PENDAHULUAN
“Anak adalah gereja masa kini” merupakan sebuah slogan yang menantang gereja
untuk memikirkan pelayanan anak secara serius, sesuai dengan konteks masa kini. Gereja
tidak bisa hanya berdiam diri melihat perkembangan dunia, melainkan harus menjadi semakin
kreatif untuk memenangkan persaingan dengan dunia dalam memikat hati anak. Pengabaian
terhadap anak di masa kini akan berdampak fatal, yakni hilangnya sebuah generasi yang
mengenal Tuhan di masa yang akan datang.
Ajarlah
Hukum pertama tersebut langsung disusul dengan satu perintah: “Ajarkan kepada anak!”.
Selain memberikan teladan melalui kehidupan, orang tua juga juga perlu menyampaikan
Firman Tuhan dengan kata-kata. Menurut Ulangan 6:7 dan 11:19, pengajaran tidak terbatas
pada waktu dan tempat tertentu, melainkan setiap kesempatan dalam kehidupan sehari-hari
dapat dipakai untuk mengajar.
Didiklah
Amsal 22:6 dimulai dengan perintah: “Didiklah!”. Tuhan ingin anak diajar dan dididik.
Pendidikan merupakan satu proses:
a. Anak diajar untuk berbuat yang dan semestinya dilakukan
b. Anak melihat teladan yang baik melalui guru atau orang tuanya
2
c. Anak diberi kesempatan dalam kehidupan sehari-hari untuk melaksanakan apa yang
telah dipelajarinya.
Tujuan dari pengajaran rohani adalah menaruh Firman Allah ke dalam hati setiap manusia,
juga dalam hati anak. Ulangan 11:18-19. Dalam Perjanjian Lama tujuan ini diusahakan
melalui pengajaran yang tertib dan teliti. Tujuan ini tercapai pada masa Perjanjian Baru di
mana Tuhan sendiri melalui Roh-Nya menaruh Firman-Nya ke dalam hati manusia. Yer.
31:33, Ibrani 10:16. Jadi pada waktu kita mengajarkan Firman Allah kepada anak, Firman itu
ditaruh ke dalam hati mereka. Inilah kehendak Allah.
Tuhan Yesus lebih dikenal sebagai guru daripada pengkhotbah. Murid-murid-Nya dan orang-
orang yang mendengar Dia, menyapa-Nya sebagai Guru. IA pun mengakui dirinya sebagai
Guru dan Tuhan (Yohanes 13:13).
Hal itu dapat membesarkan hati kita dalam menghadapi tugas yang amat sangat penting dan
besar dampaknya.
3. Motivasi Pengajar
Para murid Tuhan Yesus ditegur karena mereka kurang menghargai anak.
Pada waktu mereka mempersoalkan siapakah yang paling besar dalam Kerajaan Sorga, Tuhan
Yesus memanggil seorang anak dan berkata bahwa hanya jika mereka merendahkan diri dan
menjadi seperti anak itu mereka bisa masuk kerajaan Allah.
6
Pada kesempatan lain, para murid ingin menghalangi anak datang kepada Tuhan Yesus. Tetapi
Tuhan Yesus selalu punya waktu untuk anak, bahkan memanggil mereka datang dekat, untuk
memeluk dan memberkati mereka.
Perintah Tuhan Yesus kepada murid-Nya adalah: “Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu,
jangan menghalangi mereka. Karena mereka mempunyai Kerajaan Allah” (Markus 10:14).
Jangan meremehkan anak
Kenyataan adalah bahwa tak hanya para murid, tetapi kita juga kadang-kadang tanpa sadar
menghalangi anak bertemu dengan Tuhan Yesus.
Jangan kita meremehkan anak, dan memiliki berbagai alasan terhadap mereka:
Saya tidak mempunyai waktu untuk persiapan
Saya tidak mempunyai bakat untuk mengajar anak
Anak terlalu kecil untuk mengerti pelajaran
Anak terlalu nakal untuk diatasi
Anak belum dapat percaya
Pelayanan oleh karena kasih
Landasan untuk pelayanan adalah kasih kepada Tuhan Yesus. Kasih:
- Memungkinkan guru rela mengorbankan waktunya, tenaganya, juga pikirannya demi
kebaikan anak dan menghantar anak juga kepada kasih yang telah dialami, yaitu kasih Kristus.
- Memungkinkan guru menjadi penunjuk jalan yang benar untuk anak; bukan secara teori saja,
tetapi secara praktis, sebab guru sendiri telah bertemu dengan sumber kasih, yaitu Tuhan
Yesus.
- Memungkinkan guru sungguh menghargai tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Dan
tugas itu tidak diterima sebagai tugas dari manusia, tetapi diterima sebagai tugas dari Dia
yang telah mengasihinya dan mengasihi anak.
- Dalam kasih, guru dapat melakukan tugasnya dengan rendah hati dan bijaksana. Ia
mempunyai kerinduan yang dalam untuk menolong anak yang sesat, agar dibawa kepada kasih
Kristus.
- Memungkinkan guru rela mempergunakan kemampuannya untuk mempelajari keadaan anak
dan bahan pelajaran dengan penyerahan yang sungguh, tekun, dan teratur.
KARAKTERISTIK ANAK
kegiatan yang menjangkau dan melatih otot-otot besar (contohnya: berlari, memanjat,
melompat, dll).
2. Perkembangan sosial/pergaulan
- Aman di dalam keluarga
- Senang bersama dengan anak-anak lain, bermain bersama, bahkan sanggup
belajar dalam kelompok-kelompok kecil
- Bermain dengan asyik dengan teman sebaya dengan dia
3. Perkembangan Alam Mental/ Alam pikiran
- Daya konsentrasi terbatas
- Banyak kata-kata yang belum bisa dimengerti
- Belajar melalui panca indra
- Timbul perasaan ingin tahu
- Mulai mengerti/ sanggup membedakan hari kemarin, hari ini dan besok
4. Perkembangan Emosi
Anak batita mengalami perkembangan yang agak tenang, mudah dibimbing, dan bersemangat.
Mereka mempercayakan diri kepada orang tua/ orang lain yang mengawasi mereka.
5. Perkembangan Rohani
Anak batita dapat belajar mengenai hal-hal sederhana dalam Sekolah Minggu dan keluarga,
antara lain: Tuhan menciptakan langit dan bumi, Tuhan menciptakan saya; Tuhan selalu dekat
dan selalu mengasihi saya, dan lain-lain.
Mudah percaya, mengasihi Allah, belajar membedakan yang benar dan yang salah.
5. Perkembangan Kerohanian
Pengertian mereka akan hukum, membuka jalan untuk menerima Injil dan mudah dibimbing
untuk membaca Alkitab secara teratur.
- wayang, dll
- pesan utama
3. Penerapan/ Respon
Dalam hal ini, Firman Tuhan akan diperdalam dan anak diantar untuk memberi sesuatu
jawaban dari Firman Tuhan yang telah disampaikan.
Bagian ini penuh dengan interaksi antara guru dan murid. Anak dapat dibimbing untuk
memberi respon dengan berbagai kegiatan. Misalnya: dengan menjawab pertanyaan,
membentuk persekutuan doa, dll.
Setelah kegiatan di atas selesai, maka harus ditutup dengan pengumuman dan doa penutup
untuk mengantar anak kembali.
Dengan menghafal ayat-ayat Alkitab, kita memberikan kepada anak sesuatu yang sangat
berharga, seumur hidupnya. Firman itu tidak akan kembali dengan sia-sia.
Cara memilih ayat hafalan
- Harus berhubungan dengan pokok cerita
- Memperhatikan umur anak
Cara menghafal ayat hafalan
- menghapal sendiri
- menerangkan isi kata-kata yang sulit
- mengulangi
Variasi dalam metode
Untuk menghindari kejenuhan anak-anak dalam menghafal ayat-ayat Alkitab, maka guru
harus mempunyai variasi atau metode yang menarik bagi anak-anak.
Ada beberapa variasi dalam metode mengajar ayat hafalan:
- Memakai papan tulis
- Memakai papan ayat hafalan
- Gerakan tangan
12