Anda di halaman 1dari 14

,Amerika Rahasiakan Obat Kanker dari

Buah Sirsak

Soursop - wikipedia

Oleh: Liana Garcia

Sabtu, 24 Oktober 2009 | 08:27 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Sebuah penelitian di Purdue


University membuktikan bahwa buah sirsak mampu membunuh sel kanker secara efektif,
terutama sel kanker prostat, pankreas, dan paru-paru.

Beberapa waktu belakangan di beberapa milis kesehatan dan e-mail pribadi beredar informasi
tentang manfaat dan khasiat dari buah sirsak. Isi dari informasi itu cukup membuat kehebohan
dan kegembiraan untuk para penderita kanker.

Karena, berdasarkan data yang dilansir, khasiat dan manfaat dari buah yang di Spanyol dikenal
dengan nama graviola, atau dengan nama Inggris, soursop ini banyak disembunyikan oleh
perusahaan farmasi di AS.

Ya, berdasarkan data dan hasil penelitian, soursop atau sirsak diakui sebagai pembunuh alami sel
kanker yang ajaib dengan 10.000 kali lebih kuat dari pada terapi kemo. Lantas, kenapa informasi
ini sampai terabaikan dan tidak tersosialisasikan kepada publik?

Ini lebih disebabkan kepada kepentingan bisnis dunia farmasi agar dana riset yang dikeluarkan
sangat besar, selama bertahun-tahun, dapat kembali lebih dulu plus keuntungan berlimpah
dengan cara membuat pohon graviola sintetis sebagai bahan baku obat, lalu obatnya dijual ke
pasar dunia.

Memprihatinkan memang mengingat banyak orang meninggal sia-sia dan mengenaskan, karena
keganasan kanker, sedangkan perusahaan raksasa, pembuat obat dengan omzet miliaran dolar
menutup rapat-rapat rahasia keajaiban pohon graviola ini.

Beberapa peneliti di Health Sciences Institute mengakui jika buah sirsak memberikan efek anti
tumor/kanker yang sangat kuat, dan terbukti secara medis menyembuhkan segala jenis kanker.

Selain menyembuhkan kanker, buah sirsak juga berfungsi sebagai antibakteri, antijamur (fungi),
efektif melawan berbagai jenis parasit/cacing, menurunkan tekanan darah tinggi, depresi, stres,
dan menormalkan kembali sistem syaraf yang kurang baik.

Penelitian Health Sciences Institute diambil berdasarkan kebiasaan hidup suku Indian yang hidup
di hutan Amazon. Beberapa bagian dari pohon ini seperti kulit kayu, akar, daun, daging buah dan
bijinya, selama berabad-abad menjadi obat bagi suku Indian. Graviola atau sirsak diyakini
mampu menyembuhkan sakit jantung, asma, masalah liver (hati) dan rematik.
Informasi manfaat dan khasiat sirsak tidak serta merta dapat beritahukan karena ada ketentuan
undang-undang federal, di mana di dalamnya dinyatakan sumber bahan alami untuk obat
dilarang atau tidak bisa dipatenkan sebelum ditemukan unsur sintetisnya.
Sejak 1976, graviola telah terbukti sebagai pembunuh sel kanker yang luar biasa pada uji coba
yang dilakukan oleh 20 Laboratorium independen yang berbeda dan dilakukan di bawah
pengawasan The National Cancer Institute.
Suatu studi yang dipublikasikan oleh the Journal of Natural Products menyatakan bahwa studi
yang dilakukan oleh Catholic University di Korea Selatan, menyebutkan bahwa salah satu unsur
kimia yang terkandung di dalam graviola, mampu memilih, membedakan dan membunuh sel
kanker usus besar dengan 10.000 kali lebih kuat dibandingkan dengan adriamycin dan terapi
kemo!
Penemuan yang paling mencolok dari studi Catholic University ini adalah: graviola bisa
menyeleksi memilih dan membunuh hanya sel jahat kanker, sedangkan sel yang sehat tidak
tersentuh atau terganggu.
Graviola tidak seperti terapi kemo yang tidak bisa membedakan sel kanker dan sel sehat, maka
sel-sel reproduksi (seperti lambung dan rambut) dibunuh habis oleh terapi kemo, sehingga timbul
efek negatif rasa mual dan rambut rontok.
Studi di Purdue University membuktikan bahwa daun graviola mampu membunuh sel kanker
secara efektif, terutama sel kanker: prostat, pankreas, dan paru-paru.
Hasil riset beberapa universitas itu membuktikan jika pohon ajaib dan buahnya ini bisa:
1. Menyerang sel kanker dengan aman dan efektif secara alami, tanpa rasa mual, berat badan
turun, rambut rontok, seperti yang terjadi pada terapi kemo.
2. Melindungi sistim kekebalan tubuh dan mencegah dari infeksi yang mematikan.
3. Energi meningkat dan penampilan fisik membaik.
4. Secara efektif memilih target dan membunuh sel jahat dari 12 tipe kanker yang berbeda, di
antaranya kanker usus besar, payudara, prostat, paru-paru, dan pankreas.
5. Daya kerjanya 10.000 kali lebih kuat dalam memperlambat pertumbuhan sel kanker
dibandingkan dengan adriamycindan terapi kemo yang biasa digunakan.
6. Tidak seperti terapi kemo, sari buah ini secara selektif hanya memburu dan membunuh sel-sel
jahat dan tidak membahayakan atau membunuh sel-sel sehat.

Kisah lengkap tentang graviola, di mana memperolehnya, dan bagaimana cara


memanfaatkannya, dapat dijumpai dalamBeyond Chemotherapy: New Cancer Killers, Safe as
Mothers milk, sebagai bonus terbitan Health Sciences Institute. [mor]
Dosis Aman Daun Antikanker
Majalah Trubus online

MONDAY, 28 FEBRUARY 2011 20:58 ADMINISTRATOR

Mardiana meringis kesakitan. Punggungnya terasa panas dan


kerongkongan kering sehingga tidak bisa menelan setelah 3 hari
mengonsumsi air rebusan daun sirsak.
Semula perempuan 62 tahun itu senang bukan kepalang. Dari
media cetak ia mendapat informasi daun sirsak bisa mengobati
kanker getah bening yang kini tengah menderanya. Kebetulan di
dekat rumah tinggalnya di Jakarta Utara, daun sirsak mudah
diperoleh. Ia langsung merebus 10 lembar daun sirsak dalam 3
gelas air hingga tinggal 1 gelas dan meminumnya. Dalam sehari
Mardiana melakukan ritual itu 3 kali: pagi, siang, dan sore. Artinya 30 lembar setara 3 gelas air
rebusan daun sirsak setiap hari masuk ke dalam tubuhnya.
Dengan terapi itu harapan Mardiana dalam waktu tidak terlalu lama kanker getah bening bisa
terobati. Namun, apa mau dikata, justru penderitaannya kian bertambah karena leher dan
punggung malah terasa panas. Ia pun kesulitan menelan sehingga nyaris tak ada makanan yang
masuk. Oleh karena itu ia menemui herbalis Lina Mardiana dari Yogyakarta yang sedang praktek
di Cimanggis, Depok. ‘Dosisnya terlalu tinggi, sehingga menimbulkan rasa panas di tubuh dan
kerongkongan kering,’ kata Lina Mardiana, mengomentari.

Fleksibel

Menurut Lina Mardiana, herbal tidak menimbulkan efek samping terlalu membahayakan
sebagaimana obat-obatan kimia. Namun, penggunaannya tetap harus hati-hati. ‘Daun sirsak jika
dikonsumsi berlebih bisa menyebabkan sesak napas,’ imbuh Lina. Memang tak ada patokan pasti
dosis yang pas untuk mengonsumsi daun sirsak. Itu tergantung jenis penyakit dan tingkatannya,
ketahanan tubuh pasien, serta bentuk bahan - segar atau kering.
Sebagai contoh, untuk kasus Mardiana yang kanker getah beningnya stadium 4, Lina Mardiana
meresepkan 10 lembar daun sirsak direbus dalam 4 gelas air hingga tinggal 3 gelas. Ke dalam
rebusan tambahkan 5 lembar daun sirih merah sebagai antibakteri, dan garam sepucuk sendok
teh. Hasil rebusan untuk diminum dalam sehari. ‘Sekali minum boleh seteguk atau dua teguk,
tidak perlu segelas. Yang penting hari itu juga harus habis,’ ujar herbalis yang mendapat ilmu
pengobatan dari mendiang ibunya itu.
Untuk kasus-kasus penyakit lain, Lina menganjurkan penggunaan daun sirsak dengan dosis
fleksibel: 7, 10, 15, 17, 21, dan 31 lembar. Dengan catatan, ‘Bila menimbulkan efek samping
seperti terasa panas dan napas sesak, segera kurangi dosis,’ lanjutnya. Sebaliknya jika selama
mengonsumsi tidak menimbulkan efek samping, dosis boleh ditingkatkan agar terapi berjalan
efektif. Sebab dosis yang terlalu rendah berakibat proses penyembuhan lebih lama.
Mendiang Broto Sudibyo, herbalis kondang di rumahsakit Bethesda, Yogyakarta, selalu
menggunakan angka 7 dalam resepnya. Ia akan meracik 7 lembar daun, 7 sendok, atau 7 ruas
untuk pengobatan beragam penyakit. Tujuh dalam bahasa Jawa adalah pitu. Dengan serbatujuh,
Broto Sudibyo mengharapkan pitulung alias pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa,
sehingga racikan yang dibuat bisa memberikan kesembuhan pada pasienpasiennya. Keyakinan
itulah yang berkembang dan diterapkan oleh sebagian besar masyarakat di tanahair.

Dataran rendah

Sependapat dengan Lina Mardiana, pendiri Pusat Biofarmaka Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir
H Evrizal, A.M. Zuhud, MS, dosis daun sirsak tidak bisa dipukul rata untuk semua orang dan
jenis penyakit. Nangka seberang Annona muricata tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian
1.000 m dpl. Karena itu pula, ‘Kandungan acetogenins, zat aktif dalam sirsak yang diklaim
mengendalikan kanker pasti berbeda untuk setiap lokasi tumbuh,’ kata Evrizal.
‘Daun sirsak untuk obat sebaiknya diambil dari tanaman pekarangan yang tumbuh di dataran
rendah, sekitar 50 m dpl,’ kata Prof Sumali, guru besar Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.
Itu lantaran tanaman yang tumbuh di dataran rendah mendapat intensitas matahari yang lebih
tinggi dibanding tanaman di dataran rendah. Dengan intensitas lebih baik menyebabkan proses
fotosintesis lebih tinggi sehingga zat aktif lebih banyak terbentuk.

