Oleh :
STEM Akamigas
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya, sehingga KKW yang berjudul “Proses Condensat Handling Unit
(CHU) di PT PERTAMINA EP Asset 4 CPP Gundih” pada tanggal 2 Oktober
2015 sampai 14 November 2015 dapat penulis selesaikan dengan baik.
Kertas kerja wajib ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan program
diploma I STEM Akamigas Cepu. Kertas Kerja Wajib ini dapat juga diselesaik a n
berkat dorongan dan saran, serta bantuan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penyusun mengucapka n
terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. R.Y. Perry Burhan, M.Sc. selaku Ketua STEM Akamigas
2. Bapak Zami Furqon, S.T., M.T. selaku ketua Konsentrasi Gas Processing
3. Ibu Dr. Dra. Puspa Ratu M.T. selaku dosen pembimbing KKW
4. Bapak Cahyo Basuki selaku penanggung jawab selama OJT di PT Pertamina
EP Asset 4 CPP Gundih
5. Bapak dan Ibu Dosen STEM Akamigas Cepu
6. Bapak Suwanto dan Bapak Izzudin Mahmud selaku pembimbing sekaligus
orang tua pengganti dari Pertamina Corporate University selama
melaksanakan pendidikan
7. Karyawan PT Titis Sampurna selaku O & M di PT Pertamina EP Asset 4 CPP
Gundih yang telah membantu dan memberikan fasilitas sehingga program OJT
serta penyusunan KKW dapat terselesaikan
8. Kedua Orang Tua yang selama ini memberikan dorongan dan bantuan kepada
penulis
9. Seluruh teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat
Penulisan Kertas Kerja Wajib ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan
demi penulisan Kertas Kerja Wajib yang lebih baik kedepannya. Semoga penulis a n
Kertas Kerja Wajib ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca pada
umumnya.
Kus Junianto
NIM. 14124052
INTISARI
Condensate Handling Unit (CHU) adalah salah satu unit yang terdapat di
PT Pertamina EP Asset 4 CPP Gundih, fungsi dari Condensate Handling Unit
(CHU) adalah untuk memproses kondensat agar memenuhi persyaratan produk
yang sudah diharapkan. Proses condensate handling unit (CHU) menggunakan 4
peralatan utama yaitu : Condensate Stabillizer, Re-boiled Condensate Drum,
Condensate Stripping Column, dimana fungsi dari masing- masing unit adalah
sebagai berikut : Condensate Stabillizer yang berfungsi untuk menstabilk a n
kondensat dari fraksi-fraksi ringan yang terikut dalam kondensat, Re-boiled
Condensate Drum sebagai tempat pemanasan kondensat agar fraksi-fraksi ringan
tersebut dapat menguap, dan Condensate Stripping Column untuk melakuka n
penyempuranaan dengan melucuti fraksi ringan yang terikut menggunakan media
fuel gas yang telah dipanaskan pada Re-boiled Condensate Drum, sehingga produk
yang dikehendaki berkualitas dengan baik, peralatan utama ini bekerja pada
tekanan diatas atmosfir, sehingga proses destilasi yang terjadi di kolom tersebut
adalah proses destilasi bertekanan. Dalam proses menstabilkan kondensat tersebut
Condensate Handling Unit (CHU) dilengkapi oleh beberapa peralatan pendukung
lainnya yaitu Condensate Stabillizer Reboiler yang berupa heater elektrik
berfungsi untuk menyuplai panas, Condensate Cooler adalah pendingin berjenis
fin-fan yang berfungsi untuk mendinginkan kondensat dengan memanfaatk a n
udara sekitar, Condensate Storage Tank sebagai tempat menampung produk
kondensat yang telah melalui proses, Condensate Loading Pumps untuk
memindahkan kondensat ke loading truck area, dan Wash Oil Make-Up Pump
untuk memindahkan kondensat menuju Caustic Treatment Unit. Proses
Condensate Handling Unit (CHU) dimulai dari kondensat yang masuk ke
Condensate Stabillizer sebanyak 350,3 BPD untuk distabilkan dengan suhu 110 o F
dan tekanan operasi 30 Psig, kemudian dipanasksan pada Re-boiled Condensate
Drum menggunakan Condensate Stabbillizer Reboiler dengan suhu 100 o F dan
tekanan operasi 30 Psig, kemudian melewati Condensate Stripping Column untuk
melucuti fraksi ringan yang masih terikut dengan media fuel gas dan Condensate
Cooler untuk diturunkan suhunya dari 100 o F menjadi 80 o F agar menjaga nila i
RVP (Raid Vapor Pressure) max 12 Psia dan total shulpur terlarut (H2S, COS, dan
RSH) max 10 ppmw sebelum disimpan pada Condensate Storage Tank sebanyak
323,3 BPD.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
INTISARI .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................ .....iii
DAFTAR TABEL……......................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................. 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2
1.3 Batasan masalah .......................................................................................... 2
1.4 Sistematika penulisan .................................................................................. 2
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 52
5.2 Saran ....................................................................................................... 53
Halaman
Tabel 4.1 Spesifikasi Condensate Stabillizer (V-0701) .................................. 30
Tabel 4.2 Spesifikasi Re-boiled Condensate Drum (D-0701)......................... 31
Tabel 4.3 Spesifikasi Condensate Stripping Column (V-0702) ...................... 33
Tabel 4.4 Desain Temperature Condensate Stabillizer (V-0701) ................... 37
Tabel 4.5 Desain Temperature Re-boiled Condensate Drum (D-0701) ......... 37
Tabel 4.6 Desain Temperature Condensate Stripping Column (V-0702)....... 37
Tabel 4.7 Desain Pressure Condensate Stabillizer (V-0701) ......................... 39
Tabel 4.8 Desain Pressure Re-boiled Condensate Drum (D-0701) ................ 39
Tabel 4.9 Desain Pressure Condensate Stripping Column (V-0702) ............. 39
Tabel 4.10 Spesifikasi Umpan ......................................................................... 42
Tabel 4.11 Spesifikasi Produk ......................................................................... 43
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Pertamina EP Asset 4 CPP Gundih ......... 6
Gambar 3.1 Reservoir Gas Alam ..................................................................... 13
Gambar 3.2 Tahapan Pemrosesan Gas Alam................................................... 16
Gambar 3.3 Skema Destilasi Atmosferik sederhana........................................ 21
Gambar 3.4 Skema Destilasi Hampa sederhana .............................................. 22
Gambar 3.5 Skema Destilasi Bertekanan sederhana........................................ 23
Gambar 4.1 Condensate Stabillizer (V-0701) ................................................. 29
Gambar 4.2 Re-boiled Condensate Drum (D-0701) ....................................... 31
Gambar 4.3 Condensate Stripping Column (V-0702)..................................... 32
Gambar 4.4 Uraian proses Condensate Handling Unit (CHU) ....................... 35
DAFTAR LAMPIRAN
atau sumur minyak bercampur gas. Pada kondisi temperatur kamar dan tekanan
atmosfir, kondensat ini bentuknya mirip dengan bensin dan mudah terbakar.
Kondensat sendiri dipisahkan dari gas melalui alat yang bernama separator atau
scrubber.
Unit (CHU).
ringan yang terdapat dalam kondensat tersebut, dan produk akhir dapat memenuhi
syarat RVP (Raid Vapor Pressure) dan total sulfur yang terlarut dijaga agar
memenuhi spesifikasi.
s/d C7+ yang merupakan komponen bensin yang masih dapat dicampurkan dengan
produk bensin, sebagai bahan bakar minyak tanpa pengolahan. Sehingga nila i
ekonominya sangat tinggi. Melihat kegunaan kondensat yang sangat besar, maka
penulis tertarik untuk membuat kertas kerja wajib tentang proses Condensate
1.2 Tujuan
Bab I: Pendahuluan
Gundih, tugas dan fungsi terkait, struktur organisasi serta sarana dan fasilitas.
Meliputi teori dasar mengenai Gas alam, Destilasi dan peralatan pada Destilas i.
Handling Unit (CHU), variabel proses, kondisi operasi, proses start up, normal
Bab V: Penutup
pengembangan lapangan gas blok Gundih yang berasal dari struktur Kedungtuba n,
dengan konsorsium PT Inti Karya Persada Teknik (IKPT) dan PT Adhi Karya
kurang lebih 1700 orang tenaga kerja (65% tenaga lokal), 111 vendors (16 negara
kerja lokal yang terserap sebanyak 131 orang berasal dari sejumlah kecamatan di
Kabupaten Blora. Tenaga kerja yang direkrut tersebut berasal dari kalangan
pemilik lahan (16%), non pemilik lahan (37%), dan kalangan umum dari
bahwa tenaga kerja operator terampil ini merupakan tenaga kerja yang 100%
dimanfaatkan oleh PLN sebagai bahan bakar pembangkit listrik (PLTG), yang berada
di wilayah Tambak Lorok, Semarang, Jawa Tengah, dengan masa kontrak selama 12
tahun. Pembangkit listrik tersebut merupakan salah satu proyek negara untuk
CPP Gundih memiliki delapan sumur produksi dengan satu sumur injeksi.
Sumur produksinya yaitu satu sumur KDL (Kedunglusi) yaitu KDL-01, sumur RBT
(Randublatung) yaitu RBT-01 dan RBT-02, serta sumur KTB (Kedungtuban) yaitu
KTB-01; KTB-02; KTB-03; KTB-04; dan KTB-06. Sedangkan satu sumur yaitu RBT-
03 merupakan sumur injeksi air dari Produced Water yang dihasilkan di CPP gundih
sendiri.
Kondisi sumur yang baru dapat dialirkan sebanyak lima sumur yaitu dari sumur
KTB-01, KTB-02, KTB-04, RBT-01 dan RBT-02. Selain produksi gas saat kapasitas
maksimal, juga ada produk sampingan berupa kondesat dan air terikut. Kondensatnya
Memproduksi gas yang dimanfaatkan oleh PLN sebagai bahan bakar pembangk it
listrik (PLTG) yang berada di wilayah Tambak Lorok, Semarang, provinsi Jawa
Tengah.
2.3 Struktur Organisasi PT. Pertamina EP Asset 4 CPP Gundih
dipimpin oleh seorang plant manager (PEP) dan dibantu oleh 3 orang Ast.
Ast. Manager
Ast. Manager
Operasi Ast. Manager LO
Technica Supportl
PEP
KONTRAK
O&M
Koordinator CPP
Keuangan &
Superintendent Maintanance Process Administrasi
HSE Leader
Leader Enginering Leader
Logistik/Umum &
SDM
Ast. Manager Operasi, Ast. Manager Technical Support dan Ast. Manager LO.
4. Flowline leader& Well leader berfungsi untuk mengevaluasi kegiatan Flowline dan
Well Cheker grup 1 dan 2. Membuat skala prioritas untuk ditindak lanjuti. Mencatat
5. CPP Field Leader berfungsi melakukan evaluasi operasi utillities dan proses.
rencana operasi. melakukan koordinasi dengan Control Room Leader dalam hal
resetting kontrol valve instrument switch alarm pada operator CPP setelah
operasi.
7. Maintanance Leader berfungsi membuat resume laporan kegiatan pemeliharaa n
teknisi. Mengawasi setiap kegiatan pemeliharaan rutin dan tidak rutin, terjadwal
1. GSU (Gas Separation Unit) adalah unit yang berfungsi untuk memisahkan feed
2. AGRU (Acid Gas Removal Unit) adalah unit yang berfungsi untuk mengura ngi
3. CTU (Caustic Tretater Unit) adalah unit yang berfungsi untuk mengura ngi
4. DHU (Dehydration Unit) adalah unit yang berfungsi untuk mengurangi kandungan
uap air yang terikut dalam gas sehingga memenuhi syarat sebagai gas jual.
5. BSRU (Biological Sulphur Recovery Unit) adalah unit yang berfungsi untuk
memproses acid gas yang dihasilkan oleh AGRU menjadi produk sulfur untuk
diproses lebih lanjut agar kandungan acid gas yang dibuang tidak mencemar i
lingkungan sekitar.
6. MSPP (Melter Sulphur Pastillation Package) adalah unit yang berfungsi untuk
7. WAO (Wet Air Oxidation) adalah unit yang berfungsi untuk mengura ngi
8. CHU (Condensate Handling Unit) adalah unit yang berfungsi untuk menstabilka n
kondensat dari fraksi-fraksi ringan yang terikut agar memenuhi syarat sebagai
produk kondensat.
9. PWIU (Produced Water Injection Unit) unit yang berfungsi untuk mengolah air
dimana tanpa adanya area utilitas ini maka area proses tidak dapat beroperasi, area
Utilities 1: penyedia pembangkit tenaga listrik (power) dan fuel gas system
Utilities 2: penyedia hot oil system, close drain, open drain, dan flaring system.
Utilities 3: penyedia raw water, demin water, plant air, nitrogen plant,
tugas pokok dari HSE adalah mencegah terjadinya kecelakaan kerja, bahaya
kebakaran dan bahaya pencemaran. Di area kerja CPP Gundih beberapa potensi
bahaya yang dapat timbul antara lain : uap panas, bocoran gas, bahan kimia dan
kesehatan kerja seperti : safety helmet, ear plug, ear muff, kaca mata, sarung
tangan, sepatu safety, fire hose, fire hidrant, APAR, masker dan lain sebagainya.
seperti open shower, sump tank dan lain sebagainya. Perlengkapan yang memadai
2.4.6 Laboratorium
sampai produk gas. Kegiatan yang ada pada laboratorium adalah sebagai berikut:
penelitian tentang komposisi gas, akditive, penelitian tentang amine strenght, harga
PH, Conductivity, TSS dan penelitian hasil dari proses water treatment. Dengan
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, maka proses produksi akan selalu dapat
dikontrol dan dijaga standar mutunya sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan oleh
Perusahaan.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Gas alam (Natural Gas) adalah suatu fluida homogen yang mempunya i
densitas dan viskositas rendah. Gas alam juga dinyatakan sebagai suatu campuran
komplek dari gas hidrokarbon yang mudah terbakar dan non-hidrokarbon yang
sering disebut sebagai impurities. Gas alam juga merupakan suatu campuran gas
Gas alam adalah salah satu sumber energi yang komponen utamanya berupa
dan air keduanya adalah impurities yang tidak disukai dan harus dipisahkan di
plant. Di dalam central plant inilah impurities akan dihilangkan sebelum gas
didistribusikan. (2:1)
Dari dalam perut bumi gas alam diperoleh dengan berbagai macam
kandungan zat. Disamping hidrokarbon ringan yang dalam keadaan jenuh, gas-gas
hidrogen, helium dan argon. Dalam prakteknya hanya gas yang banyak
mengandung gas alam yang dikatakan sebagai gas alam. Gas tersebut terperangkap
di dalam sebuah reservoir (cadangan) yang terbentuk secara alami dari batu-batuan
berpori yang tersedimentasi di bawah kubah batu-batuan (caprock) seperti yang
biasanya terisi air, di samping itu minyak juga dapat bersama-sama dengan gas
alam. Gas yang berasosiasi seperti ini merupakan gas yang terlarut di dalam lapisan
minyak. Gas alam terbentuk di dalam perut bumi melalui proses degradasi zat-zat
a. Biokimia telah dibentuk sesuai dengan aktivitas bakteri terhadap bahan organik
dibanding dengan gas yang dihasilkan pada kedalaman yang lebih dalam lagi.
minyak yang terbentuk dalam tahapan sebelumnya. Pada saat tertentu jumlah
kedalaman.
Setelah gas terbentuk, maka saat itu juga kemungkinan pindah ke tempat lain
terjebaknya gas itulah gas alam ditemukan oleh manusia dalam pencariannya.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa gas alam adalah gas yang
dihasilkan dari perut bumi dan terdiri dari senyawa hydrocarbon dan ground non
ethane (C2H6), propane (C3H8), butane (C4H10) dan pentane plus (C5+) yang
sebagai impurities) adalah senyawa yang tidak disukai adanya di dalam gas alam
nitrogen (N2), hydrogen sulfide (H2S), mercaptan (RSH), carbonil sulfide (COS),
carbon disulfide (CS2), carbon dioxide (C02), imp air (H20) dan lain sebagainya.
Propane dan fraksi yang lebih berat dipisahkan kemudian diproses lebih lanjut
untuk digunakan sebagai LPG, gasoline_blending stock dan bahan baku pabrik
petrokimia.
Methane dan ethane adalah komponen utama yang didapatkan dari gas alam
dan digunakan sebagai bahan bakar dan bahan baku pabrik petrokimia. Jenis
hydrocarbon yang terdapat di dalam gas alam pada umumnya adalah senyawa
alifatik, yaitu senyawa hydrocarbon yang ikatan antar atom karbonnya jenuh dan
lurus atau bercabang (bukan melingkar). Senyawa hydrocarbon yang dimaksud ini
Secara umum gas alam dapat dibedakan dalam empat macam, yaitu: wet gas,
dry
1. Wet gas adalah gas yang di dalam reservoir banyak mengandung molekul
molekul hidrokarbon berat dan imp air. Jika gas tersebut mencapai di
permukaan, maka beberapa hidrokarbon dan uap air akan berbentuk cairan.
2. Dry gas adalah gas yang tidak banyak mengandung hidrokarbon berat dan uap
3. Sweet gas adalah gas yang relatif tidak banyak mengandung senyawa-senyawa
4. Sour gas adalah gas yang cukup banyak mengandung senyawa-senyawa sulfur.
Senyawa sulfur ini mempunyai sifat bau tajam dan merusak peralatan operasi
karena korosi.
3.4 Pemrosesan Gas Alam
Tahapan pemrosesan gas alam secara garis besar ditunjukkan dalam bentuk
diagram sederhana seperti yang terlihat dalam gambar (3.2). Secara skematis
gas alam, meskipun tidak seluruh unsur kegiatan untuk suatu tahap proses tampak
pemrosesan gas alam secara luas, diagram tersebut cukup memadai. (2:12)
keselamatan, kesehatan, dan lain sebagainya. Gas yang baru keluar dari sumur
separasi dan processing plant yang sering digunakan untuk keperluan ini
diantaranya adalah:
Separator
Sweetening plant
condensate atau crude oil dan natural gasoline yang terbawa oleh gas alam.
natural gasoline dan LPG (yaitu propane dan butane). Sedangkan sweetening
Untuk transportasi dan distribusi gas alam ke plant atau ke konsumen pada
kalah pentingnya adalah metering system, yaitu suatu sistem yang digunakan untuk
meliputi:
dan korosi yang diakibatkan oleh sejumlah kontaminan yang berupa gas asam
Dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas), harus didinginkan pada suhu
mendekati titik didihnya pada tekanan atomsfir, yaitu sekitar -160 °C,
fisika yang didasarkan atas perbedaan titik didih (volatility) dari komponen-
komponen dalam campuran. Proses ini dilakukan dalam sebuah kolom yang
didalamnya dilengkapi dengan alat kontak yang disebut Tray yang disusun dengan
menguap dan yang lebih sulit menguap dalam suatu campuran. Dengan perbedaan
sifat penguapan tersebut komponen akan lebih mudah terpisah. Untuk pemisaha n
yang sangat kompleks sering kali digunakan lebih dari satu kolom, dan untuk
mendapatkan kemurnian yang tinggi pada hasil puncak dapat dilakukan dengan
reflux. karena dari kolom ini diperoleh produk dalam berbagai fraksi maka proses
proses pengembunan.
Proses penguapan
yang lebih ringan akan lebih cepat berubah fasenya menjadi uap.
Proses pengembunan
Uap yang terbentuk didinginkan kemudian berubah fasenya menjadi cair kembali
Dalam proses destilasi terjadi dua kejadian lain yaitu transfer panas dan
transfer massa. Transfer panas berlangsung pada saat campuran diberi panas dari
sumber panas tertentu. Transfer massa ditunjukkan oleh adanya perubahan fase air
menjadi uap dan demikian juga sebaliknya. Berkurangnya massa cairan sebanding
dengan bertambahnya massa uap. Fase uap kontak dengan fase cair dan sekaligus
terjadinya transfer massa dari cairan ke uap dan sebaliknya. Cairan dan uap biasanya
digunakan mengacu pada operasi suatu aliran berlawanan arah dimana campuran uap
terbawa berulang-ulang kontak dengan cairan yang memiliki komposisi hampir sama
dengan uap. Cairan pada titik didihnya, sehingga ada bagian dari cairan diuapkan dan
serangkaian kontak yang terjadi akhirnya uap menjadi jenuh dengan komponen-
komponen dengan titik didih yang rendah dan cairan menjadi jenuh dengan
atmosfir (tekanan sekitar 1 atm). Pengaturan suhu maksimum 350ºC dengan maksud
agar tidak terjadi perengkahan (cracking) pada produk yang dihasilkan. Destilas i
atmosferik pada industri migas adalah untuk mengolah minyak mentah menjadi fraksi-
fraksinya antara lain : Ref gas, Naptha, Kerosine, Gas oil, dan Residu. Sebagaimana
Destilasi hampa adalah proses destilasi yang dilakukan pada tekanan di bawah
tekanan atmosfir dengan suhu dijaga untuk menghindari terjadi perubahan struktur
kimia yang ada (thermal decomposition) pada industri migas. Proses destilasi hampa
adalah untuk mengolah Long Residu (Recuced Crude) yang merupakan produk dasar
dari proses destilasi atmosferik menjadi produk-produk : vacuum off gas, light
atmosfir agar titik didih dari cairan yang diolah menjadi lebih rendah untuk
Peralatan utama digunakan untuk membuat tekanan hampa pada kolom : Steam
Ejector, Barometric Condenser dan Surface Condenser. Skema dapat dilihat pada
Destilasi bertekanan adalah proses destilasi yang dilakukan pada tekanan diatas
tekanan atmosfir tujuan proses adalah untuk mengolah gas hasil proses destilasi
atmosferik dan gas hasil perengkahan (cracking) menjadi produk gas yang dicairkan
dengan tekanan seperti komponen LPG khususnya untuk gas propane dan butane.
Skema destilasi bertekanan sederhana dapat dilihat pada gambar 3.5. (1:20)
Kolom destilasi yang berbentuk bejana silinder yang terbuat dari bahan baja
dimana didalamnya dilengkapi alat kontak yang berfungsi untuk memisa hka n
kolom destilasi adalah demister, reflux, chimney, down comer, draw off tray, dan lain-
lain. (1:6)
3.8.2 Dapur (Furnace/Heater)
Dapur yang dimaksud disini adalah berfungsi sebagai tempat menukar panas
yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar. Di dalam dapur terdapat pipa
berlangsung sebaik mungkin. Minyak yang dialirkan melaui pipa-pipa tersebut akan
menerima panas dari hasil pembakaran didalam dapur yang kemudian masuk ke dalam
Heat Exchanger atau alat penukar panas berfungsi untuk berlangsungnya proses
pemindahan panas antara fluida satu ke fluida lain yang saling mempunya i
kepentingan. Pada proses pertukaran panas ini dinilai sangat efektif karena panas yang
seharusnya terbuang dapat dimanfaatkan. Dari segi ekonominya hal ini akan
Bentuk dan konstruksi Stripper seperti kolom destilasi hanya pada umunya
yang secara umum untuk membantu penguapan diinjeksikan steam dari bagian
berbeda. Cooler berfungsi sebagai peralatan untuk mendinginkan produk yang ma sih
mempunyai suhu tinggi yang tidak diijinkan untuk disimpan di dalam tanki.
Condensor berfungsi untuk merubah fase uap menjadi fase cair. Konstruksinya bias
berbentuk shell dan tube, HE atau Fin Fan (Air Cooled HE). (1:6)
Variabel proses merupakan kondisi fisik yang harus diatur pada proses dan
menyeluruh terhadap mutu maupun jumlah produk. Oleh karena itu kontrol terhadap
Variabel proses yang pokok dan perlu dikendalikan pada proses destilasi adalah
a. Suhu (temperature)
b. Tekanan (pressure)
Besarnya suhu operasi harus dicermati pada proses destilasi, pengaruh suhu di
dalam suatu proses destilasi merupakan faktor yang sangat menentukan karena pada
proses ini terjadi pemisahan atas komponen-komponen campuran berdasarkan titik
didihnya. Suhu operasi pada kolom-kolom fraksinasi pada tekanan tertentu akan
mempengaruhi komposisi dan titik didih produk yang dihasilkan. Suhu yang keluar
dari dapur dibatasi jangan sampai mencapai maksimum, karena apabila suhu terlalu
tinggi pada senyawa hidrokarbon sampai melebihi batasnya akan terjadi perengkahan
(cracking) yang merusak produk dan bahkan dapat merusak tube dan apabila suhu
terlalu rendah maka pemisahan fraksi-fraksi tidak sesuai dengan yang diharapkan dan
penguapan berkurang sehingga produk tidak memenuhi field dan spesifikasinya. (1:21)
Proses pada kolom fraksinasi, bila suhu pada puncak kolom terlalu tinggi maka
penguapan semakin besar dan pengembunan berkurang sehingga akan mempengar uhi
kualitas produk yaitu final boiling point yang tinggi dan persentase produk yang
meningkat, atau pada dasar kolom akan mempengaruhi kualitas yaitu initial boiling
point tinggi dan flash point tinggi. Hal ini mengakibatkan komposisi komponen pada
penguapan dari fraksi-fraksi yang dipisahkan yaitu kuantitas dari produk puncak
kolom akan berkurang dan juga kualitasnya seperti titik didih akhir, warna, specific
didalam kolom fraksinasi. Jika aliran masuk kedalam kolom terlalu besar akan
dengan laju penguapan yang terjadi di dalam kolom dan akibat terhadap hasil bawah
akan menurunkan titik didih awal dan flash point serta specific gravity. (1:23)
Pengaruh perubahan aliran terjadi pada hasil samping adalah terhadap titik didih
Perubahan laju alir juga dapat mempengaruhi kestabilan suhu, hal tersebut dapat
dilihat pada jumlah aliran dari feed sewaktu melalui dapur. (1:23)
cairan pada tiap-tiap tray. Bila permukaan cairan pada down comer suatu tray terlalu
tinggi, maka hal ini akan menimbulkan peristiwa banjir (floading), cairan akan meluap
dan tumpah ke tray dibawahnya dan mengakibatkan produk pada tray dibawahnya
akan terkontaminasi oleh fraksi ringan dan mutunya rusak (off spec). (1:24)
Level cairan pada dasar kolom terlalu tinggi maka ada kemungkinan produk pada
tray diatasnya akan menjadi off spec, karena kemasukan fraksi berat. Bila permukaan
cairan pada dasar kolom terlalu rendah maka kemungkinan timbulnya loss suction
control yang bekerja secara otomatis, akan menyesuaikan dengan batasan desain
proses. (1:24)
kualitas produk yang diatur dari suatu unit adalah tentang batas maksimum dan
minimum fraksi berat dan ringan yang direncanakan untuk memenuhi spesifikas i.
(1:24)
IV. PEMBAHASAN
Adapun peralatan utama dari Condensate Handling Unit (CHU) adalah sebagai
berikut:
kondensat, dengan cara melepaskan hidrokarbon ringan dan air yang terikut dalam
Stabillizer (V-0701) ini bekerja pada tekanan diatas atmosfir, sehingga destilas i
yang terjadi adalah destilasi bertekanan, dengan tekanan desainnya 68 psig dan
tabel 4.1.
Design Temperature
420/67 o F
(max/min)
tempat memanaskan kondensat, dengan suplai panas yang didapat dari pemanas
elektrik (H0701-A/B). Tujuan dari pemanasan ini adalah agar fraksi-fraksi ringan
yang terikut dapat terlepas dan tercapai RVP (Reid Vapor Pressure) maksima l
pada produk kondensat. Selain itu Re-boiled Condensate Drum (D-0701) juga
digunakan untuk pemanasan awal pada fuel gas yang akan digunakan pada
ini didesain dengan tekanan 68 psig dan temperatur 420 o F, gambar 4.2 merupakan
fraksi yang lebih ringan di dalam campuran produk yang kemungkinan masih
terikut dalam kondensat yang telah melalui proses Re-boiled Condensate Drum
(D-0701),
Tujuan utama dari Condensate Stripping Column (V-0702) adalah untuk
menggunakan media fuel gas yang telah dipanaskan terlebih dahulu pada Re-boiled
yang baik, maka Condensate Stripping Column (V-0702) di desain dengan tekanan
Column (V-0702) dan tabel 4.3 adalah spesifikasi dari peralatan Condensate
unit yaitu:
0701) tujuan dari pemanasan ini adalah agar fraksi-fraksi ringan yang terikut dalam
dihasilkan nantinya dapat memenuhi syarat RVP max 12 psia dan total sulfur
produk kondensat, terdapat 3 tangki penampungan (A/B/C) yang masing- mas ing
Loading Truck Area secara intermitten. Pompa yang digunakan adalah jenis
horizontal sentrifugal dengan kapasitas 71,8 GPM, pompa ini di setting auto stop
pada saat tanki truck sudah penuh (8000 KL / 50 BBL) dengan flow di jaga 2400 –
2500 BPD.
5. Wash Oil Make-Up Pump (P0702 A/B) adalah pompa berjenis positif displasement
(diafragma) dengan kapasitas 567 GPM. Pompa ini digunakan untuk meminda hka n
produk kondensat dari Condensate Storage Tank menuju Caustic Treater Unit
(CTU) untuk memisahkan kandungan disulfide oil dari caustic hasil regenerasi
secara continue.
Drum (D-0701) dan Condensate Stabillizer Reboiler (H-0701 A/B). Fuel gas dialirkan
digunakan sebagai stripping gas di Condensate Stripping Column (V-0702). Setelah itu,
fuel gas kembali melewati Re-Boiled Condensate Drum ( D-0701) dan melalui
Condensate Stabilizer (V-0701). Sebagaimana dapat dilihat pada diagram alir gambar
4.4. Fuel gas panas tersebut digunakan untuk mengurangi kandungan sulfur di dalam
kondensat. Spesifikasi kondensat yang lain yaitu RVP maksimal di dalam kondensat.
oleh Condensate Stabillizer Reboiler (H-0701 A/B) yang merupakan pemanas elektrik.
sehingga memenuhi spesifikasi kondensat yaitu RVP maksimal 12 psia dan kandungan
sulfur maksimal 10 ppmw. Kondensat yang sudah stabil dari Re-Boiled Condensate
disimpan di Condensate Storage Tank (T-0701 A/B/C). Sementara itu, gas keluaran
menggunakan Wash Oil Make Up Pump (P-0702 A/B) menuju Caustic Treater Unit 7
(CTU) untuk memisahkan kandungan disulfide oil dari caustic hasil regenerasi.
Drum (D-0701), dan Condensate Stripping Column (V-0702) , ada beberapa parameter
yang harus dijaga yakni temperature, pressure, level, dan flow rate.
4.4.1 Temperature
Berikut adalah tabel 4.4 desain temperatur dari Condensate Stabillizer (V-0701) :
Berikut adalah tabel 4.5 desain temperatur dari Re-boiled Condensate Drum (D-
0701)
Tabel 4.5: Desain temperature Re-boiled Condensate Drum (D-0701) (4)
Parameter Nilai
Berikut adalah tabel 4.6 desain temperatur dari Condensate Stripping Column
(V-0702)
diatur oleh Temperature Indicator Control (TIC 0702). Kenaikan Temperatur pada
Re-boiled Condensate Drum (D-0701) yang melebihi set point akan berpengaruh
(V-0702).
tersebut juga menyebabkan kondensat pada peralatan-peralatan ini juga akan ikut
nilai RVP (Reid Vapor Pressure) pada kondensat dengan kenaikan Temperatur ini
menguap.
Selain itu, pengaruh dari kenaikan Temperatur pada proses Condensate
Handling Unit (CHU) juga akan menyebabkan naiknya tekanan pada peralatan-
(D-0701) akan menyebabkan nilai RVP (Reid Vapor Pressure) kondensat akan
tetap tinggi, dikarenakan fraksi-fraksi ringan yang terikut tidak dapat terlepas dari
kondensat.
mengambil peranan penting baik pada proses pemisahan maupun pada kondisi
peralatan.
Dengan desain tekanannya adalah 68 psig sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.7.
Dengan desain tekanannya adalah 68 psig sebagaimana dapat dilihat pada tabel
4.8.
Dengan desain tekanannya adalah 68 psig sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.9
Dalam proses Condensate Handling Unit (CHU) tekanan yang diatur dan
kenaikan tersebut juga akan mempengaruhi tekanan pada peralatan lainnya dan
kenaikan tekanan yang lebih besar dari pada desainnya dapat menyebabkan
(V-0701) maka akan membuang fraksi-fraksi ringan dari kondensat lebih banyak
dan tentunya akan menurunkan nilai RVP (Reid Vapour Pressure) pada produk
Level pada Re-boiled Condensate Drum (D-0701) diatur oleh Level Indicator
Control (LIC 0702) dengan set point 50%, jika terjadi kenaikan level (high-high)
hingga mencapai 80% atau lebih pada Re-boiled Condensate Drum (D-0701) maka
kondensat dapat terikut pada aliran gas yang berada di puncaknya (liquid carry
Apabila Condensate Stabillizer Reboiler (H-0701 A/B) telah mati, maka tidak
ada lagi suplay panas untuk memanaskan kondensat dan menguapkan fraksi-fraksi
ringan yang terikut didalamnya. Sehingga nilai RVP (Reid Vapor Pressure)
Flow yang diatur atau dijaga adalah flow pada fuel gas yang akan digunaka n
sebagai gas stripper pada Condensate Stripping Column (V-0702). Flow untuk fuel
gas ini diatur oleh Flow Indicator Control (FIC-0701) yang dikontrol langsung
dari Distributed Control System (DCS), fuel gas yang telah digunakan sebagai gas
stripper, selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar pada Thermal Oxidizer
(TOX).
Apabila flow fuel gas yang digunakan terlalu tinggi maka dapat menyebabkan
kondensat pada kolom stripper terikut pada aliran gas (liquid carry over), sedangkan
apabila flow fuel gas yang digunakan terlalu rendah, maka fuel gas tersebut dapat
Dapat kita lihat pada tabel 4.10, spesifikasi umpan dari kondensat masih
banyak mengandung senyawa sulfur dan fraksi ringan C1-C4. Hal tersebut tidak
di inginkan karena dapat menyebabkan tingginya RVP (Raid Vapor Pressure) pada
produk kondensat, untuk itu kondensat harus melalui proses Condensate Handling
Unit (CHU) agar mengurangi kandungan senyawa sulfur dan senyawa C1-C4
tersebut.
pada Condensate Handling Unit (CHU), dapat di lihat pada tabel 4.11 kandunga n
dari senyawa sulfur dan fraksi ringan C1-C4 telah berkurang. Dengan demikia n
RVP (Reid Vapor Pressure) dari produk kondensat dapat tercapai (max 12 psi)
yaitu 14 kPa (2 psi), data pengujian produk kondensat dapat dilihat pada lampira n
2.
laporan dari operator lapangan sekaligus operator DCS (Distribution Control System).
praktek kerja lapangan. Berikut data rata-rata perhari di ambil dari tanggal 2
November – 12 November 2015 dengan RVP (Reid Vapor Pressure) maksimal 12 Psia
Temperatur
Inlet : 109 ºF
Outlet : 83.846 ºF
Temperature : 90 ºF
Level : 66.52 %
4.7 Proses Start Up, Normal Operation dan Shutdown (Normal Shutdown dan
Emergency Shutdown)
1. Semua peralatan dan line telah di line up, dibersihkan dengan nitrogen dan bebas
dari O 2 .
2. Thermal Oxidizer (PE-0401) sebaiknya sudah siap untuk digunakan. Bila belum,
gas yang terbentuk dari system ini akan dialirkan ke system Flare.
3. Posisi semua valve manual telah diatur sesuai P & ID terbaru, kecuali manual valve
pada pipa yang menuju ke Thermal Oxidizer yang normalnya Lock Open harus
diposisikan Closed. Sedangkan manual valve pada pipa yang menuju ke flare yang
normalnya Closed harus dibuka. Khususnya bila sistem Thermal Oxidizer PE-0401
belum siap.
6. Semua valve relief siap untuk digunakan, dengan valve up stream dan down stream
7. Sistem fuel gas sebaiknya sudah siap untuk dijalankan. Bila fuel gas belum siap,
maka produk yang dihasilkan akan off-spec sampai fuel gas tersedia.
8. Sistem flare sudah berjalan dengan normal. Sementara belum dihasilkan gas, sistem
Sistem Flare.
11. Bila memungkinkan, lakukan pressurisasi peralatan V-0701, D-0701, dan V-0702
menggunakan gas hidrokarbon misalnya fuel gas atau gas inert seperti nitrogen.
up.
pemantauan kondisi proses dan operasi dari berbagai loop kontrol. Inspeksi visual
perpipaan dan peralatan harus dilakukan sebagai bagian dari pekerjaan rutin operator.
operator harus sudah terbiasa dengan suara normal dari masing-masing sistem yang
mereka tangani. Seringkali, perubahan pada suara mengindikasikan masalah yang akan
terjadi sebelum tampak pada instrumentasi. Pengamatan operator penting untuk deteksi
awal potensi masalah untuk membatasi pengaruh negatif dari gangguan proses,
11. Memeriksa Wash Oil Make-Up Pump (P-0702 A/B) (Bersihkan strainer jika
tekanan suction rendah. Ganti pompa yang berjalan kepompa yang standby jika
diperlukan)
Normal Shutdown
Langkah-langkahnya yaitu:
H-0701 A/B)
Emergency Shutdown
Langkah-langkahnya yaitu:
1. Mematikan system Condensate Handling Unit (CHU)
2. Mengumumkan kepada seluruh personil akan adanya kondisi darurat yang sedang
terjadi
4.8.1 Permasalahan
(D-0701), karena jika temperatur operasi saat ini disetting seperti temperatur
operasi normal, maka selain fraksi-fraksi ringan yang teruapkan kondensat juga
2. Masih banyaknya air yang terikut (water carry over) dari LP Separator menuju
Re-boiled Condensate Drum (D-0701), hal tersebut terjadi karena desain dari LP
Separator yang terlalu kecil dan kurangnya waktu pemisahan antara air dan
kondensat. Rate air yang terlalu besar didapat dari transfer dari close drain ke LP
separator. Hal ini dapat terjadi karena LP Separator tidak didesain untuk menerima
suplai dari Close Drain yang ratenya terlalu besar. Sehingga, setiap kali operator
melakukan transfer close drain ke LP separator, air masih terikut dalam aliran
air yang terikut di kondensat. Hal ini dapat mengakibatkan terikutnya air pada
4.8.2 Penanganannya
dijaga dan diperhatikan sudah mampu menguapkan fraksi-fraksi ringan yang terikut
dalam kondensat sehingga nilai RVP-nya dapat diturunkan (max 12 Psia), tetapi
2. Rate air yang masih masih banyak terikut (water carry over) dalam kondensat pada
kondensat yang dihasilkan, selain itu air juga dapat menyebabkan berbagai
permasalahan lainnya. Namun untuk merubah desain dari LP separator hal itu tidak
mungkin dilakukan, karena pada saat ini proses sedang beroperasi normal, hal yang
transfer secara continue dari close drain menuju LP separator, agar rate air yang
diterima oleh LP separator tidak terlalu besar. Sehingga LP separator dapat bekerja
dengan optimal. Sebab, Jika transfer close drain menuju LP separator dilakukan
dengan menunggu level dari sum drum hingga mencapai 80%, maka LP separator
tidak akan mampu melakukan pemisahan secara optimal. Selain itu hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah masalah tersebut dengan cara mengecek setiap saat
dengan melakukan sampling air dan close drain pada Re-boiled Condensate Drum
mengatasinya, hanya perlu melakukan transfer air dari tanki menuju close drain .
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
menurunkan dan menjaga nilai RVP (Raid Vapor Pressure) kondensat (max 12
Psia) dan menstabilkan produk kondensat dari fraksi ringan (C1-C4), selain itu
Peralatan utama dalam proses Condensate Handling Unit (CHU) terdiri dari 4 unit
Variabel proses yang perlu diatur pada proses Condensate Handling Unit (CHU)
adalah :
Tekanan : 37 Psia
Temperatur : 110 ºF
tercapainya temperatur operasi secara normal dan masih terikutnya air dari LP
5.2 Saran
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses Condensate Handling
kotoran, agar memudahkan operator pada saat melaksanakan log sheet. Sehingga
operator dapat membaca atau melihat nilai yang ditunjukkan pada alat
agar tidak terjadi kerusakan pada alat tersebut pada saat digunakan.
5. Melakukan sampling secara rutin pada oulet LP separator line kondensat, untuk