Anda di halaman 1dari 4

ARAH KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

1. Komunikasi ke bawah
Komunikasi dapat mengalir dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat
bawah organisasi. Komunikasi ini menunjukkan sumber pesan yang berasal dari
orang yang berotoritas lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Ada 5 jenis
informasi yang bisa dikomunikasikan dari atasan ke bawahan (Katz dan Kahn
dalam buku komunikasi organisasi) :
a. Informasi bagaimana melakukan pekerjaan
b. Dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
c. Kebijakan dan praktik-praktik organisasi
d. Kinerja pegawai
e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas

2. Komunikasi ke atas
Komunikasi yang mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat
yang lebih tinggi dalam suatu organisasi. Setiap bawahan dapat memiliki alasan
yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada
seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripadanya.

Sharma dalam Mulyana (2015) mengemukakan 4 alasan mengapa komunikasi


ke atas terlihat sulit :

a. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran


mereka
Penelitian menunjukkan bahwa pegawai suka merasa bahwa
mereka akan mendapatkan kesulitan jika mereka berbicara kepada
penyelia dan cara terbaik untuk naik pangkat dalam organisasi
tersebut ialah sepakat dengan penyelia mereka.
b. Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak tertarik kepada masalah
pegawai.
Pegawai sering kali melaporkan bahwa manajer mereka tidak
memperhatikan masalah mereka. Manajer mungkin tidak memberi
tanggapan terhadap masalah pegawai dan mungkin menahan
beberapa komunikasi ke atas karena hal itu mungkin membuat
mereka terlihat buruk dalam pandangan atasan mereka.
c. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan
pegawai.
Manajer atau penyelia kurang berhasil untuk memberikan
penghargaan kepada para pegawainya untuk mempertahankan agar
saluran komunikasi ke atas tetap terjaga dan terbuka.
d. Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak dapat dihubungi dan
tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai.
Hal ini bisa jadi karena atasan yang terlalu sibuk untuk
mendengarkan atau bawahan yang tidak dapat menemukan
atasannya. Kalaupun ada penyelianya, ia cenderung tidak tanggap
pada apa yang disampaikan bawahannya.
Jackson dalam Mulyana (2015) menyatakan bahwa, secara keseluruhan,
kekuatan yang mengarahkan komunikasi dalam sebuah organisasi ialah
motivasi.Pegawai cenderung berkomunikasi ke atas untuk mencapai keinginan
pribadinya ataupun untuk memperbaiki lingkungan barunya.Setiap program
komunikasi organisasi harus didasarkan pada iklim kepercayaan. Bila ada
kepercayaan, pegawai mungkin lebih berani mengemukakan gagasan dan
perasaannya secara bebas serta atasan dapat menafsirkan apa yang dimaksud
oleh pegawai dengan cermat. Untuk memperlancar komunikasi ke atas,
organisasi Wendlinger menciptakan sebuah program "Saluran ke Atas" yang
memungkinkan pegawai mengemukakan masalah, keluhan, atau pendapat
kepada manajemen puncak dengan merahasiakan identitas mereka serta hanya
diketahui oleh koordinator Saluran Terbuka, dengan jaminan memperoleh
jawaban tertulis yang jujur dari manajer - yang dikirimkan ke rumah pegawai
tersebut. Program ini berhasil, dan faktornya ialah dengan merahasiakan
identitas pegawai dan jawabannya yang jujur.
3. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi di antara
rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-
individu yang ditempatkan pada otoritas yang sama dalam organisasi dan
mempunyai atasan yang sama. Jadi, di sebuah universitas, unit kerja dapat
berupa sebuah jurusan. Komunikasi diantara dosen-dosen dalam sebuah jurusan
disebut komunikasi horisontal.
Tujuan komunikasi horizontal :
a. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja
b. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan
c. Untuk memecahkan masalah
d. Untuk memperoleh pemahaman bersama
e. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan
f. Untuk menimbulkan dukungan antarpersonal

4. Komunikasi Lintas Saluran

Dalam kebanyakan organisasi, muncul keinginan pegawai untuk


berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak
menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka.Misalnya, bagian-bagian
seperti teknik, penelitian, akunting dan personalia mengumpulkan data, laporan,
rencana persiapan, kegiatan koordinasi dan memberi nasihat kepada manajer
mengenai pekerjaan pegawai di semua bagian organisasi.Mereka melintasi jalur
fungsional dan berkomunikasi dengan orang-orang yang diawasi dan yang
mengawasi tetapi bukan atasan maupun bawahan.Mereka tidak memiliki
otoritas lini untuk mengarahkan orang-orang yang berkomunikasi dengan
mereka dan terutama harus mempromosikan gagasan-gagasan mereka. Namun,
mereka memiliki mobilitas yang tinggi dalam organisasi; mereka dapat
mengunjungi bagian lain atau meninggalkan kantor mereka hanya untuk terlibat
dalam komunikasi informal (Davis dalam Mulyana, 2015).
Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran
karena biasanya tanggung jawab mereka muncul di beberapa rantai otoritas
perintah dan jaringan yang berhubungan dengan jabatan.Unit pelatihan dan
pengembangan misalnya, berhubungan dengan produksi, penjualan, relasi
industri, pembelian, penelitian, dan teknik juga dengan pelanggan, untuk
pelatihan pelanggan
5. Komunikasi Informal, Pribadi atau selintingan

Jika pegawai berkomunikasi satu sama lainnya tanpa mengindahkan


posisinya dalam organisasi, faktor-faktor yang mengarahkan aliran informal
lebih bersifat pribadi. Arah aliran informasi kurang stabil, informasi mengalir
ke atas, ke bawah, horisontal, dan melintasi saluran hanya dengan sedikit, jika
ada, perhatian pada hubungan-hubungan posisional.Karena informasi
informal/personal muncul dari interaksi di antara orang-orang, informasi ini
tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat diduga, dan jaringannya
digolongkan sebagai selentingan (grapevine).Informasi yang mengalir
sepanjang jaringan kerja selentingan juga terlihat berubah-ubah dan
tersembunyi.Dalam isitilah komunikasi, selentingan digambarkan sebagai
"metode penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat
diperoleh melalui saluran biasa" (Stein dalam Mulyana, 2015).Komunikasi
informal cenderung mengandung laporan "rahasia" tentang orang-orang dari
peristiwa yang tidak mengalir melalui saluran perusahaan yang formal.
Informasi yang diperoleh melalui selentingan lebih memperhatikan "apa yang
dikatakan atau didengar oleh seseorang" daripada apa yang dikeluarkan oleh
pemegang kekuasaan. Paling tidak sumbernya terlihat "rahasia" meskipun
informasi itu tidak rahasia.

Sifat-sifat selentingan :
Menurut W.L Davis & O'Connor, 1977, sifat-sifat selentingan:
1. Selentingan berjalan terutama melalui interaksi mulut ke mulut
2. Selentingan biasanya bebas dari kendala-kendala organisasi dan
posisi
3. Selentingan menyebarkan informasi dengan cepat
4. Selentingan cenderung mempengaruhi organisasi, apakah untuk
kebaikan atau keburukan; jadi pemahaman mengenai
selentingan dan bagaimana selentingan ini dapat memberi andil
positif kepada organisasi merupakan hal yang penting.
5. Informasi selentingan biasanya tidak lengkap, menghasilkan
kesalahan interpretasi bahkan bila rinciannya cermat.
6. Aliran utama informasi dalam selentingan cenderung terjadi
dalam kelompok-kelompok fungsional daripada antara
kelompok-kelompok tersebut.

Mulyana, Deddy. 2015. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan.


Bandung. PT REMAJA ROSDAKARYA.

Anshari, Hairy, Masjaya, dan Jamal Amin. (2014)“Pengaruh Komunikasi Organisasi dan
budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Bagian Sosial Sekretariat Daerah Kabupaten
Kutai Timur”. Jurnal Administrative Reform. 2(4). http://e-
journals.unmul.ac.id/index.php/JAR/article/view/528/480

Anda mungkin juga menyukai