Sumali juga menyebut daun sebaiknya diambil dari pohon yang sudah berbuah agar zat kimia
yang terkandung di dalamnya lebih lengkap. Beberapa penelitian menyebutkan kandungan
acetogenins yang berperan mengendalikan sel kanker terbanyak pada daun ke-4 dan 5 dalam satu
ranting. ‘Jika itu sulit diperoleh, rebus saja daun yang tidak terlalu muda atau terlalu tua. Daun
tidak mesti segar, dikeringkan pun bisa, asal proses pengeringannya benar,’ ungkap Sumali.
Yang dimaksud benar adalah daun sirsak tidak dijemur di bawah terik matahari, melainkan
diangin-angin pada suhu kamar. Atau dioven, tapi suhu tidak boleh lebih dari 60oC .

Setelah dikeringkan, daun sirsak disimpan di tempat yang kering supaya tidak ditumbuhi
cendawan sehingga daun sirsak tahan hingga berbulan-bulan dan siap direbus kapan pun
dibutuhkan. Dengan cara itulah dulu Prof Soelaksono Sastrodihardjo, mantan periset di Institut
Teknologi Bandung, mengirim sampel daun sirsak untuk diteliti di Amerika Serikat. Soelaksono
mengambil daun sirsak dari pohon yang sedang memproduksi buah dari Garut, Jawa Barat, dan
mengeringkannya. (Karjono/Peliput: Trisusanti, Faiz Yajri)

1. Secara empiris masyarakat menggunakan daun sirsak tidak berdasarkan letak daun,
melainkan seluruh daun, yang penting tidak terlalu muda atau terlalu tua. Dianjurkan
untuk mengambil daun dari tanaman yang pernah berbuah supaya kandungan zat
kimianya lebih lengkap
2. Rebus daun dengan dosis dan frekuensi konsumsi sesuai penyakit

3. Kandungan bahan aktif tidak berkurang meski daun dikeringkan terlebih dulu, asal
proses pengeringan dilakukan dengan benar

Dokter Bicara Daun Sirsak


MONDAY, 28 FEBRUARY 2011 21:01 ADMINISTRATOR

Dr Paulus Wahyudi Halim Med Chir meresepkan daun sirsak kepada para pasien 19 jenis kanker
sejak 9 tahun lalu. ‘Kondisi mereka membaik,’ kata dokter ahli bedah dan kanker alumnus
Universitas Degli Studi Padova, Italia, itu.

Penyakit maut itu memberi isyarat dengan sederhana, sekujur tubuh sering sakit dan pegal. ‘Bila
capai sedikit gampang masuk angin dan sakit perut,’ kata Rustiani. Namun, makin hari kondisi
Rustiani kian parah. ‘Seluruh badan terasa sakit seperti ada binatang yang mengoyakngoyak,’
kata perempuan 42 tahun itu. Tak tahan lagi menanggung siksa itu, Rustiani memeriksakan diri
ke dokter di sebuah rumahsakit di Bandung, Jawa Barat.

Ia menjalani rangkaian pemeriksaan seperti CT Scan (Computer Tomography), endoskopi, dan


kolonoskopi. Berdasarkan hasil pemeriksaan itu, dokter mendiagnosis Rustiani menderita kanker
usus. Di ususnya terdapat massa sepanjang 7 - 10 cm. Ia tak mampu membendung air mata.
‘Saya tak pernah membayangkan menderita kanker usus. Padahal, saya termasuk apik dalam hal
makanan. Tidak pernah menggunakan penyedap rasa dalam masakan, tidak makan yang pedas-
pedas, tidak sering mengonsumsi daging, dan tidak pernah minum alkohol,’ kata Rustiani.

Daun sirsak

Untuk mengatasi penyakit maut itu, dokter menyarankan Rustiani untuk menjalani operasi
bedah. Selain itu, ia juga harus menjalani 6 kali kemoterapi karena sel kanker menyebar ke hati.
Namun, ia batal menjalani kemoterapi karena keterbatasan dana. ‘Biaya sekali kemoterapi Rp11-
juta. Saya harus menjalani 6 kali sehingga total biaya Rp66-juta hanya untuk obat saja, belum
termasuk biaya rumahsakit dan dokter,’ kata Rustiani. Di tengah kegalauan itu, ia teringat surat
elektronik tentang sirsak.

Setelah membaca detail dan berselancar, jadilah Rustiani mengonsumsi rebusan daun sirsak
mulai 17 Agustus 2010. Ia merebus 10 daun sirsak dalam 3 gelas air hingga mendidih dan tersisa
1 gelas. Hasil rebusan itu ia minum dua kali pada pagi dan sore. Sepekan mengonsumsi, Rustiani
mulai merasakan perubahan. ‘Ngilu di bagian bawah perut yang sering terasa jadi hilang. Selain
itu, perut kembung pascaoperasi juga kembali normal dan menjadi enak makan,’ kata Rustiani.

Menurut ahli terapi kolon, dr Oetjoeng Handajanto, gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi
daging berlebihan memang penyebab dominan kanker usus. Pilihan makanan secara langsung
mempengaruhi perkembangan kanker usus besar. ‘Usus besar selalu dilewati oleh bahanbahan
karsinogenik yang masuk ke tubuh,’ kata dokter alumnus Fakultas Kedokteran Universitat
Bochum, Jerman, itu. Sel-sel usus besar yang terpapar zat-zat kimia dari makanan, polusi, dan
racun-racun dari sampah makanan akan memicu munculnya sel abnormal atau polip.

Menurut dr Aru W Sudoyo SpPD dari Divisi Hematologi dan Onkologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI) penyebab kanker kolon beragam. ‘Namun, makanan merupakan
faktor paling penting dalam proses terjadinya kanker kolon. Makanan tinggi lemak, terutama
hewani, merupakan faktor risiko kanker usus,’ kata dr Aru. Penelitian terbaru menunjukkan
perokok jangka panjang atau 30 - 40 tahun, berisiko 1,5 - 3 kali lebih besar terkena kanker kolon.
Diperkirakan satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat karena merokok.

Di Indonesia jumlah kasus kanker kolon pada usia muda lebih banyak daripada di negara maju.
‘Di negara maju kasus kanker kolon pada usia muda hanya 3%, sedangkan di Indonesia
mencapai 30%,’ kata dokter spesialis penyakit dalam itu. Lebih dari 30% pasien kanker kolon di
tanahair berusia di bawah 40 tahun. Penyebab besarnya angka itu belum diketahui. Namun,
diduga kuat akibat infeksi seperti diare, serta dipicu gaya hidup tidak sehat.

Resep dokter

Kasus yang menimpa Andi Emanto lain lagi. Bagi dia berkemih saat paling menyiksa. Urine
menetes perlahan, interval panjang, dan rasa nyeri. Celakanya, setiap malam ia terbangun 4 - 5
kali untuk berkemih. Semula ia menduga anyang-anyangan, tetapi 2 bulan kemudian gangguan
itu tak kunjung berakhir. Andi Emanto tak tahan lagi menanggung siksa itu. Ia bergegas
memeriksakan diri di sebuah rumahsakit di Surabaya, Jawa Timur.

Andi menjalani ultrasonografi, biopsi atau pengambilan sampel jaringan, dan tes darah. Dokter
mendiagnosis Andi Emanto positif mengidap kanker prostat. Nilai PSA (prostate specific antigen
atau indikator kanker prostat) Andi mencapai 40; angka PSA normal, 10. Dokter mengatakan
kanker prostat itu termasuk grade II.

Untuk mengatasi sumbatan itu, dokter hanya mengerok jaringan prostat. Harap mafhum, Andi
Emanto mengalami hiperplasia alias pembengkakan prostat. Ketika organ itu membengkak atau
hiperplasia, menekan uretra sehingga urine sulit keluar dan menumpuk di kantong kemih.
Menurut ahli urologi, dr Ahmad Bi Utomo SpU di Surakarta, Jawa Tengah, pengerokan adalah
mengambil sebagian prostat untuk melancarkan jalan urine. Usai pengerokan pria 74 tahun itu
memang lancar berkemih.

Namun, beberapa bulan kemudian, gangguan seperti di atas muncul lagi. Pada Oktober 2010,
Andi menemui dr Zainal Gani di Malang, Jawa Timur. Ketika itulah Zainal Gani meresepkan
daun sirsak. Konsultan pengembangan burung walet itu mengonsumsi hasil rebusan 7 daun
sirsak dalam 3 gelas air. Setelah mendidih dan tersisa satu gelas, ia meminumnya 3 kali sehari.
Karena menganggap repot, ia minta kapsul ektrak daun sirsak kepada dr Zainal Gani. Maka
sebulan berselang, ia rutin mengonsumsi 3 kapsul 3 kali sehari.

Bersamaan dengan itu ia juga menjalani hidup sehat seperti meninggalkan konsumsi daging sapi,
kambing, dan ayam. Sejak dua bulan rutin mengonsumsi daun sirsak, ia lancar berkemih dan
tanpa rasa nyeri. Sayang, ia belum memeriksakan diri ke dokter.

Tertarik acetogenins

Saat ini memang kian banyak dokter yang meresepkan atau sekadar menganjurkan daun sirsak
kepada para pasien beragam kanker. Zainal Gani yang menangani Andi Emanto, salah satu di
antaranya. Dokter alumnus Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, itu meresepkan daun
sirsak sejak Agustus 2010 setelah memperoleh informasi hasil riset di mancanegara. Informasi
itu berupa senyawa aktif acetogenins dalam daun sirsak yang sangat manjur dan selektif
mengatasi target sasaran.

Acetogenins hanya menyerang sel kanker dengan menghambat produksi adenosina trifosfat
(ATP) sebagai sumber energi. Dampaknya mitosis atau pembelahan sel kanker, pun terhambat.
Sel kanker membelah sangat cepat, yakni setiap 2 - 5 jam; sel normal, 7 - 14 hari. Pembelahan
cepat keruan saja memerlukan energi besar dari ATP. Jika pasokan energi berkurang akibat ATP
terhambat, maka aktivitas sel kanker melamban, dan terjadi apoptosis alias program bunuh diri
sel. Tamat sudah riwayat sel kanker.

Zainal Gani mengutip hasil riset peneliti di Sekolah Farmasi Purdue University, Indiana,
Amerika Serikat, Jerry L McLaughlin yang bekerja sama dengan peneliti dari Sekolah Ilmu dan
Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Prof Soelaksono Sastrodihardjo PhD (baca Daun
Sirsak vs Kemoterapi Trubus Januari 2011). Itulah sebabnya ketika Andi berkonsultasi
mengenai kanker prostat yang ia idap, dr Zainal Gani meresepkan daun sirsak.

Untuk memudahkan pasien, dokter kelahiran Banyuwangi 10 November 1946 itu mengekstrasi
daun sirsak. Kebetulan di halaman belakang rumahnya yang jembar, ia menanam sirsak. Umur
10 tahun, pohon sirsak itu tumbuh setinggi atap. Dari pohon itulah Gani membikin rata-rata 500
kapsul per bulan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Dokter yang meresepkan herbal sejak krisis
moneter pada 1998 itu biasanya mengombinasikan daun sirsak dengan herbal lain.

Kanker vs mukjizat?

Walau memberikan simplisia daun sirsak kepada para pasien, tetapi dr Setiawan Dalimartha
lebih senang disebut menganjurkan daripada meresepkan. ‘Kalau meresepkan itu hanya untuk
obat keras yang dibeli di apotek,’ kata dokter yang menjadi Sekretaris Sentra Pengembangan dan
Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) Provinsi Jakarta itu. Setiawan ‘meresepkan’ daun
sirsak hanya kepada pasien kanker dari berbagai kota seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya.

‘Pasien umumnya datang pada stadium lanjut. Bahkan, setelah dokter menyatakan sebaiknya
dirawat di rumah saja (kondisi pasien sangat parah, red),’ kata dokter alumnus Universitas
Tarumanagara itu. Sedangkan yang datang pada stadium dini pada umumnya pasien kanker
payudara dan kanker paru. Salah seorang pasien, sebut saja Rengganis, datang dengan kondisi
mengenaskan. Ia mengidap kanker nasofaring atau bagian hulu kerongkongan yang berhubungan
dengan hidung.
Celakanya sel kanker menyebar ke otak dan merusak os maxillaris sinistra alias tulang pipi kiri
sebagaimana hasil pencitraan resonansi magnetik (MRI magnetic resonance imaging) dan foto
tengkorak. Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional
Timur itu memberikan beberapa herbal, termasuk daun sirsak. Rengganis merebus 20 daun sirsak
dalam 3 gelas air hingga mendididh dan tersisa 1 gelas. Ia mengonsumsi segelas rebusan daun
sirsak setiap pagi.

‘Ternyata responnya positif. Ada perbaikan kondisi tubuh, tumor tidak teraba lagi setelah
mengonsumsi ramuan dan rebusan daun sirsak selama sebulan,’ kata Setiawan. Menurut
Setiawan, ‘Ini salah satu kasus yang mengejutkan, karena kasus itu adalah kanker stadium lanjut
yang umumnya sudah tidak respons dengan pengobatan. Untuk kasus-kasus seperti itu, dalam
benak saya hanya ada satu jawaban, dia mendapat mukjizat dari Tuhan.’

Dokter kelahiran 25 Agustus 1950 itu mengatakan senyawa dalam daun sirsak menyebabkan
matinya sel kanker atau apoptosis. Senyawa alkaloid itu juga menghentikan atau memutus aliran
darah ke sel kanker. Dampaknya sel kanker tidak mendapat pasokan makanan sehingga akhirnya
pertumbuhan terhenti.

19 kanker

Dokter lain yang meresepkan daun Annona muricata kepada para pasien adalah dr Paulus
Wahyudi Halim Med Chir di Serpong, Kotamadya Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Menurut
alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Degli Studi Padova, Italia, itu daya tembus senyawa
aktif dalam daun sirsak ke sel kanker sangat kuat. Selain itu daun sirsak juga mampu melokalisir
sel kanker. Ia meresepkan ekstraksi daun sirsak dalam kapsul kepada para pasien kanker sejak
2002.

Total ada 19 jenis penyakit kanker yang pasiennya ia resepkan daun sirsak seperti kanker
payudara, kanker usus, dan paru-paru. Harap mafhum, ‘Semua bagian tubuh manusia berpotensi
terserang kanker, kecuali rambut dan kuku,’ kata ahli kanker yang mendalami pengobatan
tradisonal, dr Willie Japaries MARS. Pasien dr Paulus, dokter ahli bedah dan ahli lepra, 80%
memang pasien kanker yang datang dari berbagai kota.

Mantan direktur Rumahsakit Sitanala, Kabupaten Tangerang, Banten, itu senantiasa meresepkan
daun sirsak secara majemuk. ‘Tak ada peluru ajaib untuk menembak kanker. Tanaman obat
harus campuran sehingga sinergis dan hasil maksimal. Sinergisme juga menetralisir efek
samping,’ kata Paulus. Menurut Paulus herbal pendamping itu sangat individual sehingga tak
dapat digeneralisir.

Dokter yang 8 tahun bertugas di Uganda dan Etiopia itu mencontohkan jika ginjal pasien kanker
bermasalah, maka ia menambahkan kejibeling Strobilanthes crispus atau kumis
kucing Orthosiphon aristatus. Paulus mengatakan peran daun sirsak dan herbal lain itu hanya
40%. Selebihnya andil banyak faktor seperti sikap, gaya hidup, dan kondisi kejiwaan.
‘Penyerapan obat di usus lebih baik, jika (pasien) tak stres,’ kata Paulus.

