Transportasi sebagai
sebuah Sistem
1. PENDAHULUAN
Pentingnya sarana transportasi dalam perkembangan dunia bersifat multidimensi. Sebagai
contoh, salah satu fungsi dasar transportasi adalah menghubungkan tempat kediaman dengan
tempat bekerja atau para pembuat barang dengan para pelanggannya. Dari sudut pandang
yang lebih luas, fasilitas transportasi memberikan aneka pilihan untuk menuju ke tempat
kerja, pasar, dan sarana rekreasi, serta menyediakan akses ke sarana-sarana kesehatan,
pendidikan, dan sarana lainnya.
Dunia transportasi dapat diibaratkan seperti sebuah rumah besar dengan beberapa
tingkat, banyak kamar, dan sejumlah jalur penghubung. Kami akan mengajak pembaca untuk
melakukan tur singkat ke dalam rumah ini untuk sekedar memberikan gambaran tentang
karakteristik-karakteristik yang dimilikinya. Hampir setiap orang pasti pernah mempunyai
pengalaman pribadi sebagai pengguna system transportasi, baik itu sebagai pengemudi mobil,
penumpang bis, pengguna lift, penumpang pesawat terbang, atau semata-mata sebagai
seorang pengguna trotoar. Sebagian kecil pembaca mungkin pernah bekerja di perusahaan
penyedia jasa transportasi, seperti misalnya (di Amerika Serikat), seorang mahasiswa yang
bekerja paruh-waktu menjadi pengemudi bis di pagi hari untuk sebuah perusahaan
pengangkutan agar ia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara alamiah, hampir setiap
orang cenderung akan memiliki sudut pandangnya sendiri. Tidak ada dua orang yang
mempunyai kesimpulan yang sama tentang suatu masalah transportasi, betapapun objektif
dan rasionalnya kedua orang tersebut. Cobalah semaksimal mungkin untuk memahami dunia
transportasi dan permasalahannya yang begitu banyak ini dengan pikiran yang terbuka, bebas
dari asumsi dan prasangka yang negatif. Seperti halnya makanan, rumah, pakaian, dan
keamanan, transportasi juga merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Pergerakan dalam arti yang luas menawarkan kegembiraan dan kenikmatan di satu sisi, tetapi
juga rasa sakit, penderitaan, dan frustasi di sisi yang lain. Faktor-faktor ini akan memainkan
peran yang lebih penting lagi di masa mendatang.
Pada penghujung tahun 1840-an, trem yang ditarik dengan kuda muncul di berbagai
kota, beroperasi dengan kecepatan rata-rata 4 mil/jam. Kendaraan bertenaga listrik mulai
diperkenalkan pada tahun 1980-an. Menjelang pecahnya Perang Dunia I, trem listrik telah
memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan dan struktur perkotaan (Gray dan Hoel,
1992).
Transportasi mengalami perubahan total pada tahun 1885 ketika Daimler dan Bach
memperkenalkan mesin pembakaran-internal berbahan bakar bensin. Dalam kurun waktu 100
tahun terakhir ini, kendaraan bermotor telah mendorong terjadinya revolusi transportasi di
seluruh dunia. Sebelum hadirnya kendaraan bermotor, kecepatan kendaraan rata-rata hanya
10 mil/jam. Kehadiran mobil telah mengubah situasi tersebut, sehingga demi keselamatan
dan efisiensi mulailah ditempatkan rambu lalulintas di persimpangan jalan (Lay, 1986).
Beberapa kemajuan yang paling penting dari sekian banyak kemajuan teknologi
transportasi yang patut dicatat sepanjang 200 tahun terakhir antara lain adalah :
Jalur pipa pertama di Amerika Serikat mulai diperkenalkan pada tahun 1825.
Rel kereta api pertama dibuka tahun 1825.
Mesin dengan pembakaran internal ditemukan tahun 1866.
Mobil pertama diperkenalkan pada tahun 1886.
Wright bersaudara menerbangkan ‘mesin yang lebih berat daripada udara’ tahun 1903.
Lokomotif listrik bertenaga diesel pertama kali diperkenalkan tahun 1921.
Lindbergh terbang menyeberangi Samudra Atlantik ke Eropa pada tahun 1927.
Bis bertenaga diesel pertama kali digunakan pada tahun 1938.
Jalan raya di Amerika Serikat (The Pennsylvania Turn-pike) pertama kali dibuka tahun
1940.
Sistem jalan raya antar Negara-bagian (Interstate Highway System) mulai dibangun pada
tahun 1950.
Pesawat jet komersial mulai beroperasi pada tahun 1958.
Astronot mendarat di bulan pada tahun 1969.
Penggunaan komputer dan otomatisasi di dalam dunia transportasi tumbuh dramatis sejak
1960 hingga 1970 dan terus berkembnag pesat.
Mikrokomputer telah merevolusi kemampuan kita untuk menjalankan berbagai program
sejak tahun 1980-an, dan kemampuan tersebut telah membantu kita menguji alternative-
alternatif baru secara lebih efisien dan cepat.
Beberapa arsitek, perencana, dan insinyur telah membuat matriks kerangka-kerja dalam
upaya mereka untuk merepresentasikan dan memahami gambaran perkotaan. Pada
pertengahan 1950-an, C. A. Doxiadis, seorang ahli planologi Yunani, memperkenalkan satu
konsep baru dalam dunia ilmu pemukiman penduduk, dan mencoba merepresentasikannya
dalam bentuk sebuah grid. Matriks ini di sebut grid ekistik berisi suatu rentang yang terdiri
dari daerah-daerah pemukiman penduduk (Gambar 1-1). Absis dan grid tersebut
memperlihatkan jumlah populasi penduduk mulai dari satu jiwa hingga suatu ekumenopolis
yang dihuni oleh sekitar 30 miliar jiwa. Perlu menjadi cacatan bahwa angka-angka pada
sumbu horizontal ini secara umum meningkat menurut deret logaritmik dengan kelipatan
yang besarnya terletak di antara 6 dan 7, dan peningkatan ini telah di amati lewat observasi
yang dilakukan oleh para ilmuwan lain (Bell dan Tyrwhitt, 1972).
Skala Komunitas I II III I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Konurbasi (Conurbation)
Kompleks Perumahan
Kota Metropolitan
Daerah Perkotaan
Lingkungan RW
Ekumenopolitan
Lingkungan RT
Megapolitan
Benua Kota
Kota Besar
Kota Kecil
Rumah
Kamar
Orang
Kota
Alam
Manusia
Masyarakat
Cangkang
Jaringan
Sintesis
30.000j
Jumlah Penduduk
5.000j
300r
100j
700j
1,5r
250
14u
50r
40
7r
2j
1
r (ribu)
j (juta)
Skala Logritmis Ekistik
Gambar 1-1 Grid Ekistik (Bell dan Tyrwhitt, 1972).
Lima elemen yang diperlihatkan pada ordinat (sumbu tegak) adalah alam, manusia,
lingkungan sosial, cangkang (shell), dan jaringan. Alam merepresentasikan system ekologis
di mana kota berada. Manusia dan masyarakat akan terus beradaptasi dan berubah, dan pada
gilirannya akan mengubah kota menjadi lingkungan yang layak. Lingkungan berbentuk
bangunan jadi direpresentasikan oleh cangkang biasanya yang merupakan domain dari para
arsitek, planolog, dan insinyur. Jalan raya, rel kereta api, jalur pipa, telepon termasuk seluruh
unsur komunikasi merupakan elemen-elemen pembentuk jaringan. Guna memenuhi
kebutuhan akan komunikasi yang lebih cepat dan lebih murah seiring dengan semakin
cepatnya pertumbuhan pemukiman, kita terus berupaya untuk menemukan sarana-sarana baru
yang dapat menstubtitusikan perjalanan dengan komunikasi. Jumlah total antara seluruh
elemen dan interaksi antar elemen direpresentasikan oleh sintesis (kombinasi). Jadi,
dimmensi-dimensi dari grid ini mencakup tidak saja kondisi saat ini tetapi juga kondisi masa
lalu dan masa depan. Keuntunngan utama dari melihat semua dimensi-dimensi dari grid ini
adalah kita dapat memahami masalah-masalah universal sakligus memahami masalah-
masalah lokal. Satu masalah lain yang tidak kalah pentingnya adalah kebutuhan untuk
memahami makna dari pembentukan kota dan faktor-faktor penentunya (Thomson, 1977).
.
2. RUANG LINGKUP REKAYASA TRANSPORTASI
Keinginan manusia untuk senantiasa bergerak dan kebutuhan mereka akan barang telah
menciptakan kebutuhan akan transportasi. Preferensi manusia dalam hal waktu, uang,
kenyamanan, dan kemudahan mempengaruhi moda (cara) transportasi apa yang akan dipakai,
tentu saja sejauh moda transportasi tersebut tersedia bagi si pengguna.
Institute of Transportation Engineers (1987) mendefinisikan teknik transportasi
sebagai “penerapan prinsip-prinsip sains dan teknologi dalam perencanaan, desain
fungsional, pengoperasian, dan pengelolaan berbagai fasilitas untuk segala bentuk moda
transportasi dengan tujuan untuk menjamin pergerakan manusia dan barang yang aman,
cepat, nyaman, mudah, ekonomis, dan ramah terhadap lingkungan”. Teknik lalu lintas, salah
satu cabang dari teknik transportasi, dapat di deskripsikan sebagai “bagian dari teknik
transportasi yang berhubungan dengan perencanaan, desain geometris, dan pengoperasian
lalu lintas jalan (road), jalan umum (street), jalan raya (highway), jaringan-jaringannya,
terminal, lahan yang ditempatinya, dan hubungannya dengan moda transportasi lainnya”.
Pemeliharaan
Perencanaan
Konstruksi
Operasi
Jalur penerbangan
Konveyor
Jalan raya
Jalur pipa
Jalan kereta api
Jalur perairan
Multimoda
Eksotik
Quasi-transport
Teknik transportasi merupakan bidang studi yang multidisipliner dan sebuah profesi yang
relatif masih baru yang telah memperoleh landasan teoretis, dan perangkat metodologis, dan
area yang luas dari keterlibatan publik dan swasta. Profesi dalam bidang transportasi
menyandang suatu tanggung jawab sosial yang sangat spesifik. Dengan demikian, pelatihan
komprehensip dalam bidang transportasi selalu menjadi target dari seluruh pendidikan
transportasi (khisty, 1981; hoel, 1982).
Karena teknik transportasi adalah suatu bidang yang multidisipliner, terlihat bahwa
konsep-konsep yang diambil dari berbagai bidang ekonomi, geografi, riset operasi,
perencanaan wilayah, sosiologi, fisikologi, statistik dan probabilitas, dipadu dengan
perangkat analisis yang umum digunakan dalam bidang teknik semuanya akan digunakan
dalam pendidikan baik bagi para insinyur maupun perencana transportasi.
Kebanyakan pendidikan spesialisasi teknik transportasi diambil pada tingkat master,
sedangkan pada tingkat sarjana yang diajarkan adalah gambaran umum mengenai elemen-
elemen dalam teknik transportasi (Wegman dan Beimborn, 1973).
5. PENDEKATAN SISTEM
Pendekatan system (systems approach) adalah suatu cara yang sistematik dan menyeluruh
untuk memecahkan masalah yang melibatkan suatu system. Ini adalah suatu filosofi
pemecahan masalah yang husus digunakan untuk memecahkan permasalahan yang kompleks
(kisty dan mohammadi, 2001).
Sistem adalah suatu perangkat yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubungan, disebut komponen, yang menjalankan sejumlah fungsi dalam rangka mencapai
suatu tujuan. Analisis system adalah penerapan metoda ilmiah guna memecahkan masalah-
masalah yang rumit. Dalam komunitas kita sering kali menjumpai konsep-konsep rumit yang
membentuk keinginan dasar dan menggerakkan perilaku kita. Keinginan ini dapat
diistilahkan dengan nilai (value). Karena nilai digunakan bersama oleh sekelompok orang
dala satu ikatan yang sama. Nilai-nilai mendasar yang dianut oleh suatu kelompok
masyarakat mencakup keinginan untuk bertahan hidup, kebutuhan untuk memiliki, kebutuhan
akan ketentraman, dan kebutuhan akan rasa aman.
Tahap-tahap dalam analisis system
1. Mengidentifikasi masalah-masalah dan nlai-nilai komunitas.
2. Menentukan tujuan.
3. Mendefenisikan objektif.
4. Menentukan kriteria.
5. Merancang alternative aksi untuk mencapai tahap 2 dan 3.
6. Mengevaluasi alternative aksi, ditinjau dari sisi efektivitas dan biaya.
7. Menguji objektif dan seluruh asumsi.
8. Mengkaji alternative-alternatif baru atau melakukan modifikasi atas tahap 5.
9. Menentukan objektif dari atau melakukan modifikasi atas tahap 3.
10. Mengulang seluruh tahap hingga solusi yang memuaskan tercapai, dengan tetap
mempertahankan kriteria, standar, dan nilai.
Subsistem fisik
Subsistem aktivitas
Subsistem manusia
Keluaran (Output)
Kebutuhan akan
Nilai lahan transportasi
Fasilitas
Aksesibilitas
transportasi
Daya penggerak
manusia
Interaksi social
Pemgaturan
Aktivitas
Aspek
Motivasi
Perasaan
Persepsi
Belajar
Lingkungan
Pengorganisasian ruang x X x
Siklus dan pergerakan x x X x x
Komunikasi x x X x
Lingkungan sekitar x x x x x
Unsur-unsur visual x x
Sumber daya x x x x x
Unsur-unsur simbolik x x x x x
Unsur-unsur arsitktural x x X x x x x
Konsekuensi x x x x
Perlindungan x x
Pengaturan waktu x X
Gambar 1-5 hubungan antara aspek-aspek transportasi dan akibatnya terhadap manusia
(Khisty, 1983, hal. 43)
2. Mobilitas: kuantitas perjalanan yang dapat ditangani. Kapasitas suatu system dalam
mengatasi lalu lintas dan kecepatan adalah dua variable yang berhubungan dengan
mobilitas.
3. Efisiensi: hubungan antara biaya transportasi dan produktifitas dari suatu system. Biaya
langsung suatu system terdiri dari modal dan biaya operasional, sedangkan biaya tak
langsung terdiri dari biaya yang muncul akibat dampak yag merugikan dan biaya tak
terduga, seperti biaya keselamatan. Setiap moda transportasi mungkin saja efisien dalam
beberapa aspek namun tidak efisien dalam aspek lainnya.
9. SISTEM, TINGKATAN, DAN KLASIFIKASI TRANSPORTASI
Pengklasifikasian moda-moda trasportasi ke dalam sistem-sistem operasional atau kelas-kelas
fungsionalnya akan sangat berguna bagi pemahaman kompleksitas sistem transportasi
keseluruhan. Sebagai contoh, munculnya klasifikasi berdasarkan fungsinya sebagai metode
yang dipergunakan dalam mengelompokkan jalan raya telah membantu para insinyur untuk
berkomunikasi dengan para ekonom, ahli sosial, perencana, dan pakar administrasi dengan
lebih efektif.
Ada sederetan gerakan berjalan yang dapat dikenali pada kebanyakan perjalanan,
misalnya pada sebuah sistem jalan raya, pergerakan disini adalah pergerakan utama di
sepanjang jalan tol, kemudian pergerakan lebih lanjut di sepanjang jalan arteri tetapi
sebelumnya pergerakan di transisikan melalui pintu tol (freeway off-ramp), dimana lalu lintas
di sepanjang jalan arteri di distribusikan dan kemudian di kumpulkan lewat jalan pengumpul
dan akhirnya tiba di tempat tujuan.
Patut dicatat bahwa pergerakan serupa juga cenderung terjadi ketika perjalanan
menuju ke satu titik dimulai dimana penumpang memasuki fasilitas jalan tol. Gambar 1-6
memperlihatkan tingkatan-tingkatan pergerakan tersebut. Ketidakmampuan dari tiap-tiap
bagian tingkatan untuk mengakomodasi tiap perjalanan merupakan salah satu alasan mengapa
suatu sistem dinilai gagal. Konsep klasifikasi jalan raya sangat berhubungan dengan konsep
aksesbilitas dan konsep mobilitas di mana konsep-konsep tersebut telah disinggung dalam
bab ini. Sebuah kota atau daerah harus berupaya untuk menyediakan porsi yang tepat antara
jalan tol, jalan arteri, jalan raya, dan jalan lokal untuk menawarkan sistem yang aksesbilitas
dan mobilitas yang seimbang demi kemudahan para penduduknya.
Pergerakan utama
Akses menuju
terminal
Zona transisi
Kendaraan
Orang/Barang Infrastruktur
yang dibangun
RANGKUMAN