Prognosis pada penyakit kanker serviks ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor
yang sudah diteliti dan mempunyai bukti keterkaitan yang kuat dengan angka kesintasan 5 tahun
adalah stadium. Selain stadium, penilaian melalui keterlibatan kelenjar getah bening juga terbukti
menentukan prognosis. Sebagai contoh, survival rate untuk wanita dengan stadium dini dan tanpa
keterlibatan nodus limfa pelvis adalah sebesar 86 persen sedangkan wanita dengan keterlibatan
nodus limfa hanya sebesar 74 persen. Kanker serviks yang tidak diobati atau tidak merespons
terhadap pengobatan juga menjadi faktor prognostik, dan diduga akan menyebabkan kematian
dalam waktu dua tahun setelah timbul gejala. Disamping itu, risiko tinggi terjadinya rekurensi
ditemukan pada pasien yang menjalani histerektomi. Beberapa faktor yang lain yang juga diduga
sebagai faktor pronostik pada kanker serviks adalah usia, ukuran tumor, pendidikan, paritas,
histopatologi, dan jenis pengobatan baik itu surgery, radiasi, kemoterapi, maupun kombinasi dari
ketiga opsi pengobatan tersebut
Peneltian serupa dilakukan di RSCM tahun 2014 juga menyimpulkan bahwa karakteristik
demografik tidak berpengaruh secar signifikan pada kanker serviks. Pada penelitian ini 41% subjek
penelitian adala penderita kanker serviks stadium 3. Usia, lamanya pendidikan, daerah tempat
tinggal, dan asuransi kesehatan tidak berpengaruh secara signifikan setelah dianalisis dengan cox
regression Nuranna
Histopatologi, lymph nodes metastasis, Lower third vagina invasion, treatment option
Katanyoo tahun 2017 meneliti tentang faktor prognostik pada pasien kanker serviks
stadium IIIb. Seperti diketahui sebelumnya menurut FIGO, stadium IIIb dibagi dua yaitu invasi
kanker ke dinding rongga pelvik dengan atau tanpa hidronefrosis dan dengan atau tanpa invasi ke
1/3 dinding bawah vagina. Penelitian ini membandingkan beberapa faktor pronostik pada pasien
dengan kanker serviks stadium IIIb
Dari penelitian tersebut dilakukan analisis univariat dan didapatkan ada beberapa faktor
yang signifikan berperan sebagai faktor prognostik kanker serviks. Total treaetment time yaitu
waktu yang dibutuhkan oleh pasien dari awal mendapat pengobatan sampai dinyatakan bersih dari
kanker menjadi salah satu faktor prognostik yang signifikan, tetapi secara analisis multivariat tidak
lagi signifikan karena telah disesuaikan dengan beberapa faktor salah satunya percepatan
repopulasi kanker serviks pada pasien yang mendapat brakiterapi. Faktor yang berperan secara
signifikan adalah keterlibatan invasi 1/3 dinding bawah vagina (p = 0.003). Faktor lain yang ikut
diteliti tetapi tidak berperan secara signifikan antara lain adalah modalitas terapi, anemia, dan
histopatologi. Pada penelitian ini tidak ada perbedaan mencolok pada keberhasilan terapi pasien
dengan radiasi saja atau dengan CCRT (Concurrent chemoradiation).
Penelitian Endo tahun 2014 di Hokkaido, Jepang meneliti tentang pasien kanker serviks
yang mendapat terapi CCRT. Dari penelitian tersebut didapat kesimpulan bahwa ukuran tumor
berperan sebagai faktor prognostic pada kanker serviks yang sudah stadium lanjut (advanced
stage) (p<0.05), dikarenakan pada stadium III dan IV ukuran tumor > 5cm, sudah tidak dapat
diterapi hanya dengan radiasi eksternal saja, berbeda dengan stadium awal yang masih bisa diterapi
dengan radiasi eksternal.
Penelitian Kim tahun 2009 juga meneliti tentang pilihan terapi pada pasien kanker serviks.
Penelitian ini mengevaluasi keberhasilan terapi pada pasien kanker serviks, yaitu dengan
memberikan terapi radiasi pada pasien yang sudah mendapat pemebedahan baik dengan atau tanpa
kemoterapi. Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa terapi radiasi luas mempunyai peran
yang signifikan untuk mengontrol kanker serviks yang hanya menyebar secara lokal. Penambahan
kemoterapi juga meningkatkan efikasi pengobatan, tetapi mempunyai angka toksisitas yang tinggi
dibandingkan dengan pemeberian radioterapi saja
Pada penelitian ini juga diteliti beberapa faktor lain tetapi stelah dilakukan analisis
univariat semuanya tidak signifikan berperan terhadap keberhaslan terapi kanker serviks. Beberapa
faktor lain yang diteliti diantaranya usia, stadium FIGO, ukuran tumor, keterlibatan metastasis
nodus limfatik (p>0.05).
Grading Histopatologi pada kanker serviks
Derajat histopatologi pada kanker serviks secara konvensional dinilai dengan
menggunakan sistem Broder, yang mana aspek yang dinilai ialah derajat keratinisasi, sitologi
atipikal, dan aktivitas pembelahan (mitotik). Tetapi sistem tersebut menurut WHO tidak lagi secara
signifikan dapat diterapkan dalam menentukan derajat differensiasi kanker serviks. WHO
berpendapat bahawa sistem klasifikasi derajat histopatologi pada kanker serviks harus berdasarkan
derajat keratinisasi, nuclear pleomorphism, ukuran nukleoli, frekuensi mitotik, dan juga derajat
nekrosis, tetapi belum ada standar baku yang mencakup derajat histopatologi tersebut.
McClugage pada tahun 2014 mengusulkan untuk dibuat sistem klasifikasi baru yang dapat
diterapkan dalam menentukan prognosis pada kanker serviks. Pada pengusulan sistem ini, sistem
grading hanya dapat diterapkan pada pasien dengan tipe histopatologi karsinoma sel skuamosa.
Sistem yang baru diusulkan ini sudah terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap prognosis
kanker serviks. Sistem ini sudah diterapkan pada kanker sel skuamosa di organ lain yaitu paru-