Lihatlah kondisi Diana Darmawan yang mengidap kanker payudara ganas stadium 2C. Bobot
tubuh perempuan 45 tahun itu anjlok, perut terasa panas, muntah terus-menerus, rambut, alis, dan
bulu mata rontok tidak bersisa. Kulit yang semula putih bersih berubah warna menjadi ungu
keabu-abuan. Itu akibat kemoterapi di Pusat Kanker Nasional Singapura. Sepekan kemudian ia
menemui dr Paulus. Meski kondisi memburuk, tetapi Diana optimis setelah memperoleh
dukungan dari keluarga. Itu membantu mempercepat pemulihan.

Untuk memulihkan kondisi tubuh, ibu 3 anak itu mengonsumsi kombinasi herbal, daun sirsak,
sambiloto, dan temulawak resep dari dr Paulus. Frekuensi konsumsi 3 kali sehari masing-masing
sebuah kapsul. Tiga bulan kemudian, kondisi kian membaik dengan indikasi hilangnya
keluhankeluhan itu. Kulit Diana juga kembali bersih. Akhir Januari 2011, ia kembali
memeriksakan diri di Pusat Kanker Nasional Singapura. Hasilnya, sel kanker tak terdeteksi di
tubuh Diana. Menurut dr Paulus, pascakemoterapi 20% sel kanker masih tersisa.

Lebih luas

Dokter kepresidenan, dr Hardhi Pranata SpS MARS, turut menganjurkan daun sirsak, terutama
kepada pasien kanker usus besar, kanker paruparu, kankier prostat, dan kanker payudara. Selain
itu Ketua Umum Himpunan Dokter Herbal Medik Indonesia itu juga menganjurkan pemanfaatan
daun sirsak kepada pasien penyakit saraf. Menurut Hardhi, daun sirsak bersifat menenangkan.
Seorang pasiennya mengidap kanker payudara studium 2, kondisinya terus membaik setelah
rutin mengonsumsi rebusan daun sirsak.

‘Acetogenins dalam daun sirsak mengendalikan mitokondria yang overacting. Bila mitokondria
normal, maka pertumbuhan sel kanker dapat terkendali,’ kata alumnus Universitas Indonesia itu.
Hardhi menganjurkan pasien itu untuk menjalani kemoterapi. Kondisinya baik, rambut tak
rontok. Bahkan nafsu makan meningkat sehingga bobot tubuh bertambah. ‘Di sanalah tanaman
herbal bekerja menjaga dan memulihkan tubuh,’ kata Hardhi.

Dokter dan herbalis di Ciputat, Kotamadya Tangerang Selatan, Kotamadya Tangerang Selatan,
Provinsi Banten, dr Erna Cipta Fahmi, juga meresepkan sirsak untuk para pasien, tetapi lebih
banyak buah daripada daun. Selain kepada pasien kista, dokter alumnus Universitas Gadjah
Mada itu juga meresepkan buah sirsak untuk mengatasi penyakit yang berhubungan dengan
ginjal seperti asam urat dan hipertensi.

Dr Prapti Utami juga menganjurkan daun sirsak untuk mengatasi kanker. Kepada para pasien,
pemilik Klinik Evergreen itu hanya menjelaskan cara mengolah, dosis dan frekuensi konsumsi
daun sirsak. Pasienlah yang mesti mencari daun sirsak segar karena relatif mudah. Sayang, Prapti
belum memantau kondisi para pasien pascakonsumsi daun sirsak.

Dokter dan herbalis di Yogyakarta, dr Sidi Aritjahja belum meresepkan daun sirsak kepada para
pasien. Sebab, pasokan bahan baku masih terbatas. Meski demikian ia tertarik meresepkan
karena daun sirsak memiliki kelebihan ketimbang herbal untuk kanker lainnya. Sidi
membandingkan dengan kunir putih Curcuma zedoaria yang juga berkhasiat antikanker.
Tanaman anggota famili Zingiberaceae itu mengandung protein yang hanya efektif untuk
menghambat mitosis sel kanker dari kelenjar. Beberapa contoh kanker kelenjar adalah kanker
prostat dan adenokarsinoma alias pankreas. Bagaimana dengan daun sirsak? Alumnus Fakultas
kedokteran Universitas Gadjah Mada itu mengatakan bahwa cakupan khasiat daun sirsak lebih
luas daripada kunir putih.
Selain mujarab mengatasi sel kanker dari kelenjar, daun sirsak juga tokcer mengendalikan
kanker yang berasal dari sel jaringan ikat. Contohnya antara lain fibroadenokarsinoma pada
kanker payudara dan kanker rahim.

(Sardi Duryatmo/Peliput: Endah Kurnia Wirawati, Evy Syariefa Firstantinovi, Imam


Wiguna, Lastioro Anmi Tambunan, Rosy Nur Apriyanti, Tri Istianingsih)

SEMULA BISUL

Obat bisul menjadi obat kanker? Menurut dr Willie Japaries MARS dalam pengobatan
tradisional tiongkok, herbal untuk mengatasi bisul, berkhasiat pula sebagai obat kanker. Contoh
daun dewa dan sambiloto yang berkhasiat mengatasi kanker, semula juga untuk mengobati
bisul. Masyarakat juga memanfaatkan daun sirsak untuk mengobati bisul.***

BERI JEDA

Daun sirsak mengandung antioksidan tinggi. Antioksidan bersifat akumulatif di dalam tubuh
sehingga dapat berubah menjadi prooksidan, pemicu kanker. Menurut dr Sidi Aritjahja
sebaiknya konsumsi daun sirsak hanya selama gejala terasa. Jika membaik, hentikan konsumsi
daun sirsak minimal 6 bulan. Setelah itu bisa konsumsi kembali untuk menghindari
penumpukkan antioksidan.***

PERKUAT HATI

Tubuh penderita kanker pada umumnya lemah. Oleh karena itu perlu meningkatkan sistem
kekebalan tubuh pasien. Menurut dr Erna Cipta Fahmi perlu menambahkan temu-temuan, selain
daun sirsak. Sel darah merah pasien juga berkurang sehingga baik mengonsumsi bayam merah
dan bit. Ginjal yang juga lemah, diperkuat dengan pegagan dan temulawak. ***
Semula diambil buahnya, kini juga daunnya

dr Willie Japarries MARS :” pengobatan harus holistik. Herbal bukan hanya menyasar kanker,
tapi juga meningkatkan kekebalan tubuh”

dr Erna Cipta Fahmi :” penggunaan herbal sebaiknya majemuk karena kerja masing-masing zat
aktif berbeda Konsumsi ekstrak daun sirsak dalam kapsul lebih praktis

‘Tak ada peluru ajaib untuk menembak kanker. Tanaman obat harus campuran sehingga sinergis
dan hasil maksimal. Sinergisme juga menetralisir efek samping,’ kata dr Paulus Wahyudi Halim.

Menurut dr Aru W Sudoyo SpPD :” gejala kanker usus besar adanya darah dalam kotoran,
perubahan dalam buang air besar, nyeri perut bagian bawah yang tak kunjung hilang, bentuk
kotoran yang panjang dan tipis seperti pensil , anemia, dan bobot tubuh turun”

dr Prapti Utami :” sebagai tanaman obat sirsak lebih populer sehingga masyarakat tak akan
salah pilih”

dr Aru W Sudoyo SpPD:”pasien boleh konsumsi daun sirsak, tetapi sebagai herbal
komplementer atau pendamping. Dalam pengobatan peran herbal hanya 40%. Selebihnya andil
sikap, gaya hidup, dan kondisi kejiwaan. Pengobatan lebih berhasil jika pasien tidak stress”

dr Setiawan Dalimartha :”banyak pasien kanker stadium lanjut yang diberi daun sirsak”

dr Hadi Pranata SpS MARS anjurkan daun sirsak kepada pasien kanker dan penyakit saraf
Konsumsi daging berlebihan salah satu penyebab kanker usus. Sel usus besar yang terpapar zat
kimia dari makanan, polusi, dan racun dari sampah makanan memicu munculnya sel abnormal
dr Zainal Gani, resepkan ekstraksi daun sirsak

Tolak Operasi, Pilih Daun Sirsak

TUESDAY, 01 FEBRUARY 2011 13:54 ADMINISTRATOR

Saran dokter itu terus terngiang-ngiang di telinga Catherine, segera operasi dalam 3 hari.

Catherine tak akan pernah alpa kejadian pada 4 September 2010. Pada hari itu ia mengambil
hasil ultrasonografi dan pemindaian di sebuah rumahsakit di Serpong, Kotamadya Tangerang
Selatan, Banten. Dokter ahli radiologi di rumahsakit itu menyarankan Catherine untuk menemui
dokter ahli penyakit dalam di rumahsakit di Jakarta Selatan, dr Martin Batubara SpPD. Namun,
hari itu dokter berpraktek di rumahsakit di Ciputat, Kotamadya Tangerang Selatan, Banten.
Perempuan 59 tahun itu pun bergegas ke lokasi praktek dr Martin. Setelah mengecek hasil
ultrasonografi dan pemindaian, dokter menyarankan agar Catherine mendaftar operasi malam itu
juga, pukul 19.05. Paling lambat 3 hari ke depan, ia harus menjalani operasi untuk mengatasi
tumor mediastinum superior atau pembesaran kelenjar tiroid. Dokter menyatakan pembesaran
kelenjar tiroid itu akibat berkurangnya hormon tiroid pada kelenjar tiroid. Nah, saran itulah yang
mengiang-ngiang di telinga Catherine.
Produksi minim
Penyakit maut itu ia rasakan pertama kali pada 2008. Sejak itu ia mudah sakit, kondisi kesehatan
gampang drop. Ketika menyapu halaman, tiba-tiba ia sesak napas. Ia pun menghentikan
aktivitasnya dan mencoba menarik napas dalam-dalam, masuk ke rumah, dan beristirahat.
Semula ia mengira bronkitis kambuh lagi. Saat itu ia memang mengidap penyakit radang cabang
tenggorok. Namun, kondisi mantan kepala sekolah dasar Negeri Cibinong 2 itu kian parah.
Napas makin sesak, ketika bicara terbata-bata saking sakitnya bernapas.
Oleh karena itu ia memeriksakan diri di rumahsakit di Serpong, Tangerang Selatan. Hasil
rontgen menunjukkan bahwa Catherine positif tiroid. Hormon tiroid berfungsi mengendalikan
kecepatan metabolisme tubuh. Jaringan tiroid sebelah kiri membesar dan mempersempit trakhea
hingga 10 mm (normal 16 - 18 mm). Itu yang menyebabkan ia merasakan sesak napas. Pada
orang dewasa, penyebab utama hipotiroid atau kekurangan hormon tiroid adalah gangguan
autoimun yang menyebabkan hormon yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
Untuk mengatasi itu dokter mendesak agar Catherine segera operasi. Jika tidak, kemungkinan ia
tidak tertolong lagi. Meski tahu hidupnya di ujung tanduk, Catherine tak menuruti saran dokter
untuk operasi. ‘Saya takut mati di meja operasi,’ kata ibu 3 anak itu. Ia malah memenuhi anjuran
temannya, untuk menemui herbalis di Bogor, Jawa Barat, Valentina Indrajati. Pada 5 September
2010, Catherine pun bertemu Valentina.
Herbalis yang kerap mengajar yoga di Thailand itu mensyaratkan agar Catherine menghindari
konsumsi obat-obatan kimia, daging hewan berkaki 4, duku, sawo, dan nangka. Ketiga buah
bergetah itu merusak produksi kelenjar sehingga mesti dihindari. Menurut Valentina,
pembesaran tiroid Catherine mengarah kepada tumor jinak. Saat itu Valentina meresepkan daun
sirsak dan beberapa herbal lain seperti sambiloto dan keladitikus. Sediaan itu dalam bentuk
serbuk yang telah bercampur menjadi satu.
Lelah
Keesokan hari, pada 6 September 2011, Catherine mulai mengonsumsi rebusan ketiga herba itu.
Ia mengambil 20 gram sediaan, merebus di dalam 2 gelas air hingga mendidih, dan tersisa 1
gelas. Setelah hasil rebusan dingin, serbuk herba mengendap di dasar gelas, ia pun meminumnya
2 kali sehari setelah makan. Pada 15 hari pertama konsumsi, ia merasa tubuh penat dan letih.
Frekuensi buang air besar meningkat rata-rata 4 kali sehari dan lebih sering tidur. Ia kaget
menghadapi perubahan itu dan segera menghubungi Valentina.
Menurut Valentina perubahan itu merupakan proses detoksifikasi untuk membuang racun dalam
tubuh. Benar saja, ketika memasuki hari ke-16, Catherine merasa lebih segar dan sehat. Ia
mampu membersihkan rumah dan halaman selama 2 jam tanpa sesak napas dan kecapaian.
‘Badan terasa ringan dan napas pun terasa lega,’ kata Catherine. Padahal, sebelumnya menyapu
10 menit saja, ia merasa lelah dan sesak napas. Kini 3,5 bulan sudah berlalu, Catherine terlihat
lebih ceria. Ia bisa menikmati masa pensiunnya dengan tenang.
Ketika wartawan Trubus menemui Catherine pada 19 Januari 2011, ia tampak bugar. Bicaranya
juga panjang lebar, tanpa tersendat-sendat, bahkan sulit terpotong. Sekarang, ‘Tidak ada lagi rasa
sesak napas di dada,’ kata Catherine riang yang pensiun pada Oktober 2010 itu. Secara umum
kondisi kesehatannya membaik dengan indikasi tanpa sesak napas, bugar, tak mudah lelah, dan
lancar berbicara. Sayangnya, perbaikan kondisi itu belum dibuktikan melalui pemeriksaan secara
medis.
Pemanfaatan daun sirsak untuk membantu kesembuhan pasien sejalan dengan beberapa
penelitian ilmiah. Para ahli menemukan senyawa aktif acetogenins dalam daun durian belanda
alias sirsak. Peneliti di Sekolah Farmasi, Osaka University, Jepang, Naoto Kojima, berhasil
mensintesis senyawa itu yang bersifat antitumor. Selain itu, Kojima juga mensintesis senyawa
murisolin dalam daun sirsak bersifat sitotoksik pada sel tumor manusia dengan potensi antara
105 - 106 kali adriamycin - obat kemoterapi.
Peneliti dari Sekolah dan Ilmu Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Prof Soelaksono
Sastrodihardjo PhD juga membuktikan khasiat daun sirsak. Ia meriset bersama Jerry McLaughlin
dari Purdue University, Amerika Serikat. ‘Acetogenins menghambat ATP (adenosina trifosfat).
ATP sumber energi di dalam tubuh. Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga
membutuhkan banyak ATP,’ kata Sastrodihardjo.
Acetogenins masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding
mitokondria. Dampaknya produksi energi di dalam sel kanker atau tumor pun berhenti dan
akhirnya sel kanker mati. Hebatnya acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel kanker
yang memiliki kelebihan ATP. Senyawa itu tak menyerang sel-sel lain yang normal di dalam
tubuh. Berkat bantuan daun sirsak, kesehatan Catherine kian membaik. (Endah Kurnia
Wirawati)

Prof Soelaksono, meneliti daun sirsak bersama tim dari Purdue University, Amerika Serikat
Daun sirsak mengandung acetogenins pembunuh sel kanker
Hasil CT scan yang menunjukkan pembesaran tiroid sebelah kiri hingga melebar dan berukuran
48,9 mm (normal 15 - 20 mm)
Tiroid
Kelenjar Tiroid dan Trakhea
Akibat pembekakan, kelenjar tiroid menyempitkan saluran trakhea menjadi 10 mm. Idealnya
ukuran saluran trakhea 16 - 18 mm
http://educapreneur.multiply.com/journal/item/10?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2
Fitem

Anda mungkin juga menyukai