Anda di halaman 1dari 21

Materi PAK Kelas VIII Semester 1

BAB I
SENANTIASA BERSYUKUR

Bahan Alkitab:
I Korintus 15:57, I Tesalonika 5:18

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata syukur berarti terima kasih kepada Allah,
menyatakan perasaan lega, senang. Istilah yang digunakan dalam Perjanjian Baru untuk
syukur/ucapan syukur adalah eucharistia, yaitu ucapan syukur atas anugerah/karunia
yang diterima dari Tuhan. Jadi, ucapan syukur merupakan ungkapan rasa terima kasih
karena menerima anugerah yang besar dari Tuhan.

A. Yesus Kristus adalah hadiah terbesar


Pada mulanya, Allah menciptakan manusia itu agung dan mulia. Manusia diciptakan
menurut “gambar dan rupa Allah” Kejadian 1:26-27). Keagungan dan kemuliaan
manusia tampak ketika ia tetap setia kepada Allah. Namun, ternyata manusia gagal
mewujudkan dirinya sebagai “gambar dan rupa Allah”. Manusia tidak mau taat dan setia
kepada Allah, sehingga ia kehilangan kemuliaan Allah. Akibatnya, manusia akan
mengakhiri hidupnya dalam kebinasaan kekal (Roma 6:23).
Hanya karena kasih-Nya yang besar kepada manusia, maka Allah Bapa mengutus Anak-
Nya yang tunggal bagi keselamatan manusia. Kini, setiap orang yang menerima Yesus,
tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal Yohanes 3:16). Itulah hadiah
terbesar bagi manusia.

B. Bersyukur dalam suka dan duka


Bersyukur, dalam keadaan suka, sukses, bahagia dan berkelimpahan pasti lebih mudah,
dibandingkan ketika kita mengalami penderitaan dan kesusahan. Tetapi itulah panggilan
Tuhan atas hidup kita, yaitu tetap mengucap syukur meskipun sedang dalam kesusahan,
sambil berserah kepada Allah yang penuh kasih sayang.
Ucapan syukur bukanlah sekedar diucapkan dimulut, tetapi dengan sepenuh hati. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan ingatan dan pikiran yang sebenarnya. Artinya, kita
hanya dapat bersyukur kepada Allah, apabila kita tidak pernah melupakan kebaikan dan
kemurahan-Nya (Mazmur 103:2-5).
Hal terbaik dalam/cara membiasakan diri untuk bersyukur adalah:
· Mencukupkan diri dengan apa yang ada.
· Menghargai berkat Tuhan.
· Selalu menghitung dan mengingat berkat yang kita terima.

Tugas:
1. Amatilah orang-orang terdekatmu selama tiga hari. Perhatikanlah, apakah mereka
lebih sering bersyukur atau lebih banyak bersungut-sungut atau berbantah-bantah!

2. Ingatlah perjuangan dan pengorbanan orang tua, bagaimana mereka telah


membesarkan dan memelihara hidupmu! Apa yang bisa kamu lakukan untuk berterima
kasih kepada orang tua?

BAB II
BAGAIMANA KITA BERSYUKUR

Bahan Alkitab:
Kolose 3:16

Bagaimana kita dapat mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Bapa? Tentu pada saat
mengalami kebaikan-Nya, kita mengucap syukur kepada-Nya dalam bentuk puji-pujian,
doa dan persembahan-persembahan.

C. Puji-pujian
Puji-pujian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ibadah kita kepada
Tuhan. Puji-pujian mengandung arti suatu pernyataan kekaguman dan pemujaan. Kita
dapat menaikkan puji-pujian kepada Allah melalui nyanyian syukur, baik perorangan
maupun kelompok, dan dapat kita lakukan dalam situasi dan kondisi apapun.
Rahasia supaya kita dapat memuji Tuhan setiap saat adalah puas dengan rancangan-Nya
atas hidup kita. Dan inilah yang dilakukan oleh Paulus (Kisah 16:25-26). Melalui puji-
pujian kepada Allah, kita memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Memperoleh kedewasaan iman
2. Meningkatkan rasa syukur kepada Tuhan
3. Meningkatkan semangat dalam melakukan tugas kesaksian, pelayanan dan
persekutuan kita.
D. Berdoa merupakan pujian bagi Tuhan
Tentu kita sependapat dengan kata mutiara yang berbunyi, “Makin banyak berdoa
berarti makin banyak mengucap syukur”. Rasul Paulus menekankan bahwa, berdoa,
bersyukur dan bersukacita adalah tiga hal yang saling mempengaruhi (I Tes. 5:16-18).
Melalui doa, kita dapat menyatakan iman kepada Tuhan, sekaligus pujian akan
kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya.

E. Persembahan yang benar


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “sembah” berarti pernyataan hormat dan
hikmat yang dinyatakan dengan menangkupkan kedua tangan. Jadi, jika kita
memberikan persembahan harus dilakukan dengan sikap hormat kepada Allah.
Rasul Paulus, menekankan beberapa prinsip dasar dalam mengumpulkan persembahan
kepada jemaat di Korintus (I Kor. 16:1-4).
- Memberi persembahan adalah tindakan ibadah syukur terhadap Juruselamat yang
telah bangkit dan naik ke surga.
- Memberi persembahan harus teratur dan telah dipersiapkan.
- Sifatnya pribadi dan perorangan.
- Besarnya sesuai dengan kemampuan.

Jadi, baik puji-pujian, doa dan persembahan harus dilakukan denga sukacita. Itu berarti
melakukannya tanpa paksaan dan bukan karena pamrih. Kita melakukannya sebagai
ungkapan kerelaan atau keikhlasan hati karena telah menerima berkat Allah.

BAB III
HARGAILAH WAKTU

Bahan Alkitab:
Efesus 5:15-18, Mazmur 103:15-16.

A. Waktu adalah pemberian Tuhan


Waktu adalah pemberian Tuhan. Menghargai waktu berarti menghargai Tuhan.
Sebaliknya, menyia-nyiakan waktu berarti tidak menghormati Tuhan. Cara menghargai-
Nya adalah dengan menggunakan waktu yang ada, dengan baik dan benar. “Karena itu,
perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal,
tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah
jahat” (Efesus 5:15-16).

B. Waktu memiliki dua pengertian: kronos dan kairos


Kronos adalah waktu yang berjalan dari satu saat ke saat lain secara rutin. Kairos adalah
momen atau kesempatan khusus yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Orang yang
bijaksana adalah orang yang bisa menemukan kairos dalam hidupnya dan mengerti
kehendak Tuhan melalui kesempatan tersebut. Misalnya, studi adalah kairos, bukan
sekedar kronos yang dijalani secara rutin. Studi adalah kesempatan yang akan hilang,
jika tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya.

C. Waktu untuk Tuhan, sesama dan diri sendiri


Salah satu tanda kedewasaan seseorang terletak pada kemampuannya dalam mengatur
waktu. Waktu dimiliki oleh semua orang. Kita tidak mempunyai kecerdasan yang sama
atau kepribadian yang sama, tetapi kita semua mempunyai waktu yang sama, yakni 24
jam sehari.
Karena waktu dan kesempatan adalah anugerah Tuhan, kita harus mengisi dan
menggunakannya dengan baik, Waktu dan kesempatan itu tidak pernah kembali atau
berjalan mundur. Itu berarti kita harus mengelola waktu secara bijaksana (Efesus 5:15-
17). Kita bisa membagi waktu untuk Tuhan, sesama dan diri sendiri secara seimbang.
Meluangkan waktu untuk Tuhan berarti menyediakan waktu untuk bersekutu dengan
Tuhan melalui belajar firman Tuhan dan melakukannya dengan segenap hati. Kita juga
harus bersedia memperhatikan sesama, belajar terbuka, bersabar, menjalin hubungan dan
kerjasama. Sebagian besar waktu kita adalah untuk diri sendiri.
.
D. Prinsip pengaturan waktu yang baik
Kita dapat mengatur waktu dengan baik melalui cara-cara berikut:
1. Mempunyai tujuan yang jelas.
2. Milikilah rencana yang terperinci.
3. Buatlah daftar kerja/belajar setiap hari.
4. Tetapkan prioritas.
5. Pusatkan perhatian pada satu tugas.
6. Kita perlu mengikuti motto, “Lakukanlah sekarang!”
E. Evaluasi
1. Apakah arti bahwa waktu adalah karunia Tuhan kepada semua orang?
2. Benarkah salah satu tanda kedewasaaan seseorang diukur melalui kemampuannya
dalam mengatur waktu? Jelaskan!
3. Berkaitan dengan waktu, yang disebut sebagai orang bijaksana adalah?

BAB IV
MENGEMBANGKAN TALENTA

Bahan Alkitab:
Matius 25:15-28

Dalam Kamus Alkitab, talenta adalah ukuran timbangan sebesar 3.000 syikal = lebih
kurang 34 kilogram. Dalam Perjanjian Baru, talenta merupakan ukuran jumlah uang
yang sangat besar nilainya, yaitu 6.000 dinar. Pada waktu itu, upah seorang pekerja
dalam sehari adalah satu dinar. Ini berarti bahwa satu talenta bernilai sangat besar.
Talenta melukiskan anugerah atau karunia yang diberikan Tuhan kepada hamba-hamba-
Nya. Pemberian-Nya itu berbeda beda (ada yang diberi 5, 2 dan 1 talenta). Tuhan telah
memakai ukuran dalam pemberian-Nya, yaitu menurut keadaan atau kesanggupan tiap-
tiap hamba yang menerima. Jadi, Tuhan membagikan karunia-Nya sesuai dengan
kekuatan kita masing-masing.
Pengajaran dengan perumpamaan talenta akan mengingatkan orang percaya bahwa:
- Allah melengkapi setiap orang percaya dengan talenta yang kadar, jenis dan
jumlahnya berbeda, sesuai dengan kehendak Allah. Tuhan tidak menciptakan
manusia tanpa talenta.
- Talenta itu harus dikembangkan. Berdasarkan talenta yang diberikan Allah, setiap
orang percaya harus berjuang supaya hidupnya bermakna bagi kemanusiaan dan
kemuliaan nama Allah, sesuai dengan maksud dan kehendak Allah.

A. Jenis-jenis talenta karunia-karunia rohani yuang dimiliki oleh orang beriman)


Rasul, Nabi, Penginjil, Gembala, Guru, Memberi/membagi-bagikan, Kemurahan,
Musik, Menyanyi, Menulis, Ketrampilandan lain-lain.

B. Mengenali 8 jenis kecerdasan menurut Howard Gardner


1. Kecerdasan Linguistik (Word smart)
Kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif. Contoh: berbicara, menulis dan
membaca.
2. Kecerdasan Logis-Matematis (Number Smart)
Keterampilan mengolah angka. Contoh: untuk menganalisa laporan keuangan, berpikir
kritis.
3. Kecerdasan spasial (Picture Smart)
Kemampuan untuk memvisualisasikan gambar dalam pikiran (dibayangkan). Contoh:
menggambar.
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani (Body Smart)
Merupakan kecerdasan seluruh tubuh. Di perlukan untuk menari (keterampilan tangan),
olah raga.
5. Kecerdasan Musikal (Music Smart)
Suatu kemampuan untuk mengingat music, kepekaan akan irama, dan menyanyikan
lagu.
6. Kecerdasan Antarpribadi (People Smart)
Kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Contoh : berempati,
membaca orang lain, berteman.
7. Kecerdasan Intrapribadi (Self Smart)
Suatu kecerdasan untuk memahami diri-sendiri, kecerdasan untuk mengetahui
“Siapakah saya sebenarnya?”, “Apakah kelebihan dan kekurangan saya?”,
8. Kecerdasan Naturalis (Nature Smart)
Suatu kemampuan untuk mengenali bentuk-bentuk alam disekitar kita. Pada saat kita
berkebun, berkemah dan lain-lain.

C. Ingatlah! Kita diberikan berbagai karunia atau talenta yang berbeda-beda, sesuai
dengan kesanggupan dan kebutuhan masing-masing. Kita harus menggunakan karunia
itu untuk kepentingan bersama, sehingga nama Tuhan dimuliakan.

BAB V
MENGASIHI DIRI SENDIRI

Bahan Alkitab:
Mazmur 8:5-7

A. Manusia sangat berharga di hadapan Allah


Daud memberikan kesaksian bahwa di hadapan Allah, manusia itu adalah makhluk yang
hina sekaligus mulia, lemah tetapi diberi kekuatan yang luar biasa. Jika Allah saja
menganggap manusia itu sangat berharga, manusia itu juga harus menghargai dirinya
sendiri.
Menghargai diri sendiri berarti memperhatikan, memelihara, dan menghormati apa yang
sudah Allah ciptakan dan berikan kepada manusia.
Menghargai diri sendiri berarti menolak sikap yang merusak tubuh dan menolak gaya
hidup yang seenaknya sendiri. Sesuai ajaran Tuhan Yesus, menghargai diri sendiri itu
disebut mengasihi atau mencintai diri sendiri (Markus 12:30-31).

B. Cara mencintai diri sendiri


Mengasihi atau mencintai diri sendiri dapat diwujudkan melalui beberapa hal yang dapat
kita lihat sebagai berikut :
1. Belajar menerima diri sendiri apa adanya
Banyak orang yang tidak bisa menerima kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya.
Orang yang tidak mampu menerima diri sendiri apa adanya, cenderung menghakimi
dirinya sendiri.
2. Mampu menyangkal diri
Ini berati melawan hal yang merugikan diri sendiri, seperti sikap egois dan penolakan
diri sendiri.
3. Menjaga diri sendiri
Dengan menggunakan waktu istitahat dan rekreasi secara tepat, mengkonsumsi makanan
dan minuman yang sehat, menggunakan pakaian yang pantas dan berolah raga secara
teratur.

C. Akibat tidak mengasihi diri sendiri


Berdasarkan pengamatan dan pemahaman banyak orang, ada akibat-akibat yang timbul
karena tidak mengasihi diri sendiri, yaitu :
1. Egois, sulit mengasihi Allah dan sesama
2. Rendah diri
3. Malu, takut bergaul, suka menyendiri
4. Melarikan diri dari kenyataan
5. Tindakan dan perkataan tidak wajar
Hafalkan : Hukum yang terutama

1. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu” (Markus 12:30).

2. “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Markus 12:31).

Efeus 5:29, “ Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya
dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat”,

BAB VI
MENGASIHI SESAMA MANUSIA

Bahan Alkitab:
Markus 12:30-31

A. Dasar mengasihi sesama manusia


Dosa menyebabkan manusia hanya mementingkan diri sendiri. Ia selalu menuntut orang
lain lebih dulu memberinya kebahagiaan. Akibatnya, orang lain atau dirinya sendiri
menderita. Agar ke dua belah pihak mengalami kebahagiaan, masing-masing perlu
mengembangkan sikap mengasihi sesamanya. Dan yang menjadi dasar kasih kepada
sesama adalah :
1. Allah mengasihi semua orang, oleh karena itu kita harus saling mengasihi (3
Yohanes 1:5-6)
2. Yesus Kristus mati untuk semua orang, agar dunia selamat dan bahagia, serta
memiliki damai sejahtera (1 Yohanes 2:2).
3. Ajaran tentang hukum kasih: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri”.
4. Bukti kasih kepada Allah. Tidak mungkin kita mengasihi Allah, tetapi membenci
sesama kita (1 Yohanes 4:12-16).
B. Siapakah sesama kita?
Allah mengasihi semua orang, oleh karena itu kita pun harus mengasihi semua orang.
Semua orang itu berarti:
1. Orang kecil dan hina (Matius 25:35-36).
2. Orang yang menderita (Lukas 10:29-37).
3. Orang-orang berdosa – pemungut cukai, pezinah.
4. Masyarakat – yang tidak kita kenal, yang jauh dari kita dan berbeda dengan kita.
5. Teman dalam suatu pergaulan.
6. Teman seiman.
7. Tetangga.
8. Keluarga kita.

Jadi, yang dimaksud dengan sesama kita adalah orang-orang terdekat kita dan orang-
orang yang tidak kita kenal. Kita harus mengasihi Allah dan juga mengasihi mereka.

C. Wujud dan bentuk sikap mengasihi sesam manusia.


Sikap atau perbuatan yang termasuk mengasihi sesama, yaitu:
1. Berjiwa sosial - saling menolong, menunjukkan kemurahan hati (Ibrani 13:16).
2. Menghormati dan menghargai - tidak memandang muka, menerima seperti Allah
menerima kita (Yeremia 31:2).
3. Hidup adil - tidak menindas dan memeras (Amos 5:24).
4. Hidup jujur dan benar - tidak menipu dan memperdaya sesama (Amsal 14:2).
5. Tidak membalas yang jahat (Roma 12:17, 21).
6. Mengampuni yang bersalah (Kolose 3:13).
7. Berbuat baik - kasih dan kebaikan menutupi banyak sekali dosa (1 Petrus 4:8).

D. Kerjakan soal-soal berikut ini!


1. Jelaskan dasar kita mengasihi sesama manusia menurut iman Kristen!
2. Siapa sajakah yang termasuk sesama kita?
3. Sebutkan wujud dan bentuk sikap dalam mengasihi sesama manusia!
4. Bagaimana bunyi hukum kasih yang terdapat dalam Markus 12:30-31?
5. Apakah kita boleh membenci orang yang memusuhi kita? Mengapa?
Kelas VIII
BAB VII
HIDUP ORANG BERIMAN

Bahan Alkitab:
Yakobus 2:17

Kasih Allah membawa keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan
Yesus (Yohanes 3:16). Tuhan Yesus yang sudah lahir ke dunia, menderita, mati,
dikuburkan, bangkit pada hari yang ke tiga dan naik ke surga. Inilah berita Injil (berita
keselamatan), bagi manusia yang berdosa. Kita manusia yang mengakui diri kita sebagai
orang yang berdosa, meminta ampun kepada Allah dan bertobat, maka dosa itu akan
diampuni oleh darah Tuhan Yesus, dan kita menjadi “selamat”. Menaruh percaya,
berharap dan berserah itu adalah iman.

A. Pengertian Iman
Perjanjian Lama: iman dari kata “aman” artinya memegang teguh janji-janji Allah
tentang keselamatan dan meyakini dengan akal, dengan segenap kepribadian, dengan
cara hidupnya, kepada segala janji-janji Allah yang diberikan lewat firman dan
karyaNya.
Perjanjian Baru: iman dari kata pistis / pisteuo artinya mempercayai atau menerima
sebagai hal yang benar. Iman artinya mengamini dengan segenap kepribadian, cara
hidupnya kepada janji-janji Allah dalam diri Tuhan Yesus Kristus yang telah
mendamaikan orang berdosa dengan diriNya sendiri sehingga segenap kehidupan
beriman dikuasai oleh keyakinan.
Menurut Thomas Grome (ahli pendidikan agama Kristen) iman adalah:1. Believing. 2.
Trusting. 3. Doing (iman tanpa perbuatan adalah mati).
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu
yang tidak bisa kita lihat. Iman Kristen adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat. Artinya, bahwa iman percaya itu akan terlihat dalam perbuatan. Iman percaya itu
dapat melihat dan meyakini sesuatu hal yang belum kita lihat. Contoh: tentang surga.
Kita yakin surga itu ada, meskipun kita belum melihat.

B. Dari manakah iman itu?


1. Iman adalah anugerah Tuhan dalam diri Tuhan Yesus kepada manusia (Roma
12:3)
2. Iman datang dari mendengar firman Allah dan menerimanya dalam kehidupan
(Roma 10:17).

C. Arti hidup beriman


1. Menaruh percaya mutlak.
Mantap, tidak tergoyahkan dan tidak menaruh kepercayaan pada tradisi-tradisi lain.
2. Melakukan yang baik.
Menjadi teladan dari segala perbuatan yang baik (Mazmur 37:5).
3. Mengendalikan diri.
Sebagai orang yang percaya kepada Yesus, kita harus mampu mengendalikan hidup
secara tepat.

D. Cara memelihara iman


1. Tetap membangun relasi dengan Allah melalui pujian, doa, dan membaca Alkita
(Roma 10:17).
2. Tetap setia dalam pengharapan dan pengiringan kepada Allah melalui ibadah
(Ibrani 10:25).
3. Tetap setia menjaga kekudusan secara holistik (menyeluruh) yang meliputi aspek
tubuh, jiwa dan roh (Ibrani 12:14).

BAB VIII
HIDUP BERPENGHARAPAN

Bahan Alkitab:
Roma 15:13

A. Arti Pengharapan (Roma 5:2-5, 2 Korintus 1:7)


Ada tiga hal yang dapat menggerakkan kehidupan manusia yaitu iman, pengharapan dan
kasih. Pengharapan adalah kunci keberhasilan. Semua orang yang berhasil pasti berkata
bahwa tidak ada keberhasilan tanpa pengharapan. Harapan adalah mekanisme yang
menjaga agar manusia dengan gigih mempertahankan hidup dan merencanakan hidup
yang akan datang.

B. Pengharapan dari Allah


Allah mengasihi kita, karena manusia tidak dapat menghapus dosanya sendiri. Allah
menyatakan kasih-Nya melalui Anak-Nya dalam Tuhan Yesus Kristus. Kristus menjadi
korban karena dosa. Pengharapan kita hanya terletak pada Kristus; keselamatan tidak
ada di dalam siapapun selain di dalam Dia. Dia sanggup menyelamatkan dengan
sempurna.
Begitu luar biasanya kasih Allah yang dinyatakan dalam kehidupan orang percaya.
Marilah memegang tangan Tuhan dalam segala masalah kita. Seberat apapun, Allah
sanggup memberikan kelegaan, ketentraman, dan memelihara kehidupan kita (Habakuk
3:17-19).

C. Isi Pengharapan
Alkitab menjanjikan suatu harapan yang sesungguhnya dan pasti bagi manusia dan bagi
dunia. Harapan berasal dari Allah sendiri. Harapan tidak tergantung pada apa yang kita
miliki (contoh: kekayaan, kedudukan). Namun, karena percaya akan kemurahan Tuhan
Yesus yang tidak pernah berkurang, harapan menjadi kenyataan, dan harapan tidak akan
mengecewakan. Pengharapan ada karena iman kepada Tuhan Yesus dan berpegang pada
janji-janji Allah tentang keselamatan. Keselamatan sudah datang dan ada dalam pribadi
Tuhan Yesus (baca - Roma 8:24-25).

D. Wujud Pengharapan
1. Pengharapan melibatkan hati dan pikiran (Amsal 17:22).
2. Pengharapan tidak mengecewakan (Roma 5:5).
3. Pengharapan memampukan untuk melihat yang terbaik (Yeremia 29:11).

“Melalui firman-Nya, Tuhan berjanji akan memenuhi harapan kita. Pengharapan kepada
Allah adalah kunci keberhasilan setiap orang. Karena itu, pengharapan memerlukan hati
yang teguh, pikiran yang luas yang memampukan kita untuk dapat melihat yang terbaik,
bahkan hari esok yang lebih baik daripada hari ini. Pengharapan itu tidak akan
mengecewakan”.

E. Soal-soal latihan
1. Apakah arti pengharapan?
2. Apakah wujud dari pengharapan?
3. Apakah isi pengharapan?
4. Apakah arti bahwa Allah adalah sumber pengharapan?
5. Jelaskan bahwa pengharapan itu melibatkan hati dan pikiran!
6. Apakah dasar pengharapan bagi orang percaya?
7. Mengapa pengharapan itu tidak dapat dilihat?
8. Tuliskan 5 ayat yang berhubungan dengan pengharapan!

BAB IX
IMAN DAN PENGHARAPAN DALAM KETAATAN

Bahan Alkitab:
Ibrani 11:7

Tunduk dan taat, mempunyai arti yang sama. Rasul Paulus berbicara tentang ketaatan
dikaitkan dengan iman. Karena antara iman dan ketaatan mempunyai hubungan yang tak
terpisahkan. Iman bukan sekedar pernyataan yang dapat diucapkan dan dibicarakan.
Iman berbicara tentang realita pengalaman hidup di dalam Tuhan dengan menyerahkan
diri seutuhnya pada Allah dan mentaati segala perintah-Nya. Dalam Yakobus 2:17,
dikatakan “…jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya
adalah mati”.
Ketaatan yang harus dimiliki orang beriman:
- Ketaatan tanpa batas, tanpa pamrih, tanpa syarat (I Petrus 2:18).
- Ketaatan yang terus menerus (Yakobus 1:25).
- Ketaatan dalam kesucian hidup (Yakobus 1:27b).
Arti ketaatan bagi orang beriman adalah:
- Mendatangkan perlindungan (Keluaran 14:19-20).
- Mendatangkan mujizat Allah (Keluaran 14:21-22).
- Mendatangkan kuasa yang berlipat ganda (Keluaran 14:22).

A. Taat dan Tunduk kepada Allah Bapa (Kejadian 2:16-17; 3:6-12)


1. Ketaatan Kristus kepada Allah Bapa (Yohanes 3:16; Roma 1:5;
Filipi 2:8; Ibrani 5:8).
2. Ketaatan manusia kepada Allah Bapa (Ulangan 28:1-14; Yakobus
1:19-27).

B. Taat dan Tunduk kepada Otoritas


1. Taat kepada pemerintah atau raja-raja (Roma 13:1-
7), Mazmur 72)
Ketaatan tidak hanya kepada Bapa di dalam Tuhan Yesus. Ketaatan harus diwujudkan
dalam realita hidup dalam bentuk ketaatan kita pemerintah dan raja. Karena
pemerintahan dan raja dipakai Allah untuk mengatur dunia ini.
Bentuk ketaatan dan kewajiban terhadap pemerintah adalah:
- Menghormati pejabat-pejabat pemerintah (Roma 13:2-5, 7b).
- Mentaati undang-undang yang berlaku (Titus 3:1).
- Mendoaka pemerintah (I Timotiu 2:1-2).
2. Taat kepada orangtua (Efesus 6:1-3; Kolose 3:20; Keluaran 20:12)
Keluarga adalah bagian terkecil dalam masyarakat. Keluarga adalah lembaga yang
diciptakan Allah (Kej.2:26-27).
Keluarga yang diciptakan Allah:
- Mempunyai dasar kasih Tuhan Yesus (Yohanes 15:13; Efesus 5:22-33).
- Diberkati dalam perkawinan, adanya keturunan (Kej. 28).
- Adanya kesatuan kasih, tidak ada perceraian (Matius 19:9, 5:32; Roma 12:18).
- Ada wibawa dan keterbukaan, menghargai dan melayani antara satu dengan yang
lainnya sehingga membentuk dasar kasih yang kokoh (Roma 12:9-10).

Keluarga adalah alat pertama yang dipaki dan dipilih Allah untuk menyatakan rencana
keselamatan (keluarga Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub). Jadi, keluarga kristen adalah
keluarga yang terdiri atas orangtua dan anak-anak yang mendasarkan hidupnya di atas
kasih Allah. Oleh karena itu, dalam keluarga harus ada keharmonisan (ada ketaatan
didalamnya – suami istri, anak dan orangtua), supaya menjadi garam dan terang bagi
dunia ini.

BAB X
MENUMBUHKEMBANGKAN IMAN DAN PENGHARAPAN

Bahan Alkitab:
Roma 4:18

Hidup beriman artinya hidup yang didasarkan atas iman / mempunyai iman. Hidup
berpengharapan artinya hidup yang mempunyai harapan. Berbagai upaya untuk
menumbuhkembangkan iman dan pengharapan antara lain melalui ha-hal berikut:

A. Berdoa
Berdoa berarti berkomunikasi dengan Tuhan, mengadakan hubungan dengan Tuhan.
Berdoa berarti menyatakan/mengungkapkan segenap isi hati kepada Tuhan. Orang yang
tidak berdoa, pada hakekatnya tidak berhubungan dengan Tuhan. Jika ini dilakukan
terus-menerus, iman orang tersebut akan mati. Seperti kata Martin Luther, tokoh
reformasi, “Doa adalah nafas hidup orang beriman”. Orang yang tidak berdoa sama
halnya dengan orang yang tidak bernafas. Nafas adalah tanda kehidupan. Orang yang
tidak bernafas artinya mati. Demikian juga orang yang tidak berdoa pada hakekatnya
adalah mati.

B. Membaca Alkitab
Alkitab adalah firman Tuhan. Membaca Alkitab berarti membaca firman Tuhan. Orang
yang membaca Alkitab akan mengetahui siapa Tuhan, siapa dirinya, apa yang
dikehendaki Tuhan atas manusia dan apa yang harus dilakukan manusia menurut
kehendak Tuhan.
Mazmur 1:1-3, mengingatkan: behwa membaca Alkitab itu merupakan hal yang sangat
penting, karena akan berdampak dalam hidup kekristenan kita. (baca juga – Maz.
119:97-100).

C. Beribadah/berbakti kepada Tuhan


Beribadah/berbakti kepada Tuhan artinya berbuat untuk menyatakan bakti kepada
Tuhan. Kegiatan ibadah sangat membantu pertumbuhan iman dan pengharapan
seseorang. Melalui ibadah, iman seseorang akan dikuatkan dan dikembangkan, sehingga
dapat berbuah. Melalui ibadah orang yang mengalami keputusasaan dapat dikuatkan
lagi, sehingga timbul pengharapan yang baru. Begitu pentingnya ibadah bagi kehidupan
warga jemaat. Penulis surat Ibrani memberi nasehat, “Janganlah kita menjauhkan diri
dari pertemuan-pertemuan ibadah kita….” (Ibr.10:25). Beribadah bersama berarti
bertemu dengan sesama warga jemaat. Melalui pertemuan inilah kita dapat saling
membantu menguatkan iman.

D. Kegiatan-kegiatan gereja yang lain


Selain berdoa, membaca Alkitab dan beribadah, iman dan pengharapan dapat
ditumbuhkan melalui kegiatan-kegiatan gereja yang lain. Misalnya: pendalam Alkitab
bersama, seminar, retreat.

Ingatlah: “Hidup beriman dan berpengharapan kepada Tuhan berarti hidup didasarkan
atas iman dan pengharapan kepada Tuhan, mempercayakan dan mengharapkan
sepenuhnya kepada Tuhan”.

E. Soal-soal latihan
1. Jelaskan pengertian hidup beriman dan berpengharapan!
2. Dengan cara apakah iman dan pengharapan itu dapat
berkembang dan berbuah?
3. Ceritakan dengan singkat pengalaman pribadimu berkaitan dengan hidup beriman
dan berpengharapan!

BAB XI
HIDUP YANG KREATIF DAN OPTIMIS

Bahan Alkitab:
Bilangan 14:6-9

A. Hidup yang kreatif dan Optimis


Kreatif berarti memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan. Hidup
yang kreatif artinya hidup yang memiliki kemampuan untuk menciptakan. Optimis
adalah sikap yang selalu berpengharapan baik dalam menghadapi segala hal. Ia tidak
mudah putus asa dan mempunyai motto (salah satu di antaranya), “Setiap kesulitan pasti
ada jalan keluarnya”.
Optimisme adalah paham (keyakinan) atas segala sesuatu dari segi yang baik dan
menyenangkan; sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal. Penganut
paham ini melihat segala kejadian yang dialami dari sisi baiknya.
Pesimis adalah kebalikan dari optimis. Pesimis adalah orang yang bersikap atau
berpandangan tidak mempunyai harapan baik/orang yang mudah putus harapan.
Pesimisme adalah paham yang beranggapan atau memandang segala sesuatu dari sudut
buruknya saja.
Sikap hidup yang kreatif dan optimis sangat penting dalam menggapai masa depan.
Lebih-lebih pada masa yang sulit. Kesulitan hendaknya dipandang sebagai tantangan
hidup yang dapat memunculkan kreativitas. Misalnya: di bidang transportasi,
telekomunikasi dan lain-lain.

B. Tokoh-tokoh Alkitab yang hidup kreatif dan optimis.


1. Yosua dan Kaleb (baca – Bilangan 13-14).
a. Sikap-sikap optimisnya adalah:
- ……………………………………………
- ……………………………………………
- ……………………………………………
- ……………………………………………
- ……………………………………………

b. Sikap-sikap kreatifnya adalah:


- ……………………………………………
- ……………………………………………
- ……………………………………………
- ……………………………………………
- ……………………………………………

2. Ester (baca – kitab Ester)


a. Sikap-sikap optimisnya adalah:
- ……………………………………………
- ……………………………………………
- ……………………………………………
- ……………………………………………
- ……………………………………………

KETAATAN (OBEDIENCE)
PDF | Print | Write e-mail

Banyak orang ingin berkat, tetapi tidak taat. Padahal, berkat datang dari ketaatan pada
perintah Tuhan, sedangkan kutuk datang dari ketidaktaatan (Ul. 11). Ketaatan adalah
sebuah kualitas karakter yang menentukan masa depan seseorang. Sejauh mana anda
diberkati adalah tergantung sejauh mana anda taat pada Tuhan. Namun lebih dari
sekedar berkat, yang lebih penting adalah apakah Tuhan masih menyertai kita atau tidak
dalam segala yang hal yang kita lakukan.

Yesus adalah Pribadi yang memberi contoh kepada kita bagaimana Ia menunjukkan
ketaatan pada Bapa dalam hidupNya selama 33 ½ tahun di bumi. Dan sekalipun Ia
adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat melalui apa yang telah dideritaNya (Ibr. 5:8).
Itulah sebabnya, Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di
atas segala nama (Fil. 2:9). Kesimpulannya, Allah sangat berkenan kepada orang yang
taat kepadaNya dalam situasi sulit sekalipun. Pertanyaannya, maukah anda menjadi
orang yang berkenan di hati Tuhan?
Ketika anda mendengar kata “taat”, apa yang muncul di pikiran anda? Gambaran
“positif” atau “negatif”? Apakah anda menyukai “ketaatan”? Ada orang yang tidak suka
“taat” karena merasa kebebasannya dibatasi. Anak-anak umumnya tidak suka mentaati
perintah orang tuanya. Apa reaksi mereka ketika orang tua meminta mereka belajar dulu
baru boleh main? Atau selama seminggu ini tidak boleh menonton televisi karena
sedang menghadapi ujian semester? Apakah mereka taat kepada perintah orang tua?
Anak-anak suka taat pada sesuatu yang mereka sukai. Mereka tidak suka taat pada
perintah yang mereka tidak sukai. Inilah kecenderungan manusia sejak kejatuhan Adam
dan Hawa. Cenderung mengikuti keinginan sendiri, cenderung memuaskan daging.

Ada orang yang tahu berzinah itu dosa, tetapi ia tetap saja melakukannya dengan
berbagai alasan. Pasangannya tidak menghargai dia. Pasangannya tidak mengasihi dia.
Penyebab yang sesungguhnya adalah ia tidak bersedia meninggalkan dosa yang
memberi dirinya kenikmatan. Tahu salah tetapi tidak mau taat kepada perintah Tuhan:
“Jangan berzinah”.

Kita tahu berbohong itu tidak benar, tetapi berapa sering kita berbohoing kalau ditanya:,
“Mengapa terlambat?” Alasannya macet. Padahal dari dulu Jakarta memang macet. Kita
berbohong ketika ditangkap polisi lalu lintas, berbohong demi mendapat order,
berbohong ketika ditanya istri. Mengapa kita berbohong padahal tahu perintah Tuhan:
”Jangan berdusta”? Banyak orang berkompromi terhadap dosa demi sebuah keuntungan
pribadi. Dari pembayaran pajak sampai tagihan pribadi dimasukkan ke tagihan kantor.
Demikian pula dengan janji. Dari janji kepada anak yang sampai janji mengembalikan
hutang atau barang pinjaman juga tidak ditepati. Dari klaim asuransi yang tidak jujur
sampai mecuri waktu kantor untuk berbisnis. Ini semua menunjukkan bahwa integritas
orang Kristen tidak lebih baik daripada integritas orang yang belum kenal Tuhan.
Berbagai alasan untuk berkompromi senantiasa muncul dalam bentuk label-label
“masalah” atau “kita memang manusia”, “maklum, banyak kelemahan” atau “daging
lemah”. Akibatnya, kita bukan menjadi Kristen pemenang. Kita kalah terhadap
kebiasaan dosa lama kita, kalah terhadap pornografi, kalah terhadap daging. Padahal,
kita percaya Yesus menang terhadap dosa dan kuasa kebangkitanNya ada dalam diri
kita. Masalah yang sebenarnya hanya satu: kita tidak mau taat sepenuhnya kepada
Tuhan.

Mari kita lihat lebih jauh, apa dan bagaimana sebenarnya ketaatan itu.
TAAT ADALAH KARENA KASIH

Yesus berkata: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku”
(Yoh. 14:15).

Jika kita tidak taat, jangan-jangan sebenarnya kita tidak mengasihi Tuhan. Tiadk taat
artinya kita lebih mengasihi diri kita, mengasihi daging kita, mengasihi kenikmatan
dosa, sekalipun kita menyanyi ”aku cinta Yesus” berulang-ulang di ibadah. Kasih
diekspresikan dengan menghormati Tuhan. Menghormati Tuhan diekspresikan dengan
menuruti perintah-perintahNya. Taat tidak bisa dipaksa. Ketaatan yang lahir karena
terpaksa atau takut, hanya akan bertahan sementara. Taat pada Tuhan perlu dibangun di
atas hati yang mengasihi dan menghormati Tuhan. Ketika kita mengasihi Tuhan, kita
tidak akan kesulitan untuk melakukan perintah-perintahNya. Ketika anak saya
mengasihi saya, ia rela untuk tidak menuruti keinginannya, tetapi menuruti keinginan
ayahnya. Ia percaya apa yang dikatakan oleh ayahnya, itu yang terbaik bagi hidupnya.

TAAT ADALAH KARENA MENGERTI PRINSIP KETAATAN DAN OTORITAS


Taat yang benar harus lahir dari pemahaman akan firman kebenaran, terutama akan
prinsip hubungan antara “ketaatan dan otoritas”. Taat dibangun atas dasar pemahaman
tentang pentingnya ketaatan. Anak saya belajar taat karena ia sejak kecil menghafal
firman Tuhan: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah
demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.”
(Ef. 6:1-3). Firman ini menjadi rhema baginya, bahwa jalan untuk bahagia adalah
dengan mentaati perkataan orang tua. Allah memberkati orang yang taat kepada otoritas.
Anda mau diberkati? Taatilah dan hormatilah otoritasmu. Berkat Allah melimpah
terhadap orang yang menghormati otoritasnya.

TAAT ADALAH KARENA IMAN


“Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan
diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat
yang ia tujui.” (Ibr. 11:8). Abraham mempercayai Allah ketika ia dipanggil untuk pergi
ke tempat yang ia tidak tahu. Dia tidak berpasangka buruk bahwa Tuhan mau
mencelakakan hidupnya. Ia berpikiran postif sekalipun harus keluar dari zona
kenyamanannya: kampungnya, keluarganya, budayanya, kenyamanannya di daerah Ur
Kasdim. Abraham taat karena iman.
Tuhan adalah Bapa yang baik, yang ingin selalu memberkati kita. Jangan mencurigai
Allah. Iman artinya mempercayai bahwa Allah mau dan ingin memberi yang terbaik
untuk kita. Iman lahir karena kita mengenal Allah. Makin kita mengenal Allah, makin
kita akan mentaati Tuhan. Taat yang lahir dari iman, akan menolong kita untuk taat
dengan hati yang bersukacita. Ada orang taat, tetapi sambil mengeluh atau bersungut-
sungut. Taat tanpa sukacita hanyalah mendatangkan kuk atau beban terhadap jiwa kita.
Apakah anda taat kepada orang tua dengan bersungut-sungut? Apakah anda taat kepada
suami dengan mengeluh? Ketika kita taat kepada pemimpin kita, kita sedang taat kepada
Tuhan, karena pemimpin adalah wakil Allah (Rm. 13:1). Allah berkenan kepada
ketaatan. Allah menaruh nilai tinggi kepada ketaatan, sekaligus ketidaktaatan adalah
sebuah pelanggaran yang serius bagi Allah.

Saul Ditolak oleh Allah karena Tidak Taat


Ayat yang terkenal dalam Bahasa Inggris “To obey is better than sacrifice”. Taat lebih
baik daripada korban. Kutipan ini diambil dari 1 Samuel 15:22 “Tetapi jawab Samuel:
"Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama
seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik
dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba
jantan.“

Firman ini diucapkan oleh Nabi Samuel kepada Raja Saul waktu itu karena Raja Saul
tidak taat pada perintah Tuhan untuk membunuh semua orang Amalek, termasuk
binatang-binatang peliharaan mereka (1 Sam.). Tetapi Saul tidak taat, sehingga ia ditolak
oleh Tuhan untuk tetap menjadi raja Israel. Mengapa Saul tidak taat? Saul memilih
untuk menyenangkan hati rakyatnya dengan mengizinkan mereka mengambil kambing
domba Amalek. Ia juga ingin menyenangkan dirinya sendiri dengan membiarkan raja
Amalek, Agag, tetap hidup. Ada sebuah kebanggaan yang bisa dipamerkan di hadapan
umum. Kedagingan dan kesombongan melahirkan ketidaktaatan, dan ketidaktaatan
membuat Allah meninggalkan Saul.

TAAT ARTINYA MEMBAYAR HARGA


Makin mengerti arti ketaatan, makin kita berani bayar sebuah harga ketaatan. Musa
bersedia membayar harga sebuah ketaatan dengan meninggalkan kenikmatan istana
Firaun. Ia bersedia ambil penderitaan demi umat Tuhan, membebaskan umat Tuhan dari
Mesir dan membawa mereka ke Tanah Perjanjian (Ibr. 11:24-26).

Daud pernah melanggar firman Tuhan. Ia mengikuti kedagingannya, menginginkan


Batsyeba yang cantik, menyalahgunakan kekuasaannya dengan membunuh Uria, suami
Batsyeba. Ia kira, tidak ada yang tahu dosanya. Tetapi Tuhan tahu. Dan Allah menghajar
dia dengan hukuman: pedang dan perzinahan tidak akan menjauh dari keluarganya (2
Sam. 10:10-12). Saat ditegur oleh Nabi Natan, ia tahu bahwa ia sudah salah. Bisa saja ia
membunuh nabi Natan untuk menutupi dosanya, tetapi ia memilih untuk memutuskan
lingkaran kebohongan dan perzinahannya. Memang ia harus membayar harga dalam
bentuk akibat dosa yang tetap ditanggungnya, tetapi kemudian ia dikenal sebagai orang
yang berkenan di hati Tuhan, karena ia mau bertobat sungguh-sungguh di hadapan
Tuhan (Kis. 13:22).

Apakah ada lingkaran kebohongan atau keterikatan dosa dalam hidup kita?
Ketidaktaatan membuat kita jauh dari Tuhan, membuat hati kita tawar pada Tuhan,
membuat kita makin terpuruk. Yang kena bukan hanya diri kita, tetapi bisa juga
keluarga kita, anak-anak kita. Karena Abraham berbohong, pola kebohongan turun
kepada Ishak dan Yakub. Ishak berbohong ketika ia ditanya. Yakub juga berbohong.
Pilihlah taat lebih daripada kenikmatan dosa. Pilihlah taat pada panggilan Tuhan
daripada memiliki banyak uang dan harta. Pilihlah taat pada suara Roh Kudus sekalipun
dipandang rendah oleh manusia. Jangan seperti Saul. Demi pandangan manusia, demi
menyenangkan rakyatnya dan dirinya sendiri, ia memilih untuk mengambil kambing
domba jarahan dan menyisakan Raja Agag tetap hidup. Berkenan di hati Tuhan jauh
lebih penting daripada berkenan di hati manusia. Yesus berkata dalam Yoh. 15:10
“Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku
menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. ” Taat artinya membayar
harga untuk menuruti perintahNya.

Allah sangat menghargai “ketaatan”. Tuhan tidak mau hidup kita tidak taat, karena
ketidaktaatan akan melahirkan pemberontakan dan orang tersebut akan diserang oleh
kuasa gelap. Anak-anak kita mengalami sakit penyakit. Usaha kita gagal atau ‘dimakan’
orang. Pernikahan kita di ambang bahaya, dan sebagainya. Kompromi terhadap dosa
membuat kita tidak akan peka lagi kepada suara Tuhan. Salah dalam mengambil
keputusan dalam bisnis, keluarga maupun masa depan hidup kita sendiri. Tuhan
menghargai ketaatan anda. Dan Ia mau bukan hanya memberkati anda, tetapi menyertai
anda. Menolong anda di kala sulit, memberi hikmat di kala buntu, menguatkan anda di
kala lemah, memberi kemenangan di kala menghadapi peperangan. Untuk mengalami
semua itu, pilihlah taat kepada suara Tuhan dan FirmanNya.
Penatua Abbalove Ministries, Sumarno Kosasih

Anda mungkin juga menyukai