Anda di halaman 1dari 22

Peran Komunikasi dalam Managemen Organisasi

Pengertian Komunikasi
Istilah manajemen komunikasi adalah relatif baru. Komunikasi itu sendiri bukan
merupakan bagian penting dari perbendaharaan ka_ ta manajemensampai akhir tahun
1940-an dan permulaan 1950-an. Tetapi, sejalan dengan organisasi menjadi
semakin."sadar manusia" dalam pendekatan hubungan manusiawi dan sejalan dengan
para ahli perilaku mulai menerapkan penelitian-penelitian mereka pada organisasi,
komunikasi menjadi bagian penting yang diperhatikan manajemen. Bagaimanapun juga,
komunikasi tetap merupakan peralatan (tool) manajemen yang dirancang untuk mencapai
tujuan dan tidak dinilai atas dasar hasil akhir dalam komunikasi itu sen diri.

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi
dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari
sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah,
intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan
tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan
menerimanya sangat tergantung pada ketrampilanketrampilan tertentu (membaca,
menulis, mendengar, berbicara dan lain-lain) untuk membuat sukses pertukaran
informasi.

Komunikasi, sebagai suatu proses dengan mana orang-orang bermaksud memberikan


pengertian-pengertian melalui pengiringan berita secara simbolis, dapat
menghubungkan para anggota berbag~ satuan organisasiyang berbeda dan bidang yang
berbeda pula, sehingga sering disebut rantai pertukaran informasi. Konsep ini
mempunyai unsur-unsur :

1. Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti,


2. Suatu sarana pengaliran informasi dan
3. Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi di antara individu-individu.

Pandangan tradisional tentang komunikasi telah banyak diubah oleh perkembangan


teknologi, yaitu bahwa komunikasi tidak hanya terjadi antara dua atau lebih individu,
tetapi mencakup juga komunikasi antara orang-orang dan mesin-mesin, dan bahkan
antara mesin dengan mesin lain.

Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) mendefinisikan komunikasi sebagai the process by
which people attempt to share meaning via the transmission ofsymbolic
messages. Komunikasi adalah proses di mana seseorang berusaha untuk memberikan
pengertian atau pesan kepada orang lain melalui pesan simbolis. Komunikasi bisa
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, dengan menggunakan
berbagai media komunikasi yang tersedia. Komunikasi langsung berarti komunikasi
disampaikan tanpa penggunaanmediator atau perantara, sedangkan komunikasi tidak
langsung berarti sebaliknya.

Berdasarkan pengertian di atas, maka komunikasi memiliki beberapa elemen penting,


yaitu:

 Komunikasi melibatkan orang-orang, sehingga komunikasi yang efektif


terkait dengan bagaimana orang-orang dapat berinteraksi satu samalain secara
lebih efektif.
 Komunikasi berarti terjadinya berbagi informasi atau pemberian informasi maupun
pengertian (sharing meaning), sehingga agarpemberian informasi
maupun pengertian ini dapat terjadi, maka pihak-pihak yang berkomunikasi perlu
menyadari dan mengerti berbagai istilah atau pengertian yang mereka
gunakan dalam melakukan komunikasi. Jika tidak, maka kemungkinan terjadinya
salah persepsi dalam komunikasi sangat tinggi.
 Komunikasi melibatkan simbol-simbol, yang berarti komunikasi dapat
berupa bahasa tubuh, suara, huruf, angka, dan lain-lain sebagai bentuk simbolis
dari komunikasi yang dilakukan.

Komunikasi Organisasi

Semua faktor yang dibahas dalam model proses komunikasi di atas, dapat juga
diterapkan pada komunikasi dalam organisasi. Kommunikasi efektif di mana saja,
menyangkut penyampaian berita dari seseorang kepada oranglain secara akurat.
Hanya bedanya efektifitas komunikasi dalam organisasi pdipengaruhi oleh beberapa
faktor khusus. Raymond V. Lesikar telah menguraikan 4 (empat) faktor yang
mempengaruhi efektifitas komunikasi organisasi, yaitu
saluran komunikasi formal, struktur organisasi, spesialisasiiabatan dan apa yang disebut
Lesikar sebagai "pemilikan informasi".

Saluran komunikasi formal mempengaruhi efektifitas komunikasi dalam dua cara.


Pertama, liputan saluran formal semakin melebar sesuai perkembangan dan
pertumbuhan organisasi. Sebagai contoh, komunikasi efektif biasanya semakin sulit
dicapai dalam organisasi yang besar dengan cabang-cabang yang menyebar. Kedua,
saluran komunikasi formal dapat menghambat aliran informasi antar tingkattingkat
organisasi. Sebagai contoh, karyawan lini perakitan hampir selalu akan
mengkomunikasikan masalah-masalah pada penyelia (mandor) mereka dan bukan
pada manajer pabrik. Keterbatasan ini mempunyai kebaikan (seperti menghindarkan
manajer atas dari kebanjiran informasi), tetapi juga mempunyai kelemahan (seperti
menghindarkan manajer atas dari informasi yang seharusnya mereka peroleh).

Struktur wewenang organisasi mempunyai pengaruh yang sama terhadap efektifitas


organisasi. Perbedaan kekuasaan dan kedudukan (status) dalam organisasi akan
menentukan pihak-pihak yang berkomunikasi dengan seseorang serta isi dan ketepatan
komunikasi. Sebagai contoh, percakapan antara direktur perusahaan dengan karyawan

akan dibatasi formalitas dan kesopanan, sehingga tidak ada pihak yangberkehendak
untuk mengatakan sesuatu yang penting.

Spesialisasi jabatan biasanya akan mempermudah komunikasi dalam kelompok-


kelompok yang berbeda. Para anggota suatu kelompok kerja yang sama akan cenderung
berkomunikasi dengan istilah, tujuan, tugas, waktu, dan gaya yang sama. Komunikasi
antara kelompok-kelompok yang sangat berbeda akan cenderung di hambat.

Pemilikan informasi berarti bahwa individu-individu mempunyai informasi khusus dan


pengetahuan tentang pekerjaan-pekerjaan mereka. Sebagai contoh, manajer produk
akan mempunyai pengamatan yang lebih tajam dalam perumusan strategi-strategi
pemasaran, kepala departemen mungkin mempunyai cara tertentu yang efektif untuk
menangani konflik di antara para bawahannya. Individuindividu yang memiliki
informasi-informasi khusus ini dapat berfungsi lebih efektif daripada lainnya, dan
banyak di antara mereka yang tidak bersedia membagikan informasi tersebut
kepadayang lain.

Jaringan komunikasi dalam organisasi. Organisasi dapat merancang jaringan atau struktur
komunikasi dalam berbagai cara. Jaringan komunikasi mungkindirancang kaku, seperti bahwa
karyawan dilarang berkomunikasi dengan siapapun kecuali atasannya langsung.
Jaringan semacam ini biasanya dimaksudkan untuk menghindarkan manajer atas dari
informasi berlebihan yang tidak perlu dan menjaga kekuasaan dan statusnya. Sebaliknya,
jaringan mungkin dirancang lebih bebas, di mana individu-individu dapat berkomunikasi
dengan setiap orang pada setiap tingkat. Jaringan seperti ini digunakan bila
aliran komunikasi yang lebih bebas sangat diperlukan, seperti dalam departemen riset.
Ada 4 (empat) macam jaringan komunikasi, seperti terlihat dalam gambar diatas. Dalam
jaringan "lingkaran" ; sebagai contoh, B hanya dapat berkomunikasi dengan A dan
C. Untuk berkomunikasi dengan E, B harus melalui A atau melalui C dan
D. Pola "rantai" menunjukkan dua bawahan (A dan E) yang melapor kepada atasan me-
reka (B dan D), yang selanjutnya oleh B dan D dilaporkan ke C. Pada jaringan "bintang";
C dapat berkomunikasi langsung dengan A, B, D dan E, walaupun mereka ini tidak dapat
berkomunikasi langsung satu sama lain. Sebagai contoh, empat tenaga penjual (A, B, D,
E) melapor ke manajer cabang (C). Sedangkan jaringan "huruf Y" ; bisa terdapat dalam
bagian sekretariat di mana surat-surat diterima oleh E, disortir oleh D dan distribusikan
oleh C.

Jaringan "huruf Y" dan "bintang" adalah komunikasi yang terpusat, denganC pada posisi
pusat. Komunikasi yang disentralisasi ini lebih efektif untuk menyelesaikan masalah-
masalah rutin dan tidak kompleks, karena lebih cepat dan lebih akurat. Tetapi bila
masalahnya kompleks, jaringan "lingkaran" dan "rantai" yang didesentralisasi, akan
lebih cepat dan akurat penyelesaiannya. Kepuasan anggota kelompok juga cenderung
lebih tinggi dalam jaringan jaringan yang didesentralisasi.

SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi organisasi dapat diperoleh dengan
mempelajari arah-arah dasar gerakannya yang tampak dengan terbentuknya saluran-
saluran komunikasi. Saluransaluran komunikasi formal ditentukan oleh struktur
organisasi atau ditunjukkan oleh berbagai sarana formal lainnya, tipe saluran-saluran
dasar komunikasi adalah vertikal, lateral dan diagonal.
Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai
perintah. Komunikasi ke bawah (downward communication) dimulai dari manajemen
puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai
ke karyawan lini dan personalia palingbawah. Maksud utama komunikasi ke bawah
adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran dan penilaian
kepada bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang
tujuan dan kebijaksanaan organisasi.

Berita-berita ke bawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan biasanya


disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lainnya, bulletin,pertemuan atau
rapat, dan percakapan serta melalui interaksi orang per orang atau kelompok-kelompok
kecil. Manajemen seharusnya tidak hanya memusatkan perhatiannya pada usaha komu-
nikasi ke bawah, tetapi juga komunikasi ke atas.

Fungsi utama komunikasi ke atas (upward communication) adalah untuk mensuplai


informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yangterjadi pada tingkatan
bawah. Tipe komunikasi ini mencakup laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan,
dan permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini dapat dipandang sebagai data atau
informasi umpan balik bagi manajemen atas.

Bentuk-bentuk komunikasi seperti kebijaksanaan "pintu terbuka", sistem


komunikasi informal, survey sikap, dewan manajemenkaryawan, atau sistem inspektur
jenderal dirancang untuk memudahkan komunikasi ke atas ke manajemen puncak.
Komunikasi Lateral atau Horizontal

Komunikasi lateral atau horizontal meliputi hal-hal berikut ini :

1. Komunikasi di antara para anggota dalam kelompok kerja yang sama.


2. Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen-departemen pada
tingkatan organisasi yang sama.

Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif, dan merupakan hasil dari
konsep spesialisasi organisasi. Sehingga komunikasi ini dirancang guna mempermudah
koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi lateral,selain membantu koordinasi
kegiatankegiatan lateral, juga menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang
lambat.

Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal


rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan-hubungan
departemen lini dan staf. Seperti telah dibahas dalam bab 10 bahwa hubungan-
hubungan yang ada antara personalia lini dan staf dapat berbeda-beda, yang akan
membentuk beberapa komunikasidiagonal yang berbeda-beda

pula.
PERANAN KOMUNIKASI INFORMAL

Pembahasan aliran-aliran komunikasi di atas adalah berkenaan dengan yang disebut


komunikasi "formal", sebagai saluran penyampaian berita yangdirancang manajer
organisasi untuk memudahkan hubungan pekerjaan.Komunikasi
informal, bagaimanapun juga, adalah juga bagian penting aliran komunikasi organisasi.
Bentuk komunikasi ini timbul dengan berbagai maksud,yang meliputi antara lain :

1. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan manusiawi, seperti kebutuhan untuk


berhubungan dengan orang lain.
2. Perlawanan terhadap pengaruh-pengaruh yang monoton atau membosankan.
3. Pemenuhan keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. 4. Pelayanan
sebagai sumber informasi hubungan pekerjaan yang tidak disediakan saluran-
saluran komunikasi formal.

Tipe komunikasi informal yang paling terkenal adalah 'grapevme "(mendengar sesuatu
bukan dari sumber resmi, tetapi dari desasdesus, kabar angin atau "slentingan"). Sistem
komunikasi "grapevme" cenderung dianggap merusak atau merugikan, karena tidak
jarang terjadi penyebaran informasinya tidak tepat, tidak lengkap dan menyimpang.
Selain itu, desas-desus cenderung bersifat membakar, tidak sesuai dengan kenyataan,
lebih bersifat emosional daripada logika, dan kadang-kadang dirahasiakan dari anggota
yang mempunyai wewenang manajerial lebih tinggi.

Di lain pihak, komunikasi "grapevme" mempunyai peranan fungsional sebagai alat


komunikasi tambahan bagi organisasi. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa
komunikasi "grapevme" lebih cepat, lebih akurat dan lebih efektif dalam menyalurkan
informasi. Manajer dapat mempergunakan komunikasi ini dengan informasi yang
sengaja "dibocorkan".

Manajer harus menyadari bahwa komunikasi informal dan terutama"grapevme" tidak


dapat dihilangkan. Bahkan, sebaiknya manajer perlu memahami dan
menggunakan "grapevme" sebagai pelengkap komunikasi formal. Peran salah
komunikasi ini dapat diminimalkan dengan merancang saluran komunikasi formal yang
baik, dan menyebarkan informasi dengan cepat dan tepat.
EFEKTIVITAS KOMUNIIKASI

Berbagai pennyebab timbulnya masalah-masalah komunikasi dan betapa sulitnya


mencapai komunikasi efektif telah dibahas di atas. Sekarang akan dibicarakan berbagai
cara dengan mana para manajer dapat meningkatkan efektivitas komunikasi. Teknik-
teknik ini pada dasarnya adalah cara-cara untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang disajikan sebelumnya.

Kesadaran Akan Kebutuhan Komunikasi Efektif

Karena berbagai hambatan organisasional dan antar pribadi, komunikasi efektif tidak
dapat dilaiarkan terjadi begitu saja. Manajer' harus memainkan peranan penting dalam
proses komunikasi, di mana hanya dengan cara itu kemudian dapat diambil langkah-
langkah untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.

Pentingnya komunikasi menyebabkan banyak perusahaan besarmenggunakan para "ahli


komunikasi". Para spesialis komunikasi ini membantu perbaikan komunikasi dengan
bantuannya kepada para penyelia memecahkan masalah-masalah
komunikasi internal; penentuan strategi komunikasi perusahaan sehubungan dengan
"layoffs", penutupan pabrik atau relokasi, dan terminasi; serta pengukuran kualitas
kegiatan-kegiatan komunikasi, melalui interview (wawancara) atau survey.

Penggunaan Umpan - Balik

Peralatan penting pengembangan komunikasi lainnya adalah penggunaan umpan balik


berita-berita yang dikirim. Komunikasi dua arah ini memungkinkan proses komunikasi
berjalarn lebih efektif. Para manajer dapat melakukan paling sedikit dua. hal untuk
mendorong umpan balik dan menggunakannya secara efektif. Manajer
dapat menciptakan lingkunganyang mendorong umpan balik, dan mendapatkan
umpan balik melalui kegiatan mereka sendiri.

Cara manajer berkcmunikasi dengan para bawahannya dapat menentukan jumlah


umpan balik yang akan mereka terima. Di samping itu, tipe komunikasi yang digunakan
dan lingkungan komunikasi penting dalam penentuan umpan balik macam
apa yang akan didapatkannya. Dalam hal ini manajer perlu memainkan peranan aktif
dalam pengadaan umpan balik tersebut. Sebagai contoh, setelah memberikan
penugasan suatu pekerjaan manajer dapat bertanya, "Apakah saudara mengerti ?" atau
"Apakah saudara mempunyai pertanyaan ?" atau "Apakah ada yang belum saya
jelaskan ?" Tetapi pertanyaan-pertanyaan itu tidak mendorong timbulnya jawaban ja-
waban, sehingga pendekatan yang lebih langsung dapat dilakukan dengan mengatakan
:"Pekerjaan ini adalah penting; sebab itu pahami benar setiap langkah, laporkan
kepada saya apa yangakan saudara lakukan".

Di lain pihak, para manajer perlu secara aktif mencari umpan balik. Manajemen
partisipatif dan komunikasi tatap muka merupakan cara-carayang dapat digunakan
untuk meningkatkan efektifitas komunikasi melalui penggunaan umpan balik.

Menjadi Komunikator yang Lebih Efektif

Teknik-teknik komurikasi yang jelek mengganggu banyak manajer, seperti ha.lnya


mengganggu hubungan mereka dengan para bawahannya di luar pekerjaan. Oleh karena
itu, latihan-latihan dalam penulisan dan penyampaian berita secara lisan perlu
dilakukan untuk meningkatkan pemahaman akan simbol-simbol, penggunaan bahasa,
pengutaraan yang tepat dan kepekaan terhadap latar belakang penerima berita.

Salah satu peralatan yang digunakan secara efektif oleh para psikolog, pembimbing, dan
orang-orang yang profesinya memerlukan pemahaman yang mendalam tentang klien
mereka, yaitu active listening,dapat dipergunakan untuk mengembangkan dimensi baru
ketrampilan manajemen para manajer. Prinsip dasar peralatan ini adalah
penggunaanreflective statements (pernyataan balik) oleh pendengar. Bagaimanapun juga,
posisi kunci para manajer dalam proses komunikasi, membuat kebutuhan mendesak
bagi pengembangan diri untuk menjadi komunikator yang lebih efektif.

Pedoman Komunikasi yang Baik

American Management Associations (AMA) telah menyusun sejumlah prinsip-prinsip


komunikasi yang disebut "the Ten Commandments of Good Communication" (sepuluh
pedoman komunikasi yang baik). Pedoman-pedoman ini disusun untuk
meningkatkan efektifitas komunikasi organisasi,yang secara ringkas adalah
sebagai berikut:

1. Cari kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum dikomunikasikan.


2. Teliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi.
3. Pertimbangkan keadaan phisik dan manusia keseluruhan kapan saja komunikasi
akan dilakukan.
4. Konsultasikan dengan pihak-pihak lain, bila perlu, dalam perencanaan komunikasi.
5. Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita selama
berkomunikasi.
6. Ambil kesempatan, bila timbul, untuk mendapatkan segala sesuatu yang
membantu atau umpan balik.
7. Ikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan.
8. Perhatikan konsistensi komunikasi.
9. Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi.
10. Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untukdimengerti tetapi
untuk mengerti.

Prinsip-prinsip komunikasi AMA ini memberikan kepada para manajer pedoman untuk
meningkatkan efektifitas komunikasi.
Sumber : http://dominique122.blogspot.co.id/2015/04/peran-komunikasi-dalam-manajemen.html

Peran Manajemen Dalam Komunikasi


11. Arti dan peran manajemen pada komunikasi
Hovland menyatakan komunikasi adalah proses dimana seorang individu atau
komunikator mengoperasikan stimulus biasanya dengan lambang-lambang bahasa
(verbal maupun nonverbal) untuk mengubah perilaku individu lain.

Dari definisi diatas, maka salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah tingkah laku
individu. untuk mencapai itu harus melalui berbagai tahapan atau proses komunikasi
dengan pendekatan manajerial. Pendekatan manajemen dibutuhkan oleh setiap
organisasi karena tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan
akan lebih sulit.

Matrik hubungan fungsi manajemen dan unsur-unsur komunikasi


Fungsi Unsur-Unsur Komunikasi
Manajemen Komunikator Pesan Media Khalayak Efek
Planning V V V V V
Organizing V V V V V
Actuating V V V V V
Controlling V V V V V
22. Manajemen Komunikasi
Manajemen komunikasi adalah manajemen yang diterapkan dalam kegiatan
komunikasi. Ini berarti manajemen akan berperan atau sebagai penggerak aktivitas
komunikasi dalam usaha pencapaian tujuan komunikasi.

33. Manajer dan Manajemen Komunikasi


Dalam konteks manajemen komunikasi, maka seorang manajer komunikasi juga harus
mampu melakukan proses manajemen untuk tercapainya tujuan komunikasi.

3 Peran manager dari Schemerchon yaitu:


a. Peran Interpersonal
b. Peran Informasional
c. Peran Pengambilan Keputusan
Rober L. Katz (dalam Schermerchon, 1999), menggolongkan ketrampilan dasar manajer,
yaitu:
a. Ketrampilan Teknis (Technical Skill)
Kemampuan untuk menggunakan keahlian khusus dalam melakukan tugas tertentu.
Seorang manajer komunikasi harus memiliki kemampuan dalam melakukan tugas
tertentu.
b. Ketrampilan Kemanusiaan (Human Skill)
Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain disebut Human Skill. Di tempat
kerja, ketrampilan tersebut muncul dalam bentuk rasa percaya, antusias, keterlibatan
secara tulus dalam hubungan interpersonal.

Tiga falsafah Human Skill yang mendasari hubungan manusiawi oleh Keith Davis(Dalam
Ruslan, 1999) :
1. Mutual interest (Kepentingan bersama)
2. Human Dignity (Harga diri)
3. Perbedaan-perbedaan pada individu.

c. Ketrampilan konseptual (Conceptual Skill)


Berhubungan dengan konsep dalam proses manajerial.

4. Beberapa Produk Manajemen Komunikasi


a. Manajemen komunikasi untuk untuk bidang jurnalistik
Jurnalistik merupakan salah satu jenis aktivitas khas komunikasi yang lebih memusatkan
perhatian pada cara mencari, mengumpulkan, menyeleksi, dan mengolah informasi
yang mengandung nilai berita, serta menyajikannya kepada khalayak melalui media
massa baik cetak maupun elektronik.
b. Manajemen komunikasi untuk bidang kehumasan
Kehumasan merupakan aktivitas komunikasi untuk memasarkan dan menumbuhkan
citra organisasi dengan memanfaatkan berbagai jenis media sebagai saluran
informasinya.
c. Manajemen komunikasi untuk bidang penyiaran
Penyiaran berasal dari kata siar, yakni pendistribusian informasi dengan menggunakan
peralatan pemancar yang dipancarkan dari suatu radio atau televisi.
d. Manajemen komunikasi untuk bidang penyuluhan
Penyuluhan merupakan aktivitas komunikasi yang mengelola informasi dengan tujuan
untuk perubahan sikap.

Sumber : http://markxpattiasina.blogspot.co.id/2013/03/peran-manajemen-dalam-
komunikasi.html

Konsep Komunikasi Kepemimpinan


Pengertian komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communis atau
dalam bahasa inggrisnya common berarti sama. Apabila kita berkomunikasi berarti kita
dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan suatu persamaan dalam hal sikap dengan
seseorang. Jadi pengertian komunikasi secara harfiah adalah proses menghubungi atau
mengadakan perhubungan.

Ahli komunikasi mengatakan bahwa “communication is the process of sending and


reciving symbols with attach meaning”. Artinya bahwa komunikasi sebagian kegiatan
penyampaian informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda-tanda yang
sama. Communication is the evoking of a shered or common meaning in another
person. (Nelson & Quick, 2006 : 250). Komunikasi adalah untuk membangkitkan
pengertian bersama kepada orang lain.
Demikian juga Jennifer M. George (2006 : 437) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah
membagi informasi antara dua orang atau lebih atau kelompok untuk mencapai
pemahaman bersama, (Comunication the shering of information between two or more
individuals or group to reach a common understanding).
Bermkomunikasi merupakan suatu kebutuhan hidup manusia. Dengan berkomunikasi
manusia akan dapat berhubungan antara satu dengan yang lain, sehingga kehidupan
manusia akan bermakna. Disisi lain ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia itu hanya
dapat dipenuhi melalau komunikasi dengan sesama. Makin banyak manusia itu
melakukan aktivitas komunikasi antara satu dengan yang lainnya, akan semakin banyak
informasi yang didapatnya dan semakin besar peluang keberhasilan seseorang itu dalam
kehidupannya.

Dalam komunikasi diperlukan sedikitnya tiga unsur yaitu sumber (source), berita atau
pesan (message), dan sasaran (destination). Sumber dapat berupa individu atau organisasi
komunikasi. Berita atau pesan dapat berupa tulisan, gelombang suara atau komunikasi
arus listrik, lambaian tangan, bendera berkibar, atau benda lain yangmempunyai arti.
Sasaran dapat berupa seorang pendengar, penonton, pembaca,anggota dari kelompok
diskusi, mahasiswa, dan lain-lain.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di


antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.
Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan,
memelihara, dan mengubah organisasi. Struktur organisasi cenderung mempengaruhi
komunikasi, dengan demikian komunikasi dari bawahan kepada pimpinan sangat
berbeda dengan komunikasi antar sesamanya

Di dalam sebuah organisasi pemimpin adalah sebagai komunikator. Pemimpin yang


efektif pada umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, sehingga
sedikit banyak akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dia
juga harus piawai dalam melakukan komunikasi baik komunikasi verbal maupun non
verbal. Komunikasi verbal yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan tutur kata
yang ramah, sopan,dan lembut. Komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan
mengkomunikasikan konsep-konsep yang abstrak misalnya kebenaran, keadilan, etika,
dan agama secara non verbal misal menggunakan bahasa tubuh.

Fungsi Komunikasi Kepemimpinan


Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi
dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:

1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-
processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang
didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya
secara lebih pasti, informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang
mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun
guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan)
membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin
cuti dan sebagainya.

2. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif ini, yaitu:

 Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau
perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada
lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan
sebagaimana semestinya.
 Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-
peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak
pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.
Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan
dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal
seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan
kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan
antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan
darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi
yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan
tindak berbagi informasi dan gagasan. Untuk itu kita perlu memahami style atau gaya
seseorang ketika ia berkomunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan
sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam
suatu situasi tertentu (a specialized set of interpersonal behaviors that are used in a given
situation). Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi
yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang
tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada
maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
Gaya Komunikasi Kepemimpinan
Gaya komunikasi mengendalikan (dalam bahasa Inggris: The Controlling Style) ditandai
dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur
perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya
komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way
communications. Gaya komunikasi ini dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
1. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak
atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan
orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama
komunikator satu arah atau one-way communications.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan
agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa
yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk
mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya
dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini,
tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau
tanggapan yang negatif pula.
2. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian
style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan
verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of
communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap
anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana
yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap
anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah
orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina
hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam
lingkup hubungan kerja. The equalitarian styleini akan memudahkan tindak komunikasi
dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama,
khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang
kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan
share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis
maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas
dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian
kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi
tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam
organisasi tersebut.

Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University,
menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur
Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan bahwa pemrakarsa
(initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-
pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada
tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh
para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau
saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang
pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini
cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun
dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup
untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

5. The Relinguishing Style


Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun
pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang
lain.

Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender
sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman,
teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.

6. The Withdrawal Style


Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi
dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang
dihadapi oleh orang-orang tersebut.

Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin
dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan
diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari
berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam
konteks komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style
of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya
komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara
strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya
komunikasi terakhir: controlling dan withdrawalmempunyai kecenderungan menghalangi
berlangsungnya interaksi yang bermanfaat.
Hambatan Dalam Komunikasi Kepemimpinan
Pada sebuah proses komunikasi yang terjadi terkadang kita juga akan mengalami banyak
hambatan dalam berkomunikasi. Beberapa Hambatan Komunikasi adalah :

1. Hambatan sematik
Komunikasi yg disebabkan oleh fakor bahasa yg digunakan oleh para pelaku
komunikasi.

2. Hambatan mekanik.
Komunikasi yang disebabkan oleh factor elektrik, mesin atau media lainnya.
3. Hambatan antropologis
Hambatan yg disebabkan oleh perbedaan pada diri manusia.

4. Hambatan psikologis
Hambatan yg disebabkan oleh factor kejiwaan .

Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel
sebagaimana yang dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap
komunikasi yang efektif, yaitu :

1. Mendengar, biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau
informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan
tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada
anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung
mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si
pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa
menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda. Kita sering mendengar kata yang
artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang
sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya.
Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam
kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten. Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi –
tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang
berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima
informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan
ditanggapinya.
Urgensi Komunikasi Bagi Pemimpin
Permasalahan bisa terjadi akibat kita salah mengkomunikasikan pesan kepada
komunikan. Kadang hal ini terlupakan, padahal, manusia di dalam kehidupannya harus
berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau
masyarakat untuk saling berinteraksi.
Dalam berkomunikasi sering kali kita menjumpai banyak perbedaan. Perbedaan gaya
berkomunikasi seringkali menjadi suatu permasalahan. Perdebadaan tersebut seringkali
memicu fenomena etnosentrisme. Sehingga tak heran seringkali konflik diantara suku
dibangsa ini disebabkan adanya salah menginterpretasikan perkataan ataupun maksud
dari ucapan seseorang atau kelompok tertentu.

Selain itu juga dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk
berinteraksi antar individu maupun antar masyarakat agar terjadi keserasian dan dapat
mencegah konflik. Di sisi lain, komunikasi juga dibutuhkan oleh setiap Negara untuk
saling berhubungan dengan Negara lain (hubungan bilateral).

Komunikasi dengan kepemimpinan sangat erat hubungannya. Seorang pemimpin harus


memiliki wawasan yang luas, jujur, bertanggung jawab , berani dalam mengambil
keputusan, dan ia juga harus mempunyai keahlian berkomunikasi yang sangat baik.
Karena komunikasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam
menjalankan tugasnya. Setiap pemimpin pasti memiliki bawahannya dimana bawahannya
tersebut akan mengeluarkan gagasan/ide yang akan dipaparkan. Sehingga seorang
pemimpin tersebut dapat mengambil keputusan berdasarkan gagasan/ide tersebut.

Kepemimpinan yang berhasil mempengaruhi orang lain sangat ditentukan oleh


keterampilan dan kemampuan menjalankan fungi komunikasi secara baik karenanya
komunikasi yang baik dan menjadi efektif akan ditentukan pula oleh kepercayaan dan
keyakinan seorang pemimpin dalam memimpin untuk mempengaruhi bawahan.
Keyakinan dan kepercayaan hanya dapat terbentuk apabila pemimpin menyadari suatu
lingkungan yang harmonis antara pimpinan dengan para bawahannya yang dapat benar-
benar berkomunikasi dengan baik yang sejalan dengan makna fungsi komunikasi.

Dalam sebuah organisasi setiap orang yang terlibat di dalamnya ketika melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya, baik selaku pimpinan maupun para staf , agar semua
pekerjaan dapat terlaksana dengan lancar dan harmonis untuk mencapai tujuan bersama
yang disepakati dan ditetapkan, maka unsur kerjasama harus senantiasa tercipta dengan
baik. Dengan terjadinya proses kerjasama maka unsur komunikasi pun dengan sendirinya
akan tercipta, karena apa pun bentuk instruksi, informasi dari pimpinan , masukan, laporan
dari bawahan ke pimpinan, antara sesama bawahan senantiasa dilakukan melalui proses
komunikasi.
Peran pimpinan dalam peningkatan komunikasi pada sebuah organisasi membutuhkan
tiga hal: Pertama, pemimpin dan semua anggotanya harus memiliki kemampuan yang
tepat dan mengerti komunikasi yang baik. Komunikasi bukanlah proses yang indah dan
banyak orang membutuhkan pengertian yang mendalam mengenai issue
komunikasi. Kedua, komunikasi organisasi yang efektif membutuhkan iklim atau budaya
yang mendukung komunikasi yang efektif. Lebih spesifik iklim ini akan membutuhkan
kejujuran, keterbukaan, praktik komunikasi yang baik dan tanggung jawab untuk
membuat komunikasi lebih efektif. Ketiga, komunikasi yang efektif membutuhkan
perhatian. Hal ini bukanlah sesuatu yang langsung terjadi tetapi dikembangkan sebagai
hasil usaha staf dan jajaran manajemen.

Sumber : https://jurnalalishlah.wordpress.com/2014/09/06/peranan-komunikasi-dalam-
kepemimpinan/

PROSES KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua
perspektif, yaitu:
Perspektif Kognitif. Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif
kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau
berbagi informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini,
gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang
lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi
yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi.
Perspektif Perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif perilaku memandang komunikasi
sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang
dikehendakinya pada receiver. Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan bahwa
komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal di mana simbol verbal
tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yang
disebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver.
Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang berbeda, kita mencoba
melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi. Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan,
bagi suatu organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam
organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus diharapkan
oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan
mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan
tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau tidak.
Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi antarmanusia yang disajikan dalam
suatu model berikut:
Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang
berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:
Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau
pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi
suatu pesan yang akan disampaikan.
Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan
informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja
untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau
message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan,
bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-
gambar.
Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi
(encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis,
menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal
istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk
komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk
komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat
mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau OHP
(overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan
ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.
Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan,
maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak
mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu
memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman
(understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran
penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan
bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.
Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan
sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada
penerima. Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber
dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan
tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk
mengevaluasi efektivitas komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai