Anda di halaman 1dari 12

1

PENDAHULUAN

“Anak adalah gereja masa kini” merupakan sebuah slogan yang menantang gereja
untuk memikirkan pelayanan anak secara serius, sesuai dengan konteks masa kini. Gereja
tidak bisa hanya berdiam diri melihat perkembangan dunia, melainkan harus menjadi semakin
kreatif untuk memenangkan persaingan dengan dunia dalam memikat hati anak. Pengabaian
terhadap anak di masa kini akan berdampak fatal, yakni hilangnya sebuah generasi yang
mengenal Tuhan di masa yang akan datang.

DASAR/ALASAN MENGAJAR ANAK

Mengapa kita mengajar anak?


Apakah kita merasa tertarik dengan anak, sehingga kita ingin mengajar mereka?
Apakah kita mengajar di Sekolah Minggu karena ditugaskan bapak pendeta atau para majelis?
Apakah kita menyadari kebutuhan akan guru Sekolah Minggu sehingga memanfaatkan
kesempatan itu?
Ada banyak dasar atau alasan mengapa orang mengajar anak. Tetapi dasar atau alasan yang
benar adalah Firman Tuhan.

1. Mengajar Anak adalah Kehendak Allah


Jika kita membuka Alkitab bersama, kita akan merasa heran bahwa Allah sangat
memperdulikan anak. Dalam Ulangan 6:4-7a kita dapat membaca ringkasan dari Sepuluh
Hukum. Hal yang terutama adalah: Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa,
dan dengan segenap kekuatan.

Ajarlah
Hukum pertama tersebut langsung disusul dengan satu perintah: “Ajarkan kepada anak!”.
Selain memberikan teladan melalui kehidupan, orang tua juga juga perlu menyampaikan
Firman Tuhan dengan kata-kata. Menurut Ulangan 6:7 dan 11:19, pengajaran tidak terbatas
pada waktu dan tempat tertentu, melainkan setiap kesempatan dalam kehidupan sehari-hari
dapat dipakai untuk mengajar.

Didiklah
Amsal 22:6 dimulai dengan perintah: “Didiklah!”. Tuhan ingin anak diajar dan dididik.
Pendidikan merupakan satu proses:
a. Anak diajar untuk berbuat yang dan semestinya dilakukan
b. Anak melihat teladan yang baik melalui guru atau orang tuanya
2

c. Anak diberi kesempatan dalam kehidupan sehari-hari untuk melaksanakan apa yang
telah dipelajarinya.

Taruhlah ke dalam hati

Tujuan dari pengajaran rohani adalah menaruh Firman Allah ke dalam hati setiap manusia,
juga dalam hati anak. Ulangan 11:18-19. Dalam Perjanjian Lama tujuan ini diusahakan
melalui pengajaran yang tertib dan teliti. Tujuan ini tercapai pada masa Perjanjian Baru di
mana Tuhan sendiri melalui Roh-Nya menaruh Firman-Nya ke dalam hati manusia. Yer.
31:33, Ibrani 10:16. Jadi pada waktu kita mengajarkan Firman Allah kepada anak, Firman itu
ditaruh ke dalam hati mereka. Inilah kehendak Allah.

2. Anak Membutuhkan Juruselamat


Anak adalah orang berdosa
Seorang anak dilahirkan anak dilahirkan dengan kecenderungan untuk berbuat dosa. Raja
Daud berkata: “Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung
ibuku.” (Maz. 51:7). Dan Allah berkata: “Yang ditimbulkan hati manusia adalah jahat dari
sejak kecil” (Kej. 8:23). Menurut Wahyu 20:15-16 anakpun harus menghadap takhta Allah.
Hal anak yang berdosa dan memerlukan keselamatan dibicarakan oleh Tuhan Yesus dalam
Matius 18:14. Karena itu anak tidak hanya membutuhkan pengajaran yang teliti saja, tetapi
mereka juga perlu diperkenalkan kepada seorang Juruselamat.
Anak dapat percaya
Seringkali orang dewasa menganggap rendah pengertian rohani seorang anak, padahal anak
pun sanggup untuk menyesali dosanya dan datang kepada Tuhan Yesus. Seorang anak dapat
percaya kepada Tuhan Yesus dan memperoleh keselamatan. Pada waktu seorang anak
mendengar dan mengerti tentang kasih Allah dalam Tuhan Yesus, ia seringkali sudah siap
membuka hatinya dan menerima keselamatan yang disediakan baginya.

3. Mengajar Anak Berakibat Besar


Tuhan berjanji bahwa Firman-Nya tidak akan kembali dengan sia-sia, melainkan akan
beroperasi dalam hati orang yang mendengarnya. Demikian juga akan terjadi pada anak yang
diajar.
Anak tidak akan mundur
Seringkali kita takut bahwa anak yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak tetap dalam iman
mereka. Tetapi Firman Tuhan berjanji bahwa anak yang diajarkan jalan Tuhan, pada masa
tuanya tidak akan menyimpang dari jalan itu. Amsal 22:6
3

Anak dapat memuliakan Allah


Anak lebih spontan dalam hal menyanyi dan memuji Tuhan daripada orang dewasa. Pujian
dari hati anak berkenan kepada Bapa di Sorga. Hal itu telah diungkapkan Daud pada masa
Perjanjian Lama. “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kau letakkan
dasar kekuatan karena lawan-Mu” (Maz. 8:2).
Anak adalah harapan bangsa
Anak yang diperbaharui oleh Tuhan Yesus kemudian hari dapat berarti untuk masyarakat. Di
antara mereka ada yang berpengaruh dalam masyarakat, bahkan ada yang akan menjadi
pemimpin-pemimpin dalam negara. Dalam Alkitab kita dapat melihat cerita tentang akibat
pendidikan terhadap seorang anak (Ester, Daniel, Yusuf).

GURU DALAM PANDANGAN ALLAH

Air yang jernih membutuhkan saluran yang bersih.


Seorang guru yang mengajar Alkitab merupakan saluran Air Hidup bagi anak.
Dapatkah ia mengalirkan air yang datang dari Tuhan tanpa disucikan sebelumnya?
Dapatkah ia membawa anak sampai mengenal Tuhan Yesus secara pribadi, tanpa mengenal
Dia secara pribadi? Anak mengenal Allah melalui gurunya.
Guru meletakkan dasar iman/ percaya dalam kehidupan seorang anak. Dasar itu akan
mempengaruhi seluruh segi kehidupan anak selanjutnya. Misalnya:
 Gambaran mengenai Allah dan sikap menghampiri Allah
 Gambaran mengenai dirinya sendiri dan cara menerima dirinya
 Gambaran dan sikap mengenai sesama manusia, cara menghargai dan bergaul dengan
sesama
 Gambaran mengenai dunia sekitarnya dan sikap dalam memakai fasilitas yang Tuhan
berikan.
Tugas kita begitu penting karena implikasinya. Jikalau kita dapat meletakkan dasar iman yang
kuat, maka anak-anak akan bertumbuh ke arah Kristus. Tetapi jikalau dasar tidak kuat, atau
berat sebelah dan kurang sesuai dengan Firman Tuhan secara keseluruhan, maka mungkin
anak yang diajar, di kemudian hari akan berbalik dari Tuhan atau sesat dalam pengertian
rohani.
Tugas meletakkan dasar iman pada anak, seringkali kurang dihargai manusia, tetapi sangat
dihargai Tuhan. Allah sendiri adalah Pengajar Agung, dari Dialah berasal segala yang
berhubungan dengan mengajar, baik falsafah mengajar, tujuan mengajar, materi, metode, dll.
4

Tuhan Yesus lebih dikenal sebagai guru daripada pengkhotbah. Murid-murid-Nya dan orang-
orang yang mendengar Dia, menyapa-Nya sebagai Guru. IA pun mengakui dirinya sebagai
Guru dan Tuhan (Yohanes 13:13).
Hal itu dapat membesarkan hati kita dalam menghadapi tugas yang amat sangat penting dan
besar dampaknya.

1. Kualifikasi Guru Sekolah Minggu


Seorang guru Sekolah Minggu adalah orang yang sudah disiapkan sebelumnya. Ia memulai
sebagai asisten di Sekolah Minggu dan sudah menerima pengkaderan.
Kualifikasi seorang calon guru Sekolah Minggu
a) Mengasihi Tuhan dan ingin melayani atas dasar kasih itu
b) Mengasihi dan memperhatikan anak
c) Menyediakan waktu untuk ikut serta dalam program latihan
d) Setia belajar
e) Setia menolong dalam tugas kecil yang diberikan kepadanya
Kualifikasi guru Sekolah Minggu
a) Mengasihi Tuhan dan melayani atas dasar kasih itu
b) Mengetahui ilmu jiwa perkembangan anak
c) Trampil mempersiapkan satu jam pelajaran sesuai dengan bahan yang ditentukan
d) Trampil mengajar
e) Trampil mengelola kelasnya
f) Membahas kesulitan dengan atasannya
Kualifikasi Pemimpin Sekolah Minggu
Seorang pemimpin Sekolah Minggu biasanya diberi tanggung jawab atas semua guru Sekolah
Minggu di satu gereja. Tidak jarang, ia sendiri masih mengajar satu kelas, sekaligus
memperhatikan kelangsungan kelas lain. Kualifikasi untuk pemimpin adalah:
a) Mengasihi Tuhan dan melayani atas dasar kasih itu
b) Tahu jumlah anak tiap kelas dan di pos gereja
c) Mengenal guru-guru dan kebutuhan mereka
d) Menangani pengadaan bahan yang dibutuhkan
e) Ikut bertanggung jawab atas kolekte, menentukan bendahara
f) Bersama para pemimpin wilayah merencanakan pengkaderan para guru
g) Memberi laporan secara teratur kepada atasannya

2. Perlengkapan Seorang Guru


Seorang guru harus mempunyai keyakinan terhadap bahan pengajarannya. Inti pengajarannya
perlu merupakan pengalaman hidupnya, sehingga ia:
5

 dapat mengajar dengan semangat


 dapat memberi inspirasi kepada muridnya
Tiga perlengkapan bagi pengajar.
Mengenal Alkitab
Seorang ahli pendidikan telah berkata: “Untuk mengajar Alkitab kepada anak selama satu jam,
guru harus hidup sesuai dengan Firman Allah selama satu Minggu”. Tidak hanya apa yang
dikatakan kepada anak akan berkesan, keberadaan guru juga akan berkesan secara dalam.
Kesetiaan dalam waktu teduh guru, mengakibatkan suatu hasil dalam mengajar yang tidk
dibuat-buat, melainkan mengalir dengan wajar. Seorang guru yang hanya membaca Firman
Tuhan untuk mengajar, akan mengalami kekeringan dan kurang memiliki kewibawaan rohani.
Mengenal anak
Jikalau kita mengenal anak, kita dapat menyampaikan pelajaran menurut pengertian dan daya
tangkap mereka. Beberapa cara mengenal anak.
Melalui membaca buku.
Melalui bergaul dengan anak
Melalui kunjungan rumah tangga
Melalui memperhatikan anak waktu mengajar
Mengenal cara mengajar
Pengajar bertanggung jawab agar muridnya memperoleh pelajaran yang seimbang. Untuk itu
pengajar mengikuti satu kurikulum yang dipilih dengan seksama. Kurikulum akan
memberikan:
a. variasi bahan
b. variasi metode mengajar
c. variasi alat peraga dan aktivitas
Pengajar ditantang menyelidiki sebagian Firman Tuhan tiap-tiap Minggu.
Ia akan berdoa, minta Roh Kudus menerangi hati sehingga ia dapat memahami Firman-Nya.
Kemudian ia mengambil waktu mempelajari Firman Tuhan dan juga memperhatikan
bagaimana cerita Alkitab ditulis dalam pedoman Sekolah Minggu. Selanjutnya alat peraga
perlu dikerjakan secara teliti, dan cara pemakaiannya dilatih sebelum mengajar. Persiapan
seteliti itu membutuhkan waktu dan disiplin. Pengajar akan segera merasakan perbedaan
antara mengajar dengan kurang siap dan mengajar dengan persiapan yang cukup.

3. Motivasi Pengajar
Para murid Tuhan Yesus ditegur karena mereka kurang menghargai anak.
Pada waktu mereka mempersoalkan siapakah yang paling besar dalam Kerajaan Sorga, Tuhan
Yesus memanggil seorang anak dan berkata bahwa hanya jika mereka merendahkan diri dan
menjadi seperti anak itu mereka bisa masuk kerajaan Allah.
6

Pada kesempatan lain, para murid ingin menghalangi anak datang kepada Tuhan Yesus. Tetapi
Tuhan Yesus selalu punya waktu untuk anak, bahkan memanggil mereka datang dekat, untuk
memeluk dan memberkati mereka.
Perintah Tuhan Yesus kepada murid-Nya adalah: “Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu,
jangan menghalangi mereka. Karena mereka mempunyai Kerajaan Allah” (Markus 10:14).
Jangan meremehkan anak
Kenyataan adalah bahwa tak hanya para murid, tetapi kita juga kadang-kadang tanpa sadar
menghalangi anak bertemu dengan Tuhan Yesus.
Jangan kita meremehkan anak, dan memiliki berbagai alasan terhadap mereka:
 Saya tidak mempunyai waktu untuk persiapan
 Saya tidak mempunyai bakat untuk mengajar anak
 Anak terlalu kecil untuk mengerti pelajaran
 Anak terlalu nakal untuk diatasi
 Anak belum dapat percaya
Pelayanan oleh karena kasih
Landasan untuk pelayanan adalah kasih kepada Tuhan Yesus. Kasih:
- Memungkinkan guru rela mengorbankan waktunya, tenaganya, juga pikirannya demi
kebaikan anak dan menghantar anak juga kepada kasih yang telah dialami, yaitu kasih Kristus.
- Memungkinkan guru menjadi penunjuk jalan yang benar untuk anak; bukan secara teori saja,
tetapi secara praktis, sebab guru sendiri telah bertemu dengan sumber kasih, yaitu Tuhan
Yesus.
- Memungkinkan guru sungguh menghargai tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Dan
tugas itu tidak diterima sebagai tugas dari manusia, tetapi diterima sebagai tugas dari Dia
yang telah mengasihinya dan mengasihi anak.
- Dalam kasih, guru dapat melakukan tugasnya dengan rendah hati dan bijaksana. Ia
mempunyai kerinduan yang dalam untuk menolong anak yang sesat, agar dibawa kepada kasih
Kristus.
- Memungkinkan guru rela mempergunakan kemampuannya untuk mempelajari keadaan anak
dan bahan pelajaran dengan penyerahan yang sungguh, tekun, dan teratur.

KARAKTERISTIK ANAK

A. Anak Batita (0-3 thn)


1. Perkembangan Jasmani
Anak batita bertumbuh dengan pesat, tetapi pertumbuhan tidak merata. Otot-otot besar pada
lengan dan kaki mendahului otot-otot kecil. Karena itu Anak batita senang dengan semua
7

kegiatan yang menjangkau dan melatih otot-otot besar (contohnya: berlari, memanjat,
melompat, dll).
2. Perkembangan sosial/pergaulan
- Aman di dalam keluarga
- Senang bersama dengan anak-anak lain, bermain bersama, bahkan sanggup
belajar dalam kelompok-kelompok kecil
- Bermain dengan asyik dengan teman sebaya dengan dia
3. Perkembangan Alam Mental/ Alam pikiran
- Daya konsentrasi terbatas
- Banyak kata-kata yang belum bisa dimengerti
- Belajar melalui panca indra
- Timbul perasaan ingin tahu
- Mulai mengerti/ sanggup membedakan hari kemarin, hari ini dan besok
4. Perkembangan Emosi
Anak batita mengalami perkembangan yang agak tenang, mudah dibimbing, dan bersemangat.
Mereka mempercayakan diri kepada orang tua/ orang lain yang mengawasi mereka.
5. Perkembangan Rohani
Anak batita dapat belajar mengenai hal-hal sederhana dalam Sekolah Minggu dan keluarga,
antara lain: Tuhan menciptakan langit dan bumi, Tuhan menciptakan saya; Tuhan selalu dekat
dan selalu mengasihi saya, dan lain-lain.

B. Anak Balita (4-5 thn)


1. Perkembangan Jasmani
Anak kecil aktif sekali dan terus bergerak, giat, dan ribut. Aktifitas yang dia kuasai membawa
kesenangan tersendiri bagi mereka.
2. Perkembangan Sosial
Pergaulan seorang anak kecil mengenai perbedaan dengan anggota keluarga, orang dewasa
yang bukan keluarga, dan pergaulan dengan anak-anak sebaya. Pergaulan anak kecil dengan
orang dewasa tidak berdasarkan akal, melainkan perasaan. Di samping itu, pergaulan dengan
anak-anak sebaya semakin meningkat dan hanya didasarkan pada saling membutuhkan.
3. Perkembangan Alam Mental/ Alam Pikiran
Kuat dalam hal menghayati, suka meniru, mengembangkan pengertian jangka waktu dan
angka, perbendaharaan kata semakin bertambah, dan lain-lain.
4. Perkembangan Emosi
Dikuasai oleh perasaan yang kuat, rasa takut, sukacita, sayang dan belas kasihan.
5. Perkembangan Rohani
8

Mudah percaya, mengasihi Allah, belajar membedakan yang benar dan yang salah.

C. Anak Kelas Tengah (6-8 thn)


1. Perkembangan Jasmani
Anak pada usia ini aktif sekali dan semangat dalam mengikuti kegiatan. Mereka mengalami
perubahan dalam tubuh secara pesat, sering merasa lelah dan mudah terserang wabah
penyakit. Mereka mulai dapat mengurus diri sendiri.
2. Perkembangan Sosial
Sekolah adalah pengalaman yang menantang karena mereka memasuki dunia yang asing, suasana yang
berubah, untuk itu mereka harus ditolong supaya dapat menyesuaikan diri. Mencari perhatian guru dan
suka bergaul dengan kawan-kawan sebaya.
3. Perkembangan Alam Mental
Mereka suka membaca dan menulis, haus akan cerita. Melalui cerita, emosi anak disentuh dan
pengetahuannnya diperluas. Konsentrasi lebih lama, sulit mengerti hal-hal yang tidak nyata. Berpikir
“hitam-putih”, dan belum mempunyai pendapat sendiri. Mereka terlalu melihat ke belakang dan tidak
mengkuatirkan hari esok.
4. Perkembangan Emosi
Mulai mengundurkan diri dalam menghadapi tantangan, mudah gelisah, mulai dapat mengerti orang
lain, membesar-besarkan sesuatu.
5. Perkembangan Rohani
Senang ke Sekolah Minggu, bertumbuh dalam pengertian akan Allah dan muali membalas kasih
Yesus.

D. Anak Kelas Besar (9-11/12 thn)


1. Perkembangan Jasmani
Tubuh kuat dan seimbang, suka mengembara, trampil mengurus diri sendiri.
2. Perkembangan Sosial
Sikap terhadap guru. Mereka senang mengembangkan pendapatnya sendiri, karena itu tidak
dapat menerima dengan begitu saja apa yang dikatakan oleh gurunya. Mereka mulai menilai
orang lain dan sangat sensitif terhadap apa yang benar dan adil. Mereka juga membela diri.
Mereka mulai membentuk kelompok-kelompok dan merasa kuat dan berani kalau bersama-
sama. Lebih tertutup kepada orang tua, dan mengagumi tokoh-tokoh atau pahlawan.
3. Perkembangan Alam Mental
Daya konsentrasi baik, mempunyai banyak minat, suka membaca, mulai berpikir logis.
4. Perkembangan Emosional
Jarang takut, kurang sabar, kurang iri hati. Malu memperlihatkan kasih sayang kepada orang
lain, belajar mengontrol emosi negatif, senang humor.
9

5. Perkembangan Kerohanian
Pengertian mereka akan hukum, membuka jalan untuk menerima Injil dan mudah dibimbing
untuk membaca Alkitab secara teratur.

PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH MINGGU

Metode mengajar yang dipakai Tuhan


- Alat peraga
- Cerita
- Ceramah
- Tanya jawab
- Diskusi

Mengajar dengan Alat peraga


Dalam mengajar, seluruh panca indra dan kesanggupan anak perlu dirangsang, digunakan dan
dilibatkan. Sehingga ia tidak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan apa
yang dipelajari.
Contoh alat peraga gambar
Cara penggunaannya:
- Untuk mengulangi cerita Minggu yang lalu, maka gambar harus dipasang di dinding sebelum
mereka datang.
- Pada saat bercerita, gambar dapat ditampilkan sesuai dengan jalan cerita yang ada. Gambar
dapat ditempel di dinding atau dipegang dengan posisi tegak dan stabil.
- Jika gambar akan digunakan untuk memperdalam cerita, maka gambar tetap dipasang setelah
bercerita.

Macam-macam alat peraga:


- flashcard
- gambar berkembang
- gambar di dinding
- rumah Palestina
- peta
- boks pasir
- papan tulis
- boneka jari
10

- wayang, dll

MELAKSANAKAN SATU JAM MENGAJAR

Tiga bagian dalam kegiatan mengajar di Sekolah Minggu


1. Pembukaan
Pembukaan merupakan jembatan dari dunia anak kepada Firman Tuhan. Untuk itu,
pembukaan harus menimbulkan rasa ingin tahu dan mengarahkan pikiran anak kepada tujuan
pelajaran
Unsur-unsur pembukaan:
a. Ucapan selamat datang. Anak diterima dengan penuh perhatian.
b. Menyanyi bersama
c. Doa pembukaan
d. Persembahan
e. Mengulang sebagian dari pelajaran minggu lalu
f. Menyanyi satu lagu yang menghantar hati mereka untuk mendengar cerita.
2. Cerita
Bagian ini sangat penting dalam satu jam pelajaran. Sama halnya dengan khotbah dalam
kebaktian. Untuk itu harus disesuaikan dengan daya konsentrasi anak.
a. Kelas batita, kurang lebih 5-7 menit
b. Kelas balita, kurang lebih 7-10 menit
c. Kelas tengah, kurang lebih 10-15 menit
d. Kelas besar, kurang lebih 20-25 menit
Jadi, untuk mengimbangi pendeknya waktu konsentrasi mereka, maka cerita harus dijaga agar
tidak monoton, tetapi diselingi dengan kegiatan-kegiatan lain seperti: berdiri sebentar,
bernyanyi dengan bergerak dan lain-lain.
Hal yang paling menyenangkan bagi seorang guru Sekolah Minggu adalah apabila yang
disampaikannya diterima dengan penuh perhatian. Untuk itu, guru harus memperhatikan:
a. Pentingnya cerita Alkitab
b. Bercerita adalah ilmu dan seni
c. Menyelidiki sebuah cerita, dengan:
- waktu persiapan
- membaca dan membandingkan
- memperhatikan tokoh-tokoh
- lokasi cerita
- waktu
- kata-kata sulit
- penghayatan
11

- pesan utama
3. Penerapan/ Respon
Dalam hal ini, Firman Tuhan akan diperdalam dan anak diantar untuk memberi sesuatu
jawaban dari Firman Tuhan yang telah disampaikan.
Bagian ini penuh dengan interaksi antara guru dan murid. Anak dapat dibimbing untuk
memberi respon dengan berbagai kegiatan. Misalnya: dengan menjawab pertanyaan,
membentuk persekutuan doa, dll.
Setelah kegiatan di atas selesai, maka harus ditutup dengan pengumuman dan doa penutup
untuk mengantar anak kembali.

Hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan kegiatan tersebut:


- mengecek bahan atau perlengkapan yang dibutuhkan
- mengecek penampilannya
- mengecek ruangan
- mengusahakan agar pembicaraan awal lancar
- mengatur intonasi suara
- kontak mata penting
- bahasa tubuh yang sesuai

MENGHAFAL FIRMAN ALLAH BERSAMA ANAK

Dengan menghafal ayat-ayat Alkitab, kita memberikan kepada anak sesuatu yang sangat
berharga, seumur hidupnya. Firman itu tidak akan kembali dengan sia-sia.
Cara memilih ayat hafalan
- Harus berhubungan dengan pokok cerita
- Memperhatikan umur anak
Cara menghafal ayat hafalan
- menghapal sendiri
- menerangkan isi kata-kata yang sulit
- mengulangi
Variasi dalam metode
Untuk menghindari kejenuhan anak-anak dalam menghafal ayat-ayat Alkitab, maka guru
harus mempunyai variasi atau metode yang menarik bagi anak-anak.
Ada beberapa variasi dalam metode mengajar ayat hafalan:
- Memakai papan tulis
- Memakai papan ayat hafalan
- Gerakan tangan
12

- Kartu dengan tali


- Kartu rantai
- Papan flanel
- Nyanyian, dll

Anda mungkin juga menyukai