More Common than We Think: A Systematic Review of
344 the Literature. Int J Pediatr. 2019;111(8):776–83.
345 15. Badan POM RI. Pusat Informasi Nasional [Internet]. 2019 [cited 2019 Jul 5].
346 Available from: http://pionas.pom.go.id/
347 16. Chu PY, Campbell MJ, Miller SG, Hill KD. Anti-hypertensive drugs in children and
348 adolescents. World J Cardiol. 2014;6(5):234.
349 17. Snauwaert E, Vande Walle J, De Bruyne P. Therapeutic efficacy and safety of ACE
350 inhibitors in the hypertensive paediatric population: A review. Arch Dis Child.
351 2017;102(1):63–71.
352 18. Flynn JT. Management of hypertension in the young: Role of antihypertensive
353 medications. J Cardiovasc Pharmacol. 2011;58(2):111–20.
354 19. Pandolfini C, Bonati M. A literature review on off-label drug use in children. Eur J
355 Pediatr. 2005;164(9):552–8.
356 20. Hima Bhatt JV. British National Formulary for Children 2017-2018. In 2018.
357 21. Setyaningrum N, Khamsani H, Mulyawati R. Off-Label Drugs in Children in Private
358 Primary Clinic Outpatient Services in Sleman Yogyakarta Regency. JSFK (Jurnal
359 Sains Farm Klin. 2019;6(1):37–45.
360 22. BPOM. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Dra. Tri Asti Isnariani, Apt. MP, Dra.
361 Moriana Hutabarat A, editors. Jakarta: Sagung Seto; 2017. 1502 p.
362 23. Pampura AN, Papadopoulos NG, Špičák V, Kurzawa R. Evidence for clinical safety,
363 efficacy, and parent and physician perceptions of levocetirizine for the treatment of
364 children with allergic disease. Int Arch Allergy Immunol. 2011;155(4):367–78.
365 24. Parisi GF, Leonardi S, Ciprandi G, Corsico A, Licari A, Miraglia Del Giudice M, et al.
366 Cetirizine use in childhood: An update of a friendly 30-year drug. Clin Mol Allergy.
367 2020;18(1):1–6.
368 25. Blank ML, Parkin L. National Study of Off-label Proton Pump Inhibitor Use among
369 New Zealand Infants in the First Year of Life (2005-2012). J Pediatr Gastroenterol
370 Nutr. 2017;65(2):179–84.
371 26. Leitz G, Hu P, Appiani C, Li Q, Mitha E, Garces-Sanchez M, et al. Safety and
372 Efficacy of Low-dose Domperidone for Treating Nausea and Vomiting Due to Acute
373 Gastroenteritis in Children. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2019;69(4):425–30.
374 27. Buck ML, Pharm D. A Monthly Newsletter for Health Care Professionals from
375 theBuck, M. L., & Pharm, D. (2010). A Monthly Newsletter for Health Care
376 Professionals from the, 16(8), 2–5. Pediatr Pharmacother. 2010;16(8):2–5.
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397 Tabel 1. Karakteristik Pasien
No. Karakteristik Jumlah Pasien Persentase (%)
n = 120
1. Jenis Kelamin :
- Laki-laki 67 56 %
- Perempuan 53 44 %
2. Usia :
- 1 bulan – 2 tahun 28 23 %
- 2 – 6 tahun 42 35 %
- 6 – 12 tahun 50 42 %
3 Diagnosa Utama
- SNRS (Sindrom Nefrotik Resisten Steroid) 24 20 %
- Epilepsi 15 12,5 %
- Anemia 10 8,33 %
- Hipertiroid 8 6,67 %
- ASD (Autism Spectrum Disorder) 7 5,83 %
- ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) 7 5,83 %
- RHD (Rheumatic Heart Disease) 5 4,17 %
- CHD (Congenital Heart Disease) 5 4,17 %
- Broncopheumonia 4 3,33 %
- VSD (Ventricular Septal Defect) 4 3, 33 %
- Kejang demam 3 2,5 %
- PDA (Patent Ductus Arteriosus) 3 2,5 %
- Thalasemia 3 2,5 %
- Tuberculosis 3 2,5 %
- Fibris 2 1,67 %
- Hemofilia 2 1,67 %
- SN (Syndrome Nefrotic) 2 1,67 %
- AIHA (Autoimmune Anemia Hemolytic) 1 1,67 %
- Asma 1 0,83 %
- CP (Cerebral Palsy) 1 0,83 %
- CPA (Tumor Cerebellopontine Angle) 1 0,83 %
- Hepatitis B 1 0,83 %
- AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 1 0,83 %
- ISK(Infeksi Saluran Kemih) 1 0,83 %
- TEGT 1 0,83 %
- Rheumatoid Artritis 1 0,83 %
- Rhinits Alegri 1 0,83 %
- RTA (Renal Tubular Acidosis) 1 0,83 %
- SLE (Systemic Lupus Erythemathosus) 1 0,83 %
- TGA (Transposition of the Great Arteries) 1 0,83 %
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408 Tabel 2. Kategori Penggunaan Obat Off-label
Kategori Jumlah
Persentase
off-label Kejadian
Usia 64 16, 29 %
Indikasi 11 2,81 %
Dosis 2 0,50 %
Rute Pemberian 0 0
Total 77 19,60 %
409
410 Tabel 3. Penggunaan Obat Off-label Usia
Obat Penggunaan Resmi Penggunaan obat off-label Jumlah
Merujuk pada Brosur Obat Merujuk Pada Hasil Penelitian Kejadian
Digunakan pada anak usia 1 28
Penggunaan terbatas untuk bulan, 3 bulan, 5 bulan, 6 bulan, 7
Kaptopril pasien dewasa bulan, 9 bulan, 1 tahun, 2 tahun,
5 tahun, 7 tahun, 8 tahun, 9 tahun,
10 tahun, 12 tahun
Digunakan pada anak usia 3
Penggunaan terbatas untuk
Lisinopril tahun, 6 tahun, 10 tahun, 11 11
pasien dewasa
tahun, 12 tahun

Penggunaan terbatas untuk Digunakan pada anak usia 1


Salbutamol 10
anak usia kurang 2 tahun bulan, 5 bulan, 7 bulan, 1 tahun

Digunakan pada anak usia 1


Penggunaan terbatas untuk
Setirizin bulan, 5 bulan, 7 bulan, 1 tahun, 2 8
anak usia 12 tahun ke atas
tahun

Penggunaan terbatas untuk Digunakan pada anak usia 2 dan


Ramipril 3
pasien dewasa 4 tahun

Penggunaan terbatas untuk


Deksametason Digunakan pada anak usia 1 tahun 2
anak usia di bawah 6 tahun

Penggunaan terbatas untuk Digunakan pada anak usia 9 tahun


Omeprazol 2
pasien dewasa dan 12 tahun

Total 64
411
412 Tabel 4. Penggunaan obat off-label indikasi
Obat Penggunaan Resmi Penggunaan obat off-label Jumlah
Merujuk pada Brosur Obat Merujuk Pada Hasil Penelitian Kejadian
Salbutamol (ISPA, Asma bronkial, bronkitis Digunakan untuk gangguan 8
ASD, TEGT, Rhenitis kronis dan emfisema pernafasan tanpa gejala sesak
pada pasien dengan diagnosa
alergi, VSD, Kejang ISPA, ASD, TEGT, Rhenitis
demam, PDA, alergi, VSD, Kejang demam dan
PDA)
Domperidon Terbatas pada mual muntah Digunakan untuk mual muntah 3
akibat kemoterapi dan pada pasien dengan diagnosa
radioterapi Thalasemia. Anemia dan
Hipertiroid dengan gejala
tambahan GEA dan Fibris
Total 11
413
414
415 Tabel 5. Penggunaan obat off-label dosis
Obat Penggunaan Resmi Penggunaan obat off-label Jumlah
Merujuk pada Brosur Obat Merujuk Pada Hasil Penelitian Kejadian
Asam Ursodeoksikolat 8 – 10 mg 500 mg 2
Total 2
416

Analgesik, Antipiretik, dan AINS 17.05


Sistem Kardiovaskuler 16.29
Sistem Pernafasan 14
Hormon Sistemik 12.21
Antibakteri, Antivirus, dan Antifungi 10.69
Larutan Elektrolit dan Nutrisi 8.65
Darah dan Organ Pembentuk Darah 6.61
Saluran Pencernaan dan Metabolisme 4.32
Vitamin 4.07
Sistem Syaraf 3.32
Dermatologis 2.54
Sistem Muskuloskeletal 0.25
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Persentase
417
418 Gambar 1. Profil Penggunaan Obat di Poli Anak RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Berdasarkan
419 Klasifikasi ATC dari WHO

Anda mungkin juga menyukai