Anda di halaman 1dari 10

BUKU PANDUAN DAN PETUNJUK PELAKSANAAN

MUSABAQAH QIRA`ATIL KUTUB (MQK)


TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2019

TEMA :
“SANTRI INDONESIA; MERAWAT TRADISI MENGAWAL INOVASI UNTUK
JABAR JUARA LAHIR BATIN”

Pondok Pesantren Cipasung, Jl. K.H. Ruhiat, RT.02/RW.7, Cipakat, Kec.


Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat
14 -18 Oktober 2019

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DAN


KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA
PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2019
A. PENDAHULUAN

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan tertua di negeri ini. Kemunculan
pondok pesantren yang membawa pesan dakwah islam dimaksudkan untuk mencetak kader ulama yang
tafaqquh fi al-ddien. Kebesaran pondok pesantren telah melahirkan tokoh dan ulama besar pada awal abad
ke-20, seperti Syekh Yusuf al-Makassari, Syekh Arsyad al-Banjari, Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh
Ahmad Khatib dan masih banyak lagi. Para tokoh generasi pertama pondok pesantren telah memainkan
peranan penting dalam mengembangkan budaya dan peradaban yang menyeluruh dalam kehidupan
masyarakat indonesia. Hal ini karena pondok pesantren hadir sebagai jawaban untuk menegakkan nilai-
nilai ajaran agama melalui pendidikan keagamaan dan pengayoman serta dukungan kepada kelompok-
kelompok yang bersedia menjalankan perintah agama dan mengatur hubungan antar mereka. Secara
pelan-pelan pondok pesantren berupaya merubah dan mengembangkan cara hidup masyarakat indonesia
yang mampu menampilkan sebuah pola kehidupan yang toleran.
Tidak diragukan lagi bahwa pondok pesantren sebagai basis pendidikan islam tidak bisa
diabaikan dalam kehidupan masyarakat bangsa indonesia. Oleh karenanya sejak semula pondok pesantren
merupakan salah satu model pendidikan yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat indonesia
dan yang “membidani” lahirnya sistem pendidikan islam. Pesantren didirikan oleh para ulama untuk
mendidik, membimbing, dan memberdayakan masyarakat dalam hal keagamaan, sosial budaya dan politik
kultural. Pondok pesantren menjadi lembaga pendidikan islam pertama dan khas pribumi yang bertahan
hingga kini. Kekhasannya tidak saja karena keberadaannya yang sudah lama tetapi juga karena kultur,
metode dan jaringan yang diterapkan oleh lembaga agama tersebut.
Ada beberapa alasan mendasar mengapa pendidikan pesantren perlu mendapat prioritas dari
kebijakan Kementerian Agama. Pertama, secara historis, pendidikan pesantren dianggap sebagai sistem
pendidikan tertua dan produk budaya Indonesia yang indigenous. Pesantren muncul bersamaan dengan
proses islamisasi di Nusantara pada abad ke-13. penyelenggaraan pendidikan keagamaan semula berada di
tempat-tempat pengajian ("nggon ngaji") yang mengajarkan dasar-dasar ilmu keislaman, seperti nahwu/sharf
(Arabic grammar), al-Qur’an, hadits, akidah/tauhid (Islamic theology), fiqh, dan akhlak. Bentuk ini
kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri), yang kemudian
disebut pesantrian atau pesantren. Meskipun bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu
pendidikan pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang terstruktur, sehingga pendidikan
ini sangat bergengsi.

Kedua, secara kelembagaan, pesantren saat ini telah menjadi sebuah institusi atau “kampus” yang
memiliki potensi besar dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Di samping mempertahankan ciri khas
dan keaslian isi (curriculum content)nya, misalnya sorogan dan bandongan, kebanyakan pesantren telah
mengadopsi sistem klasikal-formal, baik berbentuk Raudlatul Athfal (TK Islam), madrasah (MI, MTs, MA),
diniyah (ula, wustho, dan ulya), sekolah-sekolah umum (SD, SLTP, SMU), perguruan tinggi (agama dan

Musabaqah Qira`atil Kutub (MQK) Tingkat Prov. Jawa Barat Tahun 2019 2
umum), dan pendidikan tingkat tinggi (Ma'had Aly). Lebih jauh lagi, beberapa pesantren telah
menyelenggarakan berbagai jenis program keterampilan semisal agroindustri, industri rumah tangga,
pertanian, perikanan, dan kelautan.

Ketiga, dekade terakhir pesantren mengalami perkembangan jumlah luar biasa dan menakjubkan,
baik di wilayah pedesaan, pinggiran kota, maupun perkotaan di wilayah Provinsi Jawa Barat yang mencapai
8745 lembaga. Berdasarkan Bagian Data, Sistem Informasi, dan Hubungan Masyarakat Sekretariat Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, pada tahun 2016 terdapat 28,194 pesantren yang tersebar
baik di wilayah kota maupun pedesaan dengan 4,290,626 santri, dan semuanya berstatus swasta. Hal ini
berarti 31 % pesantren terdapat di Provinsi Jawa Barat
Selain menunjukkan tingkat keragaman, orientasi pimpinan pesantren dan independensi kiai,
jumlah ini memperkuat argumentasi bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan swasta yang sangat
mandiri dan sejatinya merupakan praktek pendidikan berbasis masyarakat (community based education).
Dunia pesantren mengalami perkembangan dinamis yang cukup signifikan yang dalam tiga
dasawarsa terakhir ini. Pertama, perubahan peningkatan kualitas infrastruktur/fisik pesantren. Secara fisik,
penampilan pesantren sudah banyak berubah. Kini sejumlah pesantren baik pesantren tradisional (salaf)
maupun pesantren modern (khalaf ) telah memiliki fasilitas gedung yang mewah dan dilengkapi dengan
peralatan modern seperti alat komunikasi, komputer, facsimile, laboratorium, dan sebagainya.
Perubahan- perubahan tersebut terjadi karena keterbukaan pesantren untuk menerima
atau beradaptasi dengan dinamika perubahan yang terjadi di luar pesantren, walau penerimaan terhadap
berbagai inovasi dan perubahan yang datang dari luar itu tidak sampai mencerabut akar-akar kultural
pesantren. Ini selaras dengan kaidah yang banyak dipegangi kalangan pesantren: Al-muhâfadhatu ‘alâ
qadîmis shâlih wal akhdzu bil jadîdil ashlâh.
Dalam kerangka Al-muhâfadhatu ‘alâ qadîmis shâlih itulah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Barat bekerja sama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan
Musabaqah Qira`atil Kutub (MQK) Tingkat Provinsi Tahun 2019. Hal tersebut penting karena langsung
berkaitan dengan tradisi pengajaran kitab kuning yang telah lama ada dan hingga kini bertahan di pesantren.
Pengajaran kitab kuning di pesantren adalah dalam rangka maintenance of islamic knowledge and
conservation of islamic legacies, melestarikan warisan pengetahuan keislaman yang diperoleh secara turun
temurun dari generasi salaf al-shâlih. Melalui tradisi pembacaan dan pengkajian kitab kuning di pesantren
seperti itu, doktrin-doktrin dalam kitab kuning yang bersumber dan merujuk Al-Qur’an dan Sunnah sebagai
sumber utama, menjadi “ruh” dan jiwa yang menggerakkan dan mengarahkan kehidupan pesantren. Lebih
dari itu, tradisi kitab kuning juga mendasari bangunan keilmuan yang dikembangkan pesantren. Melalui
pewarisan seperti itulah seluruh khazanah keilmuan yang dihasilkan oleh ulama’ salaf al-shâlih diterima,
dikaji, dan dijaga keasliannya.
Pesantren yang telah lama hadir di bumi persada ini dengan meneguhkan bacaannya pada kitab-
kitab kuning yang menjadi rujukan dalam musabaqah ini akan melahirkan santri-santri yang santun, berfikir
Musabaqah Qira`atil Kutub (MQK) Tingkat Prov. Jawa Barat Tahun 2019 3
rasional, dan tidak melakukan tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Hal ini patut
diketengahkan, sebab dunia pesantren saat ini mendapat sorotan yang cukup serius baik yang menyangkut
terorisme dan gerakan transnasional yang tumbuh di tanah air belakangan ini.
Dalam upaya meningkatkan kembali perhatian dan kecintaan para santri untuk terus mempelajari
kitab-kitab kuning sebagai sumber utama kajian ilmu-ilmu agama Islam, maka perlu diselenggarakan
perlombaan membaca, menerjemahkan dan memahami kitab-kitab kuning bagi para santri pondok
pesantren, melalui kegiatan MQK antar pondok pesantren. Tentu saja, musabaqah ini bukan hanya semata-
mata memperlombakan teknik-teknik membaca sebuah kitab kuning, tetapi juga kemampuan dalam
memahami serta menyampaikan kandungan teks kitab kuning yang dibacanya kepada publik. Dengan
demikian, forum ini merupakan ajang perlombaan kemampuan dalam membaca, memahami, serta
mengungkapkan kandungan kitab kuning secara komprehensif.
MQK juga menjadi salah satu instrumen penguatan dan pengembangan kapasitas kelembagaan
pendidikan pesantren sesuai dengan semangat Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 2015 tentang Hari
Santri. MQK juga menjadi washilah untuk memperkuat empat (4) pilar penyangga kehidupan berbangsa dan
bernegara di lingkungan Pondok pesantren.

B. Tujuan Musabaqah
1. Sebagai event atau kegiatan yang diharapkan mampu menjalin silaturahmi antar pondok pesantren
sebagai alat pemersatu bangsa indonesia.
2. Untuk mendorong dan meningkatkan kecintaan para santri kepada kitab-kitab rujukan berbahasa
Arab, serta meningkatkan kemampuan santri dalam melakukan kajian dan pendalaman ilmu-ilmu
agama Islam dari sumber kitab-kitab berbahasa Arab;
3. Merupakan simulasi untuk bersaing secara sehat serta merupakan puncak dari fenomena prestasi
akademik para santri di indonesia.
4. Merupakan forum akbar di bidang keilmuan kitab kuning (dirasah Islamiyah) secara nasional dan
kebanggaan masyarakat indonesia dan pengasuh pondok pesantren.;
5. Untuk meningkatkan peran pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dalam mencetak
kader ulama dan tokoh masyarakat di masa depan;

C. Jenis Lomba
Jenis lomba yang diselenggarakan dalam even MQK ini secara garis besar terbagi ke dalam (3)
tiga hal, yaitu:
1. Musabaqah Qira`atil Kitab dan
2. Hifdzul Mutun Al-Manzhumah

D. Waktu dan Tempat


Kegiatan MQK diselenggarakan sejak hari Senin hingga Jumát, tanggal 14-18 Oktober 2019 di
Pesantren Cipasung, Kab. Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.

E. Tahap Kegiatan
Proses musabaqah dilaksanakan dalam tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Pendaftaran Peserta
Setiap Peserta mendaftarkan diri pada pesantren tempat belajarnya untuk mendapat surat
tugas dari pimpinan pesantren yang bersangkutan. Selanjutnya pesantren mengajukan santri yang akan
mengikuti lomba melalui Kantor Kementerian Agama Kab/Kota c.q Seksi PD pontren/Pakis/Pendis
Musabaqah Qira`atil Kutub (MQK) Tingkat Prov. Jawa Barat Tahun 2019 4
untuk mendapat surat pengantar/rekomendasi. Selanjutnya Kemenag Kab/kota melalui Seksi PD
pontren/Pakis/Pendis mengirimkan daftar nama peserta pada masing-masing majelis lomba (Contoh
Form Rekap Terlampir) pada alamat email: mqkjabar2019@gmail.com paling lambat Kamis, 10
Oktober 2019. Adapun Kelengkapan administrasinya dibawa pada waktu registrasi kedatangan
peserta pada tanggal 14 Oktober 2019 kepada Panitia Pelaksana MQK dengan di Komplek PP
Cipasung, Kab. Tasikmalaya.

SANTRI PESANTREN KEMENAG


KAB/KOTA
(Permohonan Surat Tugas) (Legalisir IZOP Ponpes&Rekomendasi)
(Reg Online)

PANITIA PROV
(Registrasi Ulang dan Verifikasi/Validasi Berkas)
2. Tahap Daftar Ulang dan Pengesahan peserta
a. Pendaftaran ulang dan pengesahan peserta di lokasi MQK dilayani sejak hari Senin, 14 Oktober
2019 pukul 12.30-17.00 WIB sampai dengan Selasa 15 Oktober 2019 pukul 12.00 WIB. Melebihi
waktu tersebut, pendaftaran dan pengesahan peserta tidak akan dilayani.
b. Peserta wajib mengikuti proses pemeriksaan keabsahan yang dilakukan oleh panitia bidang
keabsahan di lokasi yang ditentukan;
c. Pengesahan peserta ditetapkan oleh panitia bidang musabaqah yang bertugas memverifikasi
keabsahan peserta;
d. Dokumen pendaftaran peserta yang harus dilengkapi dalam masa pendaftaran adalah sebagai
berikut:
1) Fotokopi raport/Kasyufuddarajah/Asli Surat Keterangan Santri Mukim (bagi yang tidak
memiliki raport pesantren) dari Pimpinan Pesantren;
2) Fotokopi izin operasional Pondok Pesantren (yang dilegalisir oleh Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota) yang diwakilinya;
3) Batasan Usia :
a. Marhalah Ula : Usia maksimal 15 tahun 11 bulan 30 hari (Maksimal lahir 1 Januari
2004)
b. Marhalah Wustha : Usia maksimal 18 tahun 11 bulan 30 hari (Maksimal lahir 1 Januari
2001)
c. Marhalah ‘Ulya : Usia maksimal 21 tahun 11 bulan 30 hari (Maksimal lahir 1 Januari
1998)
dibuktikan dengan adanya Salinan Akte Kelahiran/KTP/Ijazah Pendidikan Formal
Terakhir;
4) Pas Photo 4 x 6 sebanyak 3 (tiga) lembar
5) Asli Surat Tugas/Rekomendasi dari Pimpinan Pesantren bahwa santri yang bersangkutan
mewakili pesantren untuk mengikuti kegiatan lomba MQK
Pada saat proses daftar ulang (registrasi) dokumen tersebut dikemas oleh panitia provinsi dan
jika diperlukan Panitia Provinsi dapat memverifikasi kesesuaiannya dengan dokumen asli yang
dibawa langsung oleh peserta MQK dalam Map yang berisi dokumen ASLI, terdiri dari :
a. Raport/Kasyufuddarajah/Surat Keterangan Santri Mukim Dari Pimpinan Pesantren;
b. Akte kelahiran/surat kenal lahir/ijazah terakhir ;
c. Kartu santri/surat keterangan santri mukim dari pimpinan ponpes bahwa peserta masih
terdaftar sebagai santri dan telah mukim minimal sejak Tahun 1439 H/ 2018 M.
(dokumen ini akan dikembalikan lagi kepada peserta)
d. Asli Surat Tugas/Rekomendasi dari Pimpinan Pesantren bahwa santri yang
bersangkutan mewakili pesantren untuk mengikuti kegiatan lomba MQK

Musabaqah Qira`atil Kutub (MQK) Tingkat Prov. Jawa Barat Tahun 2019 5
Setelah melakukan verifikasi dan validasi dan dinyatakan absah peserta akan
menandatangani form verifikasi. Selanjutnya tim keabsahan menyerahkan kembali dokumen
Asli kepada peserta dan dokumen copy beserta Form verifikasi kepada tim data/seksi
kesekretariatan untuk proses entry data;
Setelah diverifikasi dan dinyatakan absah, maka peserta akan mendapat :
- ID Card yang telah ditempel pas photo dan distempel (oleh panitia) sekaligus nomor
peserta;
- nomor peserta (ganjil untuk putra dan genap untuk putri)
Setelah menerima ID-card, peserta mengecek kembali kesesuaian nomor peserta yang tertera
pada ID-card dengan form verifikasi dan prosesi pendaftaran selesai.

SANTRI VERIFIKASI&VALIDASI PANITIA PROV

3. Tahap Pertemuan Teknis (Technical Meeting)


Pertemuan teknis (technical meeting) akan diselenggarakan pada:
Hari, tanggal : Selasa, 15 Oktober 2019
Pukul : 13.30 sd selesai
Tempat : Komplek PP Cipasung, Kab. Tasikmalaya
Peserta : Official
Materi : Penjelasan teknis pelaksanaan musabaqah dan jadwal tampil masing-masing peserta
pada setiap majelis.

4. Pembukaan
Pembukaan (opening ceremony) akan diselenggarakan pada:
Hari, tanggal : Selasa, 15 Oktober 2019
Pukul : 19.30 WIB s.d. selesai
Tempat : Komplek PP Cipasung, Kab. Tasikmalaya
Peserta : Peserta, Official, Panitia, Pejabat Undangan dan umum
Materi : Upacara dan hiburan

5. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan musabaqah mulai diselenggarakan pada:
Hari : Rabu-Jumát
Tanggal : 16-18 Oktober 2019
Pukul : 08.00 sd 17.00 WIB
Tempat : Masing-masing majelis di kompleks PP Cipasung, Kab. Tasikmalaya

E. Ketentuan Musabaqah
1. Penampilan peserta musabaqah:
a. Peserta harus menggunakan nomor yang diperoleh dari panitia dan diatur dengan jadwal;
b. Peserta yang akan tampil dan mengikuti penentuan giliran pada hari yang ditentukan harus
hadir 30 menit sebelum acara dimulai;
c. Peserta yang berhalangan tampil harus memberitahukan 30 menit sebelum musabaqah
dimulai;
d. Peserta wajib mengenakan busana yang sopan dan rapih;
e. Peserta yang akan tampil tidak diperkenankan mengaktifkan handphone (HP), merokok, atau
kegiatan lain yang mengganggu etika kesopanan.
2. Peserta yang melakukan pelanggaran pada saat penampilan akan diberikan sanksi oleh majelis
hakim atau panitia. Adapun bentuk pelanggaran dan sanksi sebagai berikut:
a. Peserta yang melakukan pembohongan administratif dinyatakan gugur dengan sendirinya,
meskipun telah dinyatakan sebagai pemenang.
Musabaqah Qira`atil Kutub (MQK) Tingkat Prov. Jawa Barat Tahun 2019 6
b. Peserta yang melakukan suatu perbuatan yang dinyatakan mengganggu ketertiban proses
musabaqah maka keabsahan dirinya sebagai peserta akan dipertimbangkan kembali;
c. Peserta yang pada saat tampil lomba dipanggil 3 (tiga) kali berturut-turut tidak hadir, maka
hak tampilnya dinyatakan gugur;
d. Peserta babak final yang tidak dapat tampil tanpa alasan yang dibenarkan atau tampil
dengan melanggar ketentuan maka dinyatakan tidak berhak atas kejuaraan apapun.

F. Kitab/Materi yang Dimusabaqahkan


1. Marhalah Ula;
a. Matn Safînah an-Najâ, karya Sâlim Samîr al-Hadlary/Riyadhul Badiáh, karya Syekh
Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Syafií al-Makki
b. Aqîdah al-'Awâm, karya Ahmad Muhammad al-Marzûqi al-Mâliki
c. Nazhm al-Âjurrûmîyah (al-‘Imrîthî), karya Syarf ad-Dîn Yahyâ al-‘Imrîthî
2. Marhalah Wustha;
a. Kifayatul Áwam, karya Karangan Syekh Ibrahim al-Bajuri
b. Fath al-Qarîb al-Mujîb fî Syarh Alfâzh at-Taqrîb, karya Abû Abdillâh Syams ad-Dîn
Muhammad Qâsim Al-Ghazziyy
c. Alfîyah Ibn Mâlik, karya Muhammad Jamâluddîn ibn Mâlik at-Thâî
3. Marhalah Ulya;
a. Hâsyiyah ad-Dasûqî ‘alâ Umm al-Barâhîn li as-Sanûsiy karya asy-Syaikh Muhammad ad-
Dasûqî,
b. Fath al-Mu’în bi Syarh Qurrah al-‘Ain bi Muhimmât ad-Dîn, karya Ahmad Zain al-Dîn al-
Malîbârî
c. Nazhm al-Jauhar al-Maknûn, karya Abd ar-Rahmân Shaghîr Al-Akhdlariy,
Catatan : Peserta disamping membaca kitab yang dilombakan juga diwajibkan membaca
naskah lain yang telah disiapkan dan diperintahkan oleh dewan hakim sesuai dengan tingkat
dan bidang lomba khususnya untuk Marhalah Ula dan Wustha.

G. Sistem Musabaqah
1. Peserta dari cabang fiqih dan tauhid mewakili Kab/Kota.
2. Cabang nahwu dan balaghah mewakili pondok pesantren dan boleh mengirimkan lebih dari 1
(satu) orang.
3. Lomba cabang nahwu dan balaghah diuji dari kemampuan hapalannya.
4. Musabaqah dilakukan dengan dilaksanakan 2 babak, yaitu penyisihan dan final kecuali jika
peserta membludak pada cabang fiqih dan tauhid maka akan dilaksanakan 1 (satu) babak,
5. Khusus cabang nahwu dan balaghah, jika peserta membludak maka akan dilakukan babak
penyisihan berupa tes tulisan (hapalannya) secara serentak. Selanjutnya diambil 30 (tiga puluh)
besar; 15 (lima belas) putera dan 15 (lima belas) puteri untuk mengikuti babak penyisihan II
dengan tes lisan sebagaimana biasa. Selanjutnya babak final yang akan diikuti 12 (dua belas)
orang; 6 (enam) putera dan 6 (enam) puteri.
6. Penilaian tahap babak penyisihan diikuti oleh semua peserta yang sudah dinyatakan sah dari
panitia bidang keabsahan dan telah ditentukan sebagai peserta yang memenuhi persyaratan
untuk ikut dalam kegiatan musabaqah;
7. Babak final diikuti oleh peserta terbaik berdasarkan hasil penilaian pada babak penyisihan,
sebanyak 12 orang untuk masing-masing bidang musabaqah, terdiri dari 6 (enam) peserta putera
terbaik dan 6 (enam) peserta puteri terbaik;
8. Penentuan pemenang ditentukan oleh nilai tertinggi yang diberikan oleh dewan hakim.
9. Jika lomba dilaksanakan 2 (dua) tahapan maka pengumuman peserta yang berhak mengikuti
final akan diumumkan setelah selesai babak penyisihan di ruang panitia Provinsi dalam waktu
yang ditetapkan kemudian;
10. Setiap peserta disediakan waktu tampil maksimal sekitar 12 menit dalam babak penyisihan dan
maksimal 15 menit di babak final, dengan rincian maksimal 5 (enam) menit pertama untuk
membaca maqra, dan selebihnya untuk menjawab pertanyaan dewan hakim.

Musabaqah Qira`atil Kutub (MQK) Tingkat Prov. Jawa Barat Tahun 2019 7
11. Ketentuan waktu musabaqah ditandai dengan lampu berwarna, yaitu: lampu kuning tanda
persiapan; lampu hijau tanda mulai membaca; lampu kuning kedua tanda peringatan akan
habisnya waktu membaca; lampu merah pertama tanda berhenti membaca; lampu hijau kedua
tanda mulai tanya jawab; dan lampu merah kedua tanda habisnya waktu (sistem ini
kondisional; Dewan hakim berwenang menghentikan penampilan peserta jika dianggap cukup
meskipun waktu tampil belum selesai);
12. Maqra’ disiapkan oleh dewan hakim yang ditentukan maksimal 24 jam sebelum pelaksanaan
MQK;
13. Pemilihan maqra’ oleh peserta dilakukan melalui undian sebelum peserta naik mimbar
musabaqah;
14. Peserta harus mengenakan tanda nomor undian pada dada sebelah kiri.
15. Tanda waktu diatur dengan isyarat lampu yaitu: lampu kuning pertama menunjukan persiapan;
lampu hijau sebagai tanda dimulai pidato: lampu kuning kedua sebagai persiapan tanda
habisnya waktu; lampu merah sebagai tanda waktu habis.
16. Peserta harus hadir di tempat lomba minimal 15 menit sebelum jadwal acara dimulai. santri yang
terlambat dinyatakan gugur
17. Aspek Penilaian; adalah 5 (lima) unsur nilai sebagai berikut:
a. Fashahatul Qiraah (Makhraj, mad, Syiddah, Tanghim, Sur’ah Thabi’iyyah);
b. Shihhatul Qiraah (Binyah Sharfiyah, Mawaqi’ul Kalimah minal i’rab/Alamatul I’rab);
c. Fahmul Qiraah (Terjemah, Kandungan makna/ide, pesan, hukum, tujuan & Kesimpulan);
d. Hifzhul Qiraah untuk cabang hapalan matan.
18. Cabang Hifzhul Mutun al-Manzhumah adalah adalah cabang yang memfasilitasi para santri
untuk menampilkan kemampuannya dalam mengekspresikan hapalan kitab-kitab turats yang
berbentuk nazham dan populer di lingkungan pondok pesantren.
19. Cabang Hifzhul Matan dapat menggunakan syair/lagu/langgam/bahar (notasi).
20. Setiap peserta Cabang Hifzhul Matan disediakan waktu tampil maksimal sekitar 10 menit;
21. Pemilihan maqra’ oleh peserta dilakukan melalui undian sebelum peserta naik mimbar
musabaqah.
22. Peserta dapat melakukan variasi dan improvisasi untuk mengekspresikan kemampuan
hapalannya seperti membaca hapalan dari awal ke akhir atau sebaliknya setelah izin dari dewan
hakim;
23. Penentuan Juara Umum;
a. Juara umum ditentukan melalui akumulasi juara seluruh cabang peserta dari setiap pondok
pesantren yang mengikuti kegiatan MQK ini dengan penghitungan sebagai berikut:.
Juara 1 = 5 poin
Juara 2 = 3 poin
Juara 3 = 1 poin
b. Jika tidak ada ponpes yang memiliki poin tertinggi maka juara umum ditentukan oleh poin
tertinggi dari peserta pada setiap marhalah/cabang.

H. PENUTUP
Demikianlah, Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan MQK Tingkat Prov. Jawa Barat Tahun
2019 ini disusun untuk dijadikan acuan dan pedoman bagi para peserta, serta seluruh pihak terkait
dengan pelaksanaan musabaqah, baik bagi panitia pelaksana panitia provinsi, panitia daerah, Pemerintah
Daerah maupun panitia di pondok pesantren. Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini, akan
ditetapkan kemudian. Semoga Allah Swt meridhai kita Amin
Bandung, September 2019

Pantia

Musabaqah Qira`atil Kutub (MQK) Tingkat Prov. Jawa Barat Tahun 2019 8
FORM REGISTRASI PESERTA MQK PROV. JAWA BARAT TAHUN 2019

KAFILAH :_________________________________________________________________

MARHALAH :_________________________________________________________________

BIDANG LOMBA : ________________________________________________________________

NAMA LENGKAP : ________________________________________________________________

JENIS KELAMIN : ________________________________________________________________

TANGGAL LAHIR : ________________________________________________________________

----- Diisi Oleh Peserta MQK Jawa Barat Tahun 2019 dan dibawa ketika Registrasi Ulang -----
PEMERIKSAAN DATA PESERTA DAN KELENGKAPAN DOKUMEN PENDUKUNG
DATA : Ada dan Lengkap Tidak Ada atau Tidak Lengkap
PESERTA
(Form Reg)
DOKUMEN : Legalisir Salinan Salinan Raport/Kasyfuddarajah Pesantren atau
PENDUKUNG Izin Operasional Asli Surat Keterangan Santri Mukim Dari
Pesantren Asal Pimpinan Pesantren
Salinan Akte Asli Surat Tugas dari Pimpinan Pesantren
Kelahiran/KTP/ bahwa peserta mewakili pesantren yang
Ijazah Pendidikan bersangkutan
Formal Terakhir
Petugas Pemeriksa :
▪ Peserta telah terdata dalam Database Peserta MQK 2019 Jawa Barat
sesuai dengan data dalam Form Reg
▪ Dokumen Pendukung diperiksa lengkap dan sesuai dengan Dokumen
Asli yang ditunjukkan oleh peserta Tanda Tangan

KEABSAHAN
Kriteria Keabsahan
• Berasal dari pondok pesantren yang memiliki izin operasional
• Santri mukim minimal 12 bulan (maksimal 1 Syawal 1438 H/ 2018 M)
• Memenuhi ketentuan Umur sesuai Marhalah dan Bidang Lomba
• Mendapat izin/tugas dari pimpinan pesantren
Petugas Keabsahan :
Peserta telah diabsahkan sesuai dengan Kriteria Keabsahan
Catatan Petugas (jika ada):
Tanda Tangan

KONTROL PENGEMBALIAN DOKUMEN ASLI DAN CETAK ID CARD


▪ Dokumen asli telah dikembalikan dan diterima oleh Peserta dalam
kondisi lengkap
▪ ID Card telah ditempel dengan foto peserta, dan telah diterima
oleh Peserta Tanda Tangan
Peserta
TANGGAL REGISTRASI : ______ / ______ /

2019

Musabaqah Qira`atil Kutub (MQK) Tingkat Prov. Jawa Barat Tahun 2019 9
FORM REKAPITULASI PESERTA MQK TK. PROV. JAWA BARAT TAHUN 2019
(Dikirim Form Excel oleh Kemenag Kab/Kota ke Panitia Provinsi melalui alamat email: mqkjabar2019@gmail.com)

BERKAS PERSYARATAN
PA/ TEMPAT/ NAMA ALAMAT KAB/ KASYF AL- IOP PP KTP/KK SURAT
NO MARHALAH CABANG NAMA PI TGL PONPES PONPES KOTA DAROJAH (Legali /IJAZAH TUGAS
LAHIR sir) (Pimpinan PP)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anda mungkin juga menyukai