Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik


dengan memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa
untuk mendeteksi masalah kesehatan klien. Untuk pemeriksaan fisik
perawat menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi
(Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997; Kozier et al., 1995).

Biasanya pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian


kepala dan berakhir pada bagian anggota gerak. Seorang perawat sebelum
melakukan pemeriksaan fisik harus mengetahui dan memahami anatomi
tubuh terlebih dahulu, hal ini berguna agar tidak terjadi kesalahan pada
saat pemeriksaan.

Seorang perawat yang melakukan pemeriksaan fisik pada daerah


ekstremitas dan genitalia,harus terlebih dahulu memahami bagian dan
fungsi dari daerah tersebut,supaya perawat dapat memberikan tindakan
pemeriksaan yang tepat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi pada daerah extremitas atas dan


bawah pada manusia ?
2. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada daerah extremitas
atas dan bawah pada manusia ?

C. Tujuan

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi pada daerah extremitas atas dan


bawah pada manusia ?
2. Mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik pada daerah extremitas
atas dan bawah pada manusia ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Daerah Ekstremitas Atas

Bagian gelang bahu mengikat lengan ke rangka aksial. Masing- masing


terdiri atas scapula(bidang bahu) dan klavikula ( collarbone). Skapula
merupakan tulang pipih, lebar yang berfungsi untuk tempat melekatnya
beberapa otot yang menggerakkan lengan atas.Skapula terdiri dari
beberapa bagian yaitu :

· Fossa glenoidalis : cekungan yang membentuk sendi putar


dengan humerus
· Spina : tonjolan panjang posterior untuk
melekatnya otot
· Prosesus Akromialis : berartikulasio dengan klavikula.

Pada saat klavikula membentuk artikulasio pada bagian lateralnya dengan


scapula dan pada bagian medial dengan manubrium sterni.Dalam posisi
ini klavikula berperan sebagai pengikat bagi scapula dan mencegah bahu
bergerak lebih jauh ke depan. Klavikula terdiri atas beberapa bagian
yaitu :

· Ekstremitas Akromialis : berartikulasio dengan scapula.


· Sternal : berartikulasio dengan manubrium
sterni.

Humerus adalah tulang panjang lengan atas. Bagian humerus dengan


scapula membentuk sendi peluru. Pada bagian distal humerus dengan
ulna membentuk sendi engsel,sendi ini hanya memungkinkan gerakan
pada satu bidang,yaitu gerakan ke depan dan ke belakang tanpa gerakan
ke samping. Humerus terjadi atas beberapa bagian yaitu :

· Kaput : tonjolan bundar yang berartikulasio dengan


scapula

· Fossa olekrani : cekungan oval posterior untuk prosesus olekrani


ulna
· Kapitulum : tonjolan bundar superior bersendi dengan radius

· Troklea : permukaan konkaf yang berartikulasio dengan ulna

Tulang lengan bawah terdiri dari ulna dan radius. Radius dan ulna pada
bagian proksimal membentuk sendi putar yang memungkinkan gerakan
membalik telapak tangan ke atas dan ke bawah. Radius menyilang ulna
sehingga memungkinkan melakukan gerakan yang bervariasi. Pada bagian
radius terdapat kaput,kaput ini berartikulasi dengan ulna. Sedangkan,pada
bagian ulna terdiri atas dua bagian yaitu prosesus olekrani dan insisura
semilunaris.

Karpal merupakan tulang kecil yang terletak pada pergelangan


tangan,pada karpal terdapat sendi geser diantara ke-8 tulang,kedelapan

Tulang tersebut yaitu Os skafoideum, Os triquetrum, Os trapezium,Os


kapitatum, Os lunatum, Os pisiforme, Os trapezoideum, Os homatum.
Karpal membentuk artikulasio dengan ujung distal radius dan
ulna,dengan ujung proksimal metacarpal.

Falang merupakan tulang yang menyusun jari-jari. Ada dua buah falanges
pada ibu jari dan tiga buah pada jari lainnya. Di antara falanges terdapat
sendi engsel,sedangkan pada ibu jari terdapat sendi karpometakarpal
yang memungkinkan ibu jari menyilang di depan telapak tangan dan
menggenggam.

B. Daerah Extremitas Bawah

Gelang panggul terdiri atas dua tulang koksa yang bersatu dibagian
anterior pada simfisis pubis. Posterior melekat pada sakrum kolumna
vertebralis yang membentuk sakroiliaka. Setiap koksa terdiri dari :

· Ilium : bagian atas tulang panggul yang melebar, yang


membentuk sendi sakroiliaka.

· Iskium : bagian bawah posterior

· Pubis : bagian anteromedial. Dua os pubis membentuk


artikulasio pada simfisis pubis dengan kartilago fibrosa.
Pada orang dewasa koksa melekat erat yang dilekatkan oleh kartilago
fibrosa dibagian simfisis pubis. Sudut pubis dibentuk diantara kedua
tulang pubis. Sudut pubis wanita lebih besar dari pria karena digunakan
sebagai jalan lahir.

Asetabulum adalah soket yang membentuk sendi peluru antara femur


dan tulang pinggul. Soket yang terbentuk dibagian pelvis lebih dalam
dan besar karena persendian digunakan untuk menahan berat tubuh.
Dengan hal ini maka femur tidak mudah untuk dislokasi meskipun untuk
aktivitas berat.

Bagian distal femur (kondilus) berhubungan dengan tibia dan fibula


kemudian membentuk lutut. Pada tibia terdapat malleolus medialis yang
merupakan tonjolan distal (tulang pergelangan kaki) medial. Dibagian
depan lutut ditemukan patela atau tulang lutut. tibia yang bisa dirasakan
dipermukaan kulit,sedangkan bagian distal tibia adalah maleolus
medialis.Fibula ada dibelakang tibia. Pada fibula terdapat malleolus
medialis yang merupakan tonjolan distal lateral.

Fibula tidak membentuk sendi lutut sehingga fibula tidak berfungsi untuk
menopang seluruh berat badan, namun fibula sangat penting karena
digunakan sebagai tempat melekatnya otot dan untuk menstabilkan
pergelangan kaki.

Tulang tarsal adalah tujuh tulang yang membentuk tumit (kalkaneus).


Tulang ini lebih besar dan kuat daripada tulang di telapak tangan. Pada
tarsal terdapat talus yang merupakan bagian yang berartikulasio dengan
kalkaneus dan tibia. Metatarsal adalah lima tulang yang membentuk
telapak kaki. Falangs adalah tulang yang membentuk jari kaki.
C. Pemeriksaan Fisik Daerah Ekstremitas

1. Inspeksi dan Palpasi Ekstremitas Atas


a) Lihat warna kulit kedua tangan, catat jika ada persebaran warna
kuliit yang tidak merata.
b) Periksa kondisi sendi, tanda – tanda radang, dan deformitas.
Periksa apakah ada atropi, hipertrofi, atau hipotrofi otot.
c) Perhatikan kelengkapan jari pada masing - masing tangan.
Jumlah jari normal adalah lima. Jika lebih dari lima disebut
polikdaktili, sedangkan jika ada jari yang menyatu disebut
sindiktali.
d) Perhatikan bentuk ukuran lengan dan tangan, bandingkan
proporsisinya dengan tubuh. Lengan yang lebih pendek akibat
gangguan pertumbuhan disebut dwarfism.
e) Periksa adanya tumor, jaringan parut, dan lesi pada kedua
tangan. Nodul yang teraba keras, tidak terasa nyeri dan
ditemukan pada persendian bagian distal interfalangeal di bagian
dorsolateral ( nodul Heberden ) adalah tanda utama adanya
penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis.
f) Periksa adanya edema pada tangan. Edema akan ampak pada jari
- jari. Tekan daerah di antara telunjuk dan ibu jari. Jika ada
edema pada daerah yang ditekan akan tampak cekungan yang
akan kembali pada waktu lebih dari dua detik ( pitting edema ).
g) Periksa Capillary Refil Time ( CRT ). Warna normal di bawah
kuku adalah merah muda karena ada banyak pembuluh darah
kapiler. Jika aliran darah ke kapiler terganggu, pengisian darah
kapiler akan terjadi dalam waktu yang lama. Lakukan palpasi
pada ujung jari. Saat dipalpasi, warna ujung jari akan memucat.
Saat dilepas, darah akan masuk lagi dan menyebabkan warna
kemerahan. Normalnya warna kemerahan akan kembali dalam
waktu kurang dari dua detik.
h) Raba kedua ujung tangan. Normalnya akan terasa hangat dan
tidak lembap. Perhatikan adanya produksi keringat yang
berlebihan pada kedua telapak tangan yang menyebabkan tangan
ada dalam keadaan selalu basah.
i) Periksa kemampuan ekstensi dan fleksi pada jari. Kontraktur
fleksi jari di jari kelingking, jari manis, dan jari tengah
( kontraktur Dupuytren ) dapat menghambat ekstensi penuh jari -
jari tangan. Artritis ditandai dengan adanya keterbatasan gerak
pada semua jari.
j) Kaji kemampuan tangan klien untuk menggenggam. Letakkan jari
telunjuk dan jari tengah dominan Anda pada tangan dominan
klien, lalu minta klien untuk meremas kedua jari tangan Anda
sekeras mungkin. Ada dua cara lain, cara pertama minta klien
berjabat tangan dengan Anda lalu minta untuk menarik sambil
meremas tangan Anda. Cara kedua, minta klien untuk memegang
tangan Anda lalu mendorong tangan Anda sekuat - kuatnya.
Rasakan kekuatan tangan klien saat menggenggam jari Anda, lalu
minta klien melepaskan remasan tangannya. Kelemahan oposisi
jari dan kelemahan jari ipsilateral terhadap tahanan
menandakan kelainan pada nervus medialis.
k) Palpasi sendi metakarpofalangeal bagian medial dan lateral jari -
jari. Rasakan adanya pembengkakan, tulang yang menonjol dan
teraba keras, serta deformitas. Jika ditemukan pembesaran paa
bagian distal sendi interfalangeal, kemungkinan besar ada
penyakit sendi degeneratif. Pembesaran tulang yang disertai
dengan pembengkakan sendi interfalangeal proksimal diasosiasikan
dengan rematoid artritis akut.
l) Lakukan palpasi pada sendi jari di bagian distal, rasakan apakah
ada pembesaran, deformitas, nyeri, dan nyeri. Jika ditemukan
pembengkakan, deformitas, pada daerah ulnar, dan nyeri,
kemungkinan klien menderita rheumatoid artritis kronis.
m) Lakukan dengan pengkajian pada siku. Topang lengan klien dan
biarkan siku menekuk dan sedikit fleksi. Lakukan inspeksi dan
palpasi pada masing - masing siku, permukaan ekstensor, tulang
ulna dan olecranon. Catat adanya nyeri, pembengkakan, atau
nodul. Palpasi sisi pada cekungan olecranon, catat adanya nyeri
atau pembengkakan. Periksa rentang gerak klien. Normalnya, jika
siku diangkat ketinggiannya akan sama dan tidak ada tahanan
saat digerakkan.Jika ketinggian siku tidak sama ketika diangkat,
kemungkinan terjadi dislokasi pada tempat tersebut. Jika
ditemukan bengkak, kemerahan, dan disertai nyeri,
kemungkinan besar klien menderita osteoarthritis. Bengkak
yang terlokalisasi dan rasa nyeri yang ditimbulkan saat siku
digerakkan mengindikasi epikondilitis, sebagai akibat dari
melakukan gerakan yang sama secara berulang - ulang.
n) Lakukan inspeksi pada bagian depan bahu. Catat dan perhatikan
kesimerisan kedua bahu, adanya luka, bengkak, atropi, distropi
jarngan, atau rasa nyeri saat disentuh. Lakukan inspeksi dan
palpasi pada daerah scapula dan rasakan otot yang ada di
sekitarnya. Normalnya sendi bahu dapat dengan bebas digerakkan
dan tidak timbul nyeri, tidak tampak menonjol, dan tidak
bengkak saat dipalpasi. Bahu yang menonjol dan nyeri saat
dipalpasi mungkin terjadi jika ada dislokasi sendi glenohumerus
( sendi glenohermus keluar dari mangkok sendi ).

2. Inspeksi dan Palpasi Ekstremitas Bawah


a) Pengkajian kaki dan tumit dilakukan dengan posisi berbaring.
Inspeksi dengan adanya pembengkakan, kalus, tulang dikaki yang
menonjol, nodul atau deformitas. Catat jika ada abnormalitas.
Lakukan palpasi pada bagian anterior sendi pada tumit dan
palpasi pada tendon Achilles.
b) Lakukan palpasi pada sendi – sendi jari kaki. Catat jika
menemukan abnormalitas. Lakukan inspeksi pada telapak kaki.
Dan perhatikan daerah penonjolan ditumit.
c) Kaji kemampuan gerak daerah tumit dan kaki. Normalnya kaki
dan tumit saat bergerak tidak terasa nyeri.
d) Kaji kekuatan otot kaki dengan meminta klien untuk mengangkat
kakinya dan tahan dengan tangan kita dan klien mendorong
sekuat - kuatnya.
e) Kaji lutut klien inspeksi dengan adanya perubahan bentuk atau
abnormalitas pada patela. Lakukan palpasi pada semua sisi patela.
Normalnya lutut dan patela itu sejajar dengan kaki bagian atas
dan bawah, tidak menonjol dibagian lateral atau medial.
f) Lakukan pengkajian pada punggung dan pinggul dengan posisi
klien berdiri sendiri. Normalnya adalah bisa berjalan tegak dan
kedua kaki berayun simetris.
g) Minta klien berbaring, lalu lakukan palpasi pinggul. Tekan
pinggul ke arah dalam, minta klien untuk memberi tahu jika
terasa nyeri. Jangan mengulangi prosedur ini jika klien mengeluh
nyeri atau curiga terjadi pelvis. Lakukan palpasi pada
daerah pretibial untuk mencari adanya edema. Jika ada edema,
daerah yang ditekan tidak akan kembali dalam waktu yang cepat
dan terbentuk cekungan pada daerah tersebut ( pitting edema ).
D. Pemeriksaan Pada Muskuloskeletal
 PELAKSANAAN
1. Persiapan Pasien :
 Memperkenalkan diri
 Bina hubungan saling percaya
 Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan langkah prosedur yang akan dilakukan
 Menyepakati waktu yang akan digunakan (kontrak waktu)
2. Persiapan Alat dan Bahan :
 Meteran
3. Persiapan Lingkungan
 Sampiran
 TAHAP PRE INTERAKSI
1. Persiapan Diri
2. Persiapan Alat
3. Validasi Pasien
 TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
 TAHAP KERJA
1. Otot :
a) Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain
dan amati adanya attrofi atau hipertrofi.
b) Jika terdapat perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya
dengan menggunakan meteran.
c) Amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan
kontraktur yang di tunjukkan oleh malposisi suatu bagian
tubuh.
d) Lakukan palpasi pada saat otot istirahat dan pada saat otot
bergerak secara aktif dan pasif untuk mengetahui adanya
kelemahan (flasiditas) kontraksi tiba-tiba secara involunter
(spastisitas).
e) Uji kekuatan otot dengan cara menyuruh klien menarik atau
mendorong tangan pemeriksa, bandingkan kekuatan otot
ekstremitas kanan dengan ekstremitas kiri.
f) Amati kekuatan suhu bagian tubuh dengan cara memberi
penahanan secara resisten

2. Leher
a) Letakkan tangan dengan mantap pada rahang atas pasien,
minta pasien memiringkan kepala melawan tahanan tersebut

3. Bahu
a) Letakkan tangan diatas garis tengah bahu pasien, beri tekanan,
minta pasien mengangkat bahunya melawan tekanan tersebut

4. Siku
a) Tarik kebawah lengan atas pada saat pasien berusaha
memfleksikan lengannya tersebut

5. Pinggul
a) Pada saat pasien duduk beri tekanan kebawah pada paha, minta
pasien untuk mengangkat tungkai dari meja.
6. Gastroknemius
a) Pasien duduk menahan garis tungkai yang fleksi. Minta pasien
untuk mengencangkan tungkai melawan tekanan tersebut.

7. Tulang
a) Amati kenormalan susunan tulang dan adanya deformitas
b) Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan
c) Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya
pembengkakan
8. Persendian
a) Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan
persendian
b) Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan,
gerakan, bengkak, nodul, dll
c) Kaji rentang gerak persendian (range of motion, ROM)
 TAHAP TERMINASI
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
 TAHAP EVALUASI
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan
 TAHAP DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.
E. Pemeriksaan Refleks
 PELAKSANAAN
1. Persiapan Pasien :
 Memperkenalkan diri
 Bina hubungan saling percaya
 Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan langkah prosedur yang akan dilakukan
 Menyepakati waktu yang akan digunakan (kontrak waktu)
2. Persiapan Alat dan Bahan :
 Hummer
 Kapas
3. Persiapan Lingkungan
 Sampiran
 TAHAP PRE INTERAKSI
1. Persiapan Diri
2. Persiapan Alat
3. Validasi Pasien
 TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
 TAHAP KERJA
1. Reflex Biseps
a. Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45o dengan
telapak tangan menghadap ke bawah
b. Letakkan ibu jari anda di fosa antekubital di dasar tendon biseps
dan jari-jari lain anda di atas tendin biseps
c. Pukul ibu jari anda dengan reflex hummer
2. Reflex Triseps
a. Letakkan lengan pasien diatas lengan perawat
b. Tempatkan lengan bawah pasien dalam posisi antara fleksi dan
ekstensi
c. Minta pasien untuk merilekskan lengan bawah
d. Raba triseps untuk memastikan bahwa otot tidak tegang
e. Pukul tendo triseps yang lewat fosa olekrani dengan reflex
hummer
3. Reflex Patella
a. Minta pasien duduk dengan tungkai bergantung di tempat tidur
atau kursi
b. Atau minta pasien berbaring terlentang dan sokong lutut dalam
posisi fleksi 90o
c. Raba daerah tendo patella
d. Satu tangan meraba paha pasien bagian distal, tangan yang lain
memukulkan reflex hummer pada tendo patella
4. Reflex Brakioradialis
a. Letakkan lengan bawah pasien diatas lengan bawah perawat
b. Tempatkan lengan bawah pasien dalam posisi antara fleksi dan
ekstensi serta sedikit pronasi
c. Minta pasien untuk merilekskan lengan bawahnya
d. Pukul tendo brakialis pada radius bagian distal dengan
menggunakan ujung datar reflex hummer
5. Reflex Achilles
a. Minta pasien untuk mempertahankan posisi seperti pada
pengujian patella
b. Dorsifleksikan pergelangan kaki pasien dengan memegang jari-
jari kaki dengan telapak tangan anda dan naikkan ke atas
c. Pukul tendon achiles tepat di atas tumit pada maleolus
pergelangan

6. Reflex Plantar (Babinski)


a. Gunakan benda yang memiliki ketajaman sedang, seperti ujung
hummer, kunci atau stik up likator
b. Goreskan ujung benda tadi pada telapak kaki pasien bagian
lateral, dimulai ujung telapak kaki belakang terus ke atas dan
berbelok sampai pada ibu jari
7. Reflex Kutaneus :
 Gluteal
a. Minta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka
pantat pasien
b. Raba ringan area parineal dengan sebuah pembersih kapas
c. Normalnya sfingter ani akan berkontraksi
 Abdominal
a. Minta pasien berdiri atau berbaring terlentang
b. kulit abdominal dengan dasar pembersih berujung kapas
diatas batas lateral otot-otot rektus abdominal kearah garis
tengah
c. Ulangi pengujian ini pada masing-masing kuadran
abdominal
 Kremasterik
a. Tekan bagian paha atas dalam dari pasien pria dengan
pembersih berujung kapas
b. Normalnya skrotum akan naik pada daerah yang dirangsang
 TAHAP TERMINASI
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
 TAHAP EVALUASI
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan
 TAHAP DